bab 1- bab 6, daftar pustaka

70
` BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik, mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk dapat mewujudkan impian tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau makanan awal yang benar, dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan makan makanan anak yang bergizi yang seimbang serta imunisasi yang dilakukan secara teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut dikemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat- enam bulan pertama kehidupannya (Roesli, 2000). 1

Upload: randy-harry

Post on 02-Jul-2015

5.469 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

` BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah

tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik,

mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial

budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah

mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk

dapat mewujudkan impian tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau

makanan awal yang benar, dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu

dilanjutkan dengan memberikan makan makanan anak yang bergizi yang seimbang

serta imunisasi yang dilakukan secara teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut dikemudian hari.

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas

dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat-enam bulan pertama

kehidupannya (Roesli, 2000).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 450 bulan April tahun 2004

tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai

dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak umur 2

(dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2002).

Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di antara negara-

negara di ASEAN(Association South East Asia Nation).Tingginya angka kematian

bayi di Indonesia tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang

akhirnya akan berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan

Indonesia, 1997-2003).

1

Page 2: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

United Nations ChildrenFund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian

bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam

bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan

pada bayi. The World Alliance for BreastfeedingAction (WABA) memperkirakan 1

juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama

kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun

kesadaran para ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 14%

(Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI

eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif masih rendah,

tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di

luar rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru

lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak

terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004).

Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu

botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang

baru berusiasatu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI

(Roesli, 2000).

Berdasarkan hasil di atas, maka peneliti tertarik untuk menelitimengenai perilaku

ibu dalam pemberian ASIeksklusif pada bayi.

2

Page 3: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi masalah adalah gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada

bayi di kecamatan Medan Denai tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaranperilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada

bayi di Puskesmas Kecamatan Denai tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif

2. Untuk mengetahui sikap ibu terhadappemberian ASI eksklusif pada bayi

3. Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dalam

menyusun program kebijakan yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif

b. Sebagai bahan masukan kepada petugas dan kader posyandu untuk meningkatkan

penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi terutama bayi baru

lahir dan meningkatkan upaya pelaksanaan manajemen laktasi

c. Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi tentang

manfaatnya pemberian ASI eksklusif

d. Menambah informasi dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI eksklusif pada

bayi.

3

Page 4: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

berasal dari kelenjar payudara ibu (WHO Geneva, 1991). Air Susu Ibu (ASI) adalah

emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi

oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makananyang utama

bagi bayi (Roesli, 2000).

ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi

bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

ASI adalah pemberian Tuhan yang nilainya tidak dapat disamai oleh susu

pengganti apa saja yang dibuat oleh manusia. ASI memiliki kandungan zat gizi yang

lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi.Oleh

karenanya ASI merupakan makanan terbaik dan paling baik untuk bayi (Winarno,

1987).

2.1.2. Definisi ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,

diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula,

madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,

bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua

tahun (Purwanti, 2004).

4

Page 5: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Dalam deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) pada tahun 1990.olehWorld

Health Organitation/United Children Fund (WHO/UNICEF) yang bertujuan

melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi

ini juga ditandatangani Indonesia yang memuat hal-hal sebagai berikut: “Sebagai

tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal

maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI

eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi

diberikan makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangakan ASI tetap

diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan ini dapat dicapai

dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu

dapat menyusui secara eksklusif.Pada tahun 1999, UNICEF memberikan klarifikasi

tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif.Rekomendasi terbaru

UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah

menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2000).

Dahulu, pemberian ASI eksklusif hanya dianjurkan selama empat bulan (WHO

Geneva, 1991).Akan tetapi, sekarang pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama 6

bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun dengan bantuan Makanan Pendamping

ASI /MP-ASI (WHO, 1999).

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu

pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu

tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan

sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan

mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak

positif untuk perkembangan pertumbuhannya. (Roesli, 2000).

5

Page 6: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.1.3. Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan

sel darah putih.

Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang dengan yang lainnya.

Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu

“simfoni nutrisi bagi pertumbuhan” bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan

manusia (Roesli, 2000).

Komposisi ASI antara lain :

a. Karbohidrat

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa

dibanding susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30 % lebih banyak dari susu sapi

(Roesli, 2001).

Kegunaan laktosa bagi bayi :

Laktosa

a). Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak. Salah satu produk dari laktosa yaitu

galaktosa. Ini penting bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.

b). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk

pertumbuhan tulang.

c). Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu

Lactobacillus bifidus.

d). Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini

memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam usus

akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya menghambat pertumbuhan

bakteri yang berbahaya (Roesli, 2001).

6

Page 7: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

b. Protein

Air Susu Ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan

bayi manusia. ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein

(casein), ASI juga mengandung taurin, lactoferrin, dan lysosyme.

a). Whey dan Kasein

Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna.Kasein adalah protein

yang berbentuk kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000).

b). Taurin

Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf,

juga penting untuk pertumbuhan retina (Roesli, 2000).

c). Lactoferrin

Laktoferin bertindak sebagai “polisi” bakteri dalam usus. Laktoferin akan

membiarkan bakteri usus yang baik, yang menghasilkan vitamin, untuk tumbuh,

sedangkan bakteri yang jahat, yang akan menyebabkan penyakit, dihancurkan

(Roesli, 2000).

d). Lysosyme

Lysosyme adalah suatu kelompok antibiotik alami di dalam ASI.Suatu protein spesial

yang akan menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000).

c. Lemak

ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional. Lemak ASI

mudah dicerna dan diserap. ASI mengandung enzym lipase pencerna lemak, sehingga

hanya sedikit lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi.Susu formula tidak

mengandung enzym lipase sebab enzim ini akan hancur bila dipanaskan, sehingga

bayi menemukan kesukaran menyerap lemak susu formula. Bentuk lemak ASI yang

utama adalah lemak ikatan panjang antara lain : asam linoleat (AA) dan asam

linolenat (DHA). Bentuk asam lemak merupakan komonen penting untuk mielinisasi

pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf.

7

Page 8: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Selaput isolasi ini akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Pada susu

sapi lemak jenis ini tidak ada, padahal ini menjadi amat sangat penting untuk

pertmbuhan otak bayi (Roesli, 2001).

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatifrendah tetapi

cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi diet

ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan

natriumdari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar

Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P

yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih,

1997).

e. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D, dan C cukup,

sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah

kurang (Soetjiningsih, 1997).

f. Kalori

Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77/100 ml ASI. 90 % berasal dari

karbohidrat dan lemak, sedangkan 10 % berasal dari protein (Soetjiningsih, 1997).

Berdasarkan komposisi dari hari ke hari laktasi dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Kolostrum (Susu jolong)

a. Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar padahari

pertama sampai hari ke-empat-tujuh.

b. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari

c. Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning dari

susu matur.

8

Page 9: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

d. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi

makanan yang akan datang.

e. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya

lebih rendah dibandingkan ASI matur.

f. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur.

g.Volume kolostrum antara 150-300 ml / 24 jam (Roesli, 2001).

2. ASI Transisi / Peralihan

a. adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 sampai hari ke-10 sampai 14.

b. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin

meningkat.

c. Volume semakin meningkat (Roesli, 2001).

3. ASI Matang/Mature

a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya.

b. Komposisi relatif konstan

c. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan

satu- satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).

2.1.4. Pola Pemberian ASI

1). Persiapan Menyusui

Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang

dimulai dari kehamilan bulan ke-7-8 memegang peranan penting dalam menentukan

berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup

untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik,

ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang

menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecetsewaktu

diisap bayi (Soetjiningsih, 1997).

9

Page 10: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2). Cara Menyusui

Yang penting dalam cara menyusui adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat

disusukan sambil duduk atau sambil tidur. Bayi dapat disusukan pada kedua buah

payudara secara bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit (Soetjiningsih, 1997).

3). Lama Menyusui

ASI diberikan segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir

dianjurkan segera pada 1 jam pertama. Hal ini dikarenakan ASI yang pertama kali

keluar (kolostrum) sangatlah baik serta bergizi tinggi (WHO, 1999).

Setelah itu, pemberian ASI bisa kapan saja dan dimana saja. Waktunya dapat

diberikan pada pagi, siang, maupun malam hari sesuai kebutuhan bayi tersebut

(WHO, 1999).

Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disususkan

selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu

diisap oleh bayi. Setelah hari ke-4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah

produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20

menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar

keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi

pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 6 ml,

dan 5 menit terakhir hanya kurang lebih 16 ml (Soetjiningsih, 1997).

2.1.5. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut

bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior

untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengendalikan air susu.

Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu

dapat merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin,

10

Page 11: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

yang merangsang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan

susu dapat mengalir secara lancar (Winarno 1987).

Air Susu Ibu dihasilkan oleh kelenjar jaringan susu yang sangat banyak

jumlahnya didalam payudara, kemudian dialirkan oleh saluran-saluran menuju puting

susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang

kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan.Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh

faktor emosi, kondisi kesehatan, dan kecukupan gizi ibu.

Selain itu rangsangan pada puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga

akan meningkatkan hormon oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air

susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan

sehat, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).

2.1.6. Petunjuk Yang dapat Digunakan untuk Mengetahi Produksi ASI

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberap kriteria yang dapat dipakai

sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak adalah:

a). ASI yang banyak dapat merembes ke luar melalui puting

b). Sebelum menyusui payudara terasa tegang

c). Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur :

UMUR KENAIKAN BERAT BADAN

1-3 bulan 700 gr/bulan

4-6 bulan 600 gr/bulan

7-9 bulan 400 gr/bulan

10-12 bulan 300 gr/bulan

d). Pada umur 5 bulan tercapai 2 x berat badan waktu lahir

e). Pada umur 1 tahun tercapai 3 x berat badan waktu lahir.

f). Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.

g). Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari (Soetjiningsih, 1997).

11

Page 12: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.2. Manfaat Pemberian ASI

2.2.1. Manfaat bagi bayi

Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain :

1). Sebagai nutrisi.

ASI merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi yang seimbang dan

disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.

ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar,

produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal

sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi harus diberi makanan padat tambahan,

tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2001).

2). Meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang

(mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari

penyakit diare. Selain itu, ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena

berbagai penyakit infeksi seperti telinga, batuk, dan penyakit alergi (Roesli, 2000).

3). ASI eksklusif meningkat kecerdasan

Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

a). Faktor genetik

Faktor genetik atu faktor bawaan sangat menentukan potensi genetik atau bawaan

yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun

direkayasa.

b). Faktor Lingkungan

Faktor yang menentukan tercapaianya faktor genetik scara optimal. Faktor ini

mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.

Terdapat 3 jenis faktor khusus yang mendukung kecerdasan bayi atau anak, yaitu:

1). Pertumbuhan fisik otak (ASUH)

12

Page 13: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak, maka

jelasbahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi/anak adalah

nutrisi atau gizi yang diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara

langsung juga dapat mempengaruhi otak

2) ASAH

Dibutuhkan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kecerdasan anak yang

optimal.Tindakan menyusui dapat mengembangkan sosialisasi bayi.Sejak dini sering

berhubungan dengan ibunya maka perkembangan sosialisasinya akan baik dan mudah

berinteraksi dengan lingkungannya.

3). ASIH

Bayi yang disusui ibunya akan merasa aman dan disayangi. Seorang anak yang

merasa disayangi akan mampu menyanyangi lingkungannya sehingga ia akan

berkembang menjadi manusia dengan budi pekerti yang baik dan nurani yang baik

(Roesli 2001).

4). Meningkatkan jalinan kasih sayang.

Bayi yang berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang

ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat

mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan.

Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan

emosi bayi dan membentukan kepribadian yang percaya diri dasar spiritual yang baik

(Roesli, 2001).

5). Melindungi anak dari serangan alergi

Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah

alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001).

6). Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi

sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000).

7). Meningkatkan daya penglihatandan kepandaian bicara (Roesli, 2000).

13

Page 14: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

8). Membantu pembentukan rahang yang bagus (Roesli, 2000).

9). Mengurangi risiko terkena kencing manis dan penyakit jantung (Roesli, 2000).

10). Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat

bisa jalan (Roesli, 2000).

2.2.2. Manfaat bagi Ibu

a). Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya

perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Hal ini karena pada ibu

menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk

konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

Hal ini menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli, 2000)

b). Mengurangi terjadi anemia.

Karena menyusui dapat mengurangi perdarahan, maka dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya anemia pada ibu (Roesli, 2000).

c). Menjarangkan kehamilan.

Menyusui merupakan kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil (Roesli,

2000).

d). Mengecilkan rahim.

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali

ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada

ibu yang tidak menyusui (Roesli, 2000).

e). Mengurangi kemungkinan menderita kanker.

Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker

payudara dan ovarium berkurang (Roesli, 2000).

f). Lebih ekonomis, tidak perlu dibeli.

Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,

perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formula (Roesli,

2000).

14

Page 15: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

g). Hemat waktu dan tidak merepotkan

ASI dapat segera diberikan pada bayi. Tidak seperti ASI, pemberian susu botol akan

lebih merepotkan terutama pada malam hari (Roesli, 2000).

h). Portabledan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu

membawa pergi berbagai alat untuk membuat susu formula. Air susu ibu dapat

diberikan kapan saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum, serta dalam

suhu yang selalu tepat (Roesli, 2001).

i). Memberi kepuasan bagi ibu.

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan,

dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2000).

j). Lebih cepat langsing.

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari

lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang

menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2000).

2.2.3. Manfaat pemberian ASI bagi keluarga

a). Mengurangi pengeluaran rumah tangga karena pemberian ASI tanpa biaya (Roesli,

2000).

b). Tidak merepotkan anggota keluarga yang lain karena ASI sangatlah mudah dan

praktis untuk diberikan (Roesli, 2000).

2.2.4. Manfaat pemberian ASI bagi lingkungan

a). Melindungi lingkungan, jika dengan ASI mengurangi kebutuhan sumber daya

alam misalnya: air, bahan bakar. Dan mengurangi terjadinya polusi dari botol bekas,

kaleng susu, dan sebagainya (Roesli, 2000).

15

Page 16: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

b). ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan

pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga

mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu

yang besar-besar (Roesli, 2000).

2.2.5. Manfaat pemberian ASI bagi negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena halhal

berikut :

a). Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta

biaya menyiapkan susu.

b). Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran

nafas.

c). Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun negara (Roesli, 2000).

2.3. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

1). Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting

dandisekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu.

2). Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

a). Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunaka kursi

yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b). Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak

pada lengkung siku (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan

dengan telapak tangan).

c). Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, danyang satu di depan.

d). Perut ibu menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak

hanya membelokan kepala bayi).

16

Page 17: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

e). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

f). Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

3). Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,

jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja.

4). Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:

a). Menyentuh pipi dengan puting susu.

b). Menyentuh sisi mulut bayi.

5). Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatakan ke payudara

ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:

a). Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga

puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar

dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.

Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.

b). Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi

(Soetjiningsih, 1997).

2.4. Waktu Pemberian ASI

Ibu memberikan ASI nya setiap bayi meminta dan tidak berdasarkan jam. Ini

disebut menyusui atas permintaan atau on demand. Pada mulanya, bayimenyusui

secara tidakteratur, tetapi setelah satu atau dua minggu pola menyusuinya sudah

teratur. Jenjang waktu menyusui pada bayi biasanya dua-tiga jam sekali. Dan pola ini

tidak akan menimbulkan masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya

(Roesli, 2001).

2.5. Jadwal Pemberian Makan

Umumnya bayi yang menyusui ASI tidak mempunyai masalah dalam jadwal

pemberian ASI, karena dapat diberikan setiap saat. Bayi yang mendapat ASI biasanya

pemberian minum dilakukan dalam waktu tiga jam. Sebaiknya enam kali sehari dan

17

Page 18: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

bila perlu ditambah satu-dua kali pada malam hari. Bayi Berat badan lahir rendah

(BBLR) diberikan minum dengan porsi yang lebih sedikit, namun dengan frekuensi

yang lebih sering. Pada dasarnya makin kecil berat lahir bayi, maka makin kecil porsi

minumnya dan makin sering waktu pemberian minumnya ((Roesli, 2001).

Bila bayi diperkenalkan dengan makanan pelengkap, maka jarak waktu

pemberian makanan utama adalah tiga-empat jam dan diantaranya diberikan dua kali

makanan pelengkap berupa buah dan biskuit/kue. Penjadwalan hendaknya diatur agar

waktu pemberian makan disesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa.

Jadi bila bayi sudah mendapat nasi tim, maka jadwal makan secara umum adalah

sebagai berikut:

a). Tiga kali makan padat (pagi, siang, dan sore)

b). Dua kali ASI/PASI (Pendamping ASI) (waktu bangun pagi dan sebelum tidur)

c). Dua kali buah atau kue yang diberikan diantara waktu makan padat dan bila perlu

tambahkan minum pada malam hari (Roesli, 2001).

Kriteria bayi mendapatkan makanan yang cukup

(1). Bayi tumbuh apabila kurva pertumbuhan mengikuti arah ‘’jalan menuju sehat’’,

berarti ia sudah mendapat cukup makanan

(2). Bila beratnya tidak bertambah, berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat

makanan tambahan. Sampai bayi berumur empat bulan bahkan kadang-kadang

sampai enam bulan ASI saja sudah cukup untuk pertumbuhan bayi.Bila bayi berumur

empat-enam bulan atau lebih, bayi sudah harus mulai diberikan makanan

penyapihan/padat (Roesli, 2001).

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberi ASI Secara

Eksklusif

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat

bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan adalah sebagai berikut:

18

Page 19: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.6.1. ASI Tak Cukup

Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untu tidak memberikan ASI secara

eksklusif.Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit

sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya.Selebihnya 95-

98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2000).

2.6.2. Ibu Bekerja Dengan Cuti Tiga Bulan

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu

bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya (Roesli, 2000).

2.6.3. Takut Suami

Pendapat ini merupakan mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah

bentuk payudara menjadi jelek, Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah

kehamilan bukan menyusui (Roesli, 2000).

2.6.4. Tidak Diberi ASI Tetap ”Jadi Orang”

Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan

mungkin berhasil “jadi orang”. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan lebih

berhasil (Roesli, 2000).

Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang

optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula.

Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat,

lebih tinggi kecerdasan intelektual, maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah

bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya (Roesli, 2000).

19

Page 20: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.6.5. Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri danManja

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering

didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri,

manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh

orang tua (Roesli, 2000).

2.6.6. Susu Formula Lebih Praktis

Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api

atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk

mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap dipakai

dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api atau listrik, dan

perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula (Roesli,

2000).

2.6.7. Takut Badan Tetap Gemuk

Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah

tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk

membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu

menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara

eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk

proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk

menghilangkan timbunana lemak ini (Roesli, 2000).

20

Page 21: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.7. Tinjauan Tentang Perilaku

2.7.1. Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakekatnya perilaku manusia adalah suatu

aktifitas dari pada manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang luas,

mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Soekidjo,

2005).

Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi

juga merupakan perilaku manusia. Atau dapat juga dikatakan bahwa perilaku adalah

apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau

tidak langsung (Soekidjo, 2005).

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup, termasuk perilaku manusia.

Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan

sosial yang saling mempengaruhi, yakni:

a). Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya

dengan lingkungan.

b). Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai

kesehatan.

c). Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan.

d). Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-

undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

21

Page 22: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan

tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini

dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan (Soekidjo, 2005).

Bahwa dalam suatu tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau

meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a) ranah kognitif

(cognitif domain), b) ranah afektif (affective domain), dan c) ranah psikomotor

(psychomotor domain) (Soekidjo, 2005).

Dalam kepentingan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude)

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice) (Soekidjo, 2005).

2.7.2. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo, 2005).

Hasil penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi

proses yang berurutan yakni:

a). Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

22

Page 23: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

b). Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di

sini sikap subjek sudah mulai timbul..

c). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e). Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran,dan sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo, 2005).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,

yakni :

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comprehension)

3. Aplikasi (Application)

4. Analisis (Analysis)

5. Sintesis (Synthesis)

6. Evaluasi (Evaluation) (Soekidjo, 2005).

2.7.3.Perilaku Dalam Bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek.Adapula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf

sebelum memberikan respon.Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,

mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Soekidjo, 2005).Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku.

23

Page 24: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,

yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu:

a). Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

b). Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c). Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d). Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.Sikap yang sudah positif terhadap suatu

objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh:

a). Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat

itu.

b). Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung (Soekidjo, 2005).

24

Page 25: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

2.7.4.Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

(Soekidjo, 2005).

Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari

pihak lain, misalnya orang tua, mertua, suami atau istri.

Tingkat-tingkat praktek:

a). Persepsi (perception)

Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat

memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya

b). Respon terpimpin (guided respon)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat

memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya,

lama memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

c). Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur

tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d). Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi

tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Soekidjo, 2005).

25

Page 26: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Soekidjo, 2005).

26

Page 27: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Tingkat Pengetahuan Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Sikap Ibu

Tindakan Ibu

27

Page 28: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

3.2. Definisi Operasional

No.

Variabel Definisi operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai ASI

Kuesioner Ordinal

2 Sikap Tanggapan atau reaksi responden mengenai ASI

Kuesioner 1: Tidak Setuju2: setuju

Ordinal

3 Tindakan

Segala sesuatu yang telah dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang ASI

Kuesioner Ordinal

3.2.1. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif adalah gambaran

pengetahuan ibu mengenai pengertian ASI eksklusif, awal pemberian, lama waktu

dan frekuensi ASI eksklusif yang diberikan pada bayi untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi, kandungan zat gizi yang terdapat pada ASI, serta manfaat pemberian ASI

eksklusif bagi ibu dan bayi.

Kategori pengetahuan ibu terdiri dari:

a. Tahu maka diberi skor 2

b. Kurang tahu maka diberi skor 1

c. Tidak tahu maka diberi skor 0

28

Page 29: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Pertanyaan terdiri dari 10 nomor dengan skor tertinggi 20. Berdasarkan jumlah

skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat pengetahuan responden: (Pratomo,

1986)

- tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari

75% dari skor maksimum, yaitu >15

- tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-

75% dari skor maksimum, yaitu 8-15

- tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil

dari 40% dari skor maksimum, yaitu <8

3.2.1. Sikap Ibu

Sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah tanggapan ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif.

Kategori sikap ibu terdiri dari:

a. Setuju diberi skor 2

b. Kurang setuju diberi skor 1

c. Tidak setuju diberi skor 0

Pertanyaan terdiri dari 11 nomor dengan skor tertinggi 22. Berdasarkan

jumlah skor yang diperoleh maka ukuran sikap responden: (Pratomo, 1986)

- baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor

maksimum, yaitu >16,5

- sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75% dari skor

maksimum, yaitu 8,8-16,5

- kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor

maksimum, yaitu <8,8

29

Page 30: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

3.2.2. Tindakan Ibu

Tindakan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perbuatan

yang dilakukan secara konkrit oleh ibu terhadap pemberian maupun tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Kategori tindakan ibu terdiri dari:

a. Tindakan benar diberi skor 2

b. Tindakan kurang benar diberi skor 1

c. Tindakan tidak benar diberi skor 0

Pertanyaan terdiri dari 7 nomor dengan jumlah skor tertinggi 14. Berdasarkan

jumlah skor yang diperoleh maka ukuran tindakan responden: (Pratomo, 1986)

- baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor

maksimum, yaitu >10,5

- sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75% dari skor

maksimum, yaitu 5,6-10,5

- kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor

maksimum, yaitu <5,6

30

Page 31: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan

pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan

atau menguraikan suatu keadaan fenomena dalam suatu komunitas atau masyarakat,

yang mana data variabel bebas dan terikat diambil dalam waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

-Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli-November 2009

4.2.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Medan Denai.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak 0-6 bulan

dan 6-12 bulan.Terdapat jumlah ibu yang mempunyai anak 0-6 bulan sebanyak

202orang (data diambil pada bulan Maret) di Kecamatan Medan Denai tahun 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dipilih

berdasarkansystematic sampling, ditentukan bahwa dari seluruh subjek yang dapat

dipilih, setiap subjek nomor ke sekian dipilih sebagai sampel. Caranya adalah

membagi jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yag diinginkan dan

hasilnya adalah interval. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :

31

Page 32: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

N . Z²1-α/2 p . (1-p)n =

(N-1) d² +Z²1-α/2. p . (1-p)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu

P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan ( absolut ) yang dapat ditolerir

N = jumlah populasi

N . Z²1-α/2 p . (1-p)n =

(N-1) d² + Z²1-α/2. p . (1-p)

n = 202 . 1,96 . (0,5) . (0.5)

(201) . (0.01) + (1,96) (0,5) (0.5)

n = 40 orang

Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak kurang

lebih 40atau yang akurat adalah 50orang. Pada penelitian ini, sampelnya ditentukan

dengan membagi jumlah populasi sebanyak 202dengan jumlah sampel sebanyak 50

dan hasilnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap

elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12 dan seterusnya sampai

mencapai jumlah 50 anggota sampel (Wahyuni 2007).

32

Page 33: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

4.4.Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian

kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dari Puskesmas

yang meliputi jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.

.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri

dari pertanyaan-pertanyaan semiterbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data

karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan responden

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu

mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau

angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,

tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan

menggunakan program SPSS versi 12.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu

mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Untuk mendeskripsikan gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi

dilakukan perhitungan frekuensi, dan persentase.Hasil penelitian akan di tampilkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.

33

Page 34: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Medan Denai.Puskesmas Kecamatan Medan Denai terletak di Jalan Jermal XV No. 6. Adapun Batas – batas wilayah dari Kecamatan Medan Denai :

Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Tembung Sebelah Barat berbatasan dengan Medan Kota dan Medan Area Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Amplas

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden

Hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Kecamatan Medan Denai Tahun 2009“, kuesioner diberikan kepada 50 orang ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan. Hasilnya dapat diterangkan sebagai berikut :

A. Distribusi Umur Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Berdasarkan karateristik distribusi ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan sebanyak 50 orang dan dengan umur yang berbeda. Rentang umur yang dimiliki ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan sebagai responden dalam penelitian ini adalah umur 18-21 tahun sebanyak 9 orang (18,0%), 22-25 tahun sebanyak 11 orang (22,0%), 26-29 tahun sebanyak 17orang (34,0%), 30-35 tahun sebanyak 13 orang (26,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

34

Page 35: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Tabel 5.1.

Distribusi Umur Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Pesen (%)

18-21 9 18,0

22-25 11 22,0

26-29 17 34,0

30-35 13 26,0

Total50 100,0

35

Page 36: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

B. Distribusi Pendidikan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Sebagian besar ibu di Kecamatan Medan Denai berpendidikan SMP sebanyak 24 orang (48%), dan sebagian kecil berpendidikan SD sebanyak 12 orang (24%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Pendidikan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

SD 12 24,0

SMP 24 48,0

SMA 14 28,0

Total 50 100,0

36

Page 37: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

C. Distribusi Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi sebagian besar yang berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (64 %) dan sebagiankecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8 %).Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 14 28,0

Kurang 32 64,0

Sedang 4 8,0

Total 50 100,0

37

Page 38: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

No. Pertanyaan Skor 0 N F

Skor 1 N F

Skor 2 N F

Skor total N F

1. Pengertian ASI 15 30,0 19 38,0 16 32,0 50 1002. Pernah

mendengar istilah ASI

20 26,0 30 39,0 50 100

3. Manfaat memberi ASI sampai usia 6 bulan

12 15,6 22 28,6 16 20,8 50 100

4. Manfaat pemberian ASI

14 18,2 21 27,3 15 19,5 50 100

5. Istilah ASI yang pertama kali keluar

29 37,7 7 9,1 14 18,2 50 100

6. Kapan Bayi diberi ASI

22 28,6 15 19,5 13 16,9 50 100

7. Manfaat kolostrum

23 29,9 13 16,9 14 18,2 50 100

8. Bagaimana kandungan gizi pada ASI

20 26,0 17 22,1 13 16,9 50 100

9. Sampai usia berapa mendapat ASI

21 27,3 16 20,8 13 16,9 50 100

10. Kapan diberi makanan tambahan

24 31,2 11 14,3 15 19,5 50 100

Tabel 5.6.Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian

ASEksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang pengetahuan yaitu pertanyaan nomor 1 sampai nomor 10, sebagian responden banyak menjawab benar pertanyaan nomor 2 yaitu apakah ibu pernah mendengar istilah ASI sebanyak 30 orang (39,0%), dan sebagian besar menjawab salah/tidak tahu pertanyaan nomor 5 yaitu apakah istilah ASI yang pertama kali keluar sebanyak 29 orang (37,7%). Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya informasi yang didapat responden tentang kolostrum, responden hanya mengerti tentang istilah ASI saja tanpa disertai pengertian dan manfaat dari kolostrum.

38

Page 39: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

D. Distribusi Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi DiKecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif sebagian besar memiliki sikap kurang sebanyak 21 orang (42%), dan sebagian kecil mempunyai sikap sedang sebanyak 14 orang (28 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 15 30,0

Kurang 21 42,0

Sedang 14 28,0

Total 50 100,0

39

Page 40: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Tabel 5.7.Distribusi Sikap Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang sikap yaitu pertanyaan nomor 11 sampai nomor 21, sebagian responden banyak menjawab setuju pertanyaan nomor 12 sebanyak 34 orang (44,2%) yaitu apakah ASI merupakan makanan yang paling murah, aman, dan sempurna. Dan sebagian besar responden menjawab tidak setuju pertanyaan nomor 21 sebanyak 28 orang (36,4%), yaitu apakah ASI tidak mempengaruhi bentuk payudara. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pemahaman dan informasi yang didapat ibu tentang ASI.

40

No. Pertanyaan Skor 0 N F

Skor 1 N F

Skor 2 N F

Skor total N F

11. Hanya memberi ASI tanpa diselingi MP-ASI

15 19,5 19 24,7 16 20,8 50 100

12. ASI merupakan makanan yang murah, aman, sempurna

5 6,5 11 14,3 34 44,2 50 100

13. ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi

22 28,6 14 18,2 14 18,2 50 100

14. ASI yang pertama kali keluar harus diberi ASI

3 3,9 24 31,2 23 29,9 50 100

15. Kolostrum dapat mencegah penyakit

22 28,6 15 19,5 13 16,9 50 100

16. Jika diberi makanan dapat mengganggu pencernaan

17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100

17. Bayi yang tidak mendapat ASI mudah terkena penyakit

1 1,3 23 29,9 26 33,8 50 100

18. ASI meningkatkan kasih sayang

1 1,3 21 27,3 28 36,4 50 100

19. Jika bekerja, ibu tetap dapat memberi ASI

22 28,6 17 22,1 11 14,3 50 100

20. ASI dapat diperah dan disimpan

17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100

21. ASI tidak mempengaruhi bentuk payudara

28 36,4 12 15,6 10 13,0 50 100

Page 41: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

E. Distribusi Tindakan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif diperoleh sebagian besar yang mempunyai tindakan kurang sebanyak 22 orang (44 %),dan sebagian kecil mempunyai tindakan baik sebanyak 12 orang (24 %). Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi Tindakan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Tabel 5.8.

41

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)Baik

12 24,0

Kurang22 44,0

Sedang16 32,0

Total50 100,0

Page 42: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Distribusi Tindakan Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

No. Pertanyaan Skor 0 N F

Skor 1 N F

Skor 2 N F

Skor total N F

22. Apakah ibu masih menyusui bayi

33 42,9 - - 17 22,1 50 100

23.Kapan memberi ASI pertama kali

6 7,8 4 5,2 40 51,9 50 100

24. Apakah kolostrum diberikan setelah melahirkan

29 37,7 - - 21 27,3 50 100

25. Kapan memberi makanan tambahan bagi bayi

4 5,2 34 44,2 12 15,6 50 100

26. Apakah tetap memberi ASI jika keluar rumah

40 51,9 - - 10 13,0 50 100

27. Bagaimana cara memberi ASI

2 2,6 38 49,9 10 13,0 50 100

28. Bagaimana mengatur waktu pemberian ASI

7 5,2 9 11,7 37 48,1 50 100

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang tindakan yaitu pertanyaan nomor 22 sampai nomor 28, sebagian responden banyak menjawab benar/ya pertanyaan nomor 23 sebanyak 40 orang (51,9%), yaitu kapan ibu memberi ASI pertama kali. Dan sebagian besar responden menjawab pertanyaan salah/tidak adalah pertanyaan nomor 26 sebanyak 40 orang (51,9%) yaitu apakah ibu tetap memberikan ASI jika keluar rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pemahaman dan informasi yang didapat ibu tentang pemberian ASI.

BAB VI

42

Page 43: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di Kecamatan Medan Denai tahun 2009, diperoleh dari data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 50 orang ibu. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :

A. Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Pada tabel 5.3.dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (64%) dan sebagian kecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8%). Hal ini menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik berarti telah memperoleh informasi tentang pemberian ASI eksklusif dari berbagai sumber seperti media elektronik, media massa ataupun dari petugas kesehatan. Sedangkan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang disebabkan oleh kurangya informasi dan wawasan yang diperoleh baik melalui media elektronik, media massa maupun dari tenaga kesehatan. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Novi Wahyuningrum dari Universitas Negeri Semarang didapat pengetahuan ibu di Desa Sadang Kecamatam Jekulo Kabupaten Kudus, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemberian ASI eksklusif juga masih kurang sebanyak 22 orang dengan presentase (55%).Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa ataupun lingkungan. Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti : sumber informasi, faktor pendidikan. Semakin banyak orang yang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga dari petugas kesehatan maupun dari media cetak. Hal ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Sama halnya dengan pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik juga tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

B. Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Denai tahun 2009

43

Page 44: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Pada tabel 5.4.diperoleh sebagian besar ibu memiliki sikap kurang sebanyak 21 orang (42%), dan sebagian kecil mempunyai sikap sedang sebanyak14 orang (28%).Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki sikap baik berarti telah meyakini karena memiliki pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif.Sedang ibu yang memiliki sikap kurang disebabkan ibu belum meyakini karena tidak berpengalaman dalam memberikan ASI eksklusif. Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain.

Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Secara nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Menurut Azwar Syaefuddin (1995) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang yaitu : komponen kognitif (berisi kepercayaan individu), Komponen afektif (berisi dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatf (rasa tidak senang) dan komponen konatif (disebut juga komponen perilaku) yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

C. Tindakan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Pada Tabel 5.5. diperoleh sebagian besar ibu memiliki tindakan kurang sebanyak 22 orang (44%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (24%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tindakan baik telah menilai dan meyakini bahwa memberikan ASI eksklusif adalah baik karena didapat dari pengalaman sendiri dari inteaksi dengan orang lain. Sedang ibu yang memiliki tindakan kurang berarti ibu belum menilai dan meyakini memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah hal yang baik karena belum dilaksanakan sendiri dan kurangya interaksi dengan orang lain. Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan atau praktek dilaksanakan setelah seseorang mengetahi stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan atau praktek dilaksanakan karena dinilai baik dan diyakini.

A. Kesimpulan

44

Page 45: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009 diperoleh kesimpulan :

1. Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009 sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (41,6%) dan sebagian kecil berpengetahuan sedang 4 orang (5,2%).

2. Sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai tahun 2009 sebagian besar bersikapkurang sebanyak 21 orang (27,3%) dan sebagian kecil bersikap sedang sebanyak 14 orang (18,2%).

3. Tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009 sebagian besar memiliki tindakan kurang sebanyak 22 orang (28,6%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (15,6%).

4. Sebagian besar ibu telah mengenal istilah ASI, tetapi masih sedikit ibu yang mengenal istilah ASI yang pertama kali keluar/kolostrum.

5. Sebagian besar ibu setuju bahwa ASI merupakan makanan yang paling murah, aman dan sempurna, tetapi sebagian besar ibu tidak setuju bahwa ASI tidak dapat mengubah bentuk payudara.

6. Sebagian besar ibu memberikan ASI segera setelah kelahiran tetapi sebagian besar ibu tidak memberikan ASI jika keluar rumah.

B. Saran

1. Bagi ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya sampai bayi berumur >6 bulan.2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang jumlah sampel hendaknya lebih banyak dan

dapat dilakukan dibeberapa tempat.3. Tenaga/petugas kesehatan lebih giat dan aktif dalam memberikan pendidikan

kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi pada saat ibu melakukan antenatal care.

4. Tenaga/petugas kesehatan tidak hanya memberikan penyuluhan tentang ASI saja, tetapi dapat juga memberikan informasi tentang kolostrum.

DAFTAR PUSTAKA

45

Page 46: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Roesli, Utami, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Niaga Swadaya

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pedoman Penyelenggaraan

Imunisasi, Jakarta.

Notoadmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Purwanti HS, 2004. KonsepPenerepan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih, 1997.ASI :Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.

Suradi R, Roesli U, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universias Indonesia.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Diektorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta.

Danuatmaja, Bonny, dan Meiliasari, Mila, 2004. 40 Hari Pasca Persalinan: Masalah

dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Depkes RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi

Buruk 2005-2009. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009. Jakarta:

Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI 2008.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera

Utara 2006. Medan: Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 2005.Manajemen Laktasi. Jakarta:

Depkes RI.

Fulhan, Jill Kostka. 2007. Breastfeeding. In: Hendricks, Duggan, Walker. Manual

Pediatric of Nutrition 3th ed. 86 – 97.

Gupte, Suraj, 2000. Paduan Perawatan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

46

Page 47: Bab 1- Bab 6, Daftar Pustaka

Heird, William.C. 2004. The Feeding of Infants and Children. In: Behrmann, Richard

E., etc. Nelson Textbook of Pediatric 17th ed. USA: Elsevier Science.

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis.Jakarta : Sagung Seto.

World Health Organization, 2001.Introduction of hepatitis B vaccine into childhood

immunization services:Management guidelines, includinginformation for health

workers andparents. Department Of Vaccines and Biologicals, Geneva.

Spark, Arlene, 2007. Nutrition in public health. New York : CRC press.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985.

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.

Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Kanisius.

World Health Organization, 1991.Indicators for Assessing Breastfeeding Practices.

Devision of Child Healt and Development, Geneva.

47