asuhan keperawatan tumor otak

24
Asuhan Keperawatan Tumor Otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997). Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000). Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun. Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia

Upload: dwi-anggraeni

Post on 06-Aug-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Asuhan Keperawatan Tumor Otak

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap

bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan

mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,

Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000).

Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh,

dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika

di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer

susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah

Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden

tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan

puncak usia 40-65 tahun.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan

(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya

terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135

penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penulis dan lainnya (26,9

persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase

(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-

tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum,

brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA),

jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari

berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut

menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA

(DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis

Page 2: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang

ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus

dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu

terjadinya kanker.

Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.

Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan

dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan

maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan

lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist,

gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar

membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul

ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi

intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat

adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi

intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini

CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau

maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.

1.2    Rumusan Masalah

Bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak ?

1.3    Tujuan Penulisan

Tujuan umum

Menjelaskan terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak.

Tujuan khusus

1.      Mengidentifikasi definisi dari tumor otak.

2.      Mengidentifikasi etiologi dari tumor otak.

3.      Mengidentifikasi patofisiologi dari tumor otak.

4.      Mengidentifikasi manifestasi klinis dari tumor otak.

5.      Mengidentifikasi komplikasi dari tumor otak.

Page 3: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

6.      Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang dari tumor otak.

7.      Mengidentifikasi penatalaksanaan dari tumor otak.

8.      Mengidentifikasi prognosa dari tumor otak.

1.4    Manfaat Penulisan

Bagi mahasiswa

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan

keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya dalam

proses keperawatan.

Bagi institusi

Dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Otak

Page 4: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung

yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala pembesaran. Otak awal, yang disebut otak depan,

otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi belahan otak (hemisperium cerebri), korpus

striatum dan talami (talamus dan hipotalamus). Otak tengah (diencepalon). Otak belakang,

tersusun atas pons varolii, medulla oblongata, serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang

inilah yang disebut dengan batang otak.

Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Yang masing-masing disebut

fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri dari dua belahan (hemisfer)

besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi

kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu

kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia putih yang

terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansia

kelabu atau ganglia basalis.

Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Kortex

serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas

permukaan substansia kelabu bertambah. Lekukan diantara gulungan-gulungan itu disebut

sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinalis dan lateralis. Fisura-fisura

dan sulkus-sulkus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau ”lobus” yang letaknya sesuai

dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, parietalis, dan

oksipitalis.

Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang adalah substansi kelabu serebrum.

Kortex serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur dan

dengan demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melihat

sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya.

Substansia putih terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel pada kortex.

Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang

disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam massa sunstansi putih pada setiap hemisfer

otak. Dua dari antaranya adalah nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis, dan keduanya

bersama membentuk korpus striatum. Struktur lain berhubungan erat dengan massa substansi

kelabu yang lain, yaitu talamus yang terletak di tengah- tengah struktur itu.

Page 5: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik yang

menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang. Pada saat

melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu sama lain dengan

eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula interna, dapat menimbulkan kerusakan pada

salah satu sisi tubuh (hemiplegia). Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut ”stroke”.

Batang Otak terdiri dari otak tengah (midbrain), pons varolli, dan medulla oblongata.

Otak Tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueductus serebri yang

menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah

mengandung pusat-pusat yang megendalikan keseimbangan dan geraka-gerakan mata.

Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki jalur lintas naik

dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan

menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebellum dan menghubungkan serebellum

dengan kortex serebri.

Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons

dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata terletak dalam frosa kranilis posterior dan

bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.

Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa kranilis

posterior dan diatapi oleh tentorium-serebili, yang merupakan lipatan dura mater yang

memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Fungsi serebellum adalah untuk mengatur sikap

dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan sangat penting dalam koordinasi otot dan

menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko spinal yang melintas dari kortex serebri ke sumsum

tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi yang

lain dari tubuh, maka hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.

Aliran darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan sebagian berasal

dari arteri vertebralis. Kedua arteri vertebralis bergabung membentuk arteri basilaris otak

belakang dan arteri ini berhubungan dengan kedua arteri karotis interna yang juga berhubungan

satu dengan lainnya membentuk suatu sirkulus Willisi. Dengan demikian terjadilah jalinan

kolateral yang cukup besar pada arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya

kolateral yang besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya dapat disumbat

tanpa menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral. Sedangkan pada orang tua, arteri besar

Page 6: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

pada dasar otak sering mengalami sklerosis dan menyumbat arteri karotis, sehingga penyediaan

darah ke otak berkurang sedemikian rupa sampai terjadi gangguan fungsi serebral.

Terdapat beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni

1. Pengaturan metabolisme

Bila metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat, sedangkan pH ekstra

seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral yang menyebabkan peningkatan

aliran darah.

2. Autoregulasi serebral

Pengaturan ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk mempertahankan

aliran darah otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya

sedemikian rupa, sehingga aliran darah menetap, walaupun tekanan perfusi berubah. Pengaturan

diameter lumen ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori ini cukup menarik, tetapi terdapat

bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh faktor neurogenik pada autoregulasi ini.

3. Pengaturan neurogenik

Peran faktor neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan saraf otonom

yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan beta adrenergik dan

kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif, sedangkan adrenergik beta dan kolinergik

mengakibatkan vasodilatasi. Peningkatan aliran darah hemisferik dapat disebabkan oleh

perangsangan formasio retikularis. Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik dan

akibat meningkatnya metabolisme otak.

2.1.1 Autoregulasi Serebral

Tekanan intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial dan

biasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Tekanan intrakranial normal adalah

0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai hipertensi intrakranial atau

peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu otak

(sekitar 80% dari volume total), cairan serebrospinal (sekitar 10%) dan darah (sekitar 10%).

Monro–Kellie doktrin menjelaskan tentang kemampuan regulasi otak yang berdasarkan volume

yang tetap. Selama total volume intrakranial sama, maka TIK akan konstan. Peningkatan volume

salah satu faktor harus diikuti kompensasi dengan penurunan faktor lainnya supaya volume tetap

Page 7: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

konstan. Perubahan salah satu volume tanpa diikuti respon kompensasi dari faktor yang lain akan

menimbulkan perubahan TIK. Beberapa mekanisme kompensasi yang mungkin antara lain

cairan serebrospinal diabsorpsi dengan lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan

aliran darah otak.

Salah satu hal yang penting dalam TIK adalah tekanan perfusi serebral/cerebral perfusion

pressure (CPP). CPP adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi sistemik yang diperlukan untuk

memberi oksigen dan glukosa yang adekuat untuk metabolisme otak. CPP dihasilkan dari

tekanan arteri sistemik rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus CPP = MAP –

ICP. CPP normal berada pada rentang 60-100 mmHg. MAP adalah rata-rata tekanan selama

siklus kardiak. MAP = Tekanan Sistolik + 2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika CPP diatas 100

mmHg, maka potensial terjadi peningkatan TIK. Jika kurang dari 60 mmHg, aliran darah ke otak

tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel otak dapat terjadi. Jika MAP dan ICP sama,

berarti tidak ada CPP dan perfusi serebral berhenti, sehingga penting untuk mempertahankan

kontrol ICP dan MAP.

Otak yang normal memiliki kemampuan autoregulasi, yaitu kemampuan organ

mempertahankan aliran darah meskipun terjadi perubahan sirkulasi arteri dan tekanan perfusi.

Autoregulasi menjamin aliran darah yang konstan melalui pembuluh darah serebral diatas

rentang tekanan perfusi dengan mengubah diameter pembuluh darah dalam merespon perubahan

tekanan arteri. Pada klien dengan gangguan autoregulasi, beberapa aktivitas yang dapat

meningkatkan tekanan darah seperti batuk, suctioning, dapat meningkatkan aliran darah otak

sehingga juga meningkatkan tekanan TIK.

2.2 Definisi

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak

maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)

membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang

(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer

maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak

primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,

ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

Page 8: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan

serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial

(PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan

cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat

dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis

spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan

durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak,

darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme

penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi

dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.

2.3 Klasifikasi

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.    Berdasarkan jenis tumor

a.       Jinak : acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma ( grade I ).

b.      Malignant : astrocytoma ( grade 2,3,4 ), oligodendroglioma, apendymoma.

b.    Berdasarkan lokasi

a.       Tumor intradural

         Ekstramedular : cleurofibroma, meningioma

         Intramedular : apendymoma, astrocytoma, oligodendroglioma, hemangioblastoma

b.      Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru-paru, ginjal

dan lambung.

2.4 Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak

penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

a.       Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,

astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis

tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan

baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada

Page 9: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada

neoplasma.

b.      sisa-sisa sel embrional ( Embrionic Cell Rest )

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai

morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan

embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan

kordoma.

c.       Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan

degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah

dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

d.      Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan

maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga

saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada

sistem saraf pusat.

e.       Substansi-substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui

bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini

berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan

2.5 Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor

otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan

kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau

invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya

Page 10: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan

gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi

invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga

menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya

massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan

serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang

disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume

intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari

ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan

intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,

volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,

kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul

bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa

dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan

menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia

progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

2.6    Manifestasi Klinis

Menurut lokasi tumor :

1.      Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit

memberi argumentasi / menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.

2.      Kortek presentalis posterior

Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.

3.      Lobus parasentralis

Page 11: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Kelemahan pada ekstremitas bawah.

4.      Lobus oksipital

Kejang, gangguan penglihatan.

5.      Lobus temporalis

Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.

6.      Lobus parietalis

Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan.

7.      Cerebulum

Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi.

Tanda dan gejala umum :

1.      Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk.

2.      Kejang

3.      Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan

fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.

4.      Perubahan kepribadian

5.      Gangguan memori

6.      Gangguan alam perasa

Trias klasik :

1.      Nyeri kepala

2.      Papil oedema

3.      Muntah

2.7  Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :

a.       Gangguan fisik neurologist

b.      Gangguan kognitif

c.       Gangguan tidur dan mood

d.      Disfungsi seksual

2.8  Pemeriksaan Penunjang

a.       Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan

cisterna.

b.      CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

Page 12: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

c.       Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan

klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.

d.      Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.

e.       Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.

f.       Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.

Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal

zat radioaktif.

2.9  Penatalaksanaan

a.       Pembedahan.

         Craniotomi

b.      Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi

tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi

pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

c.       Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping :

lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d.      Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

2.10        Prognosis

Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal dan

penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan

kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga

menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1    Contoh Kasus

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke RS karena penurunan kesadaran sejak 1 hari

sebelumnya. Penurunan kesadaran disertai dengan kejang pada seluruh tubuh setelah mengedan.

Sisi tubuh sebelah kiri juga lebih lemah dari kanan dan bicara menjadi pelo. Sejak 3 bulan

sebelumnya pasien sudah sering sakit kepala. Pasien adalah seorang perokok berat.

Page 13: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan GCS: E2M5V2=9, pupil bulat isokor, refleks

cahaya langsung dan tak langsung baik. Didapatkan paresis N. fasialis dan Hipoglosus dextra

sentral dan hemiparesis dextra. Reflek fisiologis meningkat untuk keempat ekstremitas,

sedangkan tanda babinski didapatkan pada sisi kanan. Satu hari perawatan kesadaran pasien

mulai membaik.

Pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan lesi multipel isodens inhomogen dengan edema

disekitarnya pada lobus frontasli kanan dan kiri disertai dengan herniasi subfalcin. Kesan suatu

lesi metastasis. Hasil pemeriksaan MRI kepala, lesi multipel lobus parietal kanan dan kiri serta

frontal kiri, kesan: lesi metastasis. Pada CT Thoraks ditemukan massa di paru kanan maligna

dengan pembesaran KGB mediastinum. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi sputum

diperoleh hasil sel atipik mencurigakan keganasan. Sedangkan hasil sitologi cairan bronkus: non

small cell carcinoma condong kepada adenocarcinoma berdeferensiasi buruk.

Selanjutnya dilakukan kemoterapi menggunakan Doxcetaxel 120 mg dan Cisplatin 120 mg

sebanyak 5 siklus dikombinasi dengan whole brain radioterapi.

Pasca kemoterapi dilakukan MRI ulang, didapatkan hasil lesi metastasis di frontal menjadi lebih

kecil, di parietal lebih samar dan perifokal edema menghilang.

3.2    Pengkajian

a.       Identitas :

b.      Riwayat Penyakit Sekarang : pasien tidak sadar selama 1 hari, salah satu ekstremitas

menjadi lemah, bicaranya menjadi pelo.

c.       Riwayat Penyakit Dahulu : pasien sering merasa pusing dalam 3 bulan terakhir,

pasien suka merokok.

d.      Pemeriksaan Fisik :

1.      Breathing : -

2.      Bleeding : -

3.      Brain : terdapat lesi multiple, terdapat edema disekitar lobus frontalis kanan dan kiri

disertai dengan herniasi subfalcin, penurunan kesadaran.

4.      Bowel : -

5.      Bladder : -

Page 14: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

6.      Bone : adanya reflek babinsky pada ekstremitas kanan.

3.3    Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.

b.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake

makanan.

c.       Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.

d.      Ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.

e.       Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi.

f.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

g.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.

h.      Harga diri rendah berhubungan dengan kesulitan bicara.

3.4 Intervensi

No.Dx Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Mengurangi nyeri Setelah diberikan

intervensi

selama ....x24 jam

maka pasien :

1.    Menunjukkan tehnik

relaksasi secara

individual yang efektif

untuk mencapai

kenyamanan.

2.    Mengenali faktor

penyebab dan

menggunakan tindakan

untuk mencegah nyeri.

Mandiri

1.      Monitoring TTV pasien

2.      Minta pasien untuk menilai

nyeri/ ketidaknyamanan

pada skala 0-10.

3.      Pemberian analgesik

Pendidikan pasien dan

keluarga

1.    Instruksikan pasien untuk

menginformasikan kepada

perawat jika pengurangan

nyeri tidak dapat dicapai.

2.    Berikan informasi tentang

nyeri.

Ajarkan menggunakan

1.      Nyeri mempengaruhi

perubahan TTV

2.      Skala menetukan dosis

pemberian analgesik

3.      Penatalaksanaan

medis dilakukan jika

non medis gagal.

Pendidikan

1.      Perawat dapat

memberikan

penatalaksanaan yang

lebih tepat atau dengan

modifikasi pengobatan

2.      Pasien lebih rileks dan

mengurangi antisietas.

Page 15: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

tehnik non farmakologi.

Kolaborasi

1.    laporkan kepada dokter jika

tindakan tidak berhasil atau

jika keluhan saat ini

merupakan perubahan yaang

tidak bermakna dari

pengalaman nyeri pasien

dimasa lalu.

Kolaborasi

Penatalaksanaan yang

tepat dibutuhkan

untuk proses

penyembuhan pasien.

2. Kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi

secara maksimal

Setelah dilakukan

intervensi

selama ....x24 jam

pasien akan :

Mandiri

1.      Monitoring pemenuhan

nutrisi tubuh.

2.      Monitoring porsi makan

pasien habis atau tidak

Pendidikan pasien dan

keluarga

1.      Beritahu pasien dan

keluarga tentang

pentingnya nutrisi untuk

proses penyembuhan.

2.      Beritahu pasien dan

keluarga diet yang baik.

Kolaborasi

1.      Diskusikan dengan ahli

gizi tentang diet pada

1.      Nutrisi penting untuk

proses penyembuhan

2.      Jika porsi tidak habis

cari tahu penyebabnya

dan modifikasi dengan

ahli gizi

Pendidikan

1.      Motivasi pasien untuk

pemulihan

2.      Pasien gastritis sangat

rentan dengan

makanan pedas dan

asam.

Kolaborasi

1.      Penggunaan metode

diet tiap pasien

berbeda, perlu

Page 16: Asuhan Keperawatan Tumor Otak

pasien dengan gastritis

2.      Diskusikan dengan dokter

tentag penalaksanaan

yang tepat

kolaborasi dengan ahli

gizi

2.      Penatalaksanaan yang

tepat memberikan

respon pemulihan yang

cepat