asumsi rapbn-p 2017 disepakati target penerimaan pajak ... · oil price/icp) diperkirakan naik...

1
7 Selasa, 11 Juli 2017 Asumsi RAPBN-P 2017 Disepakati Target Penerimaan Pajak Turun Jadi Rp 1.448,9 T [JAKARTA] Pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati asumsi dasar dalam Rancangan Undang-Undang APBN Perubahan (RUU APBN-P) 2017. Pertumbuhan ekonomi direvisi dari 5,1% menjadi 5,2%, nilai tukar dari Rp 13.300 menjadi Rp 13.400 per dolar AS, dan inflasi dari 4% menjadi 4,3%. Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan juga diubah dari 5,3% menjadi 5,2%, sedangkan harga minyak nasional (ICP) naik dari US$ 45 per barel menjadi US$ 50. Adapun asumsi lifting minyak dan gas tidak berubah. Bersamaan dengan itu, pemerin- tah mengajukan pemangkasan target penerimaan pajak sekitar Rp 50 triliun yang berasal dari pajak nonmigas, sehingga target peneri- maan perpajakan turun menjadi Rp 1.448,9 triliun dari semula Rp 1.498,9 triliun. Namun, di sisi lain, target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) naik menjadi Rp 260,1 triliun dari sebelumnya Rp 250 triliun. Angka-angka ini masih akan difinalisasi pemerintah dan Komisi XI DPR dalam rapat lanjutan hari ini (Selasa, 11/7). Menko Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, pemerin- tah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%. Ala- sannya, pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia pada kuartal I-2017 juga membaik, seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, Tiongkok, Thailand, dan Malaysia. Imbasnya, aktivitas perdagangan dan harga komoditas, termasuk harga minyak dunia, komoditas per- tanian, logam, serta makanan turut membaik. “Proyeksi pertumbuhan eko- nomi dunia versi Dana Moneter Internasional (IMF) naik ke 3,5% dari 3,4%. Kesimpulannya, terjadi perbaikan ekonomi dunia. Namun, masih ada risiko, seperti proteksion- isme perdagangan,” kata Darmin Nasution di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/7) malam. Risiko lain yang yang dicerma- ti pemerintah, menurut Darmin, adalah proses penyeimbangan kem- bali (rebalancing) ekonomi Ti- ongkok yang belum selesai dan ke- bijakan Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan fed funds rate (FFR) dan mencabut quantitative easing (QE), serta sejumlah risiko geopolitik, seperti dampak Brexit dan konflik di Timur Tengah. Menko Perekonomian menam- bahkan, pada kuartal I-2017, per- tumbuhan ekonomi nasional men- capai 5,01%. Catatan baiknya, ek- spor dan impor positif, sehingga semua motor penggerak pertumbu- han ekonomi domestik ada di zona positif. Secara sektoral pun hampir semua sektor tumbuh, kecuali per- tambangan dan penggalian yang minus 0,5%. “Maka pemerintah memperkirakan pertumbuhan eko- nomi naik menjadi 5,2% dari 5,1% dalam APBN 2017,” tutur dia. Kecuali itu, kata Darmin, nilai tukar rupiah diproyeksikan mele- mah ke kisaran Rp 13.400 per dolar AS dari sebelumnya Rp 13.300. Tekanan nilai tukar bakal dipen- garuhi FFR yang diperkirakan masih akan naik 25 basis poin (bps) ke level 1,4-1,6% pada akhir tahun. Di pihak lain, di Jepang dan Eropa masih berlangsung program QE. Adapun patokan harga minyak mentah nasional (Indonesia crude oil price/ICP) diperkirakan naik menjadi US$ 50 per barel dari sebel- umnya US$ 45. Sedangkan pro- duksi (lifting) minyak stagnan pada posisi 815.000 barel per hari (bph) dan gas 1,150 juta barel setara min- yak per hari (bsmp). Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, pertumbuhan ekonomi akan mem- baik seiring naiknya investasi swas- ta (investasi nonbangunan). Sejak 19 Mei lalu, ketika lembaga pemer- ingkat internasional, Standard and Poor’s (S&P) memberikan per- ingkat layak investasi (investment grade) kepada surat utang pemerin- tah RI, sejumlah indikator ekonomi membaik, misalnya premi credit default swap (CDS) terus turun. “Pada awal 2016 sebesar 245, pada awal 2017 sudah mencapai 158, bahkan sekarang 122,” ucap dia. Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pemerintah mengusulkan penurunan target penerimaan perpajakan sekitar Rp 50 triliun menjadi Rp 1.448,9 triliun dari semula Rp 1.498,9 triliun, seka- ligus menaikkan target PNBP men- jadi Rp 260,1 triliun dari sebelum- nya Rp 250 triliun. Meski demikian, angka-angka ini masih akan dibahas pemerintah dan Komisi XI DPR dalam rapat lanjutan hari ini. Penurunan itu, menurut Darmin, berasal dari pemangkasan target penerimaan pajak nonmigas sebesar Rp 50 triliun. “Ini agar lebih realistis sejalan dengan pencapaian pada 2016 serta upaya ekstra pada 2017,” ujar dia. [ID/M-6] Subsidi Listrik Bertambah Rp 6,02 Triliun [JAKARTA] Besaran subsidi listrik dalam Rancangan APBN Perubahan 2017 direvisi menjadi Rp 51 triliun, naik Rp 6,02 triliun dari rencana awal Rp 44,98 triliun. Kenaikan ini didorong adanya tambahan pelang- gan 900 volt ampere (VA) yang ber- hak memperoleh subsidi sebanyak 6,54 juta. “Subsidi listrik ditetapkan Rp 51 triliun dengan syarat penyambung- an baru untuk pelanggan 450VA digratiskan,” kata Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan dalam rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Senin (10/7). Kementerian ESDM mengusul- kan jumlah pelanggan 900VA yang berhak mendapat subsidi sebanyak 2,44 juta kepala keluarga, menjadi 6,54 juta kepala keluarga. Sedang- kan subsidi listrik diusulkan menja- di Rp 51,65-51,99 triliun atau naik Rp 7,01 triliun. Angka ini lantaran ada tambahan pelanggan subsidi 900VA, Rp 3,58 triliun dikarenakan penundaan subsidi listrik tepat sasaran, serta Rp 1,71 triliun yang merupakan dampak perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) dan kurs. “Golongan 900VA yang layak dapat subsidi, setelah didata jumlah- nya 6,54 juta pelanggan, jadi ada tambahan 2,44 juta. Ini harus ditam- bah subsidinya, karena ini berdasar- kan survei di lapangan,” kata Jonan. Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menuturkan, seti- ap tahunnya, perseroan menarget- kan tambahan pelanggan baru 3 juta kepala keluarga. PLN juga masih melayani masyarakat jika ingin me- nyambung baru dengan tegangan 900VA. “Di antara mereka sudah ada yang punya kartu miskin. Kalau (menyambung) 900VA, mereka masih ada peluang,” ujar dia. Anggota Komisi VII DPR RI Ramson Siagian mendukung peme- rintah untuk menambah subsidi lis- trik. Pasalnya, dirinya juga memper- oleh keluhan adanya warga tak mampu yang tidak masuk dalam daftar pelanggan 900VA yang di- subsidi. “Jangan dihalang-halangi kalau memang (tambahan subsidi) untuk rakyat kecil,” tegasnya. Senada dengan Ramson, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Mulyadi juga mengamini perlunya tambah- an subsidi listrik. Namun, dirinya menginginkan adanya potensi tam- bahan pelanggan lebih dari 2,54 juta kepala keluarga juga harus diantisi- pasi. “Kami sarankan (jumlah pe- langgan 900VA yang disubsidi) di- lebihkan sedikit dari Rp 6,54 triliun, agar kalau ada tambahan (pelang- gan) bisa disubsidi,” jelasnya. Anggota Komisi VII DPR RI Harry Purnomo menyatakan, subsi- di listrik seharusnya tidak sebesar itu. Namun, dirinya kemudian me- nyepakati besaran subsidi listrik Rp 51 triliun asal biaya sambungan ba- ru bagi masyarakat tidak mampu digratiskan. Hal ini lantaran banyak masyarakat miskin yang tidak mam- pu membayar biaya sambungan baru. [ID/M-6] ISTIMEWA Darmin Nasution ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Petugas mengecek kabel listrik di Jakarta, baru-baru ini. Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) mengatakan pencabutan subsidi listrik rumah tangga dengan daya 900 Volt Ampere (VA) dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3,2%.

Upload: doanhuong

Post on 06-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asumsi RAPBN-P 2017 Disepakati Target Penerimaan Pajak ... · oil price/ICP) diperkirakan naik menjadi US$ 50 per barel dari sebel-umnya US$ 45. Sedangkan pro-duksi (lifting) minyak

7Selasa, 11 Juli 2017

Asumsi RAPBN-P 2017 Disepakati

Target Penerimaan Pajak Turun Jadi Rp 1.448,9 T[JAKARTA] Pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati asumsi dasar dalam Rancangan Undang-Undang APBN Perubahan (RUU APBN-P) 2017. Pertumbuhan ekonomi direvisi dari 5,1% menjadi 5,2%, nilai tukar dari Rp 13.300 menjadi Rp 13.400 per dolar AS, dan inflasi dari 4% menjadi 4,3%. Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan juga diubah dari 5,3% menjadi 5,2%, sedangkan harga minyak nasional (ICP) naik dari US$ 45 per barel menjadi US$ 50. Adapun asumsi lifting minyak dan gas tidak berubah.

Bersamaan dengan itu, pemerin-tah mengajukan pemangkasan target penerimaan pajak sekitar Rp 50 triliun yang berasal dari pajak nonmigas, sehingga target peneri-maan perpajakan turun menjadi Rp 1.448,9 triliun dari semula Rp 1.498,9 triliun. Namun, di sisi lain, target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) naik menjadi Rp 260,1 triliun dari sebelumnya Rp 250 triliun. Angka-angka ini masih akan difinalisasi pemerintah dan Komisi XI DPR dalam rapat lanjutan hari ini (Selasa, 11/7).

Menko Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, pemerin- tah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%. Ala-

sannya, pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia pada kuartal I-2017 juga membaik, seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, Tiongkok, Thailand, dan Malaysia. Imbasnya, aktivitas perdagangan dan harga komoditas, termasuk harga minyak dunia, komoditas per-tanian, logam, serta makanan turut membaik.

“Proyeksi pertumbuhan eko-nomi dunia versi Dana Moneter Internasional (IMF) naik ke 3,5% dari 3,4%. Kesimpulannya, terjadi perbaikan ekonomi dunia. Namun, masih ada risiko, seperti proteksion-isme perdagangan,” kata Darmin Nasution di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/7) malam.

Risiko lain yang yang dicerma- ti pemerintah, menurut Darmin, adalah proses penyeimbangan kem-bali (rebalancing) ekonomi Ti-ongkok yang belum selesai dan ke-

bijakan Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan fed funds rate (FFR) dan mencabut quantitative easing (QE), serta sejumlah risiko geopolitik, seperti dampak Brexit dan konflik di Timur Tengah.

Menko Perekonomian menam-bahkan, pada kuartal I-2017, per-tumbuhan ekonomi nasional men-capai 5,01%. Catatan baiknya, ek-spor dan impor positif, sehingga semua motor penggerak pertumbu-han ekonomi domestik ada di zona positif. Secara sektoral pun hampir semua sektor tumbuh, kecuali per-tambangan dan penggalian yang minus 0,5%. “Maka pemerintah memperkirakan pertumbuhan eko-nomi naik menjadi 5,2% dari 5,1% dalam APBN 2017,” tutur dia.

Kecuali itu, kata Darmin, nilai tukar rupiah diproyeksikan mele-mah ke kisaran Rp 13.400 per dolar AS dari sebelumnya Rp 13.300.

Tekanan nilai tukar bakal dipen-garuhi FFR yang diperkirakan masih akan naik 25 basis poin (bps) ke level 1,4-1,6% pada akhir tahun. Di pihak lain, di Jepang dan Eropa masih berlangsung program QE.

Adapun patokan harga minyak mentah nasional (Indonesia crude oil price/ICP) diperkirakan naik menjadi US$ 50 per barel dari sebel-umnya US$ 45. Sedangkan pro-duksi (lifting) minyak stagnan pada posisi 815.000 barel per hari (bph) dan gas 1,150 juta barel setara min-yak per hari (bsmp).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, pertumbuhan ekonomi akan mem-baik seiring naiknya investasi swas-ta (investasi nonbangunan). Sejak 19 Mei lalu, ketika lembaga pemer-ingkat internasional, Standard and Poor’s (S&P) memberikan per-ingkat layak investasi (investment grade) kepada surat utang pemerin-tah RI, sejumlah indikator ekonomi membaik, misalnya premi credit default swap (CDS) terus turun. “Pada awal 2016 sebesar 245, pada awal 2017 sudah mencapai 158, bahkan sekarang 122,” ucap dia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pemerintah mengusulkan penurunan target penerimaan perpajakan sekitar Rp 50 triliun menjadi Rp 1.448,9 triliun dari semula Rp 1.498,9 triliun, seka-ligus menaikkan target PNBP men-jadi Rp 260,1 triliun dari sebelum-nya Rp 250 triliun. Meski demikian, angka-angka ini masih akan dibahas pemerintah dan Komisi XI DPR dalam rapat lanjutan hari ini.

Penurunan itu, menurut Darmin, berasal dari pemangkasan target penerimaan pajak nonmigas sebesar Rp 50 triliun. “Ini agar lebih realistis sejalan dengan pencapaian pada 2016 serta upaya ekstra pada 2017,” ujar dia. [ID/M-6]

Subsidi Listrik Bertambah Rp 6,02 Triliun[JAKARTA] Besaran subsidi listrik dalam Rancangan APBN Perubahan 2017 direvisi menjadi Rp 51 triliun, naik Rp 6,02 triliun dari rencana awal Rp 44,98 triliun. Kenaikan ini didorong adanya tambahan pelang-gan 900 volt ampere (VA) yang ber-hak memperoleh subsidi sebanyak 6,54 juta.

“Subsidi listrik ditetapkan Rp 51 triliun dengan syarat penyambung-an baru untuk pelanggan 450VA digratiskan,” kata Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan dalam rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Senin (10/7).

Kementerian ESDM mengusul-kan jumlah pelanggan 900VA yang berhak mendapat subsidi sebanyak 2,44 juta kepala keluarga, menjadi 6,54 juta kepala keluarga. Sedang-kan subsidi listrik diusulkan menja-di Rp 51,65-51,99 triliun atau naik Rp 7,01 triliun. Angka ini lantaran ada tambahan pelanggan subsidi 900VA, Rp 3,58 triliun dikarenakan penundaan subsidi listrik tepat sasaran, serta Rp 1,71 triliun yang merupakan dampak perubahan asumsi harga minyak mentah

Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dan kurs.

“Golongan 900VA yang layak dapat subsidi, setelah didata jumlah-nya 6,54 juta pelanggan, jadi ada tambahan 2,44 juta. Ini harus ditam-bah subsidinya, karena ini berdasar-

kan survei di lapangan,” kata Jonan. Direktur Keuangan PLN

Sarwono Sudarto menuturkan, seti-ap tahunnya, perseroan menarget-kan tambahan pelanggan baru 3 juta kepala keluarga. PLN juga masih melayani masyarakat jika ingin me-

nyambung baru dengan tegangan 900VA. “Di antara mereka sudah ada yang punya kartu miskin. Kalau (menyambung) 900VA, mereka masih ada peluang,” ujar dia.

Anggota Komisi VII DPR RI Ramson Siagian mendukung peme-

rintah untuk menambah subsidi lis-trik. Pasalnya, dirinya juga memper-oleh keluhan adanya warga tak mampu yang tidak masuk dalam daftar pelanggan 900VA yang di-subsidi. “Jangan dihalang-halangi kalau memang (tambahan subsidi) untuk rakyat kecil,” tegasnya.

Senada dengan Ramson, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Mulyadi juga mengamini perlunya tambah- an subsidi listrik. Namun, dirinya menginginkan adanya potensi tam-bahan pelanggan lebih dari 2,54 juta kepala keluarga juga harus diantisi-pasi. “Kami sarankan (jumlah pe-langgan 900VA yang disubsidi) di-lebihkan sedikit dari Rp 6,54 triliun, agar kalau ada tambahan (pelang-gan) bisa disubsidi,” jelasnya.

Anggota Komisi VII DPR RI Harry Purnomo menyatakan, subsi-di listrik seharusnya tidak sebesar itu. Namun, dirinya kemudian me-nyepakati besaran subsidi listrik Rp 51 triliun asal biaya sambungan ba-ru bagi masyarakat tidak mampu digratiskan. Hal ini lantaran banyak masyarakat miskin yang tidak mam-pu membayar biaya sambungan baru. [ID/M-6]

istimewa

Darmin Nasution

aNtaRa FOtO/muhammad adimaja

Petugas mengecek kabel listrik di jakarta, baru-baru ini. Pengamat ekonomi dari asosiasi ekonomi Politik indonesia (aePi) mengatakan pencabutan subsidi listrik rumah tangga dengan daya 900 Volt ampere (Va) dalam setengah tahun terakhir meningkatkan inflasi menjadi 4,9% dari rata-rata tahunan 3,2%.