bab 1. budidaya ikan

29
1. MEMAHAMI BUDIDAYA PERIKANAN 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 DESKRIPSI Ikan sebagai sumber protein hewani makin meningkat permintaannya dengan meningkatnya kesadaran masyarakat pada gizi asupan makanan. Ikan-ikan laut hasil tangkapan nelayan yang mengisi sebagian besar produk ikan dipasaran mulai bergeser dengan produk ikan budidaya. Stagnannya hasil tangkapan atau bahkan cenderung menurun menyebabkan kekosongan produk pada pasar yang selalu meningkat. Tentunya produk perikanan budidaya menjadi produk ikan yang mengisi kekurangan dari produk tangkapan alam. Budidaya ikan di Indonesia menjadi salah satu sektor yang mengalami perkembangan pesat dan diandalkan memenuhi kebutuhan produk ikan baik pasar domestik mapun ekspor akibat semakin luasnya perairan laut Indonesia yang telah mengalami penangkapan ikan berlebih. Luasnya wilayah perairan laut dan darat memberikan potensi besar wilayah Indonesia sebagai lahan budidaya ikan. Berbagai jenis ikan baik ikan laut, payau maupun tawar telah dikembangkan di Indonesia. Berbagai jenis wadah budidaya ikan telah dimanfaatkan menyesuaikan kondisi lingkungan dan kebutuhan. Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam tentang pakan ikan, perlu dipahami terlebih dahulu tentang budidaya ikan sehingga dapat memberikan gambaran awal manfaat pakan ikan untuk perkembangan budidaya ikan.

Upload: brentoz

Post on 29-Nov-2015

448 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1. Budidaya Ikan

1. MEMAHAMI BUDIDAYA PERIKANAN

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 DESKRIPSI

Ikan sebagai sumber protein hewani makin meningkat permintaannya dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat pada gizi asupan makanan. Ikan-ikan laut hasil tangkapan

nelayan yang mengisi sebagian besar produk ikan dipasaran mulai bergeser dengan produk

ikan budidaya. Stagnannya hasil tangkapan atau bahkan cenderung menurun menyebabkan

kekosongan produk pada pasar yang selalu meningkat. Tentunya produk perikanan budidaya

menjadi produk ikan yang mengisi kekurangan dari produk tangkapan alam.

Budidaya ikan di Indonesia menjadi salah satu sektor yang mengalami perkembangan

pesat dan diandalkan memenuhi kebutuhan produk ikan baik pasar domestik mapun ekspor

akibat semakin luasnya perairan laut Indonesia yang telah mengalami penangkapan ikan

berlebih. Luasnya wilayah perairan laut dan darat memberikan potensi besar wilayah Indonesia

sebagai lahan budidaya ikan.

Berbagai jenis ikan baik ikan laut, payau maupun tawar telah dikembangkan di

Indonesia. Berbagai jenis wadah budidaya ikan telah dimanfaatkan menyesuaikan kondisi

lingkungan dan kebutuhan. Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam tentang pakan ikan,

perlu dipahami terlebih dahulu tentang budidaya ikan sehingga dapat memberikan gambaran

awal manfaat pakan ikan untuk perkembangan budidaya ikan.

Dalam bab ini disampaikan tentang teknis budidaya dengan ke-empat faktor utamanya

yaitu (1) Komoditi ikan itu sendiri, (2) Air sebagai media hidup ikan, (3) Wadah

budidaya ikan dan (4) Pakan Ikan. Meskipun secara singkat, diharapkan dapat

memberikan penyegaran dan gambaran awal mempelajari pakan ikan.

1.1.2 RELEVANSI

Budidaya ikan sebagai bidang yang memanfaatkan pakan ikan harus dipahami

lebih awal bagi mahasiswa sebelum mempelajari tentang pakan ikan. Pemahaman jenis

ikan yang dibudidayakan, metode budidaya dan perkembangannya menjadi landasan

bagi mahasiswa untuk memanajemen pakan ikan serta merekayasanya.

Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang sistem budidaya ikan untuk

memenuhi kebutuhan ikan pada pasar lokal maupun internasional. Pemahaman bab ini

menjadi dasar bagi mahasiswa untuk mempelajari bab selanjutnya.

Page 2: BAB 1. Budidaya Ikan

1.1.3 KOMPETENSI

Pada akhir pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi

berupa pemahaman tentang budidaya ikan. Adapun materi pokok yang disampaikan

dalam bab ini adalah faktor utama dalam budidaya ikan.

1.2 PENYAJIAN

Budidaya perikanan dapat juga disebut akuakultur dengan mengadopsi istilah

berbahasa inggris yaitu aquaculture merupakan kegiatan untuk memproduksi biota

(organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan

(profit) baik memperbanyak jumlah individu (reproduksi), meningkatkan bobot

(pertumbuhan) maupun meningkatkan kualitas. Pembudidayaan ikan menurut UU no.

31 th. 2004 tentang Perikanan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,

dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.

lingkungan hidup baru, laju pertumbuhannya cukup tinggi, mampu berkembang biak

dalam keadaan tertangkap, mampu menyesuaikan diri terhadap makanan buatan yg

diberikan, dapat dibudidayakan dengan kepadatan tinggi, tahan terhadap penyakit dan

parasit dan memenuhi selera konsumen.

1.2.1 Komoditi Budidaya Perikanan

Komoditi budidaya perikanan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2

tujuan utama yaitu sebagai produk konsumsi dan ikan hias. Meskipun terdapat tujuan-

tujuan lain seperti bahan baku kosmetik, namun sebagian besar masih terbagi dalam

dua tujuan besar diatas.

Komoditi Budidaya Perikanan Konsumsi

Budidaya produk perikanan konsumsi telah berkembang pesat di Indonesia

baik pada komoditi ekspor maupun untuk pasar lokal. Sebagai perwakilan komoditi

budidaya ikan konsumsi populer yang dikembangkan di Indonesia adalah ikan lele

pada komoditi perikanan air tawar dan udang vanamei pada komoditi budidaya

perairan payau dan laut.

Ikan Lele ( Clarias sp) menjadi produk primadona lokal di sebagian besar

wilayah Indonesia. Beberapa wilayah seperti kepulauan Bangka Belitung yang

sebelumnya memiliki masyarakat yang anti pada ikan lele menjadi wilayah dengan

Page 3: BAB 1. Budidaya Ikan

deretan warung pecel lele. Produksi ikan lele dari petani lokal tidak mencukupi

kebutuhan sehingga harus didatangkan dari wilayah lain seperti Palembang dan

Jakarta.

Lele menjadi primadona tidak hanya bagi konsumen karena cita rasanya,

namun juga bagi petani pembudidaya dengan proses budidayanya yang relatif mudah.

Daya tahan tubuh lele yang lebih kuat terhadap perubahan kualitas air menjadikan ikan

ini dapat dibudidayakan pada perairan yang kurang optimum sekalipun. Perairan pulau

Bangka yang cenderung asam dan kurang optimum untuk komoditi perikanan tawar

lainnya, dapat digunakan untuk membudidayakan ikan lele.

Berbagai strain ikan lele telah dihasilkan peneliti maupun pembudidaya ikan

disamping jenis-jenis lele lokal. Setelah muncul ikan lele paiton yang diproduksi

perusahaan pakan ikan Charoen Phokhpand, berturut-turut diperkenalkan strain-strain

ikan lele seperti lele sangkuriang dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar

(BBAT) Sukabumi, lele piton yang mirip ular piton dari pembudidaya ikan di Jawa

Barat dan lele masamo yang diproduksi perusahaan pakan ikan Matahari Sakti di

Mojokerto. Percepatan pertumbuhan menjadi andalan strain-strain ikan lele tersebut

dengan efektifitas pemanfaatan pakan. Lele-lele tersebut dipromosikan mampu

mencapai hasil 1 kilogram ikan dengan 0,8 kilogram pakan ikan atau sering disebut

FCR 0,8 (Feed Convertion Ratio). Perkembangan strain-strain tidak berhenti pada

publikasi, dimana petani-petani ikan di Blitar mengklaim mampu menghasilkan

produksi ikan lele lebih cepat ketika pembesarannya menggunakan benih dari ikan lele

sangkuriang dengan ikan lele dumbo lokal. Yang pasti perkembangan strain semakin

beragam dalam upaya yang sama yaitu menghasilkan produksi budidaya ikan lele yang

cepat dan meningkatkan keuntungan petani pembudidaya ikan.

Secara umum budidaya ikan lele dibagi dalam proses pembenihan dan

pembesaran. Proses pembenihan dapat dilakukan secara alami, semi buatan dan

buatan. Pembenihan secara alami tidak banyak perlakuan oleh manusia selain seleksi

induk yang matang gonad, semi buatan telah menggunakan hormon buatan untuk

mempercepat pemijahan namun proses pemijahan dilakukan secara alami sedangkan

cara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia baik penyuntikan hormon

maupun pencampuran sel telur dan sel sperma.

Page 4: BAB 1. Budidaya Ikan

Pada tahap pembesaran, secara umum dilaksanakan melalui tahapan persiapan

kolam, penebaran benih, pemberian pakan selama pemeliharaan, pengendalian kualitas

air dan penyakit serta diakhiri pemanenan. Ikan lele yang bersifat omnivora cenderung

carnivora menjadikan munculnya kanibalisme selama budidaya, sehingga perlu

dilakukan grading dan pemisahan dalam periode waktu tertentu.

Gambar 1.1. Proses pembenihan ikan lele

Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) saat ini menjadi produk unggulan

budidaya perairan payau disamping bandeng. Pesisir-pesisir di Indonesia bertebaran

tambak-tambak udang yang membudidayakan udang vanamei untuk mensuplay

kebutuhan bahan baku pabrik-pabrik pembekuan udang yang berorientasi ekspor.

Sekitar satu dasawarsa sebelumnya, udang windu (Peneaus monodon) atau dengan

nama dagang Black Tiger menjadi primadona budidaya udang dengan permintaan serta

harga jual yang tinggi pada pasar internasional. Namun seiring bermunculan penyakit-

penyakit yang menyerang udang windu dan sulit terkendali menjadikan produksi

udang windu menurun tajam dan mulai digantikan dengan udang vanamei.

Page 5: BAB 1. Budidaya Ikan

Secara umum proses budidaya udang dibagi menjadi pemijahan, pendederan

dan pembesaran. Pemijahan udang dilakukan secara alami, namun untuk mempercepat

pematangan gonad, dilakukan proses ablasi dimana dilakukan penjapitan atau

pemotongan tangkai mata udang. Hal ini dilakukan karena terdapat hormone

penghambat gonad yang dapat dicegah dengan teknik ablasi.

Gambar 1.2, Sistem Hormon Induk Udang ( Setiawan A, 2004)

Setelah pembenihan dilakukan pendederan atau disebut juga pentongkolan

selama kurang lebih 20 hari. Benur udang ditebar dalam tambak dengan kepadatan 1–3

ekor /m3 untuk budidaya tradisional, 3-10 ekor /m3 untuk semi intensif dan 10–30

ekor /m3 untuk tambak intensif. Sistem budidaya intensif dan tradisional ini

menunjukkan sejauh mana ketergantungan kebutuhan udang terhadap manusia. Pada

sistem intensif hamper seluruh kebutuhan udang diberikan oleh manusia.

Pemeliharaan udang dilakukan selama kurang lebih 4 bulan. Pengendalian

penyakit, monitoring kualitas air, manajemen pakan udang sangat mempengaruhi

Page 6: BAB 1. Budidaya Ikan

tingkat keberhasilan budidaya udang. Setiap 1 minggu, perlu dilakukan sampling untuk

menentukan kondisi udang dan jumlah pakan yang diberikan ( Nonny, 2004).

Tabel 1.1. Jenis dan Ukuran Pakan Udang berdasarkan umur udang.

Komoditi Budidaya Ikan Hias

Ikan hias memiliki peminat yang tidak sedikit baik dari konsumen dalam negeri

maupun luar negeri. Berbagai jenis ikan yang memiliki keindahan telah dikembangkan

di Indonesia. Bahkan Indonesia telah memiliki Balai Riset Ikan Hias (BRIH) yang

khusus mengembangkan ikan hias yang berlokasi di Depok.

Ikan hias yang dibudidayakan mulai dari pembenihan hingga pembesarannya

masih didominasi oleh ikan air tawar. Untuk ikan air laut beberapa telah mampu

dipijahkan secara terkontrol, diantaranya adalah ikan badut atau clown fish.

Ikan clownfish (Ocellaris clownfish) memiliki sifat hermafrodit, maka relatif

mudah untuk mendapatkan sepasang heteroseksual ikan clownfish. Cukup

menempatkan dua ikan remaja ke dalam akuarium yang sama. Ikan yang paling

dominan biasanya berubah menjadi betina, sementara lainnya akan mengembangkan

testis fungsional. Salah satu prasyarat yang paling penting untuk pembibitan ikan

clownfish adalah bahwa ikan "merasa" aman. Nutrisi yang baik diperlukan ikan

clownfish akan bertelur. Ikan jantan membakar banyak kalori untuk mempertahankan

sarang sehingga energi dari makanan sangat diperlukan. Nutyang yang baik tidak

hanya untuk induk ikan, tetapi juga akan mempengaruhi kesehatan telur dan larva,

serta fekunditas betina. (Scott W, Fish Channel.com)

Sedangkan jenis-jenis ikan hias air tawar sangat beragam mulai dari yang

relative mahal seperti arwana, koi (Ciprinus carpio) hingga ikan hias bernilai

ekonomis sedang seperti ikan koki, manfish, black ghost dan ikan dari marga chiclid.

Page 7: BAB 1. Budidaya Ikan

BRIH depok juga mengembangkan jenis-jenis ikan eksotis di Indonesia sebagai ikan

hias seperti ikan pelangi dari sungai di Papua, ikan gurami padang dan ikan botia.

Sistem budidaya ikan dapat dibedakan menjadi sistem budidaya terbuka, sistem

budidaya semi tertutp dan sistem budidaya tertutup. Sistem budidaya terbuka

merupakan sistem budidaya yang paling awal ada dan menggunakan perairan umum

sebagai lahan budidaya. Sedangkan sistem semi tertutup mulai mengurangi

ketergantungan pada perairan umum, namun masih banyak berpengaruh. Pada sistem

budidaya tertutup memiliki pengaruh yang minim dari perairan umum maupun

lingkungan.

1.2.2 Sistem Budidaya Perikanan

Wadah yang digunakan sebagai pada sistem budidaya ada bermacam jenis

yaitu akuarium, kolam, bak, karamba jaring apung dan karamba tancap. Masing-

masing wadah memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing sebagai wadah

budidaya ikan. Kolam banyak digunakan untuk pembesaran ikan. Dari bahan

pembuatannya, kolam dapat dibedakan menjadi kolam tanah, kolam semi permanen

dan kolam permanen. Pembesaran ikan juga dapat dilakukan pada bak. Yang

membedakan bak dengan kolam adalah pada bak lebih mudah untuk dipindahkan dan

tidak merubah kondisi lahan yang ditempati. Untuk perairan umum, budidaya ikan

dapat dilakukan di karamba jaring apung dan karamba tancap. Yang membedakan

penggunaan keduanya adalah kedalaman perairan umum lokasi budidaya. Karamba

jaring apung lebih banyak digunakan pada perairan yang lebih dalam.

Sistem Budidaya Terbuka

Sistem budidaya terbuka menggunakan lingkungan atau perairan umum

sebagai tempat pembudidayaan ikan. Kondisi air sebagai media budidaya ikan sangat

tergantung pada kondisi air di perairan umum tempat budidaya. Wadah yang

digunakan pada sistem budidaya terbuka ini adalah karamba jaring apung, karamba

tancap dan pen culture.

Karamba jaring apung merupakan wadah yang mengapung pada permukaan air

pada perairan umum. Lokasi yang seringkali digunakan untuk karamba jaring apung

adalah danau, waduk, sungai dan laut. Kedalaman perairan mempengaruhi penentuan

Page 8: BAB 1. Budidaya Ikan

lokasi karamba jaring apung. Hal ini menentukan jarak antara dasar jaring pada

karamba jaring apung dengan dasar perairan. Jarak dasar jaring dengan dasar perairan

yang terlalu dekat akan beresiko pada terjadinya kekeruhan perairan yang berakibat

pada penurunan kualitas air pada jaring. Gambar karamba jaring apung terdapat pada

Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Karamba Jaring Apung di Perairan Umum(Tahang dan Priyambodo, 2005)

Karamba jaring apung merupakan model pembudidayaan ikan dalam jaring tertutup

pada semua sisi kecuali sisi atas dan diapungkan dengan pelampung berupa drum,

sterofoam maupun jurigen. Pada karamba jaring terapung seringkali ditambahkan

rumah jaga sebagai tempat penjagaan, sebab lokasi budidaya yang diperairan umum

menjadikan karamba jaring apung jauh dari lokasi tempat tinggal.

Karamba tancap seperti halnya karamba jaring apung juga dipergunakan untuk

memanfaatkan perairan umum. Karamba tancap dapat digunakan di sungai dengan

kedalaman berkisar 1 meter dan daerah pasang surut. Jika jaring pada karamba jaring

apung menggantung dipermukaan air, pada karamba tancap tiang-tiang penopangnya

menancap pada dasar perairan. Sarana mempertahankan ikan didalam karamba tidak

hanya menggunakan jaring, melainkan dapat dengan bambu, kayu dan kawat.

Page 9: BAB 1. Budidaya Ikan

Gambar 1.4. Karamba Tancap memanfaatkan perairan sungai.

Kondisi perairan tempat meletakan karamba tancap sangat mempengaruhi

pertumbuhan ikan yang dipelihara baik dari debit air dan kualitas air. Sungai yang

umumnya memiliki debit air yang cukup besar menjadikan komoditi ikan yang

dipelihara dalam karamba tancap merupakan jenis ikan yang mampu tumbuh dengan

baik pada perairan mengalir atau bahkan deras.

Metode karamba tancap juga dapat dilakukan pada area pasang surut pesisir

pantai. Karamba pada area tersebut lebih sering disebut dengan pen culture. Pada pen

culture, konstruksi berupa kayu atau bambu diberikan pada bagian keliling dan atas.

Sementara bagian dasar adalah dasar perairan. Dengan demikian pengaturan agar tidak

terdapat lubang antara dasar dan kerangka pen culture perlu diperhatikan. Pada bagian

depan pen culture yang mengarah ke laut, diberikan penahan ombak berupa genteng,

batako atau batu dengan sudut kemiringan 45. Hal ini diperlukan agar kekuatan

ombak tidak merusak pen culture.

Page 10: BAB 1. Budidaya Ikan

   

Gambar 1.5. Pen culture di Loka Budidaya Laut Lombok (Wibowo , 2008)

Sistem Budidaya Semi Tertutup

Pada budidaya sistem ini dilakukan pemisahan dan menekan pengaruh

lingkungan terhadap sistem budidaya. Namun pengaruh lingkungan masih banyak

memberikan efek pada budidaya akibat adanya hubungan dengan lingkungan. Wadah

yang digunakan dalam sistem budidaya semi tertutup adalah kolam dan bak.

Kolam merupakan wadah budidaya yang seringkali kita jumpai di pekarangan

rumah. Kolam dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan komoditi yang dibudidayakan

Kolam yang dibuat diwilayah pesisir dengan media pemeliharaan ikan dengan air

payau seringkali disebut dengan tambak. Komoditas yang dibudidayakan di

tambak adalah udang vanamei, udang windu, rumput laut jenis Glacilaria, ikan

bandeng, ikan kakap dan ikan nila. Sementara kolam yang menggunakan media air

tawar dengan komoditi ikan air tawar seperti ikan mas, ikan gurami, ikan lele dan

jenis ikan lainnya lebih sering disebut sebagai kolam.

2. Berdasarkan debit air

Page 11: BAB 1. Budidaya Ikan

Kolam yang menggunakan air dengan debit lebih dari 50 liter per detik disebut

sebagai kolam air deras. Kolam yang memiliki debit air antara 5 – 50 liter per detik

disebut sebagai kolam mengalir. Sedangkan kolam yang memiliki debit air 0 – 5

liter per detik disebut sebagai kolam air tergenang atau stagnan. Jenis kolam

berdasarkan debit airnya juga dapat menentukan jenis komoditi yang

dibudidayakan. Ikan mas lebih menyukai kolam dengan debit air yang tinggi atau

kolam air deras, sedangkan ikan lele dan gurami lebih sesuai untuk kolam air

tergenang atau stagnan.

3. Berdasarkan konstruksi pembuatan

Kolam yang dibuat secara tradisional tanpa memberikan tambahan penguat

pematang disebut kolam tradisional atau ekstensif. Kolam ini dibuat pada tanah

dan keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah. Sementara kolam semi

intensif merupakan kolam yang bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari

tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah. Berikutnya adalah kolam

intensif yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok.

Gambar 1.6. Kolam ekstensif (atas kiri), kolam semi permanen (atas kanan) dan kolam permanen (bawah) (Gusrina, 2008)

Bak memiliki fungsi hampir sama dengan kolam, namun bak lebih mudah

dipindah-pindahkan dan tidak merubah kondisi lahan yang ditempati. Bak dapat

Page 12: BAB 1. Budidaya Ikan

dibedakan dari bahan yang digunakan yaitu bak beton, bak fiber dan bak terpal atau

plastic. Bak dapat digunakan untuk budidaya pada tahap pembenihan maupun

pembesaran. Bak merupakan solusi tepat untuk pemanfaatan lahan sempit. Selain itu

bak juga dapat digunakan pada lahan yang kurang optimal seperti pH tanah yang

rendah atau tekstur tanah yang porous ( mudah menyerap air ). Pada beberapa daerah

yang minim sumber air, pembudidayaan ikan di kolam terpal menjadi solusi untuk

dapat membudidayakan ikan. Tentu saja dengan komoditas ikan yang sesuai untuk

kolam air tergenang atau stagnan.

Gambar 1.7. Bak fiber ( kiri ) dan bak terpal ( kanan ) (dokumentasi pribadi)

Salah satu daerah kering yang diupayakan bermanfaat melalui budidaya ikan

di kolam terpal adalah daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Komoditas yang

dikembangkan adalah lele dimana ikan tersebut mampu hidup dan berkembang pada

perairan tergenang. Program sejenis juga telah dilaksanakan oleh Universitas Bangka

Belitung bagi masyarakat desa Balunijuk, kabupaten Bangka, dimana kolam terpal

digunakan untuk membudidayakan ikan lele sebagai upaya membudidayakan ikan

pada lahan yang tidak memiliki sumber air mengalir.

Sistem Budidaya Tertutup

Pada sistem budidaya tertutup, pengaruh lingkungan terhadap budidaya dapat

diminimalkan. Hal itu dapat terjadi akibat minimnya hubungan langsung antara

lingkungan budidaya dengan lingkungan luar. Sistem budidaya tertutup dilakukan

dalam ruangan (indoor) dengan wadah akuarium dan bak.

Akuarium merupakan wadah yang seringkali digunakan dalam upaya

pemanfaatan ikan sebagai hiasan. Kondisi wadah yang transparan pada satu atau lebih

Page 13: BAB 1. Budidaya Ikan

sisi wadah memudahkan seseorang melihat kondisi ikan yang dipelihara di akuarium.

Akuarium dapat digunakan untuk budidaya ikan tawar dan air laut biasanya pada

proses kegiatan pembenihan ikan atau untuk pemeliharaan ikan hias. Sehingga selain

sebagai wadah hiasan, akuarium juga digunakan sebagai wadah penetasan telur,

pemijahan dan perawatan larva pada beberapa jenis ikan. Dengan sifat akuarium yang

dapat dilihat dari satu atau lebih sisinya, maka salah satu atau lebih sisi akuarium

dibuat dari bahan yang transparan. Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan

pembuatan akuarium adalah kaca dan plastik mika.

Berdasarkan fungsinya, akuarium dapat dikelompokkan menjadi akuarium

sejenis, akuarium kelompok dan aquascape. Akuarium sejenis merupakan akuarium

yang dimanfaatkan untuk satu jenis ikan saja. Umumnya perlakuan ini terjadi pada

pemanfaatan akuarium sebagai wadah penetasan telur, perawatan larva dan pemijahan

yang merupakan bagian pembenihan ikan. Sementara akuarium berkelompok

digunakan pada pemeliharaan berbagai jenis ikan hias berikut hiasan akuarium.

Pemeliharaan ikan hias dalam akuarium secara berkelompok dapat memberikan

keindahan dari berbagai corak ragam dan warna ikan hias dalam suatu akuarium.

Kelompok terakhir adalah aquascape. Aquascape lebih menonjolkan sisi tanaman yang

dipelihara dalam akuarium. Penambahan beberapa ikan hias melengkapi keindahan

aquascape ini. Jika pada akuarium pemeliharaan ikan membutuhkan aerator sebagai

sarana suplai oksigen ke dalam air, pada aquascape membutuhkan pensuplai

karbondioksida (CO2) yang dibutuhkan tanaman-tanaman untuk berfotosintesis.

Oksigen yang dibutuhkan ikan penghias diperoleh dari hasil fotosintesis tanaman air.

Gambar 1.8. Mahasiswa mempraktikan pembuatan akuarium (dokumentasi pribadi).

Page 14: BAB 1. Budidaya Ikan

1.2.3. Kualitas Air Budidaya Ikan

Dalam upaya pembudidayaan ikan secara optimal, maka kualitas air pada

sistem budidaya ikan diupayakan dapat sesuai dengan nilai optimal parameter kualitas

air yang dibutuhkan olah komoditi yang dibudidayakan. Kesehatan ikan yang

dibudidayakan dapat dipengaruhi oleh kualitas air lingkungan budidaya ikan.

Parameter-parameter kualitas air budidaya ikan yang perlu dipantau antara lain

suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman air, oksigen terlarut, pH, alkalinitas, bahan

organic, plankton, bakteri (total bakteri dan vibrio). Parameter kualitas air dapat

dikelompokkan manjadi parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter kualitas air

secara umum untuk budidaya perairan terdapat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Standart kualitas air untuk budidaya perairan.Parameter Konsentrasi

Alkalinitas 10 – 400

Aluminium < 0.01

NH3 < 0.02

Ammonia (TAN) <1.0

Arsenic <0.05

Cadmium 0.005

Calcium 4 - 160

Karbondioksida 0-10

Klorin <0.003

Oksigen terlarut >5

Hardness total 10 - 400

Magnesium < 15

Merkuri < 0.02

Nitrit NO2 0.1

Nitrat NO3 0 – 3.0

pH 6.5 – 8

Total Dissolved Solid (TDS) <400

Total Suspensed Solid (TSS) <80

Zinc < 0.005

Page 15: BAB 1. Budidaya Ikan

Sumber : Lawson, 1995.

Kedalaman air pada wadah budidaya khususnya sistem semi tertutup memiliki

pengaruh dalam meminimalkan fluktuasi dan stratifikasi. Kedalaman air ideal untuk

budidaya ikan adalah berkisar anatara 1 – 2 meter, dimana pada kedalaman ini cahaya

matahari mampu masuk hingga mendekati dasar dan baik untuk produktivitas perairan.

Jika kedalaman terlalu rendah, maka terjadi fluktuasi suhu yang besar antara siang hari

dan malam hari. Suhu yang terlalu tinggi pada sinag hari membahayakan bagi ikan.

Sementara kolam yang terlalu dalam menimbulkan stratifikasi suhu, cahaya dan

produktifitas perairan.

Suhu memiliki peran penting pada hewan akuatik, karena sifat hewan akuatik

yang poikilothermal. Perubahan suhu dapat memberikan pengaruh pada kelarutan

oksigen dan proses fisiologis meliputi tingkat respirasi, efisiensi pakan, pertumbuhan,

tingkah laku dan reproduksi. Semakin tinggi suhu suatu perairan dapat memberikan

efek pada penurunan tingkat oksigen dalam air. Kondisi perubahan suhu dan kadar

oksigen memberikan perubahan pada tingkat respirasi ikan. Penurunan jumlah oksigen

yang terserap akibat penurunan respirasi ikan memberikan pengaruh pada tingkah laku,

pertumbuhan, efisiensi pakan dan reproduksi. Pada Tabel 1.3 dapat dilihat pengaruh

tingkat suhu perairan terhadap respon konsumsi ikan.

Tabel 1.3. Pengaruh suhu terhadap respon konsumsi pakan

(Tucker dan Hargreaves, 2004)

Page 16: BAB 1. Budidaya Ikan

Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan secara umum adalah antara 29 – 30 C

untuk perairan tropis. Pertambahan maupun penurunan suhu diluar suhu optimum

berpengaruh pada penurunan tingkat pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Kondisi

sedemikian memberikan efek pada semakin tinggi rasio pakan terhadap pertumbuhan

sehingga mengurangi target keuntungan dalam budidaya komersial.

Parameter kualitas air pencerahan merupakan parameter untuk mengukur

kemampuan penetrasi cahaya matahari ke dalam suatu perairan. Telah dikatahui bahwa

cahaya matahari memiliki peran penting dalam penyediaan oksigen dalam perairan

umum dimana cahaya matahari digunakan untuk proses fotosintesis. Nilai kecerahan

dpat diukur dengan lempeng secchidisk untuk menentukan titik terdalam penetrasi

cahaya ke dalam suatu perairan. Nilai kecerahan dipengaruhi oleh partikel-partikel

tersuspensi dalam perairan baik partikel organic maupun non organic. Kecerahan suatu

perairan tergambar pada Gambar 1.9.

Nilai kecerahan optimum adalah pada 25 – 30 cm, dimana kekeruhan terjadi

akibat plankton dan flok bakteri bukan partikel non organic tersuspensi seperti tanah.

Kekeruhan akibat plankton, flok bakteri dan tanah tersuspensi dapat dibedakan dari

warna perairan. Semakin padat kandungan plankton suatu perairan maka semakin

rendah tingkat kecerahannya.

Gambar 1.9. Pengukuran dan nilai kecerahan perairan

Perairan memiliki warna akibat keberadaan phytoplankton, zooplankton,

partikel tanah, partikel organik dan ion logam. Perairan yang digunakan untuk

Daerah fotosintetikP > RDaerah

respirasiR>P

Sinar matahari

hx

h = 2 x

h : daya tembus sinar matahari dalam airx : kecerahan (sechhi dish)

P = R

Page 17: BAB 1. Budidaya Ikan

budidaya ikan atau udang sebaiknya berwarna kehijauan / kebiruan. Warna kuning

atau keeamasan dapat terjadi akibat perkembangan diatom yang besar. Kondisi air

sedemikian merupakan air terbaik untuk budidaya udang. Perairan yang kehijauan

merupakan perairan dengan pertumbuhan lebih besar pada phytoplankton, kecoklatan

mengindikasikan pertumbuhan zooplankton dan coklat mengindikasikan kelebihan

partikel tanah tersuspensi.

Perairan yang kurang baik untuk budidaya adalah air yang berwarna hitam,

hitam kehijauan, coklat tua dan merah. Warna-warna tersebut mengindikasikan

berlebih pertumbuhan pythoplankton, dasar perairan yang buruk dan kandungan asam

yang tinggi. Warna merah pada perairan dapat diindikasikan adanya kadar logam pada

tingkat yang tinggi dan kematian phytoplankton.

Salinitas merupakan suatu ukuran konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air

yang diekspresikan dalam gram per liter (g/L) atau part per thousand (ppt). Unsur

utama pembentuk salinitas adalah sodium (Na+) dan klorida (Cl-). Diluar kedua

unsur tersebut juga terdapat ion magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+), potassium (K+),

sulfat (SO4-) dan bikarbonat (HCO3) yang memberi pengaruh pada nilai salinitas.

Sehingga salinitas dapat dikatakan sebagai tingkat keasinan atau kadar NaCl suatu

perairan. Perairan dapat dibagi berdasarkan salinitasnya menjadi perairan tawar pada

salinitas 0 ppt, perairan payau pada salinitas 1 – 30 ppt dan perairan laut pada salinitas

lebih dari 31 ppt. Umumnya perairan laut memiliki salinitas berkisar antara 30 – 37

ppt. Parameter salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan dan tingkat

evaporasi. Komoditi budidaya ikan memiliki kemampuan beradaptasi dengan salinitas

berbeda-beda. Sebagian jenis ikan seperti bandeng dan nila memiliki toleransi salinitas

yang lebar atau disebut dengan euryhaline. Sementara sebagian lainnya disebut

stenohaline dimana komoditi ikan tersebut memiliki toleransi salinitas yang kecil.

pH merupakan konsentrasi ion hydrogen dimana memiliki range nilai antara 0

hingga 14. pHoptimal untuk pertumbuhan ikan antara 6,5 – 8. pH diwawah 5 dan

diatas 10 menjadi batas kematian ikan dan udang. pH dibawah 6,5 dan diatas 8,5

berpengaruh pada reduksi pertumbuhan ikan. Perbedaan pH dari pagi hari hingga

malam hari sebaiknya tidak lebih dari 0,5. Ketika pH meningkat, amoniak dan nitrit

akan menjadi racun, namun jika pH menurun maka unsure H dan S menjadi lebih

bersifat racun.

Page 18: BAB 1. Budidaya Ikan

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga

dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara

bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

1.2.4. Pakan Ikan

Pakan ikan memiliki peran penting dalam pertumbuhan komoditi perikanan

yang dibudidayakan. Pertumbuhan ikan tidak optimal tanpa nutrisi yang baik. Warna

ikan hias tidak cerah jika pakan tidak mendukung. Demikian juga pada proses

pematangan gonad yang lambat ketika nutrisi pakan tidak memberikan manfaat untuk

pematangan gonad.

Pakan ikan menjadi permasalah utama pada wilayah-wilayah kepulauan seperti

kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan pada ketergantungan petani ikan pada

produk pakan yang dihasilkan perusahaan pakan ternak. Memang penggunakan pakan

komersil dari perusahaan pakan lebih praktis karena petani tinggal menggunakan.

Namun ketika budidaya dilakukan pada wilayah kepulauan, selain harga pakan lebih

mahal akibat biaya transportasi, juga ketersediaannya terbatas pada waktu-waktu

tertentu seperti pada saat ombak tinggi. Sehingga perlu produksi pakan mandiri yand

menjadikan pembudidaya ikan tidak tergantung pada ketersediaan pakan komersil.

Lebih mendalam tentang pakan ikan dibahas dalam buku ini.

1.3 PENUTUP

1.3.1 RANGKUMAN

Komoditi budidaya perikanan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2

tujuan utama yaitu sebagai produk konsumsi dan ikan hias.

Secara umum budidaya ikan lele dibagi dalam proses pembenihan dan

pembesaran. Proses pembenihan dapat dilakukan secara alami, semi buatan

dan buatan. Pada tahap pembesaran, secara umum dilaksanakan melalui

Page 19: BAB 1. Budidaya Ikan

tahapan persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan selama

pemeliharaan, pengendalian kualitas air dan penyakit serta diakhiri

pemanenan.

Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) saat ini menjadi produk unggulan

budidaya perairan payau disamping bandeng. Secara umum proses budidaya

udang dibagi menjadi pemijahan, pendederan dan pembesaran. Pemijahan

udang dilakukan secara alami, namun untuk mempercepat pematangan gonad,

dilakukan proses ablasi dimana dilakukan penjapitan atau pemotongan tangkai

mata udang. Setelah pembenihan dilakukan pendederan atau disebut juga

pentongkolan selama kurang lebih 20 hari. Benur udang ditebar dalam tambak

dengan kepadatan 1–3 ekor /m3 untuk budidaya tradisional, 3-10 ekor /m3

untuk semi intensif dan 10–30 ekor /m3 untuk tambak intensif.

Komoditi Budidaya Ikan Hias air laut adalah ikan badut atau clown fish.

Sedangkan jenis-jenis ikan hias air tawar sangat beragam mulai dari yang

relative mahal seperti arwana, koi (Ciprinus carpio) hingga ikan hias bernilai

ekonomis sedang seperti ikan koki, manfish, black ghost dan ikan dari marga

chiclid.

Sistem budidaya terbuka menggunakan lingkungan atau perairan umum

sebagai tempat pembudidayaan ikan. Kondisi air sebagai media budidaya ikan

sangat tergantung pada kondisi air di perairan umum tempat budidaya. Wadah

yang digunakan pada sistem budidaya terbuka ini adalah karamba jaring

apung, karamba tancap dan pen culture.

Pada sistem Budidaya Semi Tertutup dilakukan pemisahan dan menekan

pengaruh lingkungan terhadap sistem budidaya. Namun pengaruh lingkungan

masih banyak memberikan efek pada budidaya akibat adanya hubungan

dengan lingkungan. Wadah yang digunakan dalam sistem budidaya semi

tertutup adalah kolam dan bak.

Pada sistem budidaya tertutup, pengaruh lingkungan terhadap budidaya dapat

diminimalkan. Hal itu dapat terjadi akibat minimnya hubungan langsung

antara lingkungan budidaya dengan lingkungan luar. Sistem budidaya tertutup

dilakukan dalam ruangan (indoor) dengan wadah akuarium dan bak.

Page 20: BAB 1. Budidaya Ikan

Parameter-parameter kualitas air budidaya ikan yang perlu dipantau antara lain

suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman air, oksigen terlarut, pH, alkalinitas,

bahan organic, plankton, bakteri (total bakteri dan vibrio). Parameter kualitas

air dapat dikelompokkan manjadi parameter fisik, kimia dan biologi.

Pakan ikan menjadi permasalah utama pada wilayah-wilayah kepulauan

seperti kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan pada ketergantungan

petani ikan pada produk pakan yang dihasilkan perusahaan pakan ternak.

Selain harga pakan lebih mahal akibat biaya transportasi, kendala pakan juga

terjadi saat ketersediaannya terbatas pada waktu-waktu tertentu seperti pada

saat ombak tinggi.