audit tenure wira
TRANSCRIPT
MASA KERJA AUDITOR DAN PERSEPSI KUALITAS AUDIT
Aloke Ghosh & Doocheol Moon
1. PENDAHULUAN
Meningkatnya ketidakwajaran akuntansi belakangan ini telah membuka kembali
pertanyaan mengenai masa kerja, independensi, dan kualitas audit (Bricker 2002).
Penelitian-penelitian terbaru memberikan pandangan yang berharga mengenai perdebatan
yang mengitari masa kerja auditor dengan meneliti hubungan diantara masa kerja dengan
(1) accrual akuntansi, (2) kesalahan ramalan para analis, dan (3) biaya hutang. Myers et al
(2003) menyimpulkan bahwa masa kerja auditor yang lebih panjang membatasi
keleluasaan manajerial dengan accrual akuntansi, yang mana menunjukkan kualitas audit
yang tinggi. Johnson et al (2002) juga menemukan bahwa accrual adalah lebih besar dan
kurang persisten bagi perusahaan-peruashan dengan masa kerja auditor yang singkat
dibandingkan dengan masa kerja yang menengah atau panjang. Dengan menggunakan
spread kredit diantara yield obligasi dan yield treasury yang sesuai sebagai biaya hutang,
Mansi et al (2004) menemukan bahwa biaya hutang menurun dengan masa kerja yang
lebih panjang, yang menunjukkan bahwa para pemegang obligasi menganggap kualitas
audit meningkat dengan masa kerja yang lebih panjang. Sebaliknya, Davis et al (2002)
menyimpulkan bahwa kualitas audit menurun dengan masa kerja yang lebih panjang,
karena tatkala masa kerja meningkat, perusahaan-perusahaan klien memiliki fleksibilitas
pelaporan yang lebih besar dan kesalahan ramalan laba menurun.
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana para investor dan perantara informasi
memandang masa kerja auditor, dengan menggunakan koefisien respon laba dari regresi
return-laba sebagai proksi (perkiraan) untuk persepsi investor mengenai kualitas laba, para
penulis menganalisa apakah para investor menganggap kualitas laba dipengaruhi oleh masa
kerja. Berdasarkan pentingnya perantara informasi yang menerima dan mengolah
informasi keuangan bagi para investor, para penulis juga menganalisa apakah agen-agen
rating independen dan analis keuangan mempertimbangkan efek-efek potensial dari masa
kerja terhadap kualitas laba. Khususnya, para penulis meneliti apakah masa kerja
mempengaruhi hubungan diantara laba yang dilaporkan dengan (1) peringkat saham, (2)
rating hutang, dan (3) ramalan laba dari para analis.
Perbedaan penting diantara penelitian para penulis dengan penelitiannya Davis et al
(2002) dan Mansi et al (2004) adalah perbedaan di dalam desain penelitian. Para penulis
meneliti apakah tingkat dimana para analis bersandar pada laporan laba masa lain untuk
memprediksikan laba masa depan adalah bervariasi dengan masa kerja, sedangkan Davis et
al (2002) meneliti hubungan diantara kesalahan ramalan dengan masa kerja. Desain
penelitian para penulis mungkin lebih cocok karena sulit untuk mengambil kesimpulan
mengenai persepsi para analis dari hubungan diantara kesalahan ramalan dengan masa
1
kerja. Kesalahan ramalan yang lebih rendah dengan masa kerja yang lebih panjang
mungkin menunjukkan bahwa kualitas laba diangagp meningkat dengan meningkatnya
masa kerja karena laba lebih dapat diprediksikan. Meski demikian, hal tersebut juga dapat
menunjukkan kualitas laba yang lebih rendah jika manajer semakin memandu ramalan laba
saat msa kerja auditor semakin panjang. Selanjutnya, Mansi et al (2004) meneliti pengaruh
laba yang dilaporkan terhadap rating hutang adalah bervariasi dengan masa kerja ataukah
tidak. Meskipun Mansi et al (2004) meneliti pengaruh masa kerja terhadap rating hutang,
tujuan utama mereka adalah untuk mengesampingkan efek-efek informasi dari masa kerja
dan variabel-variabel kontrol lainnya yang terkait dengan rating hutang dan pada akhirnya
meneliti peran jaminan dari masa kerja terhadap biaya hutang. Sebaliknya, penekanan para
penulis adalah pada peran informasional dari masa kerja. Tujuan para penulis yang
mendasar adalah untuk memberikan pandangan mengenai perubahan di dalam kredibilitas
yang dirasakan dari laba yang dilaporkan dengan masa kerja auditor yang lebih panjang.
Penekanan pada persepsi pasar modal mengenai independensi dan kualitas audit
adalah konsisten dengan kerangka fikir konsepsual Financial Accounting Standards Board
(FASB) untuk laporan keuangan dan prinsip-prinsip independensi auditor (Carmichael,
1999). Menurut Statement of Financial Accountung Concepts (SFAC No. 1, FASB 1978),
“laporan keuangan sering diaudit oleh para akuntan independen dengan tujuan
meningkatkan keyakinan terhadap reliabilitasnya.” AICPA (1994) juga mengakui
pentingnya mempertimbangkan persepsi investor mengenai independensi auditor. Mantan
ketua AICPA, Elliott (2000) mengatakan “[AICPA] meyakini bahwa penampilan adalah
sangat penting dan pasar-pasar modal memerlukan keyakinan terhadap laporan keuangan
dan laporan audit, dan firma-firma anggota AICPA mendasarkan bisnis auditing mereka
pada reputasi mereka, dan itu sangat dipengaruhi oleh penampilan.”
Dengan hal-hal lain tetap konstan, laporan keuangan auditan adalah kurang reliabel
(atau kualitasnya dianggap rendag) untuk keputusan-keputusan investasi dan kredit jika
para pengguna laporan keuangan menganggap masa kerja yang panjang memiliki efek
negatif terhadap independen auditor dan kualitas audit. Alternatifnya, para investor dan
perantara informasi lebih besar kemungkinannya untuk bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan jika mereka menganggap bahwa keahlian auditor yang lebih
besar dari masa kerja yang lebih panjang meningkatkan independensi dan kualitas audit.
Para penulis menyatakan bahwa hubungan diantara persepsi kualitas laba dan masa kerja
auditor memberikan pandangan mengenai bagaimana para partisipan pasar modal
menganggap masa kerja auditor mempengaruhi kualitas audit.
Para penulis menggunakan koefisien-koefisien respon laba (ERC) dari regresi
return-laba untuk mengukur persepsi investor mengenai kualitas laba. Setelah mengontrol
determinan-determinan ERC lainnya – misalnya umur perusahaan, kualitas auditor,
pertumbuhan, persistensi laba, volatilitas (gejolak) laba, resiko sistematis, ukuran
2
perusahaan, leverage keuangan, dan lingkungan peraturan – para penulis menemukan
bahwa besaran ERC meningkat jika hubungan auditor-klien semakin panjang. Satu
masalahnya adalah bahwa jika pasar mengantisipasi porsi dari laba saat ini lebih dari satu
tahun ke depan dari rilis laba, maka estimasi ERC mungkin bias (Kothari, 1992; Kothari
dan Sloan 1992). Selain itu, jika pasar lebih besar kemungkinannya untuk mengantisipasi
laba saat ini untuk perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang lebih panjang, maka
bias mungkin terkait dengan masa kerja. Konsisten dengan premis bahwa harga-harga
menyebabkan laba, estimasi ERC untuk perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang
panjang adalah lebih besar saat para penulis meningkatkan window pengukuran return atau
saat para penulis menggunakan metrik non pasar, misalnya aset total, untuk mendeflasikan
laba. Jadi, hasil-hasil penelitian berbasis ERC adalah konsisten dengan hipotesis bahwa
para investor menganggap masa kerja auditor meningkatkan kualitas laba.
Selanjutnya, dengan mengontrol determinan-determinan lain dari peringkat saham,
para penulis menemukan bahwa pengaruh laba yang dilaporkan pada peringkat saham
Standard & Poor’s (S&P) menjadi lebih besar dengan masa kerja yang lebih panjang.
Sebaliknya, hubungan diantara rating hutang S&P dan laba yang dilaporkan tidak
bervariasi dengan masa kerja. Jadi, hasil-hasil para penulis memberikan bukti yang sedang
bahwa agen rating independen menganggap laba yang dilaporkan lebih reliabel bagi
perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang lebih panjang.
Yang terakhir, setelah mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi ramalan laba
para analis, para penulis menemukan bahwa pengaruh laba masa lalu terhadap ramalan
laba satu tahun ke depan menjadi lebih besar dengan hubungan auditor-klien yang lebih
panjang. Para analis lebih besar kemungkinannya untuk bersandar pada laba yang
dilaporkan untuk memprediksikan laba masa mendatang dengan masa kerja yang lebih
lama. Jadi, hasil-hasil dari ramalan laba analis juga menunjukkan bahwa para analis
menganggap kualitas laba meningkat dengan masa kerja auditor yang lebih panjang. Meski
hasil-hasil penelitian para penulis adalah didasarkan pada sampel yang besar dari
perusahaan-perusahaan yang mencapai 11 tahun, ada satu masalah dengan data para
penulis. Jika masa kerja auditor adalah bersifat endogen bagi kualitas audit, maka hasil-
hasil tersebut juga konsisten dengan hipotesis alternatif bahwa perpindahan auditor adalah
tinggi untuk perusahaan-perusahaan dengan kualitas laba yang rendah. Dengan kata lain,
para auditor berkualitas tinggi mungkin memutuskan perikatan dengan perusahaan-
perusahaan klien yang lebih memilih laporan keuangan berkualitas rendah (DeFond dan
Subramanyam, 1998). Para penulis mengatasi maslah mengenai seringnya perpindahan
auditor dengan membuat sub sampel dimana hubungan auditor-klien berlangsung
setidaknya lima tahun, seperti di dalam penelitiannya Myers et al (2003). Saat para penulis
menggunakan sub sampel ini, kesimpulannya tetap tidak berubah untuk seluruh pengujian.
3
Dirangkum, hasil-hasil para penulis secara umum konsisten dengan hipotesis
bahwa laba yang dilaporkan adalah dianggap lebih reliabel saat masa kerja auditor
meningkat. Satu implikasi dari hasil-hasil para penulis adalah bahwa para partisipan pasar
modal menganggap masa kerja auditor yang lebih panjang memiliki dampak yang
menguntungkan terhadap kualitas audit. Hasil-hasil para penulis menunjukkan bahwa
memberikan batasan-batasan wajib pada durasi hubungan auditor-klien mungkin
menimbulkan biaya yang tidak dikehendaki pada pasar modal. Meski demikian, hasil-hasil
dari suatu rezim tanpa batas masa kerja auditor mungkin tidak dapat diterapkan ke
lingkungan yang diregulasi karena perbedaan-perbedaan di dalam insentif ekonomi bagi
auditor maupun klien.
II. MASA KERJA, INDEPENDENSI, DAN
PERSEPSI-PERSEPSI KUALITAS AUDIT
Para auditor independen dianggap sebagai “penjaga gerbang” pasar-pasar sekuritas
publik (SEC 2001, III.A). Meski demikian, meningkatkan ketidakwajaran akuntansi
belakangan ini telah menyebabkan banyak pihak mempertanyakan independensi auditor
(Wall Street Journal 2002a, 2002b). Satu persepsinya adalah bahwa para auditor lebih
besar kemungkinannya untuk sepakat dengan para manajer pada keputusan-keputusan
pelaporan yang penting saat lamanya perikatan audit meningkat (Ryan et al. 2001; Farmer
et al. 1987). Oleh karena itu, memberikan batasan-batasan wajib pada masa kerja auditor
diduga meningkatkan kualitas audit dengan mengurangi pengaruh perusahaan klien
terhadap auditor (Turner 2002; Brody dan Moscove 1998; SEC 1994; AICPA 1978; U.S.
Senate 1977; Mautz dan Sharaf 1961).
Sudut pandang yang berlawanan adalah bahwa masalah audit lebih sering terjadi
untuk para klien yang lebih baru karena para auditor kurang memiliki informasi mengenai
perusahaan-perusahaan ini (AICPA 1992). Pengetahuan item-item spesifik-klien seperti
operasi-operasi, sistem akuntansi, dan struktur kontrol internal adalah sangat penting bagi
para auditor untuk mendeteksi kesalahan material dan mis-statement. Khususnya, Johnson
et al (2002) menyatakan kurangnya pengetahuan spesifik-klien yang memadai selama
tahun-tahun awal perikatan menurunkan kemungkinan pendeteksian kesalahan material
dan mis-statement. Saat hubungan auditor-klien semakin panjang, keahlian spesifik-
perusahaan memungkinkan para auditor untuk semakin kurang bergantung pada estimasi-
estimasi manajerial dan menjadi lebih independen dari manajemen (Solomon et al. 1999).
Pusat perdebatan ini ada pada bagaimana masa kerja mempengaruhi independensi
auditor. Para pendukung rotasi auditor wajib menyatakan bahwa masa kerja auditor yang
panjang mengikis independensi, yang selanjutnya mengurangi kualitas audit. Pihak lain
menyatakan bahwa independensi dan kualitas audit meningkat dengan masa kerja yang
lebih panjang karena meningkatnya keahlian auditor dari pengetahuan klien-spesifik yang
4
superior. Karena independensi tidak dapat diamati, para regulator, praktisi, dan akademisi
sering bersandar pada dimensi penampilan untuk mengartikan independensi auditor
(Dopuch et al. 2003; Kinney 1999).
Penelitian para penulis ini meneliti apakah para partisipan pasarmodal
menganggap masa kerja yang lebih panjang mempengaruhi kualitas audit. Pandangan dari
pendekatan berbasis pasar adalah penting setidaknya pada dua dimensi. Pertama, para
akademisi sering menekankan perlunya memahami persepsi pasar modal mengenai
independensi auditor dan kualitas audit karena pada akhirnya nilai dari jasa audit
tergantung pada persepsi-persepsi mengenai independensi (Dopuch et al. 2003; Shockley
1981). Kedua, lembaga-lembaga regulasi seperti FASB (SFAC No. 1) dan SEC (2000)
menekankan pentingnya persepsi-persepsi pasar modal mengenai independensi auditor.
Persepsi bahwa pekerjaan para auditor lebih obyektif dan independen menimbulkan
keyakinan yang lebih besar terhadap opini auditor, yang meningkatkan reliabilitas atau
kualitas yang dirasakan dari angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Ryan et al. 2001;
Elliot dan Jacobson, 1998). Para auditor independen meningkatkan reliabilitas laporan
keuangan karena (1) mereka lebih besar kemungkinannya untuk mencegah atau
mendeteksi dan mengkoreksi misstatement/pengabaian material, dan (2) mereka
memastikan bahwa laporan-laporan keuangan mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima umum (Carmichael 1999).
Pada penelitian ini, para penulis memfokuskan pada persepsi-persepsi investor
karena mereka merupakan para pengguna pokok laporan keuangan. Di dalam Kerangka
Fikir Konsepsualnya, FASB mengartikan “kualitas” dalam kaitannya dengan manfaat
laporan keuangan bagi para investor dan menghubungkan “manfaat” ke konstruk-konstruk
seperti relevansi dan reliabilitas (SFAC No. 1 [FASB 1978] dan No. 2 [FASB 1980]).
Untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai persepsi para investor mengenai kualitas
laba, para peneliti cenderung menggunakan metrik berbasis pasar modal misalnya
koefisien respon laba dari regresi return on earnings (Schipper dan Vincent 2003; Warfield
et al. 1995). Penelitian-penelitian terdahulu mencatat bahwa para investor membayar premi
lebih besar untuk laba “berkualitas tinggi” karena laba berkualitas tinggi dianggap
berkelanjutan (Schipper dan Vincent 2003; Teoh dan Wong 1993). Oleh karena itu,
meneliti pengaruh masa kerja auditor terhadap pricing laba kemungkinannya memberikan
pandangan yang berharga mengenai pendapat para investor mengenai hubungan diantara
lamanya hubungan auditor-klien dengan kualitas laba.
Berdasarkan bahwa perantara informasi merupakan bagian integral dari psar modal
dengan menyediakan rekomendasi saham, rating hutang, dan ramalan laba (Lang dan
Lundholm, 1996), para penulis juga menganalisa bagaimana agen rating independen dan
analis keuangan memandang masa kerja auditor. Hunt (2002) menyatakan bahwa agen
rating independen menyediakan informasi mengenai kelayakan kredit dari para issuers
5
(penerbit kredit) dan bahwa rating kredit memainkan peran signifikan di dalam keputusan-
keputusan investasi. Penelitian yang ada menemukan hubungan antara laba dan rating
hutang/peringkat saham yang diterbitkan oleh agen rating independen (Bhojraj dan
Sengupta 2003; Ziebart dan Reiter 1992; Van Horne 1992; Kaplan dan Urwitz 1979), yang
menunjukkan bahwa persepsi-persepsi kualitas laba bisa menjadi input penting di dalam
menentukan peringkat/rating. Demikian juga, analis keuangan juga memainkan peran
penting sebagai perantara informasi di pasar modal karena kemampuan mereka untuk
menggunakan informasi relevan-nilai di dalam laporan yang mereka publikasikan, yang
mempengaruhi harga-harga sekuritas (Francis dan Soffer 1997; Schipper 1991; Lys dan
Sohn 1990; Brown et al 1987).
Memperluas lini penelitian ini, para penulis meneliti hubungan diantara masa kerja
auditor dengan (1) peringkat saham, (2) rating hutang, dan (3) ramalan analis mengenai
laba per saham. Selain itu, para penulis menganalisa bagaimana masa kerja auditor
mempengaruhi hubunga diantara laba yang dilaporkan dengan pringkat, rating, dan
ramalan laba. Jika masa kerja auditor dianggap meningkatkan kualitas laba, maka
pengaruh laba yang dilaporkan terhadap peringkat/rating dan ramalan laba diduga menjadi
lebih besar dengan semakin lamanya masa kerja auditor karena laba yang dilaporkan
dianggap lebih informatif mengenai laba masa mendatang. Hal sebaliknya adalah benar
jika perantara informasi menganggap masa kerja auditor yang lebih lama mengikis kualitas
laba.
Berdasarkan hubungan diantara ukuran-ukuran proksi para penulis untuk persepsi-
persepsi kualitas laba dan masa kerja auditor, para penulis menyimpulkan bagaimana para
investor dan perantara informasi menganggap masa kerja auditor mempengaruhi kualitas
audit. Hubungan positif diantara proksi-proksi untuk persepsi kualitas laba dengan masa
kerja auditor adalah konsisten dengan hipotesis bahwa masa kerja yang lebih panjang
dianggap meningkatkan independensi dan kualitas audit. Sebaliknya, hubungan negatif
adalah konsisten dengan hipotesis bahwa masa kerja yang panjang diangap mengikis
independensi dan kualitas audit.
III. DESAIN PENELITIAN
Para penulis menggunakan kerangka fikir regresi dasar berikut ini untuk
menganalisa apakah investor, agen rating independen, dan analis keuangan menganggap
kualitas laba dipengaruhi oleh masa kerja auditor.
Jumlah koefisien tingkat laba dan perubahan-perubahan laba (1+2) atau
“koefisien respon laba” (ERC) merupakan proksi (perkiraan) para penulis untuk persepsi
pasar modal mengenai kualitas laba. Ketertarikan para penulis adalah pada jumlah
koefisien E*Tenure dan E*tenure (3+4). Jika para investor, agen rating, dan analis
menganggap kualitas laba meningkat (menurun) dengan masa kerja auditor yang lebih
panjang, maka 3+4 diduga berbeda dari nol.
6
Persepsi-persepsi Investor dan Masa Kerja Auditor
Para penulis mengukur persepsi investor mengenai kualitas laba dengan
menggunakan cumulative market-adjusted returns (CAR) 12 bulan (berakhir tiga bulan
setelah akhir tahun fiskal) sebagai variabel dependen pda Persamaan (1). Market-adjusted
returns adalah selisih diantara return bruto dengan return pasar CRSP berbobot nilai.
Para penulis memasukkan perubahan laba dan tingkat laba di dalam regresi yang
sama karena mencakup keduanya meningkatkan explanatory power dan besaran koefisien
respon laba jika laba beiris komponen sementara dan permanen (Easton dan Harris 1991;
Ali dan Zarowin 1992). E adalah income sebelum item-item luar biasa (Compustat #18)
dan E adalah selisih diantara income sebelum item-item luar biasa untuk tahun berjalan
dengan tahun yang lalu. E dan E dideflasikan oleh nilai pasar equity di awal tahun.
Persepsi Perantara Keuangan dan Masa Kerja Auditor
Agen Rating Independen
Analisis bagaimna masa kerja mempengaruhi persepsi agen-agen rating independen
mengenai kualitas laba adalah didasarkan pada estimasi-estimasi dari Persamaan (1)
dengan menggunakan peringkat saham dari Standard & Poor’s (Stock Ranking) dan rating
hutang senior (Debt Ratings) sebagai variabel dependen.
Para penulis menggunakan Pertumbuhan (Growth), Gejolak (Volatility), Beta,
Ukuran perusahaan (Size), dan Leverage untuk mengontrol perbedaan-perbedaan cross-
sectional di dalam kualitas perusahaan dan sifat resiko (Bhojraj dan Sengupta 2003; Van
Horne 1992; Ziebat dan Reiter 1992; Kaplan dan Urwitz 1979).
Analis Keuangan
Analisis apakah masa kerja mempengaruhi persepsi analis keuangan mengenai
kualitas laba adalah didasarkan pada estimasi-estimasi dari Persamaan (1) dengan
menggunakan ramalan laba sebagai variabel dependen.
Penelitian terdahulu menemukan bahwa insentif-insentif para analis untuk
mendapatkan informasi mengenai laba masa depan adalah dipengaruhi oleh karakteristik-
karakteristik perusahaan (DeFond dan Hung 2003; Barron et al. 2002; Lang dan
Lundholm, 1996), para penulis menggunakan variabel kontrol: FirmAge (Umur
Perusahaan) karena perusahaan-perusahaan yang lebih tua kemungkinannya lebih stabil
dan laba mungkin lebih mudah diprediksikan; tipe auditor (Big4) karena analis mungkin
menganggap kualitas laba meningkat untuk perusahaan-perusahaan dengan para auditor
besar; Growth (Pertumbuhan) karena perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi
cenderung menciptakan permintaan yang lebih besar untuk informasi privat, oleh karena
itu mengurangi ketergantungan pada laba yang dilaporkan (Barron et al, 2002; Lang dan
Lundholm 1996), Volatility (Gejolak) karena analis lebih besar kemungkinannya
7
memberikan kepentingan yang lebih rendah pada laba yang dilaporkan untuk perusahaan
dengan gejolak laba yang lebih tinggi (DeFond dan Hung 2003); resiko dengan
menggunakan ukuran berbasis pasar (Beta) dan ukuran berbasis neraca (Leverage); Ukuran
perusahaan (Size) karena penelitian terdahulu menemukan bahwa ukuran perusahaan
adalah terkait dengan resiko dan lingkungan informasi, yang mempengaruhi kemampuan
prediksi laba (DeFond dan Hung, 2003; Barron et al, 2002); Regulasi karena kemampuan
prediksi laba mungkin bervariasi diantara industri-industri (O’Brien 1990); dan jumlah
analis (Analysts) yang memberikan ramalan laba per saham tahunan bagi sebuah
perusahaan (Lang dan Lundholm 1996).
IV KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan pandangan mengenai perdebatan belakangan ini
mengenai masa kerja auditor, independensi, dan kualitas audit dengan menganalisa
hubungan diantara masa kerja auditor dan kualitas audit seperti dirasakan oleh para
partisipan pasar modal. Para penulis memfokuskan pada pendekatan berbasis pasar karena
para akademisi, lembaga regulasi, dan praktisi seringkali menekankan pentingnya
menggunakan persepsi pasar modal mengenai independensi dan kualitas audit (Dopuch et
al. 2003; Ryan et al. 2001; SEC 2000; Carmichael 1999; AICPA 1994). Berdasarkan
hubungan diantara reliabilitas yang dirasakan dari laporan keuangan dan masa kerja
auditor, para penulis menyimpulkan bagaimana pasar-pasar modal memandang masa kerja
mempengaruhi kualitas audit. Jika para partisipan pasar modal menganggap masa kerja
auditor adalah meningkatkan (menurunkan) kualitas audit, maka laporan keuangan
dianggap lebih (kurang) reliabel untuk keputusan investasi dan kredit.
Para penulis menganalisa persepsi-persepsi dari tiga pengguna utama laporan
keuangan auditan, yaitu: investor, agen rating independen, dan analis keuangan. Dengan
menggunakan koefisien respon laba dari regresi return-laba sebagai proksi (perkiraan)
untuk persepsi investor mengenai kualitas laba (Schipper dan Vincent 2003), para penlis
menemukan bukti yang konsisten dengan hipotesis bahwa para investor menganggap
kualitas laba meningkat dengan masa kerja auditor yang lebih lama. Analisis para penulis
mengenai persepsi agen-agen rating independen adalah didasarkan pada bagaimana masa
kerja mempengaruhi hubungan diantara peringkat/rating dengan laba yang dilaporkan. Para
penulis menemukan bahwa pengaruh laba yang dilaporkan terhadap peringkat saham
menjadi lebih besar dengan masa kerja yang lebih lama, meskipun pengaruh laba yang
dilaporkan terhadap rating hutang tidak bervariasi dengan masa kerja. Oleh karena itu,
hasil-hasil para penulis memberi bukti yang terbatas bahwa agen-agen rating independen
menganggap masa kerja auditor memiliki dampak yang menguntungkan terhadap kualitas
laba. Yang terakhir, dengan menggunakan koefisien laba dari regresi ramalan laba
konsensus satu tahun ke depan terahdap laba yang dlaporkan sebagai proksi untuk persepsi
8
analis mengenai kualitas laba, para penulis menemukan bukti yang konsisten dengan
hipotesis bahwa analis keuangan menganggap kualitas laba meningkat dengan semakin
panjangnya hubungan auditor-klien.
Implikasi dari hasil-hasil penelitian ini adalah bahwa banyak partisipan pasar modal
menganggap masa kerja yang lebih panjang memiliki dampak yang menguntungkan
terhadap kualitas audit. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa
memberikan batasan-batasan wajib pada durasi hubungan auditor-klien mungkin
memberikan biaya yang tak diinginkan terhadap partisipan pasar modal.
9