b6 neutransmiter pbl

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia dapat melakukan aktivitas, bernafas, mencerna, bergerak, melihat, mendenggar suara, menanggapi suatu rangsangan dan lainnya. Semua gerakan dan juga respon yang dtimbulkan ini bergantung dari penggolahan di otak. Tanpa adanya system penggolahan di otak baik sinaps maupun impuls yang disalurkan ke otak, manusia tidak akan mampu bereaksi atau menanggapi suatu rangsangan, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun yang berasal dari luar tubuh. Mekanisme kerja otak di penggaruhi oleh system saraf pusat ( SSP ) dan juga bagian organ otak lainnya yang saling bekerja sama untuk memerintahkan anggota tubuh agar dapat memberi respon untuk suatu rangsangan. Semua ini terkoordinasi dengan baik dan juga sangat kompleks, sehingga apabila bagian kepala kita ada yang terkena benturan atau pun trauma baik ringan ataupun berat dapat menyebabkan terganggunya system koordinasi otak kita sehingga dapat menggangu fungsi fisiologis dari tubuh kita baik secara sensorik maupun motorik. Sebagian perbedaan SSP ditentukan secara genetis. Namun sisanya disebabkan oleh pengalaman atupun pengaruh lingkungan. 1.2 Tujuan 1

Upload: calistaparamitha

Post on 19-Jun-2015

512 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: b6 neutransmiter PBL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia dapat melakukan aktivitas, bernafas, mencerna, bergerak, melihat,

mendenggar suara, menanggapi suatu rangsangan dan lainnya. Semua gerakan dan juga respon yang

dtimbulkan ini bergantung dari penggolahan di otak. Tanpa adanya system penggolahan di otak baik

sinaps maupun impuls yang disalurkan ke otak, manusia tidak akan mampu bereaksi atau menanggapi

suatu rangsangan, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun yang berasal dari luar tubuh.

Mekanisme kerja otak di penggaruhi oleh system saraf pusat ( SSP ) dan juga bagian organ otak

lainnya yang saling bekerja sama untuk memerintahkan anggota tubuh agar dapat memberi respon

untuk suatu rangsangan. Semua ini terkoordinasi dengan baik dan juga sangat kompleks, sehingga

apabila bagian kepala kita ada yang terkena benturan atau pun trauma baik ringan ataupun berat dapat

menyebabkan terganggunya system koordinasi otak kita sehingga dapat menggangu fungsi fisiologis

dari tubuh kita baik secara sensorik maupun motorik. Sebagian perbedaan SSP ditentukan secara

genetis. Namun sisanya disebabkan oleh pengalaman atupun pengaruh lingkungan.

1.2 Tujuan

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai struktur system saraf otonom secara makroskopis,

mikroskopis, fungsinya secara motorik dan sensorik, mekanisme kerja.

1

Page 2: b6 neutransmiter PBL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM SARAF OTONOM

Serat saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan salah satu dari kedua bahan

transmiter sinap yaitu asetilkolin dan norepinefrin. Serat-serat yang mensekresi asetilkolin

disebut serat kolinergik, serat-serat yang mensekresi norepinefrin disebut serat adrenergik.

Didalam sistem saraf simpatis dan parasimpatis semua neuron preganglionik bersifat

kolinergik. Oleh karena itu, bila bahan asetelkolin atau bahan seperti asetilkolin diberikan

pada ganglia, maka akan merangsang neuron postganglionik simpatis dan parasimpatis.

Semua atau hampir semua neuron postganglionik parasimpatis bersifat kolinergik, sebaliknya

sebagian besar neuron postganglionik simpaits bersifat adrenergik, walaupun tidak

seluruhnya demikian sebab serat-serat saraf postganglionik simpatis yang kekelenjar keringat,

otot-oto piloerektor dan beberapa pembuluh darah yang bersifat koligernik

Sebelum transmiter asetilkolin, norefinefrin atau epinefrin disekresi pada ujung saraf otonom

untuk dapat merangsang organ efektor,transmiter ini mula-mula harus berikatan dulu dengan

reseptor yang sangat spesifik pada sel-sel efektor. Asetilkolin mengaktifkan dua macam

reseptor yakni reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik. Reseptor muskarinik (M) dijumpai

disemua sel efektor yang dirangsang oleh neuron postganglionik dari sistem saraf

parasimpatis. Reseptor nikotinik dijumpai disinap antara neuron preganglionik dan

postganglionik dari sistem simpatis dan parasimpatis, reseptor ini juga terdapat pada ujung

saraf otonom di dalam membran otot skeletal. Norepinefrin mengaktifkan reseptor alfa dan

reseptor beta. Selanjutnya reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan reseptor beta2.

Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan kedalam darah oleh medulla adrenal,

mempunyai pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin

terutama merangsang reseptor alfa dan kurang kuat merangsang reseptor beta. Epinefrin

merangsang kedua reseptor ini hampir sama kuatnya.1

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan

rangsangan dari reseptor untuk di deteksi dan direspon oleh tubuh. System saraf

memungkinkan mahkluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf di bagi menjadi :

2

Page 3: b6 neutransmiter PBL

1. Sistem Saraf Pusat (SSP)

terdiri cerebrum dan medulla spinalis.

a.cerebrum

    Merupakan daerah integrasi utama sistem saraf, yaitu sebagai tempat penyimpanan

memori, terjadinya pemikiran, pengaturan emosi, dan fungsi lain yang dikaitkan

dengan kejiwaan dan ngendalian tubuh.

b. Medula spinalis

    Berfungsi sebagai tempat transfer ke dan dari otak, daerah integrasi untuk

koordinasi banyak kegiatan saraf di bawah sadar, seperti refleks menarik bagian tubuh

menjauhi perangsangan yang menyakitkan, dan lain-lain.

2. Sistem Saraf Tepi (SST)

terdiri nervi cranialis & nervi spinalis.

Fungsinya sebagai serat aferen untuk mengantarkan informasi sensorik ke sistem saraf

pusat dan serat eferen untuk menghantarkan sinyal motorik yang berasal dari sistem

saraf pusat.

3. Sistem Saraf Otonom (SSO)

terdiri nervi simpatis & nervi parasimpatis

SISTEM SARAF OTONOM

Saraf Simpatis: terdiri T1 s/d T12 ditambah L1 dan L2

Saraf Parasimpatis: terdiri Saraf cranialis: 3, 7, 9, 10/11 ditambah Saraf spinalis: S 2,

3, 4

SARAF SIMPATIS

SSO yg berasal dari saraf spinal T1 – L2

Saraf simpatis memulai reaksi “melawan/kabur”

S.simpatis bersinap di trunkus simpatis

Serabut preganglionik

Serabut postganglionik

3

Page 4: b6 neutransmiter PBL

SARAF PARASIMPATIS

SSO yg berasal dari s.cranial 3,7,9,10/11 dan s.spinal S 2,3,4

Saraf parasimpatis mengendalikan tubuh dlm keadaan yg lebih santai

S.parasimpatis bersinap di viscera (ganglion mikroskopis)

N.3 mengurus m. konstriktor pupil dan m.siliaris, sinap ganglion siliaris

N.7 mengurus glandula.submandibularis dan glandula.sublingualis, sinap

ganglion.submandibularis

N.7 mengurus glandula. lakrimalis, sinap ganglion.sfenopalatina

N.9 mengurus glandula.parotis, sinap di ganglion.otikum

N.10/11 mengurus viscera thorax, abdomen dan colon

(kecuali: colon.descenden, sigmoid, rectum, dan anus).2

2.2 SISTEM DAN FUNGSINYA

Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai 2 neuron, dengan neurotransmitter terakhir

yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis.

Sistem saraf otonom terdiri dari system saraf simpatis dan parasimpatis.Serat-serat

saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis.Sebagian serat

praganglion simpatis berukuran sangat pendek,bersinaps dengan badan sel neuron

pascaganglion didalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di

kedua sisi korda spinalis.Serat pascgangliion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu

berakhir pada organ-organ efektor.Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion

tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang

terletak  sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi,dengan saraf

pascaganglion menjalani jarak sisanya.

Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral (sebagian

saraf kranialis mengandung seratparasimpatis). Serat-serat ini nerukuran lebih panjang

dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus

sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat organ efektor.Serat-

4

Page 5: b6 neutransmiter PBL

serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu

sendiri.

Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter

yang sama,yaitu asetilkolin,tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua system ini

mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi

organ efektor).Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan

demikian, serat-serat itu bersama dengan semua serat praganglion otonom disebut sebagai

kolinergik. Sebaliknya, sebagian serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic

karena mengeluarkan noreadrenalin (norepinefrin).Baik asetilkolin maupun norepinefrin

juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnaya.

Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir pada sebuah tonjolan seperti

kepala sinaps (synaptic knob),namun cabang-cabang terminal dari serat otonom

mengandung banyak tonjolan (varicosities) yang secara simultan mengeluarkan

neurotransmitter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel.

Pelepasan neurotransmitter yang bersifat difus ini,disertai kenyataan bahwa di otot polos

atau jantung setiap perubahan aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap

junction,memiliki arti bahwa keseluruhan organ biasanya dipengaruhi aktivitas otonom

bukan sel satu per satu.3

a) Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas organ visceral involunter

Sistem saraf otonom mengatur aktivitas alat-alat dalam (visceral) yang dalam keadaan

normal di luar kesadaran dan control volunteer misalnya sirkulasi, pencernaan,

berkeringat dan ukuran pupil. Dengan demikian, sistem ini dianggap sebagai cabang

involunter divisi eferen, berbeda dengan cabang volunteer somatic, yang mempersarafi

otot rangka dan dapat dikontrol secara volunteer. Namun,tidak seluruhnya benar bahwa

individu tidak memiliki kontrol terhadap aktivitas yang diatur oleh system

otonom.Informasi aferen visceral biasanya tidakmencapai tingkat kesadaran,sehingga

individu tidak mungkin secara sadar mengontrol keluaran eferen yang

timbul.Namun,dengan teknik-teknik biofeedback individu dapat diberi suatu sinyal sadar

mengenai informasi aferen visceral misalnya dalam bentuk suara, cahaya, atau tampilan

grafik pada latar computer.

5

Page 6: b6 neutransmiter PBL

b) Sistem saraf simpatis dan parasimpatis bersama-sama mempersarafi sebagian besar

organ visceral

Sebagian besar organ visceral dipersarafi oleh serat saraf simpatis dan

parasimpatis.Sistem saraf simpatis dan parasimpatis menimbulkan efek yang

bertentangan pada organ tertentu.Stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut

jantung, sementara stimulasi parasimpatis menurunkannya. Stimulasi simpatis

memperlambat gerakan saluran pencernaan, sedangkan stimulasi parasimpatis

meningkatkan motilitas saluran pencernaan.Perhatikan bahwa satu sistem tidak selalu

bersifat eksitatorik dan yang lain inhibitorik.Kedua sistem meningkatkan aktivitas

beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-organ yang lain.

Sistem saraf simpatis meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk

melakukan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stress atau

darurat,misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respons semacam ini biasanya

disebut sebagai fight or flight response, karena system simpatis mempersiapkan tubuh

untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Pikirkan tentang sumber-sumber pada

tubuh yang diperlukan pada keadaan seperti ini. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebiuh

kuat, tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah saluran

pernafasan terbuka lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal, glikogen dan

simpanan lemak dipecahkan untuk menghasilkan bahan baker tambahan dalam darah, dan

pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi otot-otot rangka berdilatasi.Semua respons

ini ditujukan untuk meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot-otot

rangka sebagai antisipasi terhadap aktivitas fisik yang berat.Selanjutnya pu[il berdilatasi

dan mata menyesuaikan diri untuk melihat jauh,yang menungkinkan individu membuat

penilaian visual yang cepat mengenai situasi keseluruhan yang mengancam.Terjadi

peningkatan berkeringat sebagai antisipasi terhadap peningkatan produksi panas yang

berlebihan akibat aktivitas fisik. Karena aktivitas pencernaan dan berkemih kurang

penting dalam menghadapi ancaman,system simpatis menghambat aktivitas-aktivitas ini.

Sistem parasimpatis,di pihak lain mendominasi pada situasi yang tenang dan

rileks.Pada keadaan-keadaan yang tidak mengancam,tubuh dapat memusatkan diri pada

aktivitas “rumah tangga umumnya sendiri,misalnya pencernaan dan pengosongan

kandung kemih.Sistem parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini,sementara

6

Page 7: b6 neutransmiter PBL

memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh system simpatis. Sebagai

contoh, tatkala seseorang sedang dalam keadaan tenang,jantung tidak perlu berdenyut

dengan cepat dan kuat.

Inhibisi sistem saraf parasimpatis oleh kokain mungkin merupakan factor utama dalam

kematian mendadak yang disebabkan oleh kelebihan dosis kokain. Apabila kokain

menghambat rem parasimpatis yang bersifat protektif, sistem simpatis dapat

meningkatkan kecepatan denyut jantung tanpa kendali.Kematian mendadak timbul jika

denyut jantung menjadi terlalu cepat dan tidak teratur,sehingga daya pompa jantung tidak

adekuat.

Terdapat beberapa pengecualian terhadap sifat umum persarafan timbale balik ganda

oleh kedua cabang system saraf otonom tersebut,yang paling menonjol adalah sebagai

berikut:

 Pembuluh darah yang dipersarafi (sebagian besar arteriol dan vena dipersarafi,arteri dan

kapiler tidak) hanya menerima serat saraf simpatis.Pengaturan dilakukan dengan

meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembentukan potensial aksi diatas atau

dibawah tingkat tonik serat simpatis tersebut.Satu-satunga pembulh darah yang mendapat

persarafan parasimpatis adalah pembuliuh darah yang mendarahi klitoris dan

penis.Kontrol vaskuler yang akurat di kedua organ ini oleh persarafan ganda penting untuk

menimbulkan ereksi.

  Kelenjar keringat hanya dipersarafi oleh saraf simpatis

  Kelenjar liur dipersarafi oleh kedua divisi otonom,tetapi tidak seperti di tempat

lain,aktivitas simpatis dan parasimpatis tidak antagonistik.Keduanya merangsang sekresi

air liur,tetapi komposisi dan volume air liur yang terbentuk berbeda,bergantung dari

cabang otonom mana yang dominan.

Efek system saraf otonom pada berbagai organ

Organ Efek stimulasi simpatis Efek stimilasi parasimpatis

Jantung Peningkatan denyut jantung

Peningkatan kekuatan

Penurunan denyut jantung

Penurunan kekuatan 7

Page 8: b6 neutransmiter PBL

 

 

Pembuluh darah

 

 

Paru

 

 

Saluran pencernaan

 

 

 

 

 

Kandung empedu

Kandung kemih

Mata

 

 

 

Hati  

Sel adipose

kontraksi

Konstriksi (sebagian besar)

Dilatasi (pembuluh jantung dan otot rangka)

Dilatasi bronkiolus

Inhibisi sekresi mucus

Penurunan motilitas

Penurunan motilitas

Kontraksi sfingter (mencegah gerakan maju isi saluran)

Inhibisi sekresi pencernaan

 

Relaksasi

Relaksasi 

Dilatasi pupil

 

Konstriksi pupil

 

Glikogenolisis

Lipolisis

 

Inhibisi sekresi  

kontraksi

Dilatasi pembuluh darah yang mendarahi klitoris dan penis saja

Konstriksi bronkiolus

Stimulasi sekresi mucus

Peningkatan motilitas

Peningkatan motilitas

Relaksasi sfingter

 

 

Stimulasi sekresi pencernaan

Kontraksi (pengosongan)

Kontraksi (pengosongan)

Penyesuaian mata untuk melihat jauh

Pentesuaian mata untukmelihat dekat

Tidak ada

Tidak ada

 

Stimulasi

Tidak ada

8

Page 9: b6 neutransmiter PBL

Kelenjar eksokrin

-         Pancreas eksokrin

-         Kelenjar keringat

-         Kelenjar liur

Kelenjar endokrin

-         medulla adrenal

 

-         pancreas endokrin

Genital

 

Aktivitas otak

 

Stimulasi

Stimulasi

 

Stimulasi sekresi epinefrin dan norepinefrin

Inhibisi sekresi insulin,stimulasi sekresi glukagon

Ejakulasi dan kontraksi orgasme

Peningkatan kewaspadaan

Stimulasi

 

Tidak ada

 

Stimulasi sekresi insulin dan glukagon

 

Ereksi

 

Tidak ada

 

Atau dapat dilihat seperti pada

gambar disamping

Gambar1

Sumber : www.google.com

9

Page 10: b6 neutransmiter PBL

2.3 JARINGAN SARAF

Elemen seluler dasar dari sistem saraf adalah sel saraf (neuron) dengan struktur yang sangat

bervariasi. Fungsi jaringan saraf adalah menghantar impuls saraf. Selain itu terdapat pula

beberapa jenis sel glia (neuroglia) yang berfungsi menyokong dan melindungi neuron dan

juga memberi nutrisi. 4

sebagaimana terlihat pada Gambar 2

Sumber : www.google.com

Tiga tipe neuron: neuron sensoris, neuron motoris, neuron asosiasi

c) Sel saraf

Sel saraf merupakan saluran anatomis dan fungsional yang terdiri dari badan sel

(perikaryon) dan juluran-juluran sel yang disebut akson dan dendrit. Akson biasanya

tunggal, sedang dendrit banyak jumlahnya. Dendrit berfungsi menerima impuls dan

menghantarkannya ke badan sel, sedang akson berfungsi menghantar impuls dari badan sel

ke sel lain (sel saraf, otot, dan kelenjar).Bagian distal akson biasanya bercabang-cabang

membentuk pohon akhir (terminal arboration).

d) Badan neuron.

Badan neuron mengandung nukleus dan sitoplasma. Pada badan neuron juga terdapat RE

kasar, ribosom bebas, mitokondria yang sangat banyak jumlahnya, alat golgi,

10

Page 11: b6 neutransmiter PBL

neurofilamen, dan mikrotubul. RE kasar dan ribosom bebas dapat membentuk kelompok-

kelompok yang terwarna kuat oleh pewarna basa, yang dengan perantaraan mikroskop

cahaya disebut badan Nissl. Dendrit tidak mengandung alat golgi, mengandung RE kasar,

ribosom, badan Nissl, mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul yang lebih banyak

ditemukan daripada di akson.

e) Akson

Akson diawali oleh suatu bagian berbentuk piramid yang disebut axon hillock. RE kasar

dan ribosom yang ditemukan di badan sel dan dendrit, tidak terdapat dalam akson Hillock.

Mikrotubul terdapat dalam berkas-berkas. Aksoplasma (sitoplasma akson) terutama

mengandung mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul. Akson diselaputi oleh mielin. Di

dalam sistem saraf pusat, mielin dihasilkan oleh oligodendrosit, sedang di sistem saraf

periferi dihasilkan oleh sel Schwann.

Gambar 2.

Sumber :

[email protected]

11

Page 12: b6 neutransmiter PBL

2.4 PENGHANTAR IMPULS MELALUI SARAF

Penghantaran impuls berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat

terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu

sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam

sel saraf. Rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial

listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Pada

tahap depolarisasi membran menjadi permeabel terhadap ion natrium (Na+) sehingga sejumlah besar

ion natrium berdifusi ke dalam akson sehingga cairan di dalam menjadi lebih positif dan potensial

meningkat. Na masuk terus ke dalam sel sampai +30Mv. Tahap repolarisasi kanal natrium tertutup

dan kanal kalium terbuka, selanjutnyan difusi ion kalium berlangsung cepat ke bagian luar untuk

membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Kecepatan perjalanan

gelombang perbedaan potensial bervariasi antara, tergantung pada diameter akson dan ada atau

tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat

dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat).

Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan

berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan

impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka

impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan

jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.

b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis

Pertemuan satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson

membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat

struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis.

Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung

dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls

sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-

sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.

Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron

pra-sinapsis ke post-sinapsis. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan

menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin

pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah

12

Page 13: b6 neutransmiter PBL

melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan

oleh membran post-sinapsis.

2.5 FUNGSI OTAK DALAM SISTEM PERILAKU

Tingkah laku merupakan fungsi seluruh sistem saraf.  Tingkah laku khusus yang

berhubungan dengan emosi, dorongan motorik dan sensoris bawah sadar, dan perasaan

intrinsik mengenai rasa nyeri dan kesenangan diatur oleh fungsi sistem saraf yang dilakukan

oleh struktur subkortikal yang terletak di daerah basal otak yang disebut dengan sistem

limbik.

Struktur sentral serebrum basal dikelilingi korteks serebri yang disebut korteks limbik.

Korteks limbik diduga berfungsi sebagai daerah asosiasi untuk pengendalian fungsi tingkah

laku tubuh dan sebagai gudang informasi yang menyimpan informasi mengenai pengalaman

yang lalu seperti rasa nyeri, senang, nafsu makan, bau, dan sebagainya. Gudang informasi

selanjutnya disalurkan ke daerah limbik. Asosiasi informasi ini diduga merupakan

perangsangan untuk mencetuskan jawaban tingkah laku yang sesuai dengan kondisi yang

dihadapi seperti marah dan lain-lain.

Posisi sistem limbik merupakan batas antara diensefalon dan serebrum. Bagian sistem

limbik adalah hipokampus, amigdala, dan talamus yang menghantarkan bagian terbesar

sinyalnya ke hipokampus dan menyebabkan efek  seperti perasaan senang, perasaan yang

dihubungkan dengan makan, marah, dan sebagainya. Amigdala bekerja sama dengan

hipotalamus juga berperan penting dalam mengendalikan pola tingkah laku. Amigdala

memainkan peranan utama dalam mengendalikan pola tingkah laku tubuh secara menyeluruh.

Beberapa fungsi otak dalam mengatur perilaku antara lain dalam menjalankan fungsi

intelektual, fungsi bahasa, fungsi komunikasi, dan lain-lain.

Berikut ini fungsi otak dan gangguan pada bagian otak yang berpengaruh terhadap

tingkah laku dan proses berpikir.

13

Page 14: b6 neutransmiter PBL

1. Fungsi Intelektual

Yang berperan dalam kemampuan intelektual adalah prefrontal korteks serebri yang

merupakan bagian anterior otak. Jika bagian tersebut rusak, kemampuan intelektual akan

menghilang, terutama kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Kerusakan daerah Wernicke

pada orang dewasa dapat merusak fungsi intelektualnya, sebab daerah Wernicke sangat

penting untuk fungsi intelektual otak. Jika hubungan neuronal rusak, bagian lain otak tidak

dapat berfungsi secara optimal.

Area Wernicke juga disebut daerah integrasi umum, daerah gnostik yang berarti 

“daerah tahu” (knowing area). Semua pemikiran dan informasi dari daerah sensorik yang

berbeda-beda dihubungkan dan dipertimbangkan dalam area Wernicke, untuk mengambil

keputusan lebih matang. Pada umumnya, semua informasi yang sampai di otak akhirnya

disalurkan melalui area Wernicke. Oleh karena itu, kerusakan di daerah ini dapat membuat

seseorang bermental aneh dan menjadi sangat bingung.

Berpikir secara kompleks menjadi sangat kacau jika daerah Wernicke rusak. Selain berfungsi

dalam proses intelektual dan berpikir, area Wernicke juga berperan penting dalam proses

berbicara dan berkomunikasi.

2. Fungsi Bahasa dan Pusat Bicara

Sumber : www.google.com

14

Page 15: b6 neutransmiter PBL

Keterampilan berbicara terletak di bagian otak sebelah kiri. Bagian otak kiri yang mengatur

keterampilan berbicara berkaitan dengan 3 area pada bagian korteks, yaitu :

1. AreaBroca

Terletak pada bagian motor korteks yang mengontrol bibir, lidah, dan vokal serta

mengontrol keluarnya kata-kata dari otak ke mulut. Gangguan pada area Broca

menimbulkan aphasia, yaitu kehilangan kemampuan menggunakan atau memahami kata-

kata. Kerusakan yang lebih parah pada area Broca parah, dapat mengakibatkan seseorang

mengalami gangguan bicara (bisu) atau setidaknya bisa berbicara tetapi terpatah-patah, di

samping penguasaan kosa kata yang amat minim/terbatas dan sering mengulangi kata-

kata tertentu.

2. AreaWernicke

Area Wernicke memungkinkan seseorang dapat memahami pembicaraan. Ketika kata-kata

terdengar, suara akan melintasi area auditori pada korteks yang selanjutnya diteruskan

menjadi impuls ke area Wernicke untuk diuraikan dan dipahami. Selanjutnya,

ditransmisikan ke area Broca jika ingin berbicara.  Area Wernicke yang terletak di atas

temporal bagian belakang merupakan tempat yang mengubah pikiran menjadi bahasa.

Bagi mayoritas orang yang biasa menggunakan tangan kanan, area Wernicke terletak di

otak kiri, sedangkan pada orang kidal, area wernicke terletak di temporal kiri.

3. AngularGyrus

Angular gyrus terletak di antara area Wernicke dan korteks visual pada  bagian belakang

lobus occipital. Bagian ini menghubungkan antara pembicaraan yang terdengar dengan

bahasa yang dibaca atau ditulis. Bagian ini juga berperan penting dalam

menginterpretasikan informasi visual.

Proses Berbahasa dan Berbicara :

1. Dorongan bahasa bermula dari area Wernicke dan ditransmisi ke area Broca di

frontal. Di daerah Broca, program yang sudah familiar menyusun bahasa, distimulasi

menjadi aktif lalu daerah Broca mentransmisi ke serebrum.

2. Bahasa yang sempurna memerlukan gerakan otot yang mahir. Aktivitas bahasa

diselesaikan oleh area motorik serebrum yang berkaitan dengan motorik kortek depan.

Kortek memberikan pengaruh pada pusat pernapasan dan mengambil alih kontrol

15

Page 16: b6 neutransmiter PBL

terhadap diafragma dan otot interkostal. Dengan demikian, udara yang digunakan

untuk pernapasan dipaksa untuk mengeluarkan suara melalui pita suara.

3. Area motorik serebrum otak mengatur pita suara hingga menimbulkan getaran suara.

Akhirnya, kortek motorik mengendalikan otot bibir, lidah, dan tenggorokan untuk

menciptakan suara bicara.

4. Ketika berbicara, dorongan perasaan yang multikompleks mempengaruhi informasi

ke otak. Mereka membawa perasaan sentuh dan posisi bibir, lidah, dan tenggorokan

agar otak memahami bagaimana kemajuan daya, ruang, dan sudut (ketika mulut

penuh dengan makanan dan masih berbicara  merupakan koordinasi sistem saraf).

5. Saat mendengar suara dari sendiri, dorongan pendengaran akan feedback ke daerah

pendengaran pertama yang terletak di temporal. Daerah pendengaran yang

bersebelahan dengan area Wernicke dapat membantu area wernicke untuk mengetahui

bagaimana setiap intonasi, dan jika perlu membantu melakukan koreksi yang

diperlukan.

6. Otak kecil dan basal neuroglia membantu korteks motorik untuk mengkoordinir

gerakan otot untuk berbicara.

3. Fungsi Komunikasi

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain juga diatur oleh otak. Oleh

karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk menginterpretasi bahasa dan kemampuan

menerjemahkannya ke dalam bentuk bicara. Fungsi komunikatif diatur dan terintegrasi

di semua bagian serebrum.

Berikut ini urutan dalam proses komunikasi:

1.  Interpretasi gagasan

Gagasan biasanya dikomunikasikan dari seseorang ke orang lain melalui suara atau kata-kata tertulis

.

16

Page 17: b6 neutransmiter PBL

2.   Fungsi motorik berbicara

Area Wernicke juga mengembangkan pikiran-pikiran yang ingin disampaikan kepada

orang lain. Area Wernicke bekerjasama dengan area Broca dan bagian otak lain dalam

memformulasikan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa (Lihat proses berbicara dan

berbahasa yang telah diuraikan di atas).

3.      Kemampuan untuk memperhatikan

Dalam sebuah komunikasi juga diperlukan kemampuan untuk memperhatikan lawan

bicara sehingga terjadi komunikasi timbal balik yang berjalan lancar. Hipokampus

yang merupakan bagian sistem limbik, memegang peranan dalam menentukan

perhatian.

Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti halnya yang terjadi pada anak autisme dapat terjadi

karena adanya gangguan dan kerusakan pada area Wernicke, area Broca, dan yang

berhubungan dengan bagian otak yang mengatur komunikasi.

      Gangguan pada hipokampus juga dapat berpengaruh terhadap komunikasi. Salah

satu dari efek perangsangan hipokampus adalah segera hilangnya hubungan dengan

orang lain dengan siapa ia sedang berbicara. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan

komunikasi.

3. Fungsi Konsentrasi

Dalam kondisi sadar, seseorang mempunyai kemampuan untuk mengarahkan perhatian

atau konsentrasinya pada aspek-aspek spesifik dari lingkungan mentalnya. Ada beberapa

macam tingkat konsentrasi/perhatian, yaitu :

Tidak ada perhatian/konsentrasi

Perhatian yang luas terhadap segala sesuatu

Perhatian yang sangat besar terhadap sesuatu yang kecil sekalipun.

17

Page 18: b6 neutransmiter PBL

Tingkat perhatian terhadap sesuatu diatur oleh otak sebagai berikut, yaitu :

Pengaturan sistem pengaktivasi retikularis terhadap seluruh tingkat perhatian.

1. Pengaturan sistem pengaktivasi retikularis terhadap seluruh tingkat perhatian.

Pengaturan tingkat umum perhatian diduga dilakukan oleh pusat pengaturan yang

terletak di bagian mesensefalon dan bagian atas pons.

2. Fungsi talamus dalam perhatian.

Kemampuan daerah talamus untuk merangsang daerah spesifik korteks diduga

merupakan salah satu mekanisme dalam mengarahkan perhatian pada aspek spesifik

lingkungan mentalnya.

Bagian lain yang juga mengatur “perhatian/konsentrasi” adalah daerah prefrontal

yang merupakan bagian lobus frontalis yang terletak anterior terhadap daerah motorik.

Salah satu sifat yang paling menonjol dari orang yang kehilangan daerah prefrontalnya

adalah pikiran dan konsentrasinya sangat mudah dialihkan serta tidak mampu berpikir

mengenai sesuatu yang rumit dan dalam jangka panjang.

5. Fungsi Memori/Daya Ingat

     Setiap pikiran dan daya ingat melibatkan isyarat secara serentak di dalam bagian-

bagian korteks serebri, sistem limbik (terutama hipokampus), talamus dan bagian atas

formasio retikularis batang otak. Daya ingat terdapat dalam berbagai tingkatan, beberapa

ingatan hanya bertahan beberapa detik dan lainnya bertahan beberapa menit, berjam-jam,

berhari-hari, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.

     Suatu ingatan harus ‘terkonsolidasikan’ di dalam sirkuit neuron agar dapat bertahan di

dalam otak sehingga dapat diingat kembali berhari-hari kemudian. Salah satu tahap dalam

proses konsolidasi adalah ingatan harus disusun ke dalam berbagai golongan informasi.

Proses konsolidasi tersebut dapat diperkuat dengan fenomena pengulangan. Adanya

kelainan pada bagian otak yang berperan dalam proses ingatan seperti korteks serebri,

talamus, sistem limbik, atau formasio retiularis batang otak dapat mengakibatkan adanya

gangguan atau kelemahan dalam daya ingat. Kerusakan pada area talamus dan

hipokampus dapat menimbulkan gangguan pada penyusunan, penyimpanan dan

pengingatan kembali ingatan/memori.

18

Page 19: b6 neutransmiter PBL

6. Fungsi Pengendalian Gerakan

     Otak akan menentukan koordinasi dan pengendalian gerakan yang tepat terhadap

rangsangan. Bagian otak yang mengendalikan kegiatan motorik tubuh  adalah korteks

serebri, ganglia basalis, dan serebelum.

     Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan

otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum dapat

menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan.

     Bagian lain yang mengendalikan gerakan motorik adalah ganglia basalis yang terdiri

atas massa besar neuron yang terletak jauh di dalam substansi serebrum dan di bagian atas

mesensefalon. Kerusakan pada bagian ganglia basalis dapat menyebabkan suatu pola

gerakan berulang-ulang, misalnya tangan atau lengan melakukan gerakan memutar,

mengulang pola yang sama berulang-ulang. Selain itu, kerusakan pada bagian ini juga

dapat menimbulkan gerakan kuat berurutan dan tak terkendali. Kondisi ini sama dengan

pola perilaku stereotip anak autisme.

     Bagian korteks serebri yang mengatur fungsi motorik adalah korteks premotorik, yaitu

area 1-3 cm di depan korteks motorik. Korteks premotorik berfungsi mengatur gerakan-

gerakan terkoordinasi yang meliputi banyak otot secara serentak. Kerusakan pada daerah

korteks premotorik menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mengkoordinasikan

gerakan.

     Bagian korteks premotorik juga mengatur keterampilan tangan dan jari. Kerusakan

daerah ini menyebabkan gerakan-gerakan tangan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak

bertujuan (apraksia motorik).

7. Tantrum/Agresif/Hiperaktif

      Tantrum merupakan kondisi anak autisme yang mengamuk karena keinginannya

tidak dipenuhi. Menurut sebuah teori, jika daerah prefrontal korteks serebri (bagian paling

anterior otak yang terletak 5-7 cm di depan lobus frontalis) rusak karena suatu penyakit,

trauma, atau penyebab lain, akan muncul reaksi-reaksi ekstrem seperti suka mengamuk, 

19

Page 20: b6 neutransmiter PBL

respons yang sangat cepat dan mungkin cenderung berbahaya, atau emosi tinggi yang

sulit dipadamkan seketika, tetapi akan mereda kemudian. Kondisi ini merupakan kondisi

yang terjadi pada anak autisme saat mengalami tantrum

8. Gangguan Emosi

     Emosi umumnya mengacu ke suasana hati yang disertai ekspresi aktif. Dalam

konteks ini emosi menggabungkan perasaan subjektif (seperti rasa kosong, defresi,

gelisah, senang, ketidaksenangan, kemarahan, kesiagaan dan gembira) dengan tanda-

tanda objektif. Tingkah laku yang berhubungan dengan emosi diatur oleh sistem limbik.

Bagian sistem limbik antara lain meliputi hipotalamus, hipokampus dan amigdala..5

2.6 MEKANISME TIMBULNYA EMOSI

Tahap-tahap proses terjadinya emosi yang melatari pengalaman dan perilaku emosional.6

1. Stimulus : stimulus diterima dan dikodekan.

2.Komparator: terjadi penilaian relevansi stimulus, yang dinamakan penilaian primer dan

merupakan hasil perbandingan antara peristiwa sebagaimana dipersepsi oleh individu

dengan kepedulian individu.

3.Pendiagnosis: melakukan evaluasi selanjutnya dari stimulus sebagai keseluruhan dalam

kaitannya dengan apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan individu, yang disebut

evaluasi konteks atau penilaian sekunder.

4.Evaluator: melakukan evaluasi atas semua masukan dibandingkan dengan informasi

yang telah ada sebelumnya. Perbandingan tersebut menjadi isyarat untuk terjadinya

interupsi perilaku yang sedang berlangsung atau terpecahnyaperhatian individu dari

perilaku tersebut, yang disebut juga control precedence.

5.Perubahan Kesiapan Aksi: merupakan ciri utama dari control precedence, yang dapat

terjadi suatu rencana tindakan atau terjadi modus aktivasi tertentu.

6.Timbulnya Perubahan Faali: masukan dari tahap perubahan kesiapan aksi menimbulkan

perubahan faal dan seleksi aksi yang dapat dilakukan, yang ditentukan oleh modus

aktivasi dan regulasi.

20

Page 21: b6 neutransmiter PBL

Regulasi terjadi karena ada norma-norma yang sudah diinternalisasi individu, dan norma-

norma lain yang ada pada saat itu.

Emosi dapat disadari melalui dua cara.

1. Reflektif (Penilaian Sekunder)

Pengalaman reflektif adalah hasil intropeksi dari suatu yang telah berlangsung, dimana

yang menjadi pusat perhatian aedalah kesadaran itu sendiri dan obyek pengalaman

direduksi menjadi penginderaan.

2. Irreflektif (Penilaian Primer)

Dalam pengalaman irreflektif yang menjadi fokus adalah kegiatan kesadaran yang

terarah pada obyek. Misalnya pada situasi yang menimbulkan emosi takut, subyek

memandang situasi secara langsung atau intuitif sebagai sesuatu yang mengancam

kesejahteraan dirinya tanpa melakukan penalaran sistematik.

Dapat dikatakan bahwa pengalaman reflektif lebih disadari oleh subyek dibandingkan

dengan pengalaman irreflektif.

Terdapat tiga jenis komponen penilaian situasi yang berkaitan dengan jenis-jenis pengalaman

emosi.6

1. Komponen Inti

Merupakan komponen yang dapat menjelaskan apakah situasi merupakan situasi

emosional atau tidak, yang menyangkut relevansi emosional dan menjadi bagian

pengalaman emosi itu sendiri.

2. Komponen Konteks

Komponen ini memberi ciri pada struktur arti situasi yang menentukan sifat emosi, yaitu

emosi apa yang akan muncul dan seberapa kuat intensitasnya. Selain itu, komponen ini

juga menyangkut apa yang menurut subyek dapat ia lakukan atau tidak dapat dilakukan

terhadap situasi.

3. Komponen Obyek

Komponen ini berkaitan dengan sifat obyek yang menimbulkan emosi. Contoh komponen

antara lain.

a. ego sebagai obyek

Misalnya dalam emosi malu, yaitu subyek menilai dirinya sendiri dan bagaimana orang

lain memandang dirinya.

21

Page 22: b6 neutransmiter PBL

b. obyek fate vs subject fate

Yang dinilai adalah apakah emosi tersebut mempengaruhi kesejahteraan diri sendiri atau

kesejahteraan orang lain

22

Page 23: b6 neutransmiter PBL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

System saraf adalah satu dari dua system control pada tubuh, yang lain adalah endokrin.

Secara umum, system saraf mengkordinasi respon-respon cepat, sementara system endokrin

mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. System saraf otonom

terdiri dari 2 subdivisi system saraf simpatis dan parasimpatis. Serat praganglion berasal

dari SSP dan bersinaps dengan badan sel serat pascaganglion disuatu ganglion diluar SSP.

Serat ascaganglion berakhir di organ efektor. Semua serat praganglion dan pascaganglion

parasimpatis mengeluarkan Asetilkolin. Serat pascaganglion simpatis mengeluarkan

norefinefrin. Neurotransmitter yang sama menimbulkan respon yang berbeda-beda

dijaringan yang berbeda. Dengan demikian, repson tergantung pada spesialisasi sel

jaringan, bukan pada sifat zat perantara. Sistem simpatis mendominasi pada keadaan

darurat atau penuh stress dan mendorong respon-respon yang mempersiapkan tubuh untuk

aktivitas fisik. System parasimpatis mendominasi pada situasi-situasi yang tenang dna

santai, dan mendorong aktivitas untuk memelihara tubuh, misalnya pencernaan.

23

Page 24: b6 neutransmiter PBL

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton. Tex Book of Medical Physiology Philadelphia.edisi ke-11. Penerbit :

elesevier saunders.bab 6. Hal 755.

2. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta

3. Sherwood lauralee.fisiologi manusia,dari sel ke system,ed 2.2001.EGC:Jakarta.bab

7.hal 197-201.

4. Staff Universitas Indonesia. Neurotransmiter. Di unduh dari

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&hs=Kyc&rls=org.mozilla%3Aen-US

%3Aofficial&q=neutransmiter+pada+sistem+saraf+otonom&meta=&cts=1272342319010&a

q=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai

5. Hembing Kusuma Wijaya. Fungsi otak dalam system perilaku. Di unduh dari

http://autishembingcenter.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=66:tinjauan-

neurofisiologis&catid=35:artikelautis&Itemid=29

6. Harif Muanim. Mekanisme timbulnya emosi. Di unduh dari

http://www.warmasif.co.id/kesehatanonline/mod.php?mod=download&op=visit&lid=371. 2

24