audit

45
BAB 4 Bagaimana Audit TI/SI Dilakukan ? Latar Belakang Informasi merupakan salah satu sumber daya strategis suatu organisasi, oleh karena itu, untuk mendukung tercapainya visi dan misi suatu organisasi, pengelolaan informasi menjadi salah satu kunci sukses. Sistem informasi merupakan salah satu sub sistem organisasi untuk mengelola informasi. Saat ini sistem informasi dioperasikan oleh hampir seluruh sumber daya manusia suatu organisasi sehingga tidak dapat dipisahkan dengan operasi dan kehidupan organisasi. Teknologi informasi merupakan komponen penting dari sistem informasi, selain data/informasi, sumber daya manusia dan organisasi. Teknologi informasi yang dimaksud adalah teknologi telematika, telekomunikasi dan informatika, yang mencakup teknologi komputer (perangkat keras, perangkat lunak) dan didukung dengan teknologi telekomunikasi, khususnya komunikasi data digital sebagai infrastruktur dari jaringan komputer. Perlu teknik untuk mengendalikan dan memastikan bahwa sistem informasi sudah sesuai dengan tujuan organisasi. Audit sitem informasi merupakan suatu cara untuk menilai sejauh mana suatu sistem informasi telah mencapai tujuan organisasi. Penelitian ini ditujukan untuk mencari model untuk mengaudit sistem informasi berbasis kendali.

Upload: ahmad-syukri-ardiansya

Post on 31-Jul-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Audit

BAB 4

Bagaimana Audit TI/SI Dilakukan ?

Latar Belakang

Informasi merupakan salah satu sumber daya strategis suatu organisasi, oleh

karena itu, untuk mendukung tercapainya visi dan misi suatu organisasi,

pengelolaan informasi menjadi salah satu kunci sukses. Sistem informasi

merupakan salah satu sub sistem organisasi untuk mengelola informasi. Saat ini

sistem informasi dioperasikan oleh hampir seluruh sumber daya manusia suatu

organisasi sehingga tidak dapat dipisahkan dengan operasi dan kehidupan

organisasi. Teknologi informasi merupakan komponen penting dari sistem

informasi, selain data/informasi, sumber daya manusia dan organisasi. Teknologi

informasi yang dimaksud adalah teknologi telematika, telekomunikasi dan

informatika, yang mencakup teknologi komputer (perangkat keras, perangkat

lunak) dan didukung dengan teknologi telekomunikasi, khususnya komunikasi

data digital sebagai infrastruktur dari jaringan komputer. Perlu teknik untuk

mengendalikan dan memastikan bahwa sistem informasi sudah sesuai dengan

tujuan organisasi. Audit sitem informasi merupakan suatu cara untuk menilai

sejauh mana suatu sistem informasi telah mencapai tujuan organisasi. Penelitian

ini ditujukan untuk mencari model untuk mengaudit sistem informasi berbasis

kendali. Model yang dikembangkan mencakup: (1) konsep struktur/ kerangka dan

prosedur pelaksanaan audit, (2) materi/ isi yang dijadikan sebagai tolok ukur

untuk penilaian dan (3) perangkat lunak bantu yang memudahkan dokumentasi

dan pengolahan hasil audit. Pada makalah ini akan diuraikan konsep struktur/

kerangka dan prosedur audit sistem informasi saja, dua bagian lainnya akan

disampaikan pada makalah terpisah.

2. Audit Sistem Informasi Berbasis

AUDIT SISTEM INFORMASI

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang

mengumpulkan (collect/ retrieve), memproses, menyimpan dan mendistribusikan

Page 2: Audit

informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengendalian suatu

organisasi. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang

bermakna dan bermanfaat bagi pemakai. Data adalah fakta yang menyatakan

suatu kejadian atau lingkungan fisik yang belum dikelola menjadi bentuk yang

bermakna dan bermanfaat bagi manusia. Audit sistem informasi didefinisikan

sebagai proses pengumpulan dan evaluasi fakta/ evidence untuk menentukan

apakah suatu sistem informasi telah melindungi aset, menjaga integritas data,

dan memungkinkan tujuan organisasi tercapai secara efektif dengan

menggunakan sumber daya secara efisien. Dalam pelaksanaan audit digunakan

etika profesi yang dirumuskan oleh organisasi profesi Information System Audit

and Control Association (ISACA)

Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:

1. Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar)

yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi

tersebut,

2. Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas

untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor,

3. Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk

memenuhi tujuan audit,

4. Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap

independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk

mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

Audit TI merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk

menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah dapat melindungi

aset milik organisasi, mampu menjaga integritas data, dapat membantu

pencapaian tujuan organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya

yang dimiliki secara efisien (Weber, 2000). Audit TI sendiri merupakan gabungan

dari berbagai macam ilmu, antara lain: Traditional Audit, Manajemen Sistem

Informasi, Sistem Informasi Akuntansi, Ilmu Komputer, dan Behavioral Science.

Page 3: Audit

Audit Sistem Informasi merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk

menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah dapat melindungi

aset milik organisasi, mampu menjaga integritas data, dapat membantu

pencapaian tujuan organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya

yang dimiliki secara efisien. Audit Sistem Informasi sendiri merupakan gabungan

dari berbagai macam ilmu, antara lain: Traditional Audit, Manajemen Sistem

Informasi, Sistem Informasi Akuntansi, Ilmu Komputer, dan Behavioral Science.

Pada dasarnya, Audit Sistem Informasi dapat dibedakan menjadi dua kategori,

yaitu Pengendalian Aplikasi (Application Control) dan Pengendalian Umum

(General Control). Tujuan pengendalian umum lebih menjamin integritas data

yang terdapat di dalam sistem komputer dan sekaligus meyakinkan integritas

program atau aplikasi yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data.

Sementara, tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa

data di-input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar, dan

terdapat pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan. Dalam audit

terhadap aplikasi, biasanya, pemeriksaan atas pengendalian umum juga

dilakukan mengingat pengendalian umum memiliki kontribusi terhadap efektifitas

atas pengendalian-pengendalian aplikasi.

Keuntungan adanya audit antara lain :

menilai keefektifan aktivitas aktifitas dokumentasi dalam organisasi,

memonitor kesesuaian dengan kebijakan, sistem, prosedur dan undang-

undang perusahaan,

mengukur tingkat efektifitas dari sistem,

mengidentifikasi kelemahan di sistem yang mungkin mengakibatkan

ketidaksesuaian di masa datang,

menyediakan informasi untuk proses peningkatan,

meningkatkan saling memahami antar departemen dan antar individu,

melaporkan hasil tinjauan dan tindakan berdasarkan resiko ke

manajemen.

Informasi audit harus disimpan dan dijaga sehingga sebuah aksi dapat ditelusuri.

Data audit harus dijaga dari modifikasi dan perusakan dari pihak yang tidak

bertanggung jawab.

Page 4: Audit

METHODOLOGI AUDIT SISTEM INFORMASI

Dalam pelaksanaanya, auditor TI mengumpulkan bukti-bukti yang memadai

melalui berbagai teknik termasuk survey, wawancara, observasi dan review

dokumentasi.

Satu hal yang unik, bukti-bukti audit yang diambil oleh auditor biasanya

mencakup pula bukti elektronis. Biasanya, auditor TI menerapkan teknik audit

berbantuan computer, disebut juga dengan CAAT (Computer Aided Auditing

Technique). Teknik ini digunakan untuk menganalisa data, misalnya saja data

transaksi penjualan, pembelian, transaksi aktivitas persediaan, aktivitas

nasabah, dan lain-lain.

Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem

komputer berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit:

1. Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen risiko serta

control practice yang dapat disepakati semua pihak.

2. Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci.

3. Gunakan fakta/bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta

bermanfaat.

4. Buatlah laporan beserta kesimpulannya berdasarkan fakta yang

dikumpulkan.

5. Telaah apakah tujuan audit tercapai.

6. Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan.

7. Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen risiko

serta control practice.

Sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus

direncanakan terlebih dahulu. Audit planning (perencanaan audit) harus secara

jelas menerangkan tujuan audit, kewenangan auditor, adanya persetujuan

managemen tinggi, dan metode audit. Metodologi audit:

1. Audit subject. Menentukan apa yang akan diaudit.

2. Audit objective. Menentukan tujuan dari audit.

3. Audit Scope. Menentukan sistem, fungsi, dan bagian dari organisasi

yang secara spesifik/khusus akan diaudit.

Page 5: Audit

4. Preaudit Planning. Mengidentifikasi sumber daya dan SDM yang

dibutuhkan, menentukan dokumen-dokumen apa yang diperlukan

untuk menunjang audit, menentukan lokasi audit.

5. Audit procedures and steps for data gathering. Menentukan cara

melakukan audit untuk memeriksa dan menguji kendali, menentukan

siapa yang akan diwawancara.

6. Evaluasi hasil pengujian dan pemeriksaan. Spesifik pada tiap

organisasi.

7. Prosedur komunikasi dengan pihak manajemen. Spesifik pada tiap

organisasi.

8. Audit Report Preparation. Menentukan bagaimana cara memeriksa

hasil audit, yaitu evaluasi kesahihan dari dokumen-dokumen, prosedur,

dan kebijakan dari organisasi yang diaudit. Struktur dan isi laporan

audit tidak baku, tapi umumnya terdiri atas:

o Pendahuluan. Tujuan, ruang lingkup, lamanya audit,

prosedur audit.

o Kesimpulan umum dari auditor.

o Hasil audit. Apa yang ditemukan dalam audit, apakah

prosedur dan kontrol layak atau tidak

o Rekomendasi. Tanggapan dari manajemen (bila perlu).

o Exit interview. Interview terakhir antara auditor dengan

pihak manajemen untuk membicarakan temuan-temuan dan

rekomendasi tindak lanjut. Sekaligus meyakinkan tim manajemen

bahwa hasil audit sahih

KATEGORI AUDIT TI

Pada dasarnya, Audit TI dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

Pengendalian Aplikasi (Application Control) dan Pengendalian Umum (General

Control). Tujuan pengendalian umum lebih menjamin integritas data yang

terdapat di dalam sistem komputer dan sekaligus meyakinkan integritas program

atau aplikasi yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data. Sementara,

tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa data di-

input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar, dan terdapat

Page 6: Audit

pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan. Dalam audit terhadap

aplikasi, biasanya, pemeriksaan atas pengendalian umum juga dilakukan

mengingat pengendalian umum memiliki kontribusi terhadap efektifitas atas

pengendalian-pengendalian aplikasi. Dalam praktiknya, tahapan-tahapan dalam

audit TI tidak berbeda dengan audit pada umumnya. Tahapan perencanaan,

sebagai suatu pendahuluan, mutlak perlu dilakukan agar auditor mengenal benar

objek yang akan diperiksa. Di samping, tentunya, auditor dapat memastikan

bahwa qualified resources sudah dimiliki, dalam hal ini aspek SDM yang

berpengalaman dan juga referensi praktik-praktik terbaik ( best practices ).

Tahapan perencanaan ini akan menghasilkan suatu program audit yang didesain

sedemikian rupa, sehingga pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien,

dan dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, serta dapat diselesaikan dalam

waktu sesuai yang disepakati.

Dalam pelaksanaannya, auditor TI mengumpulkan bukti-bukti yang memadai

melalui berbagai teknik termasuk survei, interview, observasi dan review

dokumentasi (termasuk review source-code bila diperlukan). Satu hal yang unik,

bukti-bukti audit yang diambil oleh auditor biasanya mencakup pula bukti

elektronis (data dalam bentuk file softcopy). Biasanya, auditor TI menerapkan

teknik audit berbantuan komputer, disebut juga dengan CAAT (Computer Aided

Auditing Technique). Teknik ini digunakan untuk menganalisa data, misalnya saja

data transaksi penjualan, pembelian, transaksi aktivitas persediaan, aktivitas

nasabah, dan lain-lain.

Sesuai dengan standar auditing ISACA (Information Systems Audit and Control

Association), selain melakukan pekerjaan lapangan, auditor juga harus

menyusun laporan yang mencakup tujuan pemeriksaan, sifat dan kedalaman

pemeriksaan yang dilakukan. Laporan ini juga harus menyebutkan organisasi

yang diperiksa, pihak pengguna laporan yang dituju dan batasan-batasan

distribusi laporan. Laporan juga harus memasukkan temuan, kesimpulan,

rekomendasi sebagaimana layaknya laporan audit pada umumnya.

Page 7: Audit

Model audit sistem informasi berbasis kendali ini didasarkan pada suatu model

fungsional sistem informasi, di mana sistem informasi dibagi dalam 2 fungsi [2],

yaitu: fungsi manajemen dan fungsi aplikasi, di mana fungsi manajemen

membungkus fungsi-fungsi aplikasi (Gambar 4.1)

Informasi

Data

Prosedur

(BD/NW)

Interoperabilitas

(HW/SW)

Pemroses

Aplikasi

Dokumen

Sistem Informasi

Gambar 4.1. Lapisan Fungsional Sistem Informasi

Page 8: Audit

LANGKAH DASAR AUDIT SI

Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem

komputer berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit:

1) Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen risiko serta

control practice yang dapat disepakati semua pihak.

2) Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci.

3) Gunakan fakta/bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta

bermanfaat.

4) Buatlah laporan beserta kesimpulannya berdasarkan fakta yang

dikumpulkan.

5) Telaah apakah tujuan audit tercapai.

6) Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan.

7) Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen risiko

serta control practice.

Sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus

direncanakan terlebih dahulu. Audit planning (perencanaan audit) harus secara

jelas menerangkan tujuan audit, kewenangan auditor, adanya persetujuan

managemen tinggi, dan metode audit. Metodologi audit:

1) Audit subject. Menentukan apa yang akan diaudit.

2) Audit objective. Menentukan tujuan dari audit.

3) Audit Scope. Menentukan sistem, fungsi, dan bagian dari organisasi yang

secara spesifik/khusus akan diaudit.

4) Preaudit Planning. Mengidentifikasi sumber daya dan SDM yang

dibutuhkan, menentukan dokumen-dokumen apa yang diperlukan untuk

menunjang audit, menentukan lokasi audit.

5) Audit procedures and steps for data gathering. Menentukan cara

melakukan audit untuk memeriksa dan menguji kendali, menentukan

siapa yang akan diwawancara.

6) Evaluasi hasil pengujian dan pemeriksaan. Spesifik pada tiap organisasi.

7) Prosedur komunikasi dengan pihak manajemen. Spesifik pada tiap

organisasi.

Page 9: Audit

8) Audit Report Preparation. Menentukan bagaimana cara memeriksa hasil

audit, yaitu evaluasi kesahihan dari dokumen-dokumen, prosedur, dan

kebijakan dari organisasi yang diaudit. Struktur dan isi laporan audit tidak

baku, tapi umumnya terdiri atas:

o Pendahuluan. Tujuan, ruang lingkup, lamanya audit, prosedur

audit.

o Kesimpulan umum dari auditor.

o Hasil audit. Apa yang ditemukan dalam audit, apakah prosedur

dan kontrol layak atau tidak

o Rekomendasi. Tanggapan dari manajemen (bila perlu).

o Exit interview. Interview terakhir antara auditor dengan pihak

manajemen untuk membicarakan temuan-temuan dan

rekomendasi tindak lanjut. Sekaligus meyakinkan tim manajemen

bahwa hasil audit sahih

PERKEMBANGAN PENDEKATAN AUDIT SISTEM INFORMASI

Perkembangan teknologi informasi, perangkat lunak, sistem jaringan dan

komunikasi dan otomatisasi dalam pengolahan data berdampak perkembangan

terhadap pendekatan audit yang dilakukan, tiga pendekatan yang dilakukan oleh

auditor dalam memeriksa laporan keuangan klien yang telah mempergunakan

Sistem Informasi Akuntansi yaitu (Watne, 1990) :

1) Auditing Around The Computer. Pendekatan ini merupakan pendekatan

yang mula-mula ditempuh oleh auditor. Dengan pendekatan ini komputer

yang digunakan oleh perusahaan diperlakukan sebagai Black Box.

Asumsi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah bila sampel output

dari suatu sistem ternyata benar berdasarkan masukan sistem tadi, maka

pemrosesannya tentunya dapat diandalkan. Dalam pemeriksaan dengan

pendekatan ini, auditor melakukan pemeriksaan di sekitar komputer saja.

2) Auditing With The Computer. Pendekatan ini digunakan untuk

mengotomatisati banyak kegiatan audit. Auditor memanfaatkan komputer

sebagai alat bantu dalam melakukan penulisan, perhitungan,

Page 10: Audit

pembandingan dan sebagainya. Pendekatan ini menggunakan perangkat

lunak Generalized Audit Software, yaitu program audit yang berlaku

umum untuk berbagai klien.

3) Auditing Through The Computer. Pendekatan ini lebih menekankan pada

langkah pemrosesan serta pengendalian program yang dilakukan oleh

sistem komputer. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa jika program

pemrosesan dirancang dengan baik dan memiliki aspek pengendalian

yang memadai, maka kesalahan dan penyimpangan kemungkinan besar

tidak terjadi.pendekatan ini biasanya diterapkan pada sistem pengolahan

data on-line yang tidak memberikan jejak audit yang memadai.

TAHAP-TAHAP AUDIT SISTEM INFORMASI

Audit Sistem Informasi dapat dilakukan dengan berbagai macam tahap-tahap.

Tahap-tahap audit terdiri dari 5 tahap sebagai berikut :

1. Tahap pemeriksaan pendahuluan

2. Tahap pemeriksaan rinci.

3. Tahap pengujian kesesuaian.

4. Tahap pengujian kebenaran bukti.

5. Tahap penilaian secara umum atas hasil pengujian.

1. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan.

Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian yang harus dilakukan,

auditor harus memahami bisnis auditi (kebijakan, struktur organisasi, dan praktik

yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat

penting. Ini meliputi review atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor

juga mengidentifikasi aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami

pengendalian terhadap transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. pada

tahap ini pula auditor dapat memutuskan apakah audit dapat diteruskan atau

mengundurkan diri dari penugasan audit.

2. Tahap Pemeriksaan Rinci.

Page 11: Audit

Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan informasi lebih mendalam untuk

memahami pengendalian yang diterapkan dalam sistem komputer klien. Auditor

harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada akhirnya harus dapat

dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur pengendalian intern yang

diterapkan dapat dipercaya atau tidak. Kuat atau tidaknya pengendalian tersebut

akan menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan langkah selanjutnya.

3. Tahap Pengujian Kesesuaian.

Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara terinci saldo akun dan transaksi.

Informasi yang digunakan berada dalam file data yang biasanya harus diambil

menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis data menggunakan CAATTs

dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas data. Dengan kata lain,

CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui integritas dan

keandalan data itu sendiri.

4. Tahap Pengujian Kebenaran Bukti.

Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti adalah untuk mendapatkan bukti

yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian yang dilakukan adalah (Davis

at.all. 1981) :

1) Mengidentifikasi kesalahan dalam pemrosesan data

2) Menilai kualitas data

3) Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data

4) Membandingkan data dengan perhitungan fisik

5) Konfirmasi data dengan sumber-sumber dari luar perusahaan.

5. Tahap Penilaian Secara Umum atas Hasil Pengujian.

Pada tahap ini auditor diharapkan telah dapat memberikan penilaian apakah

bukti yang diperoleh dapat atau tidak mendukung informasi yang diaudit. Hasil

penilaian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor untuk menyiapkan

pendapatanya dalam laporan auditan. Auditor harus mengintegrasikan hasil

proses dalam pendekatan audit yang diterapkan audit yang diterapkan. Audit

meliputi struktur pengendalian intern yang diterapkan perusahaan, yang

mencakup : (1) pengendalian umum, (2) pengendalian aplikasi, yang terdiri dari :

Page 12: Audit

(a) pengendalian secara manual, (b) pengendalian terhadap output sistem

informasi, dan (c) pengendalian yang sudah diprogram.

PEMAHAMAN PENGENDALIAN UMUM

Pengendalian umum pada perusahaan biasanya dilakukan terhadap aspek fisikal

maupun logikal. Aspek fisikal, terhadap aset-aset fisik perusahaan, sedangkan

aspek logikal biasanya terhadap sistem informasi di level manajemen (misal:

sistem operasi). Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa,

diantaranya adalah:

1). Pengendalian organisasi dan otorisasi.

Yang dimaksud dengan organisasi disini adalah secara umum terdapat

pemisahan tugas dan jabatan antara pengguna sistem (operasi) dan

administrator sistem (operasi). Disini juga dapat dilihat bahwa pengguna

hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah diotorisasi oleh

administrator.

2). Pengendalian operasi.

Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu pengendalian

untuk memastikan sistem informasi tersebut dapat beroperasi dengan baik

selayaknya sesuai yang diharapkan.

3) Pengendalian perubahan.

Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem informasi juga

harus dikendalikan. Termasuk pengendalian versi dari sistem informasi

tersebut, catatan perubahan versi,serta manajemen perubahan atas

diimplementasikannya sebuah sistem informasi.

4) Pengendalian akses fisikal dan logikal.

Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan akses secara fisik terhadap

fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu perusahaan, sedangkan akses

logikal berkaitan dengan pengelolaan akses terhadap sistem operasi

sistem tersebut (misal: windows).

Page 13: Audit

PENGENDALIAN APLIKASI.

PEMAHAMAN PENGENDALIAN APLIKASI

Pengendalian aplikasi yang dimaksud disini adalah prosedur-prosedur

pengendalian yang didisain oleh manajemen organisasi untuk meminimalkan

resiko terhadap aplikasi yang diterapkan perusahaan agar proses bisnisnya

dapat berjalan dengan baik.

Hubungan Pengendalian Umum dan Aplikasi

Hubungan antara pengendalian umum dan aplikasi biasanya bersifat pervasif.

Artinya apabila pengendalian umum terbukti jelek, maka pengendalian

aplikasinya diasumsikan jelek juga, sedangkan bila pengendalian umum terbukti

baik, maka diasumsikan pengendalian aplikasinya juga baik.

Macam Aplikasi

Aplikasi yang dimaksud biasanya berwujud perangkat lunak, yang dapat dibagi

menjadi dua tipe dalam perusahaan untuk kepentingan audit PDE:

1. Perangkat lunak berdiri sendiri. Tipe ini biasanya terdapat pada organisasi

yang belum menerapkan SIA dan sistem ERP, sehingga masih banyak aplikasi

yang berdiri sendiri pada masing-masing unitnya. Sebagai contoh: aplikasi

(software) MYOB pada fungsi akuntansi dan keuangan.

2. Perangkat lunak di server. Tipe ini biasanya terdapat pada organisasi yang

telah menerapkan SIA dan sistem ERP. Aplikasi terinstall pada server sehingga

tipe struktur sistemnya memakai sistem client-server . Client hanya dipakai

sebagai antar-muka (interface) untuk mengakses aplikasi pada server.

Macam Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi dalam organisasi sendiri biasanya dibagi menjadi

beberapa:

1. Organisasi Aplikasi

2. Akses Aplikasi

3. Input

4. Proses

5. Output

6. Master File/Database

Pemahaman atas Pengendalian Organisasi dan Akses Aplikasi

Pada modul ini, kita akan mencoba memahami terlebih dahulu pengendalian

aplikasi:

Page 14: Audit

organisasi dan akses. Pada pengendalian organisasi, hampir sama dengan

pengendalian umum organisasi, namun lebih terfokus pada aplikasi yang

diterapkan perusahaan. Siapa pemilik aplikasi, tugas administrator, pengguna,

hingga pengembangan aplikasi tersebut.

Untuk pengendalian akses, biasanya terpusat hanya pada pengendalian logika

saja untuk menghindari akses tidak terotorisasi. Selain itu juga terdapat

pengendalian role based menu dibalik pengendalian akses logika, dimana hanya

pengguna tertentu saja yang mampu mengakses menu yang telah ditunjuk oleh

administrator. Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan TI dan prosedur

perusahaan berkaitan dengan nama pengguna dan sandi nya.

Pemahaman atas Pengendalian Input

Modul ini melanjutkan pengendalian akses dari modul 3.0b, yang pertama

melihat pada proses

pengendalian input. Inti dari pengendalian input adalah memastikan data-data

yang dimasukkan ke dalam sistem telah tervalidasi, akurat, dan terverifikasi.

Beberapa pengendalian input otomatis yang biasa diprogram:

Validation checks

1. Format checks: sesuai dengan format yang ditentukan

2. Range and limit checks

3. Check digits

4. Validity checks (lookup)

5. Compatibility checks (data dan turunan)

Duplicate Checks

Membandingkan dengan input transaksi sebelumnya

Matching

Membandingkan (verifikasi) instan pada satu modul dengan instan modul lain

yang

terhubungkan, contoh: penerimaan barang dengan tagihan

Pemahaman atas Pengendalian Proses

Pengendalian proses biasanya terbagi menjadi dua tahapan, yaitu (1) tahapan

transaksi, dimana proses terjadi pada berkas-berkas transaksi baik yang

sementara maupun yang permanen dan (2) tahapan database, proses yang

dilakukan pada berkas-berkas master.

Adapun tipe pengendalian proses adalah sebagai berikut:

Page 15: Audit

1. Run to run control

2. Pivot totals

3. Control/Hash totals: non numerical control

4. Control accounts

5. Data file control: menghitung instan entitas

6. Transaction validation control

7. File reconciliation control

Pemahaman atas Pengendalian Output

Pada pengendalian ini dilakukan beberapa pengecekan baik secara otomatis

maupun manual (kasat mata) jika output yang dihasilkan juga kasat mata.

Beberapa tipe pengendalian output:

1. Ekspektansi output (logs)

2. Kelengkapan output (misal dengan no halaman)

3. Pengendalian atas spooled output

4. Reasonableness

5. Output rutin

6. Distribusi output

7. Orang yang tepat, ditempat yang benar dalam waktu yang reasonable

8. SQL output

Pemahaman atas Pengendalian Berkas Master

Pada pengendalian ini harus terjadi integritas referensial pada data, sehingga

tidak akan

diketemukan anomali-anomali, seperti:

Anomaly penambahan

Anomaly penghapusan

Anomaly pemuktahiran/pembaruan

Fungsi manajemen mencakup: manajemen puncak, manajemen pengembangan,

manajemen operasi dan pemeliharaan, manajemen kualitas, manajemen

keamanan, dan manajemen data. Sedangkan fungsi aplikasi mencakup sub

fungsi: batas antara pemakai dan sistem aplikasi, input, pemrosesan, basis data,

komunikasi data dan output, prosedur dan dokumentasi. Sedangkan dilihat dari

fungsi aplikasi, sistem informasi dapat dimodelkan seperti pada gambar 4.2.

Page 16: Audit

Gambar Model IPO (Input-Proses-Output) dan Komponen Aplikasi Sistem

Informasi

PENGENALAN KERTAS KERJA

Kertas Kerja:

Kertas kerja audit adalah catatan yang dibuat auditor tentang prosedur yang

diterapkan, pelaksanaan pengujian dan bukti yang diperoleh serta kesimpulan

yang diperoleh selama audit.

Kertas kerja merupakan pendukung utama laporan audit, alat koordinasi dan

supervisi, bukti bahwa auditor telah melakukan audit sesuai dengan standar

auditing yang Berterima umum.

Tujuan Kertas Kerja:

Untuk mendokumentasikan semua bukti audit yang diperoleh selama

pelaksanaan audit.

Untuk mengorganisasikan/mengkoordinasikan semua tahap atau

langkah-langkah audit.

Untuk membantu auditor senior, partner atau pimpinan kantor akuntan

dalam mereview pekerjaan yang dihasilkan oleh stafnya.

Untuk mempermudah atau sebagai dasar penyusunan laporan audit

Page 17: Audit

Sebagai bukti dan penjelasan secara rinci atas pendapat auditor serta

temuan-temuan yang telah dilaporkan dalam laporan audit.

Pedoman Pembuatan Kertas Kerja

Setiap kertas kerja harus bertujuan

Setiap topik dibuatkan kertas kerja sendiri

Indentitas (judul) yang jelas

Diberi indeks atau indeks silang

Semua langkah (prosedur audit) harus dijelaskan

Berisi komentar auditor yang mencerminkan kesimpulan

Ada paraf dan tanggal pembuatan/evaluasi

Penyimpanan terpisah antara yang sudah selesai dengan yang belum

selesai

Jenis Kertas Kerja

Kertas kerja neraca saldo

Jadwal dan analisis

Memo audit dan informasi pendukung

Jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali

STANDAR UMUM KERTAS KERJA

Fungsi Kertas Kerja

Pendukung pendapat auditor.

Membantu dalam pengarahan dan pengawasan pekerjaan.

Penyediaan catatan tentang:

1. Prosedur audit yang dilakukan.

2. Pengujian yang dilakukan

3. Informasi yang diperoleh.

4. Kesimpulan yang dicapai.

Menyediakan bukti bahwa audit telah diarahkan menurut Standar

Profesional Audit Internal

Page 18: Audit

Kelengkapan Kertas Kerja

Kertas kerja harus akurat dan lengkap

1. Tidak ada pertanyaan signifikan dalam

lingkup atau yang berhubungan dengan tujuan audit yang tidak

dapat terjawab.

2. Kertas kerja harus berdiri sendiri, dalam

hal ini harus dinyatakan secara jelas bahwa pekerjaan telah

dilaksanakan, bagaimana dan dari mana sampel dipilih, tujuan

kertas kerja, temuan apa saja yang telah dibuat, dan lain-lain.

Setiap bagian dari kertas kerja harus terdiri dari:

1. Gambaran judul

2. Identifikasi sumber jika jelas

3. Tanggal persiapan auditor awal

4. Nomer indeks kertas kerja

PRINSIP LAPORAN AUDIT

Hasil Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan klien. Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi

auditor terhadap objek yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat

dimengerti maka laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya.

Laporan audit ini terdiri dari:

1) Maksud dan tujuan dari review pengendalian terhadap penerapan

TI di klien.

2) Ruang lingkup dan referensi pengendalian yang digunakan sebagai

bahan acuan penilaian pengendalian TI yang diterapkan dalam

klien.

3) Metodologi review merupakan langkah-langkah audit dan teknik

pemerolehan informasi untuk mendukung laporan review.

4) Pernyataan penjelasan hasil review:

a) Permasalahan, menjelaskan pokok masalah yang saat ini

Page 19: Audit

dihadapi oleh klien.

b) Temuan, menjelaskan bukti audit untuk mendukung

kesimpulan masalah.

c) Kriteria/standar, menjelaskan pengendalian yang

seharusnya diterapkan oleh klien.

d) Kondisi, menjelaskan sebab dan akibat serta

aktifitas/kegiatan terkini.

e) Risiko, menjelaskan potensi dan dampak negatif terhadap

hilangnya atau tidak diterapkannya pengendalian.

f) Tanggapan manajemen, menjelaskan komentar dan

tanggapan manajemen terhadap permasalahan dan temuan

yang telah disampaikan.

g) Rekomendasi, menjelaskan saran-saran perbaikan dan

implementasi penge pengendalian yang harus diterapkan

dalam kegiatan/aktifitas klien.

Pelaksanaan audit system informasi dilaksanakan berdasarkan risk-based

approach dengan mengacu pada:

1. Pernyataan Standar Audit 57, 59, 60, 63, 64 dan 65

2. COBIT 4.0

3. ISO 17799:2005

4. best practices lainnya (ISACA Guidelines, CISA 2007, COSO, Sarbanes-

Oxley Act, SANS) Pelaksanaan audit dilakukan dengan

Cara yang dapat dilaksanakan adalah:

1. Penyampaian kuisioner

a. Kuisioner Pengendalian Sistem Informasi

b. Kuisioner I – Analisis Pengelolaan Teknologi Informasi,

Management Awareness

c. Kuisioner II – Analisis Pengelolaan Teknologi Informasi, Information

Technology Controls Diagnostic

Page 20: Audit

2. Wawancara

3. Observasi

a. Major application

b. Infrastruktur pendukung data center: air conditioning, smoke

detector, fire extinguisher, hydrant, dll.

c. Sistem Operasi

d. Database

e. Internet, LAN, WAN

f. Perangkat Keras dan Lunak

g. Kebijakan dan Standard Operation Procedure

4. Studi kebijakan, prosedur, dan dokumentasi

5. Pengujian dengan menggunakan perangkat lunak

Page 21: Audit

Referensi Control Objective for Information and related Technology (COBIT):1. Mengamankan Aset Sistem Informasi (Assets Safeguarding)

Aset informasi suatu entitas seperti perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software), sumber daya manusia, file/data dan fasilitas

Teknologi Informasi lainnya harus dijaga dengan sistem pengendalian

internal yang baik agar tidak terjadi misefisiensi, mis-efektifitas, dan

penyalahgunaan aset entitas. Dengan demikian sistem pengamanan

aset sistem informasi merupakan suatu hal yang sangat penting yang

harus dipenuhi oleh entitas.

2. Efektifitas sistem

Efektifitas sistem informasi entitas memiliki peranan penting dalam

proses pengambilan keputusan usaha/bisnis. Suatu sistem informasi

dapat dikatakan efektifbila sistem informasi memberikan manfaat dan

ketepatgunaan teknologi informasi dalam operasi dan administrasi.

3. Efisiensi sistem

Efisiensi menjadi sangat penting ketika sumber daya kapasitas yang

dimiliki oleh entitas terbatas. Jika cara kerja dari sistem aplikasi

komputer menurun maka pihak manajemen, dalam hal ini mewakili

entitas, harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai

atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat

dikatakan efisien jika sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user

dengan sumber daya informasi yang minimal.

4. Memberikan dan mengelola ketersediaan layanan sistem informasi

(Availability) Berhubungan dengan ketersediaan dukungan/layanan

teknologi informasi. Teknologi Informasi hendaknya dapat mendukung

secara berkelanjutan terhadap proses usaha/bisnis entitas. Makin

Page 22: Audit

sering terjadi gangguan (system downtime) maka berarti tingkat

ketersediaan sistem rendah.

5. Menjaga kerahasiaan (Confidentiality)

Fokus kerahasiaan disini ialah perlindungan terhadap informasi dan

supaya terlindung dari akses dari pihak-pihak yang tidak berwenang dan

bertanggungjawab.

6. Meningkatkan kehandalan (Reability)

Berhubungan dengan kesesuaian dan keakuratan bagi manajemen

dalam pengelolaan organ isasi, pelaporan dan pertanggungjawaban.

7. Menjaga integritas data (Data Integrity)

Integritas data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data

memiliki atributatribut seperti: kelengkapan, kebenaran, dan keakuratan.

Jika integritas data tidak terpelihara, maka suatu entitas tidak akan lagi

memiliki informasi/laporan yang benar, bahkan entitas dapat menderita k

kerugian karena pengawasan yang tidak tepat atau keputusan-

keputusan yang salah. Faktor utama yang membuat data berharga bagi

entitas dan pentingnya untuk menjaga integritas data adalah:

a. Makna penting data/informasi bagi pengambilan keputusan adalah

peningkatan kualitas data sehingga dapat memberikan informasi bagi

para pengambil keputusan.

b. Nilai data bagi pesaing entitas, jika data tersebut berguna bagi

pesaing maka kehilangan data akan memberikan dampak buruk bagi

entitas. Pesaing dapat menggunakan data tersebut untuk

mengalahkan entitas saingannya sehingga mengakibatkan entitas

menjadi kehilangan pasar, berkurangnya keuntungan, dan sebagainya.

8. Menaati seluruh peraturan dan aturan yang ada dan berlaku saat ini,

baik itu di internal dan eksternal organisasi/entitas (Compliance)

Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku baik itu didalam dan luar

entitas memberikan dampak positif dan bernilai tambah guna

memberikan keyakinan yang cukup bagi para pihak yang

berkepentingan entitas khususnya para regulator bahwa entitas

menerapkan prinsip kehati-hatian dengan tidak meniadakan prinsip

Page 23: Audit

biayamanfaat dalam melakukan kegiatan usaha/bisnis entitas

khususnya kegiatan teknologi informasi.

Komponen Aplikasi Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan sistem yang mengolah data menjadi informasi untuk

mendukung operasi dan pengambilan keputusan suatu organisasi. Secara fisik,

sistem informasi memiliki 4 komponen, yaitu:

Data/ Informasi (infoware), sebagai masukan dan keluaran dari sistem

informasi.-Sumber daya manusia (brainware), sebagai user dan pengelola

dari sistem informasi.

Teknologi (technoware), yaitu teknologi komputer HW, SW, NW, BD

Prosedur dan Organisasi (organiware), prosedur dibuat dalam bentuk

langkah dan dokumen yang diperlukan/ harus diisi selama pengoperasian

dan pengelolaan sistem. Sedangkan organisasi memberikan wadah untuk

pengelolaan dan pengoperasian sistem informasi. Dilihat dari tipe pemroses

data menjadi informasi, sistem informasi, dibagi menjadi:

Manual, di mana manusia sebagai information processor.

Terotomatisasi, di mana manusia sebagai operator yang menyediakan input-

output, sedangkan komputer menjadi information processor.

Semi manual, di mana information processor, sebagian manusia dan

sebagian komputer.

Dengan demikian, model pada gambar 4.2 ini mengakomodasi sistem informasi

yang manual, semi manual maupun yang terotomatisasi dengan menggunakan

teknologi komputer.

4.1. Model Audit Sistem Informasi Berbasis Kendali

Audit sistem informasi, jika dilihat sebagai model IPO (input-proses-output),

dapat digambarkan seperti gambar 4.3.

Page 24: Audit

Gambar Model Audit Sistem Informasi berbasis Kendali

Audit sistem informasi dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu: ingin

mengetahui apakah sistem informasi telah:

Asset safeguard (As), mampu melindungi aset sistem informasi.

Data integrity (Di), apakah mampu menjamin integritas data.

Effectivity (Ek), apakah pengoperasiannya dalam rangka mencapai tujuan

organisasi telah efektif.

Efficiency (En), apakah dalam mencapai tujuan organisasi telah

menggunakan sumber daya organisasi secara efisien.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan penilaian terhadap kondisi

sistem informasi suatu organisasi (fakta). Pengumpulan fakta dilakukan dengan

metode: Wawancara (Wr); Inspeksi (In); Kuisioner (Ks); Tes data (Td); Tes

program (Tp). Metode di atas dapat digunakan secara sendiri atau merupakan

kombinasi. Agar penilaian berlangsung sistematis, maka sistem informasi suatu

organisasi perlu dipartisi terutama berhubungan dengan sistem pengendalian

dalam organisasi tersebut (struktur kendali). Untuk melaksanakan dan

Page 25: Audit

mengevaluasi fakta diperlukan standar dan prosedur audit. Agar penilaian

proporsional, maka perlu dikaitkan dengan tingkat resiko dari masing-masing

kendali dalam struktur kendali organisasi. Pada model yang dirancang:

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan dari audit sistem informasi.

Struktur kendali didasarkan pada partisi sistem informasi atas fungsi

manajemen dan fungsi aplikasi, dengan demikian ada kendali manajemen

dan kendali aplikasi.

Standar penilaian, diadopsi dari standar penilaian kualitas ISO-9001-2000.

Resiko setiap kendali digunakan sebagai bobot terhadap tujuan audit.

Dengan demikian setiap kendali memberikan sumbangan terhadap tingkat

pencapain tujuan audit.

Hasil audit, berupa indeks pencapain tujuan untuk keseluruhan dan masing-

masing kendali, serta temuan yang bersifat penyimpangan dan

rekomendasirekomendasi untuk memperbaiki yang terkait dengan pencapaian

tujuan audit sistem informasi.

Tujuan Audit Sistem Informasi

Tujuan audit sistem informasi adalah untuk meninjau dan mengevaluasi

pengendalian internal yang melindungi sistem tersebut. Ketika melakukan audit

sistem informasi, seorang auditor harus memastikan tujuan-tujuan ini terpenuhi:

1. Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program,

komunikasi, dan data dari akses yang tidak sah, modifikasi atau

penghancuran.

2. Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan

otorisasi khusus dan umum dari pihak manajemen

3. Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan dari pihak

manajemen

4. Pemrosesan transaksi, file laporan dan catatan komputer lainnya telah akurat

dan lengkap.

Page 26: Audit

5. Data sumber yang tidak akurat atau yang tidak memiliki otorisasi yang tepat

diidentifikasi dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah

ditetapkan.

6. File data komputer telah akurat, lengkap dan dijaga kerahasiaannya.

Tujuan audit tersebut diatas berkaitan dengan komponen dari sistem informasi.

Keterkaitan antara tujuan audit dan komponen sistem informasi dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar. Komponen sistem informasi dan tujuan audit yang berkaitan

Waktu Pelaksanaan Audit

Dalam proses pengembangan suatu sistem informasi yang signifikan, perlu

dilakukan audit, baik itu sebelum atau pada saat implementasi ( pre-

Page 27: Audit

implementation system ), maupun setelah sistem “live” ( post-implementation

system ).

Manfaat audit Pre-Implementation System:

1. Institusi dapat mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sesuai dengan

kebutuhan ataupun memenuhi acceptance criteria.

2. Mengetahui apakah pemakai telah siap menggunakan sistem tersebut.

3. Mengetahui apakah outcome sesuai dengan harapan manajemen.

Manfaat audit Post-Implementation System:

1. Institusi mendapat masukan atas risiko-risiko yang masih ada dan saran

untuk penanganannya.

2. Masukan-masukan tersebut dimasukkan dalam agenda penyempurnaan

sistem, perencanaan strategis dan anggaran pada periode berikutnya.

3. Bahan untuk perencanaan strategis dan rencana anggaran di masa datang.

4. Memberikan reasonable assurance bahwa sistem informasi telah sesuai

dengan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan.

5. Membantu memastikan bahwa jejak pemeriksaan (audit trail) telah diaktifkan

dan dapat digunakan oleh manajemen, auditor maupun pihak lain yang

berwenang untuk melakukan pemeriksaan.

6. Membantu dalam penilaian apakah initial proposed values telah terealisasi

dan saran tindak lanjutnya.

Spesialis Audit Sistem Informasi

Kegiatan audit sistem informasi hendaklah dilakukan oleh seorang spesialis audit

sistem informasi. Spesialis audit sistem informasi mereview dan mengaudit

seluruh area pada sistem informasi berkaitan dengan standard sesuai dengan

organisasimisal profesional, hukum, aturan, kebijaksanaan organisasi,

metodologi, pelaksanaan, integritas juga efektifitas biaya, kehandalan dan

efisiensi.

Adapun fungsi dari spesialis audit sistem informasi adalah sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan audit dan review prosedur sistem. (seperti : sistem

aplikasi, sistem perangkat keras, kebijaksanaan dan prosedur sekuriti,

Page 28: Audit

integritas DBMS, perangkat lunak sistem, prosedur komunikasi/jaringan

komputer, operasi komputer) berdasarkan pertimbangan kepada : hukum

yang berkaitan dengan teknologi Informasi, kebijaksanaan organisasi,

metodologi, praktek profesional, dan lainnya.

2. Memimpin pelaksanaan review sistem komputer dan informasi berkaitan

dengan kehandalan, efisiensi, dan efektifitas biaya

3. Memimpin audit/review produktivitas sumber daya manusia teknologi

Informasi

4. Merencakan, menjadwal sumber daya untuk aktifitas audit

5. Memimpin audit/review sistem informasi yang sedang dikembangkan untuk

menjamin agar sesuai dengan standard

6. Mengembangkan dan merawat objektif dan prosedur audit organisasi

Hasil yang diharapkan dari kegiatan audit sistem informasi yang dilakukan oleh

seorang spesialis audit sistem informasi adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi obyektif , perencanaan, prosedur dan laporan audit.

2. Review secara berkala untuk memeriksa peningkatan kemampuan sistem

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang spesialis audit sistem

informasi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan sebagai berikut:

1. Siklus pengembangan sistem informasi

2. Analisis sistem dan teknik disain tingkat lanjutan serta metodologi

pengembangan sistem.

3. Pemahaman yang baik, menangani sistem aplikasi, protokol komunikasi dan

jaringan, dan operasi komputer

4. Pemahaman yang baik mengenai standard kualitas internasional, aturan-

aturan Teknologi Informasi, kebijaksanaan organisasi, metodologi dan lain

sebagainya.

5. Ketrampilan intepersonal yang baik

6. Harus dapat berargumentasi secara persuasif pada pertemuan informal dan

formal.

7. Memiliki kemampuan menulis laporan dan teknis presentasi yang sangat baik

8. Memiliki ketrampilan otomasi perkantoran (word processing, spreadsheet,

graphics) yang sangat baik.

Page 29: Audit

9. Metodologi audit yang sangat baik

10. Kemampuan di atas raata-rata dalam mengobservasi detail dan terus

menerus.

Selain pengetahuan dan ketrampilan diatas seorang spesialis audit sistem

informasi juga dituntut memenuhi syarat untuk akreditasi pribadi di bawah suatu

system sertifikasi kualitas yang diakui secara internasional. Salah satu sertifikasi

profesional sebagai standar pencapaian prestasi dalam bidang audit, kontrol, dan

keamanan sistem informasi yang telah diterima secara internasional adalah

CISA® (Certified Information Systems Auditor) yang dikeluarkan oleh ISACA

(Information Systems Audit and Control Association).

Page 30: Audit

Studi Kasus Sebuah Bank Swasta terkemuka menunjuk tim audit TI Ernst & Young untuk

melakukan review atas penerapan sistem Perbankan yang terintegrasi.

Pemeriksaan ini terbagi dalam dua fase. Pada fase pertama mencakup kegiatan,

sebagai berikut:

1. Manajemen Proyek

Melakukan review atas manajemen proyek untuk memastikan bahwa semua

outcome yang diharapkan tertuang dalam rencana proyek. Pada tahapan ini,

auditor TI melakukan review atas project charter, sumber daya yang akan

digunakan, alokasi penugasan dan analisa tahapan pekerjaan proyek.

2. Desain Proses dan Pengendalian Kontrol Aplikasi

Review mengenai desain pengendalian dalam modul-modul Perbankan tersebut,

yaitu pinjaman dan tabungan. Untuk itu dilakukan review atas desain proses

dimana auditor mengevaluasi proses, risiko dan pengendalian mulai dari tahapan

input, proses maupun output.

3. Desain Infrastruktur

Review ini mencakup analisa efektivitas dan efisiensi desain infrastruktur

pendukung (server, workstation, sistem operasi, database dan komunikasi data).

Hasil follow up dijadikan dasar oleh manajemen untuk memulai implementasi

sistem Perbankan yang terintegrasi tersebut. Berdasarkan nilai tambah yang

diberikan melalui rekomendasi pada fase pertama, perusahaan menunjuk

kembali auditor untuk melakukan review fase kedua secara paralel pada saat

implementasi dilakukan, yaitu review terhadap:

Migrasi data, pada saat “roll-out” ke cabang-cabang, termasuk

kapasitas pemrosesan dan penyimpanannya.

Aspek lainnya termasuk persiapan help-desk , contingency dan

security .

Page 31: Audit

Kesiapan pemakai dalam menggunakan sistem ini, kualitas

pelatihan yang diberikan dan dokumentasi pengguna ( user manual )

Prosedur-prosedur manajemen perubahan ( change management

) dan testing

Auditor selanjutnya diminta memberikan saran mengenai risiko-risiko yang masih

tersisa, sebelum manajemen memutuskan sistem barunya dapat “go-live”.

Audit TI: Sebelum atau Sesudah

Seiring dengan makin banyaknya institusi, baik pemerintahan maupun swasta,

yang mengandalkan TI untuk mendukung jalannya operasional sehari-hari, maka

kesadaran akan perlunya dilakukan review atas pengembangan suatu sistem

informasi semakin meningkat.

Risiko-risiko yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat dari gagalnya

pengembangan suatu sistem informasi, antara lain:

Biaya pengembangan sistem melampaui anggaran yang

ditetapkan.

Sistem tidak dapat diimplementasikan sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan.

Sistem yang telah dibangun tidak memenuhi kebutuhan

pengguna.

Sistem yang dibangun tidak memberikan dampak effisiensi dan

nilai ekonomis terhadap jalannya operasi institusi, baik pada masa

sekarang maupun masa datang.

Sistem yang berjalan tidak menaati perjanjian dengan pihak ketiga

atau memenuhi aturan yang berlaku.

Untuk mengantisipasi hal itu, perusahaan menginginkan adanya assurance dari

pihak yang berkompeten dan independen mengenai kondisi sistem TI yang akan

atau sedang mereka gunakan. Pihak yang paling berkompeten dan memiliki

keahlian untuk melakukan review tersebut adalah Auditor Sistem Informasi

(Auditor TI).

Page 32: Audit

Pekerjaan auditor TI ini belum banyak dikenal di Indonesia . Di samping itu,

jumlah tenaga auditor TI yang menyandang sertifikasi Internasional ( CISA,

Certified Information System Auditor ) juga masih sangat terbatas.

Best Practice menyarankan agar dalam proses pengembangan suatu sistem

informasi yang signifikan, perlu dilakukan review, baik itu sebelum atau pada saat

implementasi ( pre-implementation system ), maupun setelah sistem “live” ( post-

implementation system ).

Manfaat Pre-Implementation Review:

Institusi dapat mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sesuai

dengan kebutuhan ataupun memenuhi acceptance criteria.

Mengetahui apakah pemakai telah siap menggunakan sistem

tersebut.

Mengetahui apakah outcome sesuai dengan harapan manajemen.

Manfaat Post-Implementation Review:

Institusi mendapat masukan atas risiko-risiko yang masih ada dan

saran untuk penanganannya.

Masukan-masukan tersebut dimasukkan dalam agenda

penyempurnaan sistem, perencanaan strategis dan anggaran pada

periode berikutnya.

Bahan untuk perencanaan strategis dan rencana anggaran di

masa datang.

Memberikan reasonable assurance bahwa sistem informasi telah

sesuai dengan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan.

Membantu memastikan bahwa jejak pemeriksaan (audit trail) telah

diaktifkan dan dapat digunakan oleh manajemen, auditor maupun pihak

lain yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan.

Sumber : ebizzasia.com