asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/ika erwiana nim....

110
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA NN. M DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRMAN KEBUMEN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komperehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : Ika Erwiana A01301765 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016

Upload: lelien

Post on 03-Mar-2019

283 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

PADA NN. M DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komperehensif Jenjang Pendidikan

Diploma III Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Ika Erwiana

A01301765

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan Hasil Ujian Komprehensif dengan judur "Astilran Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Motrilisasi pada Nn. M di Ruang Teratai RSUD Dr.

Soedirman Kebumen"

yang disusun oleh:

(Illllawtt Andri Nu『 oho,S KepっNs.,M.Kep)

:Ika EIwiana

薇■Ё■iヽ

telah Diterima dan Diserujui Pembimbing Ujian Akhr

Gombong pada:

oleh

.■一一一■一■r●〓

Pembimbing

¨■

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ASUⅡAN KEPERAⅥ :ATAN PEⅣIENUHAN KEBI「 TUHAN Ⅳ10BILISASI

PADA NN._■ I DI RI ANG TERATAI RIIⅣ lAH SAKIT UⅣlUⅣI

DAERAH DRoSOEDI]□νlAN KEBUⅣIEN

Yang di persiapkan dan disusun cleh

Ika Erwiana

gi, S.Kep.Ns, M.Sc)

ξ

Susunan Dewan Penguji

つん

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Agustus 2016

Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho

2

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

PADA NN. M DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar belakang: Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik

parsial maupun total. Pada kondisi tersebut, terjadi perubahan jaringan sekitar

menjadi pergeseran fragmen tulang yang mengakibatkan gangguan fungsi pada

otot dan sendi sehingga muncul masalah hambatan mobilitas fisik. Salah satu

tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut yaitu latihan ROM.

Tujuan: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan

masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada klien dengan masalah hambatan

mobilitas fisik khususnya pada pasien Fraktur Femur dengan ORIF.

Asuhan Keperawatan: Saat pengkajian penulis mendapatkan data klien

mengatakan paha kiri terasa kaku, klien kesulitan dalam bergerak, tampak balutan

luka operasi 40 cm di paha kiri. Hasil pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas atas

kanan dan kiri 5, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5 dan kiri 2. Masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal dan menyusun rencana keperawatan kaji kekuatan otot, latih

ROM, bantu pemenuhan ADL , edukasi keluarga tentang mobilisasi.

Implementasi dilakukan selama 3x24 jam dengan hasil evaluasi masalah

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal teratasi

sebagian.

Analisis Tindakan: Tindakan keperawatan yang direkomendasikan untuk

menangani hambatan mobilitas fisik adalah latihan ROM.

Kata Kunci: asuhan keperawatan, fraktur, latihan ROM

1. Mahasiswa DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong.

2. Dosen DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Gombong.

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

v

Nursing Studies Program DIII

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Nursing Care Report, August2016

Ika Erwiana¹, Irmawan Andri Nugroho²

ABSTRACT

THE NURSING OF FUILFELLING NEED FOR MOBILIZATION TO

Ms. M IN TERATAI WARD DR. SOEDIRMAN OF HOSPITAL

KEBUMEN

Background: Fracture is the breakdown of bone on tissue continuity either partial

or total. In these conditions, changes in the tissue surrounding the bone fragments

into the shift resulting in impaired function of the muscles and joint so that it

appears the bottleneck problem of physical mobility. One of the measures for

dealing with the condition that the exercise ROM.

Objective: To provide an overview of nursing care of fulfillment mobilization

problems in clients with physical mobility problems barriers, especially in patients

with post ORIF femur fractures.

Nursing Care: Current assessment say the authors obtain client data left thigh

cramp difficulty in moving the client, it appears the operation wound dressing 40

cm on the left thigh. The results of the examination of the upper limb muscle

strength of the right and left 5, right lower limb muscle strength left 5 and 2.

Problems of nursing physical mobility constraints associated with musculoskeletal

disorders and to plan nursing assess muscle strength, train ROM, ADL

compliance aids, educating families about mobilization. Implementation is done

for 3x24 hours with the results of the evaluation of physical mobility barriers

problems associated with musculoskeletal disorders partially resolved.

Analysis Actions: Actions of nursing recommended to overcome the barriers of

physical mobility is a ROM exercises.

Keyword: exercise ROM , mobility, nursing care

1. University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Health Science

Institute of Gombong

2. Lecturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Health Science Institute of

Gombong

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Mobilisasi pada Nn. M di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Soedirman Kebumen”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya

kepada yang terhormat:

1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep., Ns selaku ketua STIKes Muhammadiyah

Gombong yang memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Soedirman Kebumen yang

telah memberikan ijin tempat untuk melaksanakan ujian komprehensif.

3. Bapak Sawiji, S.Kep., Ns., M.Sc selaku ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

kesehatan di STIKes Muhammadiyah Gombong.

4. Kepala dan seluruh staf bangsal Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

Soedirman Kebumen, yang telah membimbing dan membantu dalam proses

ujian komprehensif.

5. Pasien dan keluarga Nn.M yang bersedia bekerja sama dengan senang hati

menjadi pasien kelolaan dan bahan Ujian Komperehensif untuk menyusun

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak Bambang Utoyo, M.Kep selaku dosen penguji sidang Karya Tulis

Ilmiah yang telah memberikan masukan dan kritikan dalam menyelesaikan

penyempurnaan Karya Tulis Imiah.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

vii

7. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.Ns.Sp.J selaku dosen penguji sidang Karya

Tulis Ilmiah yang telah memberikan masukan saran dan kritikan agar

pembuatan Karya Tulis Ilmah lebih baik.

8. Bapak Irmawan Andri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Segenap dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah

Gombong yang telah membimbing dan memberikan materi selama belajar di

STIKes Muhammadiyah Gombong.

10. Keluarga besarku tercinta, terutama Ibu, Bapak, Kakak, Teman Dekat, dan

Saudara yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta

motivasi untuk dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.

11. Teman- teman seperjuangan dan sahabatku tercinta yang telah memberikan

semangat, bantuan tenaga, pikiran dan perhatian, sehingga saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

memberikan saran dan bantuannya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karna

itu, saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan

saya semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Gombong, 09 Agustus 2016

Penulis

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..........................................iii

ABSTRACT ........................................................................................................iv

ABSTRAK ..........................................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................1

B. Tujuan .................................................................................................5

C. Manfaat ...............................................................................................5

BAB II KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi..............................7

1. Definisi ........................................................................................7

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mobilisasi .............................8

3. Tujuan Mobilisasi ........................................................................9

4. Macam-macam Mobilisasi ..........................................................9

B. Konsep Gangguan Mobilisasi: Hambatan Mobilitas Fisik pada Pasien

Post Operasi ORIF ..............................................................................10

1. Definisi ........................................................................................10

2. Tahap-Tahap Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi ..................10

3. Fisiologi Penyembuhan Tulang ...................................................11

C. Manajemen Hambatan Mobilitas Fisik ..............................................12

1. Pengkajian Mobilisasi .................................................................12

2. Pengaturan Posisi Tubuh Sesuai Kebutuhan Pasien ....................13

3. Latihan Gerak ..............................................................................14

D. Managemen Hambatan Mobilitas Fisik: Rentang Gerak Sendi (ROM)

1. Definisi .........................................................................................16

2. Indikasi Latihan Rentang Gerak Sendi (ROM) ............................16

3. Manfaat ROM ...............................................................................17

4. Macam-Macam ROM ...................................................................17

5. Prinsip Latihan ROM ...................................................................18

6. Standar Operasional Prosedur ROM ............................................18

E. Keefektifan Terapi Gerak Sendi (ROM) Sebagai Intervensi Mengatasi

Hambatan Mobilitas Fisik ....................................................................20

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ix

BAB III RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian ..........................................................................................23

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan ..........................................26

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ...............................................27

BAB IV PEMBAHASAN

A. Diagnosa Keperawatan .......................................................................34

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik .......................35

2. Hambatan mobilitas fisik ..............................................................37

3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif ..................39

B. Proses Keperawatan .............................................................................40

C. Analisis Tindakan Latihan Gerak Sendi (ROM) pada Pasien Post ORIF

Fraktur Femur ......................................................................................51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................56

B. Saran ...................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Pendahuluan

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan

Lampiran 3. Jurnal Keperawatan Indonesia 1

Lampiran 4. Jurnal Keperawatan Indonesia 2

Lampiran 5. Jurnal Keperawatan Indonesia 3

Lampiran 6. Jurnal Keperawatan Luar Negeri

Lampiran 7. Lembar Konsul Pembimbing

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagian besar mahluk hidup di dunia ini membutuhkan gerak untuk

menunjang kelangsungan hidupnya. Terutama pada manusia, kebutuhan

mobilisasi atau pergerakan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat

penting dan selalu disarankan serta diinginkan oleh masing-masing individu.

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,

teratur, dan tanpa hambatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehat. Mobilisasi berguna untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat

proses penyakit terutama pada penyakit degeneratif ataupun untuk aktualisasi

(Mubarak dan Nurul, 2007). Mobilisasi juga diperlukan untuk mengatur

sirkulasi, membuat nafas dalam dan menstimulasi kembali fungsi saraf agar

bisa menggerakan kembali bagian yang mengalami kelemahan (Perry &

Potter, 2006).

Faktor yang sering mempengaruhi mobilisasi menurut Kozier (2010),

antara lain proses penyakit, trauma, kebudayaan, tingkat energi, usia, dan

status perkembangan. Faktor penghambat mobilisasi paling mendominasi

ialah karena trauma, bisa trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma

ringan. Trauma langsung misalnya, benturan pada tulang, biasanya penderita

terjatuh dengan posisi miring dan langsung terbentur dengan benda keras

(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur

berjauhan, seperti terpleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan

yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau

underlying deases atau fraktur patologis (Sjamsuhidayat dan Wim de Jong,

2010).

Yang paling umum terjadi trauma karena kecelakaan lalu lintas. Kejadian

tersebut didukung oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang mencatat di

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

2

tahun 2011 terdapat lebih dari 7 juta orang mengalami masalah fraktur

dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan

fisik. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan

sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur

yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Pada 45.987 peristiwa terjatuh,

terjadi fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan

lalulintas, terjadi fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%). Sedangkan pada

14.127 kasus trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak

236 orang (1,7%). Di Sulawesi Utara khususnya di Irina A BLU RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado jumlah pasien fraktur pada bulan Januari sampai

bulan Mei 2011 sebanyak 97 orang.

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total

maupun parsial akibat ruda paksa (Perry & Potter, 2006). Fraktur ada dua

macam, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup yaitu

fraktur yang tidak ditemukan adanya kerusakan jaringan kulit luar. Sedangkan

fraktur terbuka adalah fraktur yang mengalami kerusakan jaringan luar dan

tulang di dalamnya (Perry & Potter, 2006). Fraktur saat ini merupakan

penyakit muskulosekeletal yang telah banyak dijumpai di pusat-pusat

pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan, WHO (World Health

Organization) telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi “Dekade

Tulang dan Persendian”.

Fraktur ektremitas bawah memiliki insiden yang cukup tinggi terutama

batang femur 1/3 tengah, insiden fraktur femur sebesar 1-2 kejadian pada

10.000 jiwa penduduk setiap tahun (Kozier, 2010). Terdapat kasus di ruang

Orthopaedi rumah sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dari data 10

besar fraktur, fraktur femur menempati urutan teratas dengan rata-rata 13

kasus perbulan pada tahun 2005. Sedangkan pada bulan Juni 2006 terdapat 14

kasus fraktur femur dari jumlah 65 kasus fraktur yang dirawat (21,53%).

Mereka berasal dari wilayah sekitar Banyumas dengan tingkat ekonomi dan

tingkat pendidikan yang berbeda (Lukman, 2009).

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

3

Diantara pasien fraktur terdapat 300 ribu orang menderita kecatatan yang

bersifat menetap sebesar 1% sedangkan 30% mengalami kecacatan yang

bersifat sementara (WHO, 2008). Penanganan fraktur dibagi melalui dua

metode, yaitu metode konservatif dan metode operatif. Pada penanganan

denga metode konservatif diantaranya dengan pemasangan gips dan traksi.

Penanganan dengan metode operatif yang paling sering dilakukan yaitu

dengan cara membuka jaringan setempat yang mengalami perpatahan dengan

disertai penggunaan internal fiksasi (Muttaqin, 2008).

Berdasarkan data medical record dari RSUD Gambiran Kediri

menunjukkan total pasien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah tahun

2010 sebanyak 323 pasien, khusus dari Ruang Bedah 267 pasien dan pasien

yang menjalani ORIF 209 pasien (78,28%). Sedangkan dari hasil studi

pendahuluan di Ruang Bedah RSUD Gambiran Kediri pada bulan Juli 2011

sampai dengan bulan September 2011 ada 36 pasien fraktur ekstremitas

bawah yang menjalani ORIF.

Pada pasien post ORIF sering terjadi komplikasi diantaranya, mengalami

nyeri, bengkak, kesemutan, penurunan kekuatan otot, kontraktur (Werner,

2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18

Oktober 2012 sampai dengan 27 Oktober 2012 di Ruang Rawat Inap Trauma

Centre, dari 20 orang pasien dengan fraktur femur terpasang fiksasi interna

didapatkan 16 orang klien mengalami gangguan fleksibilitas sendi lutut

dengan fleksi kurang dari 70º. Sedangkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di Rumah Sakit Ortopedi di Ruang Parang Seling 99% pasien

mengalami penurunan kekuatan otot. Komplikasi tersebut terjadi dikarenakan

pasien tidak mau atau kurang melakukan mobilisasi ditambah peranan perawat

yang masih kurang.

Menurut Studi Pendahuluan di Rumah Sakit Gambiran Kediri, perawat di

Ruang Bedah hanya sekedar menganjurkan pasien untuk melakukan

mobilisasi dengan menggerak-gerakan anggota badan yang di operasi. Akan

tetapi karena ketidaktahuan pasien akan pentingnya mobilisasi, pasien justru

takut melakukan mobilisasi sehingga berdampak pada banyaknya keluhan

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

4

yang muncul. Kebanyakan pasien menganggap jika terlalu banyak gerak tidak

akan sembuh, sehingga peredaran darah tidak lancar dan akhirnya berdampak

pada proses penyembuhan luka (vaskularisasi, inflamasi, proliferasi, dan

granulasi) menjadi tidak dapat berlangsung maksimal (Perry & Potter, 2006).

Melihat fenomena tersebut, perawat memiliki peranan penting yang sangat

dibutuhkan oleh pasien-pasien fraktur salah satunya pasien pasca ORIF dalam

program rehabilitasi mobilisasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih parah. Burnwell, telah melakukan penelitian pada 127 orang pasien

fraktur femur yang di tatalaksana dengan ORIF dan di lakukan rehabiltasi

berupa terapi mobilisasi dini. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian

tersebut adalah bahwa risiko kekakuan sendi semakin kurang apabila pasien

melakukan mobilisasi dini pasca ORIF (Muttaqin, 2008).

Untuk mengatasi permasalahan diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah komplikasi pasca ORIF yang lebih berat diperlukan intervensi

mobilisasi dini berupa latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak (ROM)

adalah pergerakan maksimal yang mungkin bisa dilakukan oleh sendi tersebut

(Kozier dkk, 2010). Latihan rentang gerak bisa dilakukan oleh pasien itu

sendiri (gerak aktif) atau gerak dengan dibantu oleh perawat (gerak pasif).

Latihan rentang gerak, baik pasif maupun aktif sedikitnya 2 kali sehari dapat

meningkatkan kekuatan otot (Craven & Hiller, 2009).

Latihan dalam batas terapeutik diantaranya latihan aktif meliputi menarik

pegangan di atas tempat tidur, miring kanan dan kiri, fleksi dan ekstensi kaki.

Pada latihan rentang gerak aktif perawat berperan sebagai motivator dan

membimbing pasien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri

sesuai dengan rentang gerak sendi yang normal. Untuk latihan rentang gerak

pasif dilakukan dengan bantuan perawat pada setiap gerakan-gerakan karena

biasanya diberikan pada pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu

melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak secara mandiri, pasien

tirah baring total. Sendi yang digerakkan pada rentang gerak pasif adalah

persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan pasien tidak

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

5

mampu melakukannya secara mandiri, misalnya perawat mengangkat dan

menggerakan kaki pasien dengan rotasi tertentu (Muttaqin, 2008).

Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan pengelolaan

kasus fraktur femur dengan menerapkan intervensi terapeutik latihan rentang

gerak (ROM) aktif dan pasif sebagai bentuk aplikasi keperawatan yang

kemudian dituangkan pada sebuah karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Pada Nn. M di Ruang Teratai

RS Dr. Soedirman Kebumen”.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ada dua macam, yaitu :

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

2. Tujuan khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada klien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan mobilisasi.

b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

c. Memaparkan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

d. Memaparkan implementasi tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan pemenuhan mobilisasi.

e. Memaparkan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan mobilisasi.

C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan

Menambah ilmu dan wawasan bagi penulis dalam menerapkan

konsep- konsep asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan pemenuhan mobilisasi.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

6

2. Manfaat Aplikatif

a. Manfaat untuk rumah sakit

Agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi guna

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan mobilisasi dengan intervensi latihan ROM di

RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

b. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan dokumentasi agar

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran berupa karya tulis

ilmiah.

c. Manfaat bagi pembaca

Sebagai salah satu media belajar dalam menyusun suatu karya

tulis ilmiah khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan pemenuhan mobilisasi.

d. Manfaat bagi penulis

Merupakan pengalaman berharga dari penulis dalam menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan khususnya asuhan

keperawatan terhadap klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

mobilisasi.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

DAFTAR PUSTAKA

Bowden, V.R & Greenberg, C.S. 2008 . Pediatric Nursing Procedures. Second

Edition. Philadelphia: Lipincot William and Wilkins.

Craven dan Hiller. 2009. Fundamental of Nursing, Edisi 9. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Eldawati. 2011. Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Pre Operasi Terhadap

Kemampuan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas

Bawah Di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. Program pasca sarjana

universitas Indonesia. Jakarta.

Ellis, JR & Bentz, PM.2007. Modules for Basic Nursing Skills.Philadephia:

Lipincot William and Wilkins.

Herdman, T Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan

Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Made Sumawarti & Nike Budhi

Subekti 2012. (alih bahasa).Jakarta: EGC.

Herdman, T Heather. 2015. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan

Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba

Medika.

Kisner,Carolyn and Lynn Allen Coiby. 2007. Therapeutic Exercise Foundations

and Techniques, F. A. Davis Company, Philadelphia.

Kozier, B, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktik (7th ed, 2nd

vol). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lukman. 2009. Kecelakaan Penyebab Fraktur. Jurnal Epidimiologi Keperawatan:

Salemba Medika.

Mintarsih Sri dan Nabhani. 2015. Pengaruh Latihan Range of Motion Terhadap

Peningkatan Kemampuan Fungsi Ekstremitas Sendi Lutut pada Pasien Post

Operasi (Orif) Fraktur Femur. Seminar Nasional Hasil- Hasil Penelitian dan

Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu 26

September 2015.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik, Penerjemah Eka Anisa Mardella,

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Parmar, S, MPT et al (Sancheti institute for orthopedics and rehabilitation, Pune,

Maharashtra, India). 2011. The effect of isolytic contraction and passive

manual stretching on pain and knee range of motion after hip surgery: A

prospective, double-blinded, randomized study. Hong Kong physiotherapy

Journal (2011) 29, 25-30.

Potter, P. A, & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, & Praktik.Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Purwanti, R dan Purwaningsih, W. 2013. Pengaruh Latihan Range of Motion

(ROM) Aktif terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Post Operasi Fraktur

Humerus di RSUD Dr.Moewardi. GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013.

Rismalia, Rizka. 2010. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pasien Pasca

Operasi Appendectomy tentang Mobilisasi Dini di RSUP Fatmawati. Di

akses dari http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/skripsi%20lengkap.pdf

pada tanggal 04 Juli 2016 pukul 13.47 WIB.

Reni, P. G dan Armayanti. 2014. Pemberian Latihan Rentang Gerak terhadap

Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur Terpasang

Fiksasi Interna di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Ners Jurnal Keperawatan

Volume 10 No 1, Oktober 2014: 176-196.

Tamsuri. 2007. Konsep dan Pentalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidayat, R, & Jong, W. D. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd ). Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, S.C, & Bare, B.G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddart(8th, 3rd Vol.) . Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah D.E. 2008. Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal: Seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Werner, D. 2009. Disabled village children a guide for community health

workers, and families. California: The Hesperian Foundation.

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

WHO. 2008 . Essential Surgical Care: Injuries of the lower extremity,

www.who.int/entity/substance_abuse/wha-57_11.pdf. Diunduh tanggal 02

Juni 2016.

Widuri, Hesti. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9. Jakarta: EGC.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Di Susun Oleh:

Ika Erwiana

A01301765

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMDADYAH

GOMBONG

2016

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

2

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

A. Pengertian

1. Fraktur adalah terputusnya kesinambungan sebagian atau seluruh

tulang/bahkan tulang rawan (Musliha, 2010).

2. Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur

femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya

kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah)

dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung

pada paha (Helmi, 2012).

3. ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu

tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang

patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal

fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu

intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam

posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. ((FKUI dalam

Jitowiyono, 2010 : 15).

Kesimpulan dari fraktur femur adalah patah tulang yang mengenai

daerah tulang paha yang dikarenakan tekanan, benturan, pukulan akibat

dari kecelakaan serta kelainan patologik pada tulang seperti adanya tumor,

infeksi, pada pendertia penyakit paget) yang mengakibatkan kerusakan

jaringan tulang paha dan biasanya dilakukan tindakan pembedahan berupa

ORIF.

B. Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalamklasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,

klasifikasi klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012).

1. Klasifikasi Penyebab

a. Fraktur traumatik

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

3

Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut

sehingga terjadi fraktur.

b. Fraktur patologis

Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang

yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya.

Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang

paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer

maupun metastasis.

c. Fraktur stres

Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat

tertentu.

2. Klasifikasi Jenis Fraktur

Menurut Helmi (2012) fraktur dapat dibedakan menjadi beberapa

klasifikasi:

a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya

perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

2) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

- Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

- Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks

dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

4

- Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme

trauma.

1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang

dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.

3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral

yang disebabkan trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi

yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan

atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan

saling berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak pada tulang yang sama.

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi

kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang

yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

- Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran

searah sumbu dan overlapping).

- Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

- Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

5

f. Berdasarkan posisi frakur, sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian:

1) 1/3 proksimal

2) 1/3 medial

3) 1/3 distal

g. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan

lunak sekitarnya.

2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan.

3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang

nyata dan ancaman sindroma kompartement.

C. Anatomi Fisiologi tulang Femur

Tulang bukan saja merupakan kerangka penguat tubuh, tetapi juga

merupakan bagian untuk susunan sendi dan disamping itu pada tulang melekat

origo dan insertio dari otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang

juga mempunyai fungsi sebagai tempat mengatur dan menyimpan kalsium,

fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di tengah tulang-tulang tertentu

memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk memproduksi sel darah

merah, sel darah putih, trombosit (Helmi, 2012). Secara anatomis, bagian

proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut adalah paha,

bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah tungkai (Paulsen,2013).

1. Femur

Bahasa latin yang berarti paha adalah tulang terpanjang, terkuat dan

terberat dari semua tulang pada rangka tubuh.

a. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk

beartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala

mengalami depresi dan fovea kapitis untuk tempat perlekatan ligamen

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

6

yang menyanggah kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa

pembuluh darah ke kepala tersebut.

b. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk

dengan pas ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125˚ dari

bagian leher femur. Dengan demikian, batang tulang paha dapat

bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak.

c. Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125˚)

karena pelvis lebih lebar dan femur lebih pendek.

d. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal,

yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada

permukaan anterior dan krista intertrokanter di permukaan posterior

tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.

e. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol. Trokanter

besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk

menggerakan persendian panggul.

f. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja.

Linea aspera, yaitu lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot.

g. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus

lateral.

1) Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan

fosa interkondiler yang terletak di antara keduanya. Area triangular

di atas fosa interkondiler disebut permukaan popliteal.

2) Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di

atas dua kondilus besar. Permukaan artikular halus yang terdapat di

antara kedua kondilus adalah permukaan patellar. Yang berbentuk

konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut).

2. Komponen Jaringan Tulang

a. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-

mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).

b. Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit),

yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

7

c. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70%

dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan

ketegaran tinggi pada tulang.

d. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.

3. Fisiologi Sel-sel Tulang

a. Osteoblas

Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu

proses yang disebut osifikasi.

b. Osteosit

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

c. Osteoklas

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi.

D. ETIOLOGI

1. Trauma langsung/ direct trauma

Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat

ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah

tulang).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat

terjadi fraktur pada pegelangan tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini

disebut dengan fraktur patologis.

4. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan. (Sjamsdjuhidayat, 2006)

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

8

E. Manifestasi Klinis

Menurut Muttaqin, 2014 fraktur dapat ditandai dengan adanya:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen

tulang.

2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.

Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas

normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi

normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan

dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain

sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba

adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen

satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah

beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

6. Peningkatan temperatur lokal

7. Pergerakan abnormal

8. Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

9. Kehilangan fungsi

F. PATOFISIOLOGI

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma atau

karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau

tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan

menyangga.

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila

tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

9

bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena

perlukaan di kulit.

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan

ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya

mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah

fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan

peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-

sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan

berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast

terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan

fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk

membentuk tulang sejati (Corwin, 2009: 299)

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan

dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah

ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak

terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,

oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan

rusaknya serabut otot dan jaringan otot. Pada reduksi terbuka fiksasi interna

(ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun

pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri

merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak

mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama

tindakan operasi (Price, 2010: 1192).

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

10

G. PATHWAY

Sumber: Corwin, 2009

H. PEMERIKSAAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”

menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3

dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2

proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran

fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram

menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur

fraktur yang kompleks.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

11

b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),

Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada

tahap penyembuhan tulang.

d. Pemeriksaan lain-lain

3. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

mikroorganisme penyebab infeksi.

4. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan

pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

5. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan

fraktur.

6. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

trauma yang berlebihan.

7. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada

tulang.

8. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

I. KOMPLIKASI

1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh

dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang

berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada

suatu tempat.

5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini

biasanya terjadi pada fraktur.

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

12

6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.

Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki

usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada

individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak

mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau

trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil

8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk

ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga

karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau

necrosis iskemia.

10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem

saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin

karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur (syamsdjuhidayat,2009) adalah :

1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun

karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk

mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan

juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).

Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips

a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling

tulang.

b. Pemasangan gips

Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang

patah. Gipsyang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan

bentuk tubuh.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

13

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang

lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti

pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal

tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

a. Penarikan (traksi) :

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan

tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian

rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang

patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

1) Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada

keadaan emergency

2) Traksi mekanik, ada 2 macam :

- Traksi kulit (skin traction)

- Traksi skeletal

b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang

logam pada pecahan-pecahan tulang.

1) Fiksasi Interna

Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )

Menurut (Helmi, 2012) terdapat 5 metode fiksasi internal yang

digunakan, antara lain:

- Sekrup kompresi antar fragmen

- Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah

- Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar

- Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan

tibia

- Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal

dan distal femur

Indikasi ORIF :

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

14

- Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis

tinggi, misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur.

- Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur

avulse dan fraktur dislokasi.

- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

Misalnya fraktur Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur

antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.

- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang

lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur

2) Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction

Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati

fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini

memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur

atau remuk

Indikasi OREF :

- Fraktur terbuka derajatI II

- Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

- Fraktur dengan gangguan neurovaskuler

- Fraktur Kominutif

- Fraktur Pelvis

K. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. IdentitasKlien

Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.

b. Keluhan Utama

Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila

digerakkan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

15

Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah

mengalami tindakan operasi apa tidak.

d. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.

e. Riwayat penyakit dahulu

Di dalam anggota gerak tidak/ada yang pernah mengalami penyakit

fraktur/penyakit menular.

2. Pola-pola fungsional

a. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/ gangguan akibat adanya

luka operasi sehingga perlu dibantu baik perawat maupun klien.

b. Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan pola tidur dan istirahat px mengalami gangguan yang

disebabkan oleh nyeri luka post op.

c. P ola persepsi dan konsep diri

Setelah px mengalami post op pasien akan mengalami angguan konsep

diri karena perubahan cara berjalan akibat kecelakan.

d. Pola sensori dan kognitif

Biasanya pasien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya

kerusakan jaringan lunak dan hilangnya darah serta cairan seluler ke

dalam jaringan.

e. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pasien pada post operasi akan mengalami gangguan/

perubahan dalam menjalankan ibadahnya.

f. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan

sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya

untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola

nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak

adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

16

yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal

terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat

degenerasi dan mobilitas klien.

g. Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi

walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta

bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin

dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua

pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

h. Pola Tidur dan Istirahat.

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal

ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur .

i. Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak

dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk

aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk

pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang

lain.

j. Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Karena klien harus menjalani rawat inap.

k. Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan

seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta

rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status

perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

17

3. Pemeriksaan fisik

a. Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada

sistem integumen seperti warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi

rembesan darah pada luka post op ada / tidak.

b. Sistem Ektremitas dan Neurologis

Pada pasien fraktur, post op ekstremitas kaki tidak bisa digerakkan

dengan bebas dan terdapat adanya jahitan apa tidak.

c. Sistem Respirasi

Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang

menonjol seperti bentuk data ada / tidaknya sesak nafas, suara

tambahan, pernafasan cuping hidung.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, gerakan

fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi,

stress/ansietas.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan,

prosedur bedah,immobilisasi

c. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée luka fraktur femur

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,

pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

.

C. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri b.d

kerusakan

neuromuscular,

gerakan

fragmen

tulang, edema,

TUJUAN:

Dalam waktu Nyeri

berkurang dan

terkontrol

1. Kaji ulang tingkat skala nyeri

2. Jelaskan sebab- sebab

timbulnya nyeri

3. Anjurkan klien untuk

melakukan tenik relaksasi dan

distraksi

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

18

cedera jaringan

lunak,

pemasangan

traksi,

stress/ansietas.

KRITERIA HASIL

a. Nyeri berkurang

(skala nyeri : 0)

b. Klien tidak

menyeringai/

Klien tampak

tenang.

c. Nyeri berkurang

atau hilang,

4. Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian obat anti

biotik.

1. untuk mengetahui /

menentukan tingkat

keparahan.

2. menambahn

pengetahuan individu

terhadap penyakitnya.

3. mengantisipasi lebih

awal bila timbul nyeri.

4. membantu untuk

membatasi nyeri dan

antibiotik untuk

mencegah dan

mengatasi infeksi.

2 Gangguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan nyeri,

pembengkakan,

prosedur

bedah,

immobilisasi

TUJUAN

Klien mampu

meningkatkan /

mempertahankan

mobilitas pada

tingkat yang paling

tinggi.

KRITERIA HASIL

a. memprtahankan

posisi

fungsional,

b. meningkatnya

1. Pertahankan pelaksanaan

aktivitas rekreasi

terapeutik (radio, koran,

kunjungan

teman/keluarga) sesuai

keadaan klien.

2. Bantu latihan rentang

gerak pasif aktif pada

ekstremitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai

keadaan klien.

3. Berikan papan penyangga

kaki, gulungan

trokanter/tangan sesuai

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

19

kekuatan /

fungsi yang

sakit dan

c. menunjukkan

teknis yang

memampukan

melakukan

aktivitas.

indikasi.

4. Bantu dan dorong

perawatan diri

(kebersihan/eliminasi)

sesuai keadaan klien.

5. Ubah posisi secara

periodik sesuai keadaan

klien.

6. Dorong/pertahankan

asupan cairan 2000-3000

ml/hari.

7. Berikan diet tinggi kalori

tinggi protein.

8. Kolaborasi pelaksanaan

fisioterapi sesuai indikasi.

9. Evaluasi kemampuan

mobilisasi klien dan

program imobilisasi.

10. Meningkatkan sirkulasi

darah muskuloskeletal,

mempertahankan tonus

otot, mempertahakan

gerak sendi, mencegah

kontraktur/atrofi dan

mencegah reabsorbsi

kalsium karena

imobilisasi.

11. Mempertahankan posis

fungsional ekstremitas.

12. Meningkatkan

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

20

kemandirian klien dalam

perawatan diri sesuai

kondisi keterbatasan klien.

13. Menurunkan insiden

komplikasi kulit dan

pernapasan (dekubitus,

atelektasis, penumonia)

14. Mempertahankan hidrasi

adekuat, mencegah

komplikasi urinarius dan

konstipasi.

15. Kalori dan protein yang

cukup diperlukan untuk

proses penyembuhan dan

mem-pertahankan fungsi

fisiologis tubuh.

2 Resiko infeksi

berhubungan

dengan luka

fraktur femur,

terputusnya

kontinuitas

jaringan akibat

prosedur

pembedahan.

TUJUAN

3X24 jam resiko

infeksi berkurang,

bebas drainase

purulen atau eritema

dan demam.

KRITERIA HASIL

a. Luka bersih

b. Tidak ada pus

atau nanah

1. Lakukan perawatan luka

dengan teknik aseptic

2. Inspeksi luka,perhatikan

karakteristik drainase.

3. Awasi tanda-tanda vital.

4. Kalaborasi Pemberian

antibiotik.

5. Analisa hasil pemeriksaan

laboratorium (Hitung

darah lengkap, LED,

Kultur dan sensitivitas

luka/serum/tulang)

6. teknik aseptic dapat

mengurangi bakteri

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

21

c. Luka kering pathogen oada daerah

luka.

1. untuk mengobservasi

keadaan luka,

sehinggga dapat

menentukan tindakan

selanjutnya.

2. tanda-tanda vital untuk

mengetahui keadaan

umum klien

3. antibiotic dapat

membunuh bakteri

yang dapat

menyebabkan infeksi.

4. Leukositosis biasanya

terjadi pada proses

infeksi, anemia dan

peningkatan LED dapat

terjadi pada

osteomielitis. Kultur

untuk mengidentifikasi

organisme penyebab

infeksi.

4 Gangguan

integritas kulit

berhubungan

dengan fraktur

terbuka,

pemasangan

traksi (pen,

TUJUAN

a. ketidak

nyamanan klien

hilang

b. Mencapai

penyembuhan

1. Kaji kulit dan identifikasi

pada tahap perkembangan

luka.

2. Kaji lokasi, ukuran,

warna, bau, serta jumlah

dan tipe cairan luka

3. Pantau peningkatan suhu

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

22

kawat, sekrup)

luka pada waktu

yang sesuai.

KRITERIA HASIL

a. tidak ada tanda-

tanda infeksi

seperti pus.

b. luka bersih tidak

lembab dan

tidak kotor,

c. Tanda-tanda

vital dalam batas

normal atau

dapat

ditoleransi.

d. mencapai

penyembuhan

luka sesuai

waktu

tubuh.

4. Berikan perawatan luka

dengan tehnik aseptik.

Balut luka dengan kasa

kering dan steril, gunakan

plester kertas.

5. Kolaborasi pemberian

antibiotik sesuai indikasi.

6. Pertahankan tempat tidur

yang nyaman dan aman

(kering, bersih, alat tenun

kencang, bantalan bawah

siku, tumit).

7. Masase kulit terutama

daerah penonjolan tulang

dan area distal bebat/gips.

8. Lindungi kulit dan gips

pada daerah perianal.

9. Observasi keadaan kulit,

penekanan gips/bebat

terhadap kulit, insersi

pen/traksi.

10. mengetahui sejauh mana

perkembangan luka

mempermudah dalam

melakukan tindakan yang

tepat.

11. mengidentifikasi tingkat

keparahan luka akan

mempermudah intervensi.

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

23

12. suhu tubuh yang

meningkat dapat

diidentifikasikan sebagai

adanya proses peradangan.

13. tehnik aseptik membantu

mempercepat

penyembuhan luka dan

mencegah terjadinya

infeksi.

14. antibiotik berguna untuk

mematikan

mikroorganisme pathogen

pada daerah yang berisiko

terjadi infeksi.

15. Menurunkan risiko

kerusakan/abrasi kulit

yang lebih luas.

16. Meningkatkan sirkulasi

perifer dan meningkatkan

kelemasan kulit dan otot

terhadap tekanan yang

relatif konstan pada

imobilisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

24

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Monica Ester, Penerjemah

Jakarta: EGC

Helmi, Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan Musculoskeletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Musliha.2010.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta: Nuha Medika

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Paulsen, F dan Waschake J, 2013.sobotta: Atlas Anatomi Manusia, Anatomi

Umum dan Sistem MuskuloSkeletal.

Price & Wilson, (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyaki.Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Smeltzer dan Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II.

Edisi 8. Agung Waluyo, Penerjemah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat R., (2009). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

AsuHAtr ktPrgft,untas PA?A No. M pfp6AN 6Arr66uAN

qr6T€M [,tusFuLost/€lErAt, ' P%I DP\F +RAF'ruR {€Mut? t{to

ワl RuA゛C τQA筆 t RじMl熱 5AktTじ MυMつ托轡` 単

Ppor 0R 9o€0\R MA u K€l?uMrN

臥 SoNn ,teh i

tlKAじ Rヽ噸:AN A

ハOt欲メ10ら

?f%nAu S{uDr Dltt K€P€RAmtAtr s€toLftt{ TtP66t

\LVru K€S€ttAtflN MU.tt 6WV*prU *F 6owrBcu6

aolら

/

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ASυ ttAN

cAp60υ A゛

?emUinnbrno A\rMern' L

LtM6sB ?tsoesnrtRtt\I€?€BFTDATAN' ?40 A tln . M Dt 1164r.)

srsT€M MunurLog\re LtfiL' ?osr o(rf T€MuR

4{ ARt \re -O BUANG 'tEK6TAt Rs PS

t'4engetahu,

Pern\:rmbirrq

9t Sgah [ao?ada \e$qqil :

t

ジ′へ

7~~

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Dal傘

Asじキlバ p Ft?ε ?ハいムTAN PA,ハ Nrl.Mつ c● 6AN

GAP66uAtv stg1EM Mvs(.u Lost,c€u€TAL , Posr oRrF +€MuR

S\\ulSlRA Dt PvAtLe T€R6{A( RUu,tAkt SA卜tて

しMυM ,Ac解ハ魚 PROf p?・ 500りteW K物 樅tP

laιらo8t w喝快鶴130 :≦帥lo)らo ltt9i aθ

`らKuSrra YetqkaJien ' Kuano fuatatJam Punglraj(an , ftrlcu \ t]. ca

A.∽Ook飢 13n

l la90ttt鉢 ?a`咤Q ッ βり.

レOtB

Nam∂ :NO Mりmur . eb hhunJsQis keiam{n , ??fsrrL&m

A`an3

Atamac ' f,dt336ee

funA,ditao. , g\,rp

Dx Medら OKtf {ralr.tur &m,}r Sinrstro .H+o

ド。

`M: 多la260

lanqaat mfl,iut a8Mo"t6 7υ

υ` lら・00ω 6ヽ

a ?qtanq6o(\g Jautab

Ulnur ,1^L2hunJp,rus l<etamin , laKi - rat i

fllarnat : $likersoWberSnarr : ηt明らtいrta pめ

‖ubv錫艘 : 年tatta惣 仇andυ Q多

i tst3R■

Rrway4l Yese6altr\

r. keluhan utarrek債9Q mooら ctυ ヽnucri ャαι族 |りLa 。19「陀9i

2.RIω α毯先七 Pcnり ALit ,tatだしo

Fasigx. Nn-M (a6 tar,un) &*+aog vv tco Rst,D Kebotnen p6d| +a$qqs\

■8Mは QOtも PUKUt t多 ‐00いつ fU」υKar よar lり叩萩h Sα攪腱 れ町1励敏 Mdiヒ

den0nn [g\uh0[ litjuri ?AdL\ peh{r \rrrt p09L lyewtaizar,. tatu'lint&s ,\,rAt i +rdctt &rVat dtqeruwv"$n , ;LrtrL benAfat. getAatrr drtnfruuao.

小Qttαttm やrtts 満 脇D い腕| 卜多υω℃ しいo■ ハ い。たLに9絆りλn9

■はMi・

PIn_

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

rじ αQら torα慣11 っに02■ 1800Sじ n多iaa\. s$g\41] Nn.U bq.Mda dr rv'Ifiq tsra'tot , [<(ten \BlrLsvnT dt

lerrcan&t ao un.Lut< dr laruran. 0Perast (citD) darumt oFtf Pr{.aot8

?ada taog0e\ ,0 wi a0l6 tltru\ l0.oo (,uig, se@[ah tl?grast drl8tukan

rorutge0. \)@ag Nasih ada byl\lv, *v\frr"q ?afta tJCtrA rg+,LV

LB\u Llien di tmcnnamn. u[tut< D?erasi DBtf Wdva ?r'da *an6qa\

Ao [4ei Bllb Puku( to.oo tut9 . thetuffr ofgrasr oBtF Wl.va k0en

$eMoprut fgfrirn cl4rxft DKA 9f ecosi oBtr 6n1.0 Pgrcnq'0 Putut O0-]o

s“t マOrtoLめ13Q ′仇潔 t i次 fつOat % M91 θOtら いドυt t7・ ∞

vasiun t1\90ff9[ef, fiugri wd6 luka o?erflri skata 1 , ftwt Ltrdnv,a

dgnUut , ftUerl httnna ttnh:t +8? Ua W|.nft. , (Wert bertarnban saat

7∂S9Q 積眈λ恥鰤 Prgeuttto ルte ″膊♭αレtn F′鹿 f′ ‖鉢武

RR avx/lygxlt , Su,hr zb,y'c t<lten hrRsih. *grgo.sancl lnpse Pc

e0 ,Wrn dr [0ngan lrfiruon , wlrhtilr\g \1"s$aLw urrn , daw 4amyav

材1帆8, Iυい 。π〔鶴i 洗 ?8ha濾 (: み[to明敗lpf 沈鰍Cn.″髯ぃPo“

Igmua l,e0,hutuhon fiLr.t0ifasrrujA di hantt; Ueluarsanga. FaEren

fllgnda?qt {unnpi 0bac PgM +b\Aqa\ ?b Mei aot"b t4 attv [nJeFsi

WtorO\ac 30 W , Ce1.lsia.en I 4rern , AAI f&rLlti o{inf bo YYtg .

a Rr,,uau&t 2enuafut ?ahulu

Palgh lanelの 餞atfr暉 s%aυ mゅり3 ケlaaК マern αh 次 raω at a、

`慾t `んαり m00鯛、徴nt 免世it りぬ0珍 S"0“: ダOι颯「

αng

klreft fY\e(\q0LtAW$. *tdrrl,t r^ernPvtutJa( rtw?"qe\ 0\Vrqt 0♭ at)

binamoa , F!.cual hakctnan vdcLtLg '

4 RfuuaUor penURtr.it lte\;Xrqa

隧 m mentta卜an 販人υ供19a l「出ヒ c政〕 りAng mο odef腱8

5EWrti Paqm. lQluarg a mengaLaKao ffiA\10 +0,;0 trtigp. ttwng'a|a'

煤)o.い eはo9o31 に仇唸れa pOnゝ aに l‐t uv"ご Aっah)洪 Q P8"´ ′∂ω

♭83h6ルυ).5 60oO② f〔]、3

liV“ 色99り 了ノ `

一 ― ― ― ―― ― ヽ

― 一―

― ^―

=

PErnunksaan 4ond'a - tanAa Vtt.61 'lp ^b/oq

trnlnrt{.s , Nladi bxfmwrt,

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

6 Po{A Wnquesim

a Pola otisiopnaci

t0bBtum ,fihrt :

MA+, drhui :

I Pota flufiisr'S}bgLvrn te(Lti :

ta,il+. drkatt :

c. ?ota 0[rminasi

SAtWLvn SLtLt,+- :

saM dttra;i :

fυ Q4∫ 10031 vi↑ らヽヽ 13 社ea赫,On

k「on m。明鋭αヒan 臨沈anO M"郎 a

'441an aaム

a ほ『1 .

に信ol mtrt48taLan ダ淡沈飩 M ttλ∫a

R8釣Xれ机lt・

Sesev trB{as d,

[vsdh na{as ,

Lllon moua(3Lan ma軋3Q ttx schaば (18菫 ,∫ a90fっ ね00沈αQ mtQom h6鴨 3 blt3 SOLa♭ ts mattι n lん る91a∫ .

L慣 On w錦激a協 0′ 肌em呻じnり a alorの i maほnけぁり .

にtじm mm②激aIんan rに切レQ 3x/harr Pocsぼ habは,

MiQU帥 多-4 001び

眈F9Q Nl御′o砒αttαR らAじ lド /haば ,9AF a_3X/hari,

mtttri taれ ?a battanktiιn rYuり姓αに

r gら洗

ma∫υ位 “

♂肌Pai

兜慣額a暖)♭otυ は 税へら,ケ 0〔P"ιQZ 既 ∝er,oげ n

み dertth 陀 鶴けrt9an.

メ.的指 1に

"itasSO♭2(om`aLrt:賊30 mttat∂

anわ o「λttiり臨ξ πン4磁耐て やao,a

ban4υ 31

sa鵠 洗Lai : 晰on me貶)acIにυn semυa え眈lvft8, M89Ch alb師

晦toaroa.れL2Q "tυm mam″υ mir〔 00 1綬∝tOはC・

|.′ο13 1史 fa腹

∫Qbetom sαれ:毛 : 蹴帥 晦鴨飾光an'慮υ〔 6‐ 7腱m∫ehari)にしυβ

muっ創ぬ賎ゝn daはに1 小次υC n3明 .

saa 洗にぁi : 蹴on m3■Oaamn sOはn940r斃鴨じ■ に■ma Qりe口「

り‐ヵta ttr?8Latan

党い0しm 飢はt = tton慨り醸ばれn metら4ai漁 ャattatan sttt8?b『 J

一 ―一一―雨蔽

磁融薇~雨

Vba山い. ~~~~18社 洗ヒ鶴i : ヒ慣oQヽ 2的餡 鯰Q bQ『?amtan ao∞3o aib卿にυ 厖ぃだ増0

生士咀 幽 1ゝゞ __― ―‐T而面¬フ面丁面y函狂 ′x/ね∂

・,∫働山mm:mOn憾 鶴鈍aLan l

畝n bOr`娩山 Q 免彼は Mauけr

_%3七 小k電1__二

呼,1_均鈍 Mヽυtt RS StLatグol♭3鬱

蜘 t,粛 動 な ~~~

~~l「~

l

J

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ゎね mo電893 恥"わ

ら。い

tgbel,om saut ' trhen merL0statuaq ^ufln

wemahai wkilan +ebil stbs

Udufr" drwn, dan JgbatitruUa teca.ra mandin'

sl″ ぬし舗: = はιn MOIto山 n 鮮卸も 4 堀hno Oで「“

a ttfr19rn,

liien fvlemAkat Sg[r'mot , Suhu Ze ,B"c .

la kornunr&asig9betum 9afuit ' tr,trzn rn0ngaaflkcrn bbsa ber[oq,nurr-ttr&si barg denqen

ln\narqanga t^no.u?un oranq [arn

saa+- dilai tc[ign fy\e{\&r{'rran. hMLah btasa .bert{0rnuni[rasi dencsuLoit. A nn lan ra. I

lυ Vole Ms&ahindar

|

betК 血l1 16rmf.―

d6〔 らaha嚇gebdunn Sahft. , trffe.n rngoq ALa"LA$. menruaka( B\a-s UAtLi f Pengarnan

kcPala saが わ9ャ 2鯵′∂η Mem`たλr 夕θえ′α― ρ・

SAaL d traji , klien meaqe,flLAn

YolA fetrreas;

二 ___丘些塑υ笙_SeLtt_: はien meL②胸 Lan Mttλ rり 祀にに触1,han98いソ19■9aton しυ′

56a+ d,tvali ' tl[rgn Wef\qatuwn }r'dO,fr ffi{JlekDt/;a/n tgw aEi

hanga herbariag Sr {emqat. fdurl・

"b Wirito3tSebgfum salcL , klien wvwq}Lawn. Verrb^dot, sesvai uv?scauBan

dw,gaq ( ho tat q wak{vgeaL di va)i , [.0(]en wgt\qa*alnn bet'r$,ft shelaL geJB rnasok

rn. pola. bela-tarSebeturyr Saq,rt' kfisn ry\wq&616n hOrrqo Set\(\q W山 ″

S3Lt~t ttX3h なυtett dθせn ♭t6粟ンぜりa

5a& di tr&ji , [,r.frun N'?,{\gcr"LeLprr. drrirLga fnoftqalarni ?atan.fut&rug dan h8ru s d. o?ewl Pasaaq Wl/ Law3t

7:43レ洸eも D

S9♭ 9時m S彼はt: tttOn ttOFD∩ {ゑにたn 与ほ? h8■ ♭厖鮨2り3 memP3m aon●3

S aat dt traji , lrhpn mervg*+aben it」bL ♭o聰ほ∂

tgrbarrirrq dt +em?a{' ↓画 .

, henue

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

7 . Pemer(trsaan. f(sitr0,. Veo,doon umuffi ・ botヒ

Ves*daran. ' comPug YYiel*.[s E<a Me Va

-tIV , T0 c)C/Eg mntt{g, t'tad; Bo x /rnenrt,36 aor/rngift,

Suhu ?G,Aoc

bergotan / massa , trdd k

- PSru -PBru , lnspeksi = bpntuk s(rnetris , fidak 6cta- t8ruran Andi n9 dde?a\vaa' = Ulcal ltervr ttus Qmob6(9 , 4&au ada ngerr €etra n

bu ttg t Sorror

ムυ「Lυ tta"=箸れ 供aaぃ。りna雰 もM♭3いm`v豚 tヽυけD」an旬■9 : tnspotrst , i,fdfiu tonnpau totus ct:tdv

patpasi tctus ordcs Maba d, [ntgrcosta c dsnG?etuuri ' buogi Ye$att

1‐ ,1__=lttN101 _

@r{ru s,

I +Am?ak [Usi , tambu{ hr'tarnl----, ttitjah , tarn?at{ Lutrs Lecet d' barjran IVruhS , daht dao W?i

Lrrt t.ampak [uks Jahrt di t\,r\]p va$ @rban , lutra

twmatocn.

Mata , Pupit iSotror, lroru'unq-btua Unangryus, jtetera uniffiertkl.tldurrS, +rdff.fi ada Polip,trdatr €rvL?aL hffac asp*rg ttrdvnq,

ad"a Iu[ a Iecet

Mutul. , [yrlrkosa bifrr Fp]rirrg , l{da|, Ada ?grda.rahan, lrdaLt edeltoqn&it\s , Ttqi bers\h

I _ TB[in4a , Slln#ns , ddaa 3da Leei , +fd3t 1da pordarahan .

I tritjah , t6rn?at{ Lutrs Lecet d' barjran IVruhS , da,ht dao W?iLrrt t.ampak [uks Jahrt di t\,r\]p va$ @rban , lutra

- Abdorren : lns?e(rsi , Supe[ , *rdau ada Lesi , ttdat, ada perdawhan.

-----h-

Aust{uttati , bistng utus lt 6 /wni+?at?asi , +iddt) Ada tlgert *€hanPertwsi , bungi timP〔mi

{<uttt : tterinT, lurqor tru[tt bait6Bneta\ia , terp dwnq Lqloter , urtn baruarna Jeruh trckrtnfnganぢ

“"碇

mttas i

- AtAs , tet?asang lr4us di

α火災 腕te01oh卿

{anqarr t€nan , ke|.oytan hto+ ffdA"CL_-.r

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

_9スωah :lam13k lυ18 勿bt00 tl‐ギ諄iQ asi dc paha

t0fPaSaog setarug doaro dart tutrg operaei , l,tevvcf',an.

o4ot lefnah di ekstrernrtos Wwai [^r.eri 62; dan

r6. Pemertrrsan Pgnun jang

a. Hasit Ppmeritrsaan thocax A? tqnqqat aB/ae fig

VBlLvq**(t otv+- (q) dt ecl+rerrlitar U,afran b aw ah .

[,resan :'Potrno norrnat

- besqr cot ftoronal

―S880 n 2

'「

~ ~

11 Ie,meri[raan Hae it, ! aban tJitai EuJukSn

tle mo6lobin L II.| ② rdし 11・ 1-|う 5

P Leulr usit lt tq.t lo^ 3 lve 3・6´ tl・ D

liemattl lrrit Lちらr

l 。 多5´ 47

tQfO■t 4・ 1 lon 5 loL ら・80 -ワ・′0

魚)mめ ,it 皮66 Lo^ v lvL t60 ^ 4oo

|し16桜 L a4 4り

hr cb- 34

Mcac 33`/滅

し 32 -う 6

|

,Vtcυ L7a 千し Bs - too

Dlff COり 、■ |

tOginθ (:1 LO・ 00 l~■

ユ ニIlasofit υ・10 鶴 0-l

N眈

(it H Cθ・3o er。 う0-70ヨ

Lirnloctt し く る00ん

θ′ -40

恥 nθ 蟻 7 ・多0。

√ 。 zt'dfot Oarah 0

Masa ?enbrahar 3.o0 m2Qι t |… 3

Masa perm'Ptruan 4・ 00 阻3け

`

3″ 6

Krmia Rvtu-n

6り s t01 mの /夕し 70″ tユ 0

|

りroOm 2o'rl′

沈L 10-50

|kreetintn 0,4a Wq IdL D,{ O - O.flO

S60T It 4s り/し 。 ― フ,

s67T aら り/L 。 -3r

15A9も?ld Non Oeaはif non rpetr&t

Penerfir %

Petrn gri(<9a anLeukos{,t. te 出 しμ

ぬ tt90 3al

nDぃにしtt・ 多_6

∂|」 りはどおわしら

一 lt7 0

t'utrn Yada +ar04a\ B /oE / e.ote

∈亜壼} ご・ datth・多

― l

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Kont,4 eo. {emur to /oc /aote = D鮨しgOn {ernue post o? 1kesan :

―キra“or ιom?lete +reqefllftlil 0s few]or Sintstca t/c wLedte-t

denoan [n{ernat {iksasi I ?tate dan g ecltrr*/.,o .

- frac.eur Cowrq(ete os {ervruc s'tnlstra th dtstat oPosisi cukuP .

fon@en ry.rnw Poss oq ! 4o foslcotL- trao+vr CarnPl,ehe os .ferYbr st$s$a tl? tnedrat dqa $Wesi t p\et dan

I screvo

frac+ur Corw?lgte o5 {rernuc sintstra lb cli 9€a\ dao 4tqa5d t pta,t da$

6 sιre" . 。701鋼ヴ baiu

PrOケam ■ほぼ- ln4us Pu eo tPrn- tnja{rsi , }B lot tlb ,a0 lo7ltb , golo/tb ,qr for[to, t /o6/tg

・ Leto「olac 3 x30 nヽ9 hrrrut o0.oo ,eD-oo, \G'tro /BSsm

' kailtrdtn / * 90 r\\q Pukut 9f -oo , Po-vo / e, 1,, cwtctSw(\ a x t ar cw)o$g) . pvtrut o8.oo , ao.eo f tr Ja*

h- Program

- 0ftr ftrp (firwa; tratorr ヤ帆びn)

篠it

一一一

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

||

耳 二

Pυ ttυ 〔(イ・00

tu{e Oprasi

- P , ngeri ber+anbah saat

t&ft Wqerar&n dan

?srubahan Pogisr

figeri bpfulurang saat rffq , ngen berden'rut, (cew.yr

1

p : Area tuka O?ef@ri

{ : hiLanq itubvl

4洗m性“

いθrm gむ

Jawrpatr baLvto* lvhn a?rya;

di ?aha lu'rt―TTプ : 40/多 3mmイ9,μ 8ox/

詢θnl(,たR ροx/“θれ```,

5υ hυ 36)∂ヒ

30 MeF ttOr`

- k[pr rneMftealon, ?aha [iriberasa f.t8ku

-5aet d,:geraVa

- klign mengarakan nuer( s

?aha ktri di qerrilnn- trkgn tneooa.tatrto $nrrua

dibamu dan Liien Hurn

mtぃ。9 Lan3。,vici

t6attttan "3ん ?αha ttri

一ktOn"uaR08κ atcaQ,99ば 山

・ 一”

6atqqyan

mus鶴

stet∝εl

- trh'en um?ar soeringis

tglt?o*. +(dur

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

- ttastt lo{e rcrfigen menunJu[,Dn

adArtga lraq{./.)r os {ernucsioi.stre l/g medial

- Trlr ' $q6/q9 mm{g, u Box/ooerrrf ,suhu 36,8t , Bp aox/rnentt

dャ欲ano?釧dt tratringa

- ktten men4*ln[rs"n. ns(h

d,pasanq se(arE katetec

- ktien ter?a,sanE \,Late4gr

_ЧtCm tg?a98M d鯰こn

m?att \uk.S batutanOperasc dr ptw tzrn'

- Hastt \ab, ArgVa [eutr-sie

14,r (zrt,-tt o to\/vL)亀m"し t。ぃat∝d att♭あ陀あa偽

tutta bat帆 6Q tt Claけ 洪an

Iei trici

$aEit rfruQen , kaUtu rCrnnPLeep +raqmenta t

い (?鰺υr SttttrO//3

denqan tn.esrut llLsastI Plate あ n3ら creω

TτV:つ`6ん

,ν セダ

,O Mθ t∂ otら

やυ師t tl・ 0。

Kesiuo h'(err,si

(け"必

amn)

ho 36,3を , |《

- WVvaia,n 0tD( :半

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

\<EppeRuirtaur

t. Nt,eci akw berhuuun+ari

a Harrrbatan rnobi\rtss 4tstK

dvogon dgqi ctdera .1isrr

berhrbungan dexuqan @r,qqDan

sには飲at

Ъ Rostゅ し}(elCSi 崚咆斉書λ aじ ∽αn _韓 ktof feS、`o 7喝

じ「 (av"(・

L. lNTr8urvs\ いな?c曖ハし。Aでハ

ュ t Bc「θしt

z . Sedoxq

4 : Stftの an

Sl■よ皮卜1認じ にOtUh3n

16し たゝAヽム

?AIP COPIPOじ

PAlp MApA(χM毛い↑

卜Obttυ

nヾ、廷ri ttmm

t ornPereh?JEtf

.0レS蜘

I口じt Ftm―

ろ.kontot tt‐■9睫υn98ヘu)ilM dsu0d mrflnsqa-

4. gosist[an tdkn

ぅ。lakυLan ?晦 rは3an

6 陽ば慣λn“1"・襖lot 洗90o3Q ttnfト

mo{armak foqi

Inatas daLaon)

1. zLrik3n PQnqereian

3む3」 m(∝m5i"a3

|,9tヒハてo9

M8r',n[u lYtefi6ootrot ngeri

よen錠颯校Kntt4

M?tepは 8マηしヽ9gi

t0 datarn b&as numnnAl

Mam6, nrenqen?ti nger,

nuen htrumnq(lrata 0

WdtQ A30 k9tυ arらa

へりo「 i ぃ12 1oJacti

ke{Catcu U ctn\anai^.

t<ctabcrAsr pur,beri Bn

analg∝ (← ぃcわ妙16`

3X3ο い9

S晦 taい 漁13● oQ ind8眈80

[o?ero N(Wn tgte{l\0a zx 4 Jam

ditrarapran rngda[eh. fluerr at<ut

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seninっ っ MQi

′otら ψυttυ t

il .oo N\ 0

a0lc Puttu t

11‐しo ωlら

Nnobitttas 4islt( daVx teratsr'' t \<aii (,rer,nannPuan

denlan tt■oは3 6ヽsit i Pasie['\ do La rn

願 2( frrolzrlcSaSi

3 thcnitorrn q r{V

ろ a,3rド卸 l鮪籠n

Lしぃ あね"

―ttOdL Aりしsn

a. berttran WrrqLl.ti

r\an nnc,[iua: i

W.tttcnq lfltth an

yrobitrlasi serawperuhq?

<otsbura 5;' JvfisiotPnaPi CatannrencAna nrcb r lrgAr;

Sesual '*gbrrtuhan

mθntor ω3c

♭Э鶴lhttn k00メ υ

N4'3h. trliE n

q Prtdh qn knn*d.entk aleP€(k

協磁υし鍛n ttυ甕油MluIe

6 ♭clttn“はOh

?ada f€tuurroa

臥 mし敗脚は 膨Ю

0"げ51

てυi3bo陽

|:9悦雙(1ぃ 多,s豪ゝ n9

IN9tレntOphtiur\ muoioauSt dotaq$.

3(護

lt6s lStk

-lp ialarn batas q:rrnal

Lぃ。n nna。1"Menυりυ‐

阻9♭ i(bttt・

5ko年 1

1 :眈strim

4: К皿らan

ラ:魚急a dcta曖毎鯰1

Sは,91ah di[3(ωkan なnd8帆an

に27erawttan SetaM3 3X θ4 j8m

di hara?ran ffiasatah [95iu-o

\trlectton Grwrptr. Dbgeruasi tsrdL\'tctnda t囀りi

lrpetrEi dapat lZrail-stwntpJtz hasit i

krsk €ot.r r(uuIN'ヽКAく0?

卜ton ♭Ob3s danキ ctttθ ぬn

M9[t ry uuan t*urnarn puan

fYlBnwph +ttnbut tn{prsi

tOじ

"Sit dOt00■bBtas \"rorrrrq\

n19nυ n3oに8ogtty

pert ia Ku h(

£:らじα毛 く:kt■ O αn

ant(brbLtt<

t?{,etsh d,[otrut an trndahan ,Exerc(se therd?g軋じ

"は

いat軋o SOtama 3x`“ 3o AぃAtt13tbn

CInara[ah ltaftlbatan

SしQiRっ 30`Vtti

tran vewat\Ly&r1.

9Cゝ8陰 |

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ギ・ lM?眈 Mc゛

AWA■ A゛

lMPttNκドTASt

Aヽonの u3メ ,電erf 眈∈gn

M90ヽOnltOf てでυ

frl\Mobse(uaei non uerba

I,r,it'en

ilofas datann.

Mprnber(uan

$ \rLtuarga +grrtang

野` i

Cef.Lr(arcn t orarrrfnela\ur trttrfl ugn6

tt\?nOira.li LLetru^t Go

otot. \rtie n

し畷が 馳りヽ峨mpen血 υl毬 な n mottltFasIご

\,\[email protected] tnprrnts;

?雌 短いa吻ら ぃ9o

Tau ,/lRr.,t

knin ,3t> N,tei

θolら 11 00 b tr.l'en nneng€te[ren i\9ert

' 0g8ri pertarvrbah saat

becqeraU dan

q , l'tV€ri Cenut 'CewvL

p , di area Luta OpraSi

s t Sttθ :θ フ

{ : fi $prt hl ang *tmbv I

'/a nen ie

-ID c)G[sq rvrwrt(g , tu€d,'

8ox /rnente , Surhu vG,sz ,Re eoxlrnenie

つ0・ _k「On t∝ MPα餃 92tr狭

↓8い_p3に りのah,■9

Do . klien ttl"npatrm仇 セ疑λげnい働8

k■_J蝕単弊聾 L勢2堕h"anti ulan bangatt

nger( betflrurung'ffiebkt

drsontttr ebat nuen'

りoァ 1成眈レ∝=art ttOt

DD, SWtu(tGq Lc[ien sobaqen虚bantO ぃctυ 8

DS , lrtierr tfleng qlcill-*rr.Nrgnqerti o\an Sudahいたet6陥 Lttn Ogほ uLehvn tp-rrslnq li obi\is6,

sgttitt託´

`セ

dittrt.

17・ 301,い ,

llt

b9υぃ8b

りc):

t3・ り5

btむ02?

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

F\asa , zr Me( M00帆鶴:鴫 8■ f S, L"tien li\ft

的にら れ恥ヽ

‐Or。 f\\nsth htgraEa

0 6r alea opercLrr,

r,1,

I

(1

9€/ os mrvrllq , NaCr角 X/″91「1)Rk lc」 x

_ けhυ %,0■Do ' [rtr'en to

Do, dnacn ryherroukr daroh* 70 cc , Lu[to S-dat

ll nn

角‐30

r4.q0

bedengut - dengol, ftgeri

けし岡 オtM♭じ〔撫で 〔

肛"軋

っnゝ〔猫 ♭酬 m♭ah

Saat ♭0"りdh P"tSiCan H,netatru&ati WA.

Do, Lurruq.h tetr'en Vnasih

{arvrpatr l^rt\encthan [tryri

D01■つ ほ拳 /ο′″ん。中 m煮9,

Nati 33χ /mOntt,RRρo X押しedt, Sυにo 37,2を

" €enmakatr-h "

,D: L秩じn sυdah ma""mal。彼餃販 ぃ しαは

h.tr(nga ?wahan - \ahan

! : Letien wr-nga+akAns由い し社だ2ゅ |〔要Fhan

doあ眈セ惣ャiP啄"pl上塑壺里墜鑢墨■豊盟

POヌSi n/1r何η多友ερan

lek'n hgam an

Ds', tt-tgn menqq*61lic-Ll)SaMa* nUsri datt uA.lut

5“化おりいヒan oM

I"terLautrur t{v

lVug\,\beritarr. injdrstlretorotac 4a mQ-,

Ceq.trearcn LqradYl

[tgrrrber, frrro{fUaSi

υlttLi慢 t8tモ hanマ21£ ♭l肝~

M2nらは効i し9Mぃい

供L右υ ttさ

M ervr banl.vA0us ilien dan

Iatf harr lwirtngr UAnBn

M81街il kren RoM

M9n90ι

“「 ててυ

tvte Rft bgritr.on. ln (ekai

fSxon Lg.arn

Me nqobs

助 bcF

悦90

S仇「

17-oo

VW rOLcrs

toに

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

K3鴨 ,1 5υ n1 9otも 11瞑 Menouuur t.tu′ottOt ∝_00 ltt

107・ 1ら M en La5i 圏

α,.00 li wLqT

dalamMenquaJi

fnobrttsaS;

iv,Png*g.ft^rAn v.oqaSou

\ grArrn , Vy@vrslac

30029

lttQt供悦0じan

しυ税3

係らo「0に n

[etua

r.,rcbiltsasi d.t rumah

Menqu.ati

s L3ヽ8 3

TP te-o/lo mwrt\g , tsad,

0ox[m}nit , luhu 39, ?oc,

Re lg zs /rvrerr(t

0s , Ltie-6 nnengataVan nQPri

Skata 0 ?ddct luCta c? ,

ngeri hitang +(rrnt:ol ,

ngefl cenue - centX , rtgerc,

晩 代3膝bah s3(光 粛。o隧仇∂n

,M k゛(A92-ω:ktt‐en ttMPa um

L∝n いrnιttα sが n9針 :

MvO%tα「仇an bs , fLgeri b er\ofan9 scpt{

ber(a&h hBf as ctabtwst atυ S

fnogih drLoru+,u l.eluarqo

Lt{ten carO [aa-h an 洗"0

に啄 eい じtan

PoM diternPat iidqr tri urta; h'*ta rr g .

t Lu[o oyews; ,-tr@-G*s*eybau cktrt 'LOLor

etubedlrrtn- tnleLst

♭やoこ TL C9景百6×On

edukas,'

00: 歴)S 百 bertto

, ktcen hraryr6zt-r dgdul.I Send*i , aLctrurt3snga

Dc , Le [i-sn Wrasa lebrttいもctrnρ′n se峡レtah メ

`

らαQモ t 魔 tけ七

DU , teEtuQrcla r,o h am

Ds , kl,pp f-fteno)cCakcrn kak;

nrjecr Ji,*3 crqeral.tctn

c6.tO

υら‐く0

||′ 3o

D9:ktre n mcに3a F●

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

tυALuAs、 降に (が

mPx\egkqL ddrtarY\ ekttuttct-,tQぃ ちαlaS n)rmat

EUALUASI C SOAP )9gnrn , a o

Mc「'Otら

Puttut 3c-oo

fnen? q+A\aa [ru)erc tuに Op SIガ〕ta 7

nUgri bgrtctrrLbcrh sac& di gerakUan

lprasa Cenut - c€nu4 : Ytggri hit3nq tirvrbut

型 摯 曇 L__里■ J71塑:DttF ttW「 Sf

- klip-n ge[sah drtn \^teoahan oUen

Tb qG /Sg rnmHq r Nect,' 8o x/ Mt€ ht{,5uhu ?6,Boc

はりいαtan い場師 ♭9ヽυは キ動 t・

I

Iいいにハ■OP

rmsngorwrc\ hgeri denga n

nOA,fdeq\1o \f,gtog;

VlP[afcftran nUeri berhronQ1D c{crt',r.r"rvr bcvtcvs t ro frnot

nr\en rLi figgr,'``981l bo威じ鰺れの SαはPα i

tqnlutkcrfl tntgtvBnti'_ nR8n3settn 御喚ri

Sen\n, eoMe( ao(G

s_kttn_ nヒ 臥瞭 なば に ダh

l.qtr.u drrn berat ufttuL dqeraLan- '*\.r gn fn Q-ncJ a€ottcrn d[e+tt, t€ccS h^-s h

01⌒ 腱は9n tampatt beめ aぼ Q9

― Aゆじs__Sc♭αのTctn at~battb

壁 「・ 1 . 、 、 `^ | ^A , Mc,r(n\nh h asrn\petqrr hl;'ptliuer bg1'"rn

lq ratal,INり lu″〔0?

鹿ぃe辟

一一 」一一一一一                       .

Ⅶ僕既 o l oX てくo

鰺海:|ク

|

|

ノ1しに貶〕t

Sを 3ヽι

t nt a喩「

3 3

 

」笙_3

多 3 54 5 り

4 4 も

ユ 3 5

可 Skctb O

可ObprVasi Lu[ca oY

″左

お bar向一 一 一

S〔吃氏―´tnr

C」 

 

4

傘 Z S

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

;

|IntgruEnsi 1

Lien 13gih2n fncbi'ttsalk_U en [a riha n Web i'

- Darnp i actし m pQmlnohan

P,Laqutkan lrwrvet*'

P , L^nJ ut[un- h1arttan

Fυ L01 al′ oo

lgutrc:rt l<. r

A =L_'℃tscttcth いQSt" t

' F ahot htrr 14ハ3/ク ヽ

1 疑;lt珈 畿9mtaゞ

khen bgbas d3ri 13“ね 洪αnめこ△っ1つ

Nttnunii:tr,an an. rnencg0ah

tirngul tnie[ili

bぃ toじ贈:軋 百印"tas mfrT五

fvt0nUntutian [,Ecitapi, s€har

P; LrinJuttrrrn

- ln;eLt 6nLibi*tik

St\asa , ji l\iei

aclu ei"cc ―にい9o morlo就αじ夕絶 臨 g、セ鰈

ttoげ 漁aT彎 いゎOン3m:i,sし献ag)βJ9″

`On∝

―鰍暖 れ「ほ喝 十im恥 |)

DJ9「 ♭9r伽卸♭

h疵滋1,″`グ的″″′ρノ彦θO"ん 夕疏 )

′ヒレco m9ooは商 n協渡暉 咸"♭

o閥 ご概 折

oO励mp.0:_ ♭αt馘on 争覆αた にtllいな

― pral住 "enQ″「 ′列財h i →θ“―

~Иtth (威ぃにしL 配セ)αい 絲0:吻、

, ,tnfi*culah. Jtgerr [\hA tt(eL+q* Jp

1綽 θ[に

^1じt

Ma堕_綺℃鶴pttptれ 墜璽 ぬngルnま'賊

tiじ 断聰 61Ata`1)a

NlQ[crpcfiian, IUeri ba'rriranct■0"lαm♭M徳 鑢mα i

t\iampu frrenrJgoalr: DSeri

A,Ugrr bgrLdrrant 募ふP′ι∫ ∫iレ |夕 θ

- fncpq'emLn nger,-"

一 一 

一 一 

|

|

|

1/

一   一   一

ttt

一一| | | 1雨 5面高F 一爾

丁~¬ 3 多 り

II刊「

ろ 5

3 タ

く デ141斗

九|1野

L

一 

4 5♪

多 ■ う

5 5 9′■ 5 g

つp 3 ラ

|

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

≦ttυ

卜toi

3i

801も

【= s; ^ ktteu Nlsp6ataka[ VaVl rvclah Vva dtgorott'

, kiien rYlewtJq,taban 0naM6; dvdAU spndri'

70Lul θθ'C10 - til,ren wwnAa*ob*n awL+% [^ba4rtn ttwh

dthantc

C . -tlLiefl tanpatr *#r fivLat flpd'eL dan

- Lfrt]han bemfn"

- ttxte*tr d.i l.apat

A ' wtatnh hart hrfiao rrw br trtai +ttik fCIrattx'

`し

み響 ンゎ `α酵 卸 施た″ 多ο′υ″ ″神 瀕几

′ Jじ

"87∂

の,

IN01kネ てOP 楠 3i党 73t

in, 札れむ

hhsn meoitlg(iat elalam Cfl,r,tivtta5* ち 4 グ

-Io dalam bfttr,f, rrlrrl ,l 4 ブ リ

tlion rnpnuQNtien VWctmps an 3 4 ♭

llebil滋 0,`

P, lafilv+trun {ntpruenii

_ latiヽ 6じ ぃ‐いはじ ?ettntttn 灼じ‐

l欠h OMht勧 '

免は a)ちt職 i

一u|:″ ばiじ口 御C電″ αttn riSIh ル o9`ιn凝 1直bn /

れ」

′ヽttιaし tも 資しりヽ |ソれ∂ θPctrαg

30・ 00 o:' lvVa Lanpate ier+ttvp ! 4o crrt

― 」レ虎8 チFメ菱& 健命'わ

ξ∫

1`惚里』ξれ2リェゎのク鷲包ハ11賀 `争^ぃ。iら F

ル L属協″レあ鮮

r弓

れI∴=喝蜜こ昴り:墓

|卜 りヽLA■OR 鮨 訊s参∂t

i゛ :ハしh

仇llen bθbょ 凌沖¬ぁてb GttЭ 18 10鷺ki つク ス 夢

ヽ"0"60ヽ

1し唸mamPlκ岬夕otいじ11∩館脇 多 ラ ぢ

dttmいい tOVじぶ( 叫輛〕 多 3 ぢ

卜19賦萌け麟 んぼtσ Lυ 陀 tじPJwいa ・ハ √ ら

P , Lc,o3,;Van ir(gruensi

- kani€lrrg6 lubaヽ edγηグ 髯 所 χQ望_Pa翻 燿 飾

___控豊量

(KIKT'

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

盤abり ,Iル ri エ s. - (rft0n w$qe+etan na"s'h nilw" d;area q,€rar,

詢iら い鋤1 S協183 鋤 “

財`錫

ク協れっ♭Or"賊no鰯 勝1爾協肺″

lη・けじ に`ら 12y「 村lα町 鋤 溌1ぅ れννぼ彬0じ←御飩

し におoO mθLcttab噺l ngor ♭o成υ釧1つ た鯵凋 ρπパ

洗が,卸

| , - trhufr *any+fu 18til1 AUarncn arL(L n-Ettsヽ賓Qph 脚91=鶴r ♭参「Lじ Fttη

lU ncffc Urv*lA :, fvact; pcx/men*, &e taxit

'り

hレ ろ∫,3を

t{lrbn tarnpaL rnompnrtrfeifian n&far daiasn

Aヽ 甑 舷 iα L 吻 鯖 abt 掏 祝;源 盤レッ`胡

|ドク|し芦τt倉 勧 t 誂n

n[lilr

M8雛W MttCtrlei lluc「 ′o喝洗n"1嘩3留囃氏′「 ヴ ヴ

暁レP′『触線 電師 ち臼切咄 4 ラ ウ

十D ιttιam ♭ι由厚 ncr命℃こl り f う

_)3駆アV れン●F「

・う ち ワ

鶴。け beFJじじレFMo Sとし嘱 「 F協 膨し, つっ 4 タ

P . +fgrrtiL;1tr ltterveruSr (pasien pvLctnal)

1′ι∂♭じン|れ ni π s , -tdie? fra€qcttciWx svdah berlatth na$;l'sas; んaoに 『洸けl 滅i ttυ lЭl φ硼ド ド育動 協醜o 』αO麟ぼ 筋的レ| イハ・じ0 メvdu悦

wtren Wd.aln rr[';r'$fi) weo6qpre'r{}r\ l$l/a kin$ga

枠り鼈h帥 一晩ιLmノ9n ″ら剣蠣

_膨lじ吻 〆 仇L屁o Scm9 吼etαCh《勧

'∩

o、 _し,9n れいゃ"L

ん歳風 ″ n れ揃脚 腱脚闘

seatし|七″f醐 T0 tdl. l?o nrrttlg

TamPcltr filu [-$prtlftrput dNWI,t {sn r},

ヵ、回 脇ハ わam麟肇m mε隣餞af考〕慣 脚`

seb a g tdo

_「 :顔5“ιチでθgtrtiEn ilrgru'nqr^a{ ta.tct*t ttt*ttvctas 4け 19

TD 6ttirn [66p5 nsrfiul ワ り 6

た聴a n℃れι中 に硼 姥ソpα咸押 n 3 4 S

fttcf.;h'g*" グ

ヽノ

,H“七Ъぇo Cけζ呼'ご

ヽ■ ¨

¨

職∂l銀n

l

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

ftai,u.,l J--ni $. ftlign munocitdlran rcbth rtllrLryrsft EwBlah ary an.tt

_レι′ ♭θκrh, おdク[陽じ

‐ ん「am メflθ pげ

Lah regib tnteun' l*a{tut'

L†rtn レOb誌 ′憾「 部和ね θ能ン it†rtnレob誌 解「 北協麟 θ能ン ;甲偽′

M9冊η

"Lrta

机3mttm"aQ m帥o(殉Qh

な積bり1 い製回

dr,rntah twW;t o{Ln l;e4at slorwt

卜tり1レじγ場ιルしt'tr ン(11棧じ eゞ[峨t

P, *ls*tiron lffierupnst

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

質0レじ,1迅輛

Pukut h.oc

|)at喩

た|:ぃ mo■oの鋤ハ lebth 19■晦 rr, saipla h d,t\ant,'

* lv{m bers;h , $dak hnu

dile匿

AVUa leUke,st't tl,3 tt;Az /ut-

扇 F雨輌戸 面 藤 爾 西~孫

万~~

fetitti toiet s' #rakut'

, il9r*rlrcn lrrteruonsr Cparrw PLtwg)

ヒrtn レOb舞 メ′1ギ 励

れmbu、 l可ゆ峨

dιtttCh i多けれ顔tメιm麟れダιθl吼し|

ι″しtλロ ンttkttυ じゞ賤tt

―――一 糊

tN,I“1■0解 知 3t餓

t rlt

多 う 多

g , う

3 ワ

5

一 

一 

一 

一 

ハ 5

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

37

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATANKEMAMPUAN FUNGSI EKSTREMITAS SENDI LUTUT PADA PASIEN POST

OPERASI (ORIF) FRAKTUR FEMUR

THE EFFECT OF RANGE OF MOTION EXERCISE TO ENHANCING CAPABILITYOF KNEE JOINTS EXTREMITIES FUNCTION TO THE PATIENT OF FRATURES

FEMURE OF POST OPERATION (ORIF)

Sri Mintarsih* dan NabhaniProgram Studi D3 Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

Jalan Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari Kadipiro BanjarsariSurakarta. 57136. Telp (0271) 734955

*Email : [email protected]

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas terjadi sekitar 66.200 tiap tahun. Hampir sepertiga dari173,000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas tiap tahun di wilayah Eropa. Sekitar 310.000(16%) dari 2,6 milyar penderita mengalami kecacatan akibat lalu lintas (Suparjo, 2008). Salahsatu masalah yang terjadi pada pasien post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) frakturfemur keterbatasan gerak sendi lututyang dialami oleh pasien. Range Of Motion (ROMmerupakan latihan gerakan sendi yang pat memungkinkan fungsi sendi dapat digerakan secaranormal baik secara aktif ataupun pasif. Penelitian Pre Eksperimental Design denganmenggunakan pendekatan One Design Pretest-Postest Group. Pengambilan sampelmenggunakan teknik Accidental Sampling, sejumlah 30 responden (penderita post orif frakurfemur). Instrumen yang di gunakan untuk mengukur gerak sendi menggunakan alatGeniometer. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Analisa bivariate dilakukanuji statistik analisa uji Paired t test. Hasil uji paired t test diperoleh hasil t hitung -10.862dengan p value .000 oleh karena t hitung lebih besar dari t tabel (-10.862 > 1,701) Makahipotesis yang berbunyi ada pengaruh ROM terhadap kemampuan gerak sendi lutut di terima.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh latihan ROM terhadap kemampuan fungsiektremitas sendi lutut pada pasien post operasi fraktur femur.

Kata Kunci : Fraktur femur, Post ORIF, ROM

ABSTRACT

Traffic accidents are occurred around 66,200 every year. Almost a third of the 173000 deaths from traffic accidents are occurred every year in Europe. Approximately 310,000(16%) of the 2.6 billion patients go through disability due to traffic accidents (Suparjo, 2008).One of the problems that is occurred in the post ORIF (Open Reduction Internal Fixation)femoral fracture patients is limitation of the knee joint movement. Range Of Motion (ROM) is apractice of joint movement that can make joint function normally either actively orpassively.The study of Pre Experimental Design by using One Design Pre test-Post Test Groupapproach. The sampling is taken by using Accidental Sampling technique, to the 30 respondents(the patients of fracture femur of post orif). The instrument which is used to measure the motionof the joints is Geniometer. The research instrument is observation sheet. Researchers usesBivariate analysis to know the statistical tests exactly Paired t test analysis.From the paired ttest is got t -10 862 with p value .000 therefore t is greater than t table (-10 862> 1.701). So, thehypothesis of the research says that there is ROM influence to the ability of knee joint movementis received. There is influence of ROM exercises to the ability of knee joint extremity function tothe patient of femur fracture operation post.

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

38

Keywords: Femur fracture,Post ORIF,ROM

PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas terjadi sekitar 66.200 tiap tahun. Hampir sepertiga dari 173,000 kematianakibat kecelakaan lalu lintas tiap tahun di wilayah Eropa. Sekitar 310.000 (16%) dari 2,6 milyar penderitamengalami kecacatan akibat lalu lintas (Suparjo, 2008). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien postORIF (Open Reduction Internal Fixation) fraktur femur keterbatasan gerak sendi lututyang dialami olehpasien. Range Of Motion (ROM merupakan latihan gerakan sendi yang pat memungkinkan fungsi sendidapat digerakan secara normal baik secara aktif ataupun pasif.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Pre Eksperimental Design denganmenggunakan pendekatan One Design Pretest-Postest Group. Pengambilan sampel menggunakan teknikAccidental Sampling, sejumlah 30 responden (penderita post orif frakur femur). Instrumen yang digunakan untuk mengukur gerak sendi menggunakan alat Geniometer. Instrumen penelitian menggunakanlembar observasi. Analisa bivariate dilakukan uji statistik analisa uji Paired t test. Dalam penelitian initerdapat satu kelompok subyek penelitian. Sebelum memulai perlakuan, kelompok subyek penelitiandiberi pretest (observasi awal) untuk mengukur kondisi awal yaitu diberikan perlakuan khusus berupaLatihan ROM aktif dan pasif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

Setelah dilakukan pengambilan data dari responden dari bulan Februari – Juli 2015 terkumpul data 30responden. Hasil dapat disajikan dalam bentuk sebagai bentuk:

1.1. Diskriptif Tentang Umur Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Freekuensi Prosentase12345

20 – 2526 – 3031 – 3536 – 4041 – 45

211755

6,636,623,316,616,6

Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur yang berumur antara 20-25tahun sebanyak 2 orang (6,6 %), umur antara 26-30 tahun sebanyak 11 orang (36,6 %), umur antara31-35 tahun sebanyak 7 orang (23,3 %), umur antara 36-40 tahun sebanyak 5 orang (16,6 %), danumur antara 41-45 tahun sebanyak 5 orang(16,6 %).

1.2. Diskriptif Tentang Jenis Kelamin Responden

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase %1. Laki-laki 15 502. Perempuan 15 50

Total 30 100

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

39

1.3. Diskriptif Tentang Derajat Sendi Sebelum ROM Respoden

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Sendi Lutut Sebelum ROM

Derajad frekuensi Prosentase Mean Std. Deviasi23252728303234353637384043

1322331541131

3.310.06.76.7

10.010.03.3

16.713.33.33.3

10.03.3

32.83 5,312

30 100

Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROMmean rentang gerak 32.83, sedang mode rentang gerak berada pada 35 derajad, derajad terendah 23derajad dan derajad tertinggi 43 derajad

Diskriptif Tentang Derajat Sendi Setelah Latihan ROM

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Sendi Lutut Setelah LatihanROM

Derajad frekuensi Prosentase Mean Std. Deviasi253335383940424344454849505558

112217231411211

3.33.36.76.73.3

23.36.7

10.03.3

13.33.33.36.73.33.3

42.33 6,472

30 100

Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROMmean rentang gerak 42.33, sedang mode rentang gerak berada pada 40 derajad, derajad terendah 23derajad dan derajad tertinggi 58 derajad

Uji Prasyarat

Uji prasyarat digunakan untuk menentukan analisa kedua variabel, dimana berdistribusi normal atautidak. Jika berdistribusi normal (nilai p >0,05) maka data di uji dengan statistik parametris, namun jikasebaliknya (nilai p < 0,05) maka data di uji dengan statatistik non parametris. Uji prasyarat yangdigunakan adalah Shapiro-Wilk.

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

40

Tabel 5. Hasil Uji Prasyarat

No VariabelNilai p

KeteranganP hitung P value

1 SebelumROM

0.360 0,05 P hitung > p value (0.360 > 0.05),berdistribusi normal.

2 Setelah ROM 0.300 0,05 P hitung > p value (0.300 > 0,05),berdistribusi normal.

Metode parametrik dapat digunakan apabila semua variabel berdistribusi normal. Dari tabel 4.6diketahui bahwa uji normalitas variable sebelum ROM menghasilkan nilai p = (0.360). Oleh karenanilai p > 0,05 maka data variabel sebelum ROM dinyatakan berdistribusi normal. Adapun ujinormalitas variabel setelah ROM menghasilkan nilai p = (0.300) Oleh karena nilai p > 0,05 maka datavariabel perilaku dinyatakan berdistribusi normal. Karena dari semua variabel berdistribusi nomalmaka metode parametrik dapat digunakan. Analisis bivariat hubungan kedua variabel penelitiandilkukan dengan metode parametrik yaitu dengan menggunakan teknik uji Paired t Test.

a. Karakteristik berdasarkan umur

Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan umur. Dari responden sebanyak 30orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur yang paling banyak berumur antara 26 – 30 tahunsebanyak 11 orang (36,6%) dan umur 31 – 35 sebanyak 7 orang (23,3%), yang paling sedikitberumur 36 – 40 sebanyak 5 orang (16,6%) dan umur 41 – 45 sebanyak 5 orang (16,6%) danumur paling sedikit 20 – 25 sebanyak 2 orang (6,6%)

Berdasar kelompok umur pada tabel terlihat bahwa kelompok usia 26 – 30 (36.6%) kejadianterbanyak, kelompok usia tersebut merupakan kelompok umur produktif dan banyak aktifitassehingga peluang terjadi trauma lebih besar. Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap prosespenyembuhan tulang, seperti pendapat (Muttaqin, 2008) bahwa Waktu penyembuhan tulanganak-anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas prosesosteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangataktif. Apabila usia bertambah , proses tersebut semakin berkurang.

b. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan jenis kelamin. Dari respondensebanyak 30 bahwa klien fraktur femur yang kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50 %)sedangkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (50%). Persamaan jumlahresponden antara laki-laki dan perempuan sama memang disengaja karena peneliti inginmengetahui perbedaan efektifitas ROM antara pasien laki-laki dan perempuan.

c. Karakteristik berdasarkan Derajat Sendi Sebelum ROM

Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan Derajat Sendi Sebelum ROM. Dariresponden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROMdengan derajat sendi terkecil adalah 23 derajat sebanyak 1 orang (3,3%), dan terbesar 43 derajatsebanyak 1 orang (3,3%). Sedangkan mean rentang gerak 32.830

Secara fisiologis rentang gerak terdapat rentang maksimal 130 derajad, bila mean rentang geraksebelum latihan ROM 32.830 maka kemampuan gerak sebelum latihan baru mencapai 25.25 %,hal ini dipengaruhi oleh adanya ketakutan untuk bergerak karena adanya rasa nyeri dan ketidaktahuan pasien akan pentingnya latihan gerak secara dini.

d. Karakteristik berdasarkan Derajat Sendi Sesudah ROM

Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan Derajat Sendi Setelah ROM. Dariresponden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sesudah latihan ROMdengan derajat sendi terkecil adalah 25 derajat sebanyak 1 orang (3,3%), sedangkan terbesar 58derajat sebanyak 1 orang (3,3%) sedang mean rentang gerak 42.330. (kemampuan ROM 32.56%)Dengan melihat hasil perubahan ROM sebelum dan setelah latihan rata - rata 32.830 menjadi42.330, berarti ada kenaikan 9.5 derajad atau ada peningkatan 7.1%

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

41

B. Analisa Bivariat

Tabel 6. Hasil Analisa Bivariat

t df Sig. (2-tailed)

-10.862 29 .000

Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata derajat sendi lutut pada pasien postoperasi (ORIF) fraktur femur. Perhitungan uji Paired t Test menghasilkan harga t hitung signifikanpada 95%. sebesar (-10.862) dan harga p value sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 dan t hitung lebih besardari t tabel (-10.862 > 1,701). maka diputuskan hipotesis 2 diterima berarti ada pengaruh latihanROM terhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendi lutut.

N Correlation Sig.

Pair 1 ROM_PRE &ROM_POS

30 .683 .000

Keeratan pengaruh antara variabel menunjukkan hubungan yang sedang dengan Paired SamplesCorrelations 0.683

Hipotesis 1

Dalam penelitian pada 30 responden. Hasil uji t paired test diperoleh hasil t hitung (-10.862) danharga p value sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel (-10.862 > 1,701).maka diputuskan hipotesis 1 HO di tolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh latihan ROMterhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendi lutut. Pengujian hasil nilai rata-ratasebelum latihan ROM 32,83⁰ capaian gerak 25,25% dan setelah latihan ROM 42.33⁰ capaiangerak 32,56% dapat disimpulkan ada peningkatan derajat sendi lutut walaupun masih jauh darinormal fleksi sendi lutut capaian 100% yaitu 120-130⁰. Dan nilai selisih rentang derajat sendilutut pada pasien post operasi (ORIF) fraktur femur sebelum dan setelah latihan ROM adalah9,5⁰. Mobilisasi merupakan kemampuan individu bergerak secara bebas, mudah, dan teraturdengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz,2009). Latihan rentang gerak (ROM) dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot,meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas, mengurangi kelumpuhan vaskuler, danmemberikan kenyamanan pada klien . Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akanmeningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerahfraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi (Muttaqin, 2008).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut :

1. Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihanROM mean rentang gerak 32.83, sedang mode rentang gerak berada pada 35 derajad,derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 43 derajad

2. Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihanROM mean rentang gerak 42.33, sedang mode rentang gerak berada pada 40 derajad,derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 58 derajad

3. Ada pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendilutut. harga t hitung pada signifikasi 95%. sebesar -10.862 dan harga p value sebesar0,000. (-10.862 > 1.701 dan p value 0.000 < 0.05). Keeratan pengaruh antara variabelmenunjukkan hubungan yang sedang dengan Paired Samples Correlations 0.68

4. Ada pengaruh latihan ROM terhadap kemampuan fungsi ektremitas sendi lutut padapasien post operasi fraktur femur.

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Seminar NasionalHasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

42

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes. Selaku Ketua STIKES PKU MuhammadiyahSurakarta yang telah mengeluarkan izin penelitian serta dukungannya dalammenyelesaikan penelitian ini.

2. LPPM STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah membantu dan memfasilitasiterlaksananya penelitian ini.

3. Direktur RS PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin lahan penelitian.

4. Semua pihak yang tidak b i s a kami sebutkan satu persatu yang ikut membantu penyusunanlaporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba Medika.Muttaqin, A. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Suparjo. ( 2 0 0 8 ) Kecelakaan Lalu Lintas. http//nursingbegin.com/kecelakaan lalu lintas. Diaksestanggal 17 November 2012. Jam 11.00.

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

RESEARCH REPORT

The effect of isolytic contraction and passivemanual stretching on pain and knee range of motionafter hip surgery: A prospective, double-blinded,randomized study

Shraddha Parmar, MPT a, Ashok Shyam, MS(Orth) b,*, Shaila Sabnis, BPT a,Parag Sancheti, MS(Orth) b

a Sancheti Institute, College of Physiotherapy, Pune, Maharashtra, Indiab Sancheti Institute for Orthopedics and Rehabilitation, Pune, Maharashtra, India

KEYWORDSisolytic contraction;joint stiffness;muscle energytechnique;passive manual stretch

Abstract Stretching has its impact on both contractile and noncontractile tissues and is themost important rehabilitation technique utilised used to prevent and treat joint stiffness.Passive manual stretch (PMS) and muscle energy technique (MET) are two of the mostcommonly used techniques. Our study evaluates the effectiveness of isolytic form of MET ingaining knee range of motion (ROM) and decreasing pain in acute knee involvement andcomparing it with standard PMS. We used the clinical scenario of knee joint mobilization inpatients operated for hip fractures. Fifty-two subjects were alternatively randomized to twogroups, isolytic contraction (ILC) group (nZ 26) and PMS group (nZ 26). In both the PMSand ILC groups, significant improvements in pain score (measured by the visual analog scale)and knee ROM were reported after the treatment period (p< 0.001). The ILC had significantlybetter improvement in pain score than the PMS group (pZ 0.003). The improvement in kneeROM, however, demonstrated no significant between-group difference (p> 0.05). Thus, isoly-tic form of MET may be a viable method to decrease pain and improve knee ROM in patientswho had undergone surgery after a hip fracture.Copyright ª 2011, Elsevier. All rights reserved.

Introduction

Restriction of joint mobility is a common impairmentobserved in clinical physiotherapy practice. These may bebecause of positioning, muscle guarding, pain, and relativejoint immobility. Joint restriction if not dealt with early

* Corresponding author. Sancheti Institute of Orthopaedics andRehabilitation, 16 Shivaji Nagar, Pune 411005, Maharashtra, India.

E-mail address: [email protected] (A. Shyam).

ava i lab le at www.sc iencedi rec t .com

journa l homepage: www.hkpj -on l ine .com

Hong Kong Physiotherapy Journal (2011) 29, 25e30

1013-7025/$ - see front matter Copyright ª 2011, Elsevier. All rights reserved.doi:10.1016/j.hkpj.2011.02.004

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

intervention may lead to certain pathological changes. Theelastic connective tissue is gradually replaced by fibroustissue; and with prolonged immobility, they may result inextensive infiltration of less elastic fibrous tissue leading topermanent restriction of mobility [1]. This may be one ofthe causes of permanent disability hampering a person’sfunctional and performance skills.

Knee joint effusions are a known complication followinghip fractures [2,3]. They are called sympathetic effusionsand the cause is unknown. The joint assumes a loosepacked position to accommodate the increased volume offluid within the joint space [3]. This helps to decrease painand give comfort, which however leads to relative adap-tive shortening of the soft tissue components ante-rolaterally. Joint effusions also cause inhibition ofquadriceps with weakness and atrophy of the muscles [4].These events cause disturbance in normal functioning ofthe joint and might set up a chain of events that even-tually affects not only every part of the joint but also itssurrounding joints and soft tissues leading to stiffness[5,6]. The passive insufficiency of the quadriceps (rectusfemoris) may lead to relative shortening of the muscle. Asmuscle length is known to affect the contractile propertiesof the muscle as a whole, alteration in the resting lengthof the muscle alters its functioning capacity, which mayalso contribute to joint stiffness. A detailed study ofvarious anatomical structures contributing toward jointstiffness was done by Johns and Wright [7]. They statedthat joint restriction is contributed by joint capsule (47%),surrounding muscles and intermuscular fasciae (41%),tendons (10%), and skin tissue (2%). In these cases,stretching caused by normal movements may cause severepain, and mobility may not spontaneously return withouta specific stretching treatment [1,8].

Stretching has its impact on both contractile and non-contractile tissues. According to Magnusson et al [9] inter-fascial and fascial release occur following stretching, whichplay an important role in regaining the muscle length andextensibility. One form of technique, which is commonlyand effectively used to improve muscle flexibility, is passivemanual stretching (PMS). In this technique, an externalforce is applied to move the involved body segment slightlybeyond the point of tissue resistance and available range ofmotion (ROM). Both contractile and noncontractile tissuescan be elongated by passive stretching [1]. However,passive stretching has some limitations. First, it does notconsider the subjects own muscle effort to gain ROM and ispurely dependent on the therapist. Second, as the muscle isstretched in absence of contraction, there is some length atwhich the muscle begins to resist that stretch. This pull isattributed to the elastic recoil of the passive structureswithin the muscles, that is, intervening connective tissues[10]. This may lead to increased amount of associated painand discomfort. There is also a risk of overstretching andmay cause tissue damage [8].

Muscle energy technique (MET) is another suchapproach, which along with targeting the soft tissueprimarily makes a major contribution toward joint mobi-lization. This technique is used in clinical practice torestore mobility of a segment, retrain global movementpatterns, reduce tissue edema, stretch fibrotic tissue,reduce muscle spasm, and retrain stabilizing function of

the intersegmentally connected muscles [11]. One form ofthis technique is isolytic contraction (ILC) (isotoniceccentric contraction). Here, the subject’s contraction isresisted and overcome by the operator thereby involvingstretching and breaking down of fibrotic tissue present inthe involved muscle [11]. This is postulated to promoteorientation of collagen fibers along the lines of stress anddirection of movement, limit infiltration of cross bridgesbetween collagen fibers, and prevent excessive collagenformation preventing any muscle stiffness [8]. Also, activecontraction of the agonist causes relaxation of the antag-onist thereby facilitating joint mobility-reciprocal inhibi-tion [8]. ILC is also known for their hypoalgesic effectsespecially in acute painful conditions [12]. These featuresof ILC may be useful in early mobilizing acutely involvedjoints.

Various studies have compared several methods ofstretching [13e17]. However, despite extensive literature,there have been no reports of use of ILC in acute kneeinvolvement. Also, there are no comparative studiescomparing PMS and ILC methods in acute joint conditions.We designed this research to study the effectiveness of ILCin gaining ROM and decreasing pain in acute knee involve-ment and comparing it with standard PMS.

Methods

A prospective, randomized, double-blinded study was per-formed at our institute between 2006 and 2008. We onlyincluded subjects with proximal femur fractures treatedwith standard lateral approach with fixation using four-holedynamic hip screw-plate system. We excluded subjectswith pathological fractures, revision surgeries, associatedipsilateral injuries and subjects with neurological andvascular disorder or subjects treated with extendedapproach or fixation. We also excluded subjects withprevious or concurrent knee pain. Eighty-four consecutivesubjects of proximal hip fractures were screened and 52were selected according to inclusion criteria. Randomiza-tion was done by alternatively allotting the subjects to thetwo groups; ILC group and PMS group (Fig. 1). There were18 males and 8 females in the ILC group and 16 males and10 females in the PMS group with average age of 64.35(�18.40) in the ILC group and 58.19 (�19.18) in the PMSgroup. Primary mechanism of injury was slip and fall(43 subjects) and the remaining were vehicular accidents(9 subjects).

The permission to carry out the study was obtainedfrom the ethical committee, Sancheti Institute for Ortho-paedics and Rehabilitation. A prior written consent wastaken from each subject. Double blinding was done withthe assessment therapist and the patient both being blin-ded with respect to treatment protocol followed. Allfractures were exposed by standard lateral approach andinternal fixation was performed using four-hole dynamichip plate screw system. A preintervention assessment wascarried out by the assessment therapist on third daypostoperatively. Outcome measures were pain [on visualanalog scale (VAS), score out of 10 on a 100 mm horizontalline] and knee ROM (in degrees with universal 360� goni-ometer tested for validity and reliability) [18]. The

26 S. Parmar et al.

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

intervention common to both groups included anklepumping exercises, static quadriceps exercises, statichamstring exercises, assisted to active heel drags, assistedto active straight leg raising exercises, assisted to activeabduction exercises in supine position to the affectedextremity, free active ROM exercises to the oppositeunaffected extremity and both upper extremities, andunilateral bridging exercises. Frequency of treatment forboth the groups was once a day for the morning session.Duration of entire treatment session for both the groupswas 20e25 minutes daily starting from 3rd day postsurgerytill 12th day postsurgery. The ILC group received the iso-lytic form of MET, whereas the PMS group received PMS,both by the same interventional therapist.

Technique

Isolytic contractionWith patient in side lying position, the hip was maintainedin neutral with adequate stabilization of pelvis. The kneewas then taken to a range where the first resistance barrierwas reached. The subject was then instructed to use20e25% of the knee extensor force to resist the therapistapplied flexion force. The knee was then moved to a newrange till a second resistance barrier was reached and heldin that position for 15 seconds and then returned back to

full extension. This technique was applied for 5e7 repeti-tions once in the day [11].

Passive manual stretchThe subject was made to go into side lying position aftertaking permission from the operating surgeon withadequate pillow support between both the legs andnecessary precautions. The hip was maintained in neutralposition with adequate stabilization of pelvis. The knee wasthen passively taken to the point slightly ahead of tissueresistance and held in that position for 15 seconds and thenreturned back to full extension. The technique was appliedfor 5e7 repetitions once in the day.

A postintervention assessment was done, on 12th daypostsurgery, by the assessment therapist for pain assess-ment and knee ROM measurements. Final readings werenoted in the assessment form; master chart was preparedand data were analyzed. We compared the two groups withrespect to preintervention factors, such as VAS score; kneeROM; and knee ROM deficit and postintervention factors,such as VAS score, ROM, ROM deficit, improvement in ROMdeficit, percentage ROM improvement, and VAS difference.ROM deficit was calculated by comparing the ROM of theaffected knee with ROM of the normal knee. This gave anidea about absolute deficit in ROM and is a measure ofextent of normalization of the knee range in a given indi-vidual. We also calculated the percentage improvement in

Assessed for eligibility (n = 84)

Excluded (n = 32) Not meeting inclusion criteria (n = 29) Other reasons (n = 3)

Analyzed (n = 26) Excluded from analysis (give reasons) (n = 0)

Lost to follow-up (give reasons) (n = 0)

Discontinued intervention (give reasons) (n = 0)

Allocated to intervention (n = 26) Received allocated in tervention (n = 26 ) Did not receive alloca ted intervention (give

reasons) (n = 0 )

Lost to follow-up (give reasons) (n = 0)

Discontinued intervention (give reasons) (n = 0)

Allocated to intervention (n = 26) Received allocated intervention (n = 26) Did not receive allocat ed intervention (give

reasons) (n = 0)

Analyzed (n = 26 ) Excluded from analysis (give reasons) (n = 0)

Randomized (n = 52)

Figure 1 Consort flow diagram.

27

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

knee ROM as compared with the preintervention ROM. Thisgave an idea about improvement in range for a given limb.

Statistical analysis

Because our sample size was total 52 with 26 subjects ineach arm, a comparatively low sample size, we plotted thenormality plots, which showed that the data were notnormally distributed. So, we used nonparametric tests toanalyze our data. Within-group analysis was done by usingWilcoxon sign rank test, whereas between-group analysiswas done by Mann Whitney U test. The significance levelwas set at 0.025 (two tailed) to reduce the probability ofmaking a Type-I error because of multiple comparisons.SPSS version 12 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA) was used forstatistical analysis.

Results

A total of 52 subjects (18 women and 34 men) participatedin the study. All subjects completed the study with nodropouts. We had no complications associated with eitherof the techniques during our study with no subjects showingworsening of pain or preintervention ROM.

The mean age in PMS (nZ 26) group and ILC group(nZ 26) were 58.19� 19.18 (range, 22e86) years and64.35� 18.4 (range, 35e90) years, respectively and thedifference was not statistically significant (pZ 0.3). ThePMS group had 16 (61.5%) men, whereas the ILC group had19 (73.1%) men, and the difference in male to female ratiobetween the two groups did not reach statistical signifi-cance (pZ 0.372). Comparison between the values of VAS,ROM, and ROM deficit is presented in Table 1. At baseline,there was no significant difference in VAS between the twogroups. However, ROM deficit was significantly more severein the PMS group (pZ 0.005).

In the PMS group, there was a significant improvement inVAS, knee ROM, and knee ROM deficit after the treatmentperiod (p< 0.001) (Table 1). On the other hand, the ILCgroup also demonstrated significant improvement in all ofthese outcomes (p< 0.001).

The next line of analysis involved the change scores ofeach of the outcomes measured (Table 2). The resultsshowed that the ILC group demonstrated significantly moreimprovement in VAS score than the PMS group (pZ 0.003)(Table 2). The percentage improvement in the ROM(pZ 0.107) and ROM deficit (pZ 0.880) was not signifi-cantly different between the two groups.

Discussion

Among the various soft tissue mobilization techniques, METand PMS are two major methods. There have been nostudies to compare these two methods in acute stages ofjoint involvement. The present study was undertaken toevaluate effectiveness of ILC versus PMS to gain knee ROMin acute phase after hip surgery.

Knee stiffness posthip surgery is mostly because ofextra- and periarticular soft tissue involvement. Duringinternal fixation of hip fracture, prolonged traction with

Table

1Comparisonofpain,kn

eeROM,andkn

eeROM

deficitbetw

eenthetw

otreatm

entgroups

Comparison

ofscores

PMS

ILC

p(Betw

een-

group

comparison

atbaseline)

p(Betw

een-group

comparisonafter

intervention)

Pre

Post

p(W

ithin-

group

comparison)

Pre

Post

p(W

ithin-

group

comparison)

VAS(0e10

)7.80

�1.13

(6e10

)4.26

�1.48

(2e6)

<0.00

1*7.80

�1.13

(6e10

)3.46

�1.36

(2e6)

<0.00

1*0.96

00.04

9KneeROM

(deg)

30�9.69

(20e

50)

119.80

�14

.86

(90e

145)

<0.00

1*36

.15�10

.79(20e

50)

128.46

�11

.11

(110

e15

0)<0.00

1*0.06

00.03

7

KneeROM

deficit(deg)

101�8.47

(80e

115)

11.73�8.23

(0e30

)<0.00

1*95

.6�6.83

(90e

110)

3.65

�4.80

(0e10

)<0.00

1*0.00

5y0.00

3y

Data

are

presentedasmean�SD

(range

).*p

<0.02

5(w

ithin-groupco

mparison,MannWhitneyUtest);

y p<0.02

5(betw

een-groupco

mparison,Man

nWhitneyUtest).

ILCZ

isolyticco

ntraction;PMSZ

passivemanualstretch;ROMZ

range

ofmotion;SD

Zstandard

deviation;VASZ

visualanalogscale.

28 S. Parmar et al.

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

internal rotation is often applied to the limb, thereby,subjecting the knee to prolonged abnormal stresses.Furthermore, the transmission of vibratory and impactstresses to the knee during implant fixation at the hip isinevitable during the surgical procedure. These indirectstresses at the knee joint during the surgical procedure alsocontribute to the development of postoperative effusion atthe knee joint [3]. Because there is no primary articularlesion in the knee joint, we consider this as an idealscenario to compare between both our soft tissue mobili-zation techniques.

Mobilization in acute stage may be limited by pain.During stretching, intramuscular pressure increasescompression in the blood vessels and decreasing circula-tion. Increased activity of the sympathetic system causesconstriction of the small arterioles and thus also decreasescirculation. Rise in muscle tension may also affect metab-olism, which along with mechanical friction and decreasedcirculation can activate pain receptors located in themuscle tissue [8]. This irritation of nerve endings in musclesand also in connective tissues, such as skin and joint liga-ments, can stimulate a reflex response leading to musclecontraction. Stretch of this contracted muscle and softtissues may lead to increase in pain perception as seenduring passive muscle stretching in acute settings. Ourstudy shows significant improvement in the pain VAS scorefor both the groups. However, the ILC group had signifi-cantly more improvement in pain VAS when compared withPMS (pZ 0.003). This may be because of hypoalgesiceffects of MET [11]. This can be explained by the inhibitoryGolgi tendon reflex, activated during the isometriccontraction that leads to reflex relaxation of the muscle, asa result of postisometric relaxation. An alternative reflexeffect has been suggested in which an isometric contractionof the antagonist(s) of affected muscle(s) induce relaxationvia reciprocal inhibition. Neurological explanation for theanalgesic effects of MET has been detailed in literature[19e22]. A sequence is suggested in which activation ofmuscle mechanoreceptors and joint mechanoreceptorsoccur, during an isometric contraction. This leads to sym-pathoexcitation evoked by somatic efferents and localizedactivation of the periaqueductal gray that plays a role indescending modulation of pain. Nociceptive inhibition thenoccurs at the dorsal horn of the spinal cord, as simultaneousgating takes place of nociceptive impulses in the dorsalhorn because of mechanoreceptor stimulation.

Disease, injury, and surgery will cause changes in thetissue mobility [8]. The formation and breakdown ofcollagen is continuous in the tissues. PMS causes repair

fibers to form in the same direction as the original fibersand the overproduction of the fibrous connective tissuewith fibers running in all directions is prevented. It isimportant that the connective tissue in muscles should formin the same direction as contractile muscle fibers toimprove force [8]. Proposed mechanisms by which PMSfacilitates this laying down of collagen and regain of musclelength are (1) a direct decrease in muscle stiffness viapassive viscoelastic changes or (2) an indirect decreasebecause of reflex inhibition and consequent viscoelasticitychanges from decreased actin-myosin cross bridging [23].This would then allow for increased joint ROM.

In our study, the preintervention ROM was not signifi-cantly different in the two groups and the range improvedsignificantly by use of both the techniques implying effec-tiveness of both the techniques. However, ILC tended tohave better postintervention ROM when compared with PMS(pZ 0.037). This can be explained by following hypotheses.The active muscle contraction in ILC before stretchingactivates muscle spindle receptors, which decreases theirsensitivity, reducing muscle tension and resistance tostretch facilitating movement [8]. According to the theoryof neuromuscular relaxation, this reduced muscle tensionalso in turn inhibits the motor neuron activity (autogenicinhibition) leading to further decrease in active muscletension before muscle contraction. Thus, the muscle-tendon system can be stretched further facilitating move-ment. Active muscle contraction has been shown to haveneurophysiological effects, including pain inhibition, thusallowing the muscles to be stretched further [8]. However,it should be noted that the baseline ROM tended to bebetter in the ILC group, although the between-groupdifference did not reach was statistical significance(pZ 0.060). In fact, the change score in knee ROM andknee ROM deficit failed to show any significant difference(p> 0.05). Thus, a larger sample study will be needed tofully establish whether the ILC is superior to PMS inimproving knee ROM.

Our study had few limitations. Sample size was small.The study did not measure muscle strength changes but theacute setting of our study would have confounded thisfinding because of pain and limitation of postoperativemobilization. The study did not consider the long-termeffects of stretching at end of 4 weeks and 6 weeks post-surgery to evaluate the carry over effects of stretching.

In conclusion, the ILC technique and the PMS techniqueof stretching are effective in improving knee ROM insubjects with ROM restriction in the acute phase after a hipsurgery with a lateral approach. The ILC technique was

Table 2 Comparison of change scores between the two treatment groups

Comparison of scores PMS ILC p

VAS change 3.54� 0.85 (2e5) 4.35� 0.79 (3e6) 0.003*ROM % change 332� 118 (175e525) 287� 121 (180e550) 0.107ROM deficit change 90� 10.48 (70e105) 91.92� 8.49 (80e110) 0.880

Data are presented as mean� SD (range).*p< 0.025 (between-group comparison, Mann Whitney U test).ILCZ isolytic contraction; PMSZ passive manual stretch; ROMZ range of motion; SDZ standard deviation; VASZ visual analog scale.

29

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

more effective in reducing pain; and although a trendtoward better ROM was seen with this group, a largersample study will be required to establish the clinicalefficacy of this treatment technique.

Acknowledgement

The authors would like to acknowledge the Indian Ortho-paedic Research Group for technical help in review of theliterature.

References

[1] Kisner C, Colby L. Therapeutic exercises foundation andtechniques. 4th ed. Bangalore, India: Jaypee Brothers; 2001.p. 171e80.

[2] Murphy DP, Masterson E, O’Donnell T, Ryan E, Shahid MS.A prospective study for evaluation of knee effusion after hipsurgery. Ir Med J 2002;95:140e1.

[3] Pun WK, Chow SP, Chan KC, Ip FK, Leong JCY. Effusions in theknee in elderly subjects who were operated on for fracture ofthe hip. J Bone Joint Surg Am 1988;70:117e8.

[4] Torry MR, Decker MJ, Millett PJ, Steadman JR, Sterett WI. Theeffects of knee joint effusion on quadriceps electromyographyduring jogging. J Sport Sci Med 2005;4:1e8.

[5] Deandrade JR, Grant C, Dixon AS. Joint distension and reflexmuscle inhibition In the knee. J Bone Joint Surg Am 1965;47:313e22.

[6] Spencer JD, Hayes KC, Alexander IJ. Knee joint effusion andquadriceps reflex inhibition in man. Arch Phys Med Rehabil1984;65:171.

[7] Johns RJ, Wright V. Relative importance of various tissues injoint stiffness. J Appl Physiol 1962;17:824e8.

[8] Ylinen J. Stretching therapy for sports and manual therapiessection 1dstretching theory. 1st ed. Oxford, United Kingdom:Churchill Livingstone; 2008. p. 22e102.

[9] Magnusson SP, Simonsen EB, Aagaard P. Biomechanicalresponses to repeated stretches in human hamstring muscle invivo. Am J Sports Med 1996;24:622e8.

[10] Oatis CA. Kinesiologydthe mechanics and pathomechanics ofhuman movement. Chapter 3 and 4. Philadelphia, Pennsylva-nia: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. p. 36e64.

[11] Chaitow L. Muscle energy techniques. 2nd ed. London, UK:Harcourt Publishers; 2001.

[12] Selkow NM, Grindstaff TL, Cross KM, Pugh K, Hertel J, Saliba S.Short-term effect of muscle energy technique on pain inindividuals with non-specific lumbopelvic pain: a pilot study.J Man Manip Ther 2009;17:E14e8.

[13] Smith M, Fryer G. A comparison of two muscle energy tech-niques for increasing flexibility of the hamstring muscle group.J Bodyw Mov Ther 2008;12:312e7.

[14] Whatman C, Knappstein A, Hume P. Acute changes in passivestiffness and range of motion post-stretching. Phys TherSports 2006;7:195e200.

[15] LaRoche DP, Connolly AJ. Effects of stretching on passivemuscle tension and response to eccentric exercise. Am JSports Med 2006;34:1000e7.

[16] Winters MV, Blake CG, Trost JS, Marcello-Brinker TB, Lowe L,Garber MB, et al. Passive versus active stretching of hip flexormuscles in subjects with limited hip extension: a randomizedclinical trial. Phys Ther 2004;84:800e7.

[17] Hahne AJ, Keating JL, Wilson SC. Do within session changes inpain intensity and range of motion predict between-sessionchanges in subjects with low back pain? Aust J Physiother2004;50:17e23.

[18] Gogia PP, Braatz JH, Rose SJ, Norton BJ. Reliability andvalidity of goniometric measurements at the knee. Phys Ther1987;67:192e5.

[19] Fryer G, Fossum C. Therapeutic mechanisms underlyingmuscle energy approaches. In: Fernandez de las Penas C,Arendt-Nielsen L, Gerwin R, editors. Physical therapy fortension type and cervicogenic headache: physical examina-tion, muscle and joint management. Boston, MA: Jones &Bartlett; 2009.

[20] Brodin H. Lumbar treatment using the muscle energy tech-nique. Osteopathic Ann 1982;10:23e4.

[21] Cassidy D, Lopes A, Yong-Hing K. The immediate effect ofmanipulation versus mobilization on pain and range of motionin the cervical spine: a randomized controlled trial. J Manip-ulative Physiol Ther 1992;15:570e5.

[22] Wilson E, Payton O, Donegan-Shoaf L. Muscle energy tech-nique in patients with acute low back pain: a pilot clinicaltrial. J Orthop Sports Phys Ther 2003;33:502e12.

[23] Shrier I, Gossal K. Myths and truths of stretching: individual-ized recommendations for healthy muscles. Phys Sports Med2000;28:57e63.

30 S. Parmar et al.

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

176

Pemberian Latihan Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas Sendi

Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur Terpasang

Fiksasi Interna Di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Reni Prima Gusty (Fakultas keperawatan Unand)

Armayanti (RSUD M Djamil Padang)

email : [email protected]

ABSTRAK : Gangguan fleksibilitas sendi anggota gerak bawah merupakan masalah yang sering terjadi pada

pasien fraktur femur pasca operasi pemasangan fiksasi interna. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

gangguan ini dintaranya adalah melakukan latihan rentang gerak sendi sedini mungkin. Tujuan penelitian adalah

mengetahui pengaruh pemberian latihan rentang gerak terhadap kelenturan sendi anggota gerak bawah pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi interna. Rancangan penelitian menggunakan Quasy Eksperiment dengan pendekatan

Posttest Only Control Group. Sampel adalah pasien fraktur femur post fiksasi interna hari ke dua sebanyak 20

responden, dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 responden mendapat latihan rentang gerak (eksperimen) dan 10

responden melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai aturan penelitian (kontrol). Instrument menggunakan

goniometer. Perlakuan Latihan gerak dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore hari selama 5 hari dengan durasi 15

menit. Data dianalisa dengan uji statistik Mann Whitney. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen didapatkan

rata-rata kelenturan sendi setelah diberikan latihan rentang gerak yaitu fleksi sendi panggul 68,5 derajat, fleksi sendi

lutut 61 derajat, dorsofleksi pergelangan kaki 12,5 derajat dan plantarfleksi pergelangan kaki 47 derajat, sedangkan

pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata fleksi sendi panggul 45,5 derajat, fleksi sendi lutut 15,5 derajat,

dorsofleksi 1,5 derajat dan plantarfleksi 33,5 derajat. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan p=0,000

<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen dibanding dengan

kelompok kontrol. Kesimpulan lebih besar peningkatan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen

dibanding dengan kelompok kontrol. Disarankan lakukan latihan gerak sendi post operasi fiksasi hari kedua (sedini

mungakin) sehingga dapat mencegah terjadinya kekakuan pada sendi pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi

interna.

Kata Kunci : Fraktur femur, fiksasi interna, fleksibilitas sendi, latihan rentang gerak.

ABSTRACT : The disturbance of the flexibility of below range of motion joint is one of the problem that common

occur to the Femur Fracture in Patients post-operation lighted Interna Fixation. The attempt to prevent it is doing

range of motion. The goal of this research to know the influence of giving range of motion regarding to the Femur

Fractures patient lighted Interna fixation. The design of the research is using Quasy Experiment and Posttest Only

Control Group Design. The numbers of the samples are 20 fraktur femur patients. Divided into 2 groups : 10

patients get the motion extension training (experiment), 10 patients do the motion extension training not in control

(control). The research has been done in 16 October 2012 – Jun 2013, collecting the data have been done in 16

march 2013 – 13 April 2013. The result of the research, the experiment group gets the averages of hinge flexibility

after giving the range of motion, hip joint flexibility 68,5 degrees, knee joint flexibility 61 degrees, dorsoflexy ankle

joint 12,5 degrees and plantarflexy ankle joint 47 degrees, and the control group gets the averages of joint

flexibility, hip joint flexibility 45,5 degrees, knee joint flexibility 15,5 degrees, dorsoflexy 1,5 degrees and platarflexy

33,5 degrees. Based on Mann Whitney statistic test show that there are significant differences range of motion

between experiment group and control group. Conclusion: giving the range of motion can prevent the disturbance of

joint flexibility to the Femur Fractures patients lighted interna fixation

Key words : Femur Fractures, post-operation, hinge flexibility, motion extension training.

Bibliography : 34 ( 1993-2012)

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

177

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa

(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur

femur adalah suatu patahan pada kontinuitas

struktur tulang paha yang ditandai adanya

deformitas yang jelas yaitu pemendekan

tungkai yang mengalami fraktur dan

hambatan mobilitas fisik yang nyata

(Muttaqin, 2008). Fraktur dapat terjadi

akibat peristiwa trauma langsung, tekanan

yang berulang-ulang, dan kelemahan

abnormal pada tulang (fraktur patologik)

(Salamon dkk, 1995). Fraktur terbagi atas

fraktur komplet, fraktur tidak komplet,

fraktur tertutup, fraktur terbuka, dan fraktur

patologis. Fraktur bisa terjadi didaerah

cranium, thorak, pelvis, anggota gerak atas,

dan anggota gerak bawah. Prinsip

penanganan fraktur meliputi reduksi,

imobilisasi, pengembalian fungsi, dan

kekuatan normal dengan rehabilitasi.

Reduksi dapat dilakukan secara terbuka

maupun tertutup. Reduksi terbuka (open

reduksi) dilakukan melalui pembedahan

dengan cara memasukkan alat fiksasi berupa

plat, screw, wire atau pin kedalam tulang.

Fiksasi dapat dilaksanakan secara interna

maupun ekterna, tergantung dari bentuk

frakturnya (Smeltzer & Bare, 2002).

A fracture is a break of continuity of

bone tissue and / or cartilage which is

generally caused by involuntary

(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Femoral

fracture is a fracture in the continuity of the

femur structure characterized by a clear

deformity that is shortening the leg fracture

and a real physical mobility barriers

(Muttaqin, 2008). Fractures may occur as a

result of direct trauma events, repetitive

stress, and abnormal weakness on bone

(pathologic fracture) (Salamon et al, 1995).

Divided into fracture complete fracture, the

fracture is not complete, closed fractures,

open fractures, and pathologic fractures.

Fractures can occur areas cranium, thoracic,

pelvic, upper limbs and lower limbs.

Principles of fracture treatment include

reduction, immobilization, return of

function, and normal strength with

rehabilitation. Reduction can be done in

open or closed. Open reduction (open

reduction) is done surgically by inserting

fixation devices such as plates, screws, wire

or pin into the bone. Internal fixation can be

carried out and ekterna, depending on the

shape of the fracture (Smeltzer & Bare,

2002).

Fiksasi interna (open reduksi internal

fiksasi) adalah metode pembedahan

memperbaiki fraktur dengan menggunakan

plate dan screw atau intramedulla nail untuk

menstabilkan tulang (Cluett, 2008). Fiksasi

interna dilaksanakan dalam rangka

memperbaiki fungsi dengan mengembalikan

gerakan, stabilitas, disabilitas dan

mengurangi nyeri. Akibat adanya fraktur

mengakibatkan terjadinya keterbatasan

gerak, terutama di daerah sendi yang fraktur

dan sendi yang ada di daerah sekitarnya.

Karena keterbatasan gerak tersebut

mengakibatkan terjadinya keterbatasan

lingkup gerak sendi dan mengakibatkan

terjadinya gangguan pada fleksibilitas sendi.

Fleksibilitas sendi adalah luas bidang

gerak yang maksimal pada persendian, tanpa

dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan

(Fatmah, 2010). Terjadinya gangguan

fleksibilitas sendi akibat suatu keadaan

antara lain kelainan postur, gangguan

perkembangan otot, kerusakan system saraf

pusat, dan trauma langsung pada system

musculoskeletal, misalnya fraktur yang

menimbulkan respon nyeri pada daerah yang

sakit (Potter & Perry, 2005). Dari hasil

penelitian Yandri (2011), ditemukan 3 kasus

(15%) dari 20 orang pasien fraktur femur

terpasang fiksasi interna mengalami

gangguan fleksibilitas sendi lutut. Adapun

pencegahan yang dapat dilakukan adalah

dengan cara melakukan mobilisasi dini.

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

178

Mobilisasi adalah kemampuan untuk

bergerak dengan bebas mudah, berirama,

terarah di lingkungan dan merupakan bagian

yang sangat penting dalam kehidupan

(Kozier dkk, 2010). Mobilisasi mengacu

pada kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan bebas, berfokus pada rentang gerak,

gaya berjalan, latihan, toleransi aktifitas dan

kesejajaran tubuh (Potter & Perry, 2006).

Menurut Doherty (2006), pada pasien pasca

operasi memerlukan perubahan posisi

kecuali melakukannya merupakan

kontraindikasi, posisi pasien diubah setiap

30 menit dari sisi ke sisi sampai sadar dan

kemudian dilakukan mobilisasi dini 8-12

jam pertama. Menurut hasil wawancara

dengan 2 orang dokter residen bedah

mobilisasi sebaiknya dilakukan sedini

mungkin, sedangkan wawancara dengan ahli

fisioterapis dapat dilaksanakan bila tanda-

tanda dari peradangan tidak ada dan dapat

dilaksanakan 24 jam pasca operasi.

Rentang gerak (Range of Motion)

adalah pergerakan maksimal yang mungkin

dilakukan oleh sendi tersebut (Kozier dkk,

2010). Rentang gerak merupakan jumlah

maksimum gerakan yang mungkin

dilakukan sendi pada salah satu dari tiga

potongan tubuh: sagital, frontal, dan

transversal (Potter & Perry, 2005). Untuk

mempertahankan dan meningkatkan gerakan

sendi, latihan rentang gerak harus dimulai

segera mungkin setelah pembedahan, lebih

baik dalam 24 jam pertama dan dilakukan di

bawah pengawasan untuk memastikan

bahwa mobilisasi dilakukan dengan tepat

serta dengan cara yang aman (Smeltzer &

Bare, 2002), tapi ini belum berjalan dengan

semestinya. Hal ini disebabkan karena

adanya perasaan nyeri akibat dari tindakan

pembedahan yang dilakukan. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Astuti

(2006), setelah dilakukan rentang gerak aktif

pada pasien post operasi fraktur femur 1/3

medial dextra dengan pemasangan plate dan

screw, sebanyak 6 kali latihan didapatkan

hasil nyeri berkurang, rentang gerak panggul

kanan aktif dan pasif, kekuatan otot

meningkat, oedema berkurang dan aktifitas

fungsional meningkat dan dapat dievaluasi

bahwa pasien dalam melakukan aktifitas

sehari-hari sudah dapat berjalan sendiri,

biarpun masih dibantu dengan kruk. Dari

pengalaman peneliti selama bertugas di

ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang

sejak tahun 1989-2007, pelaksanaan latihan

rentang gerak pada pasien fraktur femur

terpasang fiksasi interna belum terlaksana

dengan baik. Standar Operasional Prosedur

juga belum tersedia diruangan. Ini diketahui

dari hasil wawancara dengan SPF dan

beberapa orang Kepala Ruangan. Advis

dokter mengenai mobilisasi ada ditemukan,

tapi belum terlaksana dengan baik.

Penyuluhan rentang gerak ada dilakukan,

namun tindak lanjut dan evaluasinya tidak

berjalan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada tanggal 18

Oktober 2012 sampai dengan 27 Oktober

2012 di Ruang Rawat Inap Trauma Centre,

dari empat orang pasien dengan fraktur

femur terpasang fiksasi interna didapatkan

tiga orang klien mengalami gangguan

fleksibilitas sendi lutut dengan fleksi kurang

dari 700. Hasil wawancara dengan pasien

didapat keluhan pasien merasa takut

melakukan latihan rentang gerak karena

sakit dan juga tidak adanya penyuluhan

mengenai manfaat dilakukan latihan rentang

gerak. Ini dapat dilihat dari perilaku perawat

yang belum melaksanakan latihan rentang

gerak pada pasien pasca operasi fraktur

terpasang fiksasi interna. Akibat

keterlambatan dalam pendeteksian,

mengakibatkan terjadinya gangguan

fleksibilitas sendi, yang akhirnya pasien

dirujuk ke fisioterapi.

A. Penetapan Masalah

Oleh sebab itu peneliti

merumuskan masalah penelitian apakah

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

179

ada pengaruh pemberian latihan rentang

gerak terhadap fleksibilitas sendi anggota

gerak bawah pada pasien fraktur femur

terpasang fiksasi interna di Ruang

Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian

latihan rentang gerak terhadap

fleksibilitas sendi anggota gerak

bawah pada pasien fraktur femur

terpasang fiksasi interna di Ruang

Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasi fleksibilitas sendi

anggota gerak bawah yang

meliputi fleksibilitas fleksi sendi

panggul, fleksi sendi lutut,

dorsofleksi dan plantarfleksi

pergelangan kaki pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi

interna setelah diberi latihan

rentang gerak di ruang rawat

Trauma Centre RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

b. Diidentifikasi fleksibilitas sendi

anggota gerak bawah yang

meliputi fleksibilitas fleksi sendi

panggul, fleksi sendi lutut,

dorsofleksi dan plantarfleksi

pergelangan kaki pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi

interna yang bergerak tidak

sesuai aturan penelitian di ruang

rawat Trauma Centre RSUP Dr.

M. Djamil Padang.

c. Diidentifikasi perbedaan

fleksibilitas sendi anggota gerak

bawah yang meliputi

fleksibilitas fleksi sendi panggul,

fleksi sendi lutut, dorsofleksi

dan plantarfleksi pergelangan

kaki sesudah diberi latihan

rentang gerak dan yang bergerak

tidak sesuai aturan penelitian

pada pasien fraktur femur

terpasang fiksasi interna di

ruang rawat Trauma Centre

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi

bahan intervensi yang spesifik dalam

konteks asuhan keperawatan pada

pasien dengan fraktur ekstremitas

bawah dengan mendesiminasikan

dan mensosialisasikan kepada

pemegang kebijakan serta perawat

pelaksana untuk dijadikan acuan

guna meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan khusunya untuk

mencegah terjadinya masalah

gangguan fleksibilitas sendi.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan

memberikan masukan dan bahan

pertimbangan dalam penyusunan dan

pembuatan standar operasional

prosedur (SOP) latihan rentang gerak

untuk mencegah terjadinya masalah

gangguan fleksibilitas sendi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi rujukan dan data dasar bagi

penelitian berikutnya terutama yang

terkait dengan pengaruh pemberian

latihan rentang gerak terhadap

fleksibilitas sendi anggota gerak

bawah pada pasien fraktur femur.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan desain

Quasy Eksperiment dengan pendekatan

Posttest Only Control Group Design

(Notoatmojo, 2010). Pada kelompok

eksperimen latihan rentang gerak

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

180

dimulai pada hari kedua pasca operasi.

Latihan rentang gerak dilakukan selama

3 hari dengan durasi 15 menit, dengan 5

kali pengulangan setiap sendi dengan

sesi 2 kali sehari pagi dan sore hari.

Rentang gerak diukur tingkat

fleksibilitas sendinya (posttest), pada

hari kelima post operasi, sedangkan

pada kelompok control,

penatalaksanaan rentang gerak dimulai

pada hari kedua pasca operasi,

dilakukan selama 3 hari dengan durasi

15 menit, dengan 5 kali pengulangan

setiap sendi dengan sesi 2 kali sehari

pagi dan sore hari ada dianjurkan, tapi

dalam penatalaksanaannya latihan

rentang gerakdilakukan tidak sesuai

aturan penelitian. Pengukuran

fleksibilitas sendi (posttest) tetap

dilakukan. sama dengan kelompok

eksperimen, yaitu hari kelima post

operasi.

Rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Subjek Intervensi Posttest

Kelompok Eksperimen X1 O1 (E)

Kelompok Kontrol X2 O2 (P)

Keterangan:

KE : Kelompok Eksperimen

X1 : Pemberian latihan rentang gerak

O1 (E) : Pengukuran nilai fleksibilitas sendi kelompok eksperimen

KP : Kelompok control

X2 : Melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai dengan aturan penelitian

O2 (P) : Pengukuran nilai fleksibilitas sendi kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah

keseluruhan objek penelitian atau

objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien fraktur femur yang

terpasang fiksasi interna di ruang

rawat inap Trauma Centre RSUP

Dr. M. Djamil Padang selama

bulan Oktober 2012 sampai

dengan Desember 2013 dengan

rata-rata perbulan 10 - 15 orang

pasien.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari

populasi yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah klien dengan

fraktur femur terpasang fiksasi

interna dan memenuhi kriteria

inklusi.

Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah Non Probability Sampling

yaitu Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah teknik

penetapan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu yang

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

181

dibuat oleh peneliti sendiri

berdasarkan ciri-ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010). Jumlah

sampel yang ditetapkan menurut

Sugiyono (2010) untuk penelitan

eksperimen sederhana adalah

antara 10 sampai 20 sampel. Pada

penelitian ini jumlah sampel yang

telah diambil adalah 10 orang

kelompok eksperimen dan 10

orang kelompok kontrol.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi

responden dan diberi

perlakuan latihan

rentang gerak dan yang

melakukan latihan

rentang gerak tidak

sesuai aturan penelitian.

2) Dapat berkomunikasi

dengan baik.

3) Pasien pasca operasi

fraktur femur terpasang

fiksasi interna lebih dari

48 jam.

4) Pasien yang belum

melakukan latihan

rentang gerak.

5) Pasien tidak ada

menderita penyakit

system musculoskeletal

seperti tumor tulang.

6) Pasien tidak ada

menderita penyakit

neurologis

7) Pasien berumur 15-45

tahun.

b. Kriteria Eklusi

1) Pasien pulang sebelum

terapi selesai dilakukan.

2) Pasien terpasang traksi.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

ruang rawat inap Trauma Centre

RSUP Dr. M. Djamil Padang. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan

Oktober 2012 - Mei 2013, dan

pengumpulan data telah

dilaksanakan pada 16 Maret 2013 –

13 April 2013.

D. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas atau variabel

independen yaitu veriabel

yang mempengaruhi. Variabel

independen dalam penelitian

ini adalah pemberian latihan

rentang gerak.

b. Variabel terikat/dependen

yaitu yang dipengaruhi.

Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah

fleksibilitas sendi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai

adalah Goniometer yang digunakan

dalam pengukuran sendi pasien yang

mengalami fraktur femur terpasang

fiksasi interna yang telah dilakukan

latihan rentang gerak dan yang

bergerak tidak sesuai aturan

penelitian.

1) Latihan gerak dilakukan

dengan durasi 15 menit,

dengan 5 kali

pengulangan setiap sendi

dengan sesi 2 kali sehari

pagi dan sore hari.

F. Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat

dilakukan untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti. Variabel

yang dianalisis dalam penelitian ini

adalah umur, jenis kelamin,

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

182

diagnosa medis dan gambaran

fleksibilitas sendi panggul, lutut,

dan pergelangan kaki pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi

interna. Penyajian data kategorik

seperti umur, jenis kelamin, dan

diagnosa medis menggunakan

persentase atau proporsi. Kategori

umur menurut Depkes RI, (2009)

adalah 15-25 tahun (masa remaja

akhir, 26-35 tahun (masa dewasa

awal), dan 36-45 tahun (masa

dewasa akhir). Sedangkan

diagnosa medis meliputi fraktur

femur 1/3 proximal, tengah dan

distal. Penyajian data numerik

seperti gambaran fleksibilitas

sendi panggul, lutut, dan

pergelangan kaki menggunakan

nilai mean, standar deviasi,

minimum, dan maksimum.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan

untuk membuktikan hipotesis

penelitian yaitu pemberian latihan

rentang gerak berpengaruh

terhadap fleksibilitas sendi

anggota gerak bawah pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi

interna. Sebelum menentukan

jenis analisis bivariat yang

digunakan, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas untuk

jenis data numerik dengan Shapiro

Wilk.

Data numerik sebagai hasil

penelitian umumnya mengikuti

distribusi normal, namun tidak

mustahil sekumpulan data

numerik tidak mengikuti asumsi

distribusi normal, oleh karena itu

untuk mengetahuinya dilakukan

uji normalitas. Uji statistik untuk

seluruh analisis tersebut diatas

dianalisis dengan tingkat

kemaknaan 95% (alpha 0.05%).

Uji statistik non parametrik

yang digunakan untuk menguji

perbedaan mean antara dua

kelompok yang independen

memakai uji Mann Whitney.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap

pasien fraktur femur terpasang

fiksasi interna yang dirawat di ruang

rawat Trauma Centre RSUP Dr. M.

Djamil Padang dari tanggal 16 Maret

2013 sampai dengan 13 April 2013

dengan jumlah responden 20 orang

yang memenuhi kriteria sampel yang

telah ditentukan. Responden dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu 10

responden dijadikan kelompok

eksperimen yang diberikan latihan

rentang gerak dan 10 responden

dijadikan kelompok kontrol yang

melakukan latihan rentang gerak

tidak sesuai aturan penelitian.

Responden adalah pasien fraktur

femur terpasang fiksasi interna yang

dirawat di ruang rawat inap Trauma

Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2013. Selanjutnya ditampilkan

data karakteristik pasien

berdasarkan umur, jenis kelamin,

dan diagnosa medik.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

183

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin dan

Diagnosis Medis pada Kedua Kelompok Pasien Di Ruang Rawat Trauma Centre

RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2013

No Karakteritik Kriteria

Kelompok

Eksperimen

Kelompok

Kontrol

f % F %

1 Umur 15-25 tahun

26-35 tahun

36-45 tahun

5

2

3

50

20

30

4

1

5

40

10

50

Jumlah 10 100 10 100

2 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

7

3

70

30

7

3

70

30

Jumlah 10 100 10 100

3 Diagnosa

Medik

Fraktur Femur 1/3 Distal

Fraktur Femur 1/3 Tengah

Fraktur Femur 1/3 Proksimal

2

6

2

20

60

20

3

4

3

30

40

30

Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 3,

memperlihatkan karakteristik dari 20

orang pasien penelitian yang terdiri dari

10 orang pasien kelompok yang diberikan

latihan rentang gerak dan 10 orang

pasien yang melakukan latihan rentang

gerak tidak sesuai dengan aturan

penelitian. Proporsi pasien berdasarkan

usia, pada kelompok eksperimen separuh

pasien (50 %) dengan kelompok usia 15-

25 tahun, sedangkan pada kelompok

kontrol separuh pasien (50 %) berada

pada kelompok usia 36-45 tahun.

Proporsi pasien dilihat dari jenis kelamin

pada kedua kelompok adalah sama yaitu

70 % pasien berjenis kelamin laki-laki.

Terakhir, proporsi pasien dilihat dari

diagnosa medik, pada kelompok

eksperimen lebih dari seperuh pasien 60

% dengan diagnosa fraktur femur 1/3

tengah, begitu juga dengan kelompok

kontrol hampir separuh pasien 40 %

dengan diagnosa medik fraktur femur 1/3

tengah.

B. Analisa Univariat

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

184

Tabel 4 Gambaran Fleksibilitas Sendi Panggul, Lutut dan Pergelangan Kaki pada Pasien

Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna yang Mendapatkan Latihan Rentang

Gerak di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

NO

Kelompok Eksperimen

Panggul Lutut Pergelangan Kaki

Derajat

Fleksi

Derajat

Fleksi

Derajat

Dorsofleksi

Derajat

Plantarfleksi

1 60 65 15 45

2 75 50 20 50

3 75 65 10 45

4 60 70 15 45

5 80 60 10 45

6 60 60 10 50

7 75 70 15 45

8 65 70 15 45

9 75 50 10 50

10 60 50 5 50

Minimum

Maximum

Mean

Std.

deviation

60

80

68.5

8.18

50

70

61

8.43

5

20

12.5

4.25

45

50

47.0

2.58

Berdasarkan tabel 4, rata-rata

fleksibilitas fleksi sendi panggul adalah

68.5 derajat dengan rentang tertinggi

adalah 80 derajat dan terendah adalah

60 derajat. Rata-rata fleksibilitas fleksi

sendi lutut adalah 61 derajat dengan

rentang tertinggi 70 derajat dan terendah

50 derajat. Rata-rata fleksibilitas

dorsofleksi adalah 12.5 derajat dengan

rentang tertinggi 20 dan terendah 5

derajat, sedangkan rata-rata

fleksisibilitas plantarfleksi adalah 47.0

derajat dengan rentang tertinggi 50

derajat dan terendah 45 derajat.

Tabel 5 Gambaran Fleksibilitas Sendi Panggul, Lutut dan Pergelangan Kaki pada Pasien

Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna yang Melakukan Latihan Rentang

Gerak Tidak Sesuai Dengan Aturan Penelitian di Ruang Rawat Trauma Center

RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

No Kelompok Kontrol

Panggul Lutut Pergelangan Kaki

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

185

Derajat

Fleksi

Derajat

Fleksi

Derajat

Dorsofleksi

Derajat

Plantarfleksi

1 45 15 0 35

2 40 20 5 30

3 50 20 0 45

4 50 10 0 30

5 45 15 0 25

s6 45 20 5 30

7 50 20 0 30

8 50 15 5 45

9 40 10 0 35

10 40 10 0 30

Minimum

Maximum

Mean

Std.

deviation

40

50

45.5

4.4

10

20

15.50

4.3

0

5

1.5

2.4

25

45

33.5

6.7

Berdasarkan tabel 5, rata-rata

fleksibilitas fleksi sendi panggul adalah

45.5 derajat dengan rentang tertinggi

adalah 50 derajat dan terendah adalah 40

derajat. Rata-rata fleksibilitas fleksi sendi

lutut adalah 15.5 dengan rentang

tertinggi 20 derajat dan terendah 10

derajat. Dan rata-rata fleksibilitas

dorsofleksi adalah 1.5 derajat dengan

rentang tertinggi 5 dan terendah 0

derajat, sedangkan rata-rata fleksibilitas

plantarfleksi adalah 33.5 derajat dengan

rentang tertinggi 45 derajat dan terendah

25 derajat.

C. Analisa Bivariat

Sebelum analisa bivariat,

dilakukan uji normalitas untuk

menentukan uji yang akan dilakukan

baik pada kelompok eksperimen yang

diberikan latihan rentang gerak,

maupun pada kelompok kontrol yang

melakukan latihan rentang gerak

tidak sesuai dengan aturan

penelitian.

1. Hasil uji normalitas pada tabel

Shapiro-Wilk untuk variabel

fleksibilitas fleksi sendi panggul,

didapatkan pada kelompok

eksperimen nilai p= 0.012

sedangkan pada kelompok kontrol

nilai p = 0.017 karena kedua

kelompok mempunyai kemaknaan

< 0.05 dapat disimpulkan data

berdistribusi tidak normal, maka

uji non parametrik yang

digunakan adalah uji Mann

Whitney.

2. Hasil uji normalitas pada tabel

Shapiro-Wilk untuk variabel

fleksibilitas fleksi sendi lutut pada

kelompok eksperimen nilai p=

0.041 sedangkan pada kelompok

kontrol nilai p = 0.017 karena

kedua kelompok mempunyai

kemaknaan < 0.05 dapat

disimpulkan data berdistribusi

tidak normal, maka uji non

parametrik yang digunakan

adalah uji Mann Whitney.

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

186

3. Hasil uji normalitas pada tabel

Shapiro-Wilk untuk variabel

fleksibilitas dorsofleksi pada

kelompok eksperimen nilai p=

0.258 sedangkan pada kelompok

kontrol nilai p = 0.000 karena

salah satu nilai mempunyai

kemaknaan < 0.05 dapat

disimpulkan data berdistribusi

tidak normal, maka uji

parametrik yang digunakan

adalah uji Mann Whitney.

4. Hasil uji normalitas pada tabel

Shapiro-Wilk untuk variabel

fleksibilitas plantarfleksi pada

kelompok eksperimen nilai p=

0.000 sedangkan pada kelompok

kontrol nilai p = 0.021 karena

kedua kelompok mempunyai

kemaknaan < 0.05 dapat

disimpulkan data berdistribusi

tidak normal, maka uji non

parametrik yang digunakan

adalah uji Mann Whitney.

Tabel 6 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Fleksi Sendi Panggul Pasien pada Kelompok

Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang

Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur

Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok

Responden N Mean Rank Z p value

Fleksibilitas

Fleksi Sendi

Panggul

Eksperimen

0 10 15.5

-3.84

0,000 Variabel 10 5.5

Hasil analisis data didapatkan rata-

rata rentang gerak fleksi sendi panggul pada

kelompok eksperimen adalah 15.5 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah

5.5 derajat. Hasil uji statistic Mann Whitney

dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan rentang gerak fleksi panggul

antara kelompok eksperimen yang diberikan

latihan rentang gerak dan kelompok kontrol

yang melakukan latihan rentang gerak tidak

sesuai aturan penelitian (p value = 0.000 <

0.05).

Tabel 7 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Fleksi Sendi Lutut Pasien pada Kelompok Eksperimen

yang diberikan Latihan Rentang Gerak Sendi dan pada Kelompok Kontrol yang

Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur

Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Variabel Kelompok

Responden N

Mean

Rank Z p value

Fleksibilitas

Fleksi Sendi

Lutut

Eksperimen

0 10 15.5

-3.82

0,000 Kontrol 10 5.5

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

187

Hasil analisis data didapatkan rata-

rata rentang gerak fleksi lutut pada

kelompok eksperimen adalah 15.5 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah

5.5 derajat. Hasil uji statistik Mann Whitney

dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan rentang gerak fleksi lutut antara

kelompok eksperimen yang diberikan

latihan rentang gerak dan kelompok kontrol

yang melakukan latihan rentang gerak tidak

sesuai aturan penelitian (p value= 0.000

<0.05).

Tabel 8 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Dorsofleksi Pergelangan Kaki Pasien pada Kelompok

Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang

Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur

Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Variabel Kelompok

Responden N

Mean

Rank Z p value

Fleksibilitas

Dorsofleksi

Pergelangan Kaki

Eksperimen

0 10 15.35

-3.791

0,000 Kontrol 10 5.65

Hasil analisis data didapatkan rata-

rata rentang gerak dorsofleksi pada

kelompok eksperimen adalah 15,35 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah

5.65. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

rentang gerak dorsofleksi antara kelompok

eksperimen dan kelompok control (p

value= 0.000 <0.05).

Tabel 9 Analisis Perbedaan Fleksibilitas Plantarfleksi Pergelangan Kaki Pasien pada Kelompok

Eksperimen yang diberikan Latihan Rentang Gerak dan pada Kelompok Kontrol yang

Melakukan Latihan Rentang Gerak tidak Sesuai Aturan Penelitian Pada Pasien Fraktur

Femur Di Ruang Rawat Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Variabel Kelompok

Responden N

Mean

Rank Z p value

Fleksibilitas

Plantarfleksi

P’gelangan Kaki

Eksperimen

0 10 14.9

-3.48

0,000 Kontrol 10 6.10

Hasil analisis data didapatkan rata-

rata rentang gerak plantarfleksi pada

kelompok eksperimen adalah 14.9 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah

6.1. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

rentang gerak plantarfleksi antara kelompok

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

188

eksperimen dan kelompok kontrol (p value= 0.000 <0.05).

PEMBAHASAN

A. Fleksibilitas Sendi Pada Pasien

Fraktur Femur Terpasang Fiksasi

Interna Setelah Pemberian Latihan

Rentang Gerak (Kelompok

Eksperimen)

Berdasarkan hasil analisis penelitian

dari 10 orang pasien kelompok eksperimen,

didapatkan hasil dari fleksi sendi panggul

dengan nilai maximum 80 derajat dan

minimum 60 derajat, pada fleksi sendi lutut

di dapatkan nilai maximum 70 derajat dan

minimum 50 derajat. Selanjutnya dorsofleksi

sendi pergelangan kaki didapatkan nilai

maximum 20 derajat dan minimum 5

derajat. Sedangkan untuk plantarfleksi sendi

pergelangan kaki di dapat nilai maximum 50

derajat dan minimum 45 derajat.

Berdasarkan teori yang dikemukakan

oleh Potter dan Perry (2005), rentang normal

fleksi sendi panggul adalah 90- 120 derajat,

jika dibandingkan dengan hasil yang didapat

ada peningkatan nilai yang signifikan dan

mendekati nilai normal. Pada sendi lutut di

dapatkan rentang normal 120-130 derajat

dan dibandingkan dengan hasil latihan yang

diberikan pada sendi lutut terdapat

peningkatan, walaupun sebahagian.

Selanjutnya, dorsofleksi pergelangan kaki

dengan rentang normal 20-30 derajat

dibandingkan hasil yang didapat lebih dari

separuh pasien mendekati normal,

sedangkan untuk plantarfleksi dengan

rentang normal 45-50 derajat didapat

peningkatan nilai yang sangat signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

setelah diberikan latihan rentang gerak

selama 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari

selama 15 menit menunjukkan hasil yang

memuaskan dalam mengatasi gangguan

fleksibilitas sendi. Hasil penelitian ini

berkorelasi dengan penelitian yang

dilakukan oleh Astuti (2006), setelah

dilakukan rentang gerak aktif pada pasien

post operasi fraktur femur 1/3 medial dextra

dengan pemasangan plate dan screw,

sebanyak 6 kali latihan didapatkan hasil,

rentang gerak panggul kanan aktif dan pasif,

kekuatan otot meningkat, nyeri berkurang,

oedema berkurang dan aktifitas fungsional

meningkat dan dapat dievaluasi bahwa

pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari

sudah dapat berjalan sendiri, walaupu masih

dibantu dengan kruk.

Hasil penelitian Astuti (2006) ini

juga perkuat oleh Werner (2009) yang

menyatakan bahwa latihan rentang gerak

yang dilakukan secara teratur dapat

meningkatkan kekuatan otot pada klien yang

mengalami gangguan atau keterbatasan

fungsi motorik. Latihan rentang gerak yang

dilakukan secara kontinyu sepanjang hidup

dapat mempertahankan fungsi sendi serta

mencegah terjadinya gangguan fleksibilitas

dan deformitas.

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

189

Nilai fleksibilitas sendi pada

kelompok eksperimen yang diberikan

latihan rentang gerak menunjukkan dari

keempat nilai fleksibilitas sendi (sendi

panggul, lutut dorsofleksi dan plantarfleksi

pergelangan kaki), fleksibilitas sendi lutut

mendapat hasil yang kurang memuaskan.

Hal ini dapat disebabkan oleh adanya trauma

langsung pada system musculoskeletal yang

menyebabkan terjadinya fraktur, dan adanya

perasaan nyeri akibat adanya incisi (luka

operasi) di daerah paha tempat fraktur

terjadi. Setelah pembedahan nyeri mungkin

sangat berat, edema, hematom, dan spasme

otot, sehingga hal ini dapat berdampak

terjadinya gangguan pada kontraksi dan

relaksasi otot. Otot-otot yang penting dalam

kontraksi dan relaksasi, bila tidak

digerakkan mengakibatkan salah satunya

adalah gangguan fleksibilitas sendi (Potter &

Perry, 2005). Selain itu gangguan

fleksibilitas juga dipengaruhi akibat adanya

masa inflamasi dalam proses penyembuhan

luka yang berlangsung selama 2-3 hari pasca

operasi (Smeltzer & Bare, 2002).

Setelah pembedahan nyeri mungkin

sangat berat, adanya edema, hematom dan

spasme otot sehingga hal ini dapat

berdampak terjadinya gangguan pada

kontraksi dan relaksasi otot. Otot-otot yang

penting dalam kontraksi dan relaksasi, bila

tidak digerakkan mengakibatkan salah

satunya adalah gangguan fleksibilitas sendi

(Potter & Perry, 2005).

Dilihat dari karakteristik pasien pada

kelompok eksperimen berdasarkan jenis

kelamin lebih dari lebih separuh pasien

(70%) adalah laki-laki. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Phillips

(1955), Kirchner dan Glines (1957), dalam

Bloomfield, dkk (1994:212), jenis kelamin

berpengaruh juga terhadap fleksibilitas sendi

seseorang. Wanita lebih lentur daripada laki-

laki karena tulang-tulangnya lebih kecil dan

otot-ototnya lebih sedikit daripada laki-laki.

Menurut teori yang dikemukakan

oleh Tseng dkk (2007) dan Smeltzer dan

Bare (2002), latihan rentang gerak bertujuan

untuk mempertahankan fleksibilitas dan

mobilitas sendi, mengembalikan kontrol

motorik, meningkatkan/ mempertahankan

integritas sendi dan jaringan lunak,

membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial dan

menurunkan pembentukan kontraktur

terutama pada ekstremitas yang mengalami

paralisis. Manfaat lain yang didapatkan dari

latihan rentang gerak yaitu dapat

memaksimalkan fungsi aktifitas kehidupan

sehari-hari, mengurangi atau menghambat

nyeri, mencegah bertambah buruknya sistem

neuromuscular, mengurangi gejala depresi

dan kecemasan, meningkatkan harga diri,

meningkatkan citra tubuh dan memberikan

kesenangan.

Latihan rentang gerak pasif

merupakan salah satu jenis metode dalam

melakukan latihan rentang gerak. Jenis

metode ini dalam pelaksanaannya

memerlukan bantuan untuk memberi latihan

kepada sendi yang akan dilatih. Dalam

pelaksanaannya, latihan rentang gerak

memerlukan bantuan untuk memberi

pergerakan pada sendi yang akan diregang.

Peregangan dilakukan oleh pasien secara

perlahan-lahan sampai limit rasa sakit (rasa

sakit yang pertama) dan bukan sampai terasa

sakit yang maksimal. Setelah itu barulah

peneliti memberi regangan secara perlahan-

lahan sampai titik fleksibilitas maksimum

tercapai (rasa sakit kedua). Pada saat itulah

(antara rasa sakit pertama dan rasa sakit

kedua) reflex muscle spindle terjadi,

sehingga pemanjangan otot tidak

dimungkinkan lagi (Dharma, 1984/1993 ;

Ganong, 1995).

Muscle spindle merupakan suatu

receptor yang menerima rangsang dari

regangan otot. Regangan yang cepat akan

menghasilkan impuls yang kuat pada muscle

spindle. Rangsangan yang kuat akan

menyebabkan refleks muscle spindle yaitu

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

190

mengirim impuls ke spinal cord menuju

jaringan otot dengan cepat, menyebabkan

kontraksi otot yang cepat dan kuat. Muscle

spindle sangat berperan dalam proses

pergerakan atau pengaturan motorik (Potter

& Perry, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, pada

klien fraktur femur terpasang fiksasi interna

yang sedang melakukan bedrest atau

mengalami keterbatasan dalam pergerakan,

latihan pasif sangat tepat dilakukan dan akan

mendapatkan manfaat seperti terhindarnya

dari kemungkinan terjadinya gangguan

fleksibilitas sendi. Setiap gerakan yang

dilakukan dengan rentang yang penuh, maka

akan meningkatkan kemampuan bergerak

dan dapat mencegah keterbatasan dalam

beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat

melakukan latihan secara aktif maka perawat

bisa membantu untuk melakukan latihan.

B. Fleksibilitas Sendi Pada Pasien

Fraktur Femur Terpasang Fiksasi

Interna Yang Melakukan Latihan

Rentang Gerak Tidak Sesuai Dengan

Aturan Penelitian (Kelompok

Kontrol)

Berdasarkan hasil analisis penelitian

dari 10 orang pasien kelompok kontrol,

didapatkan hasil dari fleksi sendi panggul

dengan nilai maximum 50 derajat dan

minimum 40 derajat, pada fleksi sendi lutut

di dapatkan nilai maximum 20 derajat dan

minimum 10 derajat. Selanjutnya dorsofleksi

sendi pergelangan kaki didapatkan nilai

maximum 5 derajat dan minimum 0 derajat.

Sedangkan untuk plantarfleksi sendi

pergelangan kaki di dapat nilai maximum 45

derajat dan minimum 25 derajat.

Berdasarkan teori yang dikemukakan

oleh Potter & Perry (2005), rentang normal

fleksi sendi panggul adalah 90- 120 derajat

dibandingkan dengan hasil yang didapat ada

peningkatan sepertiga bagiannya. Pada sendi

lutut di dapatkan rentang normal 120-130

derajat dan dibandingkan dengan hasil

latihan yang diberikan pada sendi lutut

terlihat tidak terdapat peningkatan yang

memuaskan. Selanjutnya, dorsofleksi

pergelangan kaki dengan rentang normal 20-

30 derajat dibandingkan hasil yang didapat

juga kurang memuaskan, sedangkan untuk

plantarfleksi dengan rentang normal 45-50

derajat, dibandingkan dengan hasil

penelitian yang didapat terlihat hanya

sebagian saja pasien yang mengalami

peningkatan rentang gerak mendekati

normal.

Selain disebabkan oleh adanya

trauma langsung pada system

musculoskeletal yang menyebabkan

terjadinya fraktur, juga didapatkan adanya

perasaan nyeri akibat adanya incisi (luka

operasi) di daerah paha tempat fraktur

terjadi disertai dengan dekatnya daerah

operasi tersebut dengan daerah sendi

anggota gerak bawah, terutama sendi lutut.

Hal ini terjadi akibat dalam proses

penyembuhan luka masih dalam tahap

inflamasi yang berlangsung selama 2-3 hari

pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2002).

Setelah pembedahan nyeri mungkin

sangat berat, adanya edema, hematom dan

spasme otot sehingga hal ini dapat

berdampak terjadinya gangguan pada

kontraksi dan relaksasi otot. Otot-otot yang

penting dalam kontraksi dan relaksasi, bila

tidak digerakkan mengakibatkan salah

satunya adalah gangguan fleksibilitas sendi

(Potter & Perry, 2005).

Latihan rentang gerak yang

dilakukan tidak sesuai aturan penelitian yang

dilakukan pasien menampakkan hasil yang

kurang menuaskan dalam mengatasi

gangguan fleksibilitas sendi. Hal ini dapat

dibuktikan dari hasil yang didapat setelah

dilakukan pengukuran. Penyuluhan dan cara

latihan rentang gerak (lefleat) ada diberikan

oleh peneliti, tapi sebagian besar pasien

tidak ada melaksanakan. Selain dari hasil

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

191

yang di dapat kurang memuaskan terutama

untuk sendi lutut dan dorsofleksi, hal ini

ditambah dengan adanya perasaan nyeri

yang dialami oleh pasien sendiri dan

mengakibatkan pasien malas melakukan

latihan rentang gerak.

Dilihat dari karakteristik pasien

kelompok kontrol berdasarkan umur dan

jenis kelamin separuh pasien (50%) berusia

36-45 tahun (dewasa akhir) dan lebih dari

separuh responden (70%) dengan jenis

kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Pudjiastuti dan

Utomo, 2003 usia mempengaruhi sistem

tubuh termasuk muskuloskeletal. Semakin

bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal

akan semakin berkurang. Setelah mencapai

puncaknya maka perlahan-lahan terjadi

perubahan fungsi ke arah penurunan.

Kolagen dan elastin sebagai protein

pendukung utama pada kulit, tulang, tendon,

kartilago dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan cross linking

yang tidak teratur. Selain kolagen, unsur lain

juga berkurang seiring bertambahnya umur.

Menurunnya kepadatan tulang, berubahnya

struktur otot dan sendi yang lama kelamaan

mengalami penurunan elastisitas

menyebabkan kekuatan dan fleksibilitas otot

sendi menjadi menurun sehingga terjadi

penurunan luas gerak sendi. Dan

berdasarkan jenis kelamin, wanita cenderung

lebih fleksibel dari pada laki-laki pada usia

yang sama sepanjang hidup. Perbedaan ini

umumnya dikaitkan dengan variasi anatomi

dalam struktur sendi.

Secara teori, apabila otot-otot

termasuk otot ekstremitas bawah tidak

dilatih terutama pada klien yang mengalami

gangguan fungsi motorik kasar dalam jangka

waktu tertentu maka otot akan kehilangan

fungsi motoriknya secara permanen. Hal ini

terjadi karena otot cenderung dalam keadaan

immobilisasi. Keterbatasan mobilisasi

mempengaruhi otot klien melalui kehilangan

daya tahan, penurunan massa otot, atrofi dan

penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari

keterbatasan mobilisasi adalah gangguan

metabolisme kalsium dan gangguan

mobilisasi sendi. Immobilisasi dapat

mempengaruhi fungsi otot dan skeletal.

Akibat pemecahan protein pada otot, klien

mengalami kehilangan massa tubuh yang

membentuk sebagian otot.

Oleh karena itu penurunan massa

otot tidak mampu mempertahankan aktifitas

tanpa peningkatan kelelahan. Massa otot

menurun akibat metabolisme dan otot yang

tidak digunakan. Jika imobilisasi berlanjut

dan otot tidak dilatih maka akan terjadi

penurunan massa yang berkelanjutan (Potter

& Perry, 2005). Penurunan mobilisasi dan

gerakan mengakibatkan kerusakan

muskuloskeletal yang besar dengan

perubahan patofisiologi utamanya adalah

atrofi.

Atrofi adalah suatu keadaan sebagai

respons tehadap penyakit dan penurunan

aktifitas sehari-hari seperti pada imobilisasi

dan tirah baring (Kasper dkk, 1993 dalam

Potter & Perry, 2005). Penurunan stabilitas

terjadi akibat kehilangan daya tahan,

penurunan massa otot, atrofi dan kelainan

sendi yang aktual sehingga klien tidak

mampu bergerak terus menerus dan beresiko

untuk jatuh. Seperti yang telah dijelaskan

diatas, bahwa imobilisasi dapat

menyebabkan gangguan metabolisme

kalsium dan sendi. Akibatnya resorpsi

tulang menjadi meningkat sehingga jaringan

tulang kehilangan kepadatannya dan terjadi

osteoporosis (Holm, 1989 dalam Potter &

Perry, 2005).

Dampak imobilisasi juga dapat

mengakibatkan kontraktur sendi yaitu suatu

kondisi abnomal dan permanen yang

ditandai dengan fleksi sendi dan terfiksasi.

Hal ini terjadi akibat sendi tidak digunakan,

atrofi dan terjadi pemendekan serat otot. Jika

terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat

mempertahankan rentang geraknya dengan

penuh. Besarnya keuntungan yang didapat

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

192

dari latihan rentang serta dampak yang

ditimbulkan, maka jelaslah bahwa latihan

rentang gerak sangat dianjurkan untuk

dilakukan secara teratur terutama pada klien

dengan gangguan fungsi motorik termasuk

pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi

interna. Karena dengan latihan ini maka

fungsi motorik menjadi meningkat sehingga

pasien dapat melakukan mobilisasi dengan

lebih baik untuk menunjang aktifitas sehari-

harinya.

C. Perbedaan Fleksibilitas Sendi Pada

Pasien Fraktur Femur Terpasang

Fiksasi Interna Setelah Pemberian

Latihan Rentang Gerak Dengan

Yang Melakukan Latihan Rentang

Gerak Tidak Sesuai Dengan Aturan

Penelitian

Hasil analisis data pada table 6

didapatkan rata-rata rentang fleksi pinggul

pada kelompok eksperimen adalah 15.5

derajat, sedangkan pada kelompok kontrol

adalah 5.5. hasil uji statistic Mann Whitney

dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan rentang fleksi pinggul antara

kelompok eksperimen dan kelompok control

(p value= 0.001 < 0.05). Hasil analisis data

pada table 7 didapatkan rata-rata rentang

fleksi lutut pada kelompok eksperimen

adalah 15.5 derajat, sedangkan pada

kelompok kontrol adalah 5.5 derajat. Hasil

uji statistik Mann Whitney dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

rentang fleksi lutut antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol (p value

= 0.001 < 0.05). Hasil analisis data pada

table 8 didapatkan rata-rata rentang gerak

dorsofleksi pada kelompok eksperimen

adalah 15,35 derajat, sedangkan pada

kelompok kontrol adalah 5.65. Hasil uji

statistic Mann Whitney dapat disimpulkan

ada perbedaan yang signifikan rentang gerak

dorsofleksi antara kelompok eksperimen dan

kelompok control (p value= 0.000 < 0.05).

Hasil analisis data pada table 9 didapatkan

rata-rata rentang plantarfleksi pada

kelompok eksperimen adalah 14.9 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah

6.1. Hasil uji statistic Mann Whitney dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

rentang gerak plantarfleksi antara kelompok

eksperimen dan kelompok control (p

value= 0.001 < 0.05).

Berdasarkan hasil analisis diatas

maka dapat disimpulkan bahwa latihan

rentang gerak yang dilakukan selama tiga

hari berturut turut dengan frekuensi 2 kali

sehari dapat meningkatkan fleksibilitas sendi

panggul, lutut, dorsofleksi dan plantarflksi

pergelangan kaki secara bermakna pada

pasien fraktur femur terpasang fiksasi

interna yang mengalami gangguan motorik.

Walaupun kenaikan nilai rentang tidak

terlalu besar tetapi hasil ini cukup

membuktikan bahwa intervensi yang

dilakukan memberikan hasil yang

diharapkan. Hal ini berbeda dibandingkan

dengan kelompok kontrol yang hanya

melakukan latihan rentang gerak tidak sesuai

dengan aturan penelitian dimana setelah

dilakukan pengukuran nilai fleksibilitas

sendi terdapat kenaikan tetapi kenaikannya

sangat kecil dibandingkan dengan kelompok

intervensi.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kelln, et al

(2009) yang menyatakan bahwa pelaksanaan

program latihan rentang gerak secara dini

pada klien pasca pembedahan menghasilkan

suatu peningkatan yang signifikan bagi

pemulihan yang lebih cepat. Peningkatan

yang terlihat diantaranya adalah cara

berjalan yang lebih baik, peningkatan dalam

fleksi panggul, lutut, dorsofleksi dan

plantarfleksi kearah normal, walaupun

secara statistik tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan

ketebalan ekstremitas dan luas gerak sendi

lutut. Kesimpulannya adalah intervensi ini

memberikan efek positif dan harapan bagi

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

193

klien dengan gangguan sendi bahwa dengan

latihan rentang gerak secara dini yang

dilakukan minimal selama 3 hari pasca

pembedahan dapat mempercepat pemulihan

kearah normal.

Secara teori, latihan rentang gerak

yang dilakukan secara rutin sangat penting

karena tujuan utama latihan rentang gerak

adalah untuk memelihara sendi agar tetap

fleksibel. Latihan ini juga dapat membantu

sendi agar tidak kaku, kontraktur serta

menghindari deformitas. Bahaya paling

besar ketika terjadi paralisis atau spastis

yang menyebabkan ketidakseimbangan otot,

dimana sendi tertarik lebih kuat ke satu arah

sehingga menekuk secara terus menerus

(Werner, 2009). Keadaan ini akan

mengakibatkan sendi kehilangan

elastisitasnya sehingga fleksibilitas sendi

menjadi menurun.

Kontraktur merupakan gangguan

yang umum terjadi pada klien dengan pasien

fratur femur pasca pembedahan. Kontraktur

bisa berupa kontraksi otot yang permanen,

tahanan yang tinggi pada peregangan pasif,

hipoekstensibilitas, berkurangnya rentang

peregangan pasif dan pemendekan otot.

Untuk mencegah terjadinya kontraktur dan

deformitas, latihan rentang gerak harus

dilakukan secara kontinyu. Penting bagi

pasien fraktur femur terpasang fiksasi

interna untuk menggerakan tubuhnya

melalui pergerakan sendi secara penuh

dalam aktifitas kehidupan sehari-hari

(Werner, 2009). Menurut Bowden &

Greenberg (2008) agar sendi tidak

kehilangan fungsinya, maka latihan rentang

gerak sebaiknya dilakukan setidaknya 2 kali

dalam sehari. Jika sendi telah kehilangan

gerakannya, maka latihan dilakukan lebih

sering dan lebih lama. Latihan rentang gerak

harus dilakukan sedini mungkin sebelum

sendi kehilangan rentang geraknya. Memulai

latihan sedini mungkin dapat mengurangi

dan mencegah terjadinya keterbatasan.

Selain melihat pengaruh latihan rentang

gerak terhadap fleksibilitas sendi panggul,

lutut, dorsofleksi, dan plantarfleksi

pergelangan kaki dan masing-masing

kelompok, pada penelitian ini juga

membandingkan bagaimana pengaruh

latihan rentang gerak antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Hasilnya

menunjukkan bahwa ada perbedaan rentang

gerak antara kelompok intervensi dan

kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa

rata-rata nilai fleksibilitas sendi panggul,

sendi lutut, dorsofleksi dan plantarfleksi

sendi pergelangan kaki kelompok intervensi

lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kelompok control.

Berdasarkan hasil penelitian diatas,

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

latihan rentang gerak efektif harus

dilaksanakan dalam membantu mencegah

terjadinya gangguan fleksibilitas sendi pada

pasien pasca operasi terpasang fiksasi

interna. Latihan rentang gerak merupakan

salah satu intervensi keperawatan

“Gangguan mobilitas fisik” dimana pasien

mengalami ketidakseimbangan atau

keterbatasan dalam menggerakkan satu atau

lebih bagian sendi (Ellis & Bent, 2007). Hal

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Jogi (2010) yang melakukan intervensi

latihan rentang gerak sendi pada klien post

Total Hip Arthroplasty (THA) dan Total

Knee Arthroplasty (TKA) kepada 30 pasien.

Latihan dilakukan sebanyak 1-2 kali

seminggu selama 5-7 minggu. Hasilnya

terjadi peningkatan secara signifikan pada

keseimbangan dan kekuatan otot terutama

pada saat posisi berdiri.

Latihan rentang gerak dapat

diberikan pada pasien yang mengalami

keterbatasan mobilisasi, dan tidak mampu

melakukan beberapa atau semua latihan

rentang gerak dengan mandiri. Untuk itu

perawat harus membuat jadwal kapan

latihan rentang gerak harus dilakukan.

Berdasarkan obsevasi peneliti dilapangan

hal-hal yang menghambat dalam

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

194

pelaksanaan latihan retang gerak seperti

adanya nyeri pasca pembedahan dan daerah

trauma dapat ditepis dengan cara melakukan

latihan rentang gerak pasif secara perlahan

dan lembut sehingga tidak menimbulkan

perasaan nyeri pada pasien. (Potter & Perry,

2005).

Latihan rentang gerak yang diberikan

dalam penelitian ini cukup mendapat respon

yang baik dari responden, keluarga dan

petugas Trauma Centre sendiri. Pelaksanaan

latihan rentang gerak ini juga didukung

dengan pedoman yang disertai gambar,

sehingga memudahkan responden dan

petugas untk melaksanakannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan tentang pengaruh pemberian

latihan rentang gerak terhadap

fleksibilitas sendi anggota gerak bawah

pada pasien fraktur femur terpasang

fiksasi interna di Ruang Trauma Centre

RSUP Dr. M. Djamil Padang, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pada kelompok eksperimen

didapatkan rata-rata fleksibilitas

sendi setelah

diberikan latihan rentang gerak yaitu

pada fleksi sendi panggul 68,5

derajat, fleksi sendi lutut 61 derajat,

dorsofleksi pergelangan kaki 12,5

aderajat dan plantarfleksi

pergelangan kaki 47 derajat.

2. Pada kelompok kontrol didapatkan

rata-rata fleksibilitas sendi setelah

dilakukan gerakan tidak sesuai aturan

penelitian yaitu fleksi sendi panggul

45,5 derajat, fleksi sendi lutut 15,5

derajat, dorsofleksi pergelangan kaki

1,5 derajat dan plantarfleksi

pergelangan kaki 33,5 derajat.

3. Adanya perbedaan yang bermakna

fleksibilitas sendi anggotak gerak

bawah antara kelompok eksperimen

yang diberikan latihan rentang gerak

dengan kelompok kontrol yang

melakukan latihan rentang gerak

tidak sesuai aturan penelitian.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Adanya peningkatan

pengetahuan perawat khususnya

untuk orthopedi melalui pelatihan

atau seminar sehingga mendapatkan

keterampilan yang sama dalam

merawat pasien pasca operasi

ekstremitas bawah terutama

bagaimana mengoptimalkan latihan

rentang gerak untuk mencegah

terjadinya masalah gangguan

fleksibilitas sendi.

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat

dilanjutkan sebagai intervensi

dirumah sakit untuk menerapkan

pelaksanaan latihan rentang gerak

secara terstruktur dan terencana dan

membuat kebijakan dalam bentuk

SOP.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Perlunya penelitian tentang

terapi lain untuk meningkatkan

fleksibilitas sendi dan rentang

gerak ekstremitas bawah pada

pasien fraktur femur, misalnya

penggunaan biofeeback,

akupuntur, atau continuous

passive motion.

b. Perlunya penelitian tentang

perbandingan tingkat efektifitas

latihan rentang gerak dengan

terapi lainya seperti latihan

rentang gerak dengan akupresur

dalam meningkatkan

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

195

fleksibilitas sendi ekstremitas

bawah pada pasien fratur femur

post operasi.

KEPUSTAKAAN

Berger & Williams. (1992).

Fundamental of nursing:

Collaborating for optimal

helath. USA: Apleton & Lange

c. Bowden, V.R & Greenberg, C.S.

(2008). Pediatric nursing

procedures. second edition.

Philadelphia: Lipincot William

and Wilkins.

d. Cluett, J. (2008). Open

Reduction Internal Fixation.

Diakses pada tanggal 8

November 2012, dari

http://orthopedics.about.com/

cs/brokenbones

e. Dahlan, M. S. (2011). Statistik

untuk kedokteran dan kesehatan:

Deskriptif, bivariat, dan

multivariat , dilengkapi aplikasi

dengan menggunakan SPSS.

Jakarta: Salemba Medika.

f. Ellis, JR & Bentz, PM. (2007).

Modules for basic nursing skills.

Philadelphia: Lippincoat

Williams & Wilkins.

g. Fakultas Keperawatan. (2012).

Pedoman penulisan skripsi.

Padang: Universitas Andalas.

h. Faridaryany. (2010). Anatomi

fisiologi sistem muskuloskeletal:

Mata kuliah biomedik II.

Diakses tanggal 9 Januari 2013,

dari files.wordpress.com/

2012/06/anfis-muskuloskeletal.

i. Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut.

Jakarta: Erlangga.

j. Ganong. (1995). Anatomi

Fisiologi. Jakarta: EGC

k. Hastono, S.P. (2007). Analisis

data kesehatan. Jakarta: FKM

UI

l. Iryani, D. (2010). Fisiologi

anatomi otot rangka: Mata

kuliah pengantar. Diakses

tanggal 9 Januari 2013, dari

fkunand

2010.files.wordpress.com

m. Kelln, B.M, (2009). Effect of

early active range of motion

rehabilitation on outcome

measures after partial

meniscectomy. Knee Surg

Sports Traumatol Arthrosc, 17

(35), 607–616.

n. Kozier, B., dkk. (2010). Buku

ajar fundamental keperawatan:

Konsep, proses, & praktik (7th

ed, 2nd vol.). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

o. Lewis, S. L, dkk. (2011).

Medical-surgical nursing:

Assessment and management of

clinical promlems (8th ed, 2nd

vol.). America: Elsevier Mosby.

p. Muttaqin, A. (2008). Buku ajar

asuhan keperawatan klien

gangguan sistem

muskuloskeletal. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

q. Notoatmodjo, S. (2010).

Metodologi penelitian

kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

r. Nursalam. (2008). Konsep dan

penerapan metodologi

penelitian ilmu keperawatan:

pedoman skripsi, tesis, dan

instrumen penelitian

keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

s. Oldmeadow, dkk. (2006). No

rest for the wounded: early

ambulation after hip surgey

accelerates recovery. Diakses

pada tanggal 5 Mei 2013 dari

http://proquest.umi.com/pqdweb

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 176 - 196

196

t. Pearce, E. C. (2000). Anatomi

dan fisiologi untuk paramedis.

Jakarta: PT Gramedia.

u. Potter, P. A., & Perry,A. G.

(1993). Fundamental of nursing:

concepts, proces, & practice

(3rd ed.). America: Mosby-Year

Book, Inc.

v. Potter, P. A., & Perry, A. G.

(2005). Buku ajar fundamental

keperawatan: konsep, proses, &

praktik. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

w. Pudjiastuti, S. S & Utomo, B.

(2003). Fisioterapi pada lansia.

Jakarta: EGC.

x. Riwidikdo, H. (2012). Statistik

kesehatan: Belajar mudah teknik

analisis data dalam penelitian

kesehatan. Jakarta: EGC

y. Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. d.

(2005). Buku-ajar ilmu bedah

(2nd.). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

z. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G.

(2002). Buku ajar keperawatan

medikal-bedah brunner &

suddarth (8th, 3rd vol.). Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

aa. Solamon, L., Warwick, D., &

Nayagam, S. (2001). Apley’s

System of Orthopaedics and

Fractures (8th ed.). New York:

Oxford University Press, Inc.

bb. Astuti. (2006). Pengaruh latihan

rentang gerak terhadap

kekuatan otot dan luas rentang

gerak pada pasien stroke di RSU

Soetomo Surabaya. Diakses

pada tanggal 20 April 2013, dari

lontar.ui.ac.id/file?file=digital/1

37247 pdf

cc. Timby, B.K. (2009).

Fundamental nursing skills and

concepts. Philadelphia:

Lippincoat Williams and

Wilkins

dd. Tseng, dkk. (2007). Effects of a

range of-motion exercise

programme. Journal of

Advanced Nursing, 57(2), 181-

191.

ee. Ulliya, S. (2010). Pengaruh

latihan range of motion (rom)

terhadap fleksibilitas sendi

lutut pada lansia di Panti Wreda

Wening Wardoyo Ungaran.

Diakses tanggal 10 Februari

2013, dari

http://ejournal.undip.ac.id/index

ff. Werner, D. (2009). Disabled

village children a guide for

community health workers,

rehabilitation workers, and

families. California: The

Hesperian Foundation.

gg. Widyawati, I. Y. Pengaruh

latihan rentang gerak sendi

bawah secara aktif (Active

lower range of motion exercise)

terhadap tanda dan gejala

neuropati diabetikum pada

penderita DM tipe II Di

Persadia Unit RSU Dr. Soetomo

Surabaya. Diakses pada tanggal

20 April 2013, dari

lontar.ui.ac.id/file?file=digit

al/137247 pdf

hh. Yandri, E. (2011). Faktor-faktor

yang mempengaruhi kontraktur

sendi lutut pada penanganan

fraktur femur secara operatif

dan non operatif. Padang:

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

ii. Yanwirasti. (2010). Tulang dan

persendian extremitas inferior.

Diakses pada tanggal 9 Januari

2013, dari files.wordpress.com.

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

42 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI

RSUD Dr. MOEWARDI

Ririn Purwanti, Wahyu PurwaningsihSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Fraktur merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan kecacatan pada anggota gerak tubuh yang mengalami fraktur. Pasien post operasi fraktur di Rumah Sakit, sering mengalami keterlambatan dalam melakukan pergerakan yaitu terjadi kelemahan otot. Latihan rentang gerak yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot post operasi fraktur di Rumah Sakit adalah dengan latihan Range of Motion (ROM). Tujuan; Mengetahui pengaruh latihan Range of Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi. Metode; Penelitian ini menggunakan desain Pre Eksperimen Design dengan rancangan One Group Pre-Post Test. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel penelitian 30 responden, sedangkan instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, skala kekuatan otot deskriptif dan lembar panduan untuk melakukan latihan ROM aktif. Penelitian ini menggunakan analisa univariate dan bivariate. Pada analisa bivariate menggunakan uji Wilcoxon. Hasil; Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) aktif ini mampu dilakukan oleh seluruh responden (100%), sebagian besar kekuatan otot pasien post operasi fraktur humerus sebelum diberi latihan ROM aktif adalah skala kekuatan otot 0 atau paralisis total atau tidak ada kontraksi otot dan setelah diberikan latihan ROM aktif sebanyak 9 kali menjadi skala kekuatan otot 2 atau kategori buruk atau kontraksi otot yang cukup kuat menggerakkan sendi tetapi hanya dapat dilakukan bila pengaruh dari gaya gravitasi dihilangkan. Dari hasil analisa bivariate diperoleh nilai z hitung sebesar 4,940 dengan angka signifikan (p) 0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui z hitung (4,940) > z tabel (1,96) dan angka signifikan (p) < 0,05 sehingga ada pengaruh signifikan latihan ROM aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi. Kesimpulan; Ada pengaruh signifikan pada latihan range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi.

Kata Kunci : Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif, Kekuatan Otot Post Operasi

A. PENDAHULUAN

Mobilitas manusia yang ingin serba cepat

dapat menimbulkan masalah yang cukup

serius, yaitu jumlah kepadatan lalu lintas yang

semakin bertambah. Bertambahnya kepadatan

lalu lintas tersebut berakibat meningkatnya

kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia pada

tahun 2003 jumlah kecelakaan di jalan raya

mencapai 13.399 kejadian dengan jumlah

kematian mencapai 9.865 orang, sebanyak

6.142 orang mengalami luka berat (fraktur)

dan 8.694 luka ringan, dengan rata-rata setiap

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

43 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

hari terjadi 4,0 kejadian kecelakaan lalu lintas

yang mengakibatkan 30 orang meninggal

dunia (Utama et al, 2008). Kecelakaan tersebut

dapat menimbulkan cidera, baik cidera ringan,

berat, kecacatan bahkan kematian. Tingginya

angka kecelakaan menyebabkan insiden fraktur

tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering

terjadi adalah fraktur humerus (Smeltzer, 2001).

Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada

anggota gerak yang mengalami fraktur, untuk

itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk

menyelamatkan klien dari kecacatan fisik.

Sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan

secara bertahap melalui latihan rentang gerak

yaitu dengan latihan Range of Motion(ROM)

yang dievaluasi secara aktif, yang merupakan

kegiatan penting pada periode post operasi

guna mengembalikan kekuatan otot pasien

(Lukman dan Ningsih, 2009). Berdasarkan

hasil observasi di RSUD Dr. Moewardi, pada

tanggal 05 Desember 2011 diperoleh pasien

fraktur humerus tahun 2011 sejumlah 174

pasien yang dirawat inap, dari data tersebut

terdapat 150 pasien fraktur humerus yang

dilakukan tindakan pembedahan/ operasi.

B. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis

penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Pre

Eksperimen Design dengan rancangan One

Group Pre-Post Test.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi di ruang

rawat inap bedah yaitu Mawar 2 dan Mawar 3.

Waktu penelitian mulai bulan November

2011 sampai bulan Juli 2012.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien yang telah dilakukan operasi

fraktur humerus yang di ruang rawat inap

bedah di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 150

pada bulan Januari – Desember 2011.

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan

jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

1. Pasien fraktur humerus pada hari pertama

setelah dilakukan operasi yang berumur >

12 tahun.

2. Pasien fraktur humerus pada hari pertama

setelah dilakukan operasi dan bersedia

menjadi responden.

3. Pasien fraktur humerus pada hari pertama

setelah dilakukan operasi tanpa komplikasi

atau penyakit lain.

4. Pasien fraktur humerus pada hari pertama

setelah dilakukan operasi yang mampu

berkomunikasi dengan baik.

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

44 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

5. Pasien fraktur humerus pada hari pertama

setelah dilakukan operasi tidak ada

kecacatan fisik seperti cacat bawaan yang

memungkinkan kesalahan dalam penilaian

gerakan.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah Pasien fraktur humerus yang pulang

paksa sebelum waktu yang ditentukan oleh

dokter.

Instrumen Penelitian

1. Range of Motion (ROM) Aktif

Alat ukur yang digunakan berupa daftar

tindakan (check list).

2. Kekuatan Otot

Instrumen yang digunakan adalah lembar

observasi yang sudah dibakukan berupa

skala kekuatan otot berupa uji Manual

Lovett.

Lembar observasi ini untuk mengamati

kekuatan otot pasien yang terdiri dari tidak

ada, sedeikit, buruk, sedang, baik dan normal.

Adapun rentang nilainya adalah : 0 (tidak

ada/ paralisis total). 1 (sedikit/ suatu kontraksi

halus, yang hanya dapat dirasakan bila otot

diraba). 2 (buruk/ kontraksi otot yang cukup

kuat menggerakkan sendi, bila pengaruh

gaya gravitasi dihilangkan). 3 (sedang/

kontraksi otot cukup kuat dapat menggerakkan

sendi melawan gaya gravitasi). 4 (baik/

kekuatan kontraksi otot yang cukup kuat dapat

menggerakkan sendi melawan gaya gravitasi

dan tahanan). 5 (normal/ kekuatan otot penuh).

Analisa Data

Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh

latihan ROM aktif terhadap kekuatan otot pada

pasien post operasi fraktur humerus setelah 24

jam sebelum dilakukan ROM aktif pada hari

pertama dengan yang sudah dilakukan ROM

aktif pada hari ke tiga. Dalam penelitian ini

untuk menguji dan menganalisa data yang

diperoleh, menggunakan uji Wilcoxon match

pairs test.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEM-

BAHASAN

Hasil1. Karakteristik Responden

a. Umur

Distribusi frekuensi pasien post

operasi fraktur humerus berdasarkan

umur, dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Ber-dasarkan Umur

No Umur Frekuensi (%)

123

< 20 tahun20-55 tahun> 55 tahun

4233

13,476,610,0

Total 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 1 menun-

jukkan sebagian besar pasien post

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

45 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

operasi fraktur humerus dengan

umur 20-55 tahun, yaitu sebanyak 23

responden (76,6%), sebagian kecil

pasien post operasi fraktur humerus

dengan umur > 55 tahun sebanyak 3

responden (10,0%).

b. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi pasien post

operasi fraktur humerus berdasarkan

jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ber-dasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (%)

12

Laki-lakiPerempuan

237

76,723,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 2 menun-

jukkan 23 responden (76,7%)

dengan jenis kelamin laki-laki, dan

7 responden (23,3%) dengan jenis

kelamin perempuan.

c. Penyebab

Distribusi frekuensi pasien post

operasi fraktur humerus berdasarkan

penyebab, dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ber-dasarkan Penyebab

No Penyebab Frekuensi (%)

1 Kecelakaan lalu lintas

26 86,7

23

JatuhPukulan benda tumpul

31

10,03,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 3 menun-

jukkan sebagian besar pasien post

operasi fraktur humerus disebabkan

karena kecelakaan lalu lintas yaitu

sebanyak 26 responden (86,7%),

sebagian kecil pasien post operasi

fraktur humerus disebabkan karena

pukulan benda tumpul yaitu 1

responden (3,3%).

2. Hasil Identifikasi Kekuatan Otot Sebelum Dilakukan Latihan ROM Aktif

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skala Kekuatan Otot Sebelum Dilakukan Latihan ROM Aktif

No Skala Kategori Frekuensi (%)

123456

012345

Tidak adaSedikit BurukSedangBaikNormal

1668000

53,320,026,7000

Total 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan

sebelum diberi latihan ROM aktif sebagian

besar pasien post operasi fraktur humerus

dengan skala kekuatan otot 0, yaitu

sebanyak 16 responden (53,3%) dan

sebagian kecil dengan skala kekuatan otot

1, yaitu sebanyak 6 responden (20,0%).

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

46 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

3. Hasil Identifikasi Kekuatan Otot Setelah Dilakukan Latihan ROM Aktif

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skala Kekuatan Otot Setelah Dilakukan Latihan ROM Aktif

No Skala Kategori Frekuensi (%)

123456

012345

Tidak adaSedikit BurukSedangBaikNormal

0611850

020,036,726,716,7 0

Total 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan

setelah diberi latihan ROM aktif sebagian

besar pasien post operasi fraktur humerus

dengan skala kekuatan otot 2, yaitu

sebanyak 11 responden (36,7%) dan

sebagian kecil dengan skala kekuatan otot

4, yaitu sebanyak 5 responden (16,7%).

4. Perbedaan Kekuatan Otot Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Sebelum dan Setelah Dilakukan Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif

Tabel 6 Perbandingan Skala Kekuat-an Otot Sebelum Dan Setelah Dilakukan Latihan ROM Aktif

PerlakuanKekuatan Otot Tidak ada Sedikit Buruk Sedang Baik Normal

SebelumSetelah

160

66

811

08

05

00

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan

sebelum dilakukan latihan ROM aktif 16

responden tidak ada gerakan, 6 responden

sedikit, dan 8 responden buruk. Setelah

dilakukan latihan ROM aktif, 6 responden

sedikit, 11 responden buruk, 8 responden

sedang, dan 5 responden baik.

Tabel 7 Perbandingan Skala Kekuatan Otot Sebelum Dan Setelah Dilakukan Latihan ROM Aktif

PerlakuanSkala Kekuatan Otot ML 0-5

0 1 2 3 4 5

SebelumSetelah

160

66

811

08

05

00

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan

adanya penurunan skala kekuatan otot

ML 0-5, sebelum dilakukan latihan ROM

aktif skala kekuatan otot 0,1, dan 2,

setelah dilakukan latihan ROM aktif skala

kekuatan otot meningkat menjadi 1, 2, 3,

dan 4.

Ada tidaknya pengaruh latihan ROM

aktif terhadap kekuatan otot pada pasien

post operasi fraktur humerus di RSUD Dr.

Moewardi, dilakukan pengujian dengan uji

statistik wilcoxon math pair test dengan

taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil

uji statistik wilcoxon math pair test, dapat

diketahui nilai z hitung sebesar 4,940

dengan angka signifikan (p) 0,000 dari

hasil tersebut akan dibandingkan dengan

z tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu

sebesar 1,96. Berdasarkan hasil tersebut

diketahui z hitung (4,940) > z tabel (1,96)

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

47

humerus biasanya terjadi pada anak-

anak dan tidak menutup kemungkinana

bisa terjadi pada usia dewasa. Fraktur

kondilus lateral biasanya sering terjadi

pada anak, pada orang dewasa juga

sering dijumpai biasanya fraktur

berbentuk huruf T atau Y.

Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Rahmasari

et al (2008) yang menyatakan tingkat

kemandirian pasien pada usia 20-55

tahun atau usia produktif lebih tinggi

dari pada anak-anak dan lansia.

Penelitian tersebut juga menyebutkan

bahwa pada usia produktif memiliki

fleksibilitas sendi yang baik. Pada

usia dewasa tua fleksibilitas cenderung

mengalami panurunan pada tingkat

aktivitas dan kekuatan otot, sehingga

dapat menurunkan rentang gerak

sendi.

b. Analisis Karakteristik Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian pada Tabel

2 menunjukkan sebagian besar

pasien post operasi fraktur humerus

berjenis kelamin laki-laki sebanyak

23 responden (76,7%) sedangkan

perempuan sebanyak 7 responden

Pengaruh Latihan Range of Motion ...

dan angka signifikan (p) < 0,05 sehingga

ada pengaruh signifikan latihan ROM

aktif terhadap kekuatan otot pada pasien

post operasi fraktur humerus di RSUD Dr.

Moewardi.

PEMBAHASAN1. Analisis Karakteristik Pasien Post Operasi

Fraktur Humerus

a. Analisis Karakteristik Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Berdasarkan Umur

Hasil penelitian pada Tabel 1

menunjukkan sebagian besar pasien

post operasi fraktur humerus dengan

umur 20-55 tahun, yaitu sebanyak 23

responden (76,6%). Menurut Helmi

(2012) gambaran klinik dari fraktur

humerus sebagian besar pasien adalah

orang dewasa muda (>20 tahun).

Sedangkan fraktur humerus proksimal

(kolum humerus) biasanya terjadi

pada usia lanjut riwayat osteoporosis

atau pada wanita pascamenopouse

tetapi tidak menutup kemungkinan

bisa terjadi pada usia dewasa. Fraktur

batang humerus biasanya terjadi pada

usia dewasa akibat dari jatuh pada

tangan memuntir humerus sehingga

menyebabkan fraktur spiral dan bisa

terjadi pada manula akibat dari suatu

metastasis. Fraktur suprakondiler

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

48

(23,3%). Sesuai pendapat Lukman dan

Ningsih (2009) bahwa fraktur lebih

sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan. Hal ini disebabkan aktifitas

laki-laki sebagai pencari nafkah dan

intensitas kegiatan diluar rumah

yang lebih tinggi, aktifitas seperti

memanjat, mengendarai kendaraan

bermotor, olah raga dan lain-lain yang

dapat meningkatkan resiko cidera.

Hasil ini didukung penelitian yang

dilakukan oleh Utama et al (2008)

berdasarkan jenis kelamin bahwa

prevalensi kecelakaan lalu lintas pada

laki-laki bermakna lebih tinggi dari

perempuan.

c. Analisis Karakteristik Pasien Post Operasi Fraktur Humerus Berdasarkan Penyebab

Hasil penelitian pada Tabel 3

menunjukkan 26 responden (86,7%)

fraktur disebabkan kecelakaan lalu

lintas. Sesuai pendapat Smeltzer

(2001) tingginya angka kecelakaan

menyebabkan angka kejadian atau

insiden fraktur tinggi. Fraktur atau

patah tulang dapat menimbulkan

berbagai gangguan fungsi tubuh

diantaranya fungsi motorik atau

anggota gerak tubuh yang mengalami

fraktur. Angka kecacatan fisik akibat

fraktur paling banyak dibandingkan

dengan semua cedera atau trauma

yang disebabkan karena kecelakaan,

salah satu fraktur yang sering terjadi

adalah fraktur humerus. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Indriani

dan Indawati (2006) bahwa terjadi

kecelakaan lalu lintas paling banyak

disebabkan karena kondisi waktu

gelap mengendarai kendaraan roda

dua pada musim penghujan dengan

kondisi korban mati merupakan angka

kecelakaan paling besar.

2. Analisis Identifikasi Kekuatan Otot Sebelum Dilakukan Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif

Hasil pengamatan sebelum dilakukan

perlakuan yaitu latihan ROM aktif

pada Tabel 4 menunjukkan sebelum

diberi latihan ROM aktif sebagian besar

responden dengan skala kekuatan otot 0

yaitu sebanyak 16 responden (53,3%).

Menurut Noer 1996, dalam Lukman dan

Ningsih (2009) otot skeleta merupakan

organ yang berkontraksi dengan tujuan

memperoleh tenaga dan gerakan ke arah

tertentu. Otot skelet terdiri atas sel-sel

yang disebut sebagai serabut (fibers)

Pengaruh Latihan Range of Motion ...

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

49 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

yang mempunyai struktur tertentu. Sesuai

pendapat Krol (1996) skala kekuatan otot

0 itu tidak ada kontraksi otot atau paralisis

total. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian Astrid et al (2008) menunjukkan

bahwa nilai kekuatan otot pada kelompok

yang dilakukan intervensi berbeda dengan

kekuatan otot pada kelompok yang tidak

dilakukan intervensi, bahwa latihan

ROM berpengaruh terhadap peningkatan

kekuatan otot pasien stroke.

3. Analisis Identifikasi Kekuatan Otot Setelah Dilakukan Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif

Se te l ah d i l akukan pe r l akuan

yaitu latihan ROM aktif pada Tabel 5

menunjukkan setelah diberi latihan ROM

aktif sebanyak 9 kali sebagian besar

pasien dengan skala kekuatan otot 2 yaitu

sebanyak 11 responden (36,7%) atau

kategori buruk, sedangkan secara fisiologis

menurut pendapat Smeltzer 2002, dalam

Lukman dan Ningsih (2009), kekuatan

otot mulai kembali tanpa dilakukan ROM

sesuai dengan tahap penyembuhan tulang

dimana pada tahap poliferasi sel kira-kira

lima hari hematoma akan mengalami

organisasi, terbentuk benang-benang fibrin

dalam jendela darah membentuk jaringan

untuk invasi fibroblas dan osteoblas.

Menurut Krol (1996) buruk merupakan

kondisi kontraksi otot yang cukup kuat

menggerakkan sendi tetapi hanya dapat

dilakukan bila pengaruh dari gaya gravitasi

dihilangkan. Tingkat buruk pasien fraktur

berbeda-beda tergantung pada keparahan

penyakitnya. Pada pasien post operasi

fraktur mengalami keterlambatan dalam

melakukan pergerakan karena kelemahan

otot dan rasa nyeri yang dirasakan

(Potter dan Perry, 2006). Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Astrid et al (2008) bahwa sesudah

pasien mendapatkan latihan ROM 4 kali

sehari selama 7 hari, terdapat manfaat

untuk pasien yaitu adanya peningkatan

kekuatan otot dan kemampuan fungsional

pada pasien stroke. Penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa baik itu latihan

ROM yang dilakukan 4 kali sehari maupun

latihan ROM yang diberikan hanya 1 kali

sehari sama-sama berpengaruh terhadap

peningkatan kemampuan fungsional.

4. Analisis Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot

Kekuatan otot dapat kembali secara

fisiologis tanpa dilakukan ROM sesuai

dengan pendapat Smeltzer (2001), tahapan

kembalinya otot berhubungan erat dengan

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

50 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

tahapan penyembuhan tulang yang terdiri

atas inflamasi, proliferasi sel, pembentukan

kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan

remodeling. Sesuai tahap penyembuhan

tulang tersebut, kekuatan otot mulai

kembali secara fisiologis pada tahap

poliferasi sel yaitu kira-kira lima hari

hematoma akan mengalami organisasi.

Sehingga kekuatan otot mulai regenerasi

kembali tanpa dilakukan ROM selama

5 hari. Perbandingan skala kekuatan

otot pasien dapat dilihat pada Tabel

4.7, pada tabel tersebut menunjukkan

peningkatan skala kekuatan otot ML

0-5, sebelum dilakukan latihan ROM

aktif skala kekuatan otot 0,1, dan 2,

setelah dilakukan latihan ROM aktif skala

kekuatan otot meningkat menjadi 1,2,3,

dan 4. Hal ini sesuai dengan teori-teori

yang ada, salah satu diantaranya yang

diungkapkan oleh Potter dan Perry (2006)

yaitu teori rentang gerak sendi, yang mana

teori ini menyatakan bahwa dengan adanya

latihan rentang gerak sendi, hematoma

akan mengalami organisasi terbentuk

benang-benang fibrin dalam jendela

darah sehingga membentuk jaringan

untuk invasi fibroblas dan osteoblas.

Fibroblas dan osteoklas (berkembang dari

osteosit, sel endotel dan sel periosteum)

akan menghasilkan kolagen sebagai

matriks kolagen pada patahan tulang.

Terbentuk jaringan ikat fibrosa dan tulang

rawan (osteoid). Tulang yang sedang

aktif tumbuh menunjukkan potensial

elektronegatif, oleh karenanya kekuatan

otot akan meningkat atau bahkan menjadi

normal. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian Windiarto (2008) dalam

penelitiannya mengatakan bahwa terbukti

adanya perbedaan lama waktu terjadinya

pemulihan peristaltik usus antara pasien

yang dilakukan ambulasi dini ROM aktif

dan ROM pasif pada pasien pasca operasi

abdomen. Pasien pasca operasi abdomen

yang dilakukan ambulasi dini ROM aktif

lebih cepat pulih dari pada yang dilakukan

ambulasi dini ROM pasif.

D. SIMPULAN

Penelitian untuk mengetahui pengaruh

latihan range of motion (ROM) aktif terhadap

kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur

humerus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Sebelum dilakukan latihan ROM aktif,

sebagian besar pasien dengan skala

kekuatan otot 0 atau paralisis total (tidak

ada kontraksi otot).

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

51 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

2. Setelah dilakukan latihan ROM aktif,

sebagian besar pasien dengan skala

kekuatan otot 2 atau kontraksi otot yang

cukup kuat menggerakkan sendi (buruk).

3. Sebelum dilakukan latihan ROM aktif

sebagian besar 16 responden mengalami

paralisis total atau tidak ada kontraksi

otot. Setelah dilakukan latihan ROM aktif

sebagian kecil 5 responden mengalami

kontraksi otot yang cukup kuat dapat

menggerakkan sendi melawan gaya

gravitasi dan tahanan atau baik.

4. Ada pengaruh signifikan pada latihan

range of motion (ROM) aktif terhadap

kekuatan otot pada pasien post operasi

fraktur humerus di RSUD Dr. Moewardi.

Perawat sebaiknya lebih memberikan

motivasi latihan range of motion (ROM)

terutama secara aktif kepada pasien di Bangsal

Bedah Orthopedi, sehingga dapat mempercepat

pemulihan kekuatan otot pasien. Kepada

peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan

untuk terapi latihan range of motion (ROM)

aktif agar dikaji lebih lanjut dengan model

analisis ROM aktif dan pasif, sehingga dapat

diketahui lebih pasti tingkat efektivitas yang

mempengaruhi keberhasilan latihan ROM.

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

GASTER Vol. 10 No. 2 Agustus 2013

52 Pengaruh Latihan Range of Motion ...

DAFTAR PUSTAKA

Astrid M, Nurachmah E, Budiharto. 2008. Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap

Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint

Corolus Jakarta. Jakarta : Jurnal FIK UI

Helmi ZN. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Indriani D, Indawati R. 2006. Model Hubungan Dan Estimasi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas.

Surabaya : Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Surabaya Vol. 22, No. 3

Krol J. 1996. Poliomielitis dan Dasar-Dasar Pembedahan Rehabilitasi : teknik-teknik untuk

rumah sakit daerah, alih bahasa dr. Hadyanto. Jakarta : EGC

Lukman, Ningsih N. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal.

Jakarta : Salemba Medika

Potter PA, Perry AG. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.

Vol. 2. Jakarta : EGC

Rahmasari I, Arifah S, Purwanti OS. 2008. Pengaruh ROM Secara Dini Terhadap Kemampuan

ADL Pasien Post Operasi Fraktur Femur. Surakarta : Jurnal Penelitian Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta

: EGC

Utama SU, Magetsari R, Pribadi V. 2008. Estimasi Prevalensi Kecelakaan Lalu Lintas Dengan

Metode Capture-Recapture. Yogyakarta : Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 1

Windiarto N. 2008. Differences of Recovery time of Intenstinal Peristaltic on Surgical Patients

with General Anesthesia Taken with Early Ambulation of Active and Passive ROM in Wira

Bhakti Tamtama Hospital Semarang. Semarang : Jurnal Urminkes RS. BWT

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/140/1/IKA ERWIANA NIM. A01301765.pdf · KTI, Agustus 2016 Ika Erwiana1, Irmawan Andri Nugroho2 ABSTRAK ASUHAN

LEPIBAR KONSUL BIⅣIBINGAN KTI

PIAⅡASISlWA PRODI DⅡ I KEPERAWATAN

STIKES MUⅡAMⅣIADIYAⅡ GOMBONG

Nalna :Ika Enviana

NIⅣl :A01301765

Pelllbimbing :Inna、 van Andri,S.Kcp.,Ns.,Nl.Kep

No Waktu Topik bimbingan Keteransan Paraf Pembimbing

 ヽ

 

 

 

ν,

Se(esa, Ju4,n;eotc

)vys'qg, e.<

Juni ao16

karir , ?o )rn;got6

Sabt,ut r Julitolbgenin ,6 )uli

0.0 tb

fuloto ,,,)ol; aalU

Rabu , 20Juft aot6

SabLv , sz)o\,i ngyg

9entn > aq) uti ao (L

Rl,by, !g \,;n

ori) lr

k;ui' ,,,):,0,i.)St.',tt al \L

Itarvtis ,,8,4airs.trs p"iL

7ertentυ ttrl 」じdυ t

にてヽ

k00,り l らA3 1

,cvt,t りA3 1(η F

1/rtし ,

多AZ I一 多

BA3 多

β743 1~く

C μcν「5`・ )

R9VtSr 9A33ぬn`

Revis1 3/34

71,じ l_ヮ )larllゃ 憾

ド111ゴ 3'31-')1 771 Co,I(`グ(ヽ

′ιc

憮いtR

ドヽ τ

|

1

3.

4.

う.

6

,

δ

6