asuhan keperawatan patent ductus arterious
DESCRIPTION
askepTRANSCRIPT
asuhan keperawatan Patent Ductus Arterious (PDA)Leave a reply
BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangDuktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri pulmonal à menyebabkan Left to Right Shunt.Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
B. Rumusan masalah1. Bagaimana konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan mengenai Patent Ductus Arterious(PDA) ?
C. TujuanAgar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.
BAB IIKONSEP MEDIS
A. DEFINISIPatent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
B. ETIOLOGIPenyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :1. Faktor Prenatal :• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.• Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau jamu• Umur ibu lebih dari 40 tahun.• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.2. Faktor Genetik :• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
C. PATOFISIOLOGIDuktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik hampir sama, persamaan tersebut juga pada resistensi dalam aorta dan arteri pulmonalis. Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai mengalir dari aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt) à darah kembali bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri à ventrikel kiri à pengaruh perubahan sirkulasi à meningkatkan kerja jantung bagian kiri à meningkatkan kongesti pembuluh darah pulmonal & memungkinkan resistensi à meningkatkan tekanan ventrikel kanan & hypertrofi. Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.
D. MANIFESTASI KLINIKManifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya : Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas). Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg). Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah. Apnea dan Tachypnea. Nasal flaring dan Retraksi dada. Hipoksemia Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:1) tidak mau menyusu2) berat badannya tidak bertambah3) berkeringat4) kesulitan dalam bernafas5) denyut jantung yang cepat.Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur.
E. PENCEGAHANMeskipun tidak ada pencegahan dikenal untuk PDA, sesuai perawatan kehamilan untuk wanita hamil adalah penting dan dapat mencegah kelahiran prematur, faktor risiko utama untuk PDA.
F. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK• Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.• Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.• Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.• Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.• Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.
BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIANPemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000 ).a) Anamnesa1. Identitas ( Data Biografi)PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-
laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.2. Keluhan UtamaPasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.3. Riwayat penyakit sekarangPada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.4. Riwayat penyakit terdahuluPerlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.5. Riwayat penyakit keluargaPerlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
6. Riwayat PsikososialMeliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
b) Pengkajian fisik (ROS : Review of System)
1) Pernafasan B1 (Breath)Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3) Persyarafan B3 ( Brain)Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4) Perkemihan B4 (Bladder)Produksi urine menurun (oliguria).
5) Pencernaan B5 (Bowel)Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuatKriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantungIntervensi RasionalMandiri1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)Kolaborasi1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.2. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload3. Berikan diuretik sesuai indikasi. Mandiri1. Permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.2. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.3. Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal jantung kongestifKolaborasi1. Obat ini dapat mencegah semakin memburuknya keadaan klien.2. Obat anti afterload mencegah terjadinya vasokonstriksi3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh darah.Intervensi Rasional1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. Atur posisi anak dengan posisi fowler2. Hindari anak dari orang yang terinfeksi.3. Berikan istirahat yang cukup.4. Berikan oksigen jika ada indikasiUntuk deteksi dini terjadinya gangguan pernapasan. 1. Untuk memudahkan pasien dalam bernapas.2. Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan.3. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.4. Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.Intervensi Rasional1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan.2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas.3. Dorong memajukan aktivitas.4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi. 1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.2. Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan aktivitas jika sudah mampu.3. Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.4. Memudahkan klien untuk beraktivitas tapi tidak memanjakan.Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembangIntervensi Rasional1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat1. Memantau masa tumbuh kembang anak.2. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.3. Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak.Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi.Kriteria hasil :• Status nutrisi terpenuhi• nafsu makan klien timbul kembaliIntervensi Rasional1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien2. Mencatat intake dan output makanan klien.3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.4. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering. 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.2. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.
BAB IVPENUTUPa. KesimpulanPatent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
b. SaranDiharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ( PATENT DUCTUS ARTERIOSUS / PDA )Sampingan | Posted on Juli 16, 2013 by triohardin
1. A. PENGERTIAN
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
1. B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. 1. Faktor Prenatal
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. Ibu alkoholisme. Umur ibu lebih dari 40 tahun. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
1. 2. Faktor Genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
1. C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
sternum kiri atas) Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg) Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah Apnea Tachypnea Nasal flaring Retraksi dada Hipoksemia Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
1. D. PATHWAYS
Terlampir
1. E. KOMPLIKASI
Endokarditis Obstruksi pembuluh darah pulmonal CHF
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) Enterokolitis nekrosis Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner) Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. Aritmia Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
1. F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
1. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
1. H. PENGKAJIAN 1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger4. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari5. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
1. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh
dan suplai oksigen ke sel.4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit
anak.
1. J. INTERVENSI 1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah
lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik
pencegahan bahaya toksisitas.5. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload6. Berikan diuretik sesuai indikasi.7. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
1. Monitor kualitas dan irama pernafasan2. Atur posisi anak dengan posisi fowler3. Hindari anak dari orang yang terinfeksi4. Berikan istirahat yang cukup5. Berikan nutrisi yang optimal6. Berikan oksigen jika ada indikasi7. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
1. Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
2. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
3. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
4. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
6. Memberikan support untuk tumbuh kembang 1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas
bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
4. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
1. Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
2. Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
3. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
4. Catat intake dan output secara benar5. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
6. Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
7. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
2. Berikan istirahat yang adekuat3. Berikan kebutuhan nutrisi yang
optimal4. Memberikan support pada orang tua
1. Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting
dalam keberhasilan pengobatan
2. Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
3. Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
5. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.
1. K. HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru3. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adukuat4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan5. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan
kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
1. L. PERENCANAAN PEMULANGAN 1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan2. Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan
kondisi penyakit3. Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
ü Teknik pemberian obat
ü Teknik pemberian makanan
ü Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
Asuhan Keperawatan PDA (PATIENT DUCTUS ARTERIOUS) Diposkan oleh MIERy di 04.11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang
terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri pulmonal
à menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan
yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan
akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa,
hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami
tindakan operasi dini pada usia muda.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA)
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Patent Ductus Arterious (PDA)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis dari Patent Ductus Arterious (PDA)
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Duktus Arteriosus
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal
(arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu
(melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang
diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan
yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun
rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator
vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan
sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya
perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.
2.1.2 Definisi Patent Duktus Arteriosus
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke
dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
2.1.3 Etiologi Patent Duktus Arteriosus
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
a. Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu, dan
6. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
b. Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
Harapan Kita, 2001 ; 109)
2.1.4 Manifestasi Klinis Patent Duktus Arteriosus
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF) diantaranya:
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
sternum kiri atas).
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan
nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.
Apnea dan Tachypnea.
Nasal flaring dan Retraksi dada.
Hipoksemia
Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1) tidak mau menyusu
2) berat badannya tidak bertambah
3) berkeringat
4) kesulitan dalam bernafas
5) denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur.
2.1.5 Faktor Predisposisi Patent Duktus Arteriosus
Ketika bayi berkembang di dalam rahim, koneksi vaskular (ductus arteriosus) antara dua
pembuluh darah utama yang mengarah dari jantung, aorta dan arteri paru adalah bagian normal
dan perlu sirkulasi darah, sementara di dalam rahim. Ductus arteriosus mengalihkan darah dari
paru-paru janin saat tidak sedang digunakan. Janin menerima oksigen dari sirkulasi ibu.
Duktus arteriosus seharusnya menutup dalam waktu 2 atau 3 hari setelah lahir dan
beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. Pada bayi prematur, sering memakan waktu lebih
lama untuk menutup sendiri. Jika sambungan tetap terbuka, maka disebut sebagai patent
ductus arteriosus. Pembukaan yang abnormal menyebabkan terlalu banyak darah untuk beredar
ke paru-paru dan jantung. Jika tidak diobati, tekanan darah di paru-paru dapat meningkat
(hipertensi paru) dan jantung bisa membesar dan melemah. Cacat jantung kongenital muncul
dari masalah awal dalam pengembangan jantung, tapi tidak ada penyebab yang jelas. Genetika
dan faktor lingkungan mungkin juga dapat memainkan peran.
2.1.6 Gejala dari Patent Duktus Arteriosus
Gejala patent ductus arteriosus dapat bervariasi dengan ukuran dan usia kehamilan bayi
saat lahir. Sebuah PDA kecil bisa terjadi tanpa tanda atau gejala, dan mungkin tidak terdeteksi
selama beberapa waktu, bahkan sampai dewasa. Sebuah PDA besar dapat menyebabkan tanda-
tanda gagal jantung segera setelah lahir.
Dokter mungkin menduga cacat jantung selama pemeriksaan rutin sambil
mendengarkan jantung bayi melalui stetoskop. Sebuah PDA yang besar, ditemukan pada masa
bayi atau masa kanak-kanak, dapat menyebabkan:
1. Pertumbuhan yang buruk.
2. Berkeringat saat menangis atau makan.
3. Bernapas cepat atau sesak napas.
4. Mudah lelah.
5. Denyut jantung cepat.
6. Warna kebiruan atau kehitaman pada kulit.
2.1.7 Patologi dari Patent Duktus Arteriosus
Akibat hemodinamika pada PDA tergantung pada ukuran dari duktus dan pembuluh
darah pulmonal yang resisten. Saat lahir resistensi dalam pulmonal dan sirkulasi sistemika dalah
sedikit identik sehingga terjadi persamaan resistensi dalam aorta dan artery pulmonal.
Sebagaimana tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah memulai shunt dari aorta
menuju duktus ke arteri pulmonal. (kirikekanan shunt). Darah tambahan yaitu terbaliknya
sirkulasi paru-paru dan kembali ke atrium kiri dan ventrikel kiri, akibat dari perubahan sirkulasi
adalah peningkatan beban kerja pada jantung bagian kiri, penngkatan pulmonari vaskuler
bawaan dan kemungkinan terjadi resistensi dan peningkatan potensial tekanan ventrikel kanan
dan hypertropy ( Pediatric, edisi 2 Whooley and Wrong ).
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan : Furosemid
(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untukmencegah
endokarditis bakterial.
Pembedahan: Pemotongan atau pengikatan duktus.
Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236).
2.1.9 Pengobatan
Pengobatan untuk patent ductus arteriosus tergantung pada usia orang yang sedang
dirawat. Perawatan pada kondisi ini dapat meliputi:
1. Pemantauan.
2. Obat-obatan.
3. Operasi jantung terbuka.
4. Prosedur kateter.
5. Pencegahan dengan antibiotik Antibiotik pencegahan tidak lagi direkomendasikan untuk
kebanyakan orang dengan patent ductus arteriosus.
Namun, beberapa orang masih perlu antibiotik, seperti pada orang yang:
1. Memiliki kondisi jantung lainnya atau katup buatan.
2. Memiliki cacat besar yang menyebabkan tingkat oksigen darah rendah.
3. Memiliki katup jantung yang diperbaiki dengan bahan buatan.
2.2 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).
Anamnesa
1. Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah
kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan
pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea,
tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga
bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau
juga bisa karena kelainan kromosom
6. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.
Pengkajian fisik (ROS : Review of System)
1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas saat
inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai,
clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
Analisa data
Data Etilologi Masalah
Data Subjektif :
Pasien gelisah, rewel, dan
menangis
Data Objektif :
- Denyut nadi naik (> 170
x/menit)
- Tachyepne
- – Suara jantung
tambahan
(Machinery mur-mur
persisten)
Terbukanya ductus
arteriosus
Dialirkannya darah dari
tekanan tinggi(aorta
descenden) ke tekanan
yang lebih kecil (arteri
pulmonalis)
Resirkulasi darah
beroksigen dari aorta ke
arteri pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
Curah jantung turun
Penurunan curah jantung
Data Subjektif:
Pasien kesulitan bernafas,
sesak nafas
Data Objektif :
- RR ( > 30 – 40x/menit)
- BGA tidak normal
- Adanya napas cuping
hidung
Data Subjektif:
Pasien rewel tidak mau
makan dan minum
Data Objektif:
- Berat badan turun
- Status gizi buruk
-
Dialirkannya darah dari
tekanan tinggi(aorta
descenden) ke tekanan
yang lebih rendah
(arteri pulmonalis)
Resirkulasi darah
beroksigen dari aorta ke
arteri pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
Pelebaran dan hipertensi
vertikel kiri
Tekanan vena dan kapiler
pulmonar naik
Edema paru
Penurunan difusi oksigen
Gangguan pertukaran gas
Curah jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa
oleh O2 menjadi
terganggu
Pembentukan energi
berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan
Gangguan pertukaran gas
Perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
5. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi.
Intervensi
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut
jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral,
membran mukosa, clubbing)
1. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,
periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali)
Kolaborasi
1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan
menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan
Mandiri
1. Permulaan gangguan pada jantung akan
ada perubahan tanda-tanda vital,
semuanya harus cepat dideteksi untuk
penanganan lebih lanjut.
2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
perfusi sekunder terhadap ketidak
adekuatan curah jantung, vasokonstriksi
dan anemia.
3. Deteksi dini untuk mengetahui
adanya gagal jantung kongestif
Kolaborasi
1. Obat ini dapat mencegah semakin
memburuknya keadaan klien.
2. 2. Obat anti afterload mencegah terjadinya
afterload
3. Berikan diuretik sesuai indikasi.
vasokonstriksi
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas dan kekuatan
denyut jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit
2. Atur posisi anak dengan posisi fowler
1. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
1. Berikan istirahat yang cukup
kolaborasi
1. Berikan oksigen jika ada indikasi
1. Untuk deteksi dini terjadinya
gangguan pernapasan
1. Untuk memudahkan pasien dalam
bernapas
2. Agar anak tidak tertular infeksi yang akan
memperburuk keadaan
3. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh
4. Membantu klien untuk memenuhi
oksigenasinya.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan
suplai oksigen ke sel.
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
menggunakan parameter berikut : Nadi 20
per menit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan
1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji
ulang untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.
1. Persiapkan dan dukung klien untuk
berat, berkeringat, pusing dan pingsan
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan
aktivitas
3. Dorong memajukan aktivitas
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
dan anjurkan penggunaan kursi mandi
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam
memilih periode
melakukan aktivitas jika sudah mampu.
2. Agar klien termotivasi untuk melakukan
aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
3. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi
tidak memanjakan.
4. Klien termotivasi untuk sembuh.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan
zat nutrisi ke jaringan.
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang,
kativitas bermain, game, nonton TV,
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain
sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap
memberikan stimulasi selama dirawat
4. Memantau masa tumbuh kebang anak
5. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang
sebagaimana mestinya
6. Anggota keluarga sangat besar
pengaruhnya terhadap proses
pertumbuhan dan juga perkembangan
anak-anak
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien
1. Mencatat intake dan output makanan
klien.
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit
1. Manganjurkn makan sedikit- sedikit
tapi sering.
1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
2. Mengetahui perkembangan pemenuhan
nutrisi klien.
1. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi
yang membantu klien memilih makanan
sesuai dengan keadaan sakitnya, usia,
tinggi, berat badannya.
1. Dengan sedikit tapi sering mengurangi
penekanan yang berlebihan pada
lambung.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
Tujuan : Mencegah resiko infeksi
Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Lakukan perawatan terhadap prosedur
inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.
3. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi
untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit
1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka
terjadi peningkatan tanda vital
2. Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial
3. Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
leukosit dari normal membuktikan adanya
1. Kolaborasi untuk pemberian antibiotiktanda-tanda infeksi
4. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen
7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua
1. Beri penjelasan tentang keadaan
bayinya.
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
bayinya.
3. Berikan support dan reinforcement
atas apa yang dapat dicapai oleh
orang tua.
4. Latih orang tua tentang cara-cara
perawatan bayi dirumah sebelum
bayi pulang
1. Pengetahuan orang tua akan
mempengaruhi persepsi dan tingkah
lakunya pada anak
2. Dengan mengetahui kondisi
anaknya, akan mengurangi
kecemasan orang tua.
3. Akan membuat orang tua nyaman
dan lebih tenang jika senantiasa
dekat dengan anaknya.
4. Dukungan dan kasih sayang orang
tua akan mempercepat kesembuhan
anak
5. Dengan menambah pengetahuan
orang tua dalam perawatan anaknya
akan mempermudah proses
perawatan dan penyembuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Putri. 2010. Askep Patient ductus Aerterious PDA,
(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-arterious-pda/), diakses
pada tangga 23 Oktober 2012
Terry. 2012. Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan PDA,
(http://terrylay.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-pda.html), diakses
pada tanggal 23 oktober 2012
Sammy. 2011. Askep pada pasien dengan PDA, (http://jarumsuntik.com/?p=1038), diakses pada
tanggal 23 oktober 2012
Rizky. 2012. Asuhan keperawatan patient ductus aerterious,
(http://ilirdha.wordpress.com/2012/10/12/asuhan-keperawatan-patent-ductus-arterious-pda/),
diakses pada tanggal 23 oktober 2012
Wawan. 2011. Mengenal lebih dekat penyakit ductus patient arterious,
(http://www.wawanblog.com/181/mengenal-lebih-dekat-penyakit-patent-ductus-arteriosus-
pda.html), diakses pada tanggal 23 oktober 2012
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS PATENT DUCTUS ARTERIOSUS ( PDA )
Selasa, April 06, 2010 | Diposkan oleh Ilham Amk, Ns, CH BAB I
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
1. DEFINISI
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Sering dijumpai pada bayi prematur, insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi ( Betz & Sowden. 2002 : 375 )
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung kongenital ( bawaan ) dimana tidak terdapat penutupan ( patensi ) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi ( www.google.com )
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita Yuliani. 2001; 235 )
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.• Ibu alkoholisme.• Umur ibu lebih dari 40 tahun.• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
• Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.2. Faktor Genetik : menderita penyakit jantung bawaan.Anak yang lahir sebelumnya bawaan.Ayah / Ibu menderita penyakit jantungKelainan kromosom seperti Sindrom Down. bawaan yang lain.Lahir dengan kelainan
3. PATOFISIOLOGI
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan ( fetus ). Hubungan ini ( shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu ( melalui vena umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos ( tunika media ) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat ( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).
4. MANIFESTASI KLINIK
1. Tidak menimbulkan gejala bila PDA kecil. Tanda-tanda CHF muncul pada PDA besar.2. Murmur kontinyu (machinery) derajat 1 sampai 4/6 terdengar dengan jelas pada ULSB atau daerah infraklavikula kiri yang merupakan petanda khas kelainan ini. Rumble apikal terdengar pada PDA besar. 3. Pulsasi nadi perifer yang lemah dan lebar4. CHF dan infeksi paru berulang seringkali terjadi pada PDA besar.
5. Penutupan spontan PDA tidak akan terjadi pada bayi aterm.6. Akan terjadi hipertensi pulmonal dan PVOD bila PDA dibiarkan tanpa tindakan penutupan.7. Sianosis yang terjadi pada PDA dengan PVOD dikenal sebagai sianosis diferensial oleh karena hanya ekstremitas bawah yang biru sedangkan ekstremitas atas tetap normal.
5. KOMPLIKASIa. Endokarditisb. Obstruksi pembuluh darah pulmonalc. CHF ( gagal jantung kongestif )d. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)e. Enterokolitis nekrosisf. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)g. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosith. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).i. Aritmiaj. Gagal tumbuh
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan Pemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.b. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.c. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
7. PEMERIKSAAN
a. EKG serupa dengan kelainan VSD. Pada PDA kecil-sedang dapat terjadi LVH atau normal. CVH bila PDA besar. Atau RVH bila telah terjadi PVOD. bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
b. Foto toraks juga menyerupai kelainan VSD. Pada PDA kecil bayangan jantung normal. PDA sedang-besar terjadi kardiomegali dan peningkatan PVM. Adanya PVOD akan mengakibatkan ukuran jantung normal dengan pembesaran MPA dan peningkatan corakan vaskulerisasi hilus.
c. Melalui pemeriksaan ekho 2-D dan Doppler dapat divisualisasi adanya PDA dan besarnya shunt. Pemeriksaan angiografi biasanya tidak dibutuhkan kecuali bila terdapat kecurigaan PVOD.
d. Ekhokardiografi yaitu rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
e. Kateterisasi jantung yaitu hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PATENT DUCTUS ARTERIOSUS( PDA)
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahatGejala : Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa berdenyut. Gangguan tidur.Tanda : Takikardi, gangguan pada TD. Dispnea2. SirkulasiGejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam rematik, hipertensi, kondisi kongenital (kerusakan atrial-septal ). Riwayat murmur jantung, palpitasi. Batuk dengan / tanpa produksi sputumTanda : Sistolik TD menurun. Tekanan nadi : penyempitan (SA); luas (IA). Nadi karotid : lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA). Nadi apikal : PMI kauat dan terletak di bawah kanan dan kiri (IM);secara lateral kuat dan perpindahan tempat (IA). Murmur : murmur sistolik pada area pulmonik (IP). Bunyi renadah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sitolik terdengar baik pada apek (MR ). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher ( SA ).3. Integritas EgoGejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar. 4. Makanan / cairanGejala : Disfagia ( IM kronis ). Perubahan bb. Penggunaan deuretikTanda : Edema umum. Hepatomegali dan ascites. Hangat, kemerahan dan kulit lemabab. Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekles dan
mengi.5. NeurosensoriGejala : Pusing / pingsan karena aktivitas yang berlebihan6. Nyeri / kenyamananGejala : Nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina / tidak khas7. PernapasanGejala : Dispnae. Batuk menetapTanda : Takipnae. Bunyi napas mengih. Sputum banyak dan bercak darah ( edema pulmunal ).8. KeamananGejala : Proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatn gigi Tanda : Perawatan gigi / mulut
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.3. Ansietas b.d situasi kritis (perawatan dirumah sakit / tidak adanya dari keluarga)4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi tentang penyakit PDA.
3. INTERVENSI DAN RASIONALDiagnosa Keperawatan 1 : Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung Intervensi :Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer indikasiPantau irama jantung sesuai derajatDorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi
Rasional : Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini terhadap dekomensasi.Distrimia Distrimia atrium paling umum,umum pada klien dengan penyakit katup. berkenaan dengan peningkatan tekanan dan volume atrium. oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantungMenurunkan volume darah yang kemabali ke jantung, yang memungkinkan aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung.Melakukan kembaliDiagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.Intervensi : Kaji toleransi klien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : frekuensi nadi 20 / menit diatas frekuensi istirahat : catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada : kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusing atau pingsan.Kaji kelemahan ataukesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelelahan, TD stabil / frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas adan perawatan diri. perawatan diri.Dorong memajukan aktivitas atau toleransi
Rasional :Parameter fisiologis klien terhadap stres aktivitas danmenunjukan respon indikator derajat pengaruh kelebihan aktivitas atau jantung penting untuk memajukan tingkat aktivitas individualStabilitas fisiologis pda istirahatKonsumsi selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah O2O2 miokardia yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
Diagnosa Keperawatan 3 : Ansietas b.d situasi kritis (perawatan dirumah sakit / tidak adanya dari keluarga)Intervensi : pengobatan yang di tunjukan oleh situasi.Identifikasi persepsi takikardi, gerkan berulang, gelisahPantau respon fisik, contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisiBerikan tindakan kenyaman contoh, rencana perawatandan dorong partisipasi maksimum pada rencana pengoabatanLibatkan orang terdekat dalamRasional : pilihan intervensiAlat untuk mendifinisikanlingkup masalah dan jatung. Penggunaan evaluasi seirama denga respon verbal dan non verbalMembantu kien menentukan derjat cemas sesuai status Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping. dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol.Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian klienDiagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi tetntang penyakit PDA.Intervensi : pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep contoh diuretik, vasodilatorJelaskan rasionalAnjurkan klien minum diuretik harian kebutuhan kien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahatDiskusikan Rasional : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian sendiri obat dan interaksi obat yang merugiakan malam hari atau mengganggu tidurPenjadwalan menminimalkan berkemihProgram dan tepat paling baik untukaktivitas bertahap yang konsiten meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja yang dapat \ meningkatkan beban jantung atau dekompensasi.
4. EVALUASI1. Diagnosa Keperawatan 1 : Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung Hasil yang diharapkan : dispnea, nyeri dadaMenunjukan penurunan kerja jantungBerpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.Hasil yang diharapkan : dalam toleransi aktivitasMenunjukkan peingkatan yang dapat diukur toleransi aktivitas dan penurunannya dengan efek negatifMengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
3. Diagnosa Keperawatan 3 : Ansietas b.d situasi kritis ( perawatn dirumah sakit / tidak adanya dari keluarga )Hasil yang diharapkan : perasaan ansietasMenyatakan kesadaranMelaporkan penurunan / terkontrol relaksasiMenunjukkan
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi tetntang penyakit PDA.Hasil yang diharapkan : program pengobatan dan potensial komplikasiMenyatakn pemahaman proses penyakit, perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasiMengidentifikasi perilaku atau kerjasama dan mengikuti perawatan.Mengenali kebutuhan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Ali.Z. 2001. Dasar-dasar Keperawatan ProfesionalAnonim. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.Betz.,Sowden., 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.http://www.google.com.id. Tanggal Akses 13 Oktober 2009 www.pediatrik.com/ilmiah/Asuhan Keperawatan Pada Patent ductus Arteriosus. Tanggal Akses 13 Oktober 2009