atlas benih (jilid 1)
TRANSCRIPT
ATLAS BENIH
TANAMAN HUTAN INDONESIA
Oleh :
Nurhasybi
Hero Dien Pancang Kartiko
M. Zanzibar
Dede Jajat Sudrajat
Agus Astho Pramono
Buharman
Sudrajat
Suhariyanto
Publikasi khusus diterbitkan oleh
JI. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001
Telp./Fax : (0251) 8327768
E-mail : [email protected]
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor
Cetakan pertama : Vol. 2 No. 3 September 2000
Cetakan kedua : Vol. 3 No. 8 Desember 2003
Cetakan ketiga : Vol. 4 No. 3 Desember 2010
ISBN : 979-96134-1-8
BADAN PENELITIAN DANPENGEMBANGAN KEHUTANAN
BOGOR - INDONESIA
BALAI PENELITIANTEKNOLOGI PERBENIHANBOGOR
PUBLIKASI KHUSUSVol. 4 No. 3 Desember 2010 (cetakan ketiga)
ATLAS BENIH
TANAMAN HUTAN
INDONESIA
NURHASYBI
HERO DIEN P.K.
M. ZANZIBAR
DEDE J. SUDRAJAT
AGUS A. PRAMONO
BUHARMAN
SUDRAJAT
SUHARIYANTO
Jilid I
PENYUNTING :
KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA
Informasi teknologi perbenihan tanaman hutan dalam bentuk praktis, cukuplengkap dan bersifat informatif untuk mudah diaplikasikan di lapangan sangatdiperlukan untuk meningkatkan keberhasilan program pembangunan hutantanaman di Indonesia. Sangat disadari bahwa sampai saat ini informasi yangbersifat aplikatif tentang perbenihan tanaman hutan masih sangat terbatas,walaupun jumlah informasi hasil penelitian dan pengembangan cukup banyakdan bervariasi serta tersebar dalam berbagai bentuk publikasi.
Dalam rangka sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan yang lebihefisien, praktis dan efektif, maka Balai Penelitian dan Pengembangan TeknologiPerbenihan Bogor telah berhasil menyusun Buku Atlas Benih Tanaman HutanIndonesia Jilid I ini. Atlas ini direncanakan terdiri dari beberapa jilid dengan isiyang cukup luas dalam bentuk risalah dan teknologi perbenihan dan diharapkandapat bermanfaat, baik bagi pemerintah, ilmuwan/pemerhati maupun swasta/stakeholder. Untuk memperjelas uraian disertakan juga gambar berwarna.
Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I ini, memuat informasitentang 23 jenis benih tanaman hutan yang terdiri dari jenis-jenis tanaman cepattumbuh yang sedang populer dalam pengembangan hutan tanaman dan jenis-jenis relatif lambat tumbuh, tetapi memiliki potensi kegunaan kayu yang besardan menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat. Adapun jenis-jenis tanamantersebut adalah Ampupu, Benuang Bini, Bitti, Damar, Gmelina, Jabon, Jelutung,Leda Mahoni, Mangium, Meranti tembaga, Merbau, Mimba, Mindi, Pulai, Ramin,Rasamala, Sengon Buto, Sonobritz, Tusam dan Ulin.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperandalam penyusunan Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I ini. Secara khususucapan terima kasih disampaikan kepada para Peneliti Balai Penelitian danPengembangan Teknologi Perbenihan Bogor dan Tim Penyunting. Berkatkontribusi Saudara, maka Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I inidapat disusun.
SemogaAllah SWT memberkati kita semua.
Bogor, September 2000
KEPALA BALAI,
IR. H. BUHARMAN
NIP. 080028086
iii
KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA
Buku Atlas Benih Tanaman Hutan merupakan publikasi khusus yang
diterbitkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, berisi
informasi teknologi perbenihan tanaman hutan dalam bentuk yang praktis tetapi
cukup lengkap dan mudah untuk diaplikasikan di lapangan.
Buku ini sampai dengan tahun 2003 telah terbit dalam empat jilid dan
cukup memperoleh respon positif dari para pengguna benih. Hal ini terbukti dengan
banyaknya permintaan buku tersebut baik dari instansi pemerintah, swasta maupun
masyarakat.
Oleh karena keterbatasan jumlah cetakan setiap jilid dan untuk dapat
memenuhi kebutuhan para pengguna benih tanaman hutan, maka secara bertahap
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan melakukan pencetakan
ulang Buku Atlas Benih Tanaman Hutan. Dimulai pada tahun 2003, yaitu dengan
mencetak ulang BukuAtlas Benih Tanaman Hutan Jilid I.
Di dalam cetakan kedua ini telah dimasukkan beberapa penyempurnaan,
antara lain adanya restrukturisasi Departemen Kehutanan dan Perkebunan
menjadi Departemen Kehutanan, perbaikan redaksional sebagaimana tercantum
pada Ralat cetakan pertama serta lainnya.
Semoga buku ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2003
KEPALA BALAI,
IR. DARMAWAN BUDIANTHO, MP.
NIP. 080052517
v
KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA
Dalam rangka diseminasi hasil penelitian yang lebih efisien, praktis dan
efektif, maka Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor menerbitkan Publikasi
Khusus yaitu BukuAtlas Benih Tanaman Hutan Jilid .
Buku Atlas ini berisi informasi tentang 23 jenis benih tanaman hutan yang
terdiri dari jenis-jenis tanaman cepat tumbuh yang sedang populer dalam
pengembangan hutan tanaman dan jenis-jenis relatif lambat tumbuh tetapi
memiliki potensi kegunaan kayu yang besar dan menjanjikan bagi kesejahteraan
mayarakat.
Karena itu buku ini memperoleh respon positif dari para pengguna benih,
terbukti dari banyaknya permintaan buku dari instansi pemerintah, swasta
maupun masyarakat umum, maka Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor
secara bertahap melakukan Pencetakan ulang Buku Atlas Benih Tanaman Hutan
Jilid .
Di dalam cetakan ketiga, Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid ini
telah disertai beberapa penyempurnaan, antara lain adanya restrukturisasi
Departemen Kehutanan menjadi Kementerian Kehutanan, perbaikan redaksional
sebagaimana tercantum pada ralat cetakan sebelumnya serta penyempurnaan
lainnya.
I
I
I
Semoga buku ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2010
KEPALA BALAI,
IR. TRIWILAIDA, M.Sc.
NIP. 19580419 198603 2 001
vii
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANGKEHUTANAN
Benih adalah sumber kehidupan karena benih merupakan cikal bakal proseskehidupan selanjutnya dari setiap mahluk di alam fana ini. Benih yang baik akanmenghasilkan keturunan yang baik pula, walau kadang-kadang tidak seluruh sifat-sifat induk/asalnya dimiliki namun dari aspek genotipe, benih tersebut dapatdipertanggungjawabkan secara benar dan pasti.
Penyediaan benih tanaman hutan yang bermutu tinggi, tersedia dalam jumlahyang cukup dan berkesinambungan merupakan salah satu faktor utama dalammemunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman di Indonesia.
Pembangunan hutan yang beragam fungsi memerlukan benih yang komersialataupun non komersial sesuai dengan fungsi hutan yang dibangun. Oleh sebab itudiperlukan persepsi yang sama dari yang bergerak dibidang perbenihantanaman hutan, baik pemerintah maupun swasta/stakeholder. Penciptaan persepsitersebut memerlukan pembinaan komunikasi intensif diantara semua pihak yangterkait sehingga setiap informasi yang ada dapat diketahui.
Penyusunan Buku Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I oleh Balai Penelitiandan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor kami nilai sangat berguna bagisemua pihak yang bergerak dibidang perbenihan tanaman hutan, baik bagipemerintah, ilmuwan, pemerhati, maupun swasta/stakeholder, terutaman bagi parapelaksana pembangunan hutan tanaman di lapangan.Apabila dicermati informasiyang disajikan dalam buku Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I ini cukup luas, mulaidari nama (perdagangan, botanis, famili) sampai kepada teknologi perbenihanyang meliputi berbagai aspek.
Sehubungan dengan penerbitan Atlas Benih Tanaman Hutan jilid I oleh BalaiPenelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor ini kami sambutdengan gembira dan penghargaan serta ucapan terima kasih atas segalaupayanya semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda atassegala upayanya.
Harapan kami, semoga buku ini bermanfaat untuk kemajuan pembangunanhutan tanamarn di Indonesia.
Bogor, September 2000
Kepala Badan,
Dr. Ir. Untung Iskandar
NIP. 130.371.336
ix
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
II. PENJELASAN ISI RISALAH
TEKNOLOGI PERBENIHAN JENIS TANAMAN HUTAN
KATA PENGANTAR iiiKATA SAMBUTAN KA. BADAN LITBANG KEHUTANAN ixDAFTAR ISI xi
1
III. GLOSARI 81
1. Ampupu ST Blake) 5
2. Benuang Bini 9
3. cofassus Reinw.) 12
4. Damar Salisb) 14
5. Gmelina arborea) 17
6. Jabon cadamba (Roxb) Miq.) 21
7. Jati Linn.f.) 24
8. Jelutung 27
9. Mahoni King.) 32
10. Leda 35
11. Mangium Willd.) 39
12. Meranti Tembaga MIQ) 42
13. Merbau spp 45
14. Mimba Juss) 48
15. Mindi Linn.) 51
16. Pulai scholaris (L) R Br.) 54
17. Ramin (Miq.) Kurz) 58
18. Rasamala 62
19. Sengon Nielsen) 64
20. Sengon Buto Griseb) 66
21. Sonobritz Kurtz) 70
22. Tusam Jungh. et de Vriese) 74
23. Ulin T. et B.) 77
(Eucalyptus urophylla
(Octomeles sumatrana)
Bitti (Vitex
(Agathis loranthifolia
(Gmelina
(Anthocephalus
(Tectona grandis
(Dyera spp.)
(Swietenia macrophylla
(Eucalyptus deglupta Blume)
(Acacia mangium
(Shorea leprosula
(Intsia )
(Azadirachta indica A.
(Melia azedarach
(Alstonia
(Gonystylus bancanus
(Altingia excelsa)
(Paraserianthes falcataria (L.)
(Enterolobium cyclocarpum
(Dalbergia latifolia
(Pinus merkusii
(Eusideroxylon zwageri
xi
I. PENDAHULUAN
II. PENJELASAN ISI RISALAH
Pembangunan Kehutanan yang diwujudkan secara nyata di lapangandalam bentuk pembangunan hutan tanaman telah memasuki millenium baru.Berbagai faktor yang sangat menentukan keberhasilan tugas mulia ini telahdiantisipasi sejak awal dengan didukung oleh kegiatan penelitian danpengembangan ketika kendala-kendala yang berbeda muncul di lapangan.Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagai pemegang kebijaksanaandan manajemen skala Nasional telah bekerjasama dengan para pelaksanalapangan seperti BUMN dan BUMS, yang didukung oleh institusi penyeleng-gara negara yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan, per-guruan tinggi, dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasakonsultasi.
Permasalahan yang senantiasa mengedepan dalam pembangunanhutan tanaman adalah mencoba mencari format peran penelitian danpengembangan, yang dipercaya sebagai motor penggerak, baik di dalamperencanaan awal, ketika kegiatan pembangunan hutan tanaman sedangberlangsung, dan hasil akhir yang akan dicapai. Berbagai pertanyaan selalumengarah pada bagaimana kita dapat memberdayakan peran litbangtersebut. Dalam pengertian yang lebih sederhana, bagaimana kita dapatmemberdayakan informasi hasil litbang tersebut yang dapat dengan mudahdicerna, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang penting dan benaroleh masyarakat pengguna, yang terutama diwakili oleh para pembangunhutan tanaman.
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (BPTP Bogor) sebagai salahsatu Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badang Litbang Kehutanan danPerkebunan mencoba terus mencari format yang sederhana dalam membuatpaket informasi hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan teknologipenanganan benih tanaman hutan. Salah satu bentuk dari paket tersebut adalahAtlas Benih Tanaman Hutan, yang didasarkan pada referensi dari BPTP Bogordan dari hasil penelitian institusi lainnya. Paket informasi seperti ini diharapkanmampu menjalin komunikasi yang efisien dan efektif dengan para pengguna,sehingga diperoleh umpan balik untuk saran perbaikan dan kritikmembangun, secara terus menerus.
Nama perdagangan merupakan nama kayu yang sudah lazim dikenaldalam perdagangan. Penggunaan nama perdagangan seringkali merupakannama sekelompok jenis tanaman yang memiliki ciri sifat dan kegunaan kayuyang hampir sama. Sebagai contoh "meranti merah" merupakan namaperdagangan dari genus dan "keruing" untuk kelompok jenis dalamgenus
Nama Perdagangan
ShoreaDipterocarpus.
1
Nama ilmiah/Botanis
Sebaran tumbuh
Musim buah
Pengumpulan benih
Ekstraksi benih
Nama ilmiah/botanis terdiri dari satu jenis botanis yang dituliskan nama
botanisnya dan authornya. Nama sinonim yang merupakan nama lain dari suatu
jenis tanaman jika ditemukan akan dicantumkan dalam isi risalah ini.
Sebaran tumbuh meliputi sebaran tumbuh alaminya dan daerah dimana
terdapat sumber benihnya. Penulisan sebaran tumbuh dilakukan dalam satuan
propinsi, kecuali jika diketahui secara pasti lokasi keberadaannya.
Jenis pohon hutan umumnya musim buahnya bervariasi. Terdapat dua
kelompok besar, yaitu yang berbuah pada musim kemarau (Juni-Agustus) seperti
Sengon ( Acacia sp, Mahoni dan jenis yang berbuah
pada musim hujan (November-Februari) seperti jenis-jenis
sp. Diantara kedua kelompok ini terdapat kelompok
kecil dengan musim buah terjadi pada musim kemarau dan musim hujan.
Pengumpulan benih mencantumkan bagaimana cara pemanenan buah
dilakukan dan kemasakan buah yang dicirikan oleh warna kulit buah. Sebagai
keterangan tambahan dicantumkan bentuk dan ukuran buah, serta jumlah benih
rata-rata dalam setiap buah.
Ekstraksi benih didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan dan
membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan
daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang
dilakukan terhadap buah berbentuk polong ( spp.,
dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering
sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang basah seperti
dan Pada jenis-jenis dan jenis lain yang
memiliki buah bersayap, ekstraksi dilakukan hanya dengan cara membuang sebagian
besar dari sayapnya.
P. falcataria). (S. macrophylla)
Dipterocarpaceae,
Azadirachta indica, Agathis
Acacia Paraserianthes
falcataria) (Swietenia
macrophylla),
Gmelina arborea, Melia azedarach
Azadirachta indica. Dipterocarpaceae
2
3
Penyimpanan benih
Perkecambahan benih
Pencegahan hama dan penyakit
Parsemaian
Kemampuan benih untuk disimpan bervariasi. Ada 2 golongan besar sifat
benih dalam penyimpanan : (1). Benih ortodok, yang dapat disimpan lama pada
kadar air rendah (4 - 8 %) dalam kondisi temperatur rendah (4 -18 C dan RH 40 -
50 %), dan (2). Benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan lama (1- 4 minggu)
pada kadar air tinggi (20 - 50%) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang
sedang (18-20 °C, RH 50- 60%).
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan
metoda uji = UDK (Uji Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji
Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca
umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media
lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. Media uji sebelum diproses
akan mengalami perlakuan sterilisasi, seperti pemanasan dalam oven temperatur
103 ± 2 C untuk media kertas, atau dilakukan penggorengan untuk media pasir,
tanah, serbuk gergaji an media lainnya.
Perlakuan pencegahan terhadap hama penyakit benih dapat dilakukan
sebelum benih disimpan, selama penyimpanan, uji perkecambahan dan persemaian.
Pencegahan hama dan penyakit dimaksudkan agar kecambah yang tumbuh serta
bibitnya di persemaian dapat berkembang sempurna, sehingga penanaman dapat
berjalan dengan baik.
Kondisi kecambah ketika siap untuk dibesarkan dalam persemaian
merupakan awal dari kegiatan persemaian. Persiapan bibit sebelum ditanam
meliputi kondisi persemaian seperti naungan, media bibit, pemupukan dan
pemeliharaan lainnya. Pemupukan bibit di persemaian yang intensif dan baik, akan
berpengaruh terhadap kesiapan dalam penanaman di lapangan.
O
O
d
4
1. AMPUPU S.T. Blake)(Eucalyptus urophylla
Oleh :
Yulianti B. dan Kurniawati P.P.
Nama perdagangan : Ampupu
Nama botanis : Blake
Sinonim : BI.
Famili : Myrtaceae
Sebaran tumbuh : Tumbuh alami di bagian timur Indonesia yaitu diNusa Tenggara Timur, tepatnya di Gunung MutisSoe. Selain itu dapat ditemui pula di Pulau TimorTimur 1). Jenis ini tumbuh tersebar pada ketinggian200 - 1500 m dpl dengan curah hujan 1300 – 2400mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah berdrainasebaik dan bersifat toleran terhadap tanah padat danasam. Jenis ini tahan terhadap api 5).
Musim buah : Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnyabunga yang berbentuk karangan bunga (inflorence),berwarna putih. Musim bunga berlangsung antaraBulan Januari hingga Maret, sedangkan buah masakdan siap dipanen pada bulan Juni hingga Septem-
ber. Pembuahan terjadi setiap tahun secara periodik .
Pengumpulan benih : Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsulakan merekah. Benih dikatakan telah masakfisiologis jika buah sudah mulai mengeras, berwarna
Eucalyptus urophylla S.T.
Eucalyptus decaisneana
1)
5
coklat tua dan tutup buah mulai terbuka sebagian,
tetapi benih belum keluar dari buah. Hal ini sangat
penting untuk diperhatikan karena sifat benihnya yang
halus. Pengumpulan benih harus diunduh dengan
cara memanjat pohon induknya, benih yang sudah
masak fisiologis dipetik dan dikumpulkan dalam suatu
kantong, kemudian diberi label yang bertuliskan lokasi
dan tanggal pengunduhan. Rata-rata produksi buah
setiap pohon adalah 7,92 - 11,2 kg, jika sudah dalam
bentuk benih 214,7 - 358,2 gram setiap pohon. Jumlah
benih per kilogram berkisar antara 285.000 - 458.000 .
Ekstraksi benih : Untuk mengeluarkan benih dari buahnya, perlu
dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari
selama 4 hari, rata-rata 7 jam setiap hari. Buah yang
akan diekstraksi ditempatkan dalam kotak-kotak
penjemuran, bagian dasar dari kotak ini terbuat dari
kawat kasa dan di bawah kotak ditempatkan
selembar kain atau plastik untuk menampung benih.
Untuk memisahkan benih dari kotoran dan memilah
benih yang baik perlu dilakukan pengayakan dengan
menggunakan ayakan yang berukuran 710 mm dan
terjaring ayakan 600 mm. Karena campuran antara
benih dan kotorannya cukup berimbang maka
kemurnian benih rata-rata 50 % .
Penyimpanan benih : Tipe benih adalah ortodoks, sehingga mampu
disimpan hingga 3,5 tahun dengan kadar air awal
±10%, dalam ruang AC (suhu 18 - 20 C, kelembaban
50-60 %) disimpan dalam wadah kedap udara (pastik
atau kaleng tertutup rapat), daya kecambah setelah
penyimpanan90%
Perkecambahan benih : Benih disemaikan pada bak kecambah, media
semainya adalah campuran tanah top soil dan pasir
dengan perbandingan 1 : 1. Campuran media ini
disaring dahulu kemudian disterilkan. Benih ditabur
di atas media semai, kemudian ditutup plastik
selama ± 7 hari namun tetap dilakukan penyiraman
setiap pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan semprotan yang halus. Perkecam-
bahan berlangsung antara hari ke 10 hingga 14.
Kecambah normal adalah setelah keluar 2 daun
1)
7)
O
2).
6
pertama serta terlihat sehat dan kokoh. Dari 1 gram
benih yang disemaikan akan dihasilkan 750 – 1000.
kecambah. Kecambah dibiarkan tumbuh dalam bak
kecambah selama ± 1 bulan hingga siap disapih
pada kantong plastik .
Pencegahan hama : Untuk menghindari turunnya mutu benih akibat
serangan hama dan penyakit, sebaiknya benih
sebelum disemai atau disimpan dicampur terlebih
dahulu dengan tetracyclin 5 % atau benomil 5 %.
Umumnya cendawan yang menyerang benih adalah
sp., sp. dan
Persemaian : Setelah semai berumur I bulan disapih ke dalam
kantong plastik hitam ukuran 10 x 15 cm, yang telah
dilubangi dasarnya, kemudian diisi dengan media
campuran tanah top soil dan pupuk kandang
(perbandingan 1: 1) yang telah dicampur dengan
furadan. Sapihan diletakkan di bedeng persemaian
ukuran 1 x 5 m, yang dinaungi shading net dengan
pencahayaan 50 %. Bibit disiram setiap hari pagi dan
sore hari terutama jika tidak turun hujan. Bersihkan
dari gulma pengganggu, jika terlihat serangan hama
(ulat atau insek lainnya) dapat disemprot dengan
fungisida. Bibit siap tanam di lapangan setelah
berumur 3 bulan di persemaian atau tinggi bibit telah
mencapai 20 - 30 cm.
7)
6)Fusarium Aspergulus Gliocladium .
dan penyakit
7
DAFTAR PUSTAKA
1) Boland, D.J. ; M.I.H. Brooker and J.W.T. Turnbull. 1980. Seed.
Division of Forest Research CSIRO, Canbera.
2) Danu, 1998. Penyimpanan BenihAmpupu Blake) selama 3,5
tahun. Buletin Teknologi Perbenihan Vol 5. No. 1. 1998. BTP Bogor.
3) Kusmintardjo. 1987. Pengaruh Saat Perekahan Buah Dalam Proses Ekstraksi
Dengan Pengeringan Sinar Matahari Terhadap Produksi Dan Mutu Benih
Blake Laporan Uji Coba No. 21.BTP Bogor.
4) Sagala. 1988. Penentuan Ukuran Ayakan Untuk Pembersihan Benih
S.T. Blake. LUC No. 30. BTP Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
6) Yulianti, 1996. Identifikasi Penyakit Benih Ampupu Blake)
dan Cara Penanggulangannya. LUC No. 179. BTP. Bogor.
7) ; Naning Y; Dida Sy. 1998. Standarisasi Pengujian dan Mutu Benih
Blake. LUC No. 262 Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Eucalyptus
(E. urophylla S.T.
E. urophylla S.T.
E.urophylla
(E. urophylla S.T.
E. urophylla S.T.
8
2. BENUANG BINI ( MIQ)Octomeles sumatrana
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Benuang bini
Nama botanis :
Famili : Datiscaceae
Sebaran tumbuh : Sebaran tumbuh di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Irian. Tegakan alam dapat diijumpai
antar lain di tepian Sungai Rokan (Riau), Berau
(Kalimantan Timur), Pulau Halmahera, dan Pulau
Seram 1);4); 5).
Musim buah : Desember-Januari, Mei - Juni 2).
Pengumpulan benih : Buah siap dipanen setelah masak fisiologis yang
ditandai dengan warna buah hijau tua sampai
kehitam-hitaman. Buah akan didapatkan dalam
jumlah yang banyak dan berkualitas baik jika dipetik
ketika masih diatas pohon. Secara alami buah yang
telah masak terbuka ketika masih di atas pohon dan
benih yang berukuran kecil akan jatuh berter-
bangan. Benih juga dapat diambil dari buah utuh
yang jatuh di lantai hutan. Buah berupa untaian.
Buah berukuran kecil yaitu 6 - 9 mm x 11 - 14 mm.
Octomeles sumatrana
9
Dari satu untai buah benuang (± 100 butir buah) akan
menghasilkan benih sebanyak ± 1,4 gr. Setiap
gramnya berisi benih sekitar 970.000 - 110.000 butir.
Ekstraksi Benih : Buah dijemur selama 3 hari. Setelah dijemur kulit
benih bagian luar akan menggulung dan kulit bagian
dalam pecah sehingga benihnya akan keluar dengan
sendirinya. Untuk memisahkan benih dengan
serasah dilakukan penyaringan dengan ayakan
tepung. Kemudian untuk seleksi dan sortasi, benih
ini disaring lagi dengan ayakan yang berukuran 210
mikron (0,0210 mm atau 6,5 mesh) .
Penyimpanan Benih : Benih benuang termasuk semi rekalsitran, benih
dapat disimpan dengan menggunakan wadah plastik
pada ruang dingin (DCS atau ruang AC). Dalam waktu
16 minggu viabilitas benihnya masih dapat
dipertahankan lebih dari 80 % . Seteteh 1 tahun
viabilitasnya sekitar :15%.
Perkecambahan : Media yang dapat digunakan adalah campuran pasir
tanah (1 : 1). Penaburan yang menghasilkan
perkecambahan baik dapat menggunakan media
serbuk sabut kelapa, namun pada umur 3 minggu
harus dipindahkan ke media yang mengandung cukup
unsur hara. Benih yang telah dicampur dengan pasir
halus ditaburkan di atas media perkecambahan.
Kemudian bak perkecambahan ini ditutup dengan
plastik transparan yang dilapisi shading net, benih
yang masih bagus akan berkecambah setelah 1
minggu sejak penaburan. Setelah kecambah
berumur 1 minggu plastik penutup dibuka.
Vegetatif : Benuang bini dapat dibiakkan secara vegetatif dengan
stek pucuk. Untuk media pengakarannya dapat
digunakan pasir atau campuran pasir dan serbuk sabut
kelapa. Stek akan berakar dalam jangka waktu
1 bulan.
Pencegahan hama : Pada waktu penyimpanan untuk mencegah
perkembangan jamur, sebelum benih disimpan atau
dikecambahkan benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung.
5)
3)
dan penyakit
10
Persemaian : Kecambah setelah berumur 3 minggu di bak tabur
sebaiknya segera dipindahkan ke bedeng semai atau
media lain yang kaya unsur hara. Pemindahan ini
berguna untuk mempercepat pertumbuhan semai,
menjarangi dan menyeleksi semai. Bibit siap disapih
ke polibag atau potrays setelah berukuran 5-10 cm.
Media semai menggunakan campuran
d
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Pada awal
penyapihan bibit perlu diberi naungan selama 1
minggu, selanjutnya bibit memerlukan cahaya penuh.
Penyemaian benuang bini dapat ditambah dengan
endomikoriza (misalnya biofer 2000 N) .
1) Anwar, A. 1997. Percobaan Teknik Perbenihan dan Penyemaian Jenis Benuang
Bini Majalah Kehutanan Indonesia. Edisi
No.5 Th. 1996/1997. P. 6-11.
2) Martawijaya, A. Kartasujana, Kadir K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas, kayu
Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan Bogor.
3) Pramono, A. A. 1997. Penanganan Benih Jenis
(Benuang taki) Laporan Uji Coba. Departemen Kehutanan. Badan Litbang
Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
4) Pramono, A. A; Djam'an, F.D. Kartiana, E.R. 1989. Pengkajian Teknologi
Peningkatan Mutu Benih Benuang Laporan Uji
Coba. Departemen Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Balai Teknologi
Perbenihan.
Rentan, Bagaimana Menanganinya ?. Tekno Benih. Vol (II No. 1. BTP
Bogor.
tanah+pasir+kompos (7 : 2 : 1) an setiap m media
5) Pramono, A.A. 1998. Benih Benuang Yang Kecil dan
3
1)
DAFTAR PUSTAKA
(Octomeles sumatrana).
Octomeles sumatrana
(Octomeles sumatrana).
(Octomeles sumatrana)
11
3. Bitti ( Reinw)Vitex cofassus
Oleh :
Rina Kurniaty
Nama Perdagangan : Bitti
Nama botanis : Reinw.
Famili : Verbenaceae
Sebaran tumbuh : Jenis ini banyak tumbuh di Sulawesi dan pulau-
pulau bagian selatan sampai ke timur Kepulauan
Maluku. Di Sulawesi Selatan tersebar di Kabu-
paten Enrekan, Luwu, Jeneponto, Bantaeng, Mamuju,
Sidrap, Bone, Bulukumba dan Selayar 3); 4).
Musim buah : Oktober - Nopember 4).
Pengumpulan benih : Buah masak dicirikan dengan kulitnya berwarna
hitam. Buah dapat dipungut di lantai hutan atau
dipanjat. Untuk buah yang dipungut di lantai hutan
harus diteliti kesegarannya sehingga buah ter-
sebut memiliki biji yang masih baik. Jumlah benih
per kg ± 10.500 butir 1); 2).
Ekstraksi benih : Buah diperam selama satu malam kemudian di-
gosok dengan tangan sampai daging buah lepas.
Benih yang telah dilepas dari daging buah dicuci
sampai bersih kemudian diangin-anginkan 1).
Vitex cofassus
12
Penyimpanan benih : Benih yang disimpan di ruang terbuka dan
ditempatkan di ruang kamar (t = ± 37°C) masih dapat
berkecambah setelah disimpan 3 minggu .
Perkecambahan : Media campuran tanah + pasir (1 : 2) yang telah
disterilkan (digoreng atau dioven 90 C selama 24 jam).
Persen kecambah awal antara 0- 20% tetapi dengan
perlakuan pendahuluan berupa perendaman dalam
air panas (70 °C), persen kecambah meningkat
menjadi 70 %. Benih mulai berkecambah antara 10 -
40 hari .
Vegetatif : Bahan vegetatif berupa pangkal batang – dari
tanaman berumur satu tahun dengan menggunakan
Rootone F (150 mg/liter air) .
Persemaian : Media semai menggunakan tanah + pupuk NPK (15:
15 : 15) dengan dosis 0,5 gram/kantong. Ukuran
polybag 12 x16 cm. Bibit siap ditanam setelah umur
4 bulan .
1) Kurniaty, R. 2000. Penyimpanan Benih Bitti Reinw). Laporan
Proyek Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.
2) Lemmens, RHMJ, 1. Soerianegara and Wong. 1995. Plant Resources of
South East Asia 5 (2) Timber Trees Minor Commercial Timber.
3) Sallata, M.K. 1990. Beberapa Jenis Pohon Potensial di Sulawesi yang Belum
Dibudidayakan. Rimba Sulawesi. Balai Penelitiaan Kehutanan Ujung
Pandang.
4) Saran, D., Mody Lempang. Misto dan Suhartati. 1997. Pedoman Teknis
Budidaya Gofasa Reinw). Informasi Teknis No. 5. Balai
Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.
1)
2)
4)
)
°
4
DAFTAR PUSTAKA
(Vitex cofassus
(Vitex cofassus
13
4. DAMAR ( Salisb)Agathis loranthifolia
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Damar
Nama botanis : Salisb.
Sinonim : L. C. Richard
Famili : Araucariaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di Indonesia berada di Sulawesi,
Irian Jaya dan Kalimantan 2). Sumber benih di
Sukabumi (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah),
Banyuwangi Barat dan Probolinggo (Jawa Timur).
Jenis ini tumbuh pada ketinggian 100 – 1600 m dpl
dengan curah hujan 2400 – 4800 mm/tahun.
Tumbuh pada tanah berdrainase baik dan toleran
terhadap tanah padat dan asam 5).
Musim buah : Berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan
Agustus dan Oktober.
Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih dicirikan dengan warna kulit
kerucut hijau tua dan/atau pada bagian ujung
kerucut berwarna kecoklatan, dengan sisik ber-
warna coklat. Bentuk buah hampir bulat dengan
Agathis loranthifolia
Agathis dammara
14
diameter 20 - 26 cm. Dalam satu cone/buah berisi
9 - 96 benih. Jumlah benih per kg kurang lebih
4.950 butir .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan cara memasuk-
kan kerucut masak dalam karung plastik. Dibiarkan
dalam jangka waktu 1 - 2 hari hingga semua
kerucut pecah. Untuk memisahkan benih dengan
bagian lain, dilakukan pemisahan dengan cara
ditampi, atau dengan tumbler yang memiliki ukuran
saringan yang sesuai untuk ukuran benih
Penyimpanan benih : Benih disimpan pada kadar air 30 % (kadar air
setelah benih segar dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan pada suhu kamar selama 24 jam)
dicampur dengan fungisida berupa mancozeb +
karbendazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01 -
4,05 g/kg benih, dalam wadah simpan kantong
plastik. Dengan cara ini benih mampu disimpan
selama 9 bulan dengan daya berkecambah di atas
70 % di ruang kamar (temp. 28-33 C, RH 60-70 %)
atauAC (temp. 18- 20 C, RH 50 -60%) .
Perkecambahan : Media tanah, ditanam dengan posisi benih berdiri,
2/3 bagian benih masuk ke dalam media
Pencegahan hama : Waktu disimpan utuk mencegah serangan jamur,
sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung. Misal : mancozeb + karben-
dazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01- 4,05 g/
kg benih .
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir
+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m median diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x
15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan
90% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 1
tahun.
3)
O
1)
1)
Agathis
loranthifolia.
O
4).
dan penyakit
15
DAFTAR PUSTAKA
1) Kumia, W. 1995. Pengaruh Periode Konservasi, Suhu dan Fungisidi
terhadap Viabilitas Benih Damar Salisb) Skripsi
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor (tidak
diterbitkan).
2) Martawijaya, A. Kartasujana, Kadir K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu
Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan Bogor.
3) Nurhasybi dan Komar, T.E. 1996. Pengamatan Biologi reproduksi Damar
Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1997. Pengamatan Biologi reproduksi Damar
Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
(Agathis loranthifolia
(Agathis loranthifolia
(Agathis
loranthifolia
16
5. GMELINA ( Linn.)Gmelina arborea
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Gmelina
Nama botanis :
Famili : Verbenaceae
Sebaran Tumbuh : Merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di
Burma, India 12); 13). Hutan tanaman di Indonesia
antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa
Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh
secara alami pada ketinggian 0 – 800 m dpl dengan
curah hujan 1200 – 3000 mm/tahun. Jenis ini
tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan
berdrainase baik. Toleran terhadap tanah ber-
lapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam
asalkan tidak pada tanah berdrainase jelek 15).
Musim buah : Musim buahApril - Juli.
Pengumpulan Benih : Ciri buah masak yaitu kulit buahnya berwarna hijau
kekuningan. Ukuran buah 2 - 3 cm. Benih merupa-
Gmelina arborea
17
kan buah batu yang memiliki 2 - 3 butir biji.
Jumlah benih per 1 kg adalah 1000 - 1200 butir
buah batu atau 2000 - 3600 butir biji/kg .
Cara pengumpulan buah terbaik dengan cara memungut
dari lantai hutan, diusahakan jangan memungut buah
yang telah membusuk (buah berwarna coklat).
Ekstraksi benih : Ekstraksi dengan cara manual, yaitu dengan diinjak-
injak atau dengan seperti cara
mengupas kopi .
Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8 %). Pengeringan
dengan cara dijemur selama 2 hari. Dikemas dalam wadah
kedap (plastik). Ruang simpan yang digunakan adalah
ruang ber AC (suhu :18 - 20 C). Dengan cara ini viabilitas
dapat dipertahankan selama 12 bulan dengan daya
berkecambah 60 -70% .
Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1 : 1). Penaburan
dilakukan dengan cara menanam benih ke media sedalam
2/3 panjang benih, bagian benih yang berlobang diletakan
pada bagian atas. Uji viabilitas benih secara cepat dapat
digunakan TZ (Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %,
perendaman 31jam). Ciri benih viabel yaitu semua bagian
benih berwarna merah/merah muda atau maksimal 10 %
dari cotyledon berwama putih . X-radiography
(tegangan listrik (KVp) : 20 kilovolt, kuat arus (mA) : 13
Amper, 33 detik, FFD
langsung di atas film, bahan pengontras
BaCl2 10% lama perendaman 30 menit. Ciri benih
viabel adalah: menempati seluruh lokus
hingga sekurang-kurangnya 90% berkembang sempurna,
tidak mengalami kerusakan fisik atau tidak ditemukan
tanda-tanda adanya mikroorganisma lain sekitar
embrio, embrio tidak terimpregnasi bahan; pengontras
minimal 75 % dari .
Vegetatif : Bahan stek berupa batang atau pucuk yang ber-
umur 4 bulan. Hormon tumbuh yang digunakan
IBA 100 ppm (powder). Media berupa tanah +
1 arang sekam padi (1 : 1). Ditumbuhkan pada
ruangan bersuhu ± 27 C, Rh ± 90 % .
(drupe)
food processor (blender)
eT(ekposure time) : (focus film
distance):
endosperm
endosperm
8); 10); 11); 16)
8)
O
4);14)
1 )
17)
O 2);5);6)
18
19
Pencegahan Hama : Untuk mencegah perkembangan jamur, waktu dan
penyakit disimpan benih dicampur dengan
fungisida dalam bentuk tepung, misai: 2,5% benomil.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag
10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan
naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah
berumur 3 bulan .
1) Danu. 1993. Uji Cepat Viabilitas Benih Gmelina Linn.) dengan
Tetrazolium. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.140/34.1/
03/93. Bogor.
2) Danu dan J. Tampubolon. 1993. Pengaruh Jumlah Mata Stek dan
Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Batang
Linn. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.- 142/34.1/03/
93. Bogor.
3) Danu. 1996. Sekilas Informasi Budidaya Tanaman Gmelina
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Erizal. 1990. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benin Linn.
Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.96/43.1/03/90. Bogor.
5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Tempat Tumbuh, Zat Pengatur Tumbuh dan
Sumber Bahan Stek Gmelina Linn). Laporan Uji Coba
Balai Teknologi Perbenihan No. 120/34.1/05/91. Bogor.
6) Iriantono, D. dan W indayani. 1993. Pembiakan Vegetatif
Linn dengan Menggunakan Rootone-F. Laporan Uji Coba Balai Teknologi
Perbenihan No. 146/34.1/03/93. Bogor.
7) Iriantono, D.; Yulianti, B. dan Nurhasybi. 1997. Berat 100 Butir, kadar Air, dan
Kriteria Kecambah Normal benih mahoni King.)
dan Tusam Jungh. et de Vriese). Standar Pengujian
Mutu Benin. Laporan Uji Coba Balai Teknologi No: 248/DR/09/97. Bogor.
8) Komar.T.E. 1990. Penentuan Kriteria Masak Fisiologis Benin Gmelina
Linn.). Laporan Uji Coba No. 85. BTP, Bogor.
9) Lauridsen, E.B. 1986. Seed Leaflet No. 6. Danida Forest Seed
Centre, Humlebaek-Denmark.
1)
DAFTAR PUSTAKA
(Gmelina arborea
Gmelina arborea
(Gmelina arborea)
Gmelina arborea
(Gmelina arborea
Stek Gmelina arborea
(Swietenia macrophylla
(Pinus merkusii
(Gmelina
arborea
Gmelina arborea,
dan Penyakit
10) Mindawati, N dan N.Rohayat 1994. Pengaruh Warna Buah
terhadap Perkecambahm dan Pertumbuhan Bibitnya. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan KonservasiAlam. Bogor.
11) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest
Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
12) Sprinz, P.T. 1977. Report arborea (tm) Growth Plots at Kenangan,
Yield Forescasting Plantation Growth and Yield Report, Departement of
Forest Regeneration and Research PT. ITCI, Jakarta.
13) Suhendi, H. dan A. Djapilus. 1979. Hasil Pendahuluan Mengenai
Perkecambahan dan Pertumbuhan Danish F 407 di
Persemaian. Lembaga Penelitian Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor.
14) Suyanto, H. dan Darman E. Purba. 1991. Penentuan Kadar Air Awal, Kondisi
Ruang Simpan dan Periode Simpan Benih arborea Linn. Laporan
Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan, No. 108/34.1/03/91. Bogor.
15) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras.
16) Wasumanich, P. 1984. Collection and Handling of arborea Linn.
Stone in Thailand, Embryo Vol. 1, No. 1 1984, Asean - Canada Forest
Tree Seed Centre.
17) Zanzibar, M. dan Ira Rina W. Putri. 1999. Uji Cepat Viabilitas Benih
Linn. Berdasarkan Kontras Radiografi. Buletin Teknologi
Perbenihan (6): 10. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Gmelina arborea
Gmelina
Gmelina arborea L.
Gmelina
Gmelina
Gmelina
arborea
20
6. JABON ( Miq.)Anthocephalus cadamba
Oleh :Nurhasybi dan Adang Muharam
Nama perdagangan : Jabon, Hanja, Kelampayan
Nama botanis : (Roxb) Miq.
Sinonim : (Lamk) Rich.
Famili : Rubiaceae
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan
Maret April.
Anthocephalus cadamba
Anthocephalus chinensis
Sebaran tumbuh : Sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur,
seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya 2). Tumbuh
pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan curah
hujan kurang dari 1920 mm/tahun. Tumbuh pada
tanah ringan, berdrainase baik. Toleran terhadap
tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan
pada tanah tererosi 4).
Musim buah :
–
Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan dengan cara memanjat dan
memetiknya dari pohon. Buah masak dicirikan
oleh warnanya yang berubah dari hijau menjadi
21
coklat muda dan daging buahnya telah lunak.
Pohon mulai berbuah pada umur 5 tahun dan
perkiraan produksi buah rata-rata per pohon berjumlah
45 buah.
Ekstraksi benih : Ektraksi benih dilakukan dengan metoda basah. Buah
yang sudah masak dimasukkan kedalam karung dan
diperam selama 1 minggu. Pemberian air terhadap
benih yang diperam dilakukan setiap hari sehingga
terjadi fermentasi/pembusukan. Setelah diperam,
buah diremas-remas/dicabik hingga menjadi lapis-
lapis kecil lalu dimasukkan kedalam bak berisi air.
Benih yang masih bercampur lendir yang terdapat di
dalam bak disaring sebanyak 3 kali lalu diremas-
remas. Air yang terdapat dalam gumpalan benih
bercampur lendir selama 2 jam, kemudian dimasukkan
ke dalam kain blacu dan diperas. Sebelum disaring,
dilakukan penjemuran disertai dengan terus menggaru
untuk melepaskan lendirnya. Apabila sudah kering
lendir akan menjadi debu. Benih dan kotorannya
kemudian disaring dengan cara lolos saringan 420
mikron (35 mesh) tertahan pada ukuran saringan
250 mikron (60 mesh) untuk mendapatkan benih yang
memiliki sifat fisik dan fisiologik yang baik .
Penyimpanan benih : Benih Jabon masih memiliki jumlah kecambah
sebesar 314 per 0,1 gram, setelah disimpan selama
18 bulan dalam wadah kantong plastik direfrigerator .
Perkecambahan : Media perkecambahan adalah campuran pasir dan
tanah halus (1 : 1), disterilisasi dengan cara digoreng
selama 2 jam. Sebelum benih ditabur, media disiram
sampai jenuh. Bak tabur ditutup dengan plastik
transparan. Setelah penyiraman pertama, penyiraman
selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 minggu ke-
10. Setelah periode tersebut, plastik dibuka dan
dilanjutkan dengan penyiraman setiap hari sekali
dengan sprayer yang halus selama kurang lebih 1
bulan.
Pencegahan Hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang
Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan
fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air).
1)
3)
dan Penyakit
22
23
Persemaian : Media semai yang dipergunakan : Ukuran polybag
10 x 15 cm. Media bibit adalah campuran pasir +
tanah + kompos daun (7:2:1). Pemupukan dilakukan
setelah bibit berumur 2-minggu dengan pupuk NPK
cair (5 gram/I liter air). Pemupukan dilakukan setiap
2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada umur
2 bulan. Dalam persemaian diperlukan shaddingnet
dengan naungan 40 %.
1) Ismed. 2000. Pengaruh Jenis Wadah Simpan dan Ruang Simpan terhadap
Viabilitas Benih Jabon (Roxb) Miq.) dalam
Penyimpanan. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Nasional. Jakarta,
(tidak diterbitkan).
2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y.I., Prawira S.A., dan Kadir, K.1989.
Atlas Kayu Indonesia (Jilid II). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Bogor.
3) Nurhasybi. 1997. Teknik Penyimpanan Benih Jabon
LUC No. 227. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
DAFTAR PUSTAKA
(Anthocephalus cadamba
(Anthocephalus cadamba).
24
7. JATI ( Linn.f.)Tectona grandis
Oleh :
Nurhasybi
Nama perdagangan : Jati
Nama botanis : Tectona grandis Linn.f.
Famili : Verbenaceae
Sebaran tumbuh : Sebaran alami di India, Myanmar dan Thailand.
Penyebaran tanaman di Indonesia ditemukan di
seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Teng-
gara, Sumbawa, Maluku dan Lampung 2).
Tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl dengan
curah hujan 1500 – 3000 m dpl. Tumbuh pada
tanah berlapisan dalam, subur, berdrainase baik,
netral. Toleran terhadap tanah padat. Jenis ini
tahan terhadap api (moderat) dan angin 5).
Musim buah : Umumnya musim buah masak terjadi pada
bulan Juli – Agutus 4).
Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan di bawah tegakan. Benih yang
masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna
coklat. Kadar air benih Jati berkisar antara 10 –
13%, dengan berat per satuan benih 0,55 – 0,92
gram, dan diameter benih 1,38 -1,56 cm 4). Penanaman
di Jawa oleh Perum Perhutani pada umumnya
menggunakan "benih" berukuran diameter 14 mm. Benih
yang dipergunakan yang dipergunakan sebagai bahan
penanaman sebenarnya adalah pengertian buah untuk
jenis Jati. Pohon Jati diperkirakan mulai berbuah pada
umur 7 tahun. Potensi produksi buah per pohon di Jawa
bervariasi antara 0,5 -3 kilogram. Jumlah benih per kg
± 1500 butir .
Ekstraksi benih : Buah dijemur kurang lebih 2 hari (kadar air 10-12 %)
sampai sungkup buah terlihat kering. Buah yang telah
kering dimasukkan kedalam karung kemudian
karungnya diinjak-injak sampai sungkup buah terlepas.
Pemisahan kotoran dengan benih dilakukan dengan
menampi atau dengan blower (alat pembersih benih) .
Penyimpanan : Benih Jati disimpan pada ruang simpan pada temperatur
dibawah 20°C dan kelembaban relatif di bawah 60 %.
Perkecambahan : Perkecambahan benih Jati umumnya menghasilkan
daya berkecambah yang bervariasi dan cukup rendah
(30-70%) . Perlakuan pendahuluan sebelum benih
ditabur adalah dengan cara merendam benih dalam
air yang selalu diganti selama 3 hari. Media
perkecambahan yang dipergunakan adalah pasir yang
telah diayak dan dijemur/dipanaskan. Penaburan
dilakukan dengan bekas tangkai menghadap kebawah
sedalam kurang lebih 2 cm. Penyiraman dilakukan
hanya apabila kondisi media kekurangan air (2-3 hari
sekali) . Cara mengecambahkan Jati di rumah kaca
dilakukan dengan menabur benihnya pada bak
kecambah dengan media campuran pasir dan tanah (1
: 1), dan ditutup dengan plastik transparan serta
disiram 9 hari sekali .
Pencegahan hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang
Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan
fungisida seperti Dithane M-45 (2 gram/liter air).
Persemaian : Media semai yang dipergunakan adalah campur-
an pasir + tanah + kompos daun (7:2:1).
Ukuran polybag 10 x 15 cm. Pemupukan
4)
1)
1);3)
1)
3)
dan penyakit
25
dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan
pupuk NPK cair (5 gram/I liter air). Pemupukan
dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap
tanam pada umur 3 bulan. Dalam persemaian
diperlukan shadding net dengan naungan 40 %.
1) Laboratorium Teknologi Benih, Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu.
1999. Manajemen Benih Jati. Duta Rimba No. 228/XXIV-Juni 1999. Perum
Perhutani. Jakarta.
2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y .I., Prawira S.A., dan Kadir, K.
1989. Atlas Kayu Indonesia (Jilid 1). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
3) Nurhasybi. 1996. Media, Penaburan dan Penyiraman dalam Perkecambahan
Benih Jati Buletin Teknologi Perbenihan, Vol. 3
No. 3. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi, Pramono, A.A,. Mulyadi, Y., Mulyanto, Y., dan A. Muharam.1999.
Peta Pewilayahan Sumber Benih Jati Linn.F.). Laporan
Uji Coba No. 278. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
DAFTAR PUSTAKA
( L.F.).
(
Tectona grandis
Tectona grandis
26
8. JELUTUNG (Dyera spp.)
Oleh :
Hero Dien Pancang Kartiko dan Danu
Nama perdagangan : Jelutung
Nama botanis :
Famili : Apocynaceae
Sebaran tumbuh : Jenis tanaman ini pada awalnya banyak terdapat
di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kaliman-
tan Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Jambi dan Aceh, tetapi pada saat ini
keadaan populasinya semakin menurun sebagai
akibat dari tingginya tingkat penebangan dan
penyadapan getah, serta rendahnya kegiatan
penanaman . Jelutung (nama daerah di
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur) dikenal pula sebagai pantung
di Kalimantan Tengah), dan labuwai atau
elabuai (di Sumatera) . Tumbuh baik di
dataran rendah 0-100 m dpl .
Dyera spp.
10);13)
4 )
10)
Musim buah : Maret -April,Agustus
27
Pengumpulanbenih : Untuk memperoleh tanaman yang baik, biji
sebaiknya dikumpulkan dari tanaman induk yang
berpenampilan baik pula, misalnya ditinjau dari
segi pertumbuhan dan bentuk batang .
Biji jelutung tersimpan dalam polong berukuran panjang
30 - 40 cm, diameter seki tar 1,8 cm.
Dalam setiap polong terdapat 12 - 24 biji. Biji rata-rata
memiliki panjang 5,1 cm, lebar 1,2 cm, dan tebal
0,14 mm. Setiap 1 kg terdapat sekitar 20 000 butir
biji .
Pengumpulan biji dilakukan dengan pemanjatan
yang dibantu dengan pasak-pasak yang ditancap-
kan secara kuat pada batang pohon induk. Pen-
ting dicatat bahwa bila polong dibiarkan di pohon
induk sampai lewat masak, polong akan pecah
dan bijinya beterbangan (karena biji bersayap).
Dengan demikian pengumpulan biji tanpa pe-
manjatan, yaitu hanya dengan mengumpulkan
biji di lantai hutan sangat sulit dilaksanakan .
Polong-polong yang telah masak ditandai oleh
biji dan sayap yang terdapat pada polong telah
berwarna coklat .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan metoda basah.
Buah yang telah diunduh, kemudian dijemur
selama sepekan. Setelah kering, polong pecah dan
mengeluarkan biji yang berada di dalamnya.
Biji kemudian dibersihkan sayapnya .
Penyimpanan benih : Benih jelutung disimpan dalam wadah kedap
udara, seperti kantong plastik dalam ruang
bersuhu 18 - 20°C dan kelembaban 60 - 70 %
(ruang ber-AC). Dengan cara penyimpanan
seperti ini, daya berkecambah benih diharapkan
dapat dipertahankan pada nilai 60 % selama 3
bulan .
Perkecambahan benih : Media kecambah yang digunakan dapat disesuai-
kan dengan bahan yang mudah tersedia di
lapangan. Pada daerah rawa gambut, untuk
media tabur dapat digunakan campuran gambut
dan pasir (1 : 1), sedangkan pada tanah darat
5);6);12)
9)
2)
2)
2)
2)
28
dapat digunakan campuran tanah dan pasir (1 : 1). Media
tabur ditempatkan di bawah naungan. Untuk keperluan
penaburan, biji direndam dalam air selama 24 jam
kemudian ditiriskan. Biji selanjutnya ditempatkan
secara merata di atas media tabur, kemudian ditutup
dengan lapisan tipis campuran gambut tanah dan pasir.
Setelah 7 - 10 hari, biji mulai berkecambah, dan
penyapihan dilakukan setelah kecambah memiliki
sepasang daun .
Pencegahan hama : Tindakan penting yang perlu dilakukan pada bulan-bulan
pertama setelah penanaman adalah pengendalian
gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan
pembersihan sepanjang jalurtanaman (setiap tiga bulan)
dan di sekeliling tanaman (setiap bulan) .
Gangguan penting yang mungkin terjadi setelah
penanaman adalah terjadinya serangan bercak daun
yang dapat mengganggu pertumbuhan. Penyemprotan
dengan pestisida kimia disarankan untuk tidak
dilakukan terutama di lahan rawa gambut, karena
larutan pestisida yang larut di rawa dapat mengalir ke
sungai-sungai, sehingga dapat membahayakan
manusia, ikan, dan kehidupan lain. Pengendalian gulma
yang intensif diharapkan dapat membantu pencegahan
terhadap gejala bercak daun di atas, sehingga tanaman
dapat tumbuh sehat .
Persemaian : Pada daerah rawa, media sapih yang disarankan adalah
campuran gambut dan serbuk arang (10: 1 berdasarkan
berat). Media sapih ini terbukti lebih sesuai dibandingkan
dengan lima macam media lain, yaitu gambut, gambut
+ kapur, gambut + arang + kapur, gambut + arang +
kapur + NPK-organik, dan gambut + arang + kapur +
urea + KCI . Lamanya masa pembesaran bibit di
persemaian disesuaikan dengan ukuran tanaman yang
dibutuhkan pada lokasi penanaman. Pada tanah darat,
masa pembesaran bibit 6 - 8 bulan, sedangkan
pada tanah rawa berkisar 8-18 bulan tergantung
kedalaman air rawa. Semakin dalam rawa di lokasi
penanaman semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
pembesaran bibit.
2);3)
7)
7)
8)
dan penyakit
29
Pembiakan Vegetatif : Penting dicatat bahwa bila pengumpulan biji sukar
dilakukan, misalnya karena tidak adanya tenaga
pemanjat yang terampil, bibit dapat diperoleh dengan
cara mengumpulkan cabutan anakan alam yang
tersebar di sekitar pohon induk. Cabutan anakan alam
yang telah terkumpul ditempatkan pada media sapih
seperti tersebut di atas. Untuk menambah pilihan
dalam penyediaan bahan tanaman, bibit dapat diperoleh
melalui pembuatan stek batang (diameter 0,5 - 1,5 cm;
panjang 30 - 40 cm) dari terubusan alam. Stek dengan
perlakuan Rootone F ditanam pada campuran gambut
dan tanah lapisan atas (1 : 1), diberi sungkup plastik,
dan ditempatkan di bawah tegakan. Dengan cara ini
dapat diperoleh stek berakar sebesar 29 % setelah tiga
bulan .
1) Aminudin, I. 1995. Studi pembiakan vegetatif stek batang jelutung
Hook. F) dengan penambahan zat pengatur tumbuh rooton-F
pada media kombinasi gambut dan top soil di HTI-Trans PT Rimba Rokan
Hulu Riau. Skripsi S1, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
2) Danu dan Nurhasybi. 1998. Dari benih ke penanaman jelutung untuk hutan
tanaman rawa gambut. (1):15-19.
3) Danu. 1998. Penanganan benih jelutung MIQ).
(2):81-86.
4) Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid III. Koperasi Karyawan
Departemen Kehutanan, Jakarta.
5) Iriantono, D. 1995. Genetic variance of height growth and cone production in
progeny of black spruce (Mill) BSP) in Maine. MS Thesis.
University of Maine, Orono, The U.S.A.
6) Kapisa, N. dan Pasaribu, R.A. 1998. Teknik budidaya jelutung spp).
(Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar) 1:1-28.
7) Kartiko, H.D.P. 1999. Laporan perjalanan dinas monitoring dan evaluasi penelitian
dan pengembangan jenis ramin dan jelutung. Balai Teknologi Perbenihan,
Bogor.
1)
DAFTAR PUSTAKA
(Dyera
costulata
Konifera
Tekno Benih III
Bulletin
Teknologi Perbenihan
(Dyera
(Picea mariana
(Dyera
polyphylla
5
30
8) . 1999. Menyediakan benih untuk memperbaiki mutu hutan
tanaman. 11:32.
9) . 1999. Media tumbuh pembibitan jelutung ( sp)
(Balai Teknologi Reboisasi, Banjarbaru;
dalam proses penerbitan).
10) Prosea. 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Ed.
Sutarno, H., Rifai, M., Nasution, R.E. Sen Pengembangan Prosea 5 (1)1.
Prosea Indonesia-Yayasan Prosea.
11) PTXyIo Indah Pratama. 1992. Pengalaman pembangunan hutan tanaman industri
jenis jelutung ( ) di Jambi. Prosiding Seminar dan Temu
Lapang Pembangunan HTI wilayah Sumatera, Balai Teknologi Reboisasi,
Palembang 29 -31 Oktober 1992.
12) Roulund, H. dan Olesen, K. 1992. Mass propagation of improved material.
Lecture Note D-7. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.
13) Whitmore, T.C. 1972. Tree flora of Malaya. Volume Two. Longman, London.
Surili
et al. Dyera
Bulletin Teknologi Reboisasi
Dyera costulata
.
31
9. MAHONI King.)(Swietenia macrophylla
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : MahoniNama botanis : King.Famili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Daerah sebarannya di seluruh Pulau Jawa.
Sumber benih di KPH Kebonharjo (Jawa Tengah),
KPH Jember dan KPH Kediri (Jawa Timur), KPH
Banten, Cianjur, Sumedang, Ciamis dan Tasik-
malaya (Jawa Barat) 5). Pada ketinggian 50-1400
m dpl dengan curah hujan 1920-4800 mm/tahun.
Tumbuh pada tanah berdrainase baik. Toleran
terhadap tanah liat dan basa 6).
Musim buah : Musim buah umumya pada bulan Juni - Juli
walaupun ada tegakan yang masih berbuah pada
bulanAgustus.
Pengumpulan Benih : Benih diunduh pada saat buah benar-benar
masak, yang dicirikan dengan warna buah coklat
tua keabu-abuan disertai dengan adanya bintik-
bintik putih pada hampir separuh bagian kulit
Swietenia macrophylla
32
buah dan buahnya mudah dipecah, benih yang
terdapat didalamnya sudah berwama coklat tua.
Ukuran buah 9,5 cm-15,5 cm, jumlah benih perbuah
berkisar 29 hingga 58. Dalam satu kg berisi 2.300 -
2.400 benih kering tanpa sayap, sedangkan yang
bersayap dalam 1 kg berisi 2000 butir .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan memecah buah
kemudian benih dikeluarkan. Benih dibersihkan
dengan memotong sayap benih pada bagian atas
(diusahakan tidak sampai merusak struktur bagian
dalam benih).
Penyimpanan benih : Benih mahoni termasuk jenis semi ortodok, tahan
terhadap kadar air rendah. Sebelum penyimpanan
kadar air benih diturunkan sampai 3 - 5 % dengan
cara benih dijemur selama 1 - 2 hari. Kemudian
diangin-anginkan selama 1 hari. Tidak disarankan
pengeringan dengan menggunakan oven. Dikemas
dengan cara: benih dimasukkan ke dalam wadah
kantong plastik tebal 0,4 milimeter, dipadatkan dan
diikat, kemudian dimasukkan ke dalam wadah
kaleng. Benih dapat disimpan dalam ruang ber AC,
, dan Dengan cara ini
benih dapat dipertahankan daya berkecambahnya
(sekitar 80%) sampai 1 tahun .
Perkecambahan : Benih ditaburkan dengan cara berbaring rata
dengan media atau ditanam berdiri 1-2 cm
dalam media. Media yang dapat digunakan
adalah pasir, tanah atau campurannya (1 : 1, 1: 2).
Kelompok benih yang baik mutunya dapat mencapai
daya berkecambah 90 - 100%. Uji viabilitas benih
secara cepat dapat menggunakan sinar-x dan
Tetrazolium (TZ). Benih viabel menurut kriteria uji
sinar-x, dicirikan dengan endosperm menempati
seluruh rongga benih, maksimal 25 % dari endosperm
teresapi oleh (BaCI) sedangkan embrio
tidak teresapi . Dengan uji TZ (0,5 % selama 2 jam),
benih viabel dicirikan apabila titik tumbuh berwarna
merah atau merah muda, kotiledon minimum 30 %
merah dan 70 % merah muda .
7)
1)
3)
2)
cold dry cold storage
contrast agent
storage .
33
34
Pencegahan hama : Cendawan yang berasosiasi dengan benih penyakit
Mahoni adalah sp, sp,
sp dan sp. Pengendalian penyakit
dilakukan dengan cara pemberian benomil 50 %,
25 gram dan berat total benih .
Persemaian : Karena kadar air benih yang sesuai untuk
penyimpanan sangat rendah (3 - 5 %), agar benih
cepat berkecambah, maka setelah disimpan benih
diusahakan disemaikan di bawah naungan berat.
Media semai menggunakan campuran tanah+ pasir+
kompos (7: 2: 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk
TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10 x 15 cm.
Bibit siap tanam setelah berumur 3 bulan.
1) Erizal. 1990. Penentuan Kadar Air Awal dan Kondisi Ruang Simpan Benih
i King). LUC No.82. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).
2) . 1991. Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium untuk Jenis
Mahoni King). LUC No. 93. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).
3) Kusuma, I.D. dan Iriantono, D. 1991. Uji Cepat Viabilitas Mahoni
King) dengan Kontras Radiografi. LUC No. 83. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor. (tidak diterbitkan).
4) Mulyanto, H. 1988. Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Benih Mahoni
King) terhadap Daya Berkecambah dan
Perkembangan Cendawan Terbawa Benih. Skripsi Sarjana Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
5) Nurhasybi dan Pramono, A.A. 1998. Peta Pewilayahan Sumber Benih Mahoni
King) dan Sengon
Fosberg) di Jawa. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Perbenihan Kehutanan. Buletin Teknologi Perbenihan Vo. 5
No. 2 Hal. 25 - 41. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
6) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
7) Zanzibar, M dan Triswanto, A. 1988. Potensi Produksi dan Mutu Benih Mahoni
King). LUC No. 38. Balai Teknologi Perbenihan.
Bogor. (tidak diterbitkan).
Aspergillus
Curvularia
(Swietenia macrophylfa
(Swietenia macrophylia
(Swietenia
macrophylia
(Swietenia macrophylia
(Swietenia macrophylia (Paraserianthes falcataria
(Swietenia macrophylla
Botryodiplodia
Fusarin
4)
DAFTAR PUSTAKA
Mahon
dan penyakit
10. LEDA (Eucalyptus deglupta Blume)
Oleh :
Dede J. Sudrajat dan M. Zanzibar
Nama perdagangan : Leda .
Nama botanis : Blume
Sinonim : F. Muell.
Famili : Myrtaceae
Sebaran Gambut : merupakan tanaman asli Indonesia
yang secara alami tersebar di Sulawesi, Maluku
dan Irian Jaya. Tumbuh pada ketinggian 0-1800
m dpl dengan curah hujan 2400-6000 mm/
tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam,
drainase baik. Toleran terhadap tanah asam dan
drainase buruk 5).
Musim buah : Musim buah bervar ians i waktunya. Pada
umumnya kerucut siap diunduh pada bulan
Juni - Juli, namun di beberapa daerah, musim
buah jatuh pada bulan Januar i dan Mei
(Kenangan, Kaltim) dan April (Komara dan
Borisallo, Sulsel) 9).
Eucalyptus deglupta
Eucalyptus naudiniana
E. deglupta
35
36
Pengumpulan buah : Pengunduhan dilakukan terhadap kerucut yang
berwarna hijau kecoklatan . Pengunduhan harus
dilakukan tepat waktu, karena apabila kerucut telah
berwarna coklat tua, selain telah melampaui waktu
masak fisiologis, kondisi kerucut sudah merekah dan
tidak berisi benih lagi.
Ekstraksi benih : Ekstraksi dilakukan dengan metoda basah.
Ekstraksi dengan cara penjemuran (sinar matahari)
sampai kerucut merekah (± 3 hari) atau dapat
dilakukan dengan = 400 selama 24
jam). Pada saat kerucut merekah benih akan keluar
dengan sendirinya. Benih berukuran sangat kecil
berbentuk serbuk dan pembersihannya dapat
dilakukan dengan cara penyaringan. Benih dianggap
bersih bila lolos dari ayakan 600 mikrometer dan
tertahan ayakan berukuran 300 mikrometer .
Kemurnian benih juga dipengaruhi oleh kadar air,
makin rendah kadar air benih makin tinggi tingkat
kemurnian benih . Rata-rata jumlah benih setiap 0,1
gram pada kadar air ± 8% adalah 1.257 butir .
Perkecambahan : Media yang dapat digunakan untuk perkecambahan
adalah campuran tanah dan pasir (1:1).
Benih dapat langsung ditaburkan tanpa melalui
perlakuan pendahuluan. Proses perkecambahannya
membutuhkan kelembaban dan suhu yang cukup
tinggi (± 350 C). Untuk mempertahankan suhu
perkecambahan agar tetap tinggi maka bak
kecambah ditutup dengan plastik transparan. Metode
dan media uji yang tepat bagi perkecambahan benih
di laboratorium adalah metode Uji Antar
6)
7)
4)
3)
O
fruit drier (t
E. deglupta
E. deglupta
O
O
2)
C
Penyimpanan benih : Benih termasuk jenis benih semi ortodoks
yang akan tahan disimpan pada kadar air dan suhu
rendah. Benih yang akan disimpan diturunkan dulu
kadar airnya (pengeringan dengan seed drier pada
suhu 40°C selama 4 jam). Benih dapat
disimpan pada kadar air 6-10%. Pada ruang dingin
(suhu 50 °C) viabilitas benih dapat dipertahankan
sampai 18 bulan, sedangkan pada deep freezer (suhu
- 150 C) viabilitas benih dapat dipertahankan sampai
85 bulan .
E. deglupta
E. deglupta
Kertas (UAK) dengan media kertas merang atau
kertas tower 8). Contoh benih untuk pengujian di
Laboratorium adalah 0,1 gram dengan kriteria
kecambah normal apabila kotiledon telah terbuka
sempurna selama 2 minggu .
sampai merata .
setelah berumur 3 bulan .
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan
dengan cara stek dengan menggunakan media pasir
atau serabut kelapa. Pemberian IBA 200 - 400 ppm
dapat mempercepat pembentukan akar. Stek pucuk
memberikan hasil yang terbaik dibandingkan stek
dari bagian tanaman lainnya .
3)
10)
10)
1)
Pecegahan hama : Cendawan yang dapat menginfeksi benih
diantaranya adalah
dan
dan merupakan cendawan
yang berpotensi sebagai cendawan penyimpanan.
Serangan cendawan secara efektif dapat ditekan
dengan menggunakan perlakuan pembekuan (t =
-150 C)+ Benomil 5% + Streptomycin 5%. Cara
penambahan bahan kimia tersebut dilakukan dengan
menghamparkan benih di atas kantong plastik, lalu
bahan kimia ditambahkan secara bertahap hingga
mencapai takaran yang telah ditentukan dan diaduk
Persemaian dan : Penyapihan dilakukan setelah semai berumur 3 - 4
minggu. Media yang digunakan untuk semai .
adalah campuran tanah + pasir + kompos
(7: 2: 1). Polybag yang digunakan berukuran 10,2 x
15,2 cm. Bibit memerlukan naungan dengan
intensitas cahaya 50 % dan siap ditanam di lapangan
E.deglupta
Penici l l ium, Pestalot ia,
Aspergillus, Cladosporium Batriyadiplodia.
Penicillium Aspergillus
E
deglupta
E. deglupta
dan penyakit
Pembiakan Vegetatif
37
DAFTAR PUSTAKA
1) Danu. 1994. Pemilihan Media dan Ruang Tumbuh untuk Pertumbuhan Stek
Blume. LUC No. 159. Balai Teknologi Perbenihan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
2) Doran, J. C., J. W. Turnbull and E. M. Kariuki. 1987. Effects of Storage
Conditiones on Germination of Five Tropical Tree Species. Proceeding
of The International Symposium on Forest Seed Problem in Africa. Harare.
Zimbabwe.
3) Iriantono. D. 1997. Standarisasi Pengujian dan Mutu Benih Leda
LUC No. 270. Balai Teknologi Perbenihan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
4) Komar, E. T., 1994. Penentuan Kadar Air Benih Leda
Blume). LUC No. 153. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor. 5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest
Production for Tropical America. Agriculture Handbook 710. USDA
Forest Service. RioPiedras.
6) Yafid, B. 1993. Karakteristik Masak Fisiologis Buah Leda
Blume). LUC No. 137. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
7) Zanzibar, M. 1990. Penentuan Ukuran Ayakan untuk Pembersihan Benih
Leda Blume). LUC No. 78. Balai Teknologi
Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
8) . 1992. Pemilihan Metode dan Media Uji Perkecambahan Benih
Leda Blume). Buletin Perbenihan Kehutanan. Vol.
1 No. 1. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
9) . 1994. Identifikasi Sumber Benih Jenis Leda
Blume) di Sulawesi Selatan. LUC No. 150. Balai Teknologi Perbenihan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor
10) dan Hessy Hindarsih. 1996. Identifikasi dan Metode Pengendalian
Penyakit pada Benih Blume. Buletin Teknologi
Perbenihan. Vol. 3 No. 2. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Eucalyptus deglupta
(Eucalyptus deglupta).
(Eucalyptus deglupta
(Eucalyptus deglupta
(Eucalyptus deglupta
(Eucalyptus deglupta
(Eucalyptus deglupta
Eucalyptus deglupta
38
11. MANGIUM Willd.)(Acacia mangium
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : MangiumNama botanis : Willd.Famili : Leguminosae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan
Maluku 1). Sumber benih terdapat di Subanjeriji
(Sumatera Selatan), Bogor, Banten dan Purwakarta
(Jawa Barat). Tumbuh pada ketinggian 500 – 1200 m
dpl dengan curah hujan di atas 1920 mm/tahun.
Tumbuh pada tanah subur berpasir. Toleran ter-
hadap tanah asam, miskin hara dan drainase jelek 4).
Musim buah : Musim buah umumnya pada bulan Juli - Agustus.
Pengumpulan Benih : Buah (polong) yang masak berwarna coklat. Jumlah
benih per 1 kg adalah 98.000 butir 3).
Ekstraksi Benih : Ekstraksi dengan cara polong dijemur selama 1 hari,
kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dipukul-
pukul dengan memakai kayu hingga polongnya
hancur. Benih dipisahkan dari kotorannya dengan
Acacia mangium
39
ditampi. Funikelnya dihilangkan dengan cara
menjemur benih selama 1- 2 hari, kemudian funikelnya
dihilangkan secara manual. Seleksi/sortasi benih
dapat dilakukan dengan menggunakan
Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8 %). Pengeringan
benih dengan cara dijemur selama 2 hari. Dikemas
dalam wadah kedap (plastik dimasukkan dalam
kaleng). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang
kamar, ber AC atau DCS. Dengan cara ini viabilitas
benih dapat dipertahankan selama kurang lebih 3
tahun.
Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1 : 1). Perlakuan
pendahuluan dengan cara direndam dengan air
mendidih kemudian dibiarkan dingin selama 24 jam.
Pencangkokan cabang primer dapat dipergunakan
untuk membangun kebun benih klonal, tetapi tidak
sebagai teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Cabang primer yang dipilih berukuran
diameter 2 - 3 cm dan terletak kira-kira 1/3 kanopi
(tajuk). Pencangkokan dilakukan pada cabang yang
terletak 20 -30 cm dari pangkal cabang dan dikupas
sepanjang 10 cm. Bagian cabang yang dikupas
ditutup dengan sabut kelapa steril yang sudah diberi
air hingga lembab, setelah itu dibungkus plastik
bening dan kedua bagian ujung plastik diikat dengan
tali rafia .
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur, waktu
disimpan benih dicampur dengan fungisida dalam
bentuk tepung. Misal: benomil.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x
15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan 50%
cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 3 bulan.
seed
table.
gravity
1)
dan penyakit
40
41
DAFTAR PUSTAKA
1) Bramasto, Y. 1998. Pembuatan Cangkok dalam Rangka Penyiapan Kebun
Benih Klon Willd. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 5
No. 2. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2) Martawijaya, A. Kartasujana, I, Mandang, Y.I., Prawira S.A., dan Kadir, K.
1989. Atlas Kayu Indonesia (Jilid 1). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
3) Pukittayacamee, P., Saelim, S. dan J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of
Forest Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Project.
Muaklek, Saraburi, Thailand.
4) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
Acacia mangium
12. MERANTI TEMBAGA MIQ)(Shorea leprosula
Oleh :
Dida Syamsuwida
Nama perdagangan : Meranti merah
Nama ilmiah : MIQ.
Famili : Dipterocarpaceae 3).
Pembungaan terjadi pada bulan Juli - September,
buah masak pada bulan Desember - Maret. Jumlah
bunga per pohon 63.000 4.000.000 bunga. Jumlah
buah per pohon antara 30.000 249.000 buah, yang
berhasil masak antara 5.000 11.400 buah 2).
Pengumpulan benih : Buah masak ditandai dengan warna sayap dan
kecoklatan, biasanya 3 - 4 minggu sebelum buah
jatuh. Buah diunduh dengan cara dipanjat kemudian
dahan digoyang sehingga buah jatuh dengan
sendirinya dan di bawah pohon diberi hamparan
plastik untuk menampung buah/benih. Jumlah benih
Shorea leprosula
Sebaran tumbuh : Daerah penyebaran di Sumatera dan Kalimantan,
tumbuh dalam hutan primer dengan ketinggian
antara 5 – 800 m dpl. Sumber benih di Jawa ter-
dapat di Kebun Percobaan Haurbentes dan Carita,
Jawa Barat.
Musim buah :
–
–
–
calyx
42
berkisar antara 1900-2268 benih per kg .
Ekstraksi benih : Termasuk ekstraksi basah dimana buah hasil
pengumpulan langsung diekstraksi dengan cara
memotong sayap tanpa dilakukan pengeringan.
Ekstraksi dilaksanakan di tempat teduh. Seleksi benih
dilakukan dengan cara memilih langsung benih yang
kelihatan sehat, tidak ada tanda serangan ulat seta
berukuran relatif sama.
Penyimpanan benih : Benih S. termasuk kelompok rekalsitran,
dimana kadar air benih segar > 40 % mempunyai daya
kecambah 100 %. Benih yang akan disimpan
dimasukkan ke dalam wadah simpan berupa kantong
blacu tertutup yang diberi media sebuk arang sedikit
lembab dan diletakan pada ruangan ber-AC dengan suhu
18-21 C. Kondisi ini dapat mempertahankan viabilitas
benih hingga 4 minggu dengan daya berkecambah rata-
rata 45 % dan kadar air 29-35 .
Perkecambahan : Media tabur berupa campuran pasir dan tanah (1 : 1)
dimasukkan ke dalam bak kecambah ukuran 40 x 30
cm yang dapat menampung 100 benih. Benih
dibenamkan dalam media sedalam 3/4 bagian tubuh
benih dengan posisi bagian bekas tangkai buah
menghadap ke atas. Bak kecambah sebaiknya
diletakkan di bawah naungan. Kecambah siap sapih
setelah berumur 28 - 30 hari.
Pembibitan : Bibit hasil sapihan dan benih dapat dipindahkan ke
lapangan setelah mencapai tinggi 20 - 25 cm yang
memerlukan waktu 3- 4 bulan. Pengadaan bibit dapat
mempergunakan anakan dari permudaan alam dengan
cara putaran atau cabutan. Waktu yang diperlukan
untuk sistem cabutan sampai bibit siap tanam 4 - 5
minggu setelah pencabutan. Ukuran tinggi anakan
dibawah 20 cm atau berdaun 2 - 5 helai. Penyapihan
dilakukan di persemaian minimal 30 hari di bawah
naungan plastik. Persentase hidup tanaman di
pesemaian dapat mencapai 98% . Pembiakan dengan
cara stek pucuk dapat dilakukan dengan menggunakan
media campuran perlite: gambut:vermiculite (1:1:1) di
bawah kondisi kelembaban > 95 % dan temperatur <
30 c .
Hama benih : Nanophyesshoreae .
2)
O
5)
1)
O 4)
1)
leprosula
%
Alcidodes dipterocarpi,
43
DAFTAR PUSTAKA
1) Alrasyid, H. 1992. Evaluasi hasil-hasil penelitian jenis kayu tropis
khususnya jenis Dipterocarpaceae. Pros. Seminar nasional Status
Silvikultur di Indonesia Saat Ini. Dep. Kehutanan-APHI
Fak. Kehutanan UGM, Yogyakarta.
2) Anonymous, 1991. Vademikum Dipterocarpaceae. Badan Litbang
Kehutanan. Dep. Kehutanan. Jakarta.
3) Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid Ill. Badan Litbang
Kehutanan. Jakarta, 1430 p.
4) Subiakto, A; A. Herriansyah dan C. Sakai. 1999. Production of planting stocks
of meranti by cutting technique and their performance in the field trial.
Meeting of the CGIF Working Group on Sustainable Forest Management.
Yogyakarta.
5) Tompsett, P.B. 1987. A review of the literature on storage of Dipterocarps
seeds. Proc. Int. Symp. On Forest Seed Problems in Africa. Harare,
Zimbabwe.
44
13. MERBAU ( spp.)Intsia
Oleh :
Naning Yuniarti
Nama perdagangan : Merbau, Bajan
Nama botanis : spp
Famili : Caesalpiniaceae
Tempat tumbuh dan : Penyebaran jenis ini di Indonesia adalah di Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Irian
Barat. Tempat tumbuh di hutan primer lahan
kering, pada tempat yang tidak atau sewaktu-
waktu digenangi air, di atas tanah pasir atau
berbatu-batu, pada lapangan yang rata atau
miring, hidup tersebar pada ketinggian 0 - 50 m
di atas permukaan laut.
Musim bunga dan : Bunga merbau berupa bunga majemuk dalam
buah bentuk malai, tangkai utama 5 - 18 cm, dan
panjang tajuk bunga 1,5 - 2,5 cm. Buah merbau
berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak
panjang lebih kurang 8,5 - 23 cm, lebar buah 4 - 8 cm,
satu buah berisi 1 - 8 benih. Benih merbau
berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat tua
kemerah-merahan.
Intsia
sebaran
buah
45
46
Bunga mekar pada bulan Nopember sampai Januari
dan buah tua pada bulan Mei sampai Agustus. Benih
siap dipanen setelah masak fisiologis yang ditandai
dengan warna buah coklat tua sampai kehitam-
hitaman, kulit buahnya sudah keras dan benih sudah
berwarna coklat tua kemerahan.
Kisaran potensi produksi buah per pohon adalah
antara 72 - 81 buah dan potensi produksi benih per
pohon adalah antara 358 - 407 butir benih. Nilai ini
diambil berdasarkan hasil pengunduhan pada bulan
Agustus 1997 di kebun percobaan Litbang Carita,
Jawa Barat . Berat 1000 butir benih adalah 2.825
gram dan jumlah benih per kg adalah 354 butir.
Ekstraksi benih : Buah dijemur di bawah sinar matahari selama 1 - 2
hari sampai buah merekah. Cara mengeluarkan benih
dari buah adalah dengan mengupas buah secara
manual.
Perkecambahan benih : Benih merbau mempunyai kulit yang keras,
sehingga untuk mempercepat proses perkecambahan
diperlukan perlakuan pendahuluan sebagai berikut .
Pengikiran tidak boleh merusak embrio benih, atau
menggunakan asam sulfat pekat selama 1 jam.
Setelah dikikir, benih kemudian direndam dalam air
dingin selama 30 menit. Media yang dapat digunakan
untuk perkecambahan adalah campuran tanah dan
pasir dengan perbandingan 1: 1. Media ini disterilkan
terlebih dahulu dengan cara penggorengan selama
2 jam.
Peyimpanan benih : Benih merbau termasuk benih ortodoks. Cara
menyimpan benih yang baik adalah disimpan dengan
menggunakan wadah kantong plastik yang diletakkan
di ruangAC.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah dan
pasir dengan perbandingan 1 : 1. Untuk merangsang
6)
2);6)
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, sebelumnya benih dicampur, dengan
fungisida dalam bentuk tepung. Misalnya Dithane M-
45 dan Benlate.
dan penyakit
47
pertumbuhan semai sebaiknya diberi super-fosfat
(Dalam bentuk kapur . Ukuran polybag adalah 15 x
20 cm. Bibit siap ditanam setelah berumur 3 bulan.
1) Mukhtar, A.S, Masano dan Nina Mindawati. 1993. Pembinaan dan
Pelestarian Pohon Merbau ( spp). Di Indonesia. Prosiding Seminar
Sehari Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.
2) Masano. 1993. Beberapa Informasi Sivikultur Merbau ( spp). Sebagai Usaha
dalam Pembinaan dan Pelestarian. Prosiding Seminar Sehari
Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.
3) Sasaki, S dan F.S.P. Ng. 1981. Physiological andles on generation and seedling
ducloment in (Mandau). The Malaysian Forester 44
(1) : 43-59
4) Yuniarti. 1996. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau
Laporan Uji Coba No. 192. Balai Teknologi Perbenihan
Bogor.
5) . 1996. Pemilihan Wadah dan Ruang Simpan Pada Penyimpanan
Benih Merbau Laporan Uji Coba No. 193. Balai Teknologi
Perbenihan Bogor.
6) . 1997. Penaksiran Potensi Produksi Buah/Benih Merbau
Per Pohon dan Mutu Benih pada Satu Musim Berbuah. Laporan Uji
Coba No. 252. Balai Teknologi Perbenihan Bogor.
3)
DAFTAR PUSTAKA
Intsia
Intsia
Intsia palembanica
(Intsia
bijuga).
(Intsia bijuga).
(Intsia
bijuga)
14. MIMBA A. Juss)(Azadirachta indica
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : MimbaNama botanis : A. JussSinonim : BraudFamili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Jawa Timur, Bali dan Nusa
Tenggara Barat. Populasi pohon Mimba yang cukup
besar ditemui di Situbondo dan Madura, Madiun,
Tuban (Jawa Timur), Lombok (Nusa Tenggara
Barat), hanya sedikit ditemui di Subang (Jawa Barat)
4);5). Tumbuh pada ketinggian 0 - 500 m dpl dengan
curah hujan 300 - 1200 mm/tahun. Jenis ini tumbuh
pada tanah lapisan dalam, drainase baik. Toleran
terhadap tanah lapisan dangkal, tidak subur atau
tanah padat dan suhu dingin. Tumbuh pada tanah
dengan pH berkisar 5 - 8,5 7).
Musim buah : Musim buah pada bulan Desember - Pebruari.
Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan oleh warna kulit buah hijau
kekuningan sampai kuning. Pengumpulan dilakukan
Azadirachta indicaMelia azadirachta L., Melia indica
48
dengan memetik buah yang telah masak atau
mengumpulkan benih jatuhan di lantai hutan. Buah
rata-rata berukuran 1,5 - 2 cm. Jumlah benih per kg
kurang lebih 1250 biji.
Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat dilakukan dengan cara digosok-
gosok dengan tangan menggunakan pasir,) Ekstraksi
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengupas
kopi .
Penyimpanan benih : Benih dikeringanginkan selama 2 hari pada suhu
kamar atau tempat teduh . Benih kemudian
disimpan dengan menggunakan kemasan kantong
kain katun dan blacu di ruang simpan AC. Pada
kondisi ini, benih mampu disimpan selama 12 minggu.
Perkecambahan : Benih ditabur dengan cara ditanam sedalam 0,5 cm
pada media tanah, calon akar menghadap ke bawah,
kemudian ditutup dengan satu lapis media. Waktu
yang diperlukan benih untuk berkecambah 5- 7 hari.
Vegetatif : Stek dapat dilakukan dengan stek akar dan stek
pucuk. Sebelum diakarkan bahan stek pucuk
dicelupkan dalam hormon IBA dengan konsentrasi
100 ppm selama 5 menit. Media yang baik adalah
serbuk sabut kelapa, atau dapat menggunakan pasir
sungai yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan akan
terbentuk akar dan siap ditanam setelah 4 bulan hari
sejak distek . Cangkok mimba dapat dilakukan
dengan media serbuk sabut kelapa . Penggunaan
hormon IBA (800 ppm) efektif untuk meningkatkan
perakaran cangkok .
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, sebelumnya benih dicampur dengan
fungisida dalam bentuk tepung. Misal: bahan aktifnya
saja, benomil.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk
TSP 1 sendok makan. Polybag berukuran 10,2
x 15,2 cm. Dalam masa penyemaian diperlukan
naungan 50 % cahaya. Pembukaan naungan
dilakukan setelah bibit cukup kuat dan segar. Bibit
siap tanam setelah berumur 6 bulan.
3)
3);5)
3)
1)
2)
dan penyakit
49
DAFTAR PUSTAKA
1) Djam'an, F.D.; Pramono,A.A.; Danu; Kurniawati, Kartiko, H.D.P.; Lanjar. 1999.
Teknik Perbanyakan Secara Vegetatif Beberapa Jenis Pohon untuk
Pembangunan Hutan Rakyat. Laporan Uji Coba No. 293. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
2) Gupta, V.K.; Solanki, K.R.; Kumar, R.V. dan Datta, A. 1998. Propagating
neem by air layering in Forest, Farm, And Community
Tree Research Report. Vol. 3, 1998. Winrock Internal's Forest, Farm,
And Community Tree Network in collaboration with Council of Agriculture,
Taiwan. Taiwan Forest Research Institute.
3) Kijkar, S. 1992. Handbook: Planting stock production of spp at the
ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre ASEAN-Canada Forest
Tree Seed Centre Poject, Muak Lek, Saraburi Thailand.
4) Nurhasybi & Pramono, A.A. 1995. Eksploresi Benih Jenis matoa
Mimba dan Mindi Laporan
Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor
5) Nurhasybi, Tresna,N.M.B. 1999. Daya simpan benih mimba
pada beberapa tingkat pengeringan
Buletin Teknologi
Perbenihan Vol. 6. No. 1. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Indonesia.;
6) Pramono, A.A. Danu, Dharmawati F.D.; Muharam.A.; Suprayogi, Gatot LP.
2000. Teknik Pembangunan kebun Pangkas untuk 3 jenis: Penanaman
Kebun Pangkas (Mimba),
dan (Jabon) di Nagrak dan Parung panjang.
Laporan Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
7) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America,
Agriculture Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
(Azadirachta indica)
Azadirachta
(Pometia
pinnata), (Azadirachta indica) (Melia azedarach).
(Azadirachta
indica) (Sorability of neem
(Azadirachta indica) seeds on some drying level.
Azadirachta indica Azadirachta excelsa
Anthocephalus cadamba
50
15. MINDI Linn.)(Melia azedarach
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Mindi
Nama botanis : Linn.
Famili : Meliaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di P. Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Timur dan Nusa Tenggara Barat 5). Dewasa ini
populasi pohon mindi banyak ditemui di dataran
tinggi di Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung
(Jawa Barat), dan di Bondowoso (Jawa Timur).
Tumbuh pada ketinggian 700 - 1400 m dpl dengan
curah hujan di bawah 900 mm/tahun. Tumbuh pada
tanah berdrainase baik, subur berpasir. Tahan
terhadap suhu dingin 9).
Pengumpulan Benih : Musim buah bulan Desember - Januari, walaupun
kadang-kadang ada yang berbuah pada bulan Juni.
Buah masak dicirikan dengan kulit buah berwarna
kuning. Hindari penggunaan buah jatuhan. Buah
mindi merupakan buah batu yang terdiri dari
2 - 3 butir benih. Buah berukuran 1 - 1,5 cm. Jumlah
buah kering 1286 butir/kg atau ± 56894 butir biji/kg
4); 8).
Melia azedarach
(drupe)
51
Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat menggunakan
(alat pengupas kopi). Ekstraksi dilakukan sebersih
mungkin, jangan ada sisa kulit dan daging buah yang
menempel. Atau buah digosok-gosok dengan tangan
menggunakan pasir. Usahakan ekstraksi buah
dilakukan segera setelah pemanenan.
Penyimpanan benih : Kadar air benih diturunkan dengan cara diangin-
anginkan di ruang AC (suhu: 18 - 20°C) dalam wadah
datar dan terbuka selama 3 hari (kadar air benih
menjadi 15 %). Bila kadar air benih diturunkan lagi
menjadi kurang dari 10 %, benih mindi akan mati.
Dari hasil penelitian di BTP dengan menggunakan
wadah simpan plastik dalam kaleng di dalam ruangan
ber-AC, viabititasnya dapat dipertahankan sampai 6
bulan (terhitung sejak pemanenan). Benih ini memiliki
sifat semirekalsitran, sehingga diduga dengan
penggunaan wadah yang agak porus (kain blacu) akan
memperpanjang periode simpan benih .
Perkecambahan : Untuk meningkatkan persentase daya berkecambah,
benih ini perlu proses pemasakan lanjutan
selama 4 bulan. Benih ini memiliki sifat
dormansi fisik (kulit benih) yang tinggi, sehingga untuk
memecahkan dormansinya, benih direndam dalam
asam encer (konsentrasi 12 N) selama 10
menit, kemudian rendam dalam GA-3 200 ppm selama
12 jam, dikecambahkan pada media campuran pasir
tanah (1 : 1) yang ditempatkan pada lingkungan
bersuhu tinggi (35°C selama 8 jam per hari). Dengan
metoda ini daya berkecambah dapat mencapai 70% .
Pemecahan dormansi dapat pula dilakukan cara benih
diretakan kulitnya kemudian dikecambahkan pada
media campuran pasir tanah (1: 1) dalam bak
tertutup plastik. Cara ini dapat menghasilkan daya
berkecambah 89 % dengan kecepatan tumbuh 55 %
selama satu minggu .
Vegetatif : Dapat d i lakukan dengan cara dicangkok.
Perbanyakan secara stek masih sulit dilakukan .
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung. Misal : Dithane M-45, Benlate.
food processor
after
ripening
sulfat
(
)
1)
3)
7)
2)
dan penyakit
52
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir
+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15 x
20 cm. Bibit siap tanam setelah berumur 4 bulan.
1) Danu dan Kurniawati. 1996. Pengaruh Kadar Air Awal Benih Terhadap Daya
Simpan Benih Mindi L. Balai Teknologi Perbenihan
Bogor.
2) Dharmawati dan Danu. 1997. Teknik Pembiakan Vegetatif jenis Mindi
L.). Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No:218/
34.1/02/97. Bogor.
3) Iriana, N. 1996. Studi Perkecambahan benih Mindi L.) dalam
Hubungannya dengan Sifat Dormansi. Skripsi Jurusan Budidaya
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
4) Kijkar, S. 1992. Planting Stock Production of spp at The
ASEAN - Canada Forest Tree Seed Centre. ASEAN - Canada Forest
Tree Seed Centre. Muakiek, Saraburi. Thailand.
5) Martawijaya, A., Kartasujana, Kadir, K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu
Indonesia Jilid I - II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan
Bogor.
6) Nurhasybi dan Danu. 1997. Mengenal Budidaya Mindi
Tekno Benih (2) :1 Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
7) Pramono, A.A. dan Danu. 1998. Teknik Pematahan Dormansi Benih Mindi
Linn.). Buletin Teknologi Perbenihan (5):3 Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
8) Pukittayacamee,P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of
Forest Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
9) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
DAFTAR PUSTAKA
(
(
(
( L.)
(
Me ia
Melia
Melia
Me ia
Melia
l azedarach ).
azedarach
azedarach
Azadirachta .
l azedarach
azedarach
53
16. PULAI R Br)(Alstonia scholaris (L)
Oleh :
Muhammad Zanzibar
Nama Perdagangan : Pulai
Nama botanis : (L) R Br.
Famili : Apocynaceae
Sebaran Tumbuh : Hutan rawa sekunder, sampai ketinggian ± 1000 m di
atas permukaan laut 5). Daerah penyebaran meliputi
seluruh Indonesia 2).
Musim Buah : Musim buah berbeda menurut tempat. Di Teluk Pulai
dan Musi Rawas - Sumatera Selatan, buah masak
pada bulan Oktober - Januari 6), sedangkan di Jawa
Barat pada bulan Juli hingga September.
Pengumpulan : Buah berbentuk polong dengan panjang 30 – 50 cm
4). Sebelum pengunduhan, lantai hutan sekeliling
pohon yang akan diunduh dibersihkan terlebih dahulu
atau dilapisi dengan plastik agar buah-buah tersebut
mudah dikumpulkan. Pengunduhan dilakukan pada
polong-polong yang berwarna hijau tua hingga
kekuningan, dengan cara memetik langsung dari
pohon.
Alstonia scholaris
buah
54
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan pada metoda basah.
Polong - polong diletakkan di dalam peti kayu yang
di atasnya ditutupi kawat kasa, diangin-anginkan pada
suhu kamar (t = ± 27 C, RH = 70 - 90 %, selama 3 -
7 hari). Setiap hari polong-polong diaduk agar
mendapatkan panas secara merata; polong akan
pecah sendiri dan benih akan keluar. Benih pulai
bersayap tipis, dengan jumlah 544.400 butir benih
bersayap/kg, atau setara dengan 701.600 butir benih
tanpa sayap/kg. Pemisahan antara sayap dan benih
dapat menggunakan .
Penyimpanan benih : Benih pulai berwatak semi ortodok, yaitu benih
memiliki potensial kandungan lipid yang tinggi, kulit
benih yang relatif tipis sehingga cepat hilang
viabilitasnya bila disimpan pada suhu kamar,
sedangkan pada temperatur rendah relatif lebih
tahan . Kadar air aman untuk penyimpanan berkisar
antara 7,5 - 9.0 %, diperoleh dengan cara diangin
anginkan selama 2 - 3 hari pada ruang kamar (t = ±
25°C, RH 70 - 90%) kemudian benih dikemas dalam
kantong plastik kedap (ukuran 4 - mil atau lebih, 1
mil = 1/1000 inch), kemudian disimpan dalam ruang
dingin (DCS dan refrigator/almari es). Selama 6 bulan
masih memiliki daya berkecambah 82,00 % .
Perkecambahan dan : Metode uji perkecambahan di laboratorium
menggunakan Uji Di atas Kertas (UDK), pada media
kertas merang atau towel. Di rumah kaca,
menggunakan pasir halus atau campurannya dengan
tanah (1 : 1) .
Dalam proses perkecambahannya dibutuhkan
temperatur yang relatif tinggi (rata-rata 35°C). Oleh
karena itu pengujian dapat dilaksanakan di rumah
kaca atau germinator yang dilengkapi dengan pengatur
temperatur.
Penyemaian dilakukan setelah kecambah berumur
14 - 21 hari. Semai harus bebas dari matahari terik
dan terpaan hujan dengan menggunakan shadding
net berukuran 50 - 75 %.
O
7)
1)
-
7)
6)
food processor
Persemaian
55
Pembiakan vegetatif : Tanaman pulai mudah dibiakkan secara vegetatif, yaitu
melalui stek batang. Tanpa pemberian hormon
tumbuhpun stek dapat menumbuhkan tunas dan akar
secara cepat dan normal .
Media yang baik untuk pertumbuhan stek adalah sabut
kelapa namun dapat pula menggunakan media tanah
yang memiliki daya serap air yang tinggi . Tempat
pertumbuhan dapat menggunakan sungkup plastik
atau misting chamber, bahkan pada musim penghujan
stek dapat ditanam langsung di lapangan
Pertumbuhan pulai diawali dengan tumbuhnya
percabangan atau tunas secara dominan dan serentak,
tetapi setelah umur tertentu akan muncul tunas baru
yang dominan sebagai bakal batang utama. Tunas
yang tumbuh sebelumnya akan menua, dan kemudian
menggugurkan diri
1) Bonner, F.T, J.A. Vozzo, W.W. Elam, S.B. Land, Jr. 1994. Tree Seed
Technology Training Course. Instructors. Manual. United States Departmen
of Agriculture. Forest Service. Southern Forest experiment Station,
New Orleans, Louisiana.
2) Martawijaya, A., Iding K, Kosasih K dan Soewanda A.P. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Direktorat
Jenderal Kehutanan.
3) Pebrijanti, D.E, Syafii Manan dan M. Zanzibar. 1999. Pengaruh Dosis Rootone
F, Jenis Media dan Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek
Batang Pulai Gading R.Br). Skripsi. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
4) Tantra, IGM. 1981. Flora Pohon Indonesia Balai Penelitian Hutan Bogor.
5) Whitemore, T. C. 1972. Tree Flora of Malaya A Manual For Forester. Forest
Research Institute-Longman Malaysia. Kepong.
6) Zanzibar. M. 1996. Penentuan Tingkat Masak Fisiologis, Media dan Metode
Uji Perkecambahan Benih Pulai Balai Teknologi Perbenihan
- Badan Litbang Kehutanan. Laporan Uji Coba. Bogor.
8)
3)
.
.
8)
8)
DAFTAR PUSTAKA
(
).
Alstonia shoolaris
Alstonia( sp
56
7) _________. 1997. Penentuan Pengkondisian benih Pulai sp Untuk
Penyimpanan. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan.
Laporan Uji Coba. Bogor.
8) _________, dan Danu. 1999. Pengadaan Bibit Pulai Melalui Stek. Majalah
Duta Rimba, Edisi Juli 1999. Perum Perhutani. Jakarta.
(Alstonia )
57
17. Ramin (Miq.) Kurz.)(Gonystylus bancanus
Oleh :
Hero Dien Pancang Kartiko
Nama Perdagangan :
Nama botanis : (Miq.) Kurz .
Famili : Thymelaeaceae
Sebaran Tumbuh : Jenis tanaman ini pada awalnya banyak terdapat pada
daerah rawa gambut di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Riau, dan Sumatera Selatan sampai keting-
gian 100 m diatas permukaan laut. Selain itu, terdapat
pula di Sarawak, Brunei Darussalam, Sabah, Pilipina,
dan Myanmar 1);2);4). Akan tetapi pada saat ini
keadaan populasinya semakin menurun dan meng-
arah kepada kelangkaan, sebagai akibat dari tingginya
laju penebangan dan rendahnya kegiatan penanaman
3);4).
Musim Buah : April – Mei (Kalimantan Tengah). Buah berbentuk
bulat-oval, dengan ukuran sekitar 4 x 3,5 cm, memiliki
tiga rongga berisi benih. Pada saat masak, kelopak
buah pecah, dan dari kejauhan buah nampak ber-
warna kemerah-merahan, yang merupakan warna
kulit buah bagian dalam 1).
Ramin
Gonystylus bancanus
58
Pengumpulan : Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih agar
dikumpulkandari tanaman indukyangberpenampilanbaik
pula, misalnya ditinjau dari pertumbuhan tinggi, diameter,
kelurusan batang, dan kesehatan .
Untukmemudahkanpengumpulan,sesaatmenjelangbuah
masak, lantai hutan di sekitar pohon induk agar dibersihkan
dari semak-semak. Pengumpulan benih dilakukan dengan
mengambil benih masak yang telah jatuh di lantai hutan.
Benihyangtelah terkumpulditempatkandalamwadahyang
memiliki pori-pori udara, seperti kantong terigu atau
kantong kain lainnya.
Ekstraksi benih : Pembersihan benih dilakukan dengan mencuci dan
membersihkan sisa-sisa daging buah yang terdapat pada
kulit benih.
Penyimpanan : Benihraminmerupakanbenih-basah-cepat-rusakatausering
disebut pula sebagai benih rekalsitran, sehingga tidak tahan
terhadap pengeringan dan cepat menurun daya
berkecambahnya bila disimpan dalam keadaan kering. Bila
disimpan dalam keadaan lembab, benih terdorong untuk
berkecambah selama dalam ruang simpan . Oleh karena
itu, setelah proses pembersihan selesai, benih sesegera
mungkin disemaikan.
Bila penanaman secara langsung tidak memungkinkan,
benih agar disimpan sementara dalam kantong plastik
berisi serbuk gergaji lembab pada ruang AC (18 -
20°C). Dengan cara ini, kehidupan benih masih dapat
dipertahankan dengan baik, dengan daya
berkecambah 80 - 90 %, selama 1 - 2 pekan .
Perkecambahan : Untuk keperluan penaburan, digunakan media pasir atau
pasir kuarsa yang ditempatkan dalam kotak berdinding
tembok atau kotak plastik. Kotak tersebut ditutup plastik
transparan pada bagian atasnya. Perkecambahan benih
dimulai antara hari ke 2 dan ke 5, dan berakhir antara
hari ke 20 dan ke 30 .
Penyapihan dilakukan setelah 1 - 1,5 bulan setelah
penaburan,denganmemindahkankecambahsecarahati-
hati ke media sapih yang ditempatkan dalam polibag.
Media sapih yang digunakan adalah gambut yang telah
diayak.Setelahdisapih,bibitditempatkandibawahnaungan
yang dapat menyaring 90 % sinar matahari. Bibit dipelihara
di persemaian selama 6 – 8 bulan, kemudian siap
ditanam di lapangan.
8);5)
s)
8)
1)
benih
dan Persemaian
benih
59
Pembiakanvegetatif : Walaupun perkiraan musim berbuah telah
disampaikan pada sub bab "musim berbuah" di
atas, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, di
hutan alam, jenis ramin dikenal memiliki musim
berbuah yang tidak menentu. Akibatnya, pengadaan
bibit asal biji sering sukar untuk dilaksanakan. Oleh
karena itu, diperlukan upaya pengadaan bibit secara
pembiakan vegetatif dengan cara stek pucuk.
Pembuatan bibit dengan stek dapat dilakukan dengan
mengambil stek pucuk sepanjang 15 cm diambil dari
tanaman atau kebun pangkas yang berumur muda
(maksimal berumur 8 - 9 tahun). Selanjutnya, jumlah
dan luas daunnya dikurangi dan diberi zat tumbuh
(0.067 % 1-naftalenasetamida, 0,013 % 2-metil-
1naftalenasetamida, 0,057 % indole-3-butirat) dan
fungisida (4 % tiram) pada bagian dasarnya. Setelah
itu, stek ditanam pada media pasir halus dalam ruang
pembentukan akar yang terbuat dari tembok dan
bertutup plastik transparan pada bagian atasnya, serta
diberi naungan yang dapat menyaring sekitar 95 %
sinar matahari langsung. Penyiraman dilakukan
dengan pancaran air yang halus sebanyak 3 - 4 kali
sehari. Dengan cara demikian, dapat diperoleh stek
berakar sebesar 45 - 50 % setelah 9 bulan .
Hama dan Penyakit : Gangguan hama dan penyakit yang perlu diwaspadai
adalah tikus yang memakan benih (pada proses
perkecambahan) dan gejala bercak daun pada bibit
(selama penyapihan). Untuk mencegah terjadinya hal
di atas, yang perlu dilakukan pertama-tama adalah
dengan membersihkan gulma, serasah, tumpukan
kayu, atau sampah lain dari lingkungan persemaian.
Selain itu, dalam masa perkecambahan, benih agar
ditempatkan pada ruang yang terlindung, seperti
ruang bertembok batu atau kotak plastik yang
bertutup plastik transparan. Untuk mencegah serangan
bercak daun, bibit agar diberi naungan yang cukup
(85 - 90 %), dan hindari penggunaan bahan naungan
yang mudah membusuk pada musim penghujan.
7)
60
DAFTAR PUSTAKA
1) Alrasjid, H. dan I. Soerianegara. 1976. Pedoman sementara penanaman kayu
ramin Kurz). Laporan No. 231. Lembaga Penelitian
Hutan, Bogor.
2) Argent, tanpa tahun. Manual of the larger and more important non
dipterocarp trees of Central Kalimantan Indonesia. Volume 2. Forest
Research Institute, Samarinda.
3) Barly. 1998. Peningkatan mutu kayu bahan mebel dan barang kerajinan.
221 (XXIV) November 1998:39 - 48.
4) DITSI. 1983. Petunjuk teknis penanaman ramin. Direktorat Reboasasi dan
Rehabilitasi, Jakarta.
5) Kartiko, H.D.P. 1999. Peran sumber benih terhadap keberhasilan tanaman.
234 (XXIV) Desember 1999:9 -10.
6) Kartiko, H.D.P. 1998. Teknik penyimpanan benih-cepat-rusak dari tanaman
langka: ramin Kurtz).
5(1):1-8.
7) Kartiko, H.D.P. . 2000. Membuat bibit ramin melalui stek. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor. (dalam proses penerbitan).
8) Roulund, H. dan K. Olesen. 1992. Mass propagation of improved material.
Lecture Note D-7. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.
(Gonystylus bancanus
G.
(Gonystylus bancanus Buletin Teknologi Perbenihan
et al
Duta
Rimba
et al
.
.
Duta Rimba
et al
61
18. RASAMALA ( )Altingia excelsa
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Rasamala
Nama botanis :
Famili : Hamamelidaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami terutama di hutan-hutan gunung
Priangan dan pegunungan Bukit Barisan Sumatera,
pada ketinggian 600 - 1000 m dpl. Sumber benih
terdapat di Sukabumi dan Cianjur (Jawa Barat). Hutan
rasamala dapat dijumpai di Bedugul, Bali 3).
Musim buah : Musim buah pada bulanAgustus-Oktober 1).
Pengumpulan Benih : Buah Rasamala termasuk buah kotak, yang ber-
bentuk bulat diselubungi sisik hijau. Buah tersebut
berwarna coklat kekuning-kuningan dengan panjang
buah 1,2 - 2,5 cm dan lebar 1,2 - 2,2 cm. Buah yang
masak fisiologis dicirikan oleh warna sisik buah hijau
kecoklatan sampai coklat 4). Apabila buah kelewat
masak (kehitam-hitaman) kemungkinan besar tidak
mengandung biji lagi. Dalam satu buah terdapat
sekitar 35 benih Benih rasamala berukuran kecil yaitu
Altingia excelsa
62
kurang lebih 177.000 butir per kg atau 75000 butir/
liter .
Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara mengeringkan buah
pada suhu 38-42 C selama 20 jam dalam seed drier
atau dijemur dengan sinar matahari selama 2 hari.
Benih dapat diseleksi dengan menggunakan mesin
seed untuk memperoleh ukuran benih
yang seragam.
Perkecambahan : Media tabur berupa pasir campur tanah (1 : 1). Benih
mulai berkecambah pada hari ke 10 . Kecambah
siap sapih setelah berumur 10 - 11 hari, atau setelah
semai kuat.
Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan
jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah+pasir+
kompos (7: 2: 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk
TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.
Dalam penyemaian diperlukan naungan 50 %
cahaya. Semnai siap ditanam di lapang setelah
berumur 10 bulan , atau telah mencapai tinggi 50
cm .
1) Adiwijaya, S. 1976. Petunjuk Praktis Pembuatan Persemaian Rasamala
Berita Wanajaya. Majalah Kehutanan Jawa Barat. Tahun ke VI Januari
1976.
2) Muliawati, E.S.; Iriantono, D. 1991. Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan
dan Wadah Simpan untuk Penyimpanan Benih Rasamala
Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95. Departemen Kehutanan. Badan
Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
3) Prosea 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Ed.
Sutarno, H., Rifai, M., Nasution, R.E. Seri Pengembangan PROSEA 5(1)1.
Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. p 61.
4) Purwanti, E. (1991). Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih
Rasamala Noronhae) Berdasarkan Warna Buah Jurusan
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
1);3)
O
1);3)
1)
3)
gravity
(Altingia excelsa
table
excelsa
DAFTAR PUSTAKA
(altingia
dan Penyakit
63
19. SENGON ( (L.) Nielsen)Paraserianthes falcataria
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Sengon, Jeunjing
Nama botanis : (L.) Nielsen
Sinonim : (L.) BackFamili : Leguminosae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan
Maluku. Sumber benih terdapat di Kediri (Jawa
Timur). Tumbuh pada ketinggian 0 -1200 m dpl
dengan curah hujan 2400 - 4800 mm/tahun. Jenis
ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase
baik. Toleran terhadap tanah asam, padat dan
terpaan angin 3).
Paraserianthes falcataria
Albizia falcata
Pengumpulan Benih : Musim buah umumnya pada bulan Juli - Agustus.
Buah/polong masak berwarna coklat. Jumlah benih
per 1 kg adalah 25.000 - 28.000 butir 1).
Ekstraksi Benih : Ekstraksi dengan cara polong dijemur selama 1
hari, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan
dipukul-pukul dengan memakai kayu hingga
polongnya hancur. Benih dipisahkan dari kotoran-
64
nya dengan ditampi. Seleksi/sortasi benih dapat
dilakukan dengan menggunakan seed gravity table .
Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8%). Pengeringan
benih dengan cara dijemur selama 1 hari. Dikemas
dalam wadah kedap (plastik dimasukkan dalam
kaleng). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang
kamar, ber AC atau DCS. Dengan cara ini viabilitas
dapat dipertahankan selama kurang lebih 12 bulan .
Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1:1). Perlakuan
pendahuluan dengan cara direndam dengan air
mendidih dibiarkan dingin sampai dengan 24 jam. Uji
viabilitas benih secara cepat dapat digunakan TZ
(Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %, perendaman
2 jam). Ciri benih viabel yaitu titik tumbuh berwarna
merah, dan maksimal 50 % dari cotyledon berwarna
putih .
Vegetatif : Dapat menggunakan cara pencangkokan. Benih yang
baru diekstraksi terinfeksi oleh cendawan terbawa
benih umurnya bersifat fotogenik dalam jangka
panjang. Cendawan tersebut adalah
dan Oleh
karena itu sebelum disimpan terlebih dahulu diberikan
benomil 5 % dari berat benih, diaduk hingga rata .
Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan jamur,
sebelumnya benih dicampur dengan fungisida dalam
bentuk tepung. Misal: Dithane M45, Benlate.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag
10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan
naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah
berumur 3 bulan.
5)
4)
2)
5)
Cladosporium
sp. Plasma sp, curvularia sp Fusarium sp.
dan Penyakit
65
DAFTAR PUSTAKA
1) BPTH Bandung. 2000. Rekapitulasi Hasil Pengujian Benih. Bandung.
(tidak diterbitkan).
2) Nurhasybi dan Kartiana, E.R. 1990. Uji Cepat Viabilitas Benih Akor
Cunn) dan Jeunjing
Fosberg) dengan Tetrazolium. LUC No. 77. Balai Teknologi Perbenihan.
Bogor.
3) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras
4) Wibowo, C. 1990. Penentuan Lama Pengeringan Awal dan Kondisi Simpan
untuk Penyimpanan Benih Jeunjing Fosberg).
LUC No. 71. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
5) Zanzibar, M., M. Widodo, dan S. Wiyono. 1996. Identifikasi dan Metode
Penanggulangan Infeksi Mikroba pada Benih Sengon
Fosberg). Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
(Acacia auriculiformis A. (Paraserianthes falcataria
falcataria(Paraserianthes
(Paraserianthes
falcataria
66
67
20. SENGON BUTO Griseb.)(Enterolobium cyclocarpum
Oleh :
Dharmawati F.Djam'an
Nama perdagangan : Sengon butoNama ilmiah : Griseb.Famili : Leguminosae
Sebaran tumbuh : Sebaran alami dari daerah tropis Amerika,
terutama di bagian utara, tengah dan selatan
Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 –
1000 m dpI dengan curah hujan 600 – 4800
mm/tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan
dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah
berpasir dan asin tapi bukan pada tanah
berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin
dan terpaan angin 4). Di Indonesia mulai di
tanam pada tahun 1974 di kebun percobaan
Pusat Penelitian Hutan di Sumber Wringin dan
RPH Sumber Wringin, Situbondo Jawa Timur
dan berfungsi sebagai sumber benih.
Musim Buah : Agustus – September 3)
Enterolobium cyclocarpum
Pengumpulan benih : Buah sengon buto termasuk buah polong,
dengan kulit keras. Bentuk polong melingkar
dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga
pangkal buah dan ujungnya menempel. Benih
masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan
berisi ± 13 benih. Benih sengon buto berukuran
panjang 1,1 - 2 cm dan garis tengah 0,8- 1,3 cm dan
agak gemuk, berwarna coklat tua dengan garis coklat
muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 - 1000
benih .
Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara menjemur buah
di bawah sinar matahari (ekstraksi kering). Untuk
memisahkan benih dan bagian lain, dilakukan
penampian .
Penyimpanan benih : Benih sengon buto dapat disimpan dengan mutu benih
yang tetap baik dalam wadah kaleng yang tertutup
rapat selama 2,5 tahun pada suhu .
Perkecambahan : Media tabur berupa campuran tanah dan pasir
(1 : 1). Pada benih sengon buto ini perlu
dilakukan perlakuan pendahuluan dengan cara
mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan direndam
air dingin selama 24 jam, atau dengan cara merendam
benih dalam larutan H SO pekat selama 35 menit
dan dicuci dengan air mengalir. Kecambah siap sapih
setelah berumur 14 hari . Berdasarkan Uji TZ (Tetrazo-
lium) kriteria benih hidup adalah apalagi minimum
kotiledon berwarna merah normal (minimum 30 % dari
luas kotiledon). Plasma dan ujung radikel
berwarna merah dengan merah muda, sedangkan
bagian stele memiliki bagian berwarna putih.
Sedangkan benih mati ditandai dengan warna embrio
(plumula, radikel/stele) didominasi warna putih,
bercak-bercakmerah agakmerah gelap (kebiru-biruan)
tumbuh
3)
3)
5)
3)
2 4
(radicle sip)
vegetatif : Dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cara
stek dengan menggunakan media tanah campur
serbuk gergaji (1 : 2), tanpa penambahan zat pengatur
.2)
68
Pencegahan hama : Serangan rayap pada pohon tua, dan serangan dan
penyakit pada kulit batang tetapi belum terjadi
serangan massal .
Persemaian : Media semai menggunakan tanah + TSP + pupuk
kandang ( 8 : 1,5 gram : 1). Ukuran kantong plastik
yang baik untuk pembuatan bibit adalah 16 x 10 cm .
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur
3 bular).
1) Alrasjid, H dan R.I Ardikusumah. 1974. Beberapa Catatan Tentang
Griseb. Departemen Pertanian, Direktorat
Jenderal Kehutanan. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.
2) Danu, Dharmawati F.D. dan Dody H.A. 1996. Pengaruh Bahan Stek, Media
dan Zat Pengatur Tumbuh IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Sengon Buto
Griseb. LUC No. 173, Balai Teknologi
Perbenihan, Bogor.
3) Djam'an, D.F. 1996. Pengaruh Tingkat Kematangan Polong dan Skarifikasi
Benih Sengon Buto Griseb.) Terhadap
Perkecambahannya. Bull. Teknologi Perbenihan 3(3), Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1995. Mengenal Budidaya Tanaman Sengon Buto
Griseb.). Leaflet Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras
6) Zanzibar, M, Secunda S.S, Cahyo W. 1998. Uji cepat viabilitas benih Sengon
buto ( ) berdasarkan uji cepat tetrazolium.
Buletin Teknologi Perbenihan 5 (3). Balai Teknologi Perbenihan Bogor.
5)
5)
3);5)
DAFTAR PUSTAKA
Enterolobium cyclocarpum
Entecolobium cyclocarpum
(Enterolobium cyclocarpum
(Enterolobium
cyclocarpum
Enterolobium cyclocarpum
dan Penyakit
69
70
21. SONOBRITZ (Dalbergia latifolia Kurtz)
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Sonobritz
Nama botanis : Kutrz
Famili : Papilionaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di P. Jawa. Tumbuh di dataran rendah
sampai sekitar 1500 m dpl dengan curah hujan 700 –
5000 mm/tahun. Toleran terhadap naungan tetapi
sensitif terhadap kekeringan dan api. Suhu maksi-
mum yang dibutuhkan 370 - 570 C, suhu minimum
150 C. Kelembaban relatif 40 - 100 % 9). Hutan
tanaman antara lain terdapat di Wonogiri (Jawa
Tengah) 11).
Musim buah : Musim buah pada bulan Mei -Agustus
Pengumpulan Benih : Buah berupa polong. Polong yang sudah masak
berwarna coklat 6). Polong berukuran 4 – 9 cm X 1,5
- 2 cm, yang berisi 1-4 butir benih 10). Benih
berwarna coklat dengan panjang 6 - 8 mm, lebar 5 - 6
mm. Kadar air benih segar 11 – 14 %. Jumlah benih
per kg adalah ± 21.000 butir 2).
Dalbergia latifolia
O
O
8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis
Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
9) Prasard, AG dan Sukandi, T 1994. the high-valued Indian
rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from
around the world. N FTA94-04April 1994.
10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri
Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.
p 73-75.
11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (
Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H
Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Dalbergia latifolia
Dalbergia latifolia:
Dalbergia
latifolia
73
buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih
dari daging buah dan umumnya masih baik
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,
dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter
kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap
pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat
memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin
bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-
5,9 cm dan berat per butir 45 - 360 gram .
Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah
membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging
buah dengan tangan .
Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas
(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %
kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.
Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih
utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 C atau
10 - 15 C . Untuk mengurangi penurunan kadar air
yang drastis yang dapat merusak kemampuan
berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk
gergaji dan bahan lainnya dapat dicoba.
Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan untuk mempercepat
perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan
benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan
diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22° C, RH
60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih
d i kupas dengan tangan . Ben ih sebe lum
dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur
dengan posisi berbaring pada media pasir yang
ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali
dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup
kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak
berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.
Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar
72 % .
Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi
penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan
wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan
1)3)
3)
1)
O
O 2)
4)
dan Penyakit
78
71
Ekstraksi benih : Cara terbaik untuk mengektraksi benih adalah dengan
merontokkan polong yang sudah kering dan diikuti
menggosok polong di atas kawat kasa. Pemilihan benih
dengan akan menghasilkan benih
yang kualitasnya seragam.
Penyimpanan benih : Pengeringan untuk penyimpanan dilakukan dengan
menggunakan suhu 40 C selama 6 jam (KA 9,57 %)
atau dengan penjemuran selama 6 hari (KA7,42 %).
Benih disimpan dalam wadah kaleng. Penyimpanan
dengan menggunakan wadah simpan kedap
ditempatkan di kamar ber-AC. Sampai 4 bulan
viabilitas benihnya dapat dipertahankan dengan rata-
rata DB 80 % .
Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan dengan perendaman dalam
air dingin selam 24 jam. Media perkecambahan
berupa pasir campur tanah (1 : 1) . Benih mulai
berkecambah setelah 7-21 hari . Uji cepat viabilitas
dengan sinar-X menyatakan benih yang viabel adalah
benih yang memiliki embryo yang memenuhi rongga
benih, tidak mengalami kerusakan mekanik, bebas
dari serangan hama dan penyakit, serta menunjukkan
kepadatan yang seragam. Bahan pengontras yang
digunakan Nat 20 % . Uji cepat juga dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan tetrazolium. Benih yang
viabel adalah benih yang bagian radikel dan kotiledon
masing-masing terwarnai merah sekurang-kurangnya
20%
Vegetatif : Sonobritz dapat dibiakkan vegetatif melalui stek
batang dan stek akar. Pengakaran dilakukan pada
media pasir. Bak pengakaran dinaungi dengan jaring
plastik ukuran 14 mesh . Bahan stek batang berasal
dari terubusan, sedangkan bahan stek akar harus
diambil dari pohon yang berumur di bawah 5 tahun.
Tunas akar dipilih yang berukuran diameter 1 - 2,5
cm, dipotong sepanjang 20 cm . Dalam waktu
dua bulan semai stek sudah dapat tumbuh seragam.
Di India pembiakan sudah dapat dilakukan dengan
teknik kultur jaringan, dengan menggunakan media
Murashige dan Skoog (MS) yang diberi tambahan zat
pengatur tumbuh NAAdan BAP .
seed gravity table
O
3)
7)
9
4)
8
s)
9);10)
10)
)
)
Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan
jamur, benih dicampur terlebih dahulu dengan
fungisida dalam bentuk tepung.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x
15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan 50%
cahaya. Semai dapat ditanam di lapang pada umur
6 - 12bulan .
1) Dirjen RRL. 1987. Daya simpan benih Sonobritz Roxb)
dengan Berbagai Tingkat Vigor Awal dan Kondisi Penyimpanan. Laporan
Uji Coba No. 14. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2) Direktorat Reboisasi dan Rehabititasi (DITSI). 1980. Pedoman Pembuatan
Tanaman. Jakarta: DITSI, Ditjen Kehutanan. Pp 75-84. 3) Erizal dan
Kartiko, H.D.P. 1991. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benih Sonobritz
Roxb). Laporan Uji Coba No. 88. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Hardedi, D. 1988. Uji cepat Viabilitas Benih Sonobritz
Roxb) dengan Menggunakan Sinar X. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA.
Universitas Pakuan. Bogor. Tidak diterbitkan.
5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Bahan Stek Batang dan Zat Pengatur Tumbuh
Terubusan Sonokeling Sonobritz Roxb). Laporan Uji
Coba No. 103. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
6) Kartiko, H.D.P. dan Sagala, J. 1987. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan
Pengeringan polong terhadap Mutu Benih Sonobritz
Roxb). Laporan Uji Coba No. 19. Balai Teknologi Perbenihan.
Bogor.
7) Khan, A. 1991. Pemilihan Metoda dan Media Perkecambahan Benih Sonobritz
Roxb) di Lapangan. Laporan Uji Coba No. 81.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2);9)
DAFTAR PUSTAKA
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
dan Penyakit
72
8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis
Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
9) Prasard, AG dan Sukandi, T. 1994. : the high-valued Indian
rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from
around the world. N FTA94-04April 1994.
10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri
Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.
p 73-75.
11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (
Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H
Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Dalbergia latifolia
Dalbergia latifolia
Dalbergia
latifolia
73
22. TUSAM (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese)
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : TusamNama botanis : Jungh. et de VrieseFamili : Pinaceae
Sebaran Tumbuh : Sebaran alami di Aceh, Sumatera Utara dan
Jambi. Hutan tanaman tersebar di P. Jawa,
Sumatera dan Sulawesi. Sumber benih berada di
Sumedang dan Banjaran (Jawa Barat), Baturaden
dan Paninggaran (Jawa Tengah) dan Sempolan (Jawa
Timur) 5). Tumbuh pada ketinggian 800 –
1600 m dpl dengan curah hujan 2400 – 3600
mm/tahun. Tumbuh pada tanah berdrainase
baik. Toleran terhadap tanah pasir dan asam 8).
Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih ditandai dengan kulit
kerucut yang berwarna hijau tua, dengan sisik
berwarna coklat 3). Untuk mengetahui warna
sisik yang tepat, ujung kerucut diiris. Pengirisan
dilakukan pada saat pemanenan. Ukuran buah
diameter 2,0 - 2,8 cm panjang 5 - 9 cm, Jumlah
benih per kerucut sekitar 23 butir. Berat per 1000
Pinus merkusii
74
butir benih (Kadar air 9,7 %) adalah 20,3 gram. Jumlah
benih sebanyak 47694 butir/kg .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dapat dilakukan dengan cara dijemur
di bawah sinar matahari selama 7 hari (kadar air benih
5 %). Seleksi atau sortasi dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan mesin
Penyimpanan benih : Pengemasan benih (kadar air: 5 - 8%) menggunakan
wadah plastik dalam kaleng (kedap) dengan ruang
simpan DCS (suhu: 4 - 80 C, RH = 40 - 60 %),
viabilitasnya dapat dipertahankan sampai periode
simpan 2 tahun . Bila menggunakan ruang AC (suhu :
18 - 20°C) atau ruang suhu kamar (suhu: ± 27 C),
viabilitasnya hanya dapat dipertahankan masing-
masing sampai 4,5 bulan dan 2,5 bulan .
Perkecambahan : Media yang digunakan campuran pasir tanah 1:1.
Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam dalam
(H 0 1 %) selama 24 jam, dengan
cara ini daya berkecambah sampai 85 % , dapat juga
menggunakan perlakuan osmotik larutan
pada tekanan -bar selama 10 hari . Uji viabilitas
secara cepat dapat menggunakan uji TZ
0,5 %, selama 1 jam). Benih yang viabel
dicirikan semua bagian benih berwarna merah atau
merah muda. Sedangkan dengan uji sinar-x (tegangan
(KVp): 14 kilovolt, kuat arus (mA): 5,5 A, lama
penyinaran (eT): 12 detik, jarak fokus ke obyek (FFD):
25 cm, penempatan film (OFD) langsung di atas film
sinar-x, bahan pengontras 10 % lama
perendaman 30 menit), benih viabel apabila memiliki
struktur yang lengkap dan kulit
benih), benih tidak menyerap bahan pengontras dan
kerusakan fisik maksimal 25 % dari rongga benih
Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan
jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung. Misal: benomil 2,5 % .
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
7)
O
2)
1)
9)
6)
4)
10)
seed gravity table.
hidrogen peroksida
PEG 600
clorida
BaCl
(endosperm, embryo
O
2 2
2
(Tetrazolium
dan Penyakit
75
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Media tanah yang
digunakan sebaiknya mengandung mikoriza
yang sesuai. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.
Dalam penyemaian diperlukan naungan 50 % cahaya.
1) Danu. 1994. Pengaruh Wadah Simpan Terhadap Viabilitas Benih Tusam
Jungh. et de Vriese). Laporan Uji Coba Balai Teknologi
Perbenihan No: 151/34.1/02/95. Bogor.
2) Ditjen RRL. 1988. Petunjuk Teknik : Penanganan dan Pengujian Mutu Benih
Jakarta.
3) Erizal. 1988. Tingkat Kemasakan dan Pengeringan Kerucut
et de Vriese Dengan Alat Pengering (Seed Drier). Laporan Uji
Coba No. 37. BTP, Bogor.
4) Nurhasybi dan D. Rinawan. 1995. Kriteria Uji Cepat Viabilitas Benih Tusam
Jungh. et de Vriese) denga Sinar-X. Laporan Uji Coba
Balai Teknologi Perbenihan No:1 69/34.1/03/95. Bogor.
5) Nurhasybi, Iriantono, D., Marom, O., dan Mulyanto, Y. 1997. Peta
Pewilayahan Sumber Benih di Jawa. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
6) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest
Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
7) Setyawan, H. 1993. Perlakuan Osmotik Sebagai Cara Untuk Meningkatkan
Sifat Perkecambahan dan Vigor Benih et de Vriese.
Skripsi Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.
8) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
9) Yuniarti, N. 1996. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dengan Perendaman Air
Dingin, 6A3 dan H O terhadap Viabilitas Benih Tusam
Jungh et de Vriese). Buletin Teknologi Perbenihan. Vol. 3 (2) : 64- 67.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
10) Zanzibar, M dan D.J. Sudrajat 2000. Pengaruh Kadar Air Awal Terhadap
Perkecambahan dan Cara Pengendalian Penyakit Pada Benih Tusam
Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 7 No. 1 Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
(Pinus
Pinus
Jungh
(Pinus
Pinus
(Pinus
merkusii
merkusii
merkusii
merkusii
Pinus merkusii
merkusii
(P. merkusii).
Pinus .
merkusii
Jungh.
2 2
76
77
23. U LI N ( T. et B.)Eusideroxylon zwageri
Oleh :
Nurhasybi
Nama perdagangan : Ulin, BulianNama botanis : et B.Famili : Lauraceae
Sebaran tumbuh : Sebaran alami di seluruh Kalimantan, Sumatera
Selatan dan Jambi. Sumber benih terdapat di
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Jambi.
Musim buah : Pohon Ulin berbuah setiap tahun 1). Musim
kemarau yang panjang dapat mengakibatkan
kegagalan perkembangan buah muda menjadi
tua, dimana buah muda jatuh sebelum tua.
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan
Oktober – Januari 3).
Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan di bawah tegakan. Benih
masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna
coklat. Buah yang jatuh mengalami proses
pengelupasan kulit benihnya sangat lama (kurang
lebih setahun). Benih yang berasal dari musim
Eusideroxylon zwageri T.
buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih
dari daging buah dan umumnya masih baik
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,
dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter
kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap
pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat
memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin
bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-
5,9 cm dan berat per butir 45 - 360 gram .
Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah
membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging
buah dengan tangan .
Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas
(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %
kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.
Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih
utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 atau
10 - 15 C Untuk mengurangi penurunan kadar air
yang drastis yang dapat merusak kemampuan
berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk
gergaji dan bahanlainnya dapat dicoba.
Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan untuk mempercepat
perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan
benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan
diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22° C, RH
60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih
d i kupas dengan tangan . Ben ih sebe lum
dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur
dengan posisi berbaring pada media pasir yang
ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali
dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup
kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak
berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.
Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar
72 % .
Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi
penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan
wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan
1):3)
3)
1)
O 2).
4)
OC
dan Penyakit
78
mudah terkelupasnya kulit benih. Terlepasnya kulit
benih selain cepat menurunkan viabilitas benih, juga
akan memudahkan serangan jamur terhadap isi benih
yang memiliki kadar air tinggi. Pemberian fungisida
disarankan dengan dosis rendah yang tidak akan
berpengaruh terhadap viabilitas benih.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15
x 25 cm. Dalam pemindahan kecambah ke polybag,
kotiledon yang masih menempel pada akar tidak boleh
lepas, karena pertumbuhan bibit masih memerlukan
cadangan makanan yang berasal dari kotiledon.
Dalam persemaian diperlukan shaddingnet dengan
naungan 90 %. Bibit siap tanam setelah berumur 1
tahun.
1) Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi. 1983. PetunjukTeknis Penanaman Ulin
Jakarta.
2) Kartiko, H.D.P, Danu, Muharam, A. dan Sanusi, H.M. 1998. Teknik
Penyimpanan Benih Ulin Pola Perubahan Kadar
Air Benih dan Pengenalan Sumber Benih. Laporan Uji Coba No. 269.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
3) Nurhasybi dan Danu. 1998. Gambaran Potensi Sumber Benih Ulin
B.). Makalah Penunjang disampaikan pada
Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan
Kehutanan tanggal 9 Maret 1998. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1997. Penanganan Benih Ulin : Perlakuan Pendahuluan dan
Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih Ulin
Laporan Uji Coba No. 262. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
3
DAFTAR PUSTAKA
(Eusideroxylon zwageri).
(Eusideroxylon zwageri) :
(Eusideroxylon
(Eusideroxylon zwageri).
zwageri T. et
79
III. GLOSARI
Benih : Biji tumbuhan yang digunakan manusia untuk tujuan
penanaman dan budidaya.
Bibit : Tanaman muda hasil perkembangan dari benih, stek,
cangkok atau kultur jaringan yang ditujukan untuk
pertanaman.
Cotyledon : Bagian dari benih yang merupakan jaringan penyeimbang
cadangan makanan. Ada 2 keping pada tanaman dikotil
dan 1 keping pada tanaman monokotil.
DCS : Mesin penyimpan yang memiliki
kondisi ruang dingin dan kering.
Dormansi : Proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian tanaman,
atau jaringan walaupun berada dalam kondisi
pertumbuhan yang optimum untuk menunjukkan
pertumbuhan sewajarnya.
Endomikoriza : Jaringan yang terbentuk karena asosiasi yang saling
menguntungkan antara cendawan dan akar tanaman
hutan, yang membantu penyerapan unsur hara.
Eksotik (Tanaman : Jenis tanaman asing, atau tanaman yang ditanam/
dikembangkan di daerah/negara yang bukan di daerah
sebaran alaminya.
Fungisida : Senyawa yang memiliki kemampuan membunuh/
menghambat pertumbuhan jamur.
Fisik (Sifat/mutu : Sifat/mutu yang menunjukkan penampilan fisik yaitu:
kemurnian, kadar air, warna, dan keseragaman.
Fisiologi (Sifat/ : Sifat/mutu yang menunjukkan kondisi viabilitas, vigor,
daya simpan dan kesehatan benih.
Funikel : Jaringan berbentuk tali spiral berwarna kuning menempel
pada pangkal benih, merupakan jaringan penghubung
antara benih dengan polong/buah.
Gulma : Tumbuhan selain tanaman pokok yang bersifat
mengganggu.
Kecambah normal : Kecambah yang tumbuh normal sesuai ketentuan baku
dalam pengujian viabilitas benih, untuk menstimulasi
pertumbuhan normal tanaman di lapangan.
Dry Cold Storage.
fisik benih)
81
eksotik)
mutu fisiologik benih)
Kemurnian benih : Tingkat kebersihan benih dari materi-materi non benih/
sarasah. Biasanya dinyatakan dalam %.
Kecambah : Benih yang baru tumbuh menjadi tanaman baru.
Kerucut (Buah : Buah majemuk yang berbentuk kerucut/conus. Misalnya
buah Pinus.
Masak fisiologis : Stadia buah disaat benih memiliki vigor maksimum dan
kadar air minimum.
Ortodok : Watak atau sifat dapat disimpan lama (tidak cepat
menurun viabilitasnya) pada kondisi air benih yang rendah
(4 - 8%) dalam penyimpanan.
Potrays : Jenis kantung semai terbuat dari plastik tebal yang dapat
dipergunakan ulang.
Polibag : Jenis kantung semai yang terbuat dari plastik tipis.
Biasanya digunakan untuk sekali pakai.
Rekalsitran : Watak/sifat benih cepat menurun viabilitasnya dan
memerlukan kadar air tinggi (20-50%) dalam
penyimpanan atau sama dengan kadar air benih segar.
RH : Kelembaban Nisbi.
Refrigerator : Kulkas atau Mesin penyimpanan yang memiliki ruang
bersuhu dingin, yang memiliki suhu antara 7 - 15 C.
Sapih : Kegiatan pemindahan kecambah/bibit dari bak penaburan
ke kantung semai.
Shading net : Penaung yang terbuat dari plastik berbentuk jalan,
dengan berbagai macam intensitas penaungan.
Seleksi dan sortasi : Pemilihan, pemilahan dan pembersihan benih yang
berkualitas baik dari benih buruk, cacat, mati, atau
kotoran.
Sterilisasi : Kegiatan pembebasan/pembersihan media atau
peralatan dari organisme yang tidak diinginkan, seperti
bakteri, virus, jamur atau benih tumbuhan pengganggu.
Tabur (Penaburan) : Kegiatan menanam atau menebarkan benih agar
berkecambah.
Tumbler : Mesin/alat perontok benih, yang berbentuk tabung
berdinding kawat kasa, digerakkan dengan cara diputar.
Relative Humidity.
O
kerucut)
Penyapihan
82
TZ : Tetrazolium. Garam 2, 3, 5 triphenyl chlorida atau
bromida yang digunakan untuk membedakan benih yang
hidup dengan yang mati berdasarkan warna benih yang
terbentuk setelah benih direndam. Uji TZ digunakan untuk
mengetahui viabilitas benih secara cepat.
Viabilitas benih : Daya hidup benih.
83