bab 1 besaran dan hukum penerangan a. besaran · pdf filedra. hj. janarti 4 flux cahaya yang...

123
Dra. Hj. Janarti 1 BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran Penerangan 1. Flux Cahaya Flux cahaya adalah energi yang diradiasikan keluar dari suatu sumber cahaya setiap detiknya dalam bentuk gelombang cahaya. Jadi flux cahaya dapat dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Dalam hubungannya dengan penerangan telah dijelaskan bahwa 1 watt cahaya sama dengan 680 lumen. Jumlah lumen perwatt (lm/W), disebut flux cahaya spesifik Gambar 1 sudut ruang Misalnya, luasan A merupakan suatu bidang dari permukaan bola yang mempunyai jari-jari (r). kalau kita tentukan luas A, maka sudut ruang ω yang dipotong dari bola oleh jari-jari itu disebut dengan steradian, yang persamaannya dapat kita tuliskan sebagai berikut : 2 r A , kalau A = r 2 maka ω = 1, karena luas permukaan bola terdapat 2 2 4 r r =4 steradian Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola seperti gambar 1 memancarkan 1 cd ke setiap jurusan. Jadi permukaan bolanya akan mendapat penerangan merata. Kalau intensitas cahayanya 1 cd,

Upload: tranquynh

Post on 03-Feb-2018

365 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 1

BAB 1

BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN

A. Besaran Penerangan

1. Flux Cahaya

Flux cahaya adalah energi yang diradiasikan keluar dari suatu

sumber cahaya setiap detiknya dalam bentuk gelombang cahaya.

Jadi flux cahaya dapat dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah

seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik.

Dalam hubungannya dengan penerangan telah dijelaskan

bahwa 1 watt cahaya sama dengan 680 lumen. Jumlah lumen perwatt

(lm/W), disebut flux cahaya spesifik

Gambar 1 sudut ruang

Misalnya, luasan A merupakan suatu bidang dari permukaan

bola yang mempunyai jari-jari (r). kalau kita tentukan luas A, maka

sudut ruang ω yang dipotong dari bola oleh jari-jari itu disebut dengan

steradian, yang persamaannya dapat kita tuliskan sebagai berikut :

2r

A , kalau A = r2 maka ω = 1, karena luas permukaan bola

terdapat2

24

r

r= 4 steradian

Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola seperti gambar 1

memancarkan 1 cd ke setiap jurusan. Jadi permukaan bolanya akan

mendapat penerangan merata. Kalau intensitas cahayanya 1 cd,

Page 2: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 2

melalui sudut ruang 1 sr akan mengalir flux cahaya 1 m. Jadi

intensitas cahaya dapat juga diberi defenisi sebagai berikut :

I =

cd

Dimana : I : Intencitas cahaya (cd)

Φ : Flux cahaya (lumen)

ω : sudut ruang (steradilan)

sehingga : Φ = ωI 1m

sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola seperti

gambar 1 dilingkupi oleh 4 steradian. Jadi sumber cahaya itu

memancarkan :

Φ = ωI = 4 I lm

Karena intensitas cahayanya 1 cd, maka

Φ = 4 lm

2. Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan atau iluminasi atau kuat penerangan adalah

flux cahaya yang jatuh pada suatu bidang atau permukaan, sehingga

satuan Intensitas penerangan adalah lumen /m2 atau Lux (Lx).

Gambar 2 Intensitas penerangan pada suatu bidang kerja

Jika suatu bidang yang luasnya A m2 (lihat gambar 2a), diterangi

dengan Φ lumen, intensitas penerangan rata-rata di bidang itu adalah :

Erata-rata =A

Φlux

Kalau 10 m2 diterangi dengan 1000 lumen, didapat :

Page 3: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 3

Erata-rata = 10010

1000

A

Φ lux

Sedangkan untuk kasus seperti gambar 2.b dimana intensitas

penerangan di suatu bidang karena suatu sumber cahaya dengan

intensitas I, berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber

cahaya dengan bidang itu, disebut hukum kuadrat, dengan rumus :

Ep =2r

Ilux

Dimana : Ep : intensitas penerangan di suatu titik P dari bidang

yang diterangi, dinyatakan dalam satuan lux

I : intensitas cahaya dalam satuan candela,

r : jarak dari sumber cahaya titik P, dinyatakan dalam

meter.

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana

pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80

cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau

bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di

atas lantai.

Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat

pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu bagian menarik halus

misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih

besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal.

Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas

penerangan yang diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan

penerangan buatan, juga memerlukan intensitas penerangan yang

lebih besar.

Tabel 1 mencantumkan intensitas penerangan yang diperlukan

untuk penerangan yang baik.

Φ = E x A lm.

Page 4: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 4

Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya

mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya itu akan

dipancarkan ke dinding dan langit-langit (lihat gambar 3). Karena

itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus

diperhitungkan efisiensi atau rendemennya :

o

g

Dimana :

Φo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber

cahaya yang ada dalam ruangan

Φg = flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja,

langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh

dinding dan langit-langit.

Bagian flux cahaya yang hilang menerangi ruangan atau

diserap oleh dinding, langit-langit, gorden dan sebagainya.

Gambar 3

a. Pembagian flux cahaya dalam ruangan.

Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju

langsung ke bidang kerja.

b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dari flux

cahayanya menuju langsung ke bidang kerja.

Page 5: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 5

a. Efisiensi Penerangan

Dari

o

g

Dan

Φg = E x A lm

Didapat rumus flux cahaya :

Dimana :

A = luas bidang kerja dalam m2

E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja

Efisiensi atau randemen penerangannya ditentukan dari tabel-

tabel (lihat misalnya tabel 2 sampai dengan tabel 6). Setiap tabel

hanya berlaku untuk suatu armature tertentu dengan jenis lampu

dalam ruangan tertentu pula.

Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus

diperhitungkan :

a. Efisiensi atau randmen armatrunya (v);

b. Faktor refleksi didning (rw), faktor refleksi langit-langintya (rp)

dan faktor refleksi bidang pengukuran (rm)

c. Indeks ruangannya

b. Efisiensi Armatur

Efisiensi atau randemen armatur v ialah :

v =cahayasumberolehndipancarkayangcahayaflux

armaturolehndipancarkayangcahayaflux

efisiensi ini dibagi atas bagian flux di atas dan di bawah bidang

horizontal; misalnya dalam tabel 3 masing-masing 22% dan 65%.

Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan

oleh bahan yang digunakan.

Page 6: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 6

Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan

efisiensi armaturnya.

c. Faktor-Faktor Refleksi

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan

bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh

dinding dan langit-langit, dan kemudian mencapai bidang kerja.

Faktor refleksi semua bidang pengukuran atau bidang kerja rm,

ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara

bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk rm ini diambil 0,1.

Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-

70% dan yang berwarna gelap 10-20%.

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan

langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-

sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yaitu q jatuh di langit-

langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.

Dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 efisiensi penerangannya

diberikan untuk tiga nilai rp yang berbeda. Pada setiap nilai rp

terdapat tiga nilai rw.

Untuk faktor refleksi dinding rw ini dipilih suatu nilai rata-rata,

sebab pengaruh gorden dan sebagainya sangat besar.

a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja

b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya

luas dan luminansinya rendah

c. Penempatan standar cahaya yang tepat

Page 7: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 7

d. Indeks ruangan atau indeks bentuk

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan

perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatu ruangan

berbentuk bujur sangkar :

k =)( lph

lp

dimana :

p = panjang ruangan dalam m

l = lebar ruangan dalam m

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m

Bidang kerja ialah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya

0,80 m di atas lantai.

Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi

penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau

misalnya k = 4,5 maka untuk diambil nilai tengah antara nilai-nilai

k = 4 dan k = 5.

Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai untuk k = 5, sebab

untuk k di atas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah

lagi.

e. Faktor Penyusunan atau Faktor Depresiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d adalah :

d =barukeadaandalam

dipakaikeadaandalamE

E

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas

penerangan rata-rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan

armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor,

sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.

Page 8: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 8

Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel-tabel 2 sampai

dengan 6 berlaku untuk suatu instalasi dalam keadaan baru. Kalau

faktor depresiasinya 0,8 suatu instalasi yang dalam keadaan baru

memberi hanya 200 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.

Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam

keadaan dipakai, nilai rendmeen yang didapat dari tabel masih

harus dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depresiasi ini

dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk :

a. Untuk potongan berat.

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga

kelompok, tergantung pada masa pemeliharaan lampu-lampu

dan armatur-armaturnya yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun.

Potongan ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan

gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang

hampir tidak berdebu.

Potongan berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan

banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-

perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya.

Potongan biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.

Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan

faktor depresiasi 0,8.

Selanjutnya efisiensi penerangannya juga dipengaruhi oleh

cara penempatan sumber-sumber cahayanya dalam ruangan.

Jarak a antarsumber cahaya sedapat mungkin harus sama

untuk dua arah. Jarak antar sumber cahaya yang paling luar

dan dinding harus 0,5 a. Sedapat mungkin a harus sama

dengan tinggi h sumber cahaya di atas bidang kerja.

Kalau ketentuan-ketentuan di atas mengenai penempatan

sumber cahaya dipenuhi, untuk efisiensi penerangannya dapat

Page 9: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 9

digunakan nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 2 sampai

dengan tabel 6.

Kalau a lebih kecil daripada h, misalnya kalau ruangannya

kecil, maka untuk penerangan umum yang biasanya digunakan

empat armatur.

Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi

telah juga diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya.

Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk

lampu-lampu TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun, dan

untuk lampu pijar 500 jam nyala per tahun. Angka-angka ini

sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan-perusahaan.

Kalau intensitas penerangannya menurun sampai 20% di

bawah yang seharusnya, lampu-lampunya harus diganti atau

dibersihkan. Penggantian lampu-lampu ini sebaiknya dilakukan

kelompok demi kelompok, supaya tidak terlalu mengganggu

kegiatan perusahaan.

f. Tabel-Tabel Penerangan

Tabel 2 sampai dengan tabel 6 berikut ini dikutip dari buku

“Tabellen voor verlentign’ (tabel-tabel penerangan), yang

diterbitkan oleh Philips.

Page 10: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 10

Tabel 1

Pusat PekerjaanPenerangan

sangat baik

Penerangan

baik

1. Kantor

Ruangan gambar

Ruangan kantor (untuk pekerjaan

kantor biasa, melayani mesin-mesin

kantor)

Ruangan yang tidak digunakan terus

menerus untuk pekerjaan (ruangan

arsip, tangga, gang, ruangan tunggu)

2. Ruangan sekolah

Ruangan kelas

Ruangan gambar

Ruangan untuk pelajaran jahit

menjahit

3. Industri

Pekerjaan sangat halus (pembuatan

jam tangan, instrumen kecil dan halus,

mungkir)

Pekerjaan halus (pekerjaan

pemasangan halus, menyetel mesin

bubut otomatis, pekerjaan bubut

halus, kempa halus, poles)

Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut

kasar, pemasangan biasa)

2000 lux

250 lux

500 lux

1000 lux

1000 lux

5000 lux

2000 lux

1000 lux

1000 lux

150 lux

250 lux

1000 lux

1000 lux

2500 lux

1000 lux

500 lux

Page 11: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 11

Pekerjaan kasar (menampa dan

menggiling)

4. Toko

Ruangan jual dan pamer :

Toko-toko besar

Toko-toko lain

Etalase :

Toko-toko besar

Toko-toko lain

5. Mesjid Gereja dan sebagainya

6. Rumah tinggal

Kamar tamu

Penerangan setempat

Penerangan umum, suasana

Dapur

Penerangan setempat

Penerangan umum, suasana

Ruangan-ruangan lain

Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias

(penerangan setempat)

Gang, tangga, gudang, garasi

Penerangan setempat untuk

pekerjaan-pekerjaan ringan

(hobby, dan sebagainya)

Penerangan umum

500 lux

1000 lux

500 lux

2000 lux

1000 lux

250 lux

1000 lux

100 lux

500 lux

250 lux

500 lux

250 lux

500 lux

250 lux

250 lux

500 lux

250 lux

1000 lux

500 lux

125 lux

500 lux

50 lux

250 lux

125 lux

250 lux

125 lux

250 lux

125 lux

Page 12: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 12

Tabel 2

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk

masa pemeliharaan

Armatur penerangan

langsung

V

%

k

rw

rp

0,5

rm

0,7

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1

1 tahun 2 tahun

TBL 15

TCS 15

4x %L 40 W

Kisi lamel

0

72

72

0,5

0,6

0,8

1

1,2

1,5

2

2,5

3

4

5

0,28

0,33

0,42

0,48

0,52

0,56

0,61

0,64

0,66

0,69

0,71

0,23

0,28

0,36

0,43

0,48

0,52

0,58

0,61

0,64

0,67

0,69

0,19

0,24

0,33

0,40

0,44

0,49

0,55

0,59

0,61

0,65

0,67

0,27

0,32

0,40

0,46

0,50

0,54

0,59

0,62

0,64

0,66

0,68

0,23

0,28

0,36

0,43

0,47

0,52

0,57

0,60

0,63

0,66

0,68

0,19

0,24

0,32

0,39

0,44

0,49

0,54

0,58

0,61

0,64

0,66

0,27

0,32

0,40

0,46

0,50

0,54

0,59

0,62

0,64

0,66

0,68

0,22

0,27

0,36

0,42

0,46

0,51

0,56

0,59

0,62

0,65

0,66

0,19

0,24

0,32

0,39

0,43

0,48

0,54

0,57

0,60

0,63

0,65

Pengotoran ringan

0,85 0,80

Pengotoran sedang

0,80 0,70

Pengotoran berat

x x

Page 13: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 13

Tabel 3

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk

masa pemeliharaan

Armatur penerangan

langsung

V

%

k

rw

rp

0,5

rm

0,7

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1

1 tahun 2 tahun

GCF

2 x TLF 65 W

22

87

65

0,5

0,6

0,8

1

1,2

1,5

2

2,5

3

4

5

0,32

0,37

0,46

0,53

0,58

0,62

0,68

0,71

0,73

0,76

0,78

0,26

0,31

0,41

0,48

0,52

0,58

0,64

0,67

0,70

0,74

0,76

0,22

0,27

0,36

0,44

0,48

0,54

0,60

0,64

0,67

0,71

0,74

0,29

0,35

0,43

0,49

0,54

0,58

0,63

0,66

0,68

0,71

0,72

0,24

0,30

0,38

0,45

0,49

0,54

0,59

0,63

0,65

0,69

0,71

0,21

0,26

0,35

0,42

0,46

0,51

0,57

0,60

0,63

0,67

0,69

0,27

0,32

0,40

0,46

0,50

0,54

0,58

0,61

0,63

0,65

0,67

0,23

0,28

0,36

0,42

0,46

0,51

0,55

0,59

0,61

0,64

0,65

0,20

0,25

0,33

0,39

0,43

0,48

0,53

0,57

0,59

0,62

0,64

Pengotoran ringan

0,90 0,80

Pengotoran sedang

0,80 0,75

Pengotoran berat

x x

Page 14: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 14

Tabel 4

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk

masa pemeliharaan

Armatur penerangan

langsung

V

%

k

rw

rp

0,5

rm

0,7

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1

1 tahun 2 tahun

GCB

2x TL 40w

Roster sejajar

38

81

43

0,5

0,6

0,8

1

1,2

1,5

2

2,5

3

4

5

0,26

0,30

0,38

0,43

0,47

0,51

0,56

0,59

0,61

0,64

0,66

0,20

0,25

0,32

0,38

0,42

0,47

0,52

0,56

0,58

0,62

0,64

0,17

0,21

0,28

0,34

0,38

0,43

0,49

0,52

0,55

0,59

0,62

0,22

0,26

0,33

0,38

0,41

0,45

0,49

0,52

0,54

0,56

0,58

0,18

0,22

0,29

0,34

0,37

0,41

0,46

0,49

0,51

0,54

0,56

0,15

0,19

0,25

0,30

0,34

0,38

0,43

0,46

0,49

0,52

0,54

0,19

0,23

0,28

0,32

0,35

0,38

0,42

0,44

0,46

0,48

0,50

0,16

0,19

0,25

0,29

0,32

0,36

0,40

0,42

0,44

0,47

0,48

0,14

0,17

0,23

0,27

0,30

0,33

0,38

0,40

0,42

0,45

0,47

Pengotoran ringan

0,85 0,80

Pengotoran sedang

0,80 0,70

Pengotoran berat

x x

Page 15: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 15

Tabel 5

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk

masa pemeliharaan

Armatur V

%

k

rw

rp

0,5

rm

0,7

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1

1 tahun 2 tahun

NB 64

dengan lampu

pijar 300 W

35

83

48

0,5

0,6

0,8

1

1,2

1,5

2

2,5

3

4

5

0,23

0,27

0,34

0,39

0,43

0,47

0,52

0,56

0,59

0,62

0,65

0,18

0,21

0,28

0,33

0,37

0,41

0,47

0,51

0,54

0,58

0,61

0,14

0,17

0,23

0,28

0,32

0,36

0,42

0,47

0,50

0,55

0,58

0,20

0,24

0,29

0,34

0,37

0,41

0,45

0,48

0,51

0,54

0,56

0,16

0,19

0,24

0,29

0,32

0,36

0,41

0,44

0,47

0,51

0,54

0,12

0,15

0,20

0,25

0,28

0,32

0,37

0,41

0,44

0,48

0,51

0,18

0,20

0,25

0,29

0,31

0,35

0,39

0,41

0,43

0,46

0,48

0,14

0,16

0,21

0,25

0,27

0,31

0,35

0,38

0,41

0,44

0,46

0,11

0,13

0,18

0,21

0,24

0,28

0,32

0,35

0,38

0,42

0,44

Pengotoran ringan

0,85 0,80

Pengotoran sedang

0,80 0,70

Pengotoran berat

x x

Page 16: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 16

Tabel 6

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk

masa pemeliharaan

Armatur penerangan

langsung

V

%

k

rw

rp

0,5

rm

0,7

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1 0,5

0,5

0,3

0,1

0,1

1 tahun 2 tahun

Alur

Dengan TL

70

70

0

0,5

0,6

0,8

1

1,2

1,5

2

2,5

3

4

5

0,13

0,14

0,18

0,20

0,22

0,24

0,27

0,28

0,30

0,31

0,33

0,10

0,11

0,14

0,17

0,19

0,21

0,24

0,26

0,27

0,29

0,30

0,08

0,09

0,12

0,15

0,17

0,19

0,21

0,24

0,25

0,27

0,28

0,08

0,09

0,11

0,13

0,14

0,16

0,18

0,18

0,19

0,20

0,21

0,06

0,07

0,09

0,11

0,13

0,14

0,16

0,17

0,18

0,19

0,20

0,05

0,06

0,08

0,10

0,11

0,13

0,14

0,16

0,17

0,17

0,18

0,04

0,05

0,06

0,07

0,08

0,09

0,10

0,10

0,11

0,11

0,12

0,04

0,04

0,05

0,06

0,07

0,08

0,09

0,09

0,10

0,11

0,11

0,03

0,04

0,05

0,06

0,06

0,07

0,08

0,09

0,09

0,10

0,10

Pengotoran ringan

0,58 0,80

Pengotoran sedang

x x

Pengotoran berat

x x

Page 17: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 17

Satuan ruangan gambar ukuran 8 x 16 m dan tinggi 3,20 m, harus

diberi penerangan. Jumlah lampu yang diperlukan ditentukan sebagai

berikut :

a. Pertama-tama ditentukan jenis lampu dan armatur yang akan

digunakan. Untuk contoh ini dipilih armatur 4 x TL 40 W menurut tabel

2. Flux cahayanya 4 x 3000 lumen per armatur.

b. Kemudian ditentukan faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna

dinding dan langit-langit ruangan, yaitu untuk :

Warna putih dan warna sangat muda : 0,7

Warna muda : 0,5

Warna sedang : 0,3

Warna gelap : 0,1

Untuk menentukan faktor refleksi suatu warna, dalam praktek

digunakan kipas warna dengan faktor-faktor refleksinya.

Untuk contoh ini ditentukan :

rp = 0,5, rw = 0,3, dan rm = 0,1

c. Selanjutnya ditentukan indeks bentuknya.

Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit, dan bidang

kerjanya berada kira-kira 0,90 m di atas lantai, maka h = 2,30 m.

Jadi :

k = 3,2)816(30,2

816

)(

lph

lp

d. Kemudian ditentukan efisiensi penerangannya dari tabel 2 dengan nilai

k, rp, rw dan rm seperti tersebut di atas.

Dari tabel 2 dapat dibaca :

Untuk k = 2 : = 0,57 dan

Untuk k = 2,5 : = 0,60

Efisiensi penerangannya untuk k = 2,3 ditentukan dengan interpolasi :

Page 18: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 18

= 0,57 + 59,0)57,060,0(25,2

23,2

Dalam tabel 2, efisiensi armaturnya sama dengan 72%. Nilai ini juga

berlaku untuk armatur yang digunakan untuk contoh ini. Jadi efisiensi

penrangannya tetap 0,59.

Kalau armatur yang digunakan memiliki efisiensi lain, misalnya 55%,

efisiensi peneranganny akan menjadi :

45,059,072

55

e. Intensitas penerangan yang diperlukan ditentukan berdasarkan tabel

1, untuk flux cahaya diperlukan dapat dihitung dari :

AE untuk keadaan baru

Atau

d

AE

0 untuk keadaan dipakai

Jumlah lampu atau armatur n yang diperlukan dapat juga ditentukan

langsung dari :

n =dlampu

AE

lampu

0

atau

n =darmatur

AE

armatur

0

Flux cahaya lampu atau armatur dapat dilihat dari buku katalog. Untuk

contoh ini berlaku :

Φarmatur = 4 x 3000 = 12000 lumen

Page 19: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 19

Jumlah armatur yang diperlukan dapat dihitung setelah ditentukan

faktor depresiasinya. Untuk contoh ini dapat diperkirakan, bahwa

hanya akan terjadi pengotoran ringan. Kalau lampu-lampunya

diperbaharui setiap 2 tahun, maka

d = 0,8 (lihat tabel 2)

Jadi :

E = 1250 lux

A = 8 x 16 = 128 m2

d = 0,8

Φarmatur = 12000 lumen

= 0,59

Sehingga :

n = 2,288,059,012000

1281250

Jadi ini dapat dibagi atas 4 deret, masing-masing dengan 7 armatur,

atau 3 deret dari 9 armatur.

Cara penempatan armatur-armaturnya juga tergantung pada

konstruksi langit-langit ruangan. Selain itu juga penempatan meja-

meja gambarnya ikut menentukan. Di atas meja gambar tidak boleh

ada bayang-bayang yang mengganggu.

Luas A selalu dihitung dari ukuran bujur sangkar. Juga kalau

sebagian dari ruangan digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk

serambi depan, luas A tetap dihitung dari panjang dan lebar bujur

sangkar. Kalau kemudian ternyata bahwa di tempat serambi itu tidak

mungkin dipasang armatur, maka armatur di tempat ini ditiadakan.

Page 20: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 20

Pada waktu instalaisnya diserahkan, jadi dalam keadaan rabu,

intensitas penerangannya akan jauh lebih tinggi, yaitu sama dengan :

5,15628,0

1250 lux

Ini berlaku kalau setiap tabung TL menghasilkan 3000 lumen.

Sesungguhnya flux cahaya yang dihasilkan sebuah tabung TL selama

100 jam nyala pertama, lebih banyak daripada 3000 lumen.

Page 21: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 21

AKTIFITAS BELAJAR

Teori :

1. Apa keuntungan-keuntungan penerangan yang baik bagi suatu

perusahaan produksi ?

2. Faktor-faktor apa saja yang harus dipertimbangkan, jika memilih sistem

penerangan yang sebaiknya digunakan ?

3. Perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja

dan sekelilingnya yang harus dihindari. Mengapa ?

4. Faktor-faktor apa yang menentukan pilihan intensitas penerangan di suatu

bidang kerja ?

5. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efisiensi penerangan ?

6. Apa yang dimaksud dengan efisiensi armatur ?

7. Bagaimana cara menentukan indeks ruangan atau indeks bentuk ?

8. Bagaimana cara menentukan tinggi h dalam hitungan indeks ruangan ?

9. Apa yang dimaksud dengan faktor depresiasi ?

10.Faktor-faktor apa yang menentukan nilai faktor depresiasi ?

Soal-soal

1. Suatu ruangan dengan luas lantai 48 m2 diberi penerangan dengan 24

lampu TL 40 W, yang masing-masing menghasilkan 288 lm. Efisiensi

penerangannya 40%, dan faktor depresiasinya d = 0,7.

Tentukanlah intensitas penerangan dalam ruangan tersebut !

2. Suatu ruangan kelas harus diberi penerangan dengan intensitas

penerangan 250 lux. Panjang ruangan 9 m, lebarnya 8 m dan tingginya

3,85 m.

Untuk penerangannya digunakan armatur lampu TL 2 x 40 W dengan flux

cahaya spesifik 65 lm/W. Efisiensi penerangannya 50% dan faktor

depresiasinya 0,7.

Page 22: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 22

Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan. Gambarlah denahnya

dengan penempatan armatur-armatrunya serta jarak antara masing-

masing armatur.

3. Suatu bangsal pabrik dengan ukuran lantai 40 x 10 m harus diberi

penerangan dengan menggunakan armatur lampu TL 2 x 40 W yang

dipasang pada langit-langit. Masing-masing tabung TL memberi 2800

lumen. Intensitas penerangannya harus 300 lux.

Tinggi ruangan 4,50 m. faktor depresiasinya 0,6. Untuk menentukan

efisiensi penerangannya berlaku tabel di bawah ini :

Indeks bentuk kEfisiensi penerangan dalam

keadaan dipakai

1

1,5

2

2,5

3

4

5

0,21

0,27

0,32

0,36

0,40

0,43

0,46

Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan untuk instansi ini

(perhitungkan juga kemungkinan pelaksanaannya). Berapakah intensitas

penerangannya di biang kerja dalam keadaan baru ?

4. Suatu bangsal ukuran 150 x 10 m harus diberi penerangan dengan

menggunakan lampu-lampu TL 65 W, 4400 lm. Intensitas penerangannya

harus 60 lux. Faktor depresiasinya setelah 2 tahun sama dengan 0,6.

Efisiensi penerangannya U.b.

a. Tentukanlah jumlah tabung TL yang harus dipasang dalam ruangan

tersebut.

Page 23: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 23

b. Berapakah intensitas penerangannya setelah 2 tahun, kalau pada

waktu penyerahan iluminasinya dibuat 15% lebih tinggi daripada yang

diharuskan.

5. Suatu ruangan kerja dengan ukuran lantai 12 x 8 m harus diberi

penerangan dengan intensitas penerangan rata-rata 350 lux (d = 0,8).

Kalau efisiensi penerangannya sama dengan 0,4 tentukanlah :

a. Jumlah lampu pijar 150 W, 16 lm/W, yang diperlukan;

b. Jumlah lampu TL 40 W, 70 lm/W, yang diperlukan (balas 16 W)

c. Biaya pemakaian listriknya per tahun untuk a dan untuk b.

Dimisalkan bahwa lampu-lampunya digunakan 10 jam sehari selama

250 hari per tahun. Harga 1 kWh sama dengan Rp. 35,-

d. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari jawaban pertanyaan c ?

6. Buatlah rencana penerangan untuk suatu ruangan toko dengan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Ukuran-ukuran ruangan panjang 12 m, lebar 6 m dan tinggi 3,50 m; tinggi

meja-meja panjangnya 0,85 m. intensitas penerangan rata-rata di meja

panjang harus 250 lux.

Untuk penerangannya dapat digunakan lampu-lampu pijar dengan difusor

(armatur bola), atau lampu-lampu TL dengan data-data sebagai berikut :

a. Penerangan dengan lampu pijar :

Tinggi lamu di atas lantai 2,65 m. dalam setiap difusor dipasang

sebuah lampu pijar 300 W yang memberi 4800lm.

b. Penerangan dengan lampu TL

Tinggi lampu di atas lantai 3,25 m. Setiap armatur terdiri dari 2 tabung

TL 40 W; masing-masing tabung memberi 2500 lm. Daya balasnya 20

W per armatur.

Karena refleksi dinding dan langit-langit, armatur yang digunakan dan

ukuran ruangannya, efisiensi penerangannya seperti di bawah ini :

Page 24: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 24

a. Untuk penerangan dengan lampu pijar : = 37,5 %

b. Untuk penerangan dengan lampu TL : = 36%

Untuk kedua cara penerangan, faktor depresinya sama dengan d = 0,8.

Untuk kedua cara penerangan tersebut di atas, tentukanlah :

a. Indeks ruangannya k

b. Jumlah armatur yang diperlukan

c. Fluks cahaya spesifikasinya dalam satuan lim/W

d. Daya terpasang yang diperlukan

e. Daya terpasang yang diperlukan, dinyatkana dalam W per m2 luas

lantai.

7. Bangsal suatu pabrik tekstil harus diberi penerangan dengan

menggunakan armatur TL 2 x 40 W duo untuk penerangan langsung.

Intensitas penerangan rata-ratanya harus 250 lux.

Berhubung dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan dalam bangsal

tersebut, digunakan tabung-tabung TL dengan warna cahaya tertentu dan

fluks cahaya 2800 lm per tabung.

Ukuran bangsal 42 x 8 m.

Jarak vertikal antara lampu dan bidang ialah dengan 3,70 m.

Efisiensi penerangannya dapat ditentukan dari tabel di bawah ini :

Flux cahaya spesifikasinya (untuk lampu dengan balas) sama dengan

56 lm/W.

Page 25: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 25

Faktor depresiasinya d = 0,7

Indeks bentuk kEfisiensi penerangan dalam

keadaan dipakai

1

1,5

2

2,5

3

4

5

0,20

0,26

0,30

0,35

0,39

0,42

0,45

a. Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan untuk penerangan ini.

Hasilnya harus dibulatkan ke bilangan genap yang terdekat.

b. Tentukanlah daya terpasang yang diperlukan.

c. Berapakah penunjukan rata-rata sebuah luxmeter, jika diukur segera

setelah insatalsinya diserahkan ?

8. Suatu kantin ukuran 10 x 20 cm harus diberi penerangan. Tinggi

ruangannya 5,35 m. intensitas penrangan rata-ratanya harus E = 225 lux.

Warna dinding-dindingnya kuning muda; langit-langitnya putih.

Armatur yang digunakan ialah NB 64 (lihat tabel 5), dengan lampu 3000

W (flux cahaya spesifiknya 15 lm/W). pengotoran dalam ruangan hanya

sedikit, dan lampu-lampunya dibersihkan setiap tahun.

Armatur-armaturnya digantung 1,5 m di bawah langit-langit.

Tentukanlah :

a. rp dan rw

b. k

c. efisiensi penerangannya

d. flux cahaya Φ0

e. jumlah armatur yang diperlukan

Page 26: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 26

f. gambarlah denahnya dengan penempatan armatur-armatrunya serta

jarak antara masing-masing armatur dan antara armatur dan dinding-

dinding.

9. Suatu kantin ukuran 8 x 50 m dan tinggi 5 m harus diberi penernagnanya

dengan menggunakan armatur TL 2 x 65 W duo (lihat tabel 3). Flux

cahayanya 3100 lm per tabung. Warna langit-langitnya putih (rp = 0,7) dan

dinding-dindingnya kuning (rw = 0,5) d = 0,8

Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan supaya E = 250 lux

Kalau harga 1 kWh sama dengan Rp. 35,- tentukanlah biaya pemakaian

listrik instalasi ini setiap tahunnya. Berapakah daya terpasang yang

diperlukan ? penerangannya digunakan rata-rata 6 jam per hari dan 300

hari per tahun. Daya balasnya 20 W per armatur.

10.Suatu bangsal pabrik harus diberi penerangan dengan lampu-lampu TL.

Intensitas penerangannya harus kira-kira 300 lux.

Armatur yang digunakan ialah TL 2 x 40 W, 2800 lm per tabung (tabel 4).

Ukuran bangsal : panjang 24 m, lebar 8 m dan tinggi 5 m. tinggi bidang

kerjanya 0,80 m.

Langit-langit dan dindingnya diberi warna muda. Pengotorannya hanya

sedikit. Fkator derpesiasinya d = 0,8.

a. Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan

b. Buatlah gambar denahnya menurut skala di atas kertas ukuran A4

dengan penempatan armatur-armaturnya (dinding-dindingnya

digambar dengan garis tunggal).

Page 27: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 27

3. Luminasi

Luminasi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda baik pada

sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi dalam hal

ini penting kita ketahui berhubungan dengan masalah kesilauan

terhadap mata, kenyamanan serta karakteristik penerangan yang kita

inginkan. Hal ini berhubungan pula masalah koefisien refleksi,

perbedaan kontras yang terang dan yang gelap, dan juga masalah

bayangan. Luminasi dinyatakan dengan rumus :

L =sA

Icd/cm2

Dimana : L : luminasi dalam satuan cd/cm2

I : intensitas cahaya dalam satuan cd

As : luas semu permukaan dalam satuan cm2

Kalau luminasinya sangat kecil dapat juga digunakan satuan cd/m2

1 cd/m2 = 10.000 cd/m2

Luas semu permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada

suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan

luas permukaan seluruhnya. Untuk sebuah bola, luas semua

permukaannya sama dengan luas lingkaran besar bola itu.

Lihat gambar 4 luas semu permukaan dua bola, apabila dari bola

kecil dengan jari-jari r = 1 meter, maka :

As = r2 = m2

Dan dari bola besar dari jari-jari r1 = 2m, maka

As1 = r12 = 4 m2

Jika bola-bokanya 100% tembus cahaya dan I = 1 cd, maka

masing-masing bola :

L =

1

sA

I = 0,318 cd/cm2 bola kecil

Page 28: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 28

L =4

1

sA

I = 0,0796cd/cm2 bola besar

Contoh Soal

1. Suatu lantai mempunyai ukuran 8 x 16 m, diterangi dengan flux

cahaya 48.000 lumen. Berapakah intensitas penerangan rata-

ratanya ?

Jawab :

Dik : A : 8 x 16 m = 128 m2

Φ : 48.000 lumen

Dit : E : ……… ?

Penyelesaian :

Rumus : Erata-rata = 375128

48.000

A

Φ lux

2. Sebuah lampu pijar digantung 2 m diatas meja. Intensitas

cahayanya ke bawah sama dengan 480 cd. Tentukanlah intensitas

penerangannya di permukaan meja, tegak lurus di bawah lampu.

Jawab :

Dik : I = 480 cd

r = 2 m

Dit : E = …… ?

Penyelesaian :

Rumus :

Ep =22

480

2

r

I= 120 lux

Page 29: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 29

AKTIFITAS BELAJAR

1. Apa yang dimaksud dengan intensitas cahaya ?

2. Apa yang dimaksud dengan intensitas penerangan ?

3. Apa yang dimaksud dengan luminasi ?

4. Apa akibatnya jika luminasi suatu sumber cahaya terlalu besar ?

5. Apa yang dimaksud dengan luas semu ?

6. Sebuah lampu dari 200 W memberikan 3000 lumen. Berapakah flux

cahaya spesifiknya, dan berapa watt cahaya yang diberikan oleh lampu

tersebut.

7. Sebuah reflector cermin ditempatkan 2,5 m di atas suatu meja pajang.

Sumbu berkas cahayanya diarahkan tegak lurus ke bawah. Di permukaan

meja pajang, tepat di bawah dinaikkan menjadi 3 m di atas meja panjang.

Berapakah sekarang intensitas penerangannya di permukaan meja, tepat

di bawah reflector.

8. Intensitas cahaya sebuah lampu sorot sama dengan 2.000.000 cd. Berkas

cahaya lampu ini menerangi suatu bidang dengan intensitas penerangan

200 lux. Berapakah jarak antara bidang itu dan lampu sorot tersebut.

9. Di titik tengah sebuah bola dengan jari-jari 3 m ditempatkan sebuah

sumber cahaya dari 150W. Jumlah flux cahayanya 2000 lumen dan

merata kesemua arah jurusan.

Tentukanlah :

a. Intensitas penerangan di permukaan bola

b. Flux cahaya spesifiknya

c. Intensitas cahayanya

Page 30: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 30

10.Sebuah lampu pijar ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu yang

berdiameter 20 cm, memberikan luminsai 0,3 cd/cm2 kepada bola itu.

Lampunya kemudian dipindahkan ke dalam sebuah bola kaca putih susu

lainnya yang mempunyai diameter setengah dari bola kaca yang pertama.

Berapakah luminasi pada bola kedua ?

Page 31: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 31

B. Hukum Penerangan

1. Dalil Cosinus

Pada uraian yang telah lalu telah diberikan defenisi mengenai

intensitas penerangan pada suatu bidang kerja. Defenisi tersebut

dalam bentuk persamaanA

… lux. Besaran-besaran yang

dipergunakan untuk detail cosines ialah sebagai berikut lihat gambar

5.

Gambar 5

Misalnya flux cahaya yang menuju pada bidang A pada posisi 1

adalah f, maka intensitas penerangan rata-rata pada bidang A :

E1 =A

f… lux

Jika permukaan A dimiringkan seperti posisi 2 sebesar α = alpha,

maka flux cahaya pada bidang A tadi menjadi f cos α. Sehingga

intensitas penerangan rata-rata pada bidang A tersebut menjadi :

E2 =A

αcosf… lux

E2 = E1 cos α

Hubungan ini dikenal hubungan Lambert Cosinus. Sehubungan

dengan rumus intensitas penerangan pada suatu titik yang

menggunakan hukum kuadrat :

E =2r

I… lux

Page 32: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 32

Maka persamaan besaran penerangan yang digunakan untuk hukum

cosinus menjadi :

E =2r

Icos α … lux

E : intensitas penerangan pada permukaan dengan satuan Lux

I : intensitas cahaya dalam satuan cd

r : jarak antara sumber cahaya dan bidang permukaan (m)

2. Hukum Kuadrat Terbalik

Seperti yang terlihat dalam gambar 6 sebuah sumber cahaya

seragam memancarkan intensitas cahaya (I) sama kuatnya ke seluruh

arah, digantungkan dengan ketinggian h dari suatu bidang kerja, titik A

tetap di bawah sumberl. Sedangkan titik B, terletak dengan jarak r dari

sumber tersebut, maka hubungan antara h dan r disebut hukum

cosinus, sedangkan hubungan antara B dan r disebut dengan

hubungan kuadrat terbalik.

Gambar 6

Dalam gambar 6 kalau suatu sumber cahaya L diarahkan ke titik B

sebesar I = 400 cd dan jarak antara L dan B sama dengan r = 2 meter,

intensitas di titik B akan sama dengan :

EB =22

400

2r

I = 100 lux

Page 33: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 33

Intensitas penerangan E1 dibidang a1 – b1 tegak lurus pada arah I.

hal ini disebut hukum kuadrat terbalik atau dalam bentuk persamaan.

E1 =2r

I…… lux

Intensitas penerangan E di bidang horizontal a – b ialah proyeksi

dari E1 pada garis tegak lurus pada bidang a – b di titik B. Jadi, E = E1

cos α, dari persamaan-persamaan ini maka akan kita dapatkan

persamaan :

E =2r

Icos α … lux

Persamaan di atas ditinjau dari intensitas penerangan pada titik B

ialah sebagai berikut :

Eb =2LB

I. cos α cos α =

r

h

LB

h

Eb =r

h

2r

I

= I .3r

h

=3

2

r

h

h

I karena

r

h= cos α

Maka3

r

h= cos3 α

Jadi,

EB =2h

I. cos3 α … lux

EB = Intensitas penerangan pada titik B dengan satuan lux

I = Sumber intensitas cahaya dengan satuan candela

Page 34: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 34

h = tinggi lampu (jarak lampu) terhadap titik B dengan satuan

semester.

Contoh Soal

1. Sebuah lampu (L) digantungkan dengan ketinggian 8 meter

tepat di atas titik A pada suatu bidang kerja. Lampu tersebut

memberikan flux cahaya sebesar 1200 lumen ke seluruh arah.

Berapa intensitas penerangan pada titik B pada bidang kerja

tersebut bila jarak A dan B sebesar 6 meter ? (lihat gambar 7).

Penyelesaian :

Φ = 1200 lumen

I = 5,9514,3.4

1200

14,3.4

Icd

Seperti yang terlihat pada gambar 7, maka untuk r dapat kita hitung

menjadi :

r = m102628

maka cos α dapat dihitung :

cos α = 8,010

8

LB

LA

jadi intensitas penerangan di titik B

Eb =2r

Icos α = 764,08,0

201

95,5 lux

EA =2r

Icos α = 49,1

201

95,5 lux

Page 35: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 35

AKTIFITAS BELAJAR

1. Sebuah lampu pijar digantung dengan ketinggian 3 m diatas suatu meja

persegi panjang dengan ukuran 2 x 1,5 m, lampunya memancarkan

cahaya 300 cd ke seluruh jurusan. Berapakah intensitas penerangan di

pusat dan di sudut-sudut meja ?

2. Sebuah lampu digantung tetap di atas titik A dengan ketinggian 6 m dari

permukaan meja. Lampu tersebut memberikan flux cahaya sebesar 1200

lumen ke seluruh arah. Berapakah intensitas penerangan di titik A dan B

bila jarak antara titik A dan B sebesar 5 m.

3. Suatu sumber cahaya memancarkan 500 cd ke arah layar yang

ditempatkan 5 m dari sumber cahaya. Berapa derajatkah layar tersebut

harus diputar supaya intensitas penerangan di atasnya sama dengan 10

lux.

Page 36: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 36

BAB 2

PERANGKAT HUBUNG BAGI

Perangkat hubung bagi (PHB) adalah salah satu alat memutus dan

menghubungkan arus listrik dan dilengkapi alat-alat pengaman yang sesuai

persyaratan yang telah ditentukan oleh PLN.

Perangkat hubung bagi juga berlaku sebagai alat membagi-bagi atau

alat mencanangkan arus listrik ke semua arah pemakai dan sebagai

pembatas pemakaian tenaga listrik. Pada pemakaian energi listrik yang besar

mencapai besaran mega watt maka konstruksinya berbeda dan ini tidak

diuraikan dalam bab ini.

Diagram PHB lihat gambar 1

Keterangan :

1. KWH meter (KWH meter)

2. Sekering utama

3. Sakelar / penghubung utama

4. Rel pembagi

5. Sekering pembagi

6. Sakelar pembagi

7. Hubungan tanah / massa

8. Kelompok-kelompok

Page 37: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 37

A. SIFAT-SIFAT BEBAN RESISTIF, INDUKTIF DAN KAPASITIF

Dalam pemakaian tenaga listrik di rumah tangga dan sebagainya

terdapat bermacam-macam perabot rumah tangga selain penerangan

yang secara umum misalnya kompor listrik, lampu pijar, alat pemanas,

alat pemanggang roti, alat pemanas air, yang kesemuanya bersifat beban

resitif. Beban resitif yang diterima bersifat tahanan murni dalam ohm.

Dalam perhitungan dapat menggunakan rumus hukum Ohm.

V = I x R dalam volt

W = V x I

Keterangan :

V = tegangan listrik dalam kesatuan volt

W = daya listrik dalam kesatuan watt

I = arus listrik dalam kesatuan ampere

R = tahanan listrik dalam kesatuan ohm

Sedangkan untuk harga tahanan R sendiri mempunyai nilai tersendiri

menurut rumus hantaran :

R =q

ρ2

Dimana :

= tahanan jenis pengantar

R = tahanan dalam ohm

= panjang dalammeter

q = penampang kawat dalam mili meter persegi (mm2)

2 = karena dua hantaran

Dalam pemakaian rumah tangga terdapat :

Motor-motor listrik satu fasa, lampu-lampu TL, dan terdapat perlengkapan

komponen-komponen kondensator, disamping kawat kumparannya

sendiri.

Page 38: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 38

Maka daya pada beban akan menggunakan perumusan :

Daya (W) = V x x co. Q dalam satuan watt.

Yang besar tahanan an terkandung :

XL = 2..f.L dan Xc =Cfπ2

1

Dengan adanya perumusan di atas pemakaian perabot dalam rumah

tangga terdapat beban induktif dan beban kapasitif.

Contoh lihat gambar 2 adalah rangkaian lampu tabung (TL).

Gambar 2 rangkaian lampu tabung (TL)

Gambar 3 skema bagan motor kapasitor

Keterangan :

XL1 = kumparan kerja

XL2 = kumparan start yang disambung seri terhadap Xc dan Sw

(sentrifugal switch)

B. Pembagian Beban Instalasi dalam Kelompok

Di dalam pemasangan instalasi perlu diperhatikan dalam

pembagian beban kelompok-kelompoknya harus dibuat seimbang satu

sama lain. Pembagian kelompok terdiri pembagian atau batas jumlah titik

penerangan dan stop kontak, menurut PUIL tidak lebih dari 10 titik ini

termasuk stop kontak.

Page 39: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 39

Pembagian beban menurut daya yang ada, dan penerangan rumah

sederhana kelayakan rata-rata mendapat daya listrik di bawah atau sama

dengan 450 VA. Lihat gambar 4 jelas di sini titik penerangan nomor 1

sampai dengan nomor titik k3-7 dan 3 buah pemasangan stop kontak, dan

jumlah daya 365 W pada kelompok I.

Untuk kelompok II jumlah titik penerangan serta stop kontak 8 titik,

serta jumlah dayanya sama dengan 365 W, jadi kedua kelompok jumlah

titiknya tidak sama tetapi jumlah dayanya sama.

Gambar . 4. Pembagian seimbang pada PHB

C. Hubungan PHB dengan PUIL

Perangkat hubung bagi (PHB) berfungsi untuk membagi

penyaluran tenaga listrik dari sumber utama PLN ke bagian-bagian

pelayanan tenaga listrik sampai ke sub-sub bagian pelayanan terkecil.

Selain itu, PHB juga diharapkan dapat memberikan keamanan

dalam sistem penggunaannya, seperti :

a. Kalau suatu subbagian pelayanan terjadi gangguan listrik diharapkan

subbagian lain tidak sampai terganggu, walaupun hubungan kelistrikan

bagian tersebut dalam keadaan terputus.

b. Apabila dalam suatu ruangan bengkel kerja terjadi hubungan singkat

atau orang yang sedang bekerja terkena tegangan listrik maka

hubungan rangkaian kelistrikan PHB secepatnya dapat dipusatkan.

Mengingat peranan PHB yang sangat penting dalam penyaluran

dan pengamanan tenaga listrik maka semua komponen yang terhimpun

Page 40: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 40

dalam PHB mulai dari jenis bahan, cara perakitan, dan penggunaannya

diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik yang

disingkat PUIL 1987.

Penyambungan saluran masuk dan saluran ke luar pada PHB yang

harus menggunakan terminal sehingga penyambungan dengan

komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur, dan aman sesuai ayat

601.A.4.

PHB harus dipasang sedemikian sehingga pelayanan mudah,

aman dan bagian yang penting mudah dicapai 601.A.2, tanpa bantuan

tangga, meja atau perkakas lain ayat 601.A.3.

Karena penempatan PHB terletak pada posisi yang sering dilakui

maka gangguan fisik sering terjadi seperti penempatan dekat pintu, maka

rangka rumah dan bagian konstruksi PHB harus terbuat dari bahan yang

tidak dapat terbakar, tahan lembap, dan kokoh ayat 610.A.I.

Apabila PHB ditempatkan pada ruangan yang khusus maka harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Lalu lintas menuju PHB harus cukup leluasa sekurang-kurangnya 0,75

m.

b. Tinggi ruangan harus sekurang-kurangnya 2 m.

c. Apabila dalam ruangan yang sama terdapat instalasi listrik lain maka

lebar ruang bebas diantaranya sekurang-kurangnya 1,5 m lihat

gambar 5.

Page 41: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 41

Gambar. 5. Ruang pelayanan

Bila pada tempat umum terpaksa harus ditempatkan lemari hubung

bagi, maka pemasangannya harus pada ketinggian sekurang-kurangnya

1,2 m dari lantai, atau diberi pagar agar tidak didekati oleh umum 620.B.3.

Untuk instalasi perumahan, lemari, atau kotak hubung bagi harus

dipasang sekurang-kurangnya 1,5 m dari lantai.

Menurut ayat 601 DI pada saluran masuk suatu perlengkapan

hubungan bagi yang berdiri sendiri, harus ada sekurang-kurangnya satu

sakelar. Kemampuan hantar arus sakelar masuk ini harus sekurang-

kurangnya sama dengan arus nominal pengamannya, tetapi tidak boleh

kurang dari 10 A ayat 601 D2, 412 BI dan 840 C7, lihat gambar 6.

Page 42: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 42

Gambar 6 contoh gambar bagan ayat 420 B.1 dan ayat 601 D.1

Sakelar masuk tersebut boleh ditiadakan kalau perlengkapan

hubung baginya mendapat suplai dari saluran ke luar suatu perlengkapan

hubung baginya mendapat suplai dari saluran ke luar saluran

perlengkapan hubung bagi lain, dan pada saluran luar ini sudah ada

sakelar yang dicapai. Dalam hal ini kedua perlengkapan hubung bagi

tersebut harus berada dalam ruangan yang sama dengan jarak antara

tidak lebih dari 5 meter ayat 601 D3, lihat gambar 7.

Gambar 7 PHB tidak berdiri sendiri

Sakelar ke luar pada PHB harus dipasang apabila saluran :

a. Mensuplai tiga buah atau lebih PHB yang lain.

Page 43: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 43

b. Dihubungkan tiga buah atau lebih motor / perlengkapan listrik yang

lain. Hal ini tidak berlaku jika motor atau perlengkapan listrik tersebut

dayanya masing-masing lebih kecil atau sama dengan 1,4 KW dan

letaknya dalam ruangan yang sama.

c. Dihubungkan tiga buah atau lebih kotak kontak yang masing-masing

mempunyai arus nominal lebih dari 16 ampere.

d. Mempunyai arus nominal 100 ampere atau lebih ayat 601 EI lihat

gambar 8.

Gambar 8

Sakelar yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang

jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan fase yang digunakan.

Semua kutub harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak 630 G1.

Sehingga gangguan tegangan atau arus listrik dari luar tidak sampai

mengganggu komponen lain.

Apabila pengaman lebur dan sakelar kedua-duanya terdapat pada

saluran keluar sebaiknya pengaman lebur dipasang sesudah sakler ayat

601 G2, lihat gambar 9. Kalau ada gangguan rangkaian pada kelompok

tersebut jangan sampai menganggu ke rangkaian lain, dengan membuka

sakelar maka penggantian pengaman lebur dapat dilakukan dengan

bebas tagangan listrik.

Page 44: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 44

Untuk memperoleh keadaan bebas tegangan pada semua kutub

dan fase dalam instalasi untuk sistem tegangan di atas 1.000 V arus bolak

balik atau di atas 1500 V arus searah, pemisah atau alat sejenis harus

dipasang pada :

a. Semua cabang dari sistem rel, lihat gambar 10

b. Kedua sisi pemutus di tempat yang mungkin bertegangan, lihat

gambar 11. Gambar ini juga memberikan pengertian tentang cara

menggambar sakelar masuk dan sakelar ke dalam suatu PHB.

Gambar 9 contoh gambar bagan ayat 601 G.1

Gambar 10 contoh gambar bagan ayat 601 H.1.1

Gambar 11 contoh gambar bagan ayat 601 H.1.2

Page 45: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 45

D. Perlengkapan PHB 1 Fasa

Dalam pengoperasian PHB perlu diamati kualitas dari bahan

sekompnen yang dirakit harus memenuhi persyaratan. Disamping

komponen yang diperlukan dan sesuai dengan tujuan, bahwa

pemasangan PHB untuk pengamanan perlu ditambahkan suatu alat ukur

yang menunjang, antara lain kilowatt meter voltmeter.

Untuk lebih jelasnya gambar 12.

Gambar 12 bagan dari PHB 1 fasa, 1 kelompok

Gambar. 13. Gambar PHB 1 fasa terdiri 2 kelompok

Keterangan :

1. Sekering utama atau pemutus utama

2. Sakelar utama atau penghubung utama

3. Rel pembagi

4. Sekering pembagi

5. Sakelar pembagi

6. Sekering kelompok pertama (I)

7. Seekering kelompok kedua (II)

8. Hubungan tanah atau massa

Page 46: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 46

Gambar. 14. pengawatan PHB 1 fasa 2 kelompok

Disamping perlengkapan PHB, perlu diketahui alat penera daya

listrik yang dipakai adalah kilowatt meter (KWH meter). Dalam hal ini perlu

diketahui bahwa pemasangan meter adalah, petugas PLN. Komponen

wattmeter dapat dilihat teori pengukuran listrik singkat I. Untuk

perlengkapan KWH hanya cukup gambar kerjanya. Lihat gambar 13.

(a) simbol kwh meter (b) rangkaian kwh meter

Gambar. 15. Bagan serta konstruksi KWH meter 1 fasa.

Gambar 14 menunjukkan rangkaian PHB 1 fasa terdiri dua

kelompok yang diperlengkapi KWH meter 1 fasa.

Gambar. 16. PHB 1 fasa terdiri

Page 47: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 47

Gambar. 17. PHB 1 fasa lebih dari 2 kelompok diperlengkapi KWH 1 meter

fasa

Page 48: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 48

AKTIFITAS BELAJAR

1. Buatlah rencana pemasangan PHB 2 fasa terdiri 1 kelompok !

Sediakan :

a. Peralatan yang dipergunakan

b. Bahan-bahan yang akan dipasang

c. Buat lembaran kerja (laporan kerja)

2. Selesaikanlah pemasangan PHB 1 fasa 2 kelompok, bila perlengkapan

maupun alat telah disediakan dan buat laporan kerjanya !

3. Selesaikan pengawatan dari PHB 1 fasa 3 kelompok yang diperlengkapan

meter 1 fasa dan setelah selesai penyambungan, coba hubungkan. Buat

grafik beban selama 30 menit dalam kertas lembaran kerja !

4. Bersangkutan soal 3, berilah beban 1000 watt 220 volt dan kerjakan

petunjuk soalnya !

5. Selesaikanlah pengerjaan seperti soal 4 dengan fasilitas :

a. PHB 1 fasa 4 kelompok

b. PHB 1 fasa 6 kelompok

Page 49: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 49

BAB 3

MENGGAMBAR RENCANA INSTALASI PENERANGAN

A. Sakelar

Sakelar termasuk material jadi tinggal pasang yaitu merupakan

suatu alat yang dapat digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan

arus listrik. Berdasarkan kegunaannya sakelar sangat banyak macam dan

jenisnya, misalnya sakelar penerangan, sakelar tegangan tinggi, sakelar

instalasi tenaga, sakelar elektronika dan sebagainya. Namun sebagai

material pengetahuan untuk pekerjaan dalam bidang instalasi, yang

dijelaskan disini adalah saklar yang umum dipakai pada instalasi rumah

dan tempat umum lainnya.

Pada waktu memutuskan atau menghubungkan arus listrik,

biasanya akan timbul busur api (fong) di antara kotank-kontaknya.

Besarnyaloncatan api biasanya ditentukan oleh cepat atau lambatnya

kontak-kontak terputus. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sakelar

biasanya dilengkapi dengan pegas yang dapat memutuskan rangkaian

dalam waktu cepat sehingga kemungkinan timbulnya loncatan api pada

kontak-kontaknya adapt diperkecil.

Dalam pemasangan sakelar harus diperhatikan syarat-syarat

sebagai berikut : sakelar harus dapat dilayani tanpa memerlukan alat

bantu; bagian sakelar yang bergerak harus tidak bertegangan; harus tidak

dapat menghubungkan dirinya karena pengaruh gaya berat; dan

kemampuan sakelar harus sesuai dengan alat yang dihubungkannya.

Sedangkan dalam prakteknya dikenal macam-macam jenis sakelar yang

biasa dipakai pada instalasi listrik penerangan bangunan sederhana

(rumah tinggal, sekolah, rumah ibadah). Jenis-jenis sakelar tersebut dapat

dibedakan menurut fungsinya adalah : sakelar tunggal; sakelar berkutub

Page 50: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 50

ganda; sakelar berkutub tiga; sakelar deret (seri); sakelar tukar; dan

sakelar silang. Juga dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu : sakelar

putar; sakelar tarik; sakelar tombol tekan; sakelar yang ditanam; dan

sakelar yang tidak ditanam.

Pemasangan kotak-kontak harus diperhatikan beberapa syarat

yaitu : kotak-kontak harus dipasang sedemikian rupa sehingga netral

berada di sebelah kanan; kotak-kontak dinding dipasang 1,25 m di atas

lantai; kotak-kontak dinding harus dipasang dengan hantaran pengaman;

dan kemampuan kontak-kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan

daya yang dihubungkan padanya.

Tabel macam-macam sakelar.

Skema Instalasi Skemahubungan

Skema dasar Nama

Sakelar tunggal

Sakelar ganda(sakelar dua kutub)

Sakelar tiga kutub

Sakelar seri

Sakelar tukar

Sakelar silang

Page 51: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 51

B. Hubungan Macam-Macam Sakelar, Kotak Sakering dan KWH Meter

Hubungan Sakelar Tunggal dan Kotak-Kontak

Dipakai untuk mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu.

Kabel yang masuk ke dalam sakelar adalah kabel fasa

Saluran yang masuk ke dalam kotak-kontak yaitu langsung dari

sumber dan tidak dipengaruhi oleh kedudukan sakelar.

Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan

Gambar 1 : Hubungan sakelar tunggal dan kotak-kontak

C. Hubungan Sakelar Seri

Dipakai untuk mengoperasikan 2 buah (2 kelompok) lampu secara

sendiri-sendiri atau secara bersama-sama. Instalasi ini biasa dipasang

pada rumah tinggal, contoh dipasang pada ruang tamu, ruang keluarga,

kamar tidur dan sebagainya.

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan

Gambar 2 : Hubungan sakelar seri

Page 52: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 52

D. Hubungan Sakelar Tukar

Dengan memakai 2 buah sakelar tukar maka kita dapat

mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu dari dua tempat.

Instalasi ini biasa dipasang pada rumah bertingkat maupun di hotel,

contoh dipasang pada ruang tangga.

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan

Gambar 3 : hubungan sakelar tukar

E. Hubungan Sakelar Silang

Dengan memakai dua buah sakelar tukar dan satu buah sakelar

silang maka kita dapat mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu

dari tiga tempat. Untuk mengoperasikan lampu lebih dari tiga tempat

maka kita perlukan tambahan sakelar silang saja, sedang jumlah sakelar

tukar yang dibutuhkan hanya dua buah saja. Instalasi hubungan sakelar

silang biasa dipakai dalam gang-gang, ruangan tangga serta ruangan

yang besar.

a : gambar bagan

Page 53: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 53

b : gambar pelaksanaan

Gambar 4 : Hubungan sakelar silang

F. Hubungan kotak sekering

Saluran input kotak sekering diambil dari saluran output kwh meter.

Pada instalasi fasa, saluran yang masuk kotak sekering (input) hanya

saluran fasa dan netral saja, sedang saluran outputnya ada tiga macam

yaitu : fasa, netral dan saluran pembumian (grounding).

Pada kotak sering terdapat sakelar ganda (sakelar 2 kutub)

berfungsi untuk memutus dan menghubungkan saluran fasa dan netral

saja bersama-sama. Saluran yang melewati sekering (pengaman lebur)

hanya saluran fasanya saja. Sedang saluran netralnya tidak melewati

sekering tetapi hanya melewati sakelar ganda, seperti terlihat pada

gambar di bawah.

Gambar 5 : hubungan kotak sekering

Page 54: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 54

G. Hubungan KWH Meter

Pada Kwh meter arus bolak balik terdapat sebuah piringan atau

keping berinduksi yang terbuat dari aluminium. Untuk menggerakkan

piringan ini dipasang dua buah kumparan, yaitu kumparan arus dan

kumparan tegangan.

Dalam menghubungkan Kwh meter, kumparan arus dihubung seri

dengan pemakai, sedang kumparan tegangan dihubung langsung pada

jala-jala / sumber. Hubungan Kwh meter dapat dilihat seperti gambar di

bawah ini.

Skema hubungan KWH meter 1 phase

S.1 = spoel arus, dihubung seri dengan alat

pemakai

S.2 = spoel tegangan, dihubung langsung

pada jala-jala atau sumber tegangan.

Gambar 6 : Skema hubungan KWH meter 1 fase

Gambar 7 : Skema hubungan KWH meter 3 fasa dengan penghantar netral

Page 55: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 55

Gambar 8 : skema hubungan KWH meter 3 fasa tanpa penghantar netral

H. Pengaman Arus Lebih

Untuk menghindari kerusakan instalasi listrik / beban listrik karena

arus lebih, perlu dipasang satu atau beberapa pengaman arus lebih.

Arus lebih dapat terjadi karena beban lebih atau adanya hubung

singkat. Pada umumnya pada suatu instalasi penerangan listrik dipasang

dua jenis alat pengaman arus lebih yaitu pengaman lebur (sekering) dan

pengaman otomatis (MCB).

I. Pengaman Lebur (Sekering)

Sekering adalah sejenis alat pengaman alat-alat pemakai arus

listrik terhadap arus yang melebihi batas seperti pada gangguan arus

hubung singkat. Pada instalasi penerangan rumah maupun gedung pada

umumnya digunakan sekering sekerup yang bagian penghubung arusnya

dinamakan patron lebur.

Patron lebur memiliki kawat lebur dari perak dengan campuran

beberapa logam lain seperti timbel,s eng dan tembaga. Kawat lebur perak

digunakan karena logam ini hampir tidak mengoksid dan daya hantarnya

tinggi, jadi diameter kawat lebarnya bisa sekecil mungkin, sehingga kalau

kawatnya menjadi lebur tidak akan timbul banyak uap. Dengan demikian

kemungkinan terjadinya ledakan akan lebih kecil.

Page 56: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 56

Selain kawat lebur, dalam patron lebur juga terdapat kawat isyarat

dari kawat tahanan. Kawat isyarat ini dihubungkan paralel dengan kawat

lebur. Dan karena tahanannya besar, arus yang mengalir pada kawat

isyarat hanya kecil. Pada ujung kawat isyarat terdapat sebuah piringan

kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat.

Kalau kawat lebrunya putus karena arus yang terlalu besar, kawat

isyaratnya juga akan segera putus, karena itu piringan isyaratnnya akan

lepas, sehingga dapat diketahui bahwa kawat lebarnya telah putus.

Gambar 9 : patron lebur

Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang berfungsi untuk

memadamkan percikan api yang timbul kalau kawat lebarnya putus.

Diameter luar dari ujung patron lebur berbeda-beda tergantung pada arus

nominalnya, makin tinggi arus nominalnay maka besar diameter ujung

patronnya.

Gambar 10 : tudung sekring

Page 57: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 57

Warna kode yang digunakan untuk menandai patron lebar yaitu

sebagai berikut :

2 A : merah jambu

4 A : coklat

6 A : hijau

10 A : merah

16 A : kelabu

20 A : biru

25 A : kuning

35 A : hitam

50 A : putih

60 A : warna tembaga

80 A : warna mas

100 A : merah *

* tanda warna lebih besar daripada yang 10 A

Miniature Circuit Breaker (MCB)

MCB banyak digunakan pada instalasi penerangan rumah dan

gedung berfungsi sebagai pengaman beban lebih dan juga sebagai

sakelar. Untuk menutup / menghubungkan dilakukan secara manual dan

untuk membuka / menutup dapat dilakukan secara manual ataupun

otomatis. Prinsip kerja MCB yaitu bekerja secara magnetik dan secara

thermos.

Secara magnetik arus akan melalui suatu kumparan yang berinti

logam, jika kuat arus yang lewat melebihi batas nominalnya inti tersebut

akan menjadi magnet dan magnet ini akan menarik kunci (pengait)

sehingga akan menyebabkan terputusnya hubungan beban dengan

sumber tegangan (lihat gambar 13.a dibawah).

Page 58: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 58

Secara thermos yaitu digunakan bimetal atau dua jenis logam yang

mempunyai angka muai berbeda. Jika kuat arus yang melewati bimetal

melebihi harga nominalnya maka bimetal akan menjadi panas dan

memuai sehingga bimetal dapat menggerakkan kunci / pengait sehingga

akan menyebabkan terputusnya hubungan beban. Dengan sumber

tegangan (lihat gambar : 11)

MCB bersifat “renewable”, artinya MCB putus masih dapat

berfungsi kembali setelah direset secara manual.

Gambar 11 : Prinsip Kerja MCB

J. Memasang Instalasi Listrik

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu tindakan

untuk pencegahan supaya tidak terjadi kecelakaan pada waktu

melakukan atau tidak suatu kegiatan pekerjaan yang mungkin dapat

terjadi kepada si pekerja maupun kepada orang lain, mesin, alat dan

lingkungan saja dan dimana saja.

Peralatan / material instalasi listrik dipasang sesuai dengan

spesifikasi rancangan, standar dan persyaratan yang berlaku. Dalam

memasang peralatan dan material harus sesuai dengan Indeks Proteksi

(IP) yang telah ditetapkan. Kode IP ini terdiri dari dua digit dan selalu

tercantum pada body peralatan dan material yang telah dikeluarkan oleh

pabrik.

Page 59: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 59

AKTIVITAS BELAJAR

1. TUGAS TERTULIS

JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI.

1. Apakah nama dari gambar simbol disamping ini :

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

2. Buatlah gambar pelaksanaan dari gambar di bawah ini.

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

3. Buatlah gambar pelaksanaan dari gambar bagan di bawah ini !

Page 60: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 60

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

4. Dimanakah instalasi sakelar tukar biasa digunakan ?

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………

5. Apakah fungsi dari :

a. Sekering (pengaman lebur)

b. Miniature Circuit Breaker (MCB)

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

6. Gambaran hubungan pengawatan kotak sekering 1 fase (dari output

KWH meter sampai dengan output kotak sekering / beban

Jawaban :

Page 61: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 61

7. Apakah kode warna pengaman lebur (sekering) dengan arus nominal

6 ampere ?

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

8. Apakah fungsi pasir yang terdapat pada patron lebur

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

9. Berapa besar tahanan isolasi kabel instalasi yang diperbolehkan

menurut PUIL

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

10.Gambarkan pengawatan pada KWH meter 1 phase

Jawaban :

Page 62: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 62

11.Apakah nama alat untuk mengukur besar tahanan isolasi kabel !

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

12.Apakah klasifikasi penghantar menurut bentuk (konstruksi) ?

Jawaban :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Page 63: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 63

BAB 4

PERLENGKAPAN INSTALASI DALAM TEMBOK

Perlu diketahui bahwa pemasangan instalasi listrik dalam tembok

adalah suatu pemasangan yang sangat aman dari gangguan, terutama aman

sentuhan dan rapi, hal ini mempunyai kelemahan, yaitu bila terjadi kebocoran

arus susah dilihat dan sukar direnovasi.

Dalam pelaksanaan pemasangan instalasi dalam tembok diperlukan

persiapan-persiapan bahan yang akan dipasang. Bahan-bahan ini pasti

bahan yang telah disahkan oleh peraturan yang terkait (PUIL). Adapun

bahan-bahan yang dimaksud adalah :

A. Pipa Instalasi Listrik

Yang dimaksud pipa instalasi listrik adalah pipa union yang terbuat

dari besi/baja yang mempunyai tebal sekurang-kurangnya 0,7 milimeter

atau bahan lain yang dapat memberi perhitungan sama dengan pipa

union.

Jenis pipa untuk instalasi listrik

Pada umumnya jenis pipa instalasi listrik yang digunakan adalah :

a. Pipa union (besi/baja)

Pipa ini mempunyai keuntungan, kekuatan mekanik yang besar

sehingga dapat digunakan sebagai tulang beton jika ditahan dalam

tembok. Pipa ini mempunyai kerugian sebagai penghantar lsitirk.

b. Pipa PVC (Poly Vinyl Clorida)

Pipa PVC (paralon) mempunyai keuntungan, yaitu tahanan isolasinya

besar, tidak dapat dilalui oleh arus listrik dan tahan panas.

Kerugiannya ditanam dalam tembok tidak mempunyai kekuatan

mekanik.

Page 64: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 64

Gambar 1 Berbagai macam bengkokan

Penjelasan :

a. Pemakaian tube (pelindung ujung pipa) dalam instalasi

Pada umumnya alat ini dipakai untuk melindungi ujung pipa listrik

agar pada waktu kita melakukan penarikan kawat-kawat NYA itu

tidak akan mengalami kerusakan pada isolasi-isolasi karet itu.

b. Pemakaian roset dalam instalasi pipa

Untuk memasang lampu-lampu plafon tidak diizinkan langsung ke

plafon, tetapi terlebih dahulu roset itu dipasang pada plafon yang

kemudian disusul dengan fiting, gambar 2 s/d 5 pada halaman

berikutnya.

(a) bengkokan

Sok penyambung

(b) bengkokan lengkung (knie)

(c) bengkokan lengkung pendek

Page 65: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 65

Gambar 2 Kawat NGA

Gambar 3

Gambar 4 Pandangan muka

Gambar. 5. Pandangan Atas

1. Fungsi Pipa Listrik

a. Melindungi penghantar terhadap pengaruh mekanik.

b. Melindungi bangunan terhadap kemungkinan terjadinya

kebakaran akibat hubung singkat (korsleting)

c. Mempermudah pencarian gangguan

d. Mempermudah pembongkaran dan pemasangan penghantar

pada waktu perbaikan

Page 66: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 66

e. Melindungi penghantar pengaruh kimia, thermos dan lain

sebagainya.

B. Kabel Listrik

Kabel listrik yang baik harus memenuhi syarat mekanis, elektris,

thermos dan kimia.

Jadi kabel listrik harus mempunyai kekuatan mekanis, yaitu mampu

menghantarkan arus listrik yang sebesar-besarnya, dengan kerugian yang

sekecil mungkin, tidak terpengaruh adanya panas, korosi dan pengaruh

lainnya. Hal tersebut karena berhubungan dengan sistem pemasangan

kabel, yaitu pemasangan kabel di udara maupun pemasangan di bawah

tanah.

1. Jenis-Jenis Kabel untuk Instalasi Bangunan

a. Kabel NYA

Jenis kabel NYA, bentuknya berinti tunggal dari bahan tembaga

sebagai inti, berisolasi PVC. Pemasangannya tidak boleh

menempel pada dinding/tembok tetapi harus menggunakan rol

isolator atau pipa instalasi listrik. Kabel NYA tidak boleh dipasang

pada tempat yang terbuka atau di bawah tanah.

Gambar. 6

b. Kabel NYM

Jenis kabel NYM, mempunyai inti lebih dari satu, inti kabel dari

tembaga, berisolasi dari PVC, selubung dalam dari karet dan

selubung dari PVC. Pemasangan kabel NYM boleh langsung

menempel pada tembok tanpa menggunakan rol isolator / pipa

Page 67: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 67

instalasi. Pemasangan kabel NYM tidak boleh dipasang di bawah

tanah dan tempat terbuka.

Gambar. 7

c. Kabel NYFGby

Jenis kabel NYFGby, kabel berinti tembaga, berisolasi PVC,

selubung dalam dari karet, berperisai pita logam, selubung luar

PVC, kabel jenis ini mempunyai inti lebih dari satu, dan mempunyai

kekuatan mekanik tinggi, gambar 8 s/d 13

Gambar. 8

Gambar. 9

Page 68: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 68

Gambar. 10

Gambar. 11

Page 69: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 69

1. Sambungan Ekor Babi 6. Sambungan Bell hangers

2. Sambungan cabang datar 7. Sambungan percabangan simpul

3. Sambungan datar (plain cros joint) 8. Sambungan bolak balik (turn

back)

4. Sambungan percabangan ganda

kabel bernadi satu

9. Sambungan britania

5. Sambungan western union 10. Sambungan Britania

Gambar. 12

Page 70: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 70

Gambar. 13

Page 71: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 71

2. Contoh Penyambungan

a. Satu lampu dilayani dengan satu sakelar SPST, berlaku sebagai

pengganti sakelar eka utara.

Gambar. 14

b. Dua lampu dilayani dengan satu sakelar SPDT, berlaku sebagai

pengganti sakelar kelompok.

Gambar. 15

c. Satu lampu dilayani dengan satu sakelar DPST, berlaku sebagai

pengganti sakelar dwi kutub.

Gambar. 16

d. Sakelar DPDT bekerja sebagai pengoper sumber tenaga listrik,

yang berasal dari tenaga listrik PLN dan tenaga listrik dari

generator. Pada waktu PLN padam, maka arus dari generatornya

Page 72: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 72

yang berfungsi dan sakelar dioper pada kedudukan generator,

begitu pula sebaliknya.

Gambar. 17

e. Satu lampu dilayani oleh dua sakelar SPDT, berlaku sebagai

pengganti sakelar tukar. Lampu L dapat hidup dan padam dari dua

tempat.

Gambar. 18

f. Satu lampu dapat dihidupkan dan dimatikan dari tiga tempat, yaitu

dua sakelar SPDT, dan satu sakelar DPDT, berlaku sebagai

pengganti sakelar silang.

Gambar. 19

Page 73: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 73

g. Satu lampu dapat dilayani dari empat sakelar, yaitu dua sakelar

SPDT dan dua sakelar DPDT.

Gambar. 20

C. Stop Kontak dan Kontak Tusuk

Stop kontak merupakan komponen penyedia sumber listrik yang

dihubungkan ke beban listrik, tanpa harus membuat sambungan ke jala-

jala rangkaian listrik. Menurut bentuk / konstruksinya stop kontak

dibedakan menjadi :

a. Stop kontak tunggal

b. Stop kontak ganda dua

c. Stop kontak ganda tiga

d. Stop kontak ganda empat

Gambar. 21

Keterangan :

1. Bentuk stop kontak yang sudah terpasang

2. Bagian dalam stop kontak

3. Sekerup penjepit kawat sebagai terminal

Page 74: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 74

4. Lubang tempat tusuk kontak

Beberapa bentuk kontak tusuk :

1. Ujung kawat

2. Sakelar pengnen

3. Cabang bermuatan

4. Tutup

5. Jepit kabel

6. Tusuk kontak yang telah terpasang

7. Pelat hubungan tanah

8. Stop kontak dan kontak tusuk dalam pandangan

terurai

9. Kombinasi stop kontak dan kontak tusuk dalam

hubungan tanah

10.Kombinasi, stop kontak dan kontak tusuk tidak ada

hubungan tanahnya

11.Model stop kontak terlepas

12.Kontak tusuk untuk kabel terlepas

Page 75: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 75

D. Fiting Lampu

Fiting merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk

menempatkan lampu. Fiting harus terbuat dari bahan yang tahan

terhadap panas, dan bagian bodinya harus mempunyai tahanan isolasi

yang besar.

Bentuk / konstruksi fiting lampu :

a. Fiting plafon,

b. Fiting gantung

c. Fiting yang dilengkapi dengan stop kontak

d. Fiting yang dilengkapi sakelar listrik

Menurut jenis lampu yang digunakan, fiting dibedakan menjadi

dua :

1. Fiting jenis Edison, yaitu yang menggunakan ulir

2. Fiting jenis lampu bayonet, yaitu fiting yang menggunakan pink

atau pengunci.

Page 76: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 76

Gambar. 22

Page 77: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 77

BAB 5

PEMASANGAN INSTALASI DALAM TEMBOK

Pemasangan instalasi dalam tembok harus lebih cermat dibandingkan

dengan pemasangan instalasi di luar tembok ataupun di rumah kayu, ditinjau

dari segi penempatan pipa dan komponen. Apabila ada kesalahan

penempatan pipa dan komponen dalam tembok maka selain kesulitan

perbaikannya juga dapat mengurangi kerapian. Untuk itu, perlu suatu

perencanaan yang mantap dalam setiap bahan dan komponen listriknya.

A. Pemesanan Pipa dan Perlengkapannya dalam Tembok

Pipa yang dipasang berfungsi sebagai pelindung kawat penghantar

terhadap gangguan mekanis di dalam tembok. Selain daripada itu,

pemasangan pipa dalam tembok juga dimaksudkan untuk memudahkan

pemasangan kawat instalasi baru, dan memudahkan penghantar kawat

yang sudah waktunya untuk diganti atau diperbaharui. Dianjurkan bahwa

dalam jangka 10 – 15 tahun diadakan pergantian kawat penghantar

instalasi secara total. Pemeriksaan total instalasi dilakukan setiap 5 tahun

sekali.

Pipa yang dipasang dalam tembok ialah pipa khusus untuk

keperluan tersebut, agar tujuan pemasangan pipa dapat terpenuhi dengan

baik. Sebelum dilaksanakan pemasangan, perlu rencana penempatan

setiap bagian instalasi, seperti pipa, komponen-komponen listriknya,

sebaiknya digambarkan pada tembok. Dengan cara akan mengurangi

kesalahan yang mungkin terjadi. Setelah digambar pada tembok dan

sudah cocok dengan rencana penempatan pada gambar instalasi

kemudian baru dimulai pemahatan tembok.

Pemahatan tembok dilakukan dengan menggunakan pahat.

Pemahatan awal dengan posisi pahatnya miring ke luar kemudian dipahat

Page 78: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 78

pelan-pelan mengikuti bagian garis yang akan dipahat. Setelah itu posisi

pahat dapat boleh bebas, dengan demikian hasil pahatannya diharapkan

jauh lebih rapi. Kedalaman pemahatan disesuaikan dengan komponen-

komponen yang akan ditanam. Gambar 1 berikut ini contoh pemahatan

tembok.

Gambar .1

Apabila kedalaman pemahatan telah mencukupi maka pipa dan

kelengkapannya dipasang. Pipa yang di dalam tembok harus dijepit

dengan paku beton dengan jarak jepitannya kira-kira 8 cm agar pipa

betul-betul rapat ke dinding sehingga memudahkan pekerjaan

pemlesteran kembali. Setelah pekerjaan semua ini selesai, tembok boleh

diplester dan dipastikan bahwa bagian yang ditanam tidak sampai

kelihatan. Gambar 2 di bawah ini adalah temok yang sebagian telah

dipelester kembali.

Page 79: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 79

Gambar .2

B. Penarikan Kawat dalam Pipa

Setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa dan kotak tempat

komponen, maka pekerjaan selanjutnya ialah pengawatan. Pemasangan

kawat dapat dilakukan dengan menggunakan kawat penarik dari baja.

Kawat penarik dimasukkan ke dalam pipa, setelah kawat penarik ini ke

luar pada ujung lain, selanjutnya kawat penarik disambungkan dengan

kabel yang akan dimasukkan ke dalam pipa tersebut. Cara

penyambungannya seperti terlihat pada gambar 3 di bawah ini :

Gambar. 3

Selesai pengikatan, kawat ditarik sampai sambungan ke luar di

ujung lain. (Gambar 4). Sisakan kawat secukupnya (10 s/d 15 cm) untuk

pemasangan komponen yang direncanakan gambar 4. Demikian pula

pada ujung lainnya. Selanjutnya potonglah kawat dan lepaskan ikatan

kawat penarikan dengan kabelnya. Dengan demikian selesailah pekerjaan

Page 80: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 80

dan penarikan kawat ini. Pekerjaan selanjutnya menghubungkan

komponen dan penyambungan yang lainnya.

Gambar. 4

C. Pemasangan Komponen dalam Tembok

Kalau pekerjaan memasang pipa dan kelengkapannya telah

selesai maka sampailah pada pekerjaan memasang komponen listrik dan

penyambungan ke sumber tegangan. Komponen listrik dipasang ± 1,5

meter di atas lantai di luar jangkauan anak-anak. Kabel yang keluar pada

ujung pipa, yaitu kabel yang akan dihubungkan dengan komponen, harus

sepanjang 10 – 15 cm. Panjang ini diperhitungkan membuat mata hubung

yang akan disekrupkan pada titik kontak komponen. Oleh karena itu,

sebelum mengupas ujung kawat hendaknya diperhitungkan panjang kabel

yang sebenarnya dibutuhkan. Jika ternyata kabel terlalu panjang maka

kabel tersebut boleh dipotong. Panjang kupasan sebaiknya disesuaikan

dengan yang disekrupkan pada komponen. Setelah dikupas perlu juga

dibersihkan agar mendapatkan hubungan yang baik.

Urutan cara pemasangannya sebagai berikut :

Baliklah posisi sakelar maka akan kelihatan bagian titik

hubungannya dan dihubungkan kawat penghantar ke titik hubung

komponen dan dihubungkan kawat penghantar ke titik hubung komponen

tersebut. Selanjutnya dapat dilaksanakan penyambungan penghantarnya

Page 81: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 81

ke titik kontak yang telah direncanakan menurut gambar. Selesai

penyambungan dan sebelum komponen di dalam dosnya perlu diteliti

kembali apakah sambungan benar-benar sesuai dengan gambar. Jika

pemeriksaan telah dilakukan dan hasilnya baik, komponen boleh

dimasukkan ke dalam dos. Caranya atur kawat penghantar di dalam dos

kemudian komponen ditekan hingga rapat ke bagian dinding sambil

memutar sekrup kaki pecekram kiri dan kanan secara bergantian sampai

mendapatkan kedudukan posisi yang benar-benar mantap.

Nama Lambang Konstruksi PelaksanaanPandangan

secara bagan

Penghubung

berkatub

satu

Penghubung

berkatub

ganda

Penghubung

berkatub tiga

Page 82: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 82

Penghubung

berkatub tiga

Penghubung

deret (seri)

Penghubung

tukar

Penghubung

silang

Gambar. 5. Konstruksi dan hubungan sakelar putar dengan lampu

Page 83: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 83

Gambar. 6

Gambar. 7

Page 84: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 84

AKTIFITAS BELAJAR

1. Apa keuntungan pemasangan instalasi dalam tembok ?

2. Apa saja perbedaan instalasi dalam tembok dibandingkan dengan

instalasi di luar tembok ?

3. Bagaimana cara memahat tembok yang baik dan benar ?

4. Apa sebabnya instalasi dalam tembok perlu memakai pipa pelindung ?

5. Sebutkan langkah-langkah pemasangan instalasi dalam tembok ?

6. Berapa panjang kawat penghantar yang harus dilebihkan pada ujung pipa

untuk komponen dan mengapa harus dilebihkan ?

7. Bagaimana cara mengatasi penarikan kawat dalam pipa apabila terdapat

banyak belokan ?

8. Berapakah tinggi komponen sakelar dari lantai dan apa tujuannya

membuat setinggi itu ?

9. Apa sebabnya perlu pemeriksaan instalasi dalam batas waktu tertentu ?

10.Mengapa perlu diadakan penggantian kawat penghantar dalam batas

waktu tertentu ?

Page 85: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 85

BAB 6

TUGAS PRAKTEK

A. Memasang Instalasi Penerangan

Sumber Referensi

Buku Informasi

Buatlah rangkaian pelaksanaan diagram di bawah ini

Tugas 1 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal

a. Diagram

Page 86: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 86

b. Pelaksanaan

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 87: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 87

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering lebur 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 25

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 10

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 3

11 Inbow Doos Buah 1

12 Roset Buah 2

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1

16 Fitting Buah 2

17 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.

2. Sakelar tunggal dipakai untuk mengoperasikan beban dimana yang

menuju ke beban dihubung/diputus oleh sakelar tunggal.

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

Page 88: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 88

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Setelah selesai memasang instalasi lakukan pengecekan untuk

memastikan bahwa instalasi sudah benar dan tidak ada kesalahan

hubungan singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi sakelar tunggal dengan

beban lampu pijar dan kotak-kontak.

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan instalasi dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.

Page 89: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 89

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Tugas 2 – Memasang Instalasi Sakelar Seri

a. Diagram

b. Pelaksanaan

Page 90: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 90

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 25

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 15

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 1

11 Inbow Doos Buah 1

12 Roset Buah 2

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Seri Broco Buah 1

16 Fitting Buah 2

17 Lampu pijar Philips Buah 2

Page 91: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 91

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.

2. Sakelar seri dipakai untuk mengoperasikan satu buah (satu kelompok)

dari suatu tempat

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah benar dan tidak ada kesalahan

hubung singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

Page 92: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 92

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi kotak kontak dan sakelar

seril dengan beban lampu pijar dan lampu TL

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan instalasi dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Tugas 3 – Memasang Instalasi Sakelar Tukar

(Hubungan Hotel I)

a. Bagan

Page 93: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 93

b. Pelaksanaan

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 94: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 94

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 25

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 10

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 3

11 Inbow Doos Buah 2

12 Roset Buah 1

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Tukar Broco Buah 2

16 Fitting Buah 2

17 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah bertingkat maupun hotel contoh

dipasang pada ruang tangga.

2. Dengan memakai 2 sakelar tukar kita dapat mengoperasikan satu buah

(satu kelompok) dari satu tempat.

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

Page 95: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 95

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah benar dan tidak ada kesalahan

hubung singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi sakelar tukar (Hubungan

Hotel I)

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan instalasi dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.

Page 96: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 96

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Tugas 4 – Memasang Instalasi Sakelar Silang

a. Bagan

b. Pelaksanaan

Page 97: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 97

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 25

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 6

11 Inbow Doos Buah 3

12 Roset Buah 3

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Silang Broco Buah 1

16 Sakelar Tukar Broco Buah 2

17 Fitting Buah 3

18 Lampu pijar Philips Buah 3

Page 98: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 98

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang dalam gang-gang, ruang tangga serta ruangan

yang besar.

2. Instalasi sakelar silang dipakai untuk melayani tamu dari 3 tempat maka

sakelar yang pertama dan terakhir menggunakan sakelar tukar, sedang

penghubung-penghubung dianutnya adalah penghubung silang.

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah benar dan tidak ada kesalahan

hubung singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

Page 99: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 99

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan hubungan sakelar silang.

5. Operasikan instalasi dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.

6. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

7. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Tugas 5 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal

a. Bagan

Page 100: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 100

b. Pelaksanaan

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 101: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 101

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 15

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 4

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 6

11 Inbow Doos Buah 4

12 Roset Buah 2

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Tukar Broco Buah 3

16 Kotak Kontak Broco Buah 1

17 Fitting Buah 2

18 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang pada kamar tidur ruang belajar

2. Seperti gambar di bawah, Lampu L1/L2 dapat dinyalakan/dimatikan oleh

S1 dan S2 sedang S3 berfungsi untuk memilih salah satu lampu mana

yang dikehendaki. Saat semua lampu padam maka S3 tidak dapat

melayani / menghidupkan L1 atau L2.

Page 102: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 102

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah bnear dan tidak ada kesalahan

hubungan singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi Hubungan Kelder I dengan

beban 4 buah lampu

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

Page 103: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 103

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Tugas 6 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap I

a. Bagan

Page 104: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 104

b. Pelaksanaan

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 20

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 6

11 Inbow Doos Buah 3

12 Roset Buah 2

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1

16 Sakelar Tukar Broco Buah 1

17 Kotak Kontak Broco Buah 1

18 Fitting Buah 2

Page 105: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 105

19 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi ini biasa dipasang untuk instalasi penerangan di rumah sakit

supaya tidak menggangu pasien yang sedang tidur.

2. Prinsip kerja instalasi hubungan gelap I, pertama satu lampu menyala

pada satu tegangan penuh (terang) dan pada posisi lain lampu terhubung

seri satu sama lain sehingga nyala redup seperti gambar di bawah, dapat

diterangkan prinsip kerjanya sebagai berikut :

a. Saat S1 pada posisi Off (tidak hubung) semua lampu padam

b. Pada posisi S1 hubung dan posisi tertentu dari S2 maka lampu L1

nyala terang sedang lampu L2 padam.

c. Dan pada posisi S1 hubung dan posisi yang lain dari S2, maka lampu

L1 dan L2 nyala redup secara bersama-sama.

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah bnear dan tidak ada kesalahan

hubungan singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Page 106: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 106

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi Hubungan Gelap I.

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Page 107: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 107

Tugas 7 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap II

a. Bagan

b. Pelaksanaan

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 108: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 108

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1

4 Sekering 4 ampere Buah 1

5 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

6 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 20

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

10 T Doos Buah 6

11 Inbow Doos Buah 3

12 Roset Buah 3

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

14 Lasdop Buah Secukupnya

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1

16 Sakelar Dua Kutub Broco Buah 1

17 Kotak Kontak Broco Buah 1

18 Fitting Buah 3

19 Lampu pijar Philips Buah 3

Page 109: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 109

Informasi Singkat

1. Instalasi hubungan gelap II biasa dipakai dalam kapal-kapal penumpang.

2. Prinsip kerja instalasi hubungan gelap II, pertama semua lampu menyala

pada tegangan penuh (terang) dan posisi lain lampu terhubung seri satu

sama lain sehingga nyala redup seperti gambar di bawah, dapat

diterangkan prinsip kerjanya sebagai berikut :

a. Saat S1 pada posisi Off (tidak hubung) semua lampu padam

b. Pada posisi S2 hubung dan posisi tertentu dari S2 maka semua lampu

nyala terang

c. Dan pada posisi S1 hubung dan posisi yang lain dari S2, maka semua

lampu nyala redup.

3. Jangan bekerja pada instalasi yang bertegangan listrik, putuskan

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan

untuk memastikan bahwa instalasi sudah bnear dan tidak ada kesalahan

hubungan singkat.

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.

Page 110: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 110

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi Hubungan Gelap II

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Page 111: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 111

Tugas 8 – Memasang Sakelar Seri, Gantung, Kotak Kontak dan Lampu

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 112: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 112

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 1

3 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

4 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 20

5 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3

6 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

7 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

8 T Doos Buah 2

9 Inbow Doos Buah 3

10 Roset Buah 2

11 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

12 Lasdop Buah Secukupnya

13 Sakelar Tunggal Broco Buah 1

14 Sakelar Seri Broco Buah 1

15 Sakelar Gantung Broco Buah 1

16 Kotak Kontak Broco Buah 1

17 Fitting Buah 2

18 Lampu pijar Philips Buah 2

19 Lampu TL Philips Buah 1

Informasi Singkat

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama

2. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang

dilayani oleh sakelar gantung)

3. Grup 2 melayani kotak kontak yang dilayani oleh sakelar tunggal.

Page 113: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 113

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Page 114: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 114

Tugas 9 – Memasang Sakelar Tunggal, Tombol Tekan, Relai Langkah,

Kotak-Kontak dan Lampu

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 115: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 115

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 3

3 Relai Langkah Buah 1

4 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

5 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 20

6 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 1

7 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

8 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 T Doos Buah 4

10 Inbow Doos Buah 6

11 Roset Buah 2

12 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

13 Lasdop Buah Secukupnya

14 Sakelar Tunggal Broco Buah 1

15 Tombol Tekan Broco Buah 2

16 Kotak Kontak Broco Buah 3

17 Fitting Buah 2

18 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama

2. Kedua Grup diproteksi oleh GPAS

3. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang

dilayani oleh sakelar gantung)

4. Grup 2 melayani 3 kotak kontak

Page 116: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 116

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Page 117: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 117

Tugas 10 – Memasang Sakelar Tukar, Tombol Tekan, Relai Langkah,

Kotak Kontak dan Lampu

Alat dan Bahan :

Alat :

a. Gergaji besi

b. Mistar

c. Fretboor

d. Hand tool set

Page 118: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 118

Daftar Bahan

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1

2 MCB 2 ampere Buah 3

3 Relani Langkah Buah 1

4 Kabel NYA 2,5 mm2 Meter 50

5 Kabel NYM 2,5 mm2 Meter 20

6 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3

7 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya

8 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya

9 T Doos Buah 4

10 Inbow Doos Buah 6

11 Roset Buah 2

12 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya

13 Lasdop Buah Secukupnya

14 Sakelar Tukar Broco Buah 1

15 Tombol Tekan Broco Buah 1

16 Kotak Kontak Broco Buah 1

17 Fitting Buah 2

18 Lampu pijar Philips Buah 2

Informasi Singkat

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama

2. Kedua grup proteksi oleh GPAS

3. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang

dilayani oleh sakelar gantung)

4. Grup 2 melayani kotak kontak yang dilayani oleh sakelar tunggal.

Page 119: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 119

Langkah Kerja :

1. Baca gambar bagan instalasi pada gambar kerja dengan seksama

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang

telah ditentukan.

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa instalasi kotak sambung,

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan

selanjutnya pasanglah pengawatan instalasi

5. Lakukanlah pengecekan pada instalasi untuk memastikan bahwa

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum

dihubung pada sumber tegangan.

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya

7. Jika instalasi masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga

benar.

8. Periksalah instalasi kepada instruktur setelah saudara merasa yakin

sudah benar.

Page 120: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 120

B. Daftar Cek Unjuk Kerja

Gunakan tugas-tugas ini untuk menetapkan apakah siswa / peserta

pelatihan telah mampu menguasai pokok-pokok keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan.

Pokok-Pokok

keterampilan dan

pengetahuan

Tugas-tugas untuk

penilaianYa Tidak

Perlu latihan

lanjutan

1. Teori Apakah pertanyaan 1

sampai 12 telah dijawab

dengan benar ?

2. Praktek Apakah pertanyaan 1

sampai 10 telah dikerjakan

dengan benar ?

Page 121: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 121

DAFTAR ISI

BAB.I.BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN................................. 1

A .Besaran Penerangan............................................................ 1

1.Flux Cahaya ....................................................................... 1

2.Intensitas Penerangan ....................................................... 2

Aktifitas Belajar .................................................................... 21

3.Luminasi............................................................................. 27

Aktifitas Belajar .................................................................... 29

B .Hukum Penerangan.............................................................. 31

Aktifitas Belajar...................................................................... 35

BAB.2.PERANGKAT HUBUNG BAGI................................................. 36

A.Sifat-Sifat Beban Resistif, Induktif Dan Kapasitif ................... 37

B.Pembagian Beban Instalasi dalam Kelompok........................ 38

C .Hubungan PHB dengan PUIL............................................... 39

D,Perlengkapan PHB 1 Fasa .................................................... 45

Aktifitas Belajar ....................................................................... 48

BAB.3 MENGGAMBAR RENCANA INSTALASI PENERANGAN........ 49

A .Sakelar ................................................................................. 49

B .Hubungan Macam-Macam Sakelar, Kotak Sakering dan

KWH Meter Hubungan Sakelar Tunggal dan Kotak-Kontak...... 51

C .Hubungan Sakelar Seri ........................................................ 51

D .Hubungan Sakelar Tukar...................................................... 52

E .Hubungan Sakelar Silang ..................................................... 52

F .Hubungan kotak sekering ..................................................... 53

G .Hubungan KWH Meter ......................................................... 54

H .Pengaman Arus Lebih .......................................................... 55

I .Pengaman Lebur (Sekering) .................................................. 55

Page 122: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 122

J .Memasang Instalasi Listrik .................................................... 58

AKTIVITAS BELAJAR........................................................... 60

BAB.4.PERLENGKAPAN INSTALASI DALAM TEMBOK.................... 646

A .Pipa Instalasi Listrik .............................................................. 65

B .Kabel Listrik .......................................................................... 67

C .Stop Kontak dan Kontak Tusuk ............................................ 74

D .Fiting Lampu......................................................................... 76

BAB.5.PEMASANGAN INSTALASI DALAM TEMBOK........................ 78

A . Pemesanan Pipa dan Perlengkapannya dalam Tembok ..... 78

B .Penarikan Kawat dalam Pipa................................................ 80

C.Pemasangan Komponen dalam Tembok............................... 81

Aktifitas Belajar ...................................................................... 85

BAB.6.TUGAS PRAKTEK …………………………………………….85

Tugas 1 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal ................................. 86

Tugas 2 – Memasang Instalasi Sakelar Seri ....................................... 90

Tugas 3 – Memasang Instalasi Sakelar Tukar (Hubungan Hotel I)...... 93

Tugas 4 – Memasang Instalasi Sakelar Silang ................................... 97

Tugas 5 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal ................................ 100

Tugas 6 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap I .............................. 104

Tugas 7 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap II ............................. 108

Tugas 8 – Memasang Sakelar Seri, Gantung, Kotak Kontak dan

Lampu.................................................................................................. 112

Tugas 9 – Memasang Sakelar Tunggal, Tombol Tekan, Relai

Langkah, Kotak-Kontak dan Lampu..................................................... 115

Tugas 10 – Memasang Sakelar Tukar, Tombol Tekan, Relai

Langkah, Kotak Kontak dan Lampu..................................................... 119

Page 123: BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran · PDF fileDra. Hj. Janarti 4 Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya

Dra. Hj. Janart i 123

MODUL

INSTALASI BANGUNAN SEDERHANA

Dra. Hj. Janarti

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

DINAS PENDIDIKAN KOTA MAKASSAR

SMK NEGERI 3 MAKASSAR