audit tenure wira

14
MASA KERJA AUDITOR DAN PERSEPSI KUALITAS AUDIT Aloke Ghosh & Doocheol Moon 1. PENDAHULUAN Meningkatnya ketidakwajaran akuntansi belakangan ini telah membuka kembali pertanyaan mengenai masa kerja, independensi, dan kualitas audit (Bricker 2002). Penelitian- penelitian terbaru memberikan pandangan yang berharga mengenai perdebatan yang mengitari masa kerja auditor dengan meneliti hubungan diantara masa kerja dengan (1) accrual akuntansi, (2) kesalahan ramalan para analis, dan (3) biaya hutang. Myers et al (2003) menyimpulkan bahwa masa kerja auditor yang lebih panjang membatasi keleluasaan manajerial dengan accrual akuntansi, yang mana menunjukkan kualitas audit yang tinggi. Johnson et al (2002) juga menemukan bahwa accrual adalah lebih besar dan kurang persisten bagi perusahaan- peruashan dengan masa kerja auditor yang singkat dibandingkan dengan masa kerja yang menengah atau panjang. Dengan menggunakan spread kredit diantara yield obligasi dan yield treasury yang sesuai sebagai biaya hutang, Mansi et al (2004) menemukan bahwa biaya hutang menurun dengan masa kerja yang lebih panjang, yang menunjukkan bahwa para pemegang obligasi menganggap kualitas audit meningkat dengan masa kerja yang lebih panjang. Sebaliknya, Davis et al (2002) menyimpulkan bahwa kualitas audit menurun dengan masa kerja yang lebih panjang, karena tatkala masa kerja meningkat, perusahaan- perusahaan klien memiliki fleksibilitas pelaporan yang lebih besar dan kesalahan ramalan laba menurun. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana para investor dan perantara informasi memandang masa kerja auditor, dengan menggunakan koefisien respon laba dari regresi return-laba sebagai proksi (perkiraan) untuk persepsi investor mengenai 1

Upload: fixs2002

Post on 24-Jun-2015

474 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Tenure Wira

MASA KERJA AUDITOR DAN PERSEPSI KUALITAS AUDIT

Aloke Ghosh & Doocheol Moon

1. PENDAHULUAN

Meningkatnya ketidakwajaran akuntansi belakangan ini telah membuka kembali

pertanyaan mengenai masa kerja, independensi, dan kualitas audit (Bricker 2002).

Penelitian-penelitian terbaru memberikan pandangan yang berharga mengenai perdebatan

yang mengitari masa kerja auditor dengan meneliti hubungan diantara masa kerja dengan

(1) accrual akuntansi, (2) kesalahan ramalan para analis, dan (3) biaya hutang. Myers et al

(2003) menyimpulkan bahwa masa kerja auditor yang lebih panjang membatasi

keleluasaan manajerial dengan accrual akuntansi, yang mana menunjukkan kualitas audit

yang tinggi. Johnson et al (2002) juga menemukan bahwa accrual adalah lebih besar dan

kurang persisten bagi perusahaan-peruashan dengan masa kerja auditor yang singkat

dibandingkan dengan masa kerja yang menengah atau panjang. Dengan menggunakan

spread kredit diantara yield obligasi dan yield treasury yang sesuai sebagai biaya hutang,

Mansi et al (2004) menemukan bahwa biaya hutang menurun dengan masa kerja yang

lebih panjang, yang menunjukkan bahwa para pemegang obligasi menganggap kualitas

audit meningkat dengan masa kerja yang lebih panjang. Sebaliknya, Davis et al (2002)

menyimpulkan bahwa kualitas audit menurun dengan masa kerja yang lebih panjang,

karena tatkala masa kerja meningkat, perusahaan-perusahaan klien memiliki fleksibilitas

pelaporan yang lebih besar dan kesalahan ramalan laba menurun.

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana para investor dan perantara informasi

memandang masa kerja auditor, dengan menggunakan koefisien respon laba dari regresi

return-laba sebagai proksi (perkiraan) untuk persepsi investor mengenai kualitas laba, para

penulis menganalisa apakah para investor menganggap kualitas laba dipengaruhi oleh masa

kerja. Berdasarkan pentingnya perantara informasi yang menerima dan mengolah

informasi keuangan bagi para investor, para penulis juga menganalisa apakah agen-agen

rating independen dan analis keuangan mempertimbangkan efek-efek potensial dari masa

kerja terhadap kualitas laba. Khususnya, para penulis meneliti apakah masa kerja

mempengaruhi hubungan diantara laba yang dilaporkan dengan (1) peringkat saham, (2)

rating hutang, dan (3) ramalan laba dari para analis.

Perbedaan penting diantara penelitian para penulis dengan penelitiannya Davis et al

(2002) dan Mansi et al (2004) adalah perbedaan di dalam desain penelitian. Para penulis

meneliti apakah tingkat dimana para analis bersandar pada laporan laba masa lain untuk

memprediksikan laba masa depan adalah bervariasi dengan masa kerja, sedangkan Davis et

al (2002) meneliti hubungan diantara kesalahan ramalan dengan masa kerja. Desain

penelitian para penulis mungkin lebih cocok karena sulit untuk mengambil kesimpulan

mengenai persepsi para analis dari hubungan diantara kesalahan ramalan dengan masa

1

Page 2: Audit Tenure Wira

kerja. Kesalahan ramalan yang lebih rendah dengan masa kerja yang lebih panjang

mungkin menunjukkan bahwa kualitas laba diangagp meningkat dengan meningkatnya

masa kerja karena laba lebih dapat diprediksikan. Meski demikian, hal tersebut juga dapat

menunjukkan kualitas laba yang lebih rendah jika manajer semakin memandu ramalan laba

saat msa kerja auditor semakin panjang. Selanjutnya, Mansi et al (2004) meneliti pengaruh

laba yang dilaporkan terhadap rating hutang adalah bervariasi dengan masa kerja ataukah

tidak. Meskipun Mansi et al (2004) meneliti pengaruh masa kerja terhadap rating hutang,

tujuan utama mereka adalah untuk mengesampingkan efek-efek informasi dari masa kerja

dan variabel-variabel kontrol lainnya yang terkait dengan rating hutang dan pada akhirnya

meneliti peran jaminan dari masa kerja terhadap biaya hutang. Sebaliknya, penekanan para

penulis adalah pada peran informasional dari masa kerja. Tujuan para penulis yang

mendasar adalah untuk memberikan pandangan mengenai perubahan di dalam kredibilitas

yang dirasakan dari laba yang dilaporkan dengan masa kerja auditor yang lebih panjang.

Penekanan pada persepsi pasar modal mengenai independensi dan kualitas audit

adalah konsisten dengan kerangka fikir konsepsual Financial Accounting Standards Board

(FASB) untuk laporan keuangan dan prinsip-prinsip independensi auditor (Carmichael,

1999). Menurut Statement of Financial Accountung Concepts (SFAC No. 1, FASB 1978),

“laporan keuangan sering diaudit oleh para akuntan independen dengan tujuan

meningkatkan keyakinan terhadap reliabilitasnya.” AICPA (1994) juga mengakui

pentingnya mempertimbangkan persepsi investor mengenai independensi auditor. Mantan

ketua AICPA, Elliott (2000) mengatakan “[AICPA] meyakini bahwa penampilan adalah

sangat penting dan pasar-pasar modal memerlukan keyakinan terhadap laporan keuangan

dan laporan audit, dan firma-firma anggota AICPA mendasarkan bisnis auditing mereka

pada reputasi mereka, dan itu sangat dipengaruhi oleh penampilan.”

Dengan hal-hal lain tetap konstan, laporan keuangan auditan adalah kurang reliabel

(atau kualitasnya dianggap rendag) untuk keputusan-keputusan investasi dan kredit jika

para pengguna laporan keuangan menganggap masa kerja yang panjang memiliki efek

negatif terhadap independen auditor dan kualitas audit. Alternatifnya, para investor dan

perantara informasi lebih besar kemungkinannya untuk bergantung pada angka-angka

akuntansi yang dilaporkan jika mereka menganggap bahwa keahlian auditor yang lebih

besar dari masa kerja yang lebih panjang meningkatkan independensi dan kualitas audit.

Para penulis menyatakan bahwa hubungan diantara persepsi kualitas laba dan masa kerja

auditor memberikan pandangan mengenai bagaimana para partisipan pasar modal

menganggap masa kerja auditor mempengaruhi kualitas audit.

Para penulis menggunakan koefisien-koefisien respon laba (ERC) dari regresi

return-laba untuk mengukur persepsi investor mengenai kualitas laba. Setelah mengontrol

determinan-determinan ERC lainnya – misalnya umur perusahaan, kualitas auditor,

pertumbuhan, persistensi laba, volatilitas (gejolak) laba, resiko sistematis, ukuran

2

Page 3: Audit Tenure Wira

perusahaan, leverage keuangan, dan lingkungan peraturan – para penulis menemukan

bahwa besaran ERC meningkat jika hubungan auditor-klien semakin panjang. Satu

masalahnya adalah bahwa jika pasar mengantisipasi porsi dari laba saat ini lebih dari satu

tahun ke depan dari rilis laba, maka estimasi ERC mungkin bias (Kothari, 1992; Kothari

dan Sloan 1992). Selain itu, jika pasar lebih besar kemungkinannya untuk mengantisipasi

laba saat ini untuk perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang lebih panjang, maka

bias mungkin terkait dengan masa kerja. Konsisten dengan premis bahwa harga-harga

menyebabkan laba, estimasi ERC untuk perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang

panjang adalah lebih besar saat para penulis meningkatkan window pengukuran return atau

saat para penulis menggunakan metrik non pasar, misalnya aset total, untuk mendeflasikan

laba. Jadi, hasil-hasil penelitian berbasis ERC adalah konsisten dengan hipotesis bahwa

para investor menganggap masa kerja auditor meningkatkan kualitas laba.

Selanjutnya, dengan mengontrol determinan-determinan lain dari peringkat saham,

para penulis menemukan bahwa pengaruh laba yang dilaporkan pada peringkat saham

Standard & Poor’s (S&P) menjadi lebih besar dengan masa kerja yang lebih panjang.

Sebaliknya, hubungan diantara rating hutang S&P dan laba yang dilaporkan tidak

bervariasi dengan masa kerja. Jadi, hasil-hasil para penulis memberikan bukti yang sedang

bahwa agen rating independen menganggap laba yang dilaporkan lebih reliabel bagi

perusahaan-perusahaan dengan masa kerja yang lebih panjang.

Yang terakhir, setelah mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi ramalan laba

para analis, para penulis menemukan bahwa pengaruh laba masa lalu terhadap ramalan

laba satu tahun ke depan menjadi lebih besar dengan hubungan auditor-klien yang lebih

panjang. Para analis lebih besar kemungkinannya untuk bersandar pada laba yang

dilaporkan untuk memprediksikan laba masa mendatang dengan masa kerja yang lebih

lama. Jadi, hasil-hasil dari ramalan laba analis juga menunjukkan bahwa para analis

menganggap kualitas laba meningkat dengan masa kerja auditor yang lebih panjang. Meski

hasil-hasil penelitian para penulis adalah didasarkan pada sampel yang besar dari

perusahaan-perusahaan yang mencapai 11 tahun, ada satu masalah dengan data para

penulis. Jika masa kerja auditor adalah bersifat endogen bagi kualitas audit, maka hasil-

hasil tersebut juga konsisten dengan hipotesis alternatif bahwa perpindahan auditor adalah

tinggi untuk perusahaan-perusahaan dengan kualitas laba yang rendah. Dengan kata lain,

para auditor berkualitas tinggi mungkin memutuskan perikatan dengan perusahaan-

perusahaan klien yang lebih memilih laporan keuangan berkualitas rendah (DeFond dan

Subramanyam, 1998). Para penulis mengatasi maslah mengenai seringnya perpindahan

auditor dengan membuat sub sampel dimana hubungan auditor-klien berlangsung

setidaknya lima tahun, seperti di dalam penelitiannya Myers et al (2003). Saat para penulis

menggunakan sub sampel ini, kesimpulannya tetap tidak berubah untuk seluruh pengujian.

3

Page 4: Audit Tenure Wira

Dirangkum, hasil-hasil para penulis secara umum konsisten dengan hipotesis

bahwa laba yang dilaporkan adalah dianggap lebih reliabel saat masa kerja auditor

meningkat. Satu implikasi dari hasil-hasil para penulis adalah bahwa para partisipan pasar

modal menganggap masa kerja auditor yang lebih panjang memiliki dampak yang

menguntungkan terhadap kualitas audit. Hasil-hasil para penulis menunjukkan bahwa

memberikan batasan-batasan wajib pada durasi hubungan auditor-klien mungkin

menimbulkan biaya yang tidak dikehendaki pada pasar modal. Meski demikian, hasil-hasil

dari suatu rezim tanpa batas masa kerja auditor mungkin tidak dapat diterapkan ke

lingkungan yang diregulasi karena perbedaan-perbedaan di dalam insentif ekonomi bagi

auditor maupun klien.

II. MASA KERJA, INDEPENDENSI, DAN

PERSEPSI-PERSEPSI KUALITAS AUDIT

Para auditor independen dianggap sebagai “penjaga gerbang” pasar-pasar sekuritas

publik (SEC 2001, III.A). Meski demikian, meningkatkan ketidakwajaran akuntansi

belakangan ini telah menyebabkan banyak pihak mempertanyakan independensi auditor

(Wall Street Journal 2002a, 2002b). Satu persepsinya adalah bahwa para auditor lebih

besar kemungkinannya untuk sepakat dengan para manajer pada keputusan-keputusan

pelaporan yang penting saat lamanya perikatan audit meningkat (Ryan et al. 2001; Farmer

et al. 1987). Oleh karena itu, memberikan batasan-batasan wajib pada masa kerja auditor

diduga meningkatkan kualitas audit dengan mengurangi pengaruh perusahaan klien

terhadap auditor (Turner 2002; Brody dan Moscove 1998; SEC 1994; AICPA 1978; U.S.

Senate 1977; Mautz dan Sharaf 1961).

Sudut pandang yang berlawanan adalah bahwa masalah audit lebih sering terjadi

untuk para klien yang lebih baru karena para auditor kurang memiliki informasi mengenai

perusahaan-perusahaan ini (AICPA 1992). Pengetahuan item-item spesifik-klien seperti

operasi-operasi, sistem akuntansi, dan struktur kontrol internal adalah sangat penting bagi

para auditor untuk mendeteksi kesalahan material dan mis-statement. Khususnya, Johnson

et al (2002) menyatakan kurangnya pengetahuan spesifik-klien yang memadai selama

tahun-tahun awal perikatan menurunkan kemungkinan pendeteksian kesalahan material

dan mis-statement. Saat hubungan auditor-klien semakin panjang, keahlian spesifik-

perusahaan memungkinkan para auditor untuk semakin kurang bergantung pada estimasi-

estimasi manajerial dan menjadi lebih independen dari manajemen (Solomon et al. 1999).

Pusat perdebatan ini ada pada bagaimana masa kerja mempengaruhi independensi

auditor. Para pendukung rotasi auditor wajib menyatakan bahwa masa kerja auditor yang

panjang mengikis independensi, yang selanjutnya mengurangi kualitas audit. Pihak lain

menyatakan bahwa independensi dan kualitas audit meningkat dengan masa kerja yang

lebih panjang karena meningkatnya keahlian auditor dari pengetahuan klien-spesifik yang

4

Page 5: Audit Tenure Wira

superior. Karena independensi tidak dapat diamati, para regulator, praktisi, dan akademisi

sering bersandar pada dimensi penampilan untuk mengartikan independensi auditor

(Dopuch et al. 2003; Kinney 1999).

Penelitian para penulis ini meneliti apakah para partisipan pasarmodal

menganggap masa kerja yang lebih panjang mempengaruhi kualitas audit. Pandangan dari

pendekatan berbasis pasar adalah penting setidaknya pada dua dimensi. Pertama, para

akademisi sering menekankan perlunya memahami persepsi pasar modal mengenai

independensi auditor dan kualitas audit karena pada akhirnya nilai dari jasa audit

tergantung pada persepsi-persepsi mengenai independensi (Dopuch et al. 2003; Shockley

1981). Kedua, lembaga-lembaga regulasi seperti FASB (SFAC No. 1) dan SEC (2000)

menekankan pentingnya persepsi-persepsi pasar modal mengenai independensi auditor.

Persepsi bahwa pekerjaan para auditor lebih obyektif dan independen menimbulkan

keyakinan yang lebih besar terhadap opini auditor, yang meningkatkan reliabilitas atau

kualitas yang dirasakan dari angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Ryan et al. 2001;

Elliot dan Jacobson, 1998). Para auditor independen meningkatkan reliabilitas laporan

keuangan karena (1) mereka lebih besar kemungkinannya untuk mencegah atau

mendeteksi dan mengkoreksi misstatement/pengabaian material, dan (2) mereka

memastikan bahwa laporan-laporan keuangan mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang

diterima umum (Carmichael 1999).

Pada penelitian ini, para penulis memfokuskan pada persepsi-persepsi investor

karena mereka merupakan para pengguna pokok laporan keuangan. Di dalam Kerangka

Fikir Konsepsualnya, FASB mengartikan “kualitas” dalam kaitannya dengan manfaat

laporan keuangan bagi para investor dan menghubungkan “manfaat” ke konstruk-konstruk

seperti relevansi dan reliabilitas (SFAC No. 1 [FASB 1978] dan No. 2 [FASB 1980]).

Untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai persepsi para investor mengenai kualitas

laba, para peneliti cenderung menggunakan metrik berbasis pasar modal misalnya

koefisien respon laba dari regresi return on earnings (Schipper dan Vincent 2003; Warfield

et al. 1995). Penelitian-penelitian terdahulu mencatat bahwa para investor membayar premi

lebih besar untuk laba “berkualitas tinggi” karena laba berkualitas tinggi dianggap

berkelanjutan (Schipper dan Vincent 2003; Teoh dan Wong 1993). Oleh karena itu,

meneliti pengaruh masa kerja auditor terhadap pricing laba kemungkinannya memberikan

pandangan yang berharga mengenai pendapat para investor mengenai hubungan diantara

lamanya hubungan auditor-klien dengan kualitas laba.

Berdasarkan bahwa perantara informasi merupakan bagian integral dari psar modal

dengan menyediakan rekomendasi saham, rating hutang, dan ramalan laba (Lang dan

Lundholm, 1996), para penulis juga menganalisa bagaimana agen rating independen dan

analis keuangan memandang masa kerja auditor. Hunt (2002) menyatakan bahwa agen

rating independen menyediakan informasi mengenai kelayakan kredit dari para issuers

5

Page 6: Audit Tenure Wira

(penerbit kredit) dan bahwa rating kredit memainkan peran signifikan di dalam keputusan-

keputusan investasi. Penelitian yang ada menemukan hubungan antara laba dan rating

hutang/peringkat saham yang diterbitkan oleh agen rating independen (Bhojraj dan

Sengupta 2003; Ziebart dan Reiter 1992; Van Horne 1992; Kaplan dan Urwitz 1979), yang

menunjukkan bahwa persepsi-persepsi kualitas laba bisa menjadi input penting di dalam

menentukan peringkat/rating. Demikian juga, analis keuangan juga memainkan peran

penting sebagai perantara informasi di pasar modal karena kemampuan mereka untuk

menggunakan informasi relevan-nilai di dalam laporan yang mereka publikasikan, yang

mempengaruhi harga-harga sekuritas (Francis dan Soffer 1997; Schipper 1991; Lys dan

Sohn 1990; Brown et al 1987).

Memperluas lini penelitian ini, para penulis meneliti hubungan diantara masa kerja

auditor dengan (1) peringkat saham, (2) rating hutang, dan (3) ramalan analis mengenai

laba per saham. Selain itu, para penulis menganalisa bagaimana masa kerja auditor

mempengaruhi hubunga diantara laba yang dilaporkan dengan pringkat, rating, dan

ramalan laba. Jika masa kerja auditor dianggap meningkatkan kualitas laba, maka

pengaruh laba yang dilaporkan terhadap peringkat/rating dan ramalan laba diduga menjadi

lebih besar dengan semakin lamanya masa kerja auditor karena laba yang dilaporkan

dianggap lebih informatif mengenai laba masa mendatang. Hal sebaliknya adalah benar

jika perantara informasi menganggap masa kerja auditor yang lebih lama mengikis kualitas

laba.

Berdasarkan hubungan diantara ukuran-ukuran proksi para penulis untuk persepsi-

persepsi kualitas laba dan masa kerja auditor, para penulis menyimpulkan bagaimana para

investor dan perantara informasi menganggap masa kerja auditor mempengaruhi kualitas

audit. Hubungan positif diantara proksi-proksi untuk persepsi kualitas laba dengan masa

kerja auditor adalah konsisten dengan hipotesis bahwa masa kerja yang lebih panjang

dianggap meningkatkan independensi dan kualitas audit. Sebaliknya, hubungan negatif

adalah konsisten dengan hipotesis bahwa masa kerja yang panjang diangap mengikis

independensi dan kualitas audit.

III. DESAIN PENELITIAN

Para penulis menggunakan kerangka fikir regresi dasar berikut ini untuk

menganalisa apakah investor, agen rating independen, dan analis keuangan menganggap

kualitas laba dipengaruhi oleh masa kerja auditor.

Jumlah koefisien tingkat laba dan perubahan-perubahan laba (1+2) atau

“koefisien respon laba” (ERC) merupakan proksi (perkiraan) para penulis untuk persepsi

pasar modal mengenai kualitas laba. Ketertarikan para penulis adalah pada jumlah

koefisien E*Tenure dan E*tenure (3+4). Jika para investor, agen rating, dan analis

menganggap kualitas laba meningkat (menurun) dengan masa kerja auditor yang lebih

panjang, maka 3+4 diduga berbeda dari nol.

6

Page 7: Audit Tenure Wira

Persepsi-persepsi Investor dan Masa Kerja Auditor

Para penulis mengukur persepsi investor mengenai kualitas laba dengan

menggunakan cumulative market-adjusted returns (CAR) 12 bulan (berakhir tiga bulan

setelah akhir tahun fiskal) sebagai variabel dependen pda Persamaan (1). Market-adjusted

returns adalah selisih diantara return bruto dengan return pasar CRSP berbobot nilai.

Para penulis memasukkan perubahan laba dan tingkat laba di dalam regresi yang

sama karena mencakup keduanya meningkatkan explanatory power dan besaran koefisien

respon laba jika laba beiris komponen sementara dan permanen (Easton dan Harris 1991;

Ali dan Zarowin 1992). E adalah income sebelum item-item luar biasa (Compustat #18)

dan E adalah selisih diantara income sebelum item-item luar biasa untuk tahun berjalan

dengan tahun yang lalu. E dan E dideflasikan oleh nilai pasar equity di awal tahun.

Persepsi Perantara Keuangan dan Masa Kerja Auditor

Agen Rating Independen

Analisis bagaimna masa kerja mempengaruhi persepsi agen-agen rating independen

mengenai kualitas laba adalah didasarkan pada estimasi-estimasi dari Persamaan (1)

dengan menggunakan peringkat saham dari Standard & Poor’s (Stock Ranking) dan rating

hutang senior (Debt Ratings) sebagai variabel dependen.

Para penulis menggunakan Pertumbuhan (Growth), Gejolak (Volatility), Beta,

Ukuran perusahaan (Size), dan Leverage untuk mengontrol perbedaan-perbedaan cross-

sectional di dalam kualitas perusahaan dan sifat resiko (Bhojraj dan Sengupta 2003; Van

Horne 1992; Ziebat dan Reiter 1992; Kaplan dan Urwitz 1979).

Analis Keuangan

Analisis apakah masa kerja mempengaruhi persepsi analis keuangan mengenai

kualitas laba adalah didasarkan pada estimasi-estimasi dari Persamaan (1) dengan

menggunakan ramalan laba sebagai variabel dependen.

Penelitian terdahulu menemukan bahwa insentif-insentif para analis untuk

mendapatkan informasi mengenai laba masa depan adalah dipengaruhi oleh karakteristik-

karakteristik perusahaan (DeFond dan Hung 2003; Barron et al. 2002; Lang dan

Lundholm, 1996), para penulis menggunakan variabel kontrol: FirmAge (Umur

Perusahaan) karena perusahaan-perusahaan yang lebih tua kemungkinannya lebih stabil

dan laba mungkin lebih mudah diprediksikan; tipe auditor (Big4) karena analis mungkin

menganggap kualitas laba meningkat untuk perusahaan-perusahaan dengan para auditor

besar; Growth (Pertumbuhan) karena perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi

cenderung menciptakan permintaan yang lebih besar untuk informasi privat, oleh karena

itu mengurangi ketergantungan pada laba yang dilaporkan (Barron et al, 2002; Lang dan

Lundholm 1996), Volatility (Gejolak) karena analis lebih besar kemungkinannya

7

Page 8: Audit Tenure Wira

memberikan kepentingan yang lebih rendah pada laba yang dilaporkan untuk perusahaan

dengan gejolak laba yang lebih tinggi (DeFond dan Hung 2003); resiko dengan

menggunakan ukuran berbasis pasar (Beta) dan ukuran berbasis neraca (Leverage); Ukuran

perusahaan (Size) karena penelitian terdahulu menemukan bahwa ukuran perusahaan

adalah terkait dengan resiko dan lingkungan informasi, yang mempengaruhi kemampuan

prediksi laba (DeFond dan Hung, 2003; Barron et al, 2002); Regulasi karena kemampuan

prediksi laba mungkin bervariasi diantara industri-industri (O’Brien 1990); dan jumlah

analis (Analysts) yang memberikan ramalan laba per saham tahunan bagi sebuah

perusahaan (Lang dan Lundholm 1996).

IV KESIMPULAN

Penelitian ini memberikan pandangan mengenai perdebatan belakangan ini

mengenai masa kerja auditor, independensi, dan kualitas audit dengan menganalisa

hubungan diantara masa kerja auditor dan kualitas audit seperti dirasakan oleh para

partisipan pasar modal. Para penulis memfokuskan pada pendekatan berbasis pasar karena

para akademisi, lembaga regulasi, dan praktisi seringkali menekankan pentingnya

menggunakan persepsi pasar modal mengenai independensi dan kualitas audit (Dopuch et

al. 2003; Ryan et al. 2001; SEC 2000; Carmichael 1999; AICPA 1994). Berdasarkan

hubungan diantara reliabilitas yang dirasakan dari laporan keuangan dan masa kerja

auditor, para penulis menyimpulkan bagaimana pasar-pasar modal memandang masa kerja

mempengaruhi kualitas audit. Jika para partisipan pasar modal menganggap masa kerja

auditor adalah meningkatkan (menurunkan) kualitas audit, maka laporan keuangan

dianggap lebih (kurang) reliabel untuk keputusan investasi dan kredit.

Para penulis menganalisa persepsi-persepsi dari tiga pengguna utama laporan

keuangan auditan, yaitu: investor, agen rating independen, dan analis keuangan. Dengan

menggunakan koefisien respon laba dari regresi return-laba sebagai proksi (perkiraan)

untuk persepsi investor mengenai kualitas laba (Schipper dan Vincent 2003), para penlis

menemukan bukti yang konsisten dengan hipotesis bahwa para investor menganggap

kualitas laba meningkat dengan masa kerja auditor yang lebih lama. Analisis para penulis

mengenai persepsi agen-agen rating independen adalah didasarkan pada bagaimana masa

kerja mempengaruhi hubungan diantara peringkat/rating dengan laba yang dilaporkan. Para

penulis menemukan bahwa pengaruh laba yang dilaporkan terhadap peringkat saham

menjadi lebih besar dengan masa kerja yang lebih lama, meskipun pengaruh laba yang

dilaporkan terhadap rating hutang tidak bervariasi dengan masa kerja. Oleh karena itu,

hasil-hasil para penulis memberi bukti yang terbatas bahwa agen-agen rating independen

menganggap masa kerja auditor memiliki dampak yang menguntungkan terhadap kualitas

laba. Yang terakhir, dengan menggunakan koefisien laba dari regresi ramalan laba

konsensus satu tahun ke depan terahdap laba yang dlaporkan sebagai proksi untuk persepsi

8

Page 9: Audit Tenure Wira

analis mengenai kualitas laba, para penulis menemukan bukti yang konsisten dengan

hipotesis bahwa analis keuangan menganggap kualitas laba meningkat dengan semakin

panjangnya hubungan auditor-klien.

Implikasi dari hasil-hasil penelitian ini adalah bahwa banyak partisipan pasar modal

menganggap masa kerja yang lebih panjang memiliki dampak yang menguntungkan

terhadap kualitas audit. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa

memberikan batasan-batasan wajib pada durasi hubungan auditor-klien mungkin

memberikan biaya yang tak diinginkan terhadap partisipan pasar modal.

9