awk

14
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/pendidikan-bahasa-indonesia/ kajian-feature-pada-media-massa-cetak-terbitan-palembang-sebuah- analisis-wacana-kri Kajian Feature pada media massa cetak terbitan Palembang: sebuah analisis wacana kritis Posted August 12th, 2008 by wijaya_one Pendidikan Bahasa Indonesia abstraks: Analisis wacana kritis (AWK) adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menganalisis teks media. Dalam makalahnya, Purnomo (2006:3) menyatakan, “Apabila analisis wacana yang hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguitis, AWK berusaha

Upload: jennifer-long

Post on 22-Jun-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Awk

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/pendidikan-bahasa-indonesia/kajian-feature-pada-media-

massa-cetak-terbitan-palembang-sebuah-analisis-wacana-kri

Kajian Feature pada media massa cetak

terbitan Palembang: sebuah analisis

wacana kritis

Posted August 12th, 2008 by wijaya_one

Pendidikan Bahasa Indonesia

abstraks: 

Analisis wacana kritis (AWK) adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

menganalisis teks media. Dalam makalahnya, Purnomo (2006:3) menyatakan, “Apabila

analisis wacana yang hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis

semata-mata bersifat linguitis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan

dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosilogis lain”.

Faktanya, AWK merupakan pengembangan dari analisis wacana (biasa) yang melihat

lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu teks.

Penelitian mengenai analisis wacana pada media massa telah dilakukan sebelumnya oleh

beberapa mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Unsri, di antaranya

Nauval dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Teks Berita di Sumatera

Ekspres Edisi Januari—Maret 2003” dan Risnawati yang pada tahun 2006 lalu

Page 2: Awk

mengangkat judul “Analisis Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita pada Sumatera

Ekspres Periode September—Desember 2005: Kajian Stilistik”. Perbedaan keduanya

terletak objek yang diteliti. Risnawati membahas analisis wacana secara lebih spesifik

dengan memfokuskan kajiannya mengenai kasus kejahatan terhadap kaum perempuan,

sedangkan Nauval cenderung mengamati topik berita kekerasan terhadap wanita dengan

segala permasalahan yang kompleks seperti, kekerasan seksual, fisik, ekonomi, dan

psikis. Namun demikian, keduanya menggunakan harian lokal Sumatera Ekspres sebagai

media kajiannya.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ideologi yang tersembunyi dalam karangan

khas (feature) dan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari struktur

makro, superstruktur, dan struktur mikro.

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana

kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dengannya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis wacana media

massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana bahasa

Indonesia.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia. Keraf (1993:4)

Page 3: Awk

mengemukakan bahwa bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan

perasaan, dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Dengan

demikian, sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa untuk

mengungkapakan pikiran, berinteraksi, bekerja sama dan berkomunikasi dengan manusia

di sekitarnya.

Ditinjau dari segi bahasa, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi lisan dan

komunikasi tulis. Menurut Keraf (1993:12), bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah

bahasa lisan, sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan

itu dalam bentuk simbol-simbol tertulis. Komunikasi lisan dapat disampaikan melalui

sarana media massa elektronik, sedangkan komunikasi tulis penyampaiannya melalui

sarana media massa cetak.

Media massa cetak (pers) merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang

efektif yang mampu menjangkau cukup banyak pembaca di semua lapisan masyarakat.

Dengan kata lain, media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat

dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Menurut

Louis Althusser (dalam Sobur, 2004:30), media massa sebagaimana lembaga-lembaga

pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara

yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok

yang berkuasa. Hal tersebut didukung oleh Sobur (31:2004) yang mengungkapkan bahwa

sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang

banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat

membentuk opini publik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media massa bukan sesuatu

yang bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial.

Page 4: Awk

Sebagai saluran komunikasi politik dan sosial, media massa berusaha menyampaikan

informasi yang tepat kepada masyarakat. Maka dari itu, media massa dituntut untuk

menyampaikan informasi yang netral dan berimbang kepada khalayak pembaca. Namun,

media massa juga merupakan produsen informasi politik dan sosial yang harus setia

kepada “pemilik” media yang menaunginya.

Dari sudut pandang inilah analisis wacana kritis berpendapat bahwa tidak ada media

massa yang “benar-benar” netral. Hal ini juga dikemukakan oleh Purnomo (2007:2)

bahwa media massa berada di bawah kepemilikan perorangan atau organisasi, dikelola

oleh sekelompok pengelola, dan akhirnya dibaca oleh sekelompok pembaca tertentu pula.

“Media bukanlah saluran bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu

dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan” (Eriyanto, 2001:48).

Dapat dipahami bahwa di setiap proses produksi, distribusi hingga konsumsi informasi

terdapat kepentingan lain yang harus dipenuhi oleh media massa. Alasan tersebut yang

membuat media massa menjadi tidak benar-benar netral atau objektif, tetapi “berpihak”.

Telah dibahas sebelumnya bahwa setiap wacana dalam media massa mengembangkan

ideologi penulis atau pemroduksinya. Hal ini karena teks, pencakaran, dan lainnya adalah

bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu (Eriyanto, 2001:13).

Hal tersebut juga didukung oleh van Zoest dalam Sobur (2004:60) yang berpendapat

bahwa sebuah teks tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk

memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Oleh karena itu, ideologi “pemilik” suatu

media dapat tercermin dari tulisan di media tersebut baik berupa berita maupun opini,

bahkan karangan khas (features). Ideologi dapat ditelusuri melalui berbagai aspek tulisan,

skema, penataan topik, penggunaan bahasa, sampai pada pemanfaatan grafika, seperti

Page 5: Awk

ukuran huruf, warna dan tata letak. Inilah yang menjadi objek kajian analisis wacana

kritis pada media massa cetak.

Media massa lokal merupakan subsistem dari politik media massa nasional ataupun

global. Faktanya, beberapa media massa terbitan Palembang secara resmi berafiliasi pada

kelompok penerbitan nasional, seperti halnya surat kabar Sriwijaya Pos yang tergabung

dalam kelompok Kompas Gramedia dan Sumatera Ekspres yang tergabung dalam

kelompok Jawa Pos. Dari kenyataan tersebut, dapat dipahami bahwa koran lokal pun

tidak bebas dari “ideologi” karena ia diproduksi, disebarluaskan, dan diterima oleh pihak-

pihak tertentu dengan sudut pandang dan ideologi tertentu pula. Tentu saja ideologi yang

tersembunyi dalam surat kabar lokal tersebut dapat mencerminkan ideologi dengan

aspirasi lokal, tetapi dapat juga mencerminkan ideologi nasional dan global.

Salah satu contoh bagaimana dua surat kabar yang berbeda yaitu, Sumatera Ekspres edisi

Kamis, 1 Maret 2007 dan Sriwijaya Pos edisi Rabu, 16 Mei 2007 mengisahkan riwayat

rokok kretek yang bermula dari kota Kudus, Jawa Tengah dengan cara yang berbeda

pula. Sumatera Ekspres menulis feature dengan judul “Djarum Sumbang Pemerintah Rp

6,99 Triliun Pertahun” dengan subjudul “Journalist Out PT Djarum Kudus”. Sementara

itu, Sriwijaya Pos menyajikan judul “Kudus Identik dengan Rokok Kretek”. Dari kedua

judul feature tersebut, dapat dijelaskan bahwa Sriwijaya Pos lebih netral. Feature di

dalamnya menceritakan sejarah ditemukannya rokok kretek pertama kali hingga

berdirinya PT Djarum di Kudus, sedangkan Sumatera Ekspres cenderung “berpihak”

pada PT Djarum dengan memberikan penekanan pernyataan bahwa setiap tahunnya PT

Djarum selalu memberikan penghasilan cukai untuk pemerintah sebesar Rp 6,99 triliun.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat “maksud” terselubung yang disampaikan melalui

Page 6: Awk

penulisan feature tersebut.

Analisis wacana kritis (AWK) adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

menganalisis teks media. Dalam makalahnya, Purnomo (2006:3) menyatakan, “Apabila

analisis wacana yang hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis

semata-mata bersifat linguitis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan

dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosilogis lain”.

Faktanya, AWK merupakan pengembangan dari analisis wacana (biasa) yang melihat

lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu teks.

Penelitian mengenai analisis wacana pada media massa telah dilakukan sebelumnya oleh

beberapa mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Unsri, di antaranya

Nauval dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Teks Berita di Sumatera

Ekspres Edisi Januari—Maret 2003” dan Risnawati yang pada tahun 2006 lalu

mengangkat judul “Analisis Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita pada Sumatera

Ekspres Periode September—Desember 2005: Kajian Stilistik”. Perbedaan keduanya

terletak objek yang diteliti. Risnawati membahas analisis wacana secara lebih spesifik

dengan memfokuskan kajiannya mengenai kasus kejahatan terhadap kaum perempuan,

sedangkan Nauval cenderung mengamati topik berita kekerasan terhadap wanita dengan

segala permasalahan yang kompleks seperti, kekerasan seksual, fisik, ekonomi, dan

psikis. Namun demikian, keduanya menggunakan harian lokal Sumatera Ekspres sebagai

media kajiannya.

Dari pemaparan di atas, diketahui bahwa penelitian mengenai analisis wacana kritis

karangan khas (feature) pada media massa cetak terbitan Palembang edisi Maret—Mei

2007 belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan alasan itu, peneliti tertarik

Page 7: Awk

mengadakan penelitian mengenai kajian tersebut.

Peneliti memilih karangan khas (feature) sebagai objek penelitian dengan

mempertimbangkan beberapa alasan. Pertama, karangan khas dalam pers mempunyai

keunggulan antara lain; 1) karangan khas memuat tulisan pers lebih bervariasi dan

mempunyai daya pesona untuk lebih menarik perhatian pembaca; 2) bermanfaat untuk

mengawetkan aktualitas peristiwa berita (informasi); 3) mempunyai dampak positif

dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia; tercermin dalam perbendaharaan

kata-kata berciri sastra, isi cerita sastra (legenda, mitos dan sebagainya), gaya bahasa dan

gaya penceritaan dalam menulis karangan pers dan ragam jurnalistik sastra” (Kurnia

dalam Sudaryanto, 1997:249). Feature adalah menu penunjang dalam surat kabar atau

media massa. Walaupun sifatnya hanya sebagai pelengkap, namun dengan gaya

penyajian yang diperkuat dengan alur dan pemantik feature mampu mengungkapkan sisi

lain di balik peritiwa yang terjadi yang dapat menyentuh perasaan pembaca. Berbeda

dengan berita yang hanya melaporkan fakta aktual dengan cara “tembak langsung” (to the

point).

Kedua, feature merupakan fakta yang ditulis dengan gaya sastra (realita objektif). Feature

menyajikan sisi yang berbeda di balik berita yang menjadi sorotan pada saat itu dan

ditampilkan dengan gaya menulis cerpen. Kurnia (2002:205) menyatakan bahwa

pengaruh sastra menyebabkan judul berita/laporan dipikirkan masak-masak karena

dengan membaca judul diharapkan pembaca akan tertarik untuk membaca isi. Masih

menurut Kurnia (2002:220), “Teknik penulisan feature mengandaikan adanya jalinan

yang padu, bagian demi bagian, dari awal sampai akhir tulisan”. Dari pemaparan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa feature sangat mengutamakan pemilihan topik, urutan kejadian,

Page 8: Awk

penggunaan bahasa, pilihan kata, sampai pada pemakaian huruf dan tata letak. Tentu saja

hal ini bersinggungan dengan sudut pandang analisis wacana kritis yang mengkaji teks

media mulai dari struktur visual dan grafis hingga pada maksud (ideologi) yang

terselubung di dalamnya.

Dari beberapa surat kabar lokal yang terbit di Palembang, peneliti memilih Sumatera

Ekspres, Sriwijaya Pos, Palembang Pos, Transparan, dan Berita Pagi sebagai sumber data

penelitian. Kelimanya dianggap sudah mencakup koran harian yang terbit di Palembang

yang memuat karangan khas (feature) sebagai salah satu menunya dengan “pemilik” yang

beragam, tiras yang beragam, dan dengan segmen pembaca yang beragam.

Waktu penerbitan yang menjadi fokus pengambilan data adalah periode Maret—Mei

2007. Hal itu disebabkan karena dalam jangka waktu tiga bulan tersebut banyak peristiwa

yang menjadi topik perbincangan utama di kalangan publik. Mulai dari terbakarnya

pesawat Garuda di Bandara Adisucipto Yogyakarta, kasus IPDN, kasus penembakan di

Virginia Tech yang menewaskan seorang mahasiswa asal Indonesia, sampai pada

pembentukan kabupaten Empat Lawang. Rentetan peristiwa yang terjadi dalam tiga bulan

tersebut tidak hanya menjadi sorotan masyarakat Palembang, tetapi juga Indonesia,

bahkan dunia, sehingga banyak karangan khas yang mengangkat topik yang sedang

hangat diperbincangkan masyarakat. Dengan demikian, hal tersebut berkaitan dengan

pemaparan sebelumnya yang menegaskan bahwa ideologi yang tersembunyi dalam

wacana di sebuah media massa lokal tidak hanya mencerminkan ideologi dengan aspirasi

lokal, tetapi juga nasional, dan global.

1.2 Masalah

1. Ideologi apakah yang terdapat dalam karangan khas (feature)?

Page 9: Awk

2. Bagaimanakah strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari struktur

makro, superstruktur, dan struktur mikro?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ideologi yang tersembunyi dalam karangan

khas (feature) dan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari struktur

makro, superstruktur, dan struktur mikro.

1.4 Manfaat

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana

kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dengannya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis wacana media

massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana bahasa

Indonesia.