bab 1 download

Upload: adhit-eng-hok-chuih

Post on 08-Jul-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian Setelah diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Hal ini diwujudkan dalam peraturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah dapat dilihat dalam pengawasan yang dilakukan oleh dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dilaksanakan dalam setiap periode tertentu sehubungan dengan Keputusan Menteri Pertanian yang dikeluarkan setiap musim tanam setiap tahun anggaran. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat mempunyai kewenangan 1

untuk mengawasi peredaran pupuk yang disubsidi oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman. Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan pola tanam yang baik untuk meningkatkan ketahann pangan nasional dan dalam rangka menjalankan program pemerintah yaitu

mengentasakan kemiskinan yang saat ini masih menjadi permasalahan yang masih harus diselesaikan oleh segenap bangsa Indonesia secara menyeluruh dan berkesinambungan. Masalah kemiskinan pada saat ini memang menjadi suatu permasalahan yang sangat kompleks dilihat dari lemhnya sektor pertanian artinya banyak sekali faktor yang mengakibatkan terjadinya hal tersebut misalnya kurangnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok sehari-hari. Selain hal tersebut, masih banyak lagi faktor yang menyebabkan kemiskinan misalnya saja keadaan daerah yang memang kurang begitu baik untuk dapat digunakan sebagai lahan pertanian sehingga tidak dapat menghasilkan hasil panen sesuai dengan yang diharapkan. Banyak lagi hal lain yang menyebabkan terjadinya kemiskinan misalnya saja sumber daya manusia yang belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya artinya taraf pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat suatu tempat belum memenuhi standar yang layak. Saat ini petani dijadikan korban dari sebagian orang dan golongan yang mementingkan kepentingan pribadi dan golongan. Dalam penyaluran pupuk bersubsidi misalnya, petani yang seharusnya mendapat hak dalam pengadaan pupuk bersubsidi malah dijadikan objek yang dimanfaatkan untuk mendapatkan 1

keuntungan dalam penyaluran dan pengadaan pupuk bersubsidi. Mulai dari pelanggaran Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan, pemalsuan segel, sampai dalam pengadaan pupuk yang seringkali dipermainkan oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab. Disamping itu penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Oleh karena itu setiap pemerintah daerah beserta masyarakatnya berhak untuk mengelola potensi daerahnya masing-masing guna terlaksananya pemerintahan yang baik, serta adanya perubahan yang lebih maju dari sebelumnya. Bagi pemerintahan itu sendiri guna meningkatkan pelayanan di daerahnya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyaluran pupuk yang disubsidi oleh pemerintah diharapkan mampu menerapkan program pemerintah dalam rangka pemupukan berimbang untuk sektor pertanian. Pengawasan yang dilakukan dari mulai tingkat penyalur sampai dengan tingkat pengecer, dimaksudkan agar masyarakat mampu menjangkau harga pupuk untuk kelangsungan pengelolaan lahan pertanian yang sedang digarapnya. Karena disinyalir banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pendistribusian pupuk bersubsidi dari pemerintah untuk masyarakat. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk pupuk bersubsidi dari pemerintah kepada masyarakat ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

505/Kpts/SR.130/12/2005 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (Het)

1

Pupuk bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2006 dalam Pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa : Produsen, distributor, dan pengecer resmi yang ditunjuk dalam penjualan pupuk bersubsidi harus menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani dan menjualnya sesuai Harga Eceran Tertinggi(HET). Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat meliputi beberapa hal diantaranya yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET) dari mulai Distributor sampai dengan ke lini yang berhubungan langsung dengan petani yaitu pengecer-pengecer yang berada di kecamatankecamatan. Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk berbagai jenis pupuk dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 505/Kpts/SR.130/12/2005 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2006 dalam Pasal 6:(1) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) ditetapkan sebagai berikut : a. Pupuk Urea = Rp. 1.050,- per kg; b. Pupuk ZA = Rp. 950,- per kg; c. Pupuk SP-36 = Rp. 1.400,- per kg; d. Pupuk NPK = Rp. 1.600,- per kg. (2) Harga Eceren Tertinggi (HET) pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Urea, SP-36 dan ZA dalam kemasan 50 kg, dan untuk pupuk NPK dalam kemasan 50 kg atau 20 kg yang dibeli oleh petani di kios pengecer resmi secara tunai. Pentingnya peranan pupuk dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu hasil komoditas pertanian, menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang sangat strategis bagi petani. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor pertanian yang dilaksanakan pada tahun 2003 dan dilanjutkan pada tahun 2004

1

sampai dengan tahun 2005, dimaksudkan untuk membantu petani agar dapat membeli pupuk sesuai dengan kebutuhannya dengan harga yang dapat terjangkau. Adapun masalah yang sering dihadapi oleh petani, adalah ketidakmampuan petani dalam memebeli pupuk yang dirasakan sangat mahal, selain itu penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, masih ditemukan berbagai permasalahan, baik dalam penjualan oleh para pengecer yang dirasakan kurang begitu terjangkau oleh para petani secara keseluruhan maupun dalam hal pendistribusian pupuk itu sendiri dalam perjalanannya masih terdapat berbagai penyelundupan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini perlu kiranya mendapat tanggapan yang serius dari berbagai pihak terkait agar dapat ditemukan penyimpangan-penyimpangan terhadap penyaluran pupuk dari pemerintah untuk petani dan dapat kiranya ditemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Penetapan Harga Eceran Tertinggi untuk penjualan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah kepada para penyalur dan pengecer masih saja dipermainkan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab yang akibatnya harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah setelah melalui beberapa pihak harganya berubah dengan perubahan yang sangat signifikan. Perubahan harga yang terjadi di kios-kios pengecer dirasakan berat oleh para petani, karena jika diperhitungkan hasil panen yang mereka dapat hampir sebagian besar dipergunakan untuk membayar pupuk dan bibit yang mereka gunakan pada saat musim tanam. Hal semacam ini merupakan masalah yang seringkali timbul pada saat musim tanam tiba, para petani banyak yang mengeluh tentang hal ini disamping harga eceran 1

yang dirasa begitu tinggi oleh petani belum lagi kelangkaan dalam pengadaan pupuk itu sendiri yang banyak dilakukan penimbunan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab. Berbagai penyimapangan dan penyelewengan atas distribusi pupuk menimbulkan banyak pertanyaan kepada semua pihak yang merasa dirugikan yaitu masyarakat pengguna pupuk. Apakah Dinas Pertanian yang kurang maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap distribusi pupuk bersubsidi dari pemerintah untuk masyarakat, atau memang pihak yang berwenang untuk menindak terjadinya penyelewengan dalam penyaluran dan penyediaan pupuk bersubsidi yang tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang saat ini sedang terjadi?. Memang pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab apabila tidak dilihat secara seksama permasalahan yang terjadi. Karena jika dilihat sepintas tentang masalah ini akan timbul kesan bahwa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan penyelewengan-penyelewengan terhadap distribusi pupuk bersubsidi hanya terdapat pada satu pihak. Akan tetapi mungkin hal tersebut terjadi pada pihak lain yang kurang maksimal dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Karena disamping Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, masih ada pihak lain yang terkait dalam pengawasan pengadaan, peredaran, dan penggunaan pupuk an-organik yang disubsidi oleh pemerintah. Tindak lanjut dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat berupa laporan hasil pengawasan yang diberikan kepada Gubernur untuk tingkat propinsi dan Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota. Dalam penulisan Skripsi ini penulis menggunakan teori pengawasan yang dikutip oleh Sarwono 1

Handayadiningrat menurut pendapat G.R. Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen. Tetapi dalam analisa data, penulis hanya menggunakan teori pengawasannya saja dimana proses pengawasan terdiri dari tahapan pelaksanaan, penilaian pelaksanaan dan bila perlu mengadakan tindakan korektif apabila terjadi penyimpangan di lapangan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk Skripsi dengan judul : PERANAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI JAWA BARAT DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN PUPUK BERSUBSIDI DI

KABUPATEN SUKABUMI.

1.2.

Identifikasi Masalah Dalam penulisan Skripsi ini, pokok masalah yang akan dibahas dibatasi

hanya pada masalah-masalah yang berhubungan dengan peranan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dalam melaksanakan Pengawasan Pupuk Bersubsidi. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan pengawasan pupuk bersubsidi di Kabupaten

Sukabumi? 2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat bagi dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pegawasan pupuk bersubsidi di Kabupaten Sukabumi?

1

3. Upaya apa saja yang dilakukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat

peranannya di Kabupaten Sukabumi?

1.3.

Maksud dan/atau Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Dalam Pengawasan Pupuk Bersubsidi. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Dalam melaksanakan Pengawasan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Sukabumi. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Dalam melaksanakan Pengawasan Pupuk Besubsidi di Kabupaten Sukabumi. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat peranannya di Kabupaten Sukabumi.

1.4.

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis

dan praktis, sebagai berikut : 1. Bagi kepentingan penulis; hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang peranan Dinas Pertanian 1

Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Dalam melaksanakan Pengawasan Pupuk Bersubsidi. 2. Bagi kegunaan teoritis (guna ilmiah); hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Politik umumnya dan Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan kajian tentang peran pengawasan, serta dapat dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang. 3. Bagi kegunaan praktis dilapangan (guna laksana); hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Dalam melakasanakan Pengawasan Pupuk Bersubsidi.

1.5.

Kerangka Pemikiran Peranan (role) menurut Koentjaraningrat dalam buku Antropologi

merupakan aspek dinamis dari kedudukan, apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. maka seseorang tersebut telah menjalankan suatu peranan, (koentjaraningrat, 1990:169). Dari pengertian tentang peranan, disebutkan aspek dinamis dari kedudukan dari pemegang peranan, bahwa apabila Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat telah melakukan hak dan kewajibannya maka Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat telah menjalankan perannya dalam pengawasan pupuk bersubsidi. Hal senada disampaikan juga oleh Soejono Soekamto seperti disebutkan dibawah ini. 1

Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur strategis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. (Soekanto, 2004:243). Menurut pengertian di atas, peranan merupakan status seseorang untuk melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, peranan seseorang dalam penerapannya di masyarakat harus dibedakan dengan posisinya dalam masyarakat tersebut. Suatu peranan seseorang sangat penting dalam sebuah organisasi masyarakat. Peranan seseorang harus difungsikan secara optimal sesuai dengan posisinya dalam organisasi masyarakat itu. Peranan mencakup tiga hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. (Soekanto, 2004:244). Peranan menurut Gross, Mason dan Mc Eachern yang dikutip dalam buku Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi karangan David Berry mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok.

1

Berdasarkan pengertian di atas bahwa peranan merupakan harapanharapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu yaitu bagaimana dia melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal senada juga diungkapkan oleh David Berry, menurutnya di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: 1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. 2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajibannya. (Berry, 1995:101). Menurut Kaho, dalam bukunya Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia, Dinas-dinas Daerah sekalipun tugas dan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung-rugi, tapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan jasa dengan imbalan. Dari sinilah Daerah dapat menambah pendapatan aslinya (PAD). (Kaho, 2002:173-174). Dinas Pertanian Tanaman Pangan merupakan sebuah organisasi

pemerintah, ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang pengertian organisasi. Menurut Indriwijaya organisasi ialah setiap bentuk kerjasama antara manusia yang terikat oleh suatu ketentuan yang bermaksud untuk mencapai tujuan bersama. (Indriwijaya, 2002:3). Dari pengertian di atas disebutkan tentang adanya kerjasama antar manusia, seperti yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi 1

Jawa Barat dalam pengawasan pupuk bersubsidi oleh pemerintah terdapat kerjasama dengan beberapa pihak didalamnya, misalnya saja dengan Departermen Perindustrian dan Perdagangan. Bentuk kerjasama yang terjalin antara Dinas Pertanian dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan dimana kedua lembaga tersebut mempunyai tujuan yang sama dalam pengawasan pupuk bersubsidi maupun teknis kerja mereka berbeda satu sama lain. Seperti disebutkan oleh ahli di bawah ini: Sondang P Siagian mengemukakan bahwa: Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. (Dalam Indriwijaya, 2002:3). Menurut Schein organisasi dibagi dua, yaitu organisasi sosial dan organisasi informal. Organisasi sosial adalah pola koordinasi yang dengan spontan atau secara tidak langsung muncul dari interaksi orang tanpa melibatkan koordinasi rasional untuk mencapai tujuan bersama yang jelas. Sedangkan organisasi informal menunjuk pada pola koordinasi yang lahir dikalangan anggota-anggota organisasi formal. Ada tiga dimensi dasar dari suatu organisasi, yaitu: 1. Dimensi hirarkis, yang mencerminkan jenjang relatif dengan cara yang sama seperti bagan organisasi. 2. Dimensi fungsional, yang mencerminkan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang dilukiskan dengan berbagai sektor dalam diagram kerucut. 3. Dimensi perangkuman atau pemusatan, yang tercermin dalam tingkat sejauh mana setiap orang lebih dekat atau lebih jauh dari pusat organisasinya. (Schein, 2002:17-20). 1

Dalam pengawasan pupuk bersubsidipun terdapat dimensi hirarkis dalam hal pelaporan hasil pengawasn oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan propinsi Jawa Barat, artinya ada lembaga berwenang yang menindaklanjuti hasil temuan dari pengawasn yang dilakukan. Organisasi secara garis besar dibagi dua, yaitu organisasi sosial yang lahir secara tidak langsung dari interaksi orang tanpa melibatkan koordinasi rasional, dan organisasi informal yang lahir dari koordinasi rasional anggota organisasi formal. Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Menurut Robbins ada enam unsur dalam merancang struktur organisasi, yaitu: 1. Spesialisasi kerja, yaitu suatu tingkat dimana tugas dalam organisasi dibagai-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah. 2. Departementalisasi, yaitu dasar yang dipakai untuk mengelompokkan bersama, sejumlah pekerjaan. 3. Rantai komando, yaitu garis tidak putus dari wewenang yang terentang dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor kepada siapa. 4. Rantai kendali, yaitu jumlah bawahan yang dapat diarahkan secara efisien dan efektif oleh seorang manajer. 5. Sentralisasi dan Desentralisasi, Sentalisasi yaitu sampai tingkat mana pengambilan keputusan dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Desentralisasi yaitu keleluasaan keputusan dialihkan ke bawah ke karyawan tingkat lebih rendah. 6. Formalisasi, yaitu suatu tingkat yang terhadapnya pekerjaanpekerjaan dalam organisasi itu dilakukan. (Robbins, 2002:132-140). Dalam suatu organisasi diperlukan stuktur organisasi yang berfungsi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan

1

secara formal, agar tercapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen mempunyai proses yang sangat penting dalam proses manajemen. Karena dengan pengawasan dapat diamati apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak. Bila terjadi penyimpangan dari rencana semua akan dengan cepat dapat ditanggulangi. Hal ini sesuai dengan pengertian pengawasan yang dikemukakan S.P. Siagian sebagai berikut, Pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian, 1983: 135). Hal ini sesuai dengan pendapat G.R. Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana dikutip oleh Sarwono Handayadiningrat sebagai berikut: 1. Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubuingan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang dikehendakinya. Pengorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian, penugasan orang-orang dalam tugas ini dengan menekankan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dengan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Penggerakan adalah agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasiannya.

2.

3.

1

4.

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan bila perlu mengadakan tindakan korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana, yaitu sesuai dengan standar. (Handayadiningrat, 1985:25)

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menggunakan teori pengawasan yang dikutip oleh Sarwono Handayadiningrat menurut pendapat G.R. Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen. Tetapi dalam analisa data, penulis hanya menggunakan teori pengawasannya saja dimana proses pengawasan terdiri dari tahapan pelaksanaan, penilaian pelaksanaan dan bila perlu mengadakan tindakan korektif apabila terjadi penyimpangan di lapangan. Selanjutnya penulis akan mengemukakan beberapa definisi pengawasan dari beberapa ahli seperti yang dikemukakan Sujamto dalam buku Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, sebagai berikut, Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk memenuhi atau menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai sasaran dan objek yang diperiksa (Sujamto, 1983: 20) Dalton E. Mc Farland seperti dikutip oleh Soewarno Handayadiningrat, berpendapat bahwa: Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan (dalam Handayadiningrat, 1985: 143). Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui dan menunjukan kelemahankelemahan yang ada agar dapat diperbaiki dan mencegah terulangnya kelemahankelemahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Henri Fayol yang dikutip oleh Sarwoto sebagai berikut: 1

Dalam setiap usaha pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Pengawasan bertujuan menemukan atau menunjukan atau menemukan kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah berulangnya kelemahan-kelemahan itu. Pengawasan beroperasi terhadap segala hal, baik benda, manusia, perbuatan, maupun hal-hal yang lainnya. (Dalam Sarwoto, 1986: 95) Dengan pengawasan ini juga diusahakan bagaimana langkah-langkah untuk menanggulangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan rencana tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekarno, yang mengemukakan tujuan pengawasan sebagai berikut: 1. untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan. 2. untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah diinntruksikan. 3. untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelamahan-kelemahan dalam bekerja. 4. untuk mengetahui apakah segalka sesuatu berjalan efisien. 5. untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitankesulitan, kelemahan-kelemahan, atau kegagalan-kegagalan ke arah perbaikan. (Soekarno, 1985:105) Dengan demikian jelasalah bahwa pengawasan bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk mencari sekaligus untuk memeperbaiki kesalahan-kesalahaan atau kelemahan-kelemahan yang ada. Memperbaiki penyimpangan, ketidaksesuaian penyelewengan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas wewenang yang telah ditentukan. Dari beberapa pengertian menurut ahli di atas, penulis berpendapat bahwa peranan Dinas merupakan harapan-harapan yang dikenakan pada dinas tersebut yang menempati kedudukan sosial tertentu, yaitu bagaimana dinas tersebut

1

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang diharapkan. Indikator dari penulisan Skripsi ini diantaranya: Peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Dalam Pengawasan Pupuk Bersubsidi, meliputi: a. Pengawasan jumlah dan jenis pupuk meliputi pupuk yang

diproduksi/diimpor, diedarkan dan digunakan petani. b. Pengawasan mutu pupuk meliputi pemeriksaan terhadap kondisi fisik pupuk (bentuk, warna, bau); masa kadaluarsa (untuk pupuk mikroba); kemasan; wadah pembungkus pupuk maupun pemeriksaan kandungan hara pupuk Hambatan yang dihadapi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dalam Pengawasan Pupuk Besubsidi diharakpan mampu dapat diatasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan sesuai dengan apa yang selama ini menjadi kebijakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan pengawasan pupuk bersubsidi. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat peranannya, meliputi: c. Tata cara pengawasan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. d. Pengawasan langsung dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu dengan cara sebagai berikut:

1

1.

mengumpulkan data penyediaan, peredaran dan harga pupuk dalam rangka pemantauan dilapangan;

2.

menyampaikan laporan penyediaan, peredaran dan harga pupuk perbulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur, dan selanjutnya Gubernur menyampaikan rekapitulasi kepada Menteri Pertanian;

3. 4.

melakukan pengawasan mutu dan legalitas pupuk; melaporkan hasil pengawasan.

e. Pengawasan tidak langsung dilaksanakan berdasarkan laporan produsen, distributor atau yang diterima dari petani atau masyarakat pengguna pupuk. Dari indikator di atas dapat dijelaskan bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam menjalankan peranannya, harus sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 237/Kpts/OT. 210/4/2003 Tentang Pedoman Pengawasan, Pengadaan, Peredaran, dan Penggunaan Pupuk AnOrganik.

1

Bagan 1 Model Kerangka PemikiranPeranan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat Dalam Pengawasan Pupuk Bersubsidi Kedudukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Tugas Pokok Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pripinsi Jawa Barat. Fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Meliputi: Pengawasan jumlah dan jenis pupuk meliputi pupuk yang diproduksi/diimpor, diedarkan dan digunakan petani. Pengawasan mutu pupuk meliputi pemeriksaan terhadap kondisi fisik pupuk (bentuk, warna, bau); masa kadaluarsa (untuk pupuk mikroba); kemasan; wadah pembungkus pupuk maupun pemeriksaan kandungan hara pupuk

Upaya Penanggulangan Masalah: Tata cara pengawasan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. pangawasan langsung dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu dengan cara sebagai berikut: mengumpulkan data penyediaan, peredaran dan harga pupuk dalam rangka pemantauan dilapangan; menyampaikan laporan penyediaan, peredaran dan harga pupuk perbulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur, dan selanjutnya Gubernur menyampaikan rekapitulasi kepada Menteri Pertanian; melakukan pengawasan mutu dan legalitas pupuk; melaporkan hasil pengawasan. Pengawasan tidak langsung dilaksanakan berdasarkan laporan produsen, distributor atau yang diterima dari petani atau masyarakat pengguna pupuk.

Harapan-harapan dari masyarakat pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajibannya.

Feed back

1.6.

Metode Penelitian 1

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu metode yang didalam penulisannya, penulis harus mengetahui, menggambarkan, dan memaparkan sesuatu keadaan yang ada atau yang terjadi di lapangan. Menurut Mardalis metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalammya terdapat upaya mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang terjadi atau ada. (Mardalis, 1995:26). Pengertian deskriptif menurut Nasir, yaitu: Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, tujuan penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi/gamabaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nasir, 1998: 83). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah: 1. Studi lapangan. Studi lapangan merupakan suatu teknik untuk memperoleh data yang dilakukan langsung dengan cara mengamati pelaksanaan pekerjaan yang kemudian dicatat secara sistematis. a) Observasi. Observasi adalah pengamatan langsung ke lapangan dengan cara memantau dan mencatat data atau fakta sekaligus ikut serta dalam proses kegiatan tersebut yang sesuai dengan topik yang akan dibahas. Menurut Surakhmad observasi adalah: Teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi 1

sebenarnya, maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan. (Surakhmad,1994:162) Penulis melakukan observasi dengan mengamati langsung ke lapangan, yaitu di kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Selain itu, penulis mencatat data dan mempelajari fakta-fakta yang terdapat di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. b) Wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan dengan orang-orang yang dinilai berwenang serta ahli dan yang kompeten secara langsung pada bidang pekerjaan yang menjadi topik dalam penyusunan Skripsi. Menurut Surakhmad wawancara adalah: Setiap interview itu memerlukan komunikasi atau perhubungan yang lancar antara penyelidik dengan subjek, dan bahwa komunikasi itu bermaksud memperoleh data yang harus dapat dipertanggungjawabkan dari sudut penyelidikan keseluruhannya yakni harus merupakan prosedur pengumpulan data yag telah jelas tujuannya. (Surakhmad,1994:175). Wawancara ditujukan kepada orang-orang yang terlibat langsung, diantaranya petugas pendataan pajak, petugas penetapan pajak, petugas pemungutan pajak, petugas dinas lapangan, dan petugas perhitungan pajak, di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat masingmasing satu orang, dan pihak-pihak yang terkait dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

2.

Studi Literatur. 1

Studi literatur yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku atau sumber-sumber tertulis lainnya yang terkait dengan pokok bahasan yang akan dibuat oleh penulis. Menurut Nawawi dan Hadari studi kepustakaan adalah: Sekumpulan data dengan bahan-bahan tertulis dengan cara mempelajari dan membaca pendapat para ahli yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas guna memperoleh gambaran teoritis untuk menunjang penyusunan dan pembahasan (Nawawi dan Hadari,1988:29).

1.6.1. Unit Analisis Unit analisis dari penelitian ini adalah aparat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, distributor dan pengecer pupuk, dan pengguna pupuk (petani). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Purposive, yaitu :cara memilih informan yang mewakili dalam proses pengumpulan data yang objektif (Wahyu, 1987 : 56). Dalam penentuan dan pengambilan informan pada proses pengawasan pupuk bersubsidi, peneliti mengambil beberap orang aparat pegawai dinas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, distributor dan pengecer pupuk, dan pengguna pupuk (petani) yang dianggap mewakili serta memiliki cukup informasi tentang keadaan atau kondisi yang saat ini sedang berlangsung dalam hal pengawasan pupuk bersubsidi. Adapun narasumber dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tim Pengawas pupuk dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat

1

Yaitu pegawai yang berfungsi sebagai pengawas dalam pelaksanaan pengawasan pupuk bersubsidi dari pemerintah. 2. Distribitor/Kios pengecer pupuk Terdiri dari produsen, penyalur, dan para penjual pupuk yang ditunjuk oleh pihak terkait untuk menjual pupuk bersubsidi pemerintah untuk para petai dan pihak yang berhubungan langsung dengan para pengguna pupuk (petani). 3. Pengguna pupuk (petani) Yaitu masyarakat pengguna pupuk, dimana subsidi pupuk dari pemerintah seharusnya dinikmati oleh para pengguna pupuk (petani).

1.6.2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif bersumber dari deskripsi yang luas dan landasan yang kokoh serta memuat penjelasan tentang peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam pengawasan pupuk bersubsidi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 505/Kpts/SR.130/12/2005 Tentang

Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2006. Adapun jenis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini diataranya adalah pengawasan jumlah dan jenis pupuk yang diproduksi/diimpor, diedarkan dan digunakan petani yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Selain hal tersebut diatas, harapan dari dilaksanakannya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian 1

Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dan harapan masyarakat dengan adanya pengawasan pupuk bersubsidi dari pemerintah merupakan data yang akan dianalisis oleh penulis dalam penelitian ini. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, akan digunakan penulis untuk menganalisis Peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dalam Pengawasan Pupuk Bersubsidi. Dengan demikian, penulis dapat mengikuti dan memahami dari peristiwa-peristiwa secara kronologis, memiliki sebab-akibat dalam lingkup kebijakan dan memperoleh penjelasan yang banyak manfaatnya.

1.7.

Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk menyelesaikan Skripsi ini penulis mengadakan penelitian pada

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Jalan Suci No. 71 Bandung. Sedangkan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Pengajuan rencana judul Skripsi, Bulan Maret 2006 2. Penyusunan Usulan Penelitian, Bulan April-Mei 2006 3. Seminar Usulan Penelitian, Bulan Mei 2006 4. Penelitian dan pengumpulan data, Bulan Mei-Juni 2006 5. Analisis data yang diperoleh, Bulan Juni-Juli 2006 6. Penulisan Skripsi, Bulan Juni-Juli 2006 7. Sidang ujian Skripsi, Bulan Agustus 2006

1

8. Wisuda, Bulan September 2006 Jadwal penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Jadwal penelitian Waktu Kegiatan Pegajuan rencana judul Skripsi Penyusunan usulan penelitian Seminar Usulan Penelitian Penelitian dan pengumpulan data Analisis data yang di peroleh Penulisan Skripsi Sidang ujian Skripsi Wisuda Mar Apr Tahun 2006 Mei Jun Jul Ags Sep

1