asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi …elib.stikesmuhgombong.ac.id/85/1/berkah afif...

63
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. N DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : Berkah Afif Udin A01301731 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016

Upload: lyminh

Post on 17-Sep-2018

250 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA Tn. N DI RUANG CEMPAKA

RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Berkah Afif Udin

A01301731

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

iv

Program studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Agustus 2016

Berkah Afif Udin1, Podo Yuwono2,M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI PADA Tn.

N DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang: Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam tubuh manusia, oksigen

berperan penting dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang buruk

bagi tubuh, jaringan vital seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lebih lama tanpa suplai

oksigen secara terus-menerus. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menjamin agar

dasar oksigenasi dalam tubuh dapat terpenuhi. Dalam pembahasan masalah keperawatan yang

muncul saat dikaji pada hari senin, tanggal 30 Mei 2016, pukul 11.00 WIB yaitu klien mengatakan

sesak nafas disertai batuk berdahak namun tidak bisa keluar dahaknya, pernafasan 28 x/menit,

saat diauskultasi terdengar bunyi wheziing. Diagnosa yang muncul adalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas, intervensi dan implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital,

megajarkan batuk efektif, memonitor status respirasi dan oksigen, memposisikan semi fowler,

mengauskultasi suara nafas paru. Evaluasi yang dilakukan selama dua hari, klien mengatakan

sudah tidak sesak lagi dan dahak bisa keluar setelah dilakukan tindakan batuk efektif.

Rekomendasi dari berbagai teori dan jurnal tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi khususnya

ketidakefektifan bersihan jalan nafas salah satunya adalah batuk efektif yang mampu membantu

pengeluaran sputum secara maksimal.

Kata kunci: asuhan keperawatan, oksigenasi, batuk efektif.

1. Mahasiswa D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong

2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

v

Diploma III of Nursing Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Nursing Care Report, August 2016

Berkah Afif Udin1, Podo Yuwono2,M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRACT

NURSING CARE OF FUILFILLMENT OXYGENATION NEED TO Mr. N IN CEMPAKA

WARD OF Dr. SOEDIRMAN’S DISTRICT HOSPITAL

OF KEBUMEN

Background: Oxygen is the most vitalbasic need oxygen in the human body, oxygen plays an

important role in cell metabolism. Lack off oxygen causes, the vital tissues such as the brain and

heart can’t survive much longer without oxygen suplay continue. In the discussion of nursing

problems that arise when examined on monday, may 30, 2016 at 11.00 am patient said the patient

sometimes coughing but she can’t get out the sputum, respiratory rate x/min, when auscultated

sound wheziing. Diagnose that arise are ineffectiveness airway clearance, intervention and

implementation conducted monitoring vital sign, teaches effective cough, memonitory statuse

respiratory and oxygen, a patient sleeping semi fowler position,the auscultation heard in the lung

breath. Evaluations are conducted over two days, the patient says is not dispneu, the sputum can

bring out with effective cough techniques. Recommendations from the various theories and

journals on fulfillment of ineffectiveness airway oxygenation especially one of them is an effective

cough that can help maximum expectoration.

Keyword: nursing care, oxigenation, cough effectivelly

1. University Student Diploma III Of NursingMuhammadiyah Health Sciece

Institute Of Gombong

2. Lecturer Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science Isntitute Of

Gombong

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.N Di

Ruang CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN”. Sholawat serta salam

tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga

penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu, Bapak, mbaku, masku yang telah membantu dan mendo’akan dalam

penyusunan karya tulis ini sampai selesai.

2. Esti dwi fitriasih yang telah membantu dan memberi semangat selama proses

pembuatan penyusunan karya tulis ilmiah ini sampai karya tulis ini

terselesaikan.

3. Terimakasih buat teman-teman saya: bang jefy, muntang, agus, hening, subuh,

azis, meta dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah

bersama-sama mencari ilmu selama 3 tahun ini sampai mendapatkan gelar

Amd.kep.

4. Terimakasih kepada klien dan keluarga klien yang sudah mau bekerja sama

dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Arnika Dwi Asti M.kep selaku dosen pembimbing akademik

6. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep, Ns, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah

Gombong.

7. Bapak Sawiji, S.Kep. Ns, M.Sc, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Gombong.

vii

8. Bapak Podo Yuwono, M.Kep. Ns, CWCS, selaku pembimbing yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

9. Tim Penguji Komperhensif yang telah memberikan saran dan arahan.

10. Segenap Dosen dan Karyawan STIKES Muhammadiyah Gombong.

11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah

memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.

Wassamualaikum Wr Wb

Gombong, 2 Agustus 2016

Berkah Afif Udin

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i

Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................... ii

Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................... iii

Abstrak ............................................................................................................ iv

Kata Pengantar ................................................................................................ vi

Daftar Isi .......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5

BAB II KONSEP DASAR

A. Oksigenasi ..................................................................................... 7

B. Faktor Yang Mempengaruhi .......................................................... 8

C. Terapi Oksigen ............................................................................... 9

D. Gangguan Oksigen ......................................................................... 10

E. Manisfestasi Klinis ......................................................................... 10

F. Intervensi atau Tindakan ................................................................ 10

BAB III RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian .................................................................................... 14

B. Analisa Data ................................................................................. 16

C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi .............................................. 17

BAB IV PEMBAHASAN

A. Diagnosa I .................................................................................... 21

B. Diagnosa II ................................................................................... 23

C. Implementasi ................................................................................ 23

D. Analisa Tindakan........................................................................... 27

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 30

B. Saran ............................................................................................. 31

LAMPIRAN

Daftar Puastaka

Askep

Lifleat

Lembar Balik

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan nafas, dimana trakea dan bronkus

berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Proses inflamasi kronik

menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas menimbulkan gejala

episodik berulang berupa wheezing, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk

berdahak terutama pada malam hari (Wahid dan suprapto, 2013).

Asma adalah salah satu masalah kesehatan, khususnya masalah

pernafasan diseluruh dunia yang tidak hanya tersebar dinegara-negara maju

tetapi juga dinegara-negara berkembang. Menurut data laporan dari The

Global Asthma Report pada tahun 2014 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah

penderita asma diseluruh dunia adalah 334 juta orang, dengan angka

prevalensi yang terus bertambah dan diperkirakan akan terus bertambah

menjadi 400 juta orang ditahun 2025 (Global Atsma Network, 2014)

WHO memperkirakan saat ini 100-1500 juta penduduk dunia tekena

penyakit asma. Jumlah ini akan terus bertambah 180.000 setiap tahunnya.

Peningkatan prevalensi penderita asma dari tahun ke tahun, akan terus

meningkat bila tidak dicegah dan ditangani dengan baik. Prevalensi penyakit

asma menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dibeberapa provinsi di

indonesia pada tahun 2013 antara lain sebagai berikut : Aceh 4,0%, Sumut

2,4%, Sumbar 2,7%, Riau 2,0%, Jambi 2,4%, Sumsel 2,5%, Bengkulu 2,0%,

Lampung 1,6%, DKI Jakarta 5,2%, Banten 3,8%, Jabar 5,0%, Jateng 4,3%,

Jatim 5,1%, Bali 6,2%, DIY 6,9%, Kalbar 3,2%, Kalteng 5,7%, Kalsel 6,4,

Kaltim 4,1%, Sulsel 6,7%, Sulteng 5,7%, Sulut 4,7%, Gorontalo 5,4%, Sulbar

5,8%, Papua 5,8%, Papua barat 3,6% (Oemiyati, 2010)

Prevelensi asma di provinsi jawa tengah mencapai 4,3% dari total

penduduk jawa tengah. Adapun rinciannya antara lain sebagai berikut:

1

2

Banyumas 4,5%, Cilacap 3,3%, Purbalingga 4,5%, Banjarnegara 4,5%,

Kebumen 3,6%, Purworejo 1,6%, Wonosobo 3,7%, Magelang 7,0%, Boyolali

7,0%, Klaten 5,4%, Sukoharjo 1,1%, Wonogiri 4,9%, Karanganyar 3,4%,

Sragen 3,0%, Grobogan 2,8%, Blora 1,4%, Rembang 3,3%, Pati 3,9%, Kudus

1,9%, Jepara 4,7%, Demak 3,1%, Semarang 3,9%, Temanggung 4,8%,

Kendal 1,7%, Batang 4,2%, Pekalongan 4,4%, Pemalang 5,6%, Tegal 8,3%,

Brebes 5,0%. Kabupaten banjarnegara sendiri menempati posisi ke-10

tebanyak dari penyebaran penyakit asma di jawa tengah bersama dengan

kabupaten banyumas, dan purbalingga (Riskesdas, 2013).

Beberapa pasien asma mempunyai cara yang baik dalam mengontrol

asma namun yang lainnya belum tentu bisa. Pasien yang belum bisa

mengontrol asma, menyebabkan resiko mengalami eksaserbasi akut dan

menyebabkan jalan napas terganggu memicu diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan napas. Asma akut merupakan kondisi darurat dan seringkali

penanganannya kurang berhasil (Hodder et al, 2010). Sehingga kondisi ini

akan meningkatkan kejadian masuk rumah sakit, lebih buruknya dapat terjadi

gagal napas dan kematian.

Pada keadaan darurat, tujuan penatalaksanaan asma akut adalah

koreksi dan hipoksemia, penanganan yang cepat obstruksi jalan napas dan

penurunan napas yang terbaik adalah dengan cara pemberia oksigen dan

pengobatan berulang (Pollart et al, 2011). Oksigen diberikan minimal 94%

kedalam tubuh yang dianjurkan pada pasien dengan penderita asma (Pollart et

al, 2011).Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui masker RM atau NRM

maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri.

Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberia terapi dapat menyebabkan

peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan asma eksaserbasi.

Oksigen perlu dititirasi dalam pengobatan asma, dimana oksigen diberikan

hanya untuk pasien dengan hipoksemia, dalam batas normal yang mengurangi

hipoksemia tanpa meyebabkan hiperoksemia (Perrin et al, 2011). Walaupun

pemberia terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan

3

pasien asma, pemberian oksigen seringkali tidak akurat, sehingga pemberian,

monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai(Perrin et al, 2011).

Asma merupakan penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsang dan manisfestasi adanya

penyempitan jalan nafas yang kuat dan derajatnya dapat berubah-ubah

secara spontan, karena penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan

penumpukan secret dan bisa terjadi obstruksi jalan nafas, jika tidak segera

ditangani pasien akan kekurangan oksigen dan bisa berakibat gagal nafas

bahkan sampai mengalami kematian. (muttaqin, 2008). Gejala-gejala orang

yang terkena asma sangat khas, yang terdiri atas: wheezing, hipersekresi, dan

bronkospasme. Tiga gejala tersebut mungkin dapat dijumpai pada seseorang

penderita asma, tetapi gejala wheezing merupakan gejala pasti seseorang

terkena asma. Asma yang berat selalu disertai dengan hipoksia, meskipun

sianosis baru terjadi pada tahap akhir dan merupakan tanda bahaya. Hipoksia

yang hebat jika tidak segera ditangani dan tidak langsung diberikan oksigen

pada penderita asma dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu

pemenuhan kebutuhan oksigen sangatlah penting bagi penderita asma.

Oksigen itu sendiri merupakan suatu komponen yang sangat penting

di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP

adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal.

ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan

berbagai aktintra venaitas sebagai fungsi tubuh. Oksigen adalah suatu

komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme . Oksigen

memegang penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, tidak adanya

oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran

atau bahkan dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu, kebutuhan

oksigen merupakan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh

(Fatmawati, 2009)

Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat

jaringan sampai dengan tingkat sel. kondisi ini terjadi akibat defisiensi

penghantar oksigen (Potter dan Perry, 2006). Oksigenasi merupakan proses

4

penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau fisika). Penambahan

oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan bernafas.

Pernafasa atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu

dengan lingkungannya. Pada saat bernafas, tubuh menggirup udara untuk

mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan udara untuk

mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan. Oksigen yang dihirup akan

diangkut melalui pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Didalam sel-sel tubuh

oksigen akan dibakar untuk mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran

tersebut adalah karbondioksida. Karbondioksida akan diangkut pembuluh

darah ke paru-paru kemudin dikeluarkan dari tubuh (Lyndon, 2013).

Oksigen merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau yang

sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, dari hasil metabolisme

terbentuklah karbondioksida, energi, air. Penambahan karbondioksida yang

melebihi batas normal dalam tubuh akan memberikan dampak yang

berbahaya terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau respirasi adalah proses

pertukaran gas antara individu dan lingkungan, fungsi utama pernapasan

adalah memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan

mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Tubuh mengambil

oksigen dari lingkungan kemudian diangkut ke seluruh tubuh melalui darah

guna dilakukan pembakaran. Sisa pembakaran berupa karbondioksida akan

diangkut kembali melalui darah ke paru-paru untuk dikeluarkan kembali

kelingkungan sebagai sisa metabolisme tubuh. Kapasitas udara dalam paru-

paru adalah 4.500-5000 ml (4,5-5 liter). Udara yang diproses paru-paru hanya

sekitar 10% atau kurang dari 500 ml, yakni yang dihirup saat inspirasi dan

yang dihembuskan saat ekspirasi (Mubarak dan Chayatin, 2007).

Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu yang harus dipenuhi untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Menurut “Hierarki Maslow”. Lima

kebutuhan dasar maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting

hingga tidak yang terlalu penting, adapun kebutuhan yang dimaksud meliputi:

kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta

dan memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

5

Kebutuhan dasar secara fisiologi merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi

dari pada kebutuhan yang lain diantaranya yaitu kebutuhan oksigenasi

(Andarmoyo, 2012).

Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan

yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien

penderita asma, untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap

pasien dapat segera sembuh kembali. Penanganan yang utama pada penderita

asma adalah memenuhi kebutuhan oksigen. Kerja sama dengan tim medis

serta melibatkan pasien dan keluarga sangat diperlukan agar perawatan dapat

berjalan dengan lancar.

Berdasarkan pengkajian karakteristik oksigenasi pada Tn. N dada

terasa sesak, nafas pendek, bernafas tampak menggunakan otot bantu

pernafasan, terpasang oksigen tiga liter permenit menggunakan nasal kanul.

Dan dari data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut

yang di tuangkan dalam kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn.N di ruang

Cempaka RSUD Dr. Soedirman Kebumen .

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

mendiskripsikan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigen pada Tn.N

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan

komprehensif di Ruang Dahlia RSUD dr. Soedirman Kebumen.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada Tn.N

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N

6

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .

e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan

pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .

C. Manfaat Penelitian

a. Manfaat keilmuan

Dapat memberikan referensi, serta menambah wawasan tentang

penanganan terhadap kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

b. Manfaat aplikatif

1. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang penanganan tindakan keperawatan yang tepat terhadap klien

yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

2. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan akan memberikan masukan

kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan

yang tepat terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi.

3. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan akan menjadi masukkan bagi

akademis dalam rangka merumuskan intervensi keperawatan yang

tepat berkaitan dengan kondisi klien yang mengalami gangguan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

4. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

melakukan inovasi tindakan keperawatan pada klien dalam memenuhi

gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan PraktikKeperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Apriyadi, (2013). Latihan nafas dalam dan batuk efektif. Jakarta: EGC.

Balitbang Kemenkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes RI.

GAN, (2014). The Global Asthma Network Report 2014. Auckland, New Zealand:Global Asthma Network. Halaman 20.

Holdder, et al, (2009). Management of Acute Asthma in Adults in The EmergencyDepartment: Nonventilatory Management. Jakarta: EGC.

Hidayat (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya: Salemba

Medika.

Hajime, K, et all. (2006). Effectiveness of Cough Exercise and Expiratory Muscle

Training. A meta-analysis volume 18.No .1

Herdman, (2012). Nursing Diagnosis: Definitions dan clasification 2012-2014.

Jakarta: EGC.

Lyndon, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mubarak dan Chayatin, (2007) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan

Aplikasi dalam praktek. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.

Mutaqin arif, (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Novita herri, (2014). Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Teknik Batuk Efektif pada Pasien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik di Rumah Sakit Deli Serdang Lubuk Pakam. Jurnal

STIKES Medistra Lubuk Pakam vol.3, no 15.

Nugroho Agung & kristiani, (2011). Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada

pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di instalasi

rehabilitasi medik rumah sakit baptis kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis

kediri. Volume 4, no.2.

Oemiyati dan Alwi, (2009). Pemenuhan Faktor-faktor yang berhubungan dengan

Penyakit Asma di Indonesia. Jakarta: EGC.

Perrin et al, (2011). Randomised controlled trial of high coce titrated oxygen

therapy in severe exacerbations of asthma. Jakarta : EGC.

Potter et all, (2006). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: EGC.

Smeltzer, (2008). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: bina

rupa aksara publisher.

Suryono, (2011). Buku Ajar Penyakit dalam (edisi 3). Jakarta: Pusat Penerbit.

Trabani, (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM

Wahid, & Suprapto, (2012). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : Nuhu

Medika

Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika

Yowono et all, (2009). Buku Ketrampilan Dasar Keperawatan KDM. SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

DISUSUN OLEH :

BERKAH AFIF UDIN

A01301731

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2016

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

A. Pengertian

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara

spontan maupun sebagai hasil pengobatan Muttaqin, Arif: 2008

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh

spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme

bronkus).Spasme bronkus ini menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat

pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede

Yasmin: 2004

Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien

mengalami episode batuk, mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea

(sesak nafas), yang sering memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi

keparahan dan frekuensi serangan. Asma dapat didefinisikan sebagai “Peningkatan

responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai

penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya berubah secara spontan

maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M. Leach, Charles M.

Wiener: 2006

B.Penyebab

Asma dapat digolongkan sebagai asma ekstrinsik, yang memiliki penyebab

eksternal pasti, dan asma intrinsik, yang tidak memiliki penyebab eksternal yang

dapat didentifikasi. Asma ekstrinsik sering terjadi sebagai akibat respons alergik,

dengan terbentuknya antibody IgE terhadap antigen spesifik (asma alergik atau

atopic) dan cenderung mulai pada masa kanak-kanak dengan gejala-gejala yang

semakin kurang berat seiring pertambahan usia; 80% penderita asma adalah

atopic. Asma intrinsic,biasanya terjadi pada orang dewasa dan tidak membaik

1. Faktor ekstrinsik / alergik

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-

bulu, binatang).

2. Faktor intrinsik / non alergik

- Infeksi : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma.- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).- Emosional : Takut, cemas, tegang.

Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma bronchial

berhubungan dengan factor :

a. Hereditas (50%)

b. Kejiwaan / psikis

c. Stress fisik

C. Tanda dan Gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan

gejalaklinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,

gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu pernfasan

bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas,

batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri dada. Gejala-gejala

yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma

bronchial seringkali terjadi pada malam hari.Dispnea yang bermakna.

- Batuk, terutama dimalam hari.- Pernapasan yang dangkal dan cepat.- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar

hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

- Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai

perburukan kondisi, napas cuping hidung.- Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara

yang cukup.- Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama

ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan memanjangnya waktuekspirasi.Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik. Akan

tetapi, dalam pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan

diantara serangan pada pasien yang memiliki asma persisten. Corwin,

Elizabeth j: 2009

D. Komplikasi

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang

mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi

pada beberapa individu. Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat.

Apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena

individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen

normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang

sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan

spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mucus yang kental. Situasi ini

dapat menyebabkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan

ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal

nafas, dan kematian. Corwin, Elizabeth J:2009

E.Patofisiologi

Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,

episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh

stress, olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain

seperti debu dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai

riwayat alergi. Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit

kepala, kebas, dan mual juga dapat terjadi.

Serangan asmatik terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk

perubahan dalam respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat,

komplians paru yang meningkat, fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan,

dan pertukaran oksigen-karbon dioksida yang berubah.

Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan

mediator kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama;

(1) konstriksi otot polos baik pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar, yang

mengakibatkan spasme bronkus;

(2) peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan edema mukosa yang lebih jauh

lagi menyempitkan jalan udara;

(3) peningkatan sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan pembentukan lendir.

Sebagai akibat, individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas melalui

jalan nafas yang telah menyempit dan dalam keadaan spasme. Asih, Niluh Gede

Yasmin : 2004

F.Pathway

G. Pengobatan

Pengobatan Nonfarmakologi

a. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang

penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor

pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim

kesehatan.b. Menghindari factor pencetus.Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus

serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan

mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini

dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

Pengobatan Farmakologi

a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja

sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan

pertama dan kedua adalah 10 menit.b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan

metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan

beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respons

yang baik,harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol

dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama

mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama

harus diawasi dengan ketat.d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat

pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide

diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari (Kee dan Hayes, 1994). Muttaqin,Arif: 2008

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator

aerosol, golongan adrenergic.Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari

20% menunjukkan diagnosis asma.

2.Tes Provokasi Bronkhus

Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau

lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum

dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.

3.Pemeriksaan Kulit

Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.

Pemeriksaan Laboratorium

a. Analisa Gas Darah (AGD / Astrup).

Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,

hiperkapnea,dan asidosis respiratorik.

b. Sputum

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,

karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema

mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.

Pewarnaan grampenting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian

diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic

c. Sel eosinofil

Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-

1500/mm 3 baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel

eosinofil normal antara 100-200/mm.Perbaikan fungsi paru diseratai

penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.

Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm terjadi karena adanya infeksi.

SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau

hiperkapnea Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai

1000-1500/mm3 baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan

sel eosinofil normal antara100-200/mm.Perbaikan fungsi paru disertai

penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

4. Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronchial biasanya normal,

tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya proses patologi diparu atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,

pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. Muttaqin, Arif: 2008

I.Pengkajian

Assessment

1. Keluhan utama

Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanya

keluhan sulit untuk bernafas

2. Riwayat penyakit saat ini

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan

sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain

seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan

kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.Perawat perlu mengkaji obat-

obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah

masih relevan untuk digunakan kembali

3. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi

saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.

Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai

sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk

meringankan gejala asma.

4. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau

penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada

penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,

kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket,

dan posisi istirahat klien.

b. Inspeksi

Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,

serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat

postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,

retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi

pernapasan.

c. Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.

d. Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma

menjadi datar dan rendah.

e. Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari

empat detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas

tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak mampu mengabsorbsi makanan karena factor biologi.

4. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian (ketidakmampuan untuk

bernapas).

5. Kurang pengetahuan (spesifik) berhubungan dengan misinterpretasi informasi.

Nanda: 2005-2006.

Intervensi

a. Dx 1:

1. Buka jalan nafas

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

5. Keluarkan secret dengan batuk atau suction

6. Auskultasi suara nafas

7. Berikan bronkodilator bila perlu

8. Monitor respirasi dan status O2

b. Dx 2:

1. Buka jalan nafas

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Keluarkan secret dengan batuk atau suction

4. Auskultasi suara nafas

5. Berikan bronkodilator bila perlu

6. Monitor respirasi dan status O

7.Catat pergerakan dada

8. Monitor suara nafas: bradipnea, takipnea, hiperventilasi.

9. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)

10. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasi

c. Dx 3:

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

5. Ajarkan pasien untuk membuat catatan makanan harian

6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

7. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

d. Dx 4:

1. Identifikasi tingkat kecemasan

2. Ajarkan tekhnik relaksasi

3. Pertahankan lingkungan yang terang

4. Ajarkan untuk ekspirasi perasaan secara verbal

5. Informasi tentang pengobatan, perawatan dan pasien

6. Jelaskan prosedur yang dilakukan.

7. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

e. Dx 5:

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses yang

spesifik

2. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyaki

3. Gambarkan proses penyakit

4. Identifikasi kemungkinan penyebab

5. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi

6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi dimasa yang akan datang atau proses pengontrolan penyakit.

7. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.

Nanda (Nic & Noc): 2007-2008

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jilid I.Jakarta: Salemba Medika.

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Cetakan I. Jakarta: EGC.

J.P.T. Ward, J. Ward, R.M. Leach, C.M. Wiener. 2006. The Respiratory System at a

Glance. 2nd ed.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta: EGC.

NANDA, Nursing Diagnoses: Definition and classification 2005-2006, NANDA

International,Philadelphia, 2005.

Diagnosa NANDA (NIC & NOC). 2007-2008.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

ASMA BRONKHIAL

Di Susun oleh:

BERKAH AFIF UDIN

A01301731

PRODI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH

GOMBONG2016

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Asma

Sub Topik : Penyakit dan Perawatan Asma

Hari, Tanggal : Selasa, 31 Mei 2016

Waktu : 09.00 – 09.20 WIB (20 Menit)

Tempat: Ruang Cempaka RSUD Kebumen

Sasaran : Tn.N dan keluarga

Penyuluh : Berkah Afif Udin

A. Tujuan1. Tujuan Umum

Setelah dilakukakn tindakan pendidikan kesehatan tentang Asma, diharapkan

pasien dan keluarga dapat menjelaskan tentang Asma.2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan perkuliahan selama 1x20 menit, diharapkan :a. Pasien dapat menyebutkan pengertian Asma dengan benar minimal 80%.b. Pasien dapat menyebutkan penyebab Asma dengan benar.c. Menyebutkan kembali gejala dari penyakit Asthma denga benar tanpa

diberitahud. Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan Asma dengan benar.

B. Materi : Terlampir

C. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

D. Media : Lembar balik dan Leaflet

E. Strategi Pelaksanaan

NO KEGIATAN PENYULUH KLIEN

1. Pembukaan

( 5 menit )

1) Mengucapkan salam2) Memperkenalkan diri

Menjawab salam

Menerima dengan baik

2.

3.

Kegiatan Inti

( 10 menit )

Penutup

( 5 menit )

3) Menjelaskan tujuan

1) Menjelaskan materi

tentang Konsep Asma2) Memberikan kesempatan

untuk bertanya3) Menjawab pertanyaan

yang diajukan

1) Mengulang kembali

materi yang

disampaikan dengan

mengajukan pertanyaan2) Mengucapkan salam

Menyimak dengan baik

Menyimak dengan baik

Mengajukan beberapa

pertanyaan

Menyimak dengan baik

Mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan

Menjawab salam

F. Evaluasi Prosesa. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai rencanab. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan

G. Evaluasi Hasila. Pasien dapat menyebutkan pengertian Asma dengan benar minimal 80%.b. Pasien dapat menyebutkan penyebab Asma dengan benar.c. Menyebutkan kembali gejala dari penyakit Asthma denga benar tanpa diberitahud. Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan Asma dengan benar.

H. Referansi Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas

Kedokteran Universitas IndonesiaMansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media AesculapiusSuyono, Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

ASMA

A. DefinisiAsma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan

jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai

hasil pengobatan Muttaqin, Arif: 2008

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh spasme otot-

otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus).Spasme bronkus ini

menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan

menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004

Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalamiepisode batuk, mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yangsering memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi

serangan. Asma dapat didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus

terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas

yang keparahannya berubah secara spontan maupun berbagai akibatpengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener: 2006

B. Etiologi

1.Faktor dari luar / alergi

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi alergi (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu, binatang).

2. Faktor dari dalam / non alergi

- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).- Emosional : Takut, cemas, tegang.

3. Aktifitas yang berlebihan

C. Tanda dan Gejala

a. Sesak nafas (RR >24 x/menit)b. Adanya suara mengi dan wheezingc. Nafas cepat dan dalamd. Kadang disertai nyeri dadae. Gelisahf. Batuk

D. Pencegahan1. Hindari faktor pencetusnya2. Hindari emosi berlebih, stres3. Olahraga ringan tapi teratur4. Konsumsi sayuran dan buah

E. Penanganan Saat Kambuh

a. Tenangkan penderitab. Bantu penderita untuk dudukc. Bantu penderita untuk mengambil obatd. Hindarkan penderita dari sumber alergie. Jangan memaksa penderita untuk tidur terlentangf. Jika bertambah buruk segera bawa ke pelayanan medis

Asma???

DISUSUN OLEH :BERKAH AFIF UDIN

A01301731

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2016

PengertianAsma bronchial adalah suatu penyakit

dengan ciri meningkatnya respons trakea

dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan nafas yang luas dan

derajatnya dapat berubah-ubah secara

spontan maupun sebagai hasil

pengobatan Muttaqin, Arif: 2008

Penyebab1.Faktor dari luar / alergi

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi

alergi (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu,

binatang).

2. Faktor dari dalam / non alergi

Fisik : Cuaca dingin, perubahan

temperature.

Iritan : Kimia, polusi udara (co,

udara, asap rokok, parfum).

Emosional : Takut, cemas, tegang.

Aktifitas yang berlebihan

e.

h.

Tanda dan gejala

a. Sesak nafas (RR >24 x/menit)

b. Adanya suara mengi dan

wheezing

c. Nafas cepat dan dalam

d. Kadang disertai nyeri dada

e. Gelisah

f. Batuk

D. PENCEGAHAN

Hindari faktor pencetusnya

2. Hindari emosi berlebih, stres

3. Olahraga ringan tapi teratur

4. Konsumsi sayuran dan buah

5.Hindari makanan yang istan

Penanganan saat kambuh

Tenangkan penderita

Bantu penderita untuk duduk

Bantu penderita untuk

mengambil obat

Hindarkan penderita dari sumber

alergi

Jangan memaksa penderita untuk

tidur terlentang

Jika bertambah buruk segera

bawa ke pelayanan medis

e.

h.

APA ITU ASMA????

PENGRTIAN

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang

ditandai oleh spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara

bronchial (spasme bronkus).Spasme bronkus ini menyempitkan

jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan

menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004

PENYEBAB

1.Faktor ekstrinsik / alergik

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk,

bulu-bulu, binatang).

2. Factor intrinsik / non alergik

- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).- Emosional : Takut, cemas, tegang.

Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma :

a. Hereditas (50%)

b. Kejiwaan / psikis

c. Stress fisik

TANDA DAN GEJALA

Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas, batuk, dan pada sebagian

penderita ada yang merasa nyeri dada. Gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain :

silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan cepat

dangkal. Serangan asma bronchial seringkali terjadi pada malam hari.

- Batuk, terutama dimalam hari.- Pernapasan yang dangkal dan cepat.- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar

hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

- Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan kondisi,

napas cuping hidung.- Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara yang cukup.- Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama

ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan memanjangnya waktu

PENANGANAN KETIKA KAMBUH

DIRUMAH

1. TENANGKAN PENDERITA2. BANTU PENDERITA UNTUK DUDUK3. BANTU PENDERITA UNTUK MENGAMBIL

OBAT4. HINDARI PENDERITA DARI SUMBER ALERGI5. JANGAN MEMAKSA PENDERITA UNTUK

TIDUR TERLNTANG6. JIKA BERTAMBAH BURUK SEGERA BAWA KE

PELAYANAN MEDIS

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner