asuhan keperawatan spiritual.docx

38
Asuhan Keperawatan Spiritual Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan.Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan yang Maha Esa. Telah dipahami bersama bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pernyataan tersebut mengandung arti, semua peraturan perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan dengannya. Konsekwensi dari sikap konstitusional itu diantaranya adalah semua penduduk di Indonesia wajib berketuhanan dan dilarang berkembangnya ateisme. Klien adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik dalam skala nasional (klien sebagai bagian dari penduduk suatu negara) maupun dalam skala global (klien sebagai bagian dari penduduk dunia). Klien dalam perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson (2006) merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Sebagai manusia, klien selain sebagai mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan hakikat manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological), psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural (cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Dalam kata lain, Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, main danspirit. Beberapa pandangan pakar di atas, sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural atau dimensi body, main dan spirit merupakan satu kesatuan yang utuh. Tiap bagian dari

Upload: jamie-marshall

Post on 15-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Spiritual.docx

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan Spiritual

Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan.Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan yang Maha Esa. Telah dipahami bersama bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pernyataan tersebut mengandung arti, semua peraturan perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan dengannya. Konsekwensi dari sikap konstitusional itu diantaranya adalah semua penduduk di Indonesia wajib berketuhanan dan dilarang berkembangnya ateisme. Klien adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik dalam skala nasional (klien sebagai bagian dari penduduk suatu negara) maupun dalam skala global (klien sebagai bagian dari penduduk dunia).Klien dalam perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson (2006) merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Sebagai manusia, klien selain sebagai mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan hakikat manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological), psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural (cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Dalam kata lain, Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah mahluk yang holistik yang tersusun atasbody, maindanspirit.Beberapa pandangan pakar di atas, sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual.Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural atau dimensibody, maindanspiritmerupakan satu kesatuan yang utuh. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Terkait konsep ini, Plato dalam Makhija (2002) mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya berusaha mengobati dan menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan, demikian juga badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah sejahtera kecuali keseluruhannya sejahtera. Kesadaran akan konsep ini melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia, kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan oleh beberapa data yang didapat penulis dari hasil penelusuran terhadap berbagai sumber di beberapa negara maupun pengalaman dan observasi klinis penulis di beberapa institusi atau lembaga pelayanan kesehatan dimana penulis pernah melaksanakan praktik klinik. Fakta tersebut antara lain seperti yang di kemukakan oleh:1.Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas dan mengalami kebingungan antara konsep spiritualitas dan religius.2.kesimpulan Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam studinya juga memperlihatkan terdapat banyak perawat yang mengakui bahwa mereka tidak dapat memberikan asuhan spiritual secara kompeten karena selama masa pendidikannya mereka kurang mendapatkan panduan tentang bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten.3.Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit ditemukan akibat terjadinya pergeseran budaya dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap kepentingan bisnis yang berorientasi material.4.kesimpulan sementara penulis dari hasil observasi penulis selama melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang menyimpulkan bahwa asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat dalam praktik profesionalnya sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya menemukan dokumen dalam catatan keperawatan yang memperlihatkan bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan dengan baik.Disamping itu merujuk pada hasil riset yang dilakukan di negara lain seperti oleh Oswald (2004) dalam disertasinya berjudulNursess Perception of Spirituality and Spiritual Caredi Drake University Amerika, yang merekomendasikan empat hal untuk dilakukakn penelitian lebih lanjut meliputi 1) perlunya penelitian lanjutan yang serupa pada populasi dan lokasi (termasuk negara) berbeda, yang mempunyai latar belakang sosiobudaya berbeda, 2) penelitian dilakukan dalam kerangka waktu yang lebih panjang, 3) perlunya memperluas data demografi meliputi tiga area antara lain lokasi dimana perawat melakukan praktik profesionalnya (location of practice), tingkat pendidikan perawat (educational level of the nurse), dan lamanya bekerja (years of service in the profession); dan 4) penelitian spiritualitas dan asuhan spiritual dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Hasil studi tersebut kiranya menjadi fenomena penting yang perlu dilakukan studi lebih lanjut.Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua pertentangan antara pentingnya asuhan spiritual di satu sisi dan fakta permasalahan aplikasi asuhan spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus juga peluang dan tantangan untuka melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan asuhan spiritual. Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut bagaimana persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai langkah awal untuk mulai memfokuskan dan mendudukan sama pentingnya aspek spiritual, seperti juga aspek lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi lanjutan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi asuhan spiritual, baik faktor pendukung maupun penghambatnya.TREND / ISU DIMENSI SPRITUAL DALAM ASUHAN KEPERAWATAN JIWAKecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun akhir akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma, nilai nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.Perubahan perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.Pengertian Dimensi SpritualSpritual menurut New Websters Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual berarti kejiwaan, rohani, mental atau moral.Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan dan kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang datang untuk diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual membawahi semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu, sehingga individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak terpenuhi, individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.Dimensi spritual dalam kesehatanPada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.

PARADIGMA KEPERAWATAN ISLAMParadigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam. Paradigma keperawatan Islam dibangun melalui empat komponen besar yaitu : Manusia dan kemanusiaan, lingkungan, sehat dan kesehatan serta keperawatan.1. MANUSIA DAN KEMANUSIAANDasar Firman Allah: [QS. At-Tiin : 4] [QS. Shaad : 72] [QS. Al-Hijr : 29] [QS : Al-Israa : 70] [QS : Al-Israa : 73-74]Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya yang dimuliakan Allah, terdiri atas jasad, ruh, dan psikologis, dimana seluruh mahluk lainnya yang berada di langit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia kecuali Iblis yang menyombongkan diri. Manusia di dalam Alquran diistilahkan antara lain dengan sebutanAl-BasyarAllah menjelaskan dalam ayat-ayat :[QS. Shaad : 71] [ QS Al-Anbiyaa : 8 ] [ QS. Al-Mulk : 14 ] makna Al-Basyar adalah gambaran manusia yang diciptakan dari tanah dan secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.An-Nas[ QS. Al-Hujurat : 13 ] Makna An-Naas dalam Al-quran mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk sosial.

Komponen ManusiaManusia sebagai salah satu mahluk ciptaan Allah terdiri atas beberapa komponen yang meliputi jasad (fisik ), ruh, dan nafs (jiwa).Jasad (Fisik):[ QS. At-Tiin : 4 ], [ QS. Al-Anbiyaa : 8 ],[ QS. Al-Anbiya : 2] Komponen fisik adalah komponen jasad/bentuk, yang dapat makan dan minum, berjalan, mendengar, melihat, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti yang dijelaskan oleh beberapa ayat dalam Al-quran.RuhAllah berfirman dalam Al-Quran [ QS. Shaad (38) : 72 ]Maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya (manusia) dan kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendalah kamu (malaikat, jin dan iblis) tunduk dengan bersujud.Nafs (Jiwa)Allah berfirman dalam Al-Quran :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingatAllah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram .[QS. Ar-Rad : 28 ]Manusia juga dapat diterangkan dalam siklus kehidupannya melalui proses reproduksi hingga regenerasi, yang meliputi fase :Pernikahan[Q.S Ar-Ruum:21], [Q.S. An-Nisaa: 22-24],Kehamilan[Q.S. Al-Hajj : 5],Kelahiran,Nifas,Tumbuh kembang[Q.S. Luqman: 14], [Q.S. Al-Baqarah: 233],Kematian[Q.S Ali Imran : 185],Berdasar peran dan fungsi manusia diyakini sebagaikhalifahdanhambaAllah, sebagai khalifah Allah di bumi, manusia diberi tugas untuk melaksanakan fungsi kemanusiaan dianataranya :(1) Memimpin dan mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah[Q.S Al-Baqarah: 30] , [Q.S. Al-Ahzab:72].(2) Memakmurkan bumi dan mengeluarkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan umat manusia berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah [Q.S Huud : 61].(3) Menyebarkan keadilan dan kemaslahatan [ QS. Al-Hadiid (57): 25 ], [ QS. Shaad (38) :26 ], [ QS. Al-Qasas (28): 77 ]Sebagai hamba Allah yang diberi beban untuk beribadah kepada Allah semata, yakni ibadah yang mencakup seluruh aspek kehidupan, sebagai mana firman Allah :Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU.[ QS. Adz-Dzariat (51) : 56 ].Dari uraian diatas tentang manusia sebagai khalifah dan hamba Allah, maka manusia dalam aspek keperawatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu manusia sebagai perawat dan manusia sebagai klien.Manusia sebagai perawatadalah mahluk ciptaan Allah yang paling mulia dan sempurna (terdiri dari jasad, ruh dan nafs) dan memiliki iman , ilmu dan mempunyai kewajiban untuk mengamalkannya bagi kemaslahatan umat.Manusia sebagai klienyang menjadi fokus pelayanan keperawatan pada dasarnya adalah makhluk yang berpotensi secara aktif menjadikan dirinya sebagai manusia yang sempurna, sebagaimana firman Allah :

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah di anugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. [ QS. Al-Anfal (8) : 53 ].

2. LINGKUNGANDasar ayat-ayat yang menjelaskan tentang lingkungan: [ QS. Al-Baqarah (2) : 164 ][QS. Al-Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ], [ QS. Al-A`raf (7), ayat 54 ].Allah menjelaskan kepada kita bahwa alam semesta dan seisinya di ciptakan atas hak dan kehendak Allah SWT dan di peruntukkan bagi manusia agar manusia bersyukur serta dapat mempelajari alam semesta ini guna memperkokoh keimanan dan ketaqwaan terhadap sang Maha Khaliq (Pencipta). Dan Allah juga mengancam manusia yang berdusta dan berdosa.Betapa Allah telah menunjukkan kepada manusia terjadinya siklus cuaca dan bagaimana hujan itu diturunkan kebumi dan bagaimana tumbuhan hidup yang tiada ain agar manusia dapat menggali dan mempelajari makna ayat-ayat Allah dapat kita simak pada [ QS. Al-A`raf (7) ; ayat 57 ] [ QS. Al-A`raf (7); ayat 58 ].Melalui ayat-ayatNy [ QS Albaqarah (2) : 60 ] [ QS Al-Baqarah : 11 ] [ QS Al-Araaf : 56 ] [ QS. Muhammad (47) : 22-23 ] [ QS Al-Ankabut (29) : 36-37 ] Allah menegaskan baik buruknya kwalitas lingkungan akan berpulang kepada manusia yang mendiami muka bumi ini dan kemudian memanfaatkannya. Apabila manusia mampu memelihara lingkungan dengan baik maka akan baiklah kehidupan ini, begitupula sebaliknya jika manusia merusaknya maka malapetakalah yang akan menimpanya, seperti : bencana banjir, wabah penyakit-penyakit menular, polusi udara, dll.Unsur lingkungan di bagi dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkunganinternalmeliputigenetika[QS. An-Nisa : 19].,struktur fungsi tubuhTiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih utama bagunya.(HR. Tirmidzi),psikologis[ QS : Al-Israa : 73-74 ]daninternal spiritual[QS.Asy-Syams : 9-10], [QS. An-Nisa : 48-50] Sedangkanlingkungan eksternaladalah lingkungan disekitar manusia baikfisik[QS. Al-A`raf (7) ; ayat 57], [QS. Al-Anfal (8) : 11],biologis, [QS. Al-Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ] [QS. At-Taubah :108],sosial [QS. An-Nisa (4) : 1] [QS. Al-Hujarat (49) : 13] [QS. Al-Hujarat (49):10], danspiritual [QS. Al-Baqarah (2) : 222],Kebersihan itu adalah separuh dari iman. (Hadits riwayat Muslim) Terangilah rumahmu dengan shalat dan membaca Al-Qur`an.(Al-Hadits)Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk persepsinya terhadap sehat-sakit. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkunganya serta tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya tersebut. Tindakan kebersihan lingkungan (baik internal maupun eksternal ) adalah merupakan tindakan spiritual dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak saja merusak keindahan tetapi juga dapat menimbulkan berbagai penyakit dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.Kebersihan harus diupayakan oleh manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dalam rangka mewujudkan suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat, memelihara lingkungan baik internal maupun eksternal harus diupayakan untuk menciptakan nuansa yang Islami (spiritual) sebagai bagian dari perintah Allah SWT.Dengan demikian jelaslah bahwa Islam memandang lingkungan sebagai sesuatu rahmat yang diperuntukkan bagi manusia yang harus senantiasa dijaga, dipelihara dan dilestarikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia baik individu , kelompok dan masyarakat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. SEHAT DAN KESEHATANYa Allah , ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Serta peliharalah kami dari siksa api neraka[Al-Baqarah (2) :201].Islam mendorong ummat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi mereka didunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah sehat /kesehatan.Sehat dan kesehatan dalam perspektif IslamIngatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram[QS. Ar-Rad :28]. Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan punya makanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan kepadanya.(Hadist riwayat At-Turmudzy dan Ibnu Majah)Berpedoman pada hadist tersebut diatas maka sehat bukan hanya bebas dari rasa sakit dan cacat belaka. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada dalam keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani dan sosial.Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Ia memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan dirinya sebaik mungkin untuk beramal sholeh dan beribadat serta menjadi rahmat bagi lingkungannya.Upaya KesehatanDalam Al-Qur`an maupun hadist, telah diperingatkan akan pentingnya memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.Beberapa dalil sebagi landasan upaya kesehatan adalah :(1)Upaya promotif(QS: Al-Baqarah (2): 95 ).Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan orang, yaitu sehat dan waktu senggang.( HR. Bukhori dan Muslim )Berdasarkan dalil tersebut di atas maka manusia dilarang merusak diri baik jasmani maupun rohani, dalam arti manusia wajib memelihara kesehatan dan meningkatkannya.. Dan uraian hadist tersebut dapat dipahami, janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.(2)Upaya Preventif[QS. At-Tahrim (66):6 ]

Berkaitan dengan upaya preventif dalam Al-Quran dan Al-Hadist dijelaskan sebagai berikut.Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.......Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu :1. Masa hidupmu sebelum datang ajalmu, 2. Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3. Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4. Masa mudamu sebelum datangnya masa tua dan 5. Masa kayamu sebelum datangnya miskin. (HR. Ahmad dan Baihaqi).Jika kamu mendengar berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka janganlah memasuki daerah itu. Dan jika kamu berada didalamnya, janganlah kamu keluar dari daerah itu.(Al Hadits)(3)Upaya kuratif[QS. Asy-Syuara (42) : 80 ]Berobatlah kamu wahai manusia, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (mati)(HR. Ashabus Sunan)(4)Upaya rehabilitatif[ QS. Ar-Ra`du (13) :11]Berbuatlah untuk bekal duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya-lamanya dan beramllah untuk bekal akheratmu seakan-akan engkau mati besok pagi.(Al Hadist)Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahmu dan hartamu, tetapi ia melihat hatimu dan amalmu.(Al Hadist)Dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrowi , antara jasmani dan rohani serta perlu adanya usaha pemulihan yang didasari niat yang sungguh-sungguh dan bekerja keras.4. KEPERAWATANKemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil :Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Karena itu jadilah dia orang diantara orang-orang yang menyesal. [QS. Al-Maidah (5): 31]Dan orang-orang yang beriman , lelaki dan perempuan , sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf , mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya . Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[QS. At-Taubah (9) : 71]

Dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya`qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. [ QS. Shaad (38):ayat 45]

Dan (ingatlah kisah) Ayub , ketika ia menyeru Tuhannya : (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang. [QS. Al-Anbiyaa (21): 83]

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan.[QS. Shaad (38): 41]

Dan ambilah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) orang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-Nya. [ QS. Shaad (38): 44 ]Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.[QS Ali Imran (3) : 4].Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan atau hindarkan kesulitannya.(HR. Muslim).Keperawatan dalam Islam diyakini sejak tegaknya IslamZaman Nabi Adam, A.SSebagaimana dalam Al quran Allah berfirman :Dari firman Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi awal mulanya konsep perawatan jenazah.[ QS.Al Maidah (6) : 31]Zaman Nabi Ayub ASKetika nabi Ayub terkena penyakit kulit, istrinya bernama Siti Rahmah selalu merawat suaminya siang dan malam, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nabi ayub AS Siti Rahmah menukar gulungan rambut dengan empat potong roti. Setelah itu Siti Rahmah berkata : wahai Tuhanku sesungguhnya perlakuanku ini hanya karena taatku kepada suamiku dan untuk memberikan makan kepada nabi-Mu, maka telah saya jual gulungan rambutku. Nabi Ayub berdoa kepada Allah agar penyakitnya di berikan kesembuhan. Firman Allah : [QS. Shaad (38) : 41].Zaman Nabi Isa as"( Ingatlah, ketika Allah menyatakan : " Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada Ibumu diwaktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesuadah dewasa; dan ( ingatlah ) diwaktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ( Ingatlah pula ) diwaktu kamu membentuk dari tanah ( suatu bentuk ) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung ( yang sebenarnya ) dengan se izin-Ku. Dan ( ingatlah ) waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ( ingatlah) diwaktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur ( menjadi hidup ) dengan seizin-Ku, dan ( ingatlah ) diwaktu Aku menghalangi bani Israil ( dari keinmginan mereka membunuh kamu ) dikala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: " Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata "[QS. Al-Maidah (5) : 110]Zaman nabi Muhammad SAWPada saat nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Allah, banyak kaum wanita menarik suami untuk ikut berjuang dan berperang dan para wanita tersebut mengikuti perjalanan, selama perjalanan mereka tekun dalam memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena luka dan sakit dalam peperangan. Adapun wanita yang berbaiat kepada Rasullah adalah :Rubiyi binti MuawidzRubiyi adalah seorang sahabat wanita yang ikut serta meriwayatkan hadist dari Rasullah . Peran Rubiyi dalam peperangan dapat diketahui dari riwayat Imam Bukhori, Nasai dan abu Muslim Al Kajji yaitu bertugas memberi minum kepada mereka yang berperang, melayani mereka, mengobati yang terluka,serta membawa orang-orang yang gugur ke madinahUmu Sinan Al-AslamiyahUmu Sinan adalah seorang mujahid wanita yang agung ia datang kepada Rasulullah ketika beliau hendak keluar ke Khaibar, lalu ia berkata : ya Rasulullah, bolehkah aku ikut keluar bersamamu dalam perjalanan mu ini ? Aku akan menuangkan air minum dan mengobati orang yang sakit dan terluka, Rasulullah mengizinkan umu sinan ikut serta dalam penaklukan khaibar ( Al-Wagidi dalam Al Maghazi : 687, dan At Thabaqat 8 : 214 )Umu Ziyad Al Asyja-iyahUmu Ziyad Al Asyjaiyah seorang, pejuang wanita yang tangguh, umu tersebut dengan izin rasulullah ikut dalam penaklukan khaibar, bertugas untuk mengobati orang-orang yang terluka, menyiapkan makan dan minum.Kuaibah binti SaadAdalah seorang wanita yang cerdas, aktifitasnya tidak terbatas perannya pada waktu perang, bahkan ia mengobati orang yang sakit pada saat kapan saja, ia telah dibuatkan ruang khusus di masjid untuk mengobati orang-orang yang sakit atau terluka (Thabaqat ibnu Saad 8 : 213). Kuaibah sebagai orang yang merintis jalan dalam dunia pengobatan dan kedokteran yang diberi gelas tokoh dan pakar medisUmayah binti Qais Al GhifariyahUmayah bersama kelompok wanita bani Ghifar datang kepada rasulullah : ingin ikut berperang bersama ke khaibar, kami ingin mengobati orang-orang yang terluka dan membantu kaum muslimin sesuai dengan bidang dan kemampuan kamiRufaidah Al-AnshariyahSeorang wanita dari kabilah Asdam yang biasa mengobati orang-orang terluka yang tidak memiliki perawat ia mengobati orang-orang terluka di kemahnya, di sebagian ruang masjid nabawi.Dalam kitab kumpulan syair Al-Ilyadzah Al islamiyah, penyair Ahmad Muharram menulis tentang Rufaidah :Wahai Rufaidah, ajarkanlah kasih sayang kepada manusia dan tambahkan ketinggian harkat kaummu, ambillah orang yang terluka, dan sayangilah, berkelilinglah di sekitarnya dari waktu ke waktu bila orang-orang tidur mendengkur maka janganlah engkau tidur demi mendengar rintihan orang yang sakitBumi terus berputar, tahun pun silih berganti, namun kemah Rufaidah di Masjid Nabawi tetap menjadi contoh yang harum dalampelayanan kesehatanpada permulaan Islam.Dari risalah tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam telah mengajarkan tentang keperawatan yang memberikan pelayanan komprehensip baik bio-psiko-sosio-kultural maupun spiritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat. Pelayanan keperawatan berupa bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.Keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaanya, menolong manusia lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial . Permasalahan klien dengan segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal serta memiliki kemampuan berdakwah amar maruf nahi munkar.

ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMIAllah berfirman :Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebgaian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya.(Q.S. At-Taubah :71)Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya.(Q.S. Al-Maa-idah: 2) .Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.( Q.S. Al-Israa:7)dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu(Q.S. Al-Qashash: 77)Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu(Q.S. Ali Imran:159)Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya(HR. Muslim).Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa yang dusukai untuk dirinya.(HR. Ahmad)Ayat-ayat dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah dengan riwayat-riwayat wanita-wanita dizaman Rasulullah dalam melakukan perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep Caring dalam keperawatan Islam, bukan hanyaasuhan kemanusiaandengan lemah lembut berdasarkan standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasarikeimananpada Allah dengan menjankan perintahNya melalui ayat-ayat Alquran dengan tujuan akhir mendapatkan ridho Allah swt.Asuhan Keperawatan Islamiyang dikembangkan oleh Kelompok kerja Keperawatan Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat menjadi acuan pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist.Masukan (input)Dalam asuhan keperawatan masukan adalah segala sumber-sumber yang mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.(1) Al-Quran dan Hadistsebagai keyakinan manusia yang beriman(2) Manusiadalam Paradigma keperawatan di jelaskan sebagaihambadan sebagaikhalifah;sebagai memimpin dan mengatur bumi ,memakmurkan bumi, menyebarkan keadilan dan kemaslahatan.Kliensebagai mahluk yangberpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang mempunyaifitrahapakah sebagai perawat ataupunklien sebagaimana Allah berfirman :Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui(Q.S. Ar ruum : 30).(2) Lingkunganeksternal dan Internal serta lingkungan spiritual.Tatanan pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.(3) Profesi Keperawatanyang merupakan manifestasi dari ibadah dan media dawah amar maruf nahi munkar.Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islamia. Ihsan dalam beribadahBagi perawat muslim pemahaman dan pengamala terhadap rukun iman dan Islam belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam pengamalan agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun islam sebagai bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan baik yangberkualitasakan melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan ikhsan dalam Al-Quran sebagai berikut :Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan. [QS Al Kahfi:30]Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta kebahagiaan akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja diantara kamu yang berbuatihsanpahala yang besar. [QS Al Ahzab : 29]Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga. [QS Ar Rohman : 60]Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :Wahai Muhammad terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan! Jawab Rasul : Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika kamu tidak melihat Dia, Sesungguhnya Dia melihat kamu (HR Imam Muslim)Dampak Perbuatan Ikhsan dalam asuhan keperawataN akan melahirkan :(1)Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi.(2)Pekerjaan yang Rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT.(3)Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga ikhsan dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan.

Dalam garis besarnya ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan (1)Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat diartikan suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan. (2)Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang luas, tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,suku, bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya humanistis dan universal, ukurannya hanya satu sebagai ummat manusia. (3)Terhadap Mahluk lain selain manusiatermasuk pada hewan dan lingkungan harus disayangi oleh manusia.b. Perlakuan/perilaku dalam asuhanImplementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran konsepCaringyang mendasari keperawatan IslamMummaridyang telah diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia ners-klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan padakeilmuannya, islam mementingkanprofessionalismeberpengetahuan dan keterampilan seperti Allah jelaskan pada :Amat besar kebencian disisi Allah-kamu, memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya.[QS Ash-Shaff:3]Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya.[QS An-Nahl:43]Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. [QS Al Israa : 36]Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang berilmu beberapa derajad.[QS Al-Mujadillah ; 11]Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. [HR Bukhari]Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan islam perawat harus bersikap Professional, dalam Islam adalahberahlaqul qarimah,sesuai tuntunan RasulSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu. [QS Al-Ahzab :21]Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya [HR Thabrani]Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim :Tulus Ikhlas, Ramah dan bermuka manis, Penyantun, Tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi.Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikannya.Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada konsep manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah sebagaiAn-Nas(mahluk sosial) dan jugakerjasamadankemitraanadalah perintah Allah(Q.S. Al-Maa-idah: 2), (QS Al Hujarat : 10).c. Bimbingan/TausiahManusia adalah mahluk mulia, Dengan kemuliaannya harus berbuat yang mula pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan menyembah kepada Allah [QS Adz Dzariat: 56], kemuliaan lain adalah menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti firmanNya:Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan dan mencegah yang munkar.. [QS Ali Imtan :104]Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu menuju Allah..[QS Yusuf :108]Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat (hadist)Banyak lagi ayat-ayat yang menyeru kita untuk berdakwah, dalam konteks keperawatan islam maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya maka perawat juga sebagai DaI untuk dapat mengajak manusia (klien) dan lingkungannya menuju jalan Allah sehingga nilai spiritual yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan dapat menyentu fitah manusia dan pada akhirnya mencapai tujuan hidup baik perawat ataupun klien.Keluaran (Output)Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah Qualitas asuhan, refleksi dari qualitas bagi semua (perawat dan Klien) adalahkepuasanSeorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat menyentuh fitrah manusia. Ftrah manusia dalam Alquran :Sebagai Mahluk MuliaSesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. [QS At Tiin :4]Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, kami angkut mereka didaratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan [QS Al Israa:70]Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya, tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu nilaihumanismeyang diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.Sebagai mahluk PengabdiTidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu [Adz Dzariat :56]Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari asuhan keperawatan islami sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.Sebagai mahluk yang HanifFitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahat-jahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan syukur bila perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini. Ayat-allah tentang hanif dapat disimak pada [QS Ar Ruum : 30], [QS An aam :161], [QS Al Baqarah :135], [QS Ali Imran : 65], [QS An Nisaa: 125], [QS Yunus : 105].Sebagai Mahluk yang merdekaAllah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah berfirman.Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang Zalim di neraka.[QS Al Kahfi : 29]Ayat itu Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan sesuatu tentang diri manusia adalah adalah manusia itu sendiri sehingga fitra manusia disini adalah mempunyai kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi klien untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga dapat mengajak atau memberikan bimbingan kepada klien apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan Ajaran Islam maka Kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan keperawatan Islami.Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligusmahluk dengan nilai-nilai komunalAllah berfirman :Hai Manusia, bertaqwalah kepada kamu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan Isterinya dan daripada keduanya memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [QS An Nisaa : 1]Dalam Ayat lain [QS Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS Yunus : 10] menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai mahluk sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat membutuhkan orang laindan lingkungan sesuai dengan tuntunan Alquran.Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila klien sembuh maka akan timbul rasaSyukur (tasyakur), bila ada ketidak sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasaRidho, dan apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan marah tetapisabardanTawaqal kepada Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.Pada akhirnya Outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai Ridho AllahMardhotillahbaik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran akhir dari hidup manusia dimuka bumi ini.

KHATIMAHHai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu[QS [QS Al Baqarah : 208]Islam mengandung ajaran yang mencakup semua aspek hidup dan kehidupan manusia termasuk didalammnya ajaran yang berkaitan dengan kesehatan jasmani, rohani, sosial, kultural dan spiritual. Pengamalan ajaran Islam dalam bidang kesehatan wajib dilaksanakan oleh umat sebagai perwujudan ibadahnya kepada Allah SWT dan sesama umat manusia, diantaranya melalui pelayanan/asuhan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan.Keperawatan sebagai bentuk layanan yang ditujukan bagi klien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dilandasi oleh suatu keyakinan yang dibangun berdasarkan pandangannya yang kokoh yakni paradigma keperawatan meliputi manusia-kemanusiaan, lingkungan, sehat-kesehatan dan keperawatan, yang kemudian disebut sebagai Paradigma Keperawatan Islam..Asuhan keperawatan Islam adalah Integrasi nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alquran dan Hadits, merupakan suatu sistem sehingga banyak faktor-faktor yang berpengaruh untuk keberhasilan asuhan sehingga mempengaruhi tujuan akhir dari pemberian asuhan keperawatan Islam. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islam selain perawat melaksanakan profesi keperawqatan yang merupakan manifestasi dari Ibadahnya maka asuhan perawtan Islam mempunyai nilai spiritual yang sangat tinggi karena merupakan sarana dawah amar maruf nahi munkar.Kepuasan terhadap asuhan keperawatan dalam pandangan keperawatan islam adalah dimana fitrah manusia dapat disentuh oleh asuhan keperawaatan yang diberikan sehingga merefleksikan rasa Syukur, ridho, sabar dan tawaqal terhadap pencapaian keberhasilan ikhtiar manusia. Apabila klien dan perawat sudah bisa merasakan itu maka akan dicapai tujuan hidup didunia ini adalah Mardhatillah.Asuhan keperawaatan Islam dalam tataran nilai-nilai ini perlu dikembangkan pada konsep-konsep yang dapat menjadi acuan operasional perawat muslim sehingga semakin cepat dan semakin banyak kaum muslimin akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan keyakinan dan keimanannya yang pula merupakan fitrah manusia.Upaya-upaya mengembangkan asuhan keperawatan Islami secara terus menerus dan simultan menjadi tanggung jawab muslim sebagai manifestasi dari hamba Allah (pengabdi) dalam menegakkan agama Allah, pengembangan tersebut secara komprehensif dan terintegrasi dan sistematis bersumber pada Alquran dan Hadits yang merupakan warisan Rasulullah kepada ummatnya.

PERSEPSI PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHANINTISARI Klien yang mengalami kondisi kritis di ruang Intensive Care Unit (ICU)umumnya mengalami perasaan cemas dan takut terhadap kondisi kesehatannya,tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang, bahkan terhadapkemungkinan cacat atau kematian. Pada fase ini klien harus mendapat perawatansecara menyeluruh mencakup unsur;bio,psiko,sosiodanspiritual. Pemenuhankebutuhan spiritual pada fase ini sangat diperlukan untuk membantu mengatasimasalah yang dihadapi klien. Perawat memiliki tanggung jawab dalammemberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat tentangpelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual padaklien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKUMuhammadiyah Bantul.Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangandeskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalampenelitian ini adalah perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah SakitUmum PKU Muhammadiyah Bantul. Sampel dalam penelitian ini adalah perawatpelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKUMuhammadiyah Bantul. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling,sebanyak 12 perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan kuesioner.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi perawat tentangpelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual padaklien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKUMuhammadiyah Bantul berdasarkan instrumen kuesioner pada perawat pelaksana,secara umum masuk dalam kategori cukup, yang terdiri dari lima sub variableyaitu; pengkajian dengan nilai 78,47% (kategori baik), penetapan diagnosa dengannilai 45,83% (kategori kurang baik), perencanaan dengan nilai 67,36% (kategoricukup), pelaksanaan dengan nilai 75, 38% (kategori cukup), evaluasi dengan nilai68,75% (kategori cukup).Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa persepsi perawat tentangpelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual padaklien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKUMuhammadiyah Bantul, secara keseluruhan dalam kategori cukup.TREND / ISU DIMENSI SPRITUAL DALAM ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun akhir akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.Perubahan perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.

Pengertian Dimensi SpritualSpritual menurut New Websters Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual berarti kejiwaan, rohani, mental atau moral.

Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan dan kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang datang untuk diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.

Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual membawahi semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.

Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu, sehingga individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak terpenuhi, individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.

Dimensi spritual dalam kesehatan

Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.( Amir Syam,S.Kep,Ns)

PENDAHULUAN

Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk dan struktur yang paling sempurna dibanding mahluk-mahluk lainnya (QS, 95:4). Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal, dan dengan akal itulah manusia bisa bernalar dan mengembangkan peradaban. Dengan kelebihan potensi akal yang dimiliki manusia, manusia juga dibebani tugas yang lebih berat dibanding mahluk lainnya yaitu untuk beribadah kepada Allah sang Pencipta (QS, 51:56). Amanah ibadah yang diemban manusia adalah sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatul fil-ardy) dan sebagai pemelihara bumi (riayatul ardy). Tugas ini merupakan tugas yang berat, dan manusia akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Untuk menjalankan tugas yang berat manusia perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya secara baik.

Selain akal, potensi manusia lainnya adalah fisik (jasad) dan ruuh. Ketiga komponen; fisik, ruuh, dan akal tersebut masing-masing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar tercapai keseimbangan dalam hidup manusia. Orang yang cenderung hanya memperhatikan aspek fisik saja maka banyak yang terjebak pada kehidupan yang materialistik yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kebendaan (materi) sebagai ukuran dari suatu keberhasilan. Disisi lain, yang mengutamakan akal atau pikiran pun akan terjebak pada rasionalisme yang hanya menerima sesuatu yang bisa dijangkau oleh akal pikirannya. Sehingga tidak jarang, kelompok ini tidak percaya adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kelompok berikutnya yang lebih mengutamakan ruuh semata sehingga sampai pada kehidupan yang melepaskan dunia dan hanya mengejar ketenangan diri dengan berkontemplasi dan terhindar dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Ajaran Islam menganjurkan agar ketida aspek tersebut dijalankan secara seimbang (tawazun), proporsional, dan harmonis. Agar tercapai keseimbangan yang harmonis antara fisik, akal, dan ruuh diperlukan pengenalan yang mendalam akan ketiga aspek tersebut dan selanjutnya adalah memberikan perawatan yang sesuai karakteristik dan kebutuhannya.

Perhatian terhadap kebutuhan spiritual telah dinyatakan secara eksplisit dalam kesepakatan lokakarya nasional keperawatan sejak tahun 1983. Namun jika dilihat penerapannya dalam asuhan keperawatan pada klien, maka kita akan kesulitan untuk mencari bukti-bukti otentik bagaimana pelayanan ini diberikan oleh para perawat. Disisi lain, jika dilihat dalam kurikulum pendidikan perawat di Indonesia, muatan aspek spiritual klien pun sedikit sekali bobotnya sehingga tidak mampu memberikan bekal yang memadai bagi para calon tenaga keperawatan. Hal ini nampaknya mungkin disebabkan karena minimnya referensi tentang keperawatan spiritual. Literature tentang keperawatan spiritual sebagian besar berdasar pada konteks budaya barat yang bersumber pada filosofi sekularistik. Sedangkan aspek spiritual seseorang banyak dipengaruhi oleh keyakinan, nilai-nilai, sosial, budaya, pengalaman, dan konteks masyarakat atau siatuasi krisis dimana orang itu berada.

Orang yang hidup dalam tataran budaya Sunda yang mayoritas beragama Islam, akan berbeda dalam memaknai spiritualnya dibanding dengan orang yang hidup dalam budaya lain dengan keyakinan yang berbeda. Oleh karenanya pemenuhan kebutuhan spiritual bersifat unik untuk setiap individu. Kondisi penyakit yang sedang diderita atau situasi kritis yang menimpa klien, akan berpengaruh terhadap persepsi pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kontak terlama dengan klien, perlu memahami bagaimana memberikan asuhan keperawatan spiritual klien sesuai dengan latar belakang sosial budaya dan nilai-nilai serta keyakinan klien.

SPIRITUAL DALAM LITERATURE KEPERAWATAN

Istilah spiritual berasal dari kata Latin; spiritus, spirit, yang berarti napas, udara, angin atau yang menyebabkan hidupnya seseorang (Dombeck, 1995). Spiritual merupakan sumber kekuatan vital yang memotivasi, mempengaruhi gaya hidup, perilaku, dan hubungan seseorang dengan yang lainnya (Goldberg, 1998). Konsep spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika menghadapi situasi krisis, stress emosiaonal, penyakit fisik atau kematian.

Dalam konteks budaya barat, tidak semua orang yang ingin mencari jati diri, pemberdayaan diri, dan aktualisasi diri harus melalui agama tertentu. Mereka bisa mencarinya melalui cara-cara lain. Menurut Wright (1999), spiritualitas dapat dilihat sebagai perpaduan nilai-nilai yang mempengaruhi proses interaksi seseorang dengan dunia sekitarnya, sedangkan agama merupakan jalan (dalam bentuk praktik ritual dan keyakinan) untuk menuju tuhan-tuhan yang diyakininya Dalam konsep ini, dapat dilihat adanya perbedaan antara konsep spiritualitas dan agama. Spiritual dipandang sebagai konsep yang lebih luas dibanding agama, karena orang yang tidak memeluk suatu agama pun pada dasarnya memiliki kebutuhan spiritual. Keyakinan spiritual tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan jiwa seseorang (Fowler dalam Kozier dkk., 1991).

Agar konsep spiritual ini bisa dikaji untuk merumuskan intervensi yang tepat, beberapa ilmuwan keperawatan menjabarkan konsep spiritual kedalam beberapa dimensi, seperti; Stool (dalam Taylor, 2002) membagi dimensi spiritual menjadi konsep tentang Tuhan, sumber kekuatan dan harapan, praktik keagamaan, hubungan antara keyakinan dengan praktik kesehatan, sedangkan Dossey (dalam Taylor, 2002), membagi dimensi spiritual menjadi makna dan tujuan hidup, kekuatan dari dalam, dan keterkaitan (interconnections). Dari dimensi-dimensi tersebut dikembangkan instrument untuk menilai atau mengkaji kondisi spiritual klien. Misalnya, spiritual well-being scale yang dikembangkan oleh Ellison dan Palotzian (Kozier dkk, 1991), spiritual assessment scale dari OBrien (1989).

Hasil pengkajian spiritual akan membantu dalam memformulasikan diagnosa keperawatan spiritual yang relevan dengan kondisi klien. Beberapa diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan spiritual adalah spiritual distress yang meliputi spiritual pain, spiritual alienation, spiritual anxiety, spiritual guilt, spiritual anger, dan spiritual despair (OBrien dalam Kozier dkk, 1991).

Penelitian pun terus dilakukan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Beberapa intervensi yang disebut dalam literature diantaranya:

Mendengarkan aktif (Active listening)Bibliotherapy (membaca buku-buku spiritual)Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoaMenunjukan sikap penerimaan, menghargai, dan tidak menghakimiMembangun hubungan saling percayaMenunjukan sikap empati, peka, rendah hati, dan komitmenMemfasilitasi ekspresi pikiran, perasaanMemfasilitasi meditasiMemfasilitasi praktik keagamaanMemnggenggam tanga, sentuhanMemberikan harapan, keyakinanMendengarkan musikMenghadirkan diriMerujuk pada petugas rohaniKomunikasi teapeutikKlarifikasi nilai (terutama berhubungan dengan spiritual)Meskipun konsep spiritualitas dalam keperawatan terus dikembangkan, namun dalam pelaksanaannya di klinis terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut diantaranya:

Faktor personal,

Perawat memandang kebutuhan spiritual pasien sebagai urusan peribadi atau keluarga atau tanggungjawab pemuka agama (Ustad, Pastur, Pendeta) bukan tanggungjawab perawatPerawat merasa malu, kurang percaya diri, dantidak nyaman dengan spiritualitasnya sendiriPerawat merasa tidak merasa nyaman berhadapan dengan situasi yang menyebabkan spiritual distress seperti kematian, penderitaan, duka cita.Faktor pengetahuan,

Perawat kurang cukup bekal pengetahuan tentang spiritualitas dan keyakinan agama yang berlainanPerawat keliru mengartikan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan psikososial Perawat memiliki sedikit pengetahuan tentang spiritual dan perawatan spiritualMasih terbatasnya kepustakaan dan riset tentang intervensi keperawatan spiritualFaktor lingkungan/institusi/ dan situasi,

Tidak cukup waktu untuk memberikan perawatan spiritual karena harus merawat kebutuhan pasien lainnyaKebijan institusi yang kurang mendukung, seperti tidak adanya SOP atau pedoman pelayanan spiritualKondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk pemberian perawatan spiritual seperti tehnologi tinggi, bising, dan tidak terjaminnya privacy.ISLAM DAN KESEHATAN SPIRITUAL

Islam adalah ad-diin yang universal mencakup seluruh aspek kehidupan. Para ulama memandang bahwa ajaran Islam memiliki tujun untuk memelihara lima hal utama yaitu agama, jiwa (nafs), akal, kehormatan (keturunan), dan kesehatan (Shihab, 1992). Islam memandang sehat dalam konteks yang menyeluruh (holistic sense), jika suatu bagian tubuh sakit maka bagian tubuh lainnya pun akan merasakan sakit. Komponen sehat yang baik tidak hanya sehat fisik (jasad), melainkan juga sehat mental (nafs), sosial, dan spiritual (ruuh). Bagi seorang muslim, sehat dipandang sebagai anugrah Allah yang harus disyukuri. Oleh karenanya, memelihara kesehatan merupakan amanah yang harus ditunaikan sebagai wujud syukur kepada Allah.

Kebanyakan manusia lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek kesehatan fisik, dibanding aspek kesehatan lainnya, padahal kesehatan komponen lainnya sama pentingnya dengan kesehatan fisik bahkan dampaknya lebih berat ketimbang aspek fisik. Misalnya, sakit fisik atau jasad akan berakhir ketika ajal tiba, namun ruhani yang sakit akan terbawa konsekuensinya sampai kehidupan akhirat. Dengan demikian kesehatan ruhani sebenarnya merupakan esensi dari kesehatan hidup seseorang.

Istilah spiritual identik dengan istilah ruuh (ruhani) atau soul. Para Ulama Islam lebih merekomendasikan menggunakan istilah ruuh (ruhani) sebagaimana tersebut dalam Al Quran, ketimbang istilah spiritual atau soul yang berakar pada keyakinan Yahudi-Nashrani. Manusia dapat mengetahui hal-hal yang bersifat fisik-material dengan proses pengenalan melalui panca indra yang dimilikinya. Proses pengenalan ini melahirkan suatu pengetahuan tentang suatu fenomena fisik atau material. Untuk hal-hal yang immateri, seperti halnya ruuh, manusia tidak dapat mengandalkan panca indra karena proses pengindraan sangatlah terbatas. Hakikat yang sesungguhnya dari ruuh hanyalah Allah yang tahu, sebagaimana Allah SWT berfirman:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruuh. Katakanlah; ruuh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS 17:85).

Manusia tidak bisa mengetahui secara nyata bagaimana sebenarnya ruuh, cara yang terbaik untuk mengetahui ruuh ini adalah melalui wahyu atau informasi yang diberikan Allah, karena Allah yang menciptakan ruuh dan Allah lah yang mengetahui secara pasti hakikat ruuh tersebut. Ruuh dijelaskan oleh beberapa ulama sebagai substansi yang halus dari manusia, merupakan kebalikan jasad, bersifat tinggi, suci, memiliki daya. Menurut Al-ghazali, ruuh merupakan penggerak jasad yang mampu berfikir, mengingat, dan mengetahui. Ruuh inilah yang kelak akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah.

Perkembangan Spiritual (Ruuh)

Dalam konsepsi Islam, ruuh ditiupkan kedalam janin yang dikandung oleh ibu ketika usia kehamilan mencapai 120 hari. Hal ini berdasar pada sebuah hadits:

Sesungguhnya awal kejadian seseorang diantara kamu (yaitu sperma dan ovum) berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal darah selama itu (juga), lalu menjadi segumpal daging selama itu (juga). Kemudian Allah mengutus malaikat; setelah Allah meniupkan ruuh kedalamnya, maka malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau sengsaranya (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya Ruuh (ciptaan-Nya) dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (QS 32:9)

Dengan ditiupkannya ruuh, berarti kehidupan janin sudah dimulai. Ketika janin itu lahir menjadi seorang bayi, ruuh masih dalam keadaan fitrah, sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan:

Setiap bayi yang terlahir itu dalam keadaan suci (fitrah), orangtuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi

Kondisi fitrah sebenarnya merupakan kondisi dasar dari ruhani yang sehat. Fitrah seseorang adalah untuk mengabdi pada penciptanya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam perkembangan selanjutnya fitrah ini bisa tercemari oleh perilaku-perilaku manusia akibat beriteraksi dengan lingkungan termasuk didalamnya unsur-unsur syaithoniah atau dorongan akan berbuat inkar terhadap pencipta-Nya. Islam diturunkan adalah untuk mengembalikan dan menjaga manusia agar tetap pada fitrahnya. Firman Allah SWT:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitral Allah, (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30:30)

Dalam Al-Quran, ada beberapa istilah lain yang menurut para ulama memiliki esesnsi sama dengan ruuh, yaitu nafs (jiwa), dan qalb (hati) (Kasule, 2005). Nafs merupakan gabungan antara ruuh dan jasad, yang yang kedudukannya labil bisa cenderung pada kebaikan atau pada kejahatan. Allah SWT berfirman:

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan merugilah orang-orang yang mengotorinya (QS 91:7-10)

Ada tiga tingkatan nafs yang disebutkan dalam Al-Quran, yaitu:

Nafs ammarah yang lebih besar kecenderungannya pada hal yang buruk, hedonis, dan syahwat (QS 12:53). Sisi positif nafs ini adalah sebagai potensi untuk kehidupan biologis dan bertahan hidup di duniaNafs Lawwamah yang cenderung pada penyesalan diri tetapi belum dapat memperbaikinya, menyalahkan diri, penasaran, merasa lebih, tidak mudah percaya (QS 75:2). Sisi positif dari nafs ini adalah sebagai gerbang kesadaran dan taubat, pintu keyakinan dan optimisme.Nafs Muthmainah (QS 89: 27-28), cenderung pada ketenangan, kedamaian, kepuasan dan keharmonisan diri. Tingkat ini merupakan tingkat perkembangan jiwa yang paling tinggi, karena sudah menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan akan kembali kepada Allah untuk menjalani kehidupan yang kekal di akhirat.Selain nafs, hati pun dapat berubah-ubah kecenderungannya, bahkan dapat menjadi pusat (central) bagi bagian tubuh lainnya. Dalam sebuah hadits disebutkan :

Dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Apabila baik daging tersebut, maka baiklah tubuhnya, dan apabila buruk daging tersebut, maka buruklah tubuhnya. Ketahuilah daging itu adalah hati (qolb)

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk suatu fungsi tertentu, sedangkan sakitnya anggota badan menyebabkan tidak berfungsinya anggota badan tersebut atau terjadi ketidakstabilan. Hati secara dzahir memiliki fungsi tersendiri, namun tidak ada bukti ilmiah yang menyangkal bahwa hati juga memiliki fungsi spiritual. Fungsi spiritual hati adalah untuk mengenal Penciptanya, mencintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ketika fungsi ini tidak berjalan, maka dapat dipastikan hati pun sedang dalam kondisi sakit. Manifestasi penyakit hati yang bisa dilihat dapat berupa; takabur dan sombong (al-kibr wa al-ghurur), ingin dipuji (al-riya), hasad, berburuk sangka, pemarah, bakhil, dan cinta dunia (kekuasaan, harta, jabatan, keluarga) melebihi cintanya kepada Allah.

ISLAM, HEALING, DAN CARING

Konsepsi Islam terhadap spiritualitas berbeda dengan konsepsi barat yang membedakan spiritual dengan agama. Dalam pandangan Islam, aspek spiritual dan agama (ad-diin) tidak dapat dipisahkan. Konsep ad-diin merupakan payung dari spiritualitas. Dalam konteks Islam, tidak ada spiritualitas tanpa keyakinan, ajaran, dan amal agama. Agama merupakan sistem hidup (way of life) yang memberikan jalan spiritual untuk keselamatan dunia dan akhirat (Rassool, 2000). Seorang muslim tidak mungkin mencapai derajat spiritual yang tinggi tanpa menjalankan agamanya secara benar. Menurut Kasule (2005), hal ini bisa dijelaskan melalui tiga dasar pokok agama (usul ad-diin) yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Islam berarti penyerahan diri kepada Sang Pencipta, merupakan tahap awal dan bersifat dzahir (bisa dilihat), selanjutnya tahap yang lebih tinggi yaitu Iman yang merupakan sikap bathiniah/hati. Ihsan merupakan tingkat tertinggi dari keyakinan seorang muslim yang merupakan perpaduan antara keyakinan dan amal perbuatan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

Ihsan itu adalah beribadahlah kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihatmu

Menurut para ulama, ihsan inilah merupakan kondisi tertinggi dari keyakinan spiritual. Seorang muhsin, haruslah ia beriman, seorang mumin haruslah dia Islam, tapi tidak semua muslim beriman, apalagi sampai pada tahap ihsan.

Islam sebagai Diin yang komprehensif (syamil dan muttakamil) meliputi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk juga sehat dan kesembuhan. Islam memberikan tuntunan bagaimana mencapai kesembuhan yang hakiki ketika ditimpa sakit. Allah SWT berfirman:

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (QS 26:80)

Sehat dan sakit bagi seorang muslim bisa dipandang sebagai ujian atau kifarat bagi dosa-dosa yang telah dilakukan, dan semua yang terjadi tidak luput dari kehendak Allah SWT. Sehingga dalam mencari kesembuhan pun harus dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, karena hakikat kesembuhan adalah dari Allah SWT. Dokter, perawat, petugas kesehatan, obat, dan pihak lainnya hanyalah perantara (instrument) bagi kesembuhan dari Allah. Healing berbeda dengan Cure atau Recovery. Cure dan recovery lebih menekankan pada penyebuhan dan pemulihan fisik seseorang setelah mengalami sakit. Healing lebih mengacu pada proses pemulihan fungsi kehidupan secara totalitas dan holistik dari individu setelah mengalami suatu penyakit atau stress. Healing bukan hanya meliputi aspek fisik tapi juga aspek emosional, sosial, kultural, dan spiritual. Sehingga dalam konsepsi Islam, healing ini bisa dipandang sebagai upaya dakwah yang menyeru serta membimbing manusia kejalan Allah dengan hikmah (ilmu) dan cara-cara yang baik, hingga manusia tersebut mengingkari dari thagut dan beriman kepada Allah yang mengeluarkan dari kegelepan jahiliyah ke cahaya Islam. Oleh karenanya perawat ruhani Islam, pada hakikatnya juga seorang dai yang yang membantu proses penyembuhan secara totalitas baik pada tingkat individu maupun masyarakat.

Aspek caring yang menurut Watson diartikan sebagai kesadaran penuh perawat untuk membangun hubungan professional perawat-klien yang terapetik yang meliputi unsur-unsur trust, touch, presence, love, compassion, empathy, dan competence. Dalam konteks Islam, membangun hubungan caring dengan klien harus didasarkan pada nas atau ayat yang diturunkan Allah SWT. Dalam hal ini, berarti segala aktvitas pelayanan kepada klien didasarkan pada niat yang ikhlas untuk semata-mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan kontrak professional yang bersifat jasa atau komersial. Caring merupakan manifestasi fitrah (wujud asli) dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya yang mengajarkan menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang sedang menderita sakit, serta menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat kerusakan. Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah keinginan untuk bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk beristiqomah di jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat (Rassool, 2000).PERAWATAN SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Perawatan spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam merupakan proses berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam mengajarkan bagaimana manusia menjalani kehidupan dari mulai menyiapkan generasi penerus yang masih berupa janin didalam kandungan, kemudian lahir sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan tumbuh menjadi dewasa, sampai menjelang ajal tiba. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara totalitas sesuai tuntunan Quran dan Sunnah Rasul, maka manfaat yang diperoleh adalah diantaranya terpeliharanya kesehatan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Mengingat manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tujuan perawatan spiritual Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia kedalam fitrahnya agar bisa mengenal Tuhannya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun, kerena kehidupan manusia tidaklah steril dari kotoran atau penyakit, maka metoda yang dianjurkan para ulama dalam menjaga kefitrahan diri dalah dengan melakukan penyucian jiwa (Tazkiyat an-nafs). Tazkiyah merupakan dasar untuk peningkatan dan pengembangan keperibadian. Tazkiyah juga merupakan proses panjang, proaktif, perjuangan yang sulit dalam mengembalikan kedudukan manusia kedalam kontrak semula antara mahluk dan Khalik (Allah). Allah SWT berfirman:

..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat kembali (QS 35:18)

Memperbaiki, dan meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang dilarang, senantiasa mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan mentafakuri segala ciptaan Allah, merupakan jalan tazkiyah yang dapat meningkatkan kepribadian, berahkak kharimah, asertif, dan percaya diri. Hidup ditengah-tengan lingkungan yang sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan sangat diperlukan untuk memotivasi penyucian jiwa. Islam adalah agama amal, mencapai tazkiyah pun melalui amal perbuatan yang nyata.

Dalam kondisi seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan bimbingan bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada Allah, berserah diri kepada Allah, mengingat Allah (dizkr), sabar, berdoa dan berupaya dengan jalan yang diridhai Allah. Perawat yang sehari-hari merawat klien yang sakit sangat berperan dalam memberikan bimbingan ruhani sesuai batas kemampuan atau berupaya memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhiyah bagi pasien yang sedang sakit. Beberapa intervensi yang bisa dikembangkan oleh perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan ruhiyah kliennya adalah diantaranya dengan mengucapkan salam kepada klien, menunjukan sikap ramah, kasih saying, perhatian, mendoakan klien, memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan klien, memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan petugas kerohanian, memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi lingkungan yang kondusif untuk terpenuhinya kebutuhan ruhiyah klien.