asuhan keperawatan spinal cord injury.docx

Upload: dinar-yudit-permadi

Post on 10-Oct-2015

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SPINAL CORD INJURY

DISUSUN OLEH :SISISLIA KARTIKA ( 2012-51-028 )

D III KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUSJAKARTA,2013KATA PENGANTARPuji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,dengan judul : SPINAL CORD INJURI (TRAUMA MEDULA SPINALIS) adapun penyusunan makalah ini dibuat untuk menambah wawasan saya dan memenuhi tugas mata ajar KMB 1.Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :1. Ibu Enna Rossalina S,SKp sebagai koordinator mata ajar KMB2. Ibu Kristina Lisum sebagai dosen pengajar3. Ns.Sr.Lucilla,Mkep.,SpKMB sebagai dosen pengajar4. Ibu Ns.Lia Natalia,Skep sebagai dosen pengajar5. Serta rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu saya dalam proses penulisan makalah ini.Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu diharapkan kritikkan dan saran yang bersifat membantu untuk proses belajar yang lebih baik lagi dan untuk penyempurnakan makalah saya ini.

Jakarta,13 september 2013

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR................................................................. IDAFTAR ISI............................................................................ IIBAB I PENDAHULUAN........................................................... IIIA. Latar Belakang...............................................................3B. Tujuan Penulisan.............................................................4BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................51. Definisi..........................................................................52. Anatomi Fisiologi...........................................................63. Etiologi.........................................................................74. Patofisiologi..................................................................75. Tanda dan Gejala............................................................86. Tes Diagnostik...............................................................97. Penatalaksanaan Medik...................................................98. Komplikasi....................................................................99. Pengkajian.....................................................................910. Diagnosa Keperawatan....................................................10 11. Intervensi Keperawatan ..................................................1012. Discharge Planing .........................................................18

BAB III...................................................................................191. Kesimulan ....................................................................192. Saran............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................20

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakang Cedera medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 sampai 500.000 orang di Amerika serikat, dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera. Setengah dari kasus ini akibat dari kecelakaan kendaran bermotor, selain itu banyak akibat jatuh , olah raga dan kejadian industri dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia 30 tahun atau lebih muda. Kira-kira jumlah total biaya yang digunakan pada cedera ini 2 juta dollar per tahun. Hal ini merupakan frekuensi yang tinggi dihubungkan dengan cedera dan komplikasi medis.Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah servikal (leher) ke-5, -6 dan -7, torakal ke-12, dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah paling rentan karena ada rentang moblitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area ini. Cidera medula spinalis merupakan salah satu penyebab disabilitas neurologis akibat utama. Pusat data nasional cedera medula spinalis (the national spinal cord injury data research centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakan diperkirain 20 per 100.000 ribu penduduk dengan angka tetraplegia 200.000 ribu pertahunny. Kecelakan kendaraan bermotor merupakan penybab utama cedera medula spinalis (york,2000 dalam pinjon,2007).wyndaele (2006) melaporkan bahwa insidensi cidera medula spinalis secara globals bervariasi dengan kisaran 10.4-83 kasus perjuta populasi setiap tahun (furlan dan fehlings,2009).

Dalam hal ini, peran serta para tenaga kesehatan sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan komprehensif dalam mencegah, mengatasi dan mengobati pasien dengan cedera medulla spinalis (spinal cord injury).

B.Tujuan PenulisanPenulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai apa itu Spinal Cord Injury dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat cedera ini serta bagaimana upaya untuk mengatasi dan mengobati hal ini.

BAB IITINJAUAN TEORITIS1. DefinisiSpinal Cord Injury (SCI) adalah kerusakan atau trauma pada sumsum tulang belakang yang mengakibatkan kerugian atau gangguan fungsi yang menyebabkan mobilitas berkurang.Penyebab umum dari kerusakan adalah trauma (kecelakaan mobil, tertembak, jatuh, cedera olahraga, dll) atau penyakit (myelitis melintang, Polio, spina bifida, dll).Pada kebanyakan orang dengan SCI, sumsum tulangbelakang masih utuh, tetapi kerusakan selular untuk itu mengakibatkan hilangnya fungsi. SCI sangat berbeda dari cedera punggung stenosis tulangbelakang atau saraf terjepit.Tingkat kerusakan sangat membantu untuk memprediksi bagian tubuh mana yang mungkin terpengaruhi oleh kelumpuhan dan hilang fungsi. Apabila benturan di bagian tengkuk (leher) maka kelumpuhan yang terjadi disebut sebagai Quadriplegia atau tetraplegia. Kata Quad, berarti empat, berhubungan dengan anggota tubuh (lengan/kaki). Plegia berarti kelumpuhan.Jika benturan pada bagian dada, Lumbar atau Sacral, lengan tidak akan terpengaruhi. Dalam kasus ini digunakan istilah Paraplegik. Pengaruh-pengaruh SCI tidak hanya tergantung pada tingkat luka, tapi juga pada tingkat kerusakan. Hal ini sering dijelaskan sebagai luka menyeluruh atau luka tidak menyeluruh (complete or incomplete injury).

1. Anatomi dan Fisiologi

Medula spinalis adalah korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna lumbal pertama. Fungsi dari medula spinalis adalah mengndalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh dan bagian ini mentransmisi implus ke dan dari otak melalui fraktus asenden dan desenden. Struktuk medula spinalis berbentuk silinder dan agak pipih. Walaupun diameter medula spinalis berfariasi. Diameter struktur inibiasanya sektar ukuran jari kelingking, panjang rata-rata 42 cm. Ada pun pembesaran lumbal dan serfiks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. 30 satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korde melalui foramina interverterbral korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama atau ke dua. Saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda menuju kebawah disebut korda exkulna, muncul dari kolumnas spinalis pada koramina interverbral lumbal dan sakral yang tepat. Meninges terdiridari durameter,araknoid dan pia meter yang melapisi otak juga melapisi korder. Pisura median anterior (fentral) dalam dan fitural posterior (dorsal) yang lebih dangkal menjalar disepanjang korda yang membaginya menjadi kanan dan kiri. Struktur internal medula spinalis terdiri dari inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Struktur internal terdiri dari kanal sentral yang berukuran kecil di kelilingi oleh substanis abu-abu bentuknya seperti hurup H. Batang atas dan batang bawah huruf H disebut tanduk atau kolimna dan mengandung badan sel,dendrit asosiasi,dan neoron eferent serta akson tidak termianlinalisai.Tanduk abu-abu posterior atau dorsal adalah batang vertikal atas subtansi abu-abu. Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melalui sraf spinal dan neuron snsorik. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang vertikal bawah, bagian ini mengandung neuron motori yang aksonnya mengirim impluse melalui saraf spinal keotot dan kelenjar. Tanduk lateral adalah protrusi diantara tanduk posteroir dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf veriper. Bagian ini mengandung badan sel neuron sistem SSO. Komisura abu-abu menghubungkan subsatansi abu-abu di kiri dan kanan medula spinalis. Etiologipenyebab SCI termasuk trauma. kendaraan bermotor crash memperhitungkan untuk 42% jatuh, 27%, kekerasan, 15%, cedera olahraga, 7% dan penyebab lain-lain, 8%. kompresi, fleksi, ekstensi, atau cedera rotasi tulang belakang, seperti saat mengendarai motor tabrakan, kejadian padestrian,jatuh,tembus menggeliat, robek, hancur, atau terkoyak sumsum tulang belakang, luka tembak ,luka tusukan. PatofisiologiKerusakan medula spenalis berkisar dari komosio sementara (dimana pasien sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi ,dan kompresi substansi medula (baik salah satu atau dalam kombinasi), sampai transeksi lengkap medula (yang membuat pasien paralisisdi bawah tingkat cedera). Bila hemoragi terjadi pada daerah medula spinalis, darah dapat merembes ke ekstradural, subdural atau daerah subbarakhnoid pada kanal sumsum tulang belakang dibungkus dalam lapisan tought dura dan jarang robek atau transeksi oleh trauma langsung.cedera tulang belakang da spinal. Segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea medula spinalis, menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera pembulu darah medula spinalis, tetapi proses patogenetik dianggao menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medula spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan kerusakan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degrenasi medula spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medula tidak dapat diperbaiki, maka beberapametode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat antiinflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan total dan menetap.1. Tanda dan gejala Nyeri akut pada belakang leher menyebar sepanjang saraf yang terkena. Paraplegia atau quadriplegia Neurologik bagian bawah mengalami paralisis sensorik dan motorik total Retensi urine Distensi kandung kemih Penurunan keringat dan tonus vasomotor Penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vaskular perifer.

2. Tes diagnostik Sinar x CT Scan EKG3. Penatalaksanaan Medik Farmokoterapi : pemberian kortikosteroid, steroid dosis tinggi, mannitol (menurunkanedema(, dekstran (mencegah TD turun cepat dan untuk memperbaiki perbaikan darah kapiler), nalokson. Pemberian oksigen Intubasi Endotrakea Diagpraghma Pacing Traksi dan reduksi skelet

4. Komplikasi Syok spinal Trombosis venaprofunda Gagal napas Pneumonia Hiperefleksia autonomik Dekubitus Infeksi

A. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pola persepsi pemeliharaan kesehatan Riwayat kesehatan masa lalu: mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, cidera olahraga, insiden industri, tertembak atau lika menusuk, jatuh.

Pola aktivitas dan latihan Nyeri akut pada belakang leher menyebar sepanjang saraf yang terkena. Neurologik bagian bawah mengalami paralisis sensorik dan motorik totalPola istirahat Nyeri Pola eleminasi Retensi urine Penurunan keringat dan tonus vasomotor Distensi kandung kemih

2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Cedera tulang belakang b. Risiko ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan Gangguan meuromuskulerc. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mobilitas fisik,bedrest dan gangguan sensorik .d. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan syok neurogenik (simpatektomi traumatis) sebagai akibat dari cedera tulang belakang pada T5 atau di atas.

3. Intervensi Keperawatan DP 1 : Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Cedera tulang belakang HYD : Pasien melakukan aktivitas fisik secara mandiri atau dalam batas pembatasan aktivitas. Pasien menunjukkan penggunaan teknik adaptif yang mempromosikan ambulasi dan transfering. Pasien bebas dari komplikasi imobilitas, sebagaimana dibuktikan oleh kulit utuh, tidak adanya tromboflebitis, pola normal usus, dan suara nafas jelas.Intervensi :Mengevaluasi gerakan kelompok otot utama pada ekstremitas atas dan bawah: pada jari kaki pergelangan kaki, kness, pinggul, jari, siku, dan bahu. Rasional : kemampuan fungsional pasien untuk mobilitas akan tergantung pada tingkat cedera.Menilai pasien bermotor stregth, memeriksa tingkat kemajuan, simetri dan asimetri, naik dan turun kelumpuhan, dan paresthesia. Rasional : cedera pada saluran kortikospinalis hasil dalam hilangnya kekuatan motorik dan batas mobilitas pasien. : Kekuatan motor pasien akan menentukan jenis peralatan adaptif diperlukan untuk mempromosikan kemandirian mobilitas.Mengevaluasi sensasi pinpricks (spinotalamic saluran). mulai dari jari kaki dan naik secara bertahap sampai wajah. jika perubahan sensasi, menandai kulit. Rasional : saluran spinotalamikus mengirimkan sensasi tekanan yang dalam, nyeri, dan suhu. hilangnya sensasi ini menempatkan pasien pada risiko komplikasi imobilitas.Menilai sensasi terhadap sentuhan ringan (track spinotalamikus anterior). mulai dari jari kaki dan naik seperti yang dijelaskan. Rasional : traktus spinotalamikus anterior mengirimkan sensasi sentuhan ringan.Memeriksa proprioception (rasa posisi sendi yang mencerminkan kolom posterior). meminta pasien untuk menutup mata.memindahkan jari-jari kaki dan jari naik dan turun perlahan untuk menentukan keduanya, pasien dapat merasakan gerak. Rasional : perubahan proprioception adalah hasil dari cedera pada saluran tulang belakang kolom dorsal.hilangnya proprioception meningkatkan risiko pasien untuk cedera.Mengevaluasi tendon refleks yang mendalam: bisep, trisep, lutut, pergelangan kaki. Rasional : perubahan refleks akan berkaitan dengan tingkat cedera.

Serial memantau pasien untuk setiap penyimpangan dari yhe awal garis dasar eximination, mencatat tanda-tanda cedera lengkap atau tidak lengkap. Rasional : perubahan refleks akan berkaitan dengan tingkat cedera. jika pasien mengalami defisit memburuk atau figher berkembang defisit sensorik, studi tambahan seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau myelography ditunjukkan. perubahan dari lembek kelumpuhan spastik menunjukkan resolusi syok spinal.Top of FormMenerapkan udara rendah kerugian kasur untuk tidur sebelum pasien ditempatkan di tempat tidur.melumpuhkan pasien.mempertahankan pasien di leher dan papan a. setelah semua studi selesai dan pasien stabil, menghapus papan kembali. Rasional : imobilisasi diperlukan untuk mencegah cedera tambahan dari gerakan aktif atau pasif tulang belakang.Memasukkan sebuah selang nasogastric jika sesuai. Rasional : ukuran ini mencegah muntah dan aspirasi.Jika tulang belakang stabil, logroll dan reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam. Rasional : sering balik mengurangi tekanan dan mengurangi risiko kerusakan kulit.Melakukan latihan ROM. Rasional: latihan ini mengurangi potensi kontraktur, yang mungkin terjadi kemajuan syok neurogenik sekali ke tahap berikutnya kelenturan.Memberikan dukungan ke kaki. Rasional : sebuah sepatu tinggi atas atau perangkat speacial dapat membantu untuk mencegah footdrop.Mengelola metilprednisolon asprescribed. Rasional : methylprednisolone mengurangi iskemia saraf tulang belakang, meningkatkan konduksi impuls, merepresi pelepasan asam lemak bebas dari sumsum tulang belakang, dan mengembalikan kalsium ekstraseluler. pedoman praktek klinis merekomendasikan dosis tinggi metilprednisolon diberikan dalam waktu 8 jam dari cedera untuk mengurangi tingkat kelumpuhan permanen

DP 2 : Risiko ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan Gangguan meuromuskulerHYD : Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, sebagaimana dibuktikan oleh bernapas santai pada tingkat normal dan kedalaman dan adanya dyspnea.Intervensi :Memantau tingkat pasien pernafasan, kedalaman, dan usaha. Rasional : Cedera di C4 atau di atas menyebabkan kelumpuhan diafragma, memerlukan intubasi. Semua pasien dengan tetraplegia akan memiliki beberapa derajat insufisiensi pernapasan akibat kelemahan otot interkostal atau kelumpuhan. jika pasien memiliki C5 untuk cedera tulang T6, persarafan otot perut dan interkostal akan absen atau berkurang dan pasien mungkin tidak dapat mengambil napas dalam dan batuk. Situasi ini meningkatkan risiko pasien untuk atelektasis dan infeksi pernapasan.Auskultasi nafas pasien terdengar Rasional : Hipoventilasi terjadi dengan pernapasan diafragma sebagai akibat dari penurunan kapasitas vital dan volume tidal. suara paru akan berkurang.Gunakan pulse oximetry untuk memantau saturasi oksigen, menilai gas darah arteri seperti yang diperintahkan. Rasional : Pulse oximetry adalah alat yang berguna untuk mendeteksi perubahan oksigenasi. Saturasi oksigen harus di 90% atau lebih. Edema sumsum tulang belakang (bahkan dengan lesi yang tidak lengkap pada atau di bawah C4) dan perdarahan dapat mempengaruhi fungsi saraf frenikus dan menyebabkan insufisiensi pernapasan. Pasien mungkin.Memiliki tingkat pa2 kronis rendah dan tingkat PaCO2 tinggi.Memantau kapasitas vital pasien. Rasional : Pemantauan mendeteksi perubahan awal, sehingga dukungan ventilasi dapat dimulai sebelum dekompensasi penuh terjadi.Mengelola oksigen yang diperlukan. Rasional : Awalnya, oksigen tambahan diperlukan untuk mempertahankan tingkat tinggi PaO2.Membantu dengan intubasi dan bantuan ventilasi, jika diindikasikan. Rasional : Pasien dengan cedera tulang leher tinggi (di atas C4 atau C5) berada pada risiko terbesar untuk apnea dan pernapasan.intubasi Nasotracheal buta atau intubasi fiberoptik tanpa keterlibatan leher akan dilakukan.Hisap pasien yang diperlukan. saat stabil, menerapkan drainase postural dan perkusi dada. Rasional : Tindakan ini memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia atau atelektasis.Mengajarkan teknik batuk efektif. Rasional : Yang tetraplegic rendah dan pasien lumpuh dapat menggunakan teknik batuk yang mempekerjakan tekanan perut manual untuk mendukung gerakan udara dengan batuk.Mendorong penggunaan spirometer insentif. Rasional : Perangkat ini mempromosikan pernapasan.Menerapkan pengikat perut. Rasional : Pengikat mendukung otot perut yang lemah digunakan untuk mempromosikan pernapasan diafragma.Bottom of Form

DP 3 : Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mobilitas fisik,bedrest dan gangguan sensorik .

HYD : Pasien mempertahankan kulit utuh, sebagaimana dibuktikan oleh tidak ada kemerahan di atas tonjolan tulang dan isi ulang kapiler kurang dari 6 detik atas area kemerahan. Intervensi : menilai integritas kulit pasien, mencatat warna, kelembaban, tekstur, dan suhu, terutama pada titik tekanan. Rasional : Ulkus tekanan adalah komplikasi umum dari cedera tulang belakang. Untuk inisiasi cepat tekanan intervensi lega. Menjaga kulit bersih dan kering Rasional : Akumulasi kelembaban menyebabkan maserasi kulit dan kerusakan kulit lebih titik-titik tekanan. peningkatan kelembaban kulit, terutama di lipatan kulit, menambah risiko pengembangan infeksi jamur kulit.Menerapkan berpakaian tipis duoderm atau produk tonjolan tulang. Rasional : Berbagai saus yang tersedia untuk melindungi dan menjaga kulit utuh.mengubah pasien setiap 2 jam. gunakan mengangkat lembaran ketika reposisi pasien. Rasional : Karena gangguan sensorik, pasien tidak akan dapat mendeteksi tekanan yang menyakitkan.memberikan penggunaan profilaksis sesuai perangkat tekanan sakit. Rasional : Penggunaan perangkat menghilangkan presure membantu mencegah kerusakan kulit.Menginstruksikan pasien di kursi roda untuk menggeser posisi setiap 20 sampai 30 menit. Rasional : Perubahan posisi sering mencegah tekanan dari daerah berkembang.Penyedia asupan gizi yang memadai. Rasional : Diet tinggi protein, tinggi karbohidrat, dan tinggi kalori yang dibutuhkan untuk melawan efek katabolik cedera dan menjaga sehat, kulit utuh.Mengajarkan pasien dan pengasuh untuk memeriksa kulit sehari-hari. Rasional : Kerusakan kulit adalah berkelanjutan, kepedulian seumur hidup untuk pasien dengan cedera tulang belakang.

DP 4 : Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan syok neurogenik (simpatektomi traumatis) sebagai akibat dari cedera tulang belakang pada T5 atau di atasHYD : Pasien memiliki cardiac output yang memadai yang dibuktikan dengan tekanan darah sistolik withen 20 mm Hg dari awal, HR 60 hingga 100 denyut / menit dengan irama teratur, produksi urine 30 mg / hr atau lebih, denyut perifer yang kuat, hangat dan ski kering, eupnea dengan adanya paru crackles, dan orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat. Intervensi :

Menilai HR pasien dan BP erat. Rasional : Hilangnya hasil persarafan simpatis di bradikardia dan vasodilatasi pembuluh bawah cedera akibat sistem saraf parasimpatis terlindung.Menilai tingkat kesadaran pasien. Rasional : Gelisah merupakan tanda awal hipoksia dan penurunan perfusi serebral dari penurunan curah jantung.Menilai theperipheral dan refill kapiler. Rasional : Vasodilatasi perifer menurunkan aliran balik vena, lanjut penurunan curah jantung dan tekanan darah.Mengelola IV cairan seperti yang diperintahkan untuk menjaga BP. Rasional : Pasien dengan syok neurogenik sekunder untuk cedera tulang belakang memiliki hipovolemia relatif.Menghindari mengangkat kepala tempat tidur. Rasional : Karena gangguan simpatik dan hilangnya resultan nada vasokonstriktor bawah cedera, elevasi kepala akan mengakibatkan penurunan lebih lanjut dari BP.Mengelola vasopressor jika diperlukan Rasional : Obat ini titrared untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata 80 mm Hg atau lebih tinggi. atropin dapat diberikan kepada bradikardia yang benar.Menerapkan celana antishock militer (MAST) sesuai atau sepatu kompresi sekuensial (SCBs). Rasional : Perangkat ini membantu mengkompensasi kehilangan otot dan penurunan

4.Discharge Planing1. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktivitas dan tidak diperkenankan untuk mengangkat benda berat setelah post operasi.2. Jelaskan pada pasien dan keluarga hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan pada saat proses penyembuhan tulang belakang post operasi.3. anjurkan pasien untuk selalu meminum obat secara teratur.4. control secara rutin cidera tulang belakang ke dokter.

BAB IIIPENUTUPKesimpulanSpinal Cord Injury merupakan cedera yang berbahaya yang terjadi pada saraf-saraf tertentu pada tulang belakang, yang dapat menyebabkan tidak berfungsinya salah satu atau beberapa organ tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut.SaranPenulis menyarankan agar pembaca lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang sepeti kecelakaan, benturan yang keras dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Lewis,M. S ( 2007 ) .Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problem. Seventh Edition . Elsevier Meg Gulanlck / Judith L.myeres ( 2010 ) .Nursing Care Plans Diagnoes,Intervention and out comes.ElsevierEthei Sloane ( 2004) . Anatomi Dan Fiologi Untuk Pemula.EGCSneltzer,S. & Bare,B. (2004). Brunner & Suddarths textbook of medical surgical nursing.10th edition .lippincott & wilikins.Monica Saptiningsih.NPM.(2011).Telemonitering pada cidera medula spinalis.Program pasca sarjana kekhususan keperawatan medical bedah fakultas ilmu keperawatan universitas indonesia.