atlantis di laut jawa

27
1 Atlantis: Kota yang Hilang Ada di Laut Jawa Oleh: Dhani Irwanto Setelah penelitian yang komprehensif dengan mencocokkan narasi yang ditulis oleh Plato, penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea, yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari penelitian dan analisis referensi serta beberapa pengamatan lapangan selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan bukti-bukti akurat hipotesis tersebut bahwa fenotip kisah Atlantis sesuai dengan lokasi yang dimaksud. Kisah Atlantis Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dialog Socrates, yang ditulis pada sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang di suatu pertemuan yang telah bertemu hari sebelumnya mendengarkan Socrates menggambarkan mengenai negara yang ideal. Socrates

Upload: dhani-irwanto

Post on 13-Apr-2017

373 views

Category:

Science


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: Atlantis di Laut Jawa

1

Atlantis: Kota yang Hilang Ada di Laut Jawa

Oleh: Dhani Irwanto

Setelah penelitian yang komprehensif dengan mencocokkan narasi yang ditulis oleh Plato,

penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang

hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea,

yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari penelitian dan analisis

referensi serta beberapa pengamatan lapangan selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan

bukti-bukti akurat hipotesis tersebut bahwa fenotip kisah Atlantis sesuai dengan lokasi yang

dimaksud.

Kisah Atlantis

Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dialog Socrates, yang ditulis pada

sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang di suatu pertemuan yang telah bertemu hari

sebelumnya mendengarkan Socrates menggambarkan mengenai negara yang ideal. Socrates

Page 2: Atlantis di Laut Jawa

2

ingin Timaeus dari Locri, Hermocrates, dan Critias untuk menceritakan kisah-kisah tentang

interaksi Athena dengan negara-negara lain. Yang pertama adalah Critias, yang berbicara

tentang pertemuan kakek moyangnya dengan Solon, salah satu dari tujuh orang bijak, seorang

penyair Athena dan penata hukum yang terkenal. Solon pernah ke Mesir dimana pendeta disana

membandingkan Mesir dengan Athena, dan bercerita tentang dewa-dewa dan legenda masing-

masing. Salah satu kisah pendeta Mesir tersebut adalah tentang Atlantis.

Atlantis, yang kemungkinan adalah sebuah legenda mengenai bangsa dan daratan dan

disebutkan dalam dialog Plato Timaeus dan Critias, telah menjadi obyek daya tarik di kalangan

filsuf Barat dan sejarawan selama hampir 2.400 tahun. Plato (ca 424 – ca 328 SM)

menggambarkannya sebagai kerajaan yang kuat dan maju yang tenggelam, di malam hari,

kedalam laut sekitar 9.600 SM.

Plato (melalui karakter Critias dalam dialog-dialognya) menggambarkan Atlantis sebagai daratan

yang lebih besar dari gabungan Libya dan Asia Kecil, terletak tepat di sebelah Pilar Herkules.

Atlantis memiliki budaya yang canggih dan diduga memiliki konstitusi mirip dengan yang

diuraikan dalam "republik"-nya Plato. Mereka dilindungi oleh dewa Poseidon, yang mengangkat

anaknya Atlas menjadi raja pertama dan memberi nama daratannya Atlantis. Setelah Atlantis

tumbuh kuat, etika mereka menurun. Tentara mereka dapat menaklukkan Afrika sejauh Mesir

dan Eropa sampai Tirenia (Lebanon sekarang) sebelum dihalau kembali oleh aliansi yang

dipimpin oleh Athena. Kemudian, atas kutukan dewa, daratan itu dilanda gempa bumi dan banjir,

dan tenggelam ke dalam laut yang berlumpur.

Menurut Critias, Solon dalam menuliskan puisinya perlu mengartikan nama-nama dalam bahasa

dan pengetahuan masyarakat Athena pada masa itu; dan ketika menyalin nama-nama itu

kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani. Jadi, nama-nama termasuk Poseidon,

Herkules, Atlas, Athena, Mesir, Libya, Tirenia dan Eropa adalah nama-nama terjemahan dari

nama asli yang menurut Critias masih disimpannya.

The Republic, sebuah karya seminal Plato yang lain, menguraikan tentang ideologi sebuah

negara yang sempurna, dimana penguasanya adalah para filsuf. Karya tersebut ditulis pada

awal tahun dimana Plato mendirikan sebuah akademi pada ca 386 SM. Lembaga ini pada

dasarnya adalah jawaban Plato atas situasi kebobrokan politik pada saat itu, untuk melatih para

filsuf agar menjadi penguasa Athena di kemudian hari. Dialog Critias adalah respon langsung

Plato terhadap ambisi Socrates mengenai sebuah negara yang ideal, yang tentu saja adalah

"republik"-nya Plato. Intinya, kisah Atlantis menjadi sebuah ilustrasi tentang bagaimana sebuah

negara yang ideal, dalam hal ini adalah Athena, untuk melawan negara tetangganya yaitu

Atlantis. Dengan demikian, dialog Timaeus dan Critias yang mencakup kisah mengenai Atlantis,

harus dibaca dengan latar belakang The Republic.

Kisah Atlantis yang diceritakan oleh pendeta Mesir mungkin pernah benar-benar ada tetapi Plato

telah mendistorsi fakta-faktanya untuk mendukung ideologi sebuah negara yang ideal seperti

dalam The Republic, atau menambahkan beberapa hiasan dari aspeknya sendiri ataupun

diambil dari legenda lainnya. Plato mewujudkan Athena sebagai bagian dari cerita untuk

menunjukkan tindakan Athena yang terbesar dan paling mulia, yang mungkin adalah negara lain

Page 3: Atlantis di Laut Jawa

3

dalam mitos yang diceritakan oleh pendeta Mesir, tersusun dari catatan dalam register suci yang

tersimpan di kuil-kuil mereka. Orang Mesir dikatakan telah menyimpan catatan dan tradisi yang

paling kuno.

Pra-sejarah Mesir mulai dikenal pada periode Neolitik, dimulai kira-kira 6.000 SM atau 8.000

tahun yang lalu. Namun, 9.000 tahun sebelum Solon atau 11.600 sebelum sekarang berada di

luar rentang sejarah Mesir. Kita bisa berspekulasi bahwa Mesir kuno yang diceritakan oleh

pendeta Mesir tersebut sebenarnya adalah kelompok etnis primordial yang merupakan nenek

moyang mereka sebelum banjir besar dan bencana yang lainnya. Etnis Mesir kuno adalah

diantara para pengungsi dan korban bencana; kemudian bermukim kembali di daratan yang

sekarang disebut Mesir. Dalam penyelamatan, mereka membawa catatan dan register, dan

selanjutnya disimpan dalam kuil-kuil mereka. Studi linguistik dan alfabet budaya Rejang di

Sumatera barat daya yang dilakukan oleh antara lain Sir Thomas Stamford Raffles (1817), J

Park Harrison (1896), EEEG Schroder (1927) dan MA Jaspen (1983) menunjukkan beberapa

korelasi bahasa dan alfabet Rejang dengan bahasa dan alfabet Fenisia dan Mesir kuno.

Indonesia kuno memiliki pengetahuan untuk membangun piramida seperti halnya Mesir kuno;

piramida Gunung Padang di Jawa Barat yang diperkirakan mulai dibangun 23.000 SM atau

sebelumnya diklaim lebih tua dari yang di Mesir.

Keberadaan Atlantis ini didukung oleh fakta bahwa kisah tersebut diuraikan dengan amat terinci,

terutama dalam Critias. Selain itu, berbagai kondisi, peristiwa dan benda-benda seperti iklim dua

musim, banjir [tsunami], orichalcum, fitur geografis, banteng [kerbau] dan hasil bumi yang tidak

dikenal oleh Plato juga dijelaskan dalam kata-kata yang rinci dan panjang. Pengetahuan baru

akhir-akhir ini mengenai kenaikan permukaan laut pada Zaman Es, Zaman Pasca Es dan

penenggelaman daratan yang terjadi hampir tepat pada kurun waktu yang diceritakan oleh Plato

juga menjadi bukti kuat untuk kebenaran dari kisah tersebut.

Samudera Atlantik

Yang kita sebut sekarang dengan nama "Samudra Atlantik" adalah tidak sama dengan yang

dahulu orang Yunani menyebutnya. Herodotus, Aristoteles, Plato, Strabo dan beberapa penulis

kuno lainnya dengan sangat spesifik menyebutkan bahwa "Samudera Atlantik" - juga

disebut"Lautan Bangsa Atlantis", "Samudera Luar", "Samudera Kronia", Mare Oceanum

("Samudra Laut") atau Mare Magnum ("Laut Besar") - adalah seluruh "laut yang mengelilingi

bumi". Samudra ini mengelilingi seluruh dunia dan baru kemudian diketahui kalau ternyata

meliputi Eurasia dan Afrika. Dengan kata lain, Samudera Atlantik yang dahulu adalah Lautan

Dunia yang bersambungan dan mengelilingi seluruh dunia, dan yang sekarang kita bagi menjadi

Samudera Pasifik, Hindia dan Atlantik, meskipun faktanya adalah ketiganya saling berhubungan.

Page 4: Atlantis di Laut Jawa

4

Samudera Atlantik atau, lebih tepatnya, Samudera Bangsa Atlantis, pada masa Plato dan

Aristoteles tidak hanya sebuah samudera yang sekarang kita sebut dengan nama itu, tapi

termasuk Samudra Hindia sepanjang pantai timur Asia dan sebagian Samudera Pasifik.

DalamTimaeus Bagian 24e, Plato menegaskan bahwa Atlantis terletak "pada titik yang jauh di

Samudera Atlantik", juga menyiratkan bahwa Atlantis berada di laut yang jauh atau yang kita

kenal sekarang dengan Samudera Hindia bagian timur atau Samudra Pasifik.

Atlantis di Laut Jawa

Sundalandia atau secara khusus Indonesia telah digagas sebagai lokasi dimana Atlantis berada.

Dasar argumen ini adalah bahwa Samudera Atlantis mengacu pada laut yang mengelilingi benua

Eurasia dan Afrika, yang merupakan pemahaman Yunani kuno sebelum Christopher Columbus

mendarat di benua Amerika. Para pendukung gagasan ini mengklaim bahwa penduduk asli

Sundalandia yang mengungsi karena air pasang atau letusan gunung berapi kemudian

melakukan kontak dengan Mesir Kuno, yang kemudian diteruskan kisahnya kepada Plato namun

belum tentu Plato memperoleh kisah tersebut seluruhnya dalam rincian yang benar, termasuk

lokasi dan jangka waktunya.

Gagasan pertama mengenai hubungan antara Atlantis dan Indonesia berasal dari Theosophist

terkemuka, CW Leadbeater (1854 – 1934 M), dalam buku The Occult History of Java, yang

diterbitkan pada tahun 1951. Seorang polymath Amerika William Lauritzen dan secara

bersamaan waktunya dengan Arysio Nunes dos Santos (1937 – 2005 M) juga membuat

Sundalandia dikenal secara internasional sebagai hipotesis lokasi Atlantis. Zia Abbas, seorang

ilmuwan komputer, mengklaim telah membuktikan bahwa Atlantis dapat ditemukan di Laut Cina

Selatan. Gagasan yang lain mengenai keberadaan Atlantis di Sundalandia adalah dari Sunil

Prasannan, seorang ahli biologi molekuler yang telah bekerja antara lain di Imperial College

London.

Page 5: Atlantis di Laut Jawa

5

Hipotesis atlantologi Sundalandia juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh ahli geologi dan

geofisika Robert M Schoch dari College of General Studies di Boston University, bersama-sama

dengan Robert Aquinas McNally. Mereka pada tahun 2003 menerbitkan sebuah buku yang

mengungkapkan sebuah konsep bahwa pembangunan piramida telah dikembangkan oleh

peradaban yang hilang, yang sebelumnya ada di Sundalandia. Pada 2013, bergabung juga ahli

geologi Indonesia Danny Hilman Natawidjaja dengan penemuannya bahwa piramida Gunung

Padang di Cianjur, Jawa Barat, tampaknya telah dibangun sekitar 13.000 tahun yang lalu, yang

mengindikasikan bahwa Atlantis berada di Indonesia.

Atlantis adalah Benua Sundalandia yang Tenggelam

Plato mengungkapkan bahwa "... sembilan ribu adalah jumlah tahun yang telah berlalu sejak

perang yang dikatakan telah terjadi antara mereka yang tinggal di luar Pilar Herkules dan semua

yang tinggal di dalamnya ..." dan "... daratan itu lebih besar dari Libya dan Asia [Kecil]disatukan,

dan adalah jalan untuk menuju pulau-pulau lain, dan dari sini Anda dapat mencapai benua di

seberangnya yang meliputi samudera yang sebenarnya ... "

9.000 tahun sebelum masa hidupnya Solon (ca 600 SM) berarti sekitar 11.600 tahun yang lalu.

Permukaan laut saat itu adalah sekitar 60 meter dibawah permukaan laut saat ini. Sebuah peta

yang menunjukkan daratan pada 11.600 tahun yang lalu telah diekstraksi oleh penulis dari grid

elevasi GTOPO30 yang diterbitkan oleh USGS.

Page 6: Atlantis di Laut Jawa

6

Perjalanan menjauh dari Sundalandia, seseorang dapat mencapai pulau-pulau lain seperti

Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Mindanau dan Luzon. Melewati pulau-

pulau ini, seseorang dapat mencapai benua di seberangnya, yaitu "Benua Sahul" yang

menggabungkan Benua Australia, Papua dan daratan yang menghubungkan. Benua ini meliputi

Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Sehingga pernyataan Plato: "... adalah jalan untuk

menuju pulau-pulau lain, dan dari sini Anda dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi

samudera yang sebenarnya ..." adalah cocok sehingga Atlantis yang dihipotesiskan terletak di

Sundalandia adalah benar.

Pada peta, kita dapat melihat bahwa Sundalandia luasnya lebih lebih besar dari gabungan Libya

dan Asia Kecil, cocok seperti yang diungkapkan Plato dalam wacananya mengenai Atlantis.

Page 7: Atlantis di Laut Jawa

7

Dataran Atlantis

Plato menggambarkan dataran Atlantis adalah rata, dikelilingi oleh pegunungan yang turun ke

arah laut, halus dan tidak bergelombang, berbentuk persegi panjang dan lonjong, panjangnya

tiga ribu stadia (sekitar 555 kilometer), lebarnya dua ribu stadia (sekitar 370 kilometer),

menghadap ke arah selatan, terlindung dari utara, dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar

dan kecil yang indah; dan terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur, sungai, rawa dan

Page 8: Atlantis di Laut Jawa

8

padang rumput. Deskripsi ini persis cocok dengan kondisi geografis seperti terlihat pada peta

dibawah ini.

Dataran yang rata, halus dan tidak bergelombang, turun menuju laut – Kemiringan permukaan

tanah di daerah tersebut adalah sebagian besar kurang dari 1% menurun ke selatan menuju

Laut Jawa dan tidak ada gundukan yang terlihat di seluruh dataran. Kondisi dataran saat ini yang

berada diatas permukaan air laut terdiri dari daerah rawa, sistem irigasi rawa pasang surut,

perumahan diatas air, transportasi air, mangrove dan lahan gambut.

Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang indah – Terdapat dua daerah

pegunungan di sebelah utara dataran, yaitu Pegunungan Muller-Schwaner dan Pegunungan

Meratus. Puncak tertinggi di Pegunungan Muller-Schwaner yang terdekat dengan dataran

adalah Gunung Liangapran dengan ketinggian 2.240 meter di atas permukaan air laut saat ini,

sedangkan yang di Pegunungan Meratus adalah Gunung Besar dengan ketinggian 1.890 meter.

Page 9: Atlantis di Laut Jawa

9

Pegunungan ini sebagian besar tertutup oleh hutan primer, dihuni oleh bermacam-macam satwa

dan sebagai kediaman suku Dayak.

Menghadap ke selatan dan terlindung dari utara – Hal ini adalah cocok bahwa datarannya

menghadap ke selatan dan terlindung oleh pegunungan di sebelah utara.

Berbentuk persegi dan lonjong, panjangnya sekitar 555 kilometer dan lebarnya sekitar 370

kilometer – Bentuk dataran adalah persegi di bagian selatan dan lonjong di bagian utara.

Ukurannya hampir sama persis, 555 kilometer panjangnya dan 370 kilometer lebarnya.

Terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur, sungai, rawa dan padang rumput – Daerah

dataran dalam kondisi saat ini terletak di daerah hutan hujan tropis, memiliki tingkat curah hujan

yang tinggi sepanjang tahun, memiliki suhu hangat sepanjang tahun, sebagian besar rawa dan

memiliki banyak sungai besar dan anak sungai sehingga daerahnya subur dan kaya makanan

dan sumber daya kebutuhan sehari-hari.

Page 10: Atlantis di Laut Jawa

10

Sistem Saluran Atlantis

Mengenai sistem saluran air didalam dataran, Plato menjelaskan bahwa ada empat jenis

saluran: saluran keliling, saluran pedalaman, sodetan dan saluran irigasi. Saluran keliling adalah

saluran buatan, dalamnya 100 kaki (sekitar 30 meter), lebarnya 1 stadium (sekitar 185 meter),

panjangnya 10.000 stadia (sekitar 1.850 kilometer), melingkari seluruh dataran, menerima aliran

air dari pegunungan, berkelok-kelok di sekitar dataran, bertemu di kota dan bermuara ke laut.

Saluran pedalaman adalah lurus, lebarnya 100 kaki (sekitar 30 meter), intervalnya 100 stadia

(sekitar 18,5 kilometer), bermuara kedalam saluran keliling dan sebagai sarana untuk

mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal. Sodetan digali dari satu kanal pedalaman

ke yang lainnya. Saluran irigasi menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk mengairi

lahan di musim panas (musim kemarau) sementara di musim dingin (musim hujan) mendapatkan

air dari hujan. Deskripsi ini persis cocok dengan kondisi sistem saluran air saat ini.

Page 11: Atlantis di Laut Jawa

11

Saluran keliling adalah saluran buatan, dalamnya sekitar 30 meter dan lebarnya sekitar 185

meter – Salah satu sungai sebagai saluran keliling adalah Sungai Barito dan mungkin Sungai

Negara yang terletak di sisi timur dataran. Karena "saluran" ini memiliki jarak terdekat dengan

ibukota, orang Mesir rupanya melaluinya seperti yang dilaporkan. Sungai Barito merupakan

sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan Selatan, panjangnya sekitar 1.000 kilometer,

lebarnya 600 – 800 meter dan dalamnya rata-rata 8 meter. Banjir dan sedimentasi sungai di

dataran yang sangat datar selama 11.600 tahun terakhir telah mengubah rezim sungai, tetapi

dengan menghitung kapasitas penyaluran airnya (luas penampang × kecepatan aliran, dengan

asumsi kecepatan aliran yang sama karena kemiringan energi gravitasi yang sama), luas

penampang aliran (lebar × kedalaman) seperti yang dijelaskan oleh Plato adalah sekitar 185 ×

30 = 5.550 meter persegi, sementara luas penampang aliran saat ini adalah luar biasa cocok,

700 (rata-rata) × 8 = 5.600 meter persegi.

Panjang saluran keliling adalah 1.850 kilometer, berliku di sekitar dataran, bertemu di kota dan

bermuara ke laut – Mengukur panjang di peta tapi mengingat faktor liku dari topografi,

menghasilkan panjang yang hampir tepat sama seperti yang diterangkan oleh Plato, yaitu 1.850

kilometer. Sementara itu, dengan menghitung bentuk persegi dan lonjong dataran, yang

panjangnya 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer, diperoleh panjang kelilingnya 1.656

kilometer, juga secara logis benar jika faktor liku tidak diperhitungkan. Jadi jelas bahwa Plato

tidak bohong.

Saluran keliling mendapatkan aliran dari pegunungan – Hal ini adalah cocok karena sungai-

sungai saat ini yang berada didalam dataran berasal dari Pegunungan Muller-Schwaner dan

Pegunungan Meratus.

Saluran pedalaman adalah lurus, lebarnya sekitar 30 meter, intervalnya sekitar 18,5 kilometer

dan bermuara kedalam saluran keliling – Sungai-sungai yang saat ini merupakan saluran

pedalaman adalah Sungai Kapuas, Murung, Kahayan, Barito Hulu, Mangkatip dan mungkin

Page 12: Atlantis di Laut Jawa

12

Sebangau. Rezim sungai ini pasti telah berubah selama 11.600 tahun terakhir karena adanya

proses banjir, sedimentasi, perpindahan sungai dan meandering di dataran yang sangat datar.

Pertukaran orde dan aliran diantara sungai-sungai juga mungkin terjadi. Namun, secara umum

kelurusan dan orientasi sungai masih dapat dilihat hingga saat ini, yaitu sejajar satu sama lain

dan berarah utara-selatan, dan dalam hal yang sama seperti Sungai Barito, lebarnya telah

berubah. Jarak rata-rata sungai ini adalah sekitar 20 kilometer, juga dapat dianggap mendekati

apa yang dikatakan oleh Plato yaitu sekitar 18,5 kilometer.

Kanal pedalaman digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal –

Kebiasaan ini masih ada hingga saat ini. Sungai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari masyarakat di wilayah ini. Sebagian besar sungai-sungai di Kalimantan

bagian selatan adalah sebagai sarana transportasi. Perahu tradisional yang secara lokal dikenal

sebagai "jukung" memiliki banyak jenis dan bentuk. Sungai-sungai ini dan semua anak

sungainya adalah jaringan sistem transportasi dan menjadi sarana yang sangat penting bagi

masyarakat karena setiap wilayah dapat diakses oleh sungai. Sejak zaman dulu, jaringan sungai

Page 13: Atlantis di Laut Jawa

13

mendukung kegiatan ekonomi dan sosial penduduk Kalimantan bagian selatan. Selain itu,

jaringan sungai telah menjadi darah kehidupan ekonomi penduduk karena sebagian besar

kegiatan ekonomi mereka dilakukan melalui dan di sungai. Komunikasi antar daerah di

pedalaman, kota-kota dan pelabuhan khususnya juga dilakukan melalui sungai. Sungai-sungai

menjadi andalan untuk kelancaran distribusi barang dan orang dari hulu ke hilir dan sebaliknya.

Berbagai jenis hasil hutan, pertambangan dan hasil bumi pertanian yang melimpah di daerah

pedalaman seperti kayu, karet, getah perca, rotan, damar, jelutung, lilin, batubara, emas, merica,

sarang burung, bahan tenun, ikan kering atau asin, dendeng rusa, buah-buahan dan banyak

lainnya diangkut ke tempat pengumpulan atau pelabuhan melalui jaringan sungai. Sebaliknya,

berbagai kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, garam, tepung, jagung, minyak goreng,

tembakau, gambir, tembikar, peralatan rumah tangga, kawat tembaga, kain dan sebagainya juga

diangkut dari pelabuhan ke berbagai daerah di pedalaman melalui jaringan sungai.

Sodetan digali dari satu saluran pedalaman ke yang lainnya – Hal ini adalah sama persis dengan

kondisi saat ini. Seperti terlihat pada peta, berbagai sodetan terdapat di wilayah tersebut,

beberapa telah dibangun atau direhabilitasi belakangan. Sodetan ini dikenal secara lokal dengan

nama "anjir", yaitu suatu saluran yang menghubungkan dua sungai sebagai bagian dari jaringan

transportasi. Saluran ini juga digunakan sebagai saluran irigasi rawa pasang surut yang

berfungsi untuk memasok air ke dan menguras dari lahan pertanian.

Saluran irigasi menyadap dari saluran yang lain dimaksudkan untuk mengairi lahan di musim

panas (musim kemarau) sementara di musim dingin (musim hujan) mendapatkan air dari hujan

menghasilkan dua kali panen dalam setahun – Hal ini juga sama persis dengan kondisi saat ini.

Sistem irigasi rawa pasang surut di Kalimantan bagian selatan secara tradisional dikenal sebagai

"Sistem Anjir" dimana saluran utama yang disebut "anjir" atau "antasan" dibangun

menghubungkan dua sungai pasang surut, juga digunakan sebagai tujuan navigasi. Saluran

irigasi dibangun untuk mengairi dan menguras lahan pertanian dari dan kedalam “anjir”, yaitu

Page 14: Atlantis di Laut Jawa

14

saluran sekunder yang disebut "handil" atau "tatah" dan saluran tersier yang disebut "saka".

Selama air surut, saluran-saluran tersebut menguras air beracun sementara pada saat pasang

air tawar mengalir masuk kedalam lahan. Sistem ini menghasilkan dua kali tanam padi dalam

setahun. Sistem ini juga digunakan untuk menanam tanaman lainnya atau untuk budidaya

perikanan. Kalimantan bagian selatan saat ini merupakan eksportir beras ke daerah lain.

Penulis menyimpulkan bahwa sistem saluran yang dikatakan oleh Plato ternyata adalah jaringan

transportasi sungai dan sistem irigasi “anjir” di wilayah Kalimantan bagian selatan.

Pulau dan Kota Atlantis

Menurut Plato, Pulau Atlantis dimana terdapat pelabuhan dengan pintu masuk yang sempit

adalah berada di sebuah laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas. Benua tak terbatas yang

dihipotesiskan tersebut adalah Sundalandia yang terhubung pada Benua Asia, dan satu-satunya

laut yang dikelilinginya pada waktu itu adalah Laut Jawa kuno. Oleh karena itu, penulis membuat

hipotesis bahwa Pulau Atlantis terletak di Laut Jawa.

Pulau Atlantis, di mana terdapat sebuah bukit di tengahnya, adalah sebuah pulau yang terletak

di dekat sebuah daratan yang teridientifikasi dari model grid elevasi digital, dimana muka air laut

adalah sekitar 60 meter dibawah permukaan air laut saat ini, seperti yang ditunjukkan pada

gambar dibawah. Seperti terlihat pada peta, pulau tersebut terletak didalam selat. Terlihat ada

dataran yang relatif datar di sebelah utaranya; sebagian adalah merupakan Pulau Kalimantan

bagian selatan. "Laut nyata" yang berada di sekitar pulau seperti diungkapkan oleh Plato adalah

Laut Jawa kuno yang berupa sebuah teluk dengan bentuk pintu masuk berupa selat.

Page 15: Atlantis di Laut Jawa

15

Komentar Crantor seperti dikutip oleh Proclus tentang dialognya Plato menyebutkan

bahwa "… menurut mereka, ada tujuh pulau di laut tersebut pada waktu itu ..." dan "... dalam

kisaran seribu stadia [185 km]; ... ". Hal ini adalah kira-kira cocok dalam menggambarkan

geografi wilayah di Laut Jawa pada masa itu. Meskipun jumlah pulau seperti yang terlihat pada

peta tidak persis sama karena proses sedimentasi, penggerusan, pergerakan pantai, pelarutan

kapur dan pergerakan tektonik yang tidak diketahui selama 11.600 tahun terakhir, serta penulis

membuang pulau-pulau yang kecil, geografi daerah tersebut secara umum adalah cocok.

Pernyataan "dalam kisaran seribu stadia [185 km]" secara umum juga cocok. Salah satu pulau

tersebut diidentifikasi sebagai Pulau Bawean.

Penulis merekonstruksi Kota Atlantis berdasarkan deskripsi Plato, seperti yang ditunjukkan pada

gambar dibawah. Lokasi ini diidentifikasi oleh para pelaut sebagai Gosong Gia atau Annie

Florence Reef, sebuah terumbu karang kecil dan muncul ke permukaan pada saat muka air laut

surut.

Page 16: Atlantis di Laut Jawa

16

Keterangan Plato bahwa "… mereka memiliki air mancur, salah satu dingin dan yang lain panas,

mengalir di banyak tempat; diagungkan dan digunakan untuk tujuan kenikmatan dan merupakan

keunggulan dari sumber air mereka …" adalah cocok. Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa

merupakan prototipe dari Pulau Atlantis karena memiliki lingkungan, formasi geologi dan proses

tektonik yang sama, serta terletak dekat dengan Pulau Atlantis. Pulau Bawean dan Atlantis

keduanya terletak di Busur Bawean, terbentuk di Masa Paleogen dan Neogen melalui proses

tektonik yang disebabkan oleh patahan ekstensional di Laut Jawa yang memisahkan Jawa dan

Kalimantan. Terdapat beberapa sumber air panas dan dingin di pulau tersebut yang dihasilkan

oleh kegiatan tektonik di wilayah itu.

Page 17: Atlantis di Laut Jawa

17

Keterangan bahwa "… batu yang digunakan dalam karya mereka digali dari bawah pulau

tengah, dan dari bawah zona daratan, di luar serta bagian dalam, satu jenis putih, yang lain

hitam, dan yang ketiga merah, dan sewaktu digali, pada saat yang sama dilubangi untuk

dermaga ganda, memiliki atap terbentuk dari batuan alami …" juga cocok. Batu berwarna putih,

hitam dan merah yang disebutkan oleh Plato rupanya mirip dengan batuan beku yang terdapat di

Pulau Bawean dengan warna putih (asam), hitam/abu-abu (basa) dan merah (oksida besi),

dikenal antara lain dari jenis-jenis Leucite, Phonolite, Trachyte dan Onix. Batuan beku seperti

yang di Pulau Bawean adalah keras dan kuat sehingga memiliki kekuatan alam yang cukup

untuk berdiri sebagai atap dermaga ganda.

Kedalaman Laut Jawa pada masa Atlantis (11.600 tahun sebelum sekarang) adalah sekitar 20 –

30 meter sehingga cukup memungkinkan untuk navigasi kapal-kapal besar.

Dewa Poseidon

Dalam dialog Plato, kerajaan Atlantis didirikan oleh dewa bernama Poseidon dan kerajaan itu

dibagi menjadi sepuluh bagian yang diberikan kepada anak-anaknya. Di tengah benteng ada

sebuah kuil suci yang didedikasikan untuk Poseidon dan istrinya, Cleito.

Dalam Critias, Solon dalam menulis puisinya menterjemahkan nama dewa itu menjadi

“Poseidon”. Poseidon adalah salah satu dari dua belas dewa Olimpus dalam mitologi Yunani.

Domain utamanya adalah lautan, dan ia disebut “Dewa Laut”. Solon menterjemahkan nama

dewa itu karena kesamaan dalam sifatnya.

Dewa Poseidon yang dipuja oleh orang Atlantis adalah identik dengan Dewa Baruna, seorang

dewa dalam mitologi Nusantara pra-dharma, keduanya diberi julukan “Dewa Air” atau “Dewa

Laut”. Jadi, Solon menterjemahkan Baruna menjadi Poseidon.

Pulau Kalimantan dulunya pernah dikenal dengan nama Warunapura atau tempatnya dewa

Baruna. Selanjutnya, naskah Nagarakretagama menyebutkan sebuah negara yang berada

dalam lingkup pengaruh Majapahit yang disebut Baruné, kemudian diidentifikasi sebagai

Barunai, sebuah kerajaan yang sekarang dikenal dengan nama Brunei. Sumber-sumber Eropa

selanjutnya pada abad ke-16 menyebut nama pulau itu sebagai Burné oleh Antonio Pigafetta

atau Bornei oleh Duarte Barbosa. Kolonial Belanda dan Inggris memberi nama pulau tersebut

Borneo.

Pilar Herkules

Pilar Herkules adalah nama yang disebutkan oleh Plato untuk menggambarkan penanda batas

Atlantis. Menurut teks-nya, Atlantis terletak tidak jauh dari batas ini. Selama berabad-abad,

lokasi Pilar Herkules diperdebatkan oleh banyak orang. Pilar tersebut pada umumnya

diasumsikan sebagai bukit batu di Selat Gibraltar di Eropa dan Gunung Acha dekat Ceuta atau

Page 18: Atlantis di Laut Jawa

18

Jebel Musain, yang terletak di sebelah barat Ceuta di Maroko. Yang lain lebih memilih untuk

menganggapnya sebagai sepasang pilar yang terletak diluar kuil.

Penulis klasik sering merujuk pilar tersebut tanpa secara spesifik menyebutkan lokasinya. Pilar

tersebut, pada jaman dulu, diidentifikasi dengan Selat Sisilia, namun semenjak Erastosthenes

(ca 250 SM) dipindahkan ke sekitar Selat Gibraltar, yang mencerminkan perluasan pengetahuan

maritim Yunani. Selain itu, penyair Pindar dalam Third Nemean Ode menyebutkan pilar tersebut

sebagai metafora batas pengetahuan geografis masyarakat Yunani, batas-batas yang tidak

pernah statis.

Didalam dialognya, Plato tidak menyebut Pilar Herkules adalah bukit-bukit di sekitar Selat

Gibraltar; yang terakhir ini baru dikenal belakangan. Selain itu, pendeta Mesir juga menyebut

penanda batas tersebut “seperti Pilar Herkules”, jadi yang dimaksud bukan pilar yang dikenal

oleh orang Athena tersebut. Selain itu, Plato tidak menyebutnya sebagai “pilar” tetapi adalah

“tugu” (Yunani stêlas) yang berada di perbatasan.

Herkules adalah identik dengan Batara Kala karena keduanya memiliki sifat yang mirip. Batara

Kala dan Herkules masing-masing adalah anak dewa tertinggi, baik Batara Guru atau Zeus.

Kelahiran mereka adalah tidak senonoh; Kala lahir dari nafsu Batara Guru yang tidak terkendali

pada Dewi Uma sementara Herkules adalah dari rayuan Zeus terhadap Alcmene. Batara Kala

dan Herkules keduanya memiliki nafsu yang tak terpuaskan, dan sifat yang sangat kasar, brutal

dan keras di sepanjang hidup mereka. Rupanya, Solon menterjemahkan “Kala” menjadi

“Herkules”. Penulis menghipotesiskan Pilar Herkules sebagai tugu batas yang dihiasi dengan

wajah Kala, seperti yang banyak sekali terdapat di Jawa dan Bali.

Page 19: Atlantis di Laut Jawa

19

Terumbu Karang

Dalam Timaeus Bagian 25d: “Karena suatu alasan, laut di bagian tersebut tidak dapat dilalui dan

ditembus, karena ada sebuah gundukan lumpur di tempat itu; dan ini disebabkan oleh

tenggelamnya pulau.”

“Sebuah gundukan lumpur” adalah terjemahan yang dikenal oleh umum dari frase Yunani Kuno

“πηλου καρτα βραχεος” yang ditulis oleh Plato. “καρτα βραχεος” adalah bukan tata bahasa yang

baik dan tidak ditemukan dalam naskah apapun; “Πηλος” adalah maskulin dan merupakan

anteseden kata ganti relatif; “κατα βραχεος”, seharusnya, adalah adverbial. Arti sederhananya:

πηλοῦ adalah “tanah liat” atau “lumpur”, καρτα adalah “sangat” dan βραχεος adalah “gundukan”

atau “karang”. Terjemahan alternatif lainnya adalah “terdapat tanah liat dalam jumlah besar dan

kedalaman dangkal” (Rodolfo Lopes, 2011).

Penulis menterjemahkan πηλου καρτα βραχεος menjadi “terumbu karang” dengan alasan bahwa

formasi laut tersebut langka di Mediterania sehingga orang-orang Yunani dan Mesir tidak

memiliki istilah untuknya. Mediterania tidak lagi menjadi tempat tumbuhnya terumbu karang

besar yang berkembang 60 juta tahun yang lalu. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan

oseanografi selama ribuan tahun. Kini, hanya terdapat sedikit sekali spesies koloni anthozoan

yang memiliki kapasitas untuk membentuk terumbu karang. Pada tahun 2010, kapal eksplorasi

Nautilus telah menemukan untuk pertama kalinya daerah terumbu karang laut dalam di

Mediterania, di lepas pantai Israel. Daerah ini membentang beberapa kilometer, 700 meter

dibawah permukaan 30 – 40 km dari pantai.

Dalam catatan Plato, benteng Atlantis adalah tidak dapat dilewati dan ditembus pada masanya

Solon (sekitar 600 SM) karena tumbuh terumbu karang yang disebabkan oleh kenaikan

permukaan laut selama Zaman Es (“tenggelamnya pulau”). Kondisi sekarang pada lokasi yang

dihipotesiskan oleh penulis adalah bahwa ada terumbu karang yang diidentifikasi oleh para

pelaut sebagai Gosong Gia atau Annie Florence Reef, sebuah terumbu karang yang

digambarkan berukuran kecil dan muncul ke permukaan pada saat laut surut.

Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang beragam terdiri dari struktur kalsium

karbonat yang terbentuk oleh sekumpulan karang. Terumbu karang dibangun oleh koloni hewan

kecil yang ditemukan di perairan laut yang mengandung nutrisi. Kebanyakan terumbu karang

terbentuk dari karang yang dihasilkan oleh polip yang mengelompok. Polip tersebut termasuk

kedalam golongan binatang yang dikenal sebagai Cnidaria, yang juga termasuk anemon laut dan

ubur-ubur. Tidak seperti anemon laut, polip karang mensekresikan kulit luar karbonat keras yang

melindunginya. Karang dapat tumbuh paling cepat di perairan hangat, dangkal, jernih, terang

dan tidak tenang.

Terumbu karang mulai terbentuk ketika larva karang berenang bebas kemudian menempel pada

batu atau permukaan keras lainnya yang terendam di sepanjang tepi pulau atau benua. Tingkat

pertumbuhannya adalah 0,3 – 2 sentimeter per tahun untuk karang besar, dan hingga 10

sentimeter per tahun untuk karang bercabang, sehingga dapat memakan waktu sampai 10.000

Page 20: Atlantis di Laut Jawa

20

tahun untuk membentuk sebuah terumbu karang dari sekelompok larva (Barnes, 1987

sebagaimana dikutip oleh NOAA). .

Benteng Atlantis terdiri dari permukaan keras sehingga terumbu karang mulai terbentuk setelah

terendam, tumbuh dan mengembang seperti yang biasa ditemukan pada kedalaman dangkal di

perairan tropis. Eksplorasi bawah laut tidak akan menemukan benteng tersebut kecuali dilakukan

penyelidikan dibawah terumbu karang.

Laju kenaikan air laut pada Zaman Es Terakhir adalah rata-rata 0,6 sentimeter per tahun. Karena

air laut pada lokasi yang dihipotesiskan penulis adalah hangat, tingkat pertumbuhan terumbu

karang adalah lebih tinggi dari laju kenaikan air laut. Dengan demikian, laju pertumbuhan vertikal

terumbu karang di lokasi tersebut adalah berbarengan dengan kenaikan air lautnya.

Orichalcum

Orichalcum dalam bahasa Yunani terdiri dari kata oros (gunung) dan chalkos (bijih), berarti "bijih

dari gunung". Kita bisa berspekulasi bahwa orichalcum yang dimaksud oleh Plato sebenarnya

adalah zirkon karena mineral ini dapat "digali dari bumi di banyak bagian pulau" atau berlimpah

di Kalimantan bagian selatan di mana dataran Atlantis dihipotesiskan. Bahan ini sungguh

nilainya kedua setelah emas; memiliki kualitas seperti batu permata dan dikenal sebagai tiruan

berlian. Bijih zirkon memerlukan proses ekstraksi, pemurnian dan pemanasan untuk menjadikan

produk zircon yang berwarna-warni.

Plato menyebutkan bahwa dinding yang mengelilingi Candi Poseidon dan Cleito ditutupi dan

gemerlap dengan "cahaya merah" dari orichalcum. Tidak ada logam atau paduannya yang

diketahui berwarna merah sehingga orichalcum adalah bukan logam tetapi

mungkin hyacinth(zirkon merah). Setelah jadi, sifatnya berkilau seperti berlian yang tidak dimiliki

oleh logam, sehingga Plato menggambarkannya secara khusus dengan kata-kata "gemerlap"

dan "bercahaya".

Dalam "lebih berharga pada masa itu dari apa pun kecuali emas", Plato

membandingkanorichalcum dengan emas; sedangkan "zirkon" adalah berasal dari Bahasa

Persia zargun, yang berarti "berwarna emas", kemudian berubah menjadi "jargoon",

dimaksudkan sebagai zircon yang berwarna muda yang kemudian diadaptasi oleh Jerman

menjadi Zirkon. Diduga, Plato atau Solon salah menterjemahkan zargun, material yang berwarna

emas menjadi orichalcumkarena tidak ada kata tersebut dalam bahasa Yunani Kuno.

Page 21: Atlantis di Laut Jawa

21

Korban Kerbau

Pada bagian akhir Critias, dijelaskan bahwa pada setiap lima atau enam tahun sekali berselang-

seling, para raja Atlantis berkumpul untuk berdiskusi dan membuat perjanjian, diakhiri dengan

persembahan korban banyak kerbau. Kebiasaan korban kerbau untuk persembahan hanya ada

di Asia Tenggara dan Asia Tengah bagian selatan. Tentu saja Plato tidak menyebutnya sebagai

“kerbau” karena binatang ini hanya terdapat di daerah tersebut, tetapi sebagai binatang yang

mirip yaitu “banteng”.

Page 22: Atlantis di Laut Jawa

22

Candi dan Piramida

Selain menhir, meja batu dan patung-patung batu, budaya megalitik Austronesia di Nusantara

juga menampilkan struktur piramida berundak yang terdiri dari tanah dan batu, disebut sebagai

"punden berundak", dianggap sebagai salah satu karakteristik budaya asli Nusantara. Struktur ini

telah ditemukan dan tersebar di seluruh Nusantara sejauh Polinesia. Diantaranya ditemukan di

Pegunungan Hyang-Argapura, Lebak Sibedug, Basemah, Pangguyangan, Cisolok dan Gunung

Padang; yang terakhir adalah merupakan situs megalitik terbesar dan tertua di Asia Tenggara

yaitu 23.000 SM atau lebih tua (Natawidjaja, 2013). Candi Sukuh dan Cetho di Jawa Tengah

(tahun masih diperdebatkan) menunjukkan unsur-unsur punden berundak budaya Austronesia

yang agak menyerupai piramida di Amerika Tengah. Punden berundak adalah desain dasar

Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Seperti dikatakan dalam Critias, Candi Poseidon dan Cleito dibangun di pulau pusat yang berupa

sebuah bukit, dikelilingi oleh lingkaran-lingkaran air. Untuk mencapai candi dari lingkaran air

paling dalam, diperlukan undak pada lereng bukitnya. Hal ini dapat diartikan bahwa candi ini

menampilkan struktur piramida berundak bumi-dan-batu, ciri budaya asli Nusantara yang disebut

sebagai "punden berundak".

Kelapa

Plato menulis dalam Critias Bagian 115b: “... dan buah-buahan yang memiliki kulit keras, airnya

dapat diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan ...”

Page 23: Atlantis di Laut Jawa

23

Kelapa (Cocos nucifera) memiliki daging, air, santan dan minyak yang penuh gizi, menjadi bahan

makanan dan telah dibudidayakan oleh masyarakat di seluruh dunia selama ribuan tahun. Di

banyak pulau, kelapa sudah menjadi bahan makanan pokok yang selalu dipergunakan dalam

masakan sehari-hari. Hampir sepertiga dari populasi dunia tergantung pada kelapa dengan

berbagai tingkatan dalam makanan dan ekonomi mereka. Diantara budaya-budaya tersebut

kelapa memiliki sejarah yang panjang dan penting.

Analisis DNA terhadap lebih dari 1.300 buah kelapa dari seluruh dunia oleh Olsen et al (2011)

mengungkapkan bahwa kelapa pada awalnya dibudidayakan di dua lokasi terpisah, yaitu di

Pasifik dan di Samudera Hindia. Selain itu, genetika kelapa juga tercatat dalam rute

perdagangan prasejarah dan kolonisasi Amerika. Di Pasifik, kelapa pertama kali dibudidayakan

di kepulauan Asia Tenggara, yaitu Filipina, Malaysia, Indonesia, dan mungkin juga di daratan

Asia. Di Samudera Hindia, kemungkinan pusat budidayanya adalah pinggiran selatan India,

termasuk Sri Lanka, Maladewa, dan Lakadewa. Kelapa dari Passifik diperkenalkan ke Samudera

Hindia beberapa ribu tahun yang lalu oleh bangsa Austronesia kuno yang membangun jalur

perdagangan yang menghubungkan Asia Tenggara dengan Madagaskar dan pesisir Afrika timur

(Olsen et al, 2011).

Tapai atau Tape

Plato menulis dalam Critias Bagian 115b: “... dan buah-buahan yang dibusukkan dengan

dipelihara, yang kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan malam ...”

Tapai atau tape adalah makanan fermentasi tradisional sebagai hidangan penutup yang asli dan

populer di seluruh Asia Tenggara. Ini adalah makanan beralkohol yang manis atau asam dan

dapat digunakan secara langsung sebagai makanan atau dalam resep tradisional. Tapai bisa

dibuat dari berbagai sumber karbohidrat, tetapi biasanya dari singkong (Manihot esculenta),

beras (Oryza sativa) atau beras ketan (Oryza sativa glotinosa). Fermentasi dilakukan melalui

proses inokulasi sumber karbohidrat dengan mikroorganisme yang diperlukan dalam kultur awal,

yang dikenal sebagai ragi, termasuk Aspergillus oryzae,Rhizopus oryzae, Amylomyces

rouxii atau Mucor spesies, dan lanjutan termasukSaccharomyces cerevisiae, Saccharomycopsis

fibuliger, Endomycopsis burtonii dan lain-lain, bersama dengan bakteri. Tapai juga digunakan

untuk membuat minuman beralkohol yang dikenal sebagai arak atau brem.

Tapai atau tape dikenal dalam nama yang berbeda, di Indonesia sebagai tape atau tapai,

Jawatapé, Sunda (Jawa Barat) peuyeum, Malaysia dan Brunei tapai, Thailand khao-mak,

Kambojachao atau tapai, dan Filipina tapay atau binuburang. Tape ketan adalah hidangan utama

di Jawa selama hari raya idul fitri.

Page 24: Atlantis di Laut Jawa

24

Bukti-bukti bahwa Kota Atlantis Ada di Laut Jawa

Plato tidak mendengar sendiri kisah asli Atlantis, tetapi dari cerita Solon sekitar 300 tahun

sebelumnya yang mendengar kisah tersebut dari pendeta Mesir yang membacanya dari catatan-

catatan didalam kuil. Solon tidak membaca kisah tersebut secara langsung; tetapi pendeta Mesir

– yang ahli dalam hieroglif – yang menceritakan kepada Solon tentang apa yang tertulis didalam

catatan mengenai kisah Atlantis yang hilang tersebut. Plato mendengar kisah tersebut dari

Critias yang merupakan cicit Solon, dengan demikian kisah tersebut telah diwariskan sebanyak 3

generasi sebelum sampai kepadanya.

Kedua sumber kisah Atlantis dalam catatan Mesir dan puisi Solon tidak ditemukan sampai

sekarang. Oleh karena itu, dialog-dialog Plato, yaitu Timaeus dan Critias, merupakan referensi

yang paling awal mengenai kisah Atlantis (dengan alasan yang tidak diketahui, Plato tidak

pernah menyelesaikan Critias). Dialog-dialog tersebut, oleh karena itu, merupakan satu-satunya

sumber fenotip Atlantis yang paling lengkap.

Penulis menerapkan perumpamaan “model partikulat warisan”, yang biasa digunakan dalam ilmu

biologi, dimana seolah-olah fenotip kisah Atlantisnya Plato diwariskan dari fenotip asli catatan di

Mesir, sebagai sebuah kontinum dalam serangkaian “keturunan”. Dalam proses ini, fenotip

“warisan” ditentukan oleh faktor-faktor “genotip”, “epigenetik” dan “lingkungan tak-terwariskan”

dari “leluhurnya”. Faktor “genotip” adalah bagian (“rangkaian DNA”) “genetik” kisah tersebut.

Faktor “epigenetik” adalah variasi sifat fenotipik kisah tersebut yang disebabkan oleh faktor

eksternal atau lingkungan. Faktor “lingkungan tak-terwariskan” adalah distorsi, hiasan dan

perwujudan kisah tersebut oleh pencerita. “Mutasi genetik” kisah mungkin dapat juga terjadi

didalam proses “pewarisan” tersebut. Satu-satunya yang dikenal sekarang adalah fenotip yang

telah terwariskan, sehingga faktor-faktor tersebut diatas tidak terdeteksi, tapi pasti telah

mempengaruhi.

Tabel berikut menunjukkan ringkasan bukti-bukti fenotip kisah Atlantis di lokasi yang

dihipotesiskan. Beberapa bukti kurang penting lainnya tidak tercantum.

No Fenotip

Rujukan oleh Plato Bukti-bukti

Bagian didalam Timaeus

Bagian didalam Critias

A NEGARA

1 Pada suatu tempat yang jauh di “Samudera Atlantik” (pemahaman Yunani kuno)

24e

2 Lebih besar dari gabungan “Libya” dan “Asia” (Asia Kecil) (pemahaman Yunani kuno)

24e 108e

3 Jalan menuju pulau-pulau lain 24e

4 Dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi samudera yang sebenarnya

24e

5 Bentang daratan seluruh negeri, di wilayah pada sisi samudera, sangat tinggi dan terjal

118a

Page 25: Atlantis di Laut Jawa

25

No Fenotip

Rujukan oleh Plato Bukti-bukti Bagian didalam

Timaeus Bagian didalam

Critias

6 Sebuah bukit kecil dan dataran yang rata dan luas dekat laut, dapat dicapai kapal dan perahu dari laut; saluran air pada dataran yang dialirkan menuju laut

113c, 113e,

118d

7 Di seberang tugu tapal batas, orang Yunani menyebutnya tugu “Herkules”

24e, 25c 108e, 114b

8 Didepan sebuah selat 24e, 25a

9 Laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas 25a

10 Ada beberapa pulau di laut 24e 114c

11 Beriklim dua musim – “panas” (kemarau) dan “dingin” (hujan)

112d, 118e

12 Mata air panas dan dingin 113e, 117a

13 Berlimpah air berkat curah hujan tahunan 111c

14 Iklim dengan suhu udara yang amat nyaman 111e, 112d

15 Tanahnya subur, terbaik untuk pertanian dan peternakan

111e, 113c

16 Keragaman flora dan fauna yang sangat luas 114e, 115a,

115b

17 Gajah, kuda, “banteng” dan lumba-lumba

114e, 116e, 117c to 117e, 119b, 119d to

120a

18 Berlimpah makanan untuk mempertahankan peradaban dan menciptakan angkatan perang (sekitar 20 juta orang)

111e, 118e,

119a

19 Peradaban yang maju pada zamannya 24e, 25a

20 Gempabumi dan “banjir” dari laut (tsunami) 25c, 25d 108e, 111a,

112a

21 Terbenam tak henti-hentinya (kenaikan muka air laut pasca-glasial)

111b, 111c

22

Laut di lokasi ibukota Atlantis “sekarang” (waktu Solon) tidak dapat dilewati dan ditembus karena adanya “karang tanah liat” (terumbu karang), yang disebabkan oleh “penurunan” pulau (kenaikan muka air laut)

25d

23 “Kota Atlantis” sekarang berada dibawah laut 25d

B HASILBUMI (“BUAH”)

24 Dua panen setiap tahun, di “musim dingin” (musim hujan) diairi oleh hujan dan di “musim panas” (musim kemarau) oleh irigasi dari kanal

118e

25 Akar-akaran, daun-daunan, kayu-kayuan dan esens disuling dari “buah” dan bunga

115a

26 “Buah” yang dibudidayakan, dikeringkan, untuk makanan dan lainnya, yang digunakan sebagai makanan pokok – dengan nama umum “biji-bijian”

115a

27 “Buah” yang memiliki kulit keras, airnya dapat diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan

115b

28 Sejenis kacang-kacangan, yang memberikan kesenangan dan hiburan

115b

Page 26: Atlantis di Laut Jawa

26

No Fenotip

Rujukan oleh Plato Bukti-bukti Bagian didalam

Timaeus Bagian didalam

Critias

29 “Buah” yang dibusukkan dengan dipelihara, yang kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan malam

115b

30 Menakjubkan dan dalam kelimpahan tak terbatas 115b

C DATARAN LUAS DEKAT IBUKOTA

31 Di dekat dan di sekitar kota terdapat dataran sangat luas

118a

32 Dikelilingi oleh pegunungan yang menurun menuju laut

118a

33 Halus dan rata 118a

34 Bentuk umumnya adalah persegi panjang dan lonjong

118a, 118c

35 Membentang dalam arah memanjang 3.000 stadium (± 555 km), melintang 2.000 stadium (± 370 km)

118a

36 Mengarah ke selatan, terlindung dari utara 118b

37 Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang indah; terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur

118b

38 Sungai, rawa dan padang rumput – persediaan makanan yang berlimpah untuk semua hewan, liar atau jinak

118b

39 Berbagai macam kayu – berlimpah untuk bermacam-macam karya

118b

D SALURAN AIR DALAM DATARAN

Saluran keliling

40 Luar biasa besarnya, tak diduga bahwa itu buatan 118c

41 Dalamnya 100 kaki (± 30 m), lebarnya 1 stadium (± 185 m), panjangnya 10.000 stadium (± 1.850 km)

118c

42 Mendapatkan aliran dari pegunungan 118d

Saluran pedalaman dan terusan

43 Saluran pedalaman yang lurus, lebarnya sekitar 100 kaki (30 m), intervalnya sekitar 100 stadia (18,5 km) dan bermuara kedalam saluran keliling

118d

44 Terusan digali dari saluran pedalaman yang satu ke yang lain

118e

45 Digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal

118e

Saluran irigasi

46 Menyadap dari saluran yang lain 118e

47

Mengairi lahan di “musim panas” (musim kemarau) sementara di “musim dingin” (musim hujan) mendapatkan air dari hujan, menghasilkan dua kali panen dalam setahun

118e

E MINERAL DAN BATUAN

48 “Kuningan”/”perunggu” (tembaga, timah dan seng) 116b, 116c

49 Timah 116b, 116c

50 “Orichalcum”, mineral lebih berharga dari apa pun kecuali emas, berkilau, warna merah, sumberdayanya melimpah

114e, 116c,

116d

51 Emas 114e, 116c, 116d, 116e

Page 27: Atlantis di Laut Jawa

27

No Fenotip

Rujukan oleh Plato Bukti-bukti Bagian didalam

Timaeus Bagian didalam

Critias

52 Perak 116d, 116e

53 Batu-batunya berwarna hitam, putih dan merah 116a, 116b

54 Batuannya dapat dilubangi untuk dermaga ganda 116a, 116b

F MITOS DAN ADAT-ISTIADAT

55 “Poseidon” (dewa laut atau air, penata hukum)

113c to 113e, 116c, 116d, 117b, 119c,

119d

56 “Herkules” (anak dewa tertinggi, kelahirannya tidak senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras)

24e, 25c 108e, 114b

57 Korban “banteng” 119d to 120c

58 Candi atau piramida 116c, 116d, 116e, 117c,

119c

59 Aktifitas maritim 114d, 115c to 116a, 117d, 117e, 119b

60 Transportasi air 118e

Frase-frase atau nama-nama dalam tanda kutip, sedapat mungkin diterjemahkan kedalam

Bahasa Indonesia, seperti yang ditulis oleh Plato, baik terjemahan dari rujukan asli dalam

Bahasa Yunani atau istilah yang tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Frase-frase dalam

kurung adalah interpretasi oleh penulis.

***

Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto

Hal-hal lain yang dibahas didalam buku:

Gempa dan tsunami

Jejak-jejak Atlantis (konsep Hyang, budidaya padi, pembuatan perahu dan kapal, gajah Kalimantan, pulau

bawean, jamu dan bumbu)

Berhubungan atau hanya kebetulan?

Hubungan Athena and Austronesia

Asal mula peradaban pasca bah

Beli bukunya:

Amazon Kindle Edition: http://www.amazon.com/dp/B00WCLEF1U

Amazon Paperback: http://www.amazon.com/gp/product/6027244917

Email: [email protected]

Tokopedia: https://www.tokopedia.com/mybook/atlantis-the-lost-city-is-in-java-sea

Bukalapak: https://www.bukalapak.com/p/buku/sejarah/8ehbj-jual-buku-buku-atlantis-the-lost-city-is-in-java-

sea?

Website:

Facebook: https://www.facebook.com/atlantisinjavasea

Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=JiyAaaf3Urw

WordPress: https://atlantisjavasea.wordpress.com