asuhan keperawatan pada pasien trauma thoraks

76
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA THORAKS Download ASKEP DISINI atau klik download link: http://www.ziddu.com/download/16469605/ askepwithkasustraumathoraks.new.doc.html BAB I PENDAHULUAN Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta. Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O. Kerusakan pada pleura parietal dan/atau pleura viseral dapat menyebabkan udara luar masuk ke dalam rongga pleura, Sehingga paru akan kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pula sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik. Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal sebagai pneumotoraks artifisial . Kemajuan teknik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi pleura, TTB, TBLB; dan juga beberapa tindakan terapeutik seperti misalnya fungsi pleura, ventilasi mekanik, IPPB, CVP dapat pula menjadi sebab teradinya pneumotoraks (pneumotoraks iatrogenik).

Upload: gebylensun

Post on 19-Jan-2016

462 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

askep thoraks

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA THORAKS

Download ASKEP DISINI atau klik download link:http://www.ziddu.com/download/16469605/

askepwithkasustraumathoraks.new.doc.html

 

BAB IPENDAHULUAN

Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta.

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O.

Kerusakan pada pleura parietal dan/atau pleura viseral dapat menyebabkan udara luar masuk ke dalam rongga pleura, Sehingga paru akan kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pula sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.

Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal sebagai pneumotoraks artifisial . Kemajuan teknik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi pleura, TTB, TBLB; dan juga beberapa tindakan terapeutik seperti misalnya fungsi pleura, ventilasi mekanik, IPPB, CVP dapat pula menjadi sebab teradinya pneumotoraks (pneumotoraks iatrogenik).

BAB IIPEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORITIS PENYAKITA.    Pengertian

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994).

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak dan terjadinya perdarahan.

Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.

B.     AnatomiAnatomi Rongga Thoraks

                  Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi  oleh :        - Depan         : Sternum dan tulang iga.        - Belakang     : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).        - Samping      : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.        - Bawah        : Diafragma

   - Atas           : Dasar leher.

C.    Etiologi dan Klasifikasi1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)

D.    Manifestasi Klinis1.      Tamponade jantung :

Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung. Gelisah. Pucat, keringat dingin. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis). Pekak jantung melebar. Bunyi jantung melemah. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure. ECG terdapat low voltage seluruh lead.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

2.      Hematotoraks :Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).

3.      Pneumothoraks : Nyeri dada mendadak dan sesak napas. Gagal pernapasan dengan sianosis. Kolaps sirkulasi.

E.     Komplikasi1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisemapembedahan.3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.4) Pembuluh darah besar : hematothoraks.5) Esofagus : mediastinitis.6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).

F.     Pemeriksaan Diagnostik1) Radiologi : foto thorax (AP).2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.4) Hemoglobin : mungkin menurun.5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.6) Pa O2 normal / menurun.7) Saturasi O2 menurun (biasanya).8) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,                                                           

G.    Pemeriksaan Penunjang :a.       Photo toraks (pengembangan paru-paru).b.      Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup).

H.    Penatalaksanaan1) Darurat Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang  mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :• Waktu kejadian• Tempat kejadian• Jenis senjata• Arah masuk keluar perlukaan• Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu seluruhnya.• Inspeksi :- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.- Akhir dari ekspirasi.

• Palpasi :- Diraba ada/tidak krepitasi- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan.• Perkusi :- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau garis miring.• Auskultasi :- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.- Bising napas melemah atau tidak.- Bising napas yang hilang atau tidak.- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada. Pemeriksaan tekanan darah. Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar. Pemeriksan kesadaran. Pemeriksaan Sirkulasi perifer. Kalau keadaan gawat pungsi. Kalau perlu intubasi napas bantuan. Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung. Kalau perlu torakotomi massage jantung internal. Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax AP, kalau keadaan memungkinkan).

2) Therapy Chest tube / drainase udara (pneumothorax). WSD (hematotoraks). Pungsi. Torakotomi. Pemberian oksigen

II. LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.                Kasus

Klien Tn. K (33 Tahun) agama Islam, suku Jakarta, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan Indonesia, klien bekerja sebagai Hansip (Penjaga Keamanan). Klien masuk RS M. Djamil pada tanggal 29 Maret 2011 karena keadaan klien semakin parah dan disarankan untuk rawat inap. Klien mengatakan sebelum dirawat di RS, klien mengalami kecelakaan dan pernah di operasi bagian dada sebelah kiri. Klien tidak pernah mengeluh sakit, tetapi tiba-tiba klien menderita batuk dan sesak selama ± 3 minggu. Ketika dilakukan pengkajian  S : 36,10C, N : 84 x / mnt, RR : 22 x / mnt, TD : 110 / 70 mmHg, Kesadaran : CM terdapat luka bekas operasi di bagian dada sebelah kiri, badan klien kurus, batuk produktif, pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan redup dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6. Terdapat ronhi, batuk produktif, batuk berdarah (-), sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu napas (-), pernapasan kasmaul, kedalaman dangkal, fremitus kiri. Sebelumnya klien pernah berobat ke Puskesmas terdekat. Tapi karena di Puskesmas tersebut tidak memadai alat-alat dan obatnya maka klien dirujuk ke RS M. Djamil . Klien mendapat terapi amoxicyllin 3 x (gr IV selama 7 hari dari tanggal 20-27 Maret 2011 (terakhir hari ini) sebagai antibiotik, inhalasi dengan ventolin : bisolvon : NaCl = 1:1:1 untuk mengurangi sesak dan sekret mudah keluar. Rencana streptomicyin 1 x 550 mg IM (menunggu evaluasi THT) sebagai antibiotik dan diet TKTP 2300 KKal + ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari untuk

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

mengurangi terjadi edema.            Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 Maret 2011 didapatkan :

Anemia Leukosit : 11.600 (N : 5.000 – 10.000) Na : 132 mmol / l (N : 135 – 1147) Kalium : 2,9 mmo; / l (N : 3,10 – 5,10) Cl : 91 mmol / l (N : 95 – 108)

B.                 Pengkajian :

-          Identitas Klien         Nama               : Tn.K         Umur               : 33 tahun         Jenis Kelamin : laki-laki         Agama             : Islam         Pekerjaan         : Hansip-          Keluhan Utama

Klien mengeluh tidak pernah sakit, tetapi tiba-tiba klien menderita batuk dan sesak selama ± 3 minggu.

-          Riwayat Kesehatan Dahulu       Sebelumnya klien pernah dioperasi terkait dengan penyakit.

-          Riwayat Kesehatan SekarangKlien masuk RS M. Djamil pada tanggal 29 Maret 2011 karena keadaan klien semakin parah dan disarankan untuk rawat inap akibat kecelakaan yang dialami pada dada sebelah kiri.

-          Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah klien memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien?

C.                Pemeriksaan Fisik :

1.      Sistem Pernapasan :ò         Sesak napasò         Nyeri, batuk-batuk.ò         Terdapat retraksi klavikula/dada.ò         Pengambangan paru tidak simetris.ò         Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.ò         Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)ò         Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.ò         Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.ò         Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.ò         Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.ò         Pada kasus, ditemui klien batuk produktif, pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan redup

dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6. Terdapat ronhi, batuk produktif, batuk berdarah (-), sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu napas (-), pernapasan kasmaul, kedalaman dangkal, fremitus kiri.

2.      Sistem Kardiovaskuler :

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

ò        Nyeri dada karena pernapasan dan batuk.ò        Takhikardia, lemah ò        Pucat, Hb turun /normal.ò        Hipotensi.

3.      Sistem Persyarafan :ò           Kesadaran Compos mentis

4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

ò         Terdapat kelemahan.

D.                PENGKAJIAN 11 FUNGSIONAL GORDON

1.                  Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan

Biasanya klien tidak mengetahui tentang factor resiko yang menyebabkan klien menderita suatu penyakit pneumothoraks. Perlu dikaji juga bagaimana prilaku sehat klien sehari-hari dan seperti apa pencegahan penyakit yang diderita?

2.                  Pola Nutrisi Metabolik

Biasanya status nutrisi klien tidak mengalami gangguan (adekuat). Tidak terjadi penurunan nafsu makan, Berat badan. Selain itu, perlu dikaji juga bagaimana intake dan output makanan serta keseimbangan cairan tubuh klien?

3.                  Pola Elimasi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi baik itu BAB dan BAK masih dalam keadaan normal. Perlu dikaji juga bagaimana frekurnsi, konsistensi dari eliminasi klien.

4.                  Pola Aktivitas latihan

Klien mengalami gangguan dalam beraktivitas disebabkan oleh sesak napas dan batuk yang dideritanya. Pada kasus didapatkan klien mengalami batuk produktif, pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan redup dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6. Terdapat ronhi, batuk produktif, sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu napas (-), pernapasan kasmaul, kedalaman dangkal, fremitus kiri, batuk berdarah (-).

5.                  Pola Istirahat Tidur

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur akibat sesak napas dan batuk produktif disertai dengan sputum yang dialaminya. Biasanya klien akan sering terbangun di malam hari. Selain itu. Tanyakan berapa jam klien tidur dan beristirahat efektif dalam sehari.

6.                  Pola Persepsi Kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan penginderaan (penglihatan,pendenagran,penciuman,perabaan, dan pembauan) dan proses kognitif (berpikir, mengambil keputusan).

7.                  Pola Persepsi Konsep Diri

Biasanya klien tidak begitu mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Ketika ditanyakan mengenai penyakitnya,klien hanya menjawab seperlunya saja. Tanyakan pandangan klien terhadap dirinya.

8.                  Pola Peran Hubungan

Biasanya klien tidak mampu menjalankan perannya khususnya di keluarga. Klien juga mengalami gangguan interaksi social dengan sesama.

9.                  Pola Coping toleransi Stress

Pada kasus didapatkan bahwa klien masih mampu mencari pengobatan terdekat (PUSKESMAS). Biasanya klien mampu untuk mengatasi stress akibat penyakit denagn cara sering bertanya.

10.              Pola Reproduksi seksualitas

Biasanya klien mengalami gangguan seksualitas akibat kondisi klien yang lemah sehingga terjadi penurunan hubungan seksualitas.

11.              Pola Nilai Keyakinan

Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan penyakit. Perlu dikaji juga bagaimana pendekatan spiritual klien.

E.                 DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA,NOC,NIC)

Diagnosa Keperawatan :1.      Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal

karena akumulasi udara/cairan.2.      Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan

batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

3.      Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

4.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5.      Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.6.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.7.      Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap

trauma.

Diagnosa 1:Bersihan jalan   nafas tidak efektif b.d berhubungan dengan ekpansi paru

yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan. (p. 308)

Defenisi           : Ketidakmampuan untuk sekresi jelas atau penghalang dari saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan napas yang jelas

Data subjektif:Klien mengatakan lemas, batuk sejak  3 minggu.Data objektif : Kulit pucat, batuk produktif, sputum kental berwarna putih, leukosit : 11.600 (N : 5.000 – 10.000). Terdapat ronhi, batuk produktif, sputum kental berwarna putih

Batasan karakteristik:  Suara napas yang tidak disengaja

  Perubahan laju pernapasan

  Perubahan irama pernapasan

  Dyspnea

  Sputum berlebih

Faktor yang berhubungan (saluran napas terhambat):

  Lendir berlebihan

NOC :Status pernapasan:Jalan napas paten (p. 348)

Domain           : kesehatan psikologi (II)

Kelas               : kardiopulmonar (E)

Skala               : extremely compromised to not compromised

Defenisi           : ketika trakeobronkial tetap terbukaIndikator         :

  Batuk tidak muncul

  Tingkat pernapasan dalam rentang yang diharapkan (normal)

  Irama pernapasan dalam rentang yang diharapkan (normal)

  Bebas dari suara pernapasan yang tidak disengaja

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

  Mengeluarkan sputum dari jalan napas

NIC : Airway management (Pengaturan jalan napas) (p.95)

Defenisi     : fasilitasi patensi dari saluran udaraAktivitas   :

o   Buka jalan napas; dengan teknik chin lift atau jaw trust

o   posisikan pasien pada posisi ventilasi yang maksimal

o   mengidentifikasi pasien yang membutuhkan aktual / penyisipan potensi jalan nafas

o   tunjukkan terapi fisik dada yang cepat

o   keluarkan secret dengan mendorong batuk atau suctioning

o   dorongan pelan, pernapasan dalam, pemutaran, dan batuk

o   instruksikan bagaimana batuk yang efektif

o   dengarkan suara pernapasan

o   atur posisi untuk mengurangi sesak napas

o   pantau status pernapasan dan oksigenasi dengan tepat

Diagnosa 2:pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret

dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. (p. 138)

Defenisi: inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang cukup.

Data subjektif:Klien mengatakan sesak napas sejak 3 bulan yang lalu. klien mengatakan sulit bernapas dan saat bernapas terasa berat.Data objektif:Pernapasan kasmaul, kedalaman dangkal. Klien mendapat terapi amoxicyllin 3 x (gr IV selama 7 hari dari tanggal 20-27 Maret 2011 (terakhir hari ini) sebagai antibiotik, inhalasi dengan ventolin : bisolvon : NaCl = 1:1:1 untuk mengurangi sesak dan sekret mudah keluar.

Batasan karakteristik   :  Perubahan kedalaman pernapasan

  Dispnea

  Takipnea

Faktor yang berhubungan:  Sindrom hipoventilasi

NOC: status pernapasan :ventilasiDefenisi: inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang cukup.Hasil yang disarankan :

  status pernapasan :ventilasi

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

NIC: Memonitor pernapasan (p.473)

Defenisi           :mengumpulkan dan menganalisis data dari pasien untuk menjamin kepatenan jalan napas dan keadekuatan pertukaran gas.Aktivitas         :

o   memonitor rata-rata irama, kedalaman, dan usaha pernapasan

o   catat pergerakan dada, lihat kesimetrisannya, penggunaan otot pernapasan, dan supraklavikula

dan retraksi otot interkostal

o   memonitor suara pernapasan, krowing atau snoring

o   memonitor pola pernapasan:bradypnea, takypnea, hyperventilasi, pernapasan kusmaul

o   auskultasi suara paru setelah perawatan untuk mencatat hasil

o   memantau sesak napas dan kejadian yang memicu dan memperburuknya

Ventilation assistance (bantuan ventilasi)(p.593)

Defenisi     : promosi pola pernapasan spontan yang optimal yang memaksimalkan pertukaran O2 dan CO2 di paru-paruAktivitas   :o   Mempertahankan kepatenan jalan napas

o   Memberikan posisi untuk mengurangi dispnea

o   Membantu pertukaran posisi secara teratur

o   Memposisikan untuk mengurangi upaya pernapasan

BAB III                                                    PENUTUP

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994). Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak dan terjadinya perdarahan. Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.

Pneumothoraks memilki tanda dan gejala yang khas. Pengobatan dan penatalaksanaan juga khas. Ada banyak penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penyakit pneumothoraks.

DAFTAR  PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif,dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aescutapius.

Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Vol.1. Jakarta : EGCWartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Diposkan oleh Cicilia UzuMaki BanGeuD di 07.12 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: ASUHAN KEPERAWATAN, KEPERAWATAN DEWASA 2 Reaksi:

http://bangeud.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-trauma.html

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T.H DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : PNEUMOTORAKS DI RUANG CFR RUMAH SAKIT HKBP BALIGE

Karya Tulis ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Ujian Akhir Program Pada Akademi Keperawatan HKBP Balige

Oleh

KRISTINA ROTUA SINAGA2007. 020

AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGETOBASA-2010

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan HKBP Balige 2010

DISETUJUI OLEHDOSEN PEMBIMBING

Carolina Simanjuntak, S.Kep.Ns

Diketahui Oleh

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

DIREKTRIS AKPER HKBP BALIGE

Diak. Lamria Simanjuntak S.Kep.Ns

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah pada Akademi Keperawatan HKBP BALIGEPada Hari ................., Tanggal .........., Bulan ............. 2010

TIM PENGUJI : TANDA TANGAN

PENGUJI I : ( )

PENGUJI II : ( )

PENGUJI III : ( )

MENGESAHKAN,DirektrisAkademi Keperawatan HKBP Balige

Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep.Ns

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.Karya tulis ini merupakan hasil dari ilmu yang penulis dapatkan terutama dalam proses keperawatan yang merupakan hal penting bagi seorang perawat. Adapun judul karya tulis ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan Tn. T.H dengan Gangguan Sistem Pernapasan Pneumotoraks di Ruang CFR Rumah Sakit HKBP Balige.Selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan berupa bimbingan, nasehat, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

terhormat :1. Ibu Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep.Ns, sebagai Direktris Akademi Keperawatan HKBP Balige 2. Bapak Dr. Tihar Hasibuan,MARS,sebagai Direktur Rumah Sakit HKBP Balige yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan praktek keperawatan di Rumah Sakit HKBP Balige.3. Ibu Carolina Simanjuntak, S.Kep.Ns sebagai dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang telah memberikan nasehat dan bimbingan dalam konsultasi. 4. Seluruh staff dosen Akademi Keperawatan HKBP Balige yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama dalam pendidikan.5. Seluruh staff pegawai Rumah Sakit HKBP Balige khususnya perawat Ruang CFR yang membimbing penulis selama pengambilan kasus ini.6. Tn. T.H dan keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data dan keterangan mengenai keadaan klien.7. Yang tercinta Ayahanda St.H. Sinaga (Alm), Ibunda E.Hutapea, serta kakak, abang dan keponaanku yang penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa kepada penulis dalam menjalani pendidikan di Akademi Keperawatan HKBP Balige.8. Sahabat dan Rekan – rekan mahasiswa tingkat I, II dan III Akademi Keperawatan HKBP Balige yang telah memberikan dukungan selama penulisan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang telah diberikan selama ini.Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari yang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.Akhir kata semoga Tuhan membalas jasa baik yang telah diterima dari berbagai pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya demi perkembangan asuhan keperawatan pasien Pneumotoraks di masa mendatang.Balige, Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL vBAB 1 PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Ruang Lingkup Penulisan 21.3. Tujuan Penulisan 31.4. Metode Penulisan 31.5. Sistematika Penulisan 4BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 62.1. Konsep Dasar 6

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

2.1.1. Defenisi 62.1.2. Etiologi 62.1.3. Anatomi Fisiologi 82.1.4. Manifestasi Klinis 122.1.5. Patofisiologi 132.1.6. Diagnostik Penunjang 142.1.7. Komplikasi 142.1.8. Penatalaksanaan Medis 142.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumotoraks 152.2.1. Pengkajian 152.2.2. Pemeriksaan Diagnostik 172.2.3. Prioritas Keperawatan 172.2.4. Tujuan Pemulangan 172.2.5. Diagnosa Keperawatan 18BAB 3 TINJAUAN KASUS 263.1 Pengkajian Keperawatan 263.1.1. Biodata 263.1.2. Keluhan Utama 273.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang 273.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 283.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga 283.1.6. Riwayat atau Keadaan Psikososial 293.1.7. Spritual 313.1.8. Observasi dan Pemeriksaan fisik 313.1.9. Pola Kebiasaan Sehari- hari 403.1.10. Hasil Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik 423.1. Analisa Data 433.2. Diagnosa Keperawatan 433.3. Asuhan Keperawatan 453.4. Catatan Perkembangan 51BAB 4 PEMBAHASAN 624.1. Pengkajian 624.2. Diagnosa Keperawatan 634.3. Perencanaan/ Intervensi 654.4. Pelaksanaan/ Implementasi 664.5. Evaluasi 66BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 685.1. Kesimpulan 685.2. Saran 69DAFTAR PUSTAKA 70LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR KONSUL

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intervensi dan Rasional Pola Pernapasan Tidak Efektifnya 19Tabel 2.2. Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi Terhadap Trauma 23Tabel 2.3. Intervensi dan Rasional Nyeri 24Tabel 2.4. Intervensi dan Rasional Kurang Pengetahuan 25Tabel 3.1. Pola Kebiasaan Sehari-hari 41Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 43Tabel 3.3. Daftar Terapi Obat-obatan 43Tabel 3.4. Analisa Data 44Tabel 3.5. Asuhan Keperawatan 46Tabel 3.6. Catatan Perkembangan Hari ke-2 52Tabel 3.7. Catatan Perkembangan Hari ke-3 55Tabel 3.8. Catatan Perkembangan Hari ke-4 58Tabel 3.9. Catatan Perkembangan Hari ke-5 61

DAFTAR GAMBAR

Gambar .1. Rongga Pleura Normal 10 Gambar 2. Pneumotoraks Traumatic 10

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB Paru sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah. Kemajuan tehnik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi pleura dan juga beberapa tindakan terapeutik sep : misalnya fungsi pleura, ventilasi mekanik, CVP dapat pula menjadi sebab terjadinya pneumotoraks (Tambayong. 2000).Pneumotoraks juga dapat terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PPOK, bronkial pneumonia dan tumor paru). Pneumotoraks merupakan keadaan berkumpulnya udara didalam kavum (rongga) pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada (Sudoyo, 2006). Pneumotoraks didapatkan diseluruh dunia, paling sering diofinested country, Minnesoto, Amerika Serikat, Stochkholm Swedia. Melton etel melakukan penelitian selama 25 tahun pada pasien yang terdiagnosis sebagai pneumotoraks atau pneumomedistinum, didapatkan 177 pasien karena trauma dan 141 pasien karena pneumotoraks spontan. Pada pasien pneumotoraks spontan didapatkan angka insidensi terjadi pada 7,4-8,6% pertahun untuk pria dan wanita 1,2% pertahun. Pneumotoraks sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita dengan usia 20-30 tahun (Sudoyo, 2006).

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Penelitian secara epidemologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pada laki-laki dan perempuan 5:1 dimana pria lebih banyak dengan usia yang dikenai berkisar antara 20-40 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Medical Record Rumah Sakit HKBP Balige bahwa jumlah penderita pneumotoraks mulai dari bulan Januari 2009 – dengan april 2010 adalah sebanyak 8 dari seluruh pasien yang rawat inap di RS HKBP Balige selama satu tahun terakhir ini (Medical Record RS. HKBP Balige). Melihat kompleksnya permasalahan-permasalahan dan resiko yang timbul akibat penyakit pneumotoraks maka sangat dibutuhkan asuhan keperawatan yang profesional untuk mengurangi angka kesakitan yang terjadi pada pasien pneumotoraks. Berdasarkan data diatas dan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini menjadi karya tulis ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. T.H Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Pneumotoraks di ruang CFR RS HKBP Balige”.

1.2. Ruang Lingkup Penulisan Ruang lingkup penulisan karya ilmiah ini dibatasi pada satu kasus saja yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. T.H dengan Gangguan Sistem Pernapasan ”Pneumotoraks” di ruang CFR RS HKBP Balige mulai tanggal 03 Juni sampai tanggal 07 Juni 2010.

1.3. Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan umumPenulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. T.H yang menderita pneumotoraks di ruang CFR RS HKBP Balige.

1.3.2 Tujuan Khususa. Penulis dalam melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumotoraksb. Penulis dapat membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumotoraksc. Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumotoraks d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumotoraks e. Penulis dapat melakukan evaluasi hasil pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumotoraks.

1.4. Metode PenulisanDalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang ilmiah yang tertuju pada permasalahan yang sedang berlangsung sehingga dapat diperoleh gambaran jelas tentang keadaan pasien tersebut dengan cara : • Studi KasusYaitu perawatan langsung pada pasien Tn. T.H dengan gangguan sistem pernapasan ”Pneumotoraks” di Zaal CFR Rumah Sakit HKBP Balige, adapun metode pengumpulan data/ pengkajian yaitu : a. Observasi : Melakukan pengamatan langsung pada keadaan umum Tn. T.H untuk mengetahui

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

keadaan dan perkembangan Tn. T.H setiap hari. b. Pemeriksaan Fisik : Dengan teknik inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), dan auskultasi (mendengar). c. Wawancara : Penulis melakukan tanya jawab kepada Tn. T.H dan keluarga serta perawat yang ada di Ruang CFR, dokter dan tenaga medis lainnya. • Studi Kepustakaan Yaitu mempelajari buku-buku (kepustakaan), internet searching yang berkaitan dengan gangguan sistem pernapasan ”Pneumotoraks” • Study DokumentasiYaitu mengumpulkan data dari medical record dan status pasien medical.

1.5. Sistematika PenulisanKarya Tulis ini terdiri dari 5 (lima) Bab yang disusun secara berurutan yaitu: BAB 1 : Pendahuluan Yang meliputi latar belakang, Ruang Lingkup, Tujuan Penulisan, Sistematika Penulisan. BAB 2 : Landasan TeoritisKonsep Dasar Medis : defenisi, anatomi fisiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, penatalaksanaan. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan : Pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB 3 : Tinjauan Kasus Yang terdiri dari : Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan. BAB 4 : PembahasanYang membahas kesenjangan faktor-faktor pendukung dan faktor penghambat serta perbandingan antara landasan teoritis dengan tinjauan kasus. BAB 5 : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB 2TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar2.1.1. Defenisi • Pneumotoraks adalah pengumpulan udara di ruang potensial antara pleura visceral dan parretal (Mansjoer, 2000) • Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera kedalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura (Smeltzer, 2001) • Pneumotoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru (Corwin, 2000)

2.1.2. Etiologi Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai penyebabnya : 1. Pneumotoraks spontan yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

penyebab (trauma ataupun latrogerik) Ada 2 jenis, yaitu : - Pneumotoraks spontan primer : suatu pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasarinya sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.

- Pneumotoraks spontan sekunder, terjadi karena penyakit paru yang mendasari (tuberculosis paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor paru). Pasien pneumotoraks spontan sekunder bilateral dengan reseksi birokoskopi dijumpai adanya. 2. Pneumotoraks traumatic yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma baik trauma penetrasi maupun yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada, maupun paru. Beberapa penyebab traumatic penetrasi pada dinding dada adalah luka tusuk tembak, akibat tusukan jarum maupun pada saat dilakukan kanulasi vena sentral.Pneumotoraks traumatic dibagi 2 jenis, yaitu : 1. Pneumotoraks traumatic bukan iatrogenik adalah pneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya : jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup. 2. Pneumotoraks traumatic iatrogenik yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis (Sudoyo, 2006).Pneumotoraks traumatic dibagi 3 jenis berdasarkan jenis fistulanya : 1. Pneumotoraks tertutup (simple pneumotoraks) : pneumotoraks dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit lebih tinggi daripada/ dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfer. 2. Pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks) : terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar / melalui luka tersebut. 3. Pneumotoraks tension : terjadi apabila terdapat gerakan udara satu arah dari paru ke ruang pleura melalui sebuah lubang kecil di struktur tubuh (Corwin, 2000).

2.1.3. Anatomi Fisiologi 2.1.3.1. Anatomi Pleura selaput serosa yang dilapisi sel-sel mesotel dan juga membungkus paru-paru. Struktur lapisan viseralis membungkus seluruh permukaan luar paru termasuk fisura inter lobarus. Lapisan panetalis membungkus seluruh rongga toraks, diafragma berhubungan dengan pleura visceral. Ligament pulmonal dua lapisan pleura dibawah lapisan paru. Sel pleura pipih dan heksagonal. Perdarahan dan persarafan pleura parretallis, pembuluh darah dan saraf dari dinding tubuh. Pleura viseralis pembuluh darah dan saraf dari bronchus

Gambar 1. Rongga pleura normal

Gambar 2. Pneumotoraks traumatic Pneumotoraks traumatic yang terdapat pada gambar disebabkan oleh : - Trauma jaringan lunak pada region subklavia. - Trauma pada trakea

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Trauma pada bronchus - Suptur pada pleura viseralis - Trauma dinding dada dan pleura perietalis Sehingga adanya penumpukan cairan di rongga pleura.

2.1.3.2. Fisiologi ParuParu adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar thoraks dan dasarnya yaitu diafragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari pernapasan normalnya membutuhkan energi, fase ekspirasi normalnya pasif.

Pleura Bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin yaitu pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding inferior toraks dan permukaan superior dan diafragma. Pleura parietal melapisi thoraks dan pleura viseralis melapisi pleura. Antar kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.

Mediastinum Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks menjadi 2 bagian, terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.

Lobus Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh firura, yang merupakan perluasan pleura. Bronchus dan brokiolus Terdapat beberapa divisi bronchus didalam setiap lobus paru. Pertama bronchus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus subragmental kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya. Potensi bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya Potensi brokiolus seluruhnya tergantung pada rekouil elastic otot polos sekelilingnya dan pada tekanan alveolar. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagi dalam jalan napas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh “rambut” pendek yang disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan yang konstan yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Alveolus Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam klustar antara 15 sampai 20 alveoli. Banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi 70 meter persegi. Terdapat 3 jenis sel alveolar, sel alveolar tipe 1 : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar, sel-sel alveolar tipe 2, sel-sel yang aktif secara metabolik, menskresi surfaktan, suatu fusfolipid yang melapisi permukaan dalam dan melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps, sel alveoli tipe 3 adalah makrofag yang merupakan sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (mis : lendir, bakteri ) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Brunner Suddart, 2002).

2.1.4. Manifestasi Klinis Berdasarkan anamnesis, gejala yang sering muncul : a. Sesak napas b. Nyeri dada c. Batuk-batuk mengeluarkan sputumd. Gelisah e. Tekanan darah menurun(Mansjoer, 2000) Gejala-gejala dapat berdiri sendiri maupun kombinasi dan derajat gangguan bisa mulai asimtomatik atau menimbulkan gangguan ringan sampai berat, bermula pada saat istirahat dan berakhir dalam 24 jam (Sudoyo, 2006).

2.1.5. Patofisiologi

(Silvia, 2005) Keterangan :

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Pneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan kebocoran/ tusukan/ laserasi pleura visceral sehingga paru-paru kolaps berhubungan dengan udara/ cairan yang masuk kedalam ruang pleura. Volume di ruang pleura meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intratoraks. Jika peningkatan tekanan intratoraks terjadi, maka mengalami distress pernapasan dan gangguan pertukaran gas yang menimbulkan tekanan pada mediastinum sehingga mengalami gangguan jantung dan sirkulasi sistematik (Tyo, 2009). 2.1.6. Diagnostik Penunjang a. Anamnesis : adanya keluhan nyeri dada, sesak napas. b. Pemeriksaan fisik : suara napas melemah sampai menghilang, fremitus melemah sampai menghilang, resonasi perkusi dapat normal atau meningkat/ hipersonor. c. Pemeriksaan laboratorium : analisa gas darah arteri memberikan hasil hipoksemia dan alkalosis respirasi akut pada sebagian besar pasien, namun hal ini bukan hal yang penting. d. Pemeriksaan rontgen : pada foto thoraks PA, terlihat bagian thoraks yang avaskuler. Bila besar akan tampak pergeseran trakea dan mediastinum kesisi yang sehat (Brunner Suddarth, 2002).

2.1.7. Komplikasi Pneumotoraks tension atau pasien pneumotoraks dapat disebabkan oleh pernapasan mekanis dan hal ini mungkin dapat mengancam jiwa. Pneumo-mediastinum dan emfisema sub kutan dapat terjadi sebagai komplikasi dari pneumotoraks spontan. Jika pneumo-mediastinum terdeteksi maka harus dianggap sebagai rupture esophagus/ bronkus (Sudoyo, 2006).

2.1.8. Penatalaksanaan Medis 1. Farmakologi - Terapi O2 dapat meningkatkan reabsorbsi udara dari ruang pleura. - Drainase sederhana untuk aspirasi udara pleura. - Penempatan pipa kecil yang dipasang satu jalur pada katub helimic untuk memberikan perlindungan terhadap serangan tension pneumotoraks. - Obat simptomatis untuk batuk dan nyeri dada. - Pemeriksaan radiologik. 2. Diit M2 (BBR), tinggi kalori protein +ekstra putih telur 5-6 butir/ telur. 3. Pemasangan WSD (water seated draignage) : suatu sistem draignage menggunakan water seal untuk mengalirkan udara/ cairan dari cavum pleura (rongga pleura) yang tujuannya mengalirkan/ drainage udara atau dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut (Hendra Arif, 2008).

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumotoraks 2.2.1. Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat Gejala : dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 2. Sirkulasi Tanda : - Takikardia, frekuensi tak teratur (diskritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

3. Psikososial / Integritas Ego Tanda : ketakutan, gelisah, stressor, masalah financial. 4. Neurosensori Tanda : perubahan mental (bingung, somnolerik). 5. Makanan/ Cairan Tanda : adanya pemasangan IV vena sankral / infuse tekanan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, malnutrisi. 6. Nyeri/ Kenyamanan Gejala : nyeri dada imilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk/ regangan, taPukul atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam. Tanda : Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. 7. Pernapasan Tanda : Pernapasan meningkat/ takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun, perkusi dada : hiperesonan diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada ; gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental : ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Gejala : Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/ trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empisema/ efusi), keganasan (Mis : obstruksi humor). 8. Keamanan Gejala : adanya trauma dada, radiasi / hemoterapi untuk keganasan. 9. Penyuluhan/ PembelajaranGejala : riwayat faktor resiko keluarga : tuberculosis, kanker adanya bedah intratorakal/ biopsi paru. Bukti kegagalan membaik. 2.2.2. Pemeriksaan Diagnostik a. Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural : dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal. b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. c. Torasentasis : menyatakan darah/ cairan sarusanguinosa (hematorak) d. HB : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah. 2.2.3. Prioritas Keperawatan a. Meningkatkan/ mempertahankan ekspansi paru untuk oksiganasi/ ventilasi adekuat. b. Meminimalkan/ mencegah komplikasi. c. Menurunkan ketidaknyamanan nyeri. d. Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, dan prognosis. 2.2.4. Tujuan Pemulangan a. Ventilasi/ oksigenari adekuat dipertahankan. b. Komplikasi dicegah/ diatasi c. Nyeri tak ada/ terkontrol d. Proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan terapi dipahami.

2.2.5. Diagnosa Keperawatan Diagnosa 1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan dispnoe dan takipnoe. . Tujuan : Jalan napas klien efektif.

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Kriteria hasil : Menunjukkan pola pernapasan normal/ efektif GDA dalam batas normal, bekas sianosis dan hipoksia. Tabel 2.1. Intervensi dan Rasional Pola Pernapasan Tidak Efektif Intervensi Rasional- Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan sesak, dispnoe, terjadinya sianosis perubahan tanda vital. - Auskultasi bunyi napas

- Mengidentifikasi etiologi/ faktor pencetus contoh: kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik. - Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik, catat perubahan tekanan udara. - Catat pengembangan dada dan posisi trakea.

- Kaji fremitus

- Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam. - Pertahankan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur balik kesisi yang sakit. Dorong pasien untuk duduk sebanyak mungkin. - Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat/ dalam. - Bila selang dada dipasang : 1. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar/ batas air, pengatur dinding/ meja disusun dengan rapat. 2. Periksa batas cairan pada botol penghisap; pertahankan pada batas yang ditentukan.

3. Observasi gelembung udara botol penampung.

4. Evaluasi ketidaknormalan/ kontinuitas gel botol penampung.

5. Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien/ sistem) dengan mengklem kateter toraks pada bagian distal sampai keluar dada.

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

6. Berikan kasa berminyak/ bahan lain yang tepat disekitar sisi pemasangan sesuai indikasi. 7. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila kebocoran udara berlanjut. 8. Tutup rapat sambungan selang drainase dengan aman menggunakan pleiter sesuai kebijakan yang ada

- Awasi ”pasang surutnya” air penampung, catat apakah perubahan menetap/ sementara.

- Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang tidak berlipat/ menggantung dibawah saluran masuknya kewadah drainase. Alirkan aliran drainase bila perlu. - Catat karakter/ jumlah drainase selang dada.

- Evaluasi kebutuhan untuk memijat selang (milking)

- Pijat selang hati-hati sesuai protokol yang meminimalkan tekanan negatif berlebihan.

- Bila kateter toraks terputus/ lepas: observasi tanda distres pernapasan, sambungkan kateter thoraks bila mungkin gunakan tehnik yang bersih. Bila kateter terlepas dari dada, tutup segera sisi lubang masuk dengan kasa berminyak dan gunakan tekanan lembut. - Setelah kateter toraks dilepas : tutup sisi lubang masuk dengan kaca steril. Observasi tanda/ gejala yang dapat menunjukkan berulangnya pneumotoraks. Contoh : napas pendek, keluhan nyeri.

Kolaborasi - Kaji seri foto thoraks.

- Awas/ gambaran seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/ pengukuran volume tidal.

- Berikan oksigen tambahan melalui kanula/ marker sesuai indikasi. - Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/ perdarahan. - Bunyi napas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral). Area atelaktasis tidak ada bunyi napas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pneumotoraks. - Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

tindakan teraupetik.

- Kesulitan bernapas dengan ventilator dan/ atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi/ terjadi komplikasi (mis: ruptur spontan dari bleb terjadinya pneumotoraks. - Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru. Deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tegangan pneumotoraks. - Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan.

- Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif/ mengurangi trauma. - Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.

- Membantu pasien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ansietas/ akut.

- Mempertahankan tekanan negatif interpleural sesuai yang diberikan yang meningkatkan ekspansi paru optimum/ drainase cairan.

- Air botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfer masuk kearah pleural, jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah sistem drainase dada berfungsi dengan hipat. - Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dan pneumotorak (kerja yang diharapkan). Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekspansi paru lengkap. - Dengan bekerjanya penghisapan, menunjukkan kebocoran udara menetap yang mungkin berasal dari pneumotoraks besar pada sisi pemasangan selang dada. - Bila gelembung berhenti saat kateter diklem pada sisi pemasangan, kebocoran terjadi pada pasien.

- Biasanya memperbaiki kebocoran pada sisi insersi.

- Mengisolasi lokasi kebocoran udara pucat sistem.

- Mencegah/ memperbaiki kebocoran pada sambungan.

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Botol penampung bertindak sebagaimana meter intrapleural (ukuran intrapleural) : sehingga fluktuasi (pasang-surut) menunjukkan perbedaan tekanan antara inspirasi normal dan dapat meningkat selama batuk. Berlanjutnya fluktuasi pasang surut berlebihan dapat menunjukkan obstruksi jalan napas. - Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/ cairan pada selang mengubah tekanan negatif yang diinginkan dan membuat evaluasi udara/ cairan.

- Berguna dalam mengevaluasi perbaikan kondisi/ terjadinya komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya intervensi. - Meskipun tak seperti drainase serosa/ serosanguinora akan menghambat selang, pemijatan perlu untuk menyakinkan/ mempertahankan drainase pada perdarahan segar.- Pemijatan biasanya tidak nyaman untuk pasien karena perubahan tekanan intratorakal, dimana dapat menimbulkan batuk atau ketidaknyamanan dada, pemijatan keras dapat menimbulkan tekanan hisapan intratorakal yang tinggi yang dapat menciderai (misalnya : invaginasi) jaringan keujung selang, kolapsnya jaringan sekitar kateter dan perdarahan dari pembuluh darah kecil yang ruptur. - Pneumotoraks dapat terulang dan memerlukan intervensi cepat untuk mencegah pulmonal fatal dan gangguan sirkulasi.

- Deteksi dini terjadinya komplikasi penting, contoh berulangnya pneumotoraks adanya infeksi.

- Mengawasi kemajuan perbaikan hemotoraks/ pneumotoraks dan ekspansi paru. Mengidentifikasikan kesalahan posisi selang endotrakel mempengaruhi inflasi paru. - Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan/ gangguan dalam terapi.

- Alat dalam menurunkan kerja napas, meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengnan hipoksemia.

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Diagnosa 2 : Resiko tinggi terhadap trauma/ penghentian napas berhubungan dengan alat dari luar (sistem drainase dada/ WSD). Tujuan : tidak ada trauma. Kriteria hasil : Mengenal perawatan akan memperbaiki/ menghindari dari lingkungan dan bahaya fisik.Tabel 2.2. Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi Terhadap TraumaIntervensi Rasional- Kaji dengan pasien tujuan/ fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan. - Pasang kateter thorak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan/ mengubah posisi pasien : • Amankan sisi sambungan selang. • Beri bantalan pada sisi dengan kasa. - Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien atau pada sangkutan/ tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah. - Berikan transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik. Sebelum memindahkan periksa botol untuk batas cairan yang tepat, ada tidaknya gelembung; adanya/ derajat/ waktu pasang surut. Perlu atau tidak selang dada di klem atau dilepaskan dari sumber penghisap. - Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya/ karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti/ pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan. - Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/ menarik selang. - Identifikasi perubahan/ situasi yang harus dilaporkan pada perawat, contoh : perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba dan nyeri dada, lepaskan alat. - Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/ tercabut. - Informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas pasien. - Mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri/ ketidaknyamanan sehubungan dengnan penarikan.

- Mencegah terlepasnya selang

- Melindungi kulit dari iritasi/ tekanan.

- Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan risiko kecelakaan jatuh.

- Meningkatkan kontuinitas evakuasi optimal cairan/ udara selama pemindahan. Bila pasien mengeluarkan banyak jumlah cairan/ udara dada, selang harus tidak diklem/ penghisapan, dihentikan karena resiko akumulasi ulang cairan/ udara, mempengaruhi status pernapasan.

- Memberikan pengenalan dini dan pengobati adanya erosi/ infeksi kulit.

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Menurunkan resiko obstruksi drainase/ terlepasnya selang.

- Intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.

- Pneumotoraks dapat berulang/ memburuk karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan memerlukan intervensi darurat.

Diagnosa 3 : Nyeri berhubungan dengan batuk menetap adanya selang dada, ditandai dengan nyeri dada, gelisah, keadaan umum lemah. Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.Kriteria hasil : - Nyeri tidak ada. - Tampak rileks Tabel 2.3. Intervensi dan Rasional Nyeri Intervensi Rasional- Tentukan karakteristik nyeri.

- Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. - Dorong pasien untuk melakukan tehnik relaksasi. - Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan dan latihan tangan.

- Berikan periode istirahat, berikan lingkungan tenang.

- Berikan analgesik rutin sesuai indikasi. - Penggunaan skala/ rentang nyeri membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri, meningkatkan kontrol nyeri. - Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/ non verbal dapat menunjukkan derajat nyeri. - Meningkatkan relaksasi dan penglihatan perhatian.

- Mendorong dan membantu fisik diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien mampu untuk kreativitas karena nyeri/ takut nyeri.

- Penurunan kelemahan, menghemat energi dan meningkatkan koping.

- Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak periode nyeri.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang informasi ditandai dengan meminta informasi. Tujuan : Klien dan keluarga dapat mengerti tentang kondisi kesehatan klien. Kriteria hasil : - Menyatakan pemahaman penyebab masalah.- Mengidentifikasi tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi medik.

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah. Tabel 2.4. Intervensi dan Rasional Kurang Pengetahuan Intervensi Rasional- Kaji patologi masalah individu.

- Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi jangka panjang. - Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, misalnya: nutrisi baik, istirahat, latihan. - Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, contoh nyeri dada tiba-tiba dispnea, distress pernapasan lanjut. - Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan, memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi teraupetik. - Pasien yang sudah sehat yang menderita pneumotoraks spontan, insiden kambuh, 10% - 50%. - Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

- Berulangnya pneumotoraks memerlukan intervensi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.

Pelaksanaan/ implementasi : Pelaksanaan adalah pengolahan dan keperawatan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat maupun hasil dari kolaborasi.

Evaluasi : Evaluasi adalah pengolahan untuk menukar efek dari tindakan keperawatan pada klilen. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi yang diharapkan adalah pasien menunjukkan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

BAB 3TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan 3.1.1. Biodata A. Identitas Pasien Nama : Tn. T.H Tgl. Masuk RS : 01 Juni 2010 Jenis Kelamin : Laki-laki No. Register : 14.85.96Umur : 36 tahun Status Perkawinan : Nikah Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Pekerjaan : Supir Angkutan Alamat : Pasar Sirongit/ Laguboti Ruangan/ kamar : C/ II Golongan darah : O Pengkajian tanggal : 03 Juni 2010

B. Penanggung jawabNama : Ny. N.S Pekerjaan : IRTHubungan keluarga : Istri Alamat : Pasar Sirongit/ Laguboti

3.1.2. Keluhan Utama Klien mengatakan sesak napas, nyeri pada daerah toraks dekstra serta wajah tampak pucat.

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang1. Provocative/ palliative a. Apa penyebabnya : Klien mengatakan mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 01 juni 2010 dan mengalami benturan di daerah thoraks. b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien dibawa keluarga langsung ke RS HKBP Balige. 2. Quantity / Quality a. Bagaimana dirasakan : Klien merasakan kesakitan akibat benturan tersebut. b. Bagaimana dilihat : Klien tampak sesak dan lemah serta wajah tampak meringis kesakitan. 3. Region (Daerah) a. Dimana lokasinya : Didaerah thoraks tepatnya diiga 5. b. Apakah menyebar : Tidak menyebar. 4. Severity (mengganggu aktivitas) Keadaan klien sangat mengganggu aktivitas klien karena terasa nyeri bila bergerak. 5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) Sesak napas disertai nyeri didaerah thoraks dialami klien setelah mengalami kecelakaan pada tanggal 01 Juni 2010.

3.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalua. Penyakit yang pernah dialami Tidak ada penyakit serius tetapi klien pernah mengalami demam. b. Pengobatan/ tindakan yang dilakukanKlien hanya berobat ke apotek/ toko obat. c. Pernah dirawat/ dioperasi Tidak pernah.

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

d. Lama dirawat Tidak pernah e. Alergi Tidak ada riwayat alergif. Imunisasi Klien tidak ingat kapan imunisasi diberikan.

3.1.5. Riwayat Kesehatan Keluargaa. Orang Tua : Orangtua laki-laki klien telah meninggal b. Saudara Kandung : Sehat, tidak ada menderita penyakit keturunan. c. Penyakit Keturunan yang ada : Tidak adad. Anggota Keluarga yang meninggal : Tidak adae. Penyebab Meninggal : Faktor usia yang sudah tua. f. Genogram

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Meninggal: Klien: Tinggal Serumah

3.1.6. Riwayat atau Keadaan Psikososiala. Bahasa yang digunakanKlien menggunakan bahasa batak dan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. b. Persepsi Klien tentang penyakitnyaKlien yakin akan sembuh dengan penyakitnya dan ingin kembali pulang ke rumah. c. Konsep diri Body image : Klien sadar akan tubuhnya yang lemah. Ideal diri : Klien berharap ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah. Harga diri : Klien dapat menerima kondisi penyakitnya. Peran diri : Klien sebagai kepala rumah tangga di keluarganya. Personal identity : Sebagai anak ke-3 dari 7 bersaudara. d. Keadaan emosi Stabil dan dapat diajak berkomunikasi dengan baik. e. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara Baik, klien memperhatikan lawan bicaranya ketika berkomunikasi. f. Hubungan dengan keluargaBaik, klien sering dijenguk dan dijaga istrinya di RS HKBP Balige.

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

g. Hubungan dengan saudara Baik, tampak saudara menjaga klien di RS. h. Hubungan dengan orang lain Baik, klien dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap orang disekitarnya. i. Kegemaran Klien suka membaca Koran. j. Daya adaptasi Baik, klien dapat beradaptasi dengan lingkungan RS

k. Mekanisme Pertahanan diriBaik, klien selalu berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.

3.1.7. Spritual- Pola ibadah : Klien selalu beribadah ke Gereja tetapi itu dilakukan klien pada saat klien belum sakit.- Keyakinan tentang kesehatan : Klien yakin penyakitnya akan cepat sembuh.

3.1.8. Observasi dan Pemeriksaan fisika. Keadaan Umum : Klien tampak Lemahb. Tanda- tanda vitalSuhu Tubuh : 37,80C Nadi : 82 x/iTD : 110/ 70 mmHg RR : 28 x/i TB : 160 cm BB : 52 kg c. Pemeriksaan Head To Toe1. Kepala dan Rambut- Bentuk : Bulat lonjong- Ukuran : Normal- Posisi : Simetris - Keadaan rambut/ warna : Hitam, distribusi baik, dan tidak rontok. - Kebersihan : Kulit kepala dan rambut kurang bersih. 2. Mata/ Penglihatan- Bulat : Bulat- Sklera : Tidak ikterik - Konjungtiva : Anemis tidak ada - Posisi : Simetris- Penglihatan : Dapat membaca pada jarak 30cm. - Reflek cahaya : Baik, bila mata klien diberi cahaya mengecil terhadap cahaya. - Muka : Pucat - Pemakaian alat bantu : Tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan. 3. Hidung/ Penciuman- Bentuk dan posisi : Simetris- Peradangan : Tidak ada peradangan- Perdarahan : Tidak ada perdarahan - Polip/ Penyumbatan : Tidak ada polip/ sumbatan- Fungsi Penciuman : Baik, dapat membedakan bau-bauan. - Pada hidung terpasang : O2 terpasang (2-3 l/ menit) RR: 28x/m

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

4. Telinga/ Pendengaran- Bentuk dan Posisi : Simetris kiri dan kanan- Peradangan : Tidak ada peradangan- Perdarahan : Tidak ada perdarahan- Cairan : Tidak ada cairan- Fungsi Pendengaran : Baik, dimana klien dapat mendengarkan orang berbicara. - Pemakaian Alat Bantu : Tidak ada. 5. Mulut dan Gigi- Bibir : Simetris atas dan bawah- Mukosa Gigi : Normal - Lidah : Bersih, tidak ada kelainan. - Tonsil/ Faring : Tidak ada pembesaran tonsil - Peradangan : Tidak ada peradangan- Perdarahan : Tidak ada perdarahan- Kebersihan : Cukup bersih- Bau : Khas - Fungsi Pengecapan : Pasien merasa kepahitan di daerah mulut dan air ludah. - Kemampuan berbicara : Baik, pasien dapat melafalkan kata-kata dengan benar. - Kemampuan Menelan : Baik, mampu menelan dengan baik6. Integumen (Kulit) - Warna : Sawo matang - Turgor : Baik, ditandai dengan adanya tegangan kulit 2 detik. - Kebersihan : Kurang bersih- Kelainan kepada kulit : Tidak ada, tetapi ada luka pemasangan WSD di daerah thoraks. 7. Leher- Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. - Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid- Vena Jugularis : Normal - Kekakuan : Tidak ada kekakuan8. Thorax/ Dada- Inspeksi thorax : Ekspansi paru dan kanan simetris. - Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, terdapat bunyi tambahan ronchi basah. - Palpasi : Fremitus taktil melemah di lapang paru. - Perkusi : Hiperesonan- Nyeri Dada : Ada, skala nyeri 7-10 - Produksi sputum : Tidak ada produksi sputum. - Irama Pernapasan : Irreguler, 28 x/i - Inspeksi Jantung : Tampak adanya pulsasi di daerah apeks jantung. - Palpasi (ictus cordis): Teraba adanya pulsasi di daerah ICR-5 parasternum sinistra kualitas kuat. - Perkusi (batas jantung): Batas jantung atas ICR- 2, batas kanan = linea sternum dekstra ICR – 2, batas kiri - linea midklavikularis anterior bawah ICR-5 parasternalis sinistra. - Auskultasi : a. Irama denyut jantung : Irregulerb. Bunyi jantung 1 : Terdengar Lup di tricuspidalis (ICR-5 linea parastrenalis) dan Bicuspidalis (ICR-5 midklavikularis).

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

c. Bunyi jantung 2 : Terdengar DUP diorta (ICR-2 sinistra) dan pulmo (ICR-2 dekstra).d. Bunyi jantung tambahan: Tidak ada bunyi jantung tambahan. e. Bising Murmur : Tidak ada bising/ murmur. 9. Abdoment- Inspeksi : Simetris - Auskultasi : Peristaltik usus (+), normal 5-6 x/i - Perkusi : Timpani - Palpasi a. Tanda- tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekanb. Benjolan/ massa : Tidak ada benjolanc. Tanda- tanda ascites : Tidak ada tanda ascites d. Hepar : Tidak ada pembengkakan hepar e. Lien : Tidak terabaf. Titik MC Burney : Tidak terabag. Massa/ Cairan : Tidak ada massa/ cairan.h. Hepar : Tidak terabai. Lien : Tidak teraba nyeri tekanj. Ginjal : Tidak teraba keluhan nyeri. k. Lain-lain : Tidak ada kelainan10. Perineum dan Genetalia- Kebersihan Perineum : Bersih- Peradangan : Tidak ada peradangan- Perdarahan : Tidak ada perdarahan- Pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar- Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid- Alat Genetalia : Normal, Tidak ada kelainan- Lain- lain : Tidak ada masalah11. Ekstermitas atas - Bentuk dan kekuatan : Normal dan kekuatan otot (2)- Rentang gerak : Terbatas dan normal - Lain- lain : Terpasang infuse pada tangan kiri Rl 20 gft/ m12. Ekstermitas bawah- Bentuk dan kekuatan : Normal dan kekuatan otot (2) - Rentang gerak : Terbatas dan normal. - Reflek patologis : Babinski (-) - Lain- lain : Kekuatan otot nilai 2 didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi).

13. Neurologisa. Tingkat Kesadaran : GCS = 15 E = 4 M = 6 V= 5b. Syaraf otak ( nervus cranialis )- Nervus olfaktorius ( NI)Normal, klien dapat membedakan aroma bau- bauan sep.: alkohol. - Nervus optikus ( NII)

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Normal, klien mampu membacakan dengan jarak 30 cm. - Nervus oculomotorius, trochtear dan abdusen (NIII, NIV, NVI)Tidak ada pembengkakan, refleks cahaya baik dapat menggerakkan bola mata. - Nervus Trigeminus ( NV)Normal, klien mampu menggerakkan rahang (mengunyah makanan). - Nervus Fasialis ( NVII )Normal, klien dapat mengangkat dahi, dapat membedakan rasa manis, asin, asam. - Nervus vestibulocochlearis ( NVIII )Normal, klien dapat mendengarkan detakan jarum Pukul tangan dengan jarak 5 cm. - Nervus glassopharingeus dan vagus (NIX dan NX)Normal, klien mampu mengucapkan huruf dengan baik dan benar. - Nervus asseorius (N XI)Klien tidak mampu mengangkat bahu kiri dan kanan, dengan bersamaan akibat adanya dislokasi klavikula. - Nervus Hipoglosus (NXII)Klien mampu menggerakkan lidah kearah kiri dan kekanan. c. Fungsi Motorik- Cara berjalan dan keseimbanganKlien tidak mampu/ dapat berjalan dengan baik karena luka pada kaki. - Pemeriksaan Romberg TestKlien tidak dapat berdiri dengan tegak/ tepat. - Pemeriksaan jari hidungNormal, klien dapat menyentuh dengan tepat ujung hidung dengan jari telunjuk. - Pronasi supinasi testNormal, klien dapat membolak-balikkan telapak tangan kiri/ kanan. - Heel to shin testKlien tidak mampu menggerakkan tumit pada garis lurus. d. Fungsi Sensorik- Kemampuan untuk mengidentifikasi sentuhan ringan Baik, klien dapat merasakan sentuhan yang diberikan. - Test tajam tumpulBaik, klien dapat membedakan tusukan mata dan tajam. - Test suhu (panas dingin)Baik, klien dapat membedakan air hangat dan air dingin. - Test getaranKlien dapat merasakan getaran. - Graphestesia testKlien dapat merasakan goresan tangan tanpa melihat. - Test membedakan dua titikKlien mampu menyebutkan daerah yang diberikan rangsangan sentuhan pada 2 titik lokasi pipi kiri dan kanan. - Topognosis testKlien dapat membedakan bagian tubuh yang disentuh. e. Refleks - Refleks Biseps : Normal (++)

Page 37: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Refleks Trisep : Normal (++) - Refleks Brachioradialis : Normal (++) - Refleks Patelar : Normal (++) - Refleks Tendon Achiles : Normal (++) - Refleks Plantar : Normal (++) f. Refleks Patologis : Tidak ada

14. Pemeriksaan Status Mental- Kondisi emosi Stabil

- OrientasiKlien mampu beriorientasi dengan pasien yang lain dilingkungan RS. - Proses berfikir ( ingatan, keputusan, perhitungan, atensi )Klien mengingat dan menyadari bahwa dia sedang sakit dan berada di RS. - Motivasi (kemauan) Klien yakin penyakitnya akan sembuh dengan mengikuti proses pengobatan. - PersepsiKlien yakin penyakitnya akan sembuh. - Bahasa Bahasa batak dan Indonesia.

3.1.9. Pola Kebiasaan Sehari- hariTabel 3.1 Daftar Pola Kebiasaan Sehari-hariNo Pola Sebelum sakit Ketika sakit1 a. Makanan- Diet- Komposisi- Frekuensi- Makanan yang disukai- Selera makan

- Makanan pantanganb. Minum- Jenis- Jumlah per hari - Minuman yang disukai- Minuman pantangan Makan biasaNasi, ikan, sayur3 x 1 hari Mie goreng Baik

Page 38: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

-

Air putih 7 gelas Kopi Tidak ada MII (BBR) Nasi, ikan, sayur 3 x 1 hariTidak adaKurang,makanan yang disajikan ½ porsi yang habis -Air putih5-6 gelas - Minuman beralkohol 2 Tidur- Kebiasaan tidur malam- Kebiasaan tidur siang- Kesulitan tidur - Cara mengatasinya 2200Wib – 0600Wib + 1 jamTidak adaTidak ada 2400Wib – 0500Wib 2 jamAda, waktu sesak napas Mengatur posisi senyaman mungkin, posisi semifowler, O2 terpasang. 3 a. Eliminasi BAK- Frekuensi- Jumlah- Warna- Bau- Kelainan

b. Eliminasi BAB- Frekuensi- Jumlah- Konsistensi- Warna- Bau- Kelainan- Lain- lain

Page 39: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

c. Personal Hygiene- Kebiasaan mandi- Pemeliharaan Gigi dan Mulut- Pemeliharaan rambut- Pemeliharaan kuku- Masalah dalam melaksanakan personal Hygiene + 3-5 kali/ hari 5000 cc/ hari Kuning Khas Tidak ada

1-2 x/ hariTidak terhitung LembekKuningKhasTidak ada-

2 x sehari2 x sehari

1 x 3 hari 1 x seminggu Tidak ada

+ 3 kali/ hari+ 4000 ccPutih kekuning- kuninganAmis dan bau obatTidak ada

1 x sehariTidak terhitung LembekKuning KhasTidak ada-

Page 40: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

2 x sehari (dilap keluarga) 1 x sehari

1 x 3 hari 1 x semingguTidak ada

3.1.10. Hasil Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik a. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang Medis 1. Laboratorium : tanggal 02 Juni 2010 Table 3.2. Hasil Pemeriksaan LaboratoriumHasil NormalWBC 11,0 x 103/ Ul HGB 11,6 g/ dl RBC 3,71 x 106 HCT 33,8 % PARACETAMOL 213 x 103/ UL 4000 – 10000 / mm3 12-18 gr % 4-5 juta/ mm3 35-45 % 250.000/ m3 2. Rontgen : tanggal 01 juni 2010 Dilakukan foto thoraks AP dengan hasil terlihat adanya penyimpangan struktur mediastinal yaitu adanya akumulasi udara/ cairan pada pleura. 3. ECG : - 4. USG : - 5. Lain-lain : INF RL 20 gtt/ i, Diet MII/ BBR, Bed Rest, O2 : 2-3l/ menit (kalau perlu). 6. Penatalaksanaan dan Terapi : Table 3.3. Daftar terapi obat-obatanNo Nama Obat Dosis Keterangan 1 Cefotaxime 1 gr/ 12 jam Antibiotik Anti alergi 2 Frogesic/ tramadol 1 gr/ 8 jam/ drips Analgetik 3 Ranitidine 1 amp/ 12 jam Antihistamin/ tukak lambung 4 Novalgin 1 amp/ 8 jam Antipiretik analgetik. 5 Ketorolac 1 amp/ 12 jam Analgetik/ iritasi lambung 6 Ambroxol syrup 3 x 1 sdt Obat batuk7 Paracetamol 3 x 1 sdt Antipiretik Analgetik 8 Asam mefenamat 3 x 1 sdt Analgetik 9 Metronidazole 500 mg/ hari Antibiotik dan anti inflamasi. 3.1. Analisa DataTable 3.4. Analisa DataNo Data Etiologi Masalah

Page 41: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

1

DS : Klien mengatakan sulit bernapas. DO : - Klien tampak sesak. - Frekuensi pernapasan 28 x/i, terpasang O2 (2-3 l/i) - Fremitus melemah di lapang paru kanan dan kiri- Terdapat bunyi tambahan ronchi basah sebelah paru kanan. - Pada foto thoraks terlihat adanya penyimpangan struktur mediastinal yaitu adanya akumulasi udara/ cairan pada pleura. - Terpasang WSD Trauma dada Tidak efektifnya pola pernapasan.

2 DS : Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan; tidak bisa tidur (+) DO : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri (7-10), Klien melemah dan gelisah terpasang WSD sela iga ke-5. Trauma thoraks Gangguan rasa nyaman nyeri.

3 DS : Klien mengatakan nyeri pada pemasangan WSD. DO : - Adanya luka pemasangan WSD. - Adanya tanda infeksi seperti ; rubor/ nyeri (+),dolor/ kemerahan (+) Pemasa-ngan WSD Resiko tinggi terjadi infeksi. 4 DS : Klien mengatakan tidak mampu beraktivitas. DO : - Klien tampak lemah dan terpasang WSD di daerah thoraks sela iga 5. - Aktivitas dibantu keluarga dan perawat. - Kekuatan otot bernilai 2. Nyeri pemasa-ngan WSD Intoleransi aktivitas

3.2. Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan trauma dada, luka ruang pleura volume ruang pleura meningkat dan distras pernapasan ditandai dengan klien mengatakan sulit bernapas, tampak sesak, frekuensi pernapasan 28 x/i terpasang O2 (2-3 l/i).2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma thoraks ditandai dengan klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan, tidak bisa tidur tampak meringis kesakitan, dengan skala nyeri 7-10, keadaan umum lemah dan gelisah serta terpasang WSD di iga ke-5.3. Resiko tinggi terjadinya infeksi ditandai dengan adanya luka pemasangan WSD tampak tanda-tanda infeksi, seperti : rubor/ nyeri dan dolor/ kemerahan. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri pemasangan WSD ditandai dengan klien tidak mampu beraktivitas, klien tampak lemah dan terpasang WSD di daerah thoraks iga ke-5 serta aktivitas dibantu keluarga dan perawat, kekuatan otot bernilai 2.

3.3. Asuhan KeperawatanNama : Tn. T.H Ruangan : CFR

Page 42: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Umur : 36 tahun Hari/Tanggal : Kamis, 03 Juni 2010 Diagnosa Medis : Pneumotoraks Tabel 3.5. Asuhan KeperawatanNo. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Asuhan Keperawatan Implementasi Evaluasi ParafIntervensi Rasional 1 Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan trauma dada, ditandai dengan klien mengatakan sulit bernapas, tampak sesak, frekuensi pernapasan 28 x/i terpasang O2 (2-3 l/i) Bersihan jalan napas kembali efektif.

Kriteria hasil : Sesak napas berkurang frekuensi napas 16-18x/m

- Kaji fungsi pernapasan seperti bunyi napas kecepatan dan kedalaman.

- Tinggikan kepala 30-450

- Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan tehnik pernapasan diafragmatik dan batuk efektif.

- Berikan oksigen tambahan melalui nasal sesuai indikasi.

- Berikan obat sesuai indikasi (ambroxol syrup 3 x1 hari)

- Pantau hasil WSD/ pipa khusus steril yang dimasukkan kedalam rongga pleura. - Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.

- Memudahkan kerja pernapasan dan ekspansi paru.

- Tehnik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan.

- Memaksimalkan sediaan oksigen khususnya bila ventilasi menurun, depresi anestesi dan nyeri.

- Batuk yang melelahkan perlu ditahan untuk menghemat energi.

- Untuk mengetahui tekanan rongga pleura apakah masih tetap positif atau negatif, jika (+) lakukan pengisapan udara secara aktif dan apabila paru sudah mengembang penuh dan tekanan pleura sudah tidak ada sebelum dicabut lakukan uji coba menjepit pipa selama 24 Pukul. Pukul 09.30 Wib

Page 43: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Mengkaji fungsi pernapa-san dengan irama napas : ireguler dengan RR : 28 x/i.

Pukul 10.30 Wib - Meninggikan kepala klien dengan mengatur posisi tempat tidur 30-450

Pukul 11.00 Wib - Mengajarkan klien latihan napas dan batuk efektif.

Pukul 11.00 Wib- Memberikan oksigen tambahan melalui nasal kanul sebanyak 2-3l/i

Pukul 13.00 Wib- Memberikan ambroxol syrup 3 x 1 cth.

Pukul 13.30 Wib - Memantau hasil WSD dengan hasil 120 cc. Pukul 14.00 Wib S : Pasien mengatakan masih sesak dan sulit bernapas. O : Pasien tampak sesak napas, masih batuk tetapi tidak berdahak. Irama pernapasan irreguler, frekuensi napas 28 x/i.

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi Dilanjutkan

2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma thoraks ditandai dengan klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan, tidak bisa tidur tampak meringis kesakitan, dengan skala nyeri 7-10, keadaan umum lemah dan gelisah serta terpasang WSD disela iga ke-5 Melaporkan nyeri hilang.

Kriteria hasil: Tampak rileks, mampu tidur dan istirahat dengan tepat. - Kaji nyeri, catat lokasi karakteristik, berat, skala dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

- Pertahankan istirahat yang cukup.

- Beri latihan napas dalam.

- Ukur dan pantau TTV dan berikan posisi senyaman mungkin.

Page 44: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Berikan analgetik sesuai indikasi.

- Berguna dalam pengawasan oleh obat perubahan pada karakteristik nyeri dengan tepat.

- Aktivitas berat dapat menyebabkan nyeri trauma meningkat.

- Fokus perhatian kembali meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.

- Untuk mengetahui perubahan yang terjadi/ keadaan umum klien dan klien dapat merasakan kenyamanan sesuai dengan posisi yang diinginkan.

- Menghilangkan rasa nyeri. Pukul 09.00 WIB- Mengkaji nyeri, catat skala intensitas nyeri (7-10) berat.

Pukul 10.00 WIB- Memberikan istirahat dan menganjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berat.

Pukul 11.30 WIB - Melakukan dan mengajar latihan napas dalam.

Pukul 12.30 WIB - Mengukur TTV klien. TD : 110/ 70 mmHg RR : 24 x/i HR : 82 x/i dan memberikan posisi yang nyaman.

Pukul 13.00 WIB - Memberikan tramadol drips 8/jam. - Memberikan asam mefenamat 3x1/hari. Pukul 15.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan.

O : Pasien tampak nyeri kesakitan (skala nyeri 7-10)

Page 45: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

3 Resiko tinggi terjadinya infeksi ditandai dengan adanya luka pemasangan WSD tampak tanda-tanda infeksi, seperti : tubor/ nyeri dan dolor/ kemerahan Klien bebas dari infeksi pada lokasi insesi selama pemasangan WSD. Kriteria hasil: Bebas dari tanda-tanda infeksi, tidak ada nyeri dan kemerahan. - Berikan pengertian dan pengetahuan perawatan WSD.

- Berikan perawatan luka dengan tehnik septic dan anti septic.

- Dorong untuk nutrisi yang optimal.

- Kaji tanda-tanda vital infeksi.

- Berikan antibiotik - Perawatan mandiri seperti menjaga luka dari hal yang septic tercipta bila klien memiliki pengertian yang optimal.

- Perawatan luka yang tidak benar akan menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme.

- Untuk mempertahankan status nutrisi serta mendukungn sistem immune.

- Nyeri dan kemerahan menunjukkan indikasi infeksi.

- Mencegah atau membunuh mikroorganisme. Pukul 09.00 WIB- Memberikan pengertian dan pengetahuan perawatan WSD.

Pukul 10.00 WIB- Memberikan perawatan luka dengan tehnik septic dan antiseptik.

Pukul 12.00 WIB- Mendorong untuk pemberian nutrisi yang optimal.

Pukul 12.30 WIB- Mengkaji tanda-tanda infeksi. Pukul 13.00 WIB- Memberikan injeksi anti biotik sep :

Page 46: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Cefotaxime 3 amp/ 8 jam. - Metrodina zole 8/ jam. Pukul 16.00 WIB S : Klien mengatakan adanya nyeri.

O : Tampak adanya nyeri dan kemerahan pada lokasi pemasangan WSD.

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri pemasangan WSD ditandai dengan klien tidak mampu beraktivitas, klien tampak lemah dan terpasang WSD di daerah thoraks iga ke-5 serta aktivitas dibantu keluarga dan perawat Klien mampu melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Kriteria hasil:Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari. - Tingkatkan tirah baring/ duduk, berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung sesuai keperluan.

- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi untuk melakukan rentang gerak aktif dan rentang gerak pasif.

- Kaji Rom pada ekstremitas atas tampak insersi WSD.

- Berikan tindakan distraksi dan relaksasi.

- Anjurkan keluarga untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan. - Meningkatkan tirah baring/ dan ketenangan.

- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

- Mengetahui tanda awal terjadinya kontraktur sehingga dapat dibatasi.

- Distraksi dan relaksasi berfungsi memberikan kenyamanan untuk beraktivitas sehari-hari.

- Membantu mengurangi rasa nyeri. Pukul 10.00 WIB- Meningkatkan tirah baring/ duduk dan membatasi pengunjung

Page 47: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Pukul 10.30 WIB- Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi untuk melakukan rentang gerak aktif dan pasif.

Pukul 11.00 WIB- Mengkaji Rom pada ekstremitas atas tampak insersi WSD.

Pukul 13.00 WIB- Memberikan tindakan distraksi dan relaksasi.

Pukul 14.00 WIB- Menganjurkan keluarga membantu klien. Pukul 16.00 WIB S : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas.

O : Klien dibantu oleh keluarga dan perawat.

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

3.4. Catatan Perkembangan Nama Klien : Tn. T.H Ruangan : CFR Umur : 36 Tahun Diagnosa Medis : Pneumotoraks

Tabel 3.6. Catatan Perkembangan Hari ke- 2HariTanggal DxKepera-watan Implementasi Evaluasi ParafJumat, 04 Juni 2010 Dx1 Pukul 09.00 Wib - Melakukan pengkajian terhadap irama pernapasan. Pukul 10.00 Wib - Meninggikan kepala klien dengan mengatur posisi tempat tidur 30-400 dan mengatur posisi klien. Pukul 11.30 Wib - Mengajarkan klien latihan napas dan batuk efektif. Pukul 12.30 Wib- Memberikan oksigen tambahan melalui nasal sesuai indikasi. Pukul 12.30 Wib- Memberikan obat sesuai dengan indikasi ambroxol syrup 3 x 1 cth. Pukul 13.30 Wib - Memantau hasil WSD/ pipa khusus steril yang dimasukkan kedalam pleura, hasil 100 cc. Pukul 14.00 Wib S : Klien mengatakan masih sesak di daerah dada dan sulit untuk bernapas.

Page 48: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

O : Pasien tampak sesak napas, Irama pernapasan irreguler, frekuensi napas 28x/i.

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

Jumat, 04 Juni 2010 Dx2 Pukul 10.00 WIB- Melakukan pengkajian terhadap rasa nyeri, skala nyeri 7 (berat) Pukul 12.30 WIB- Menganjurkan klien untuk istirahat 7-8 Pukul/ hari. Pukul 13.00 WIB - Melatih klien melakukan tehnik relaksasi dengan menarik napas. Pukul 13.30 WIB - Mengukur TTV klien. TD : 110/ 70 mmHg RR : 24 x/i Pols : 82 x/iTemp : 37,80C. Pukul 13.30 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi seperti : 1. Memberikan obat analgetik : inj. Ketorolac dengan dosis 1 amp/ 8 jam. 2. Memberikan obat antipiretik berupa Paracetamol 500 mg paroral. Pukul 16.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan.

O : Wajah Klien tampak meringis kesakitan skala nyeri 7 (berat) TTV : TD = 110/ 70 mmHg, Pols : 82 x/i,RR : 24 x/i, Temp : 37,80C

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Jumat, 04 Juni 2010 Dx3 Pukul 10.00 WIB- Memberikan pengertian dan pengetahuan perawatan WSD. Pukul 11.00 WIB- Memberikan perawatan luka pada daerah pemasangan WSD dengan cara membersihkan luka bekas operasi dengan gas steril dan pinset steril. Pukul 12.00 WIB- Memberikan nutrisi yang optimal seperti diet BBR TKTP. Pukul 13.00 WIB - Mengobservasi tanda infeksi disekitar pemasangan WSD seperti tubor, dolor, kalor, tumor dan

Page 49: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

perubahan fungsi. Pukul 13.30 WIB - Memberikan antibiotik : - Inj. Cefotaxime 1 amp/ 8 jam. - Metronidazole 500 mg/hari Pukul 17.30 WIB S : Klien mengatakan nyeri (+)

O : tampak adanya tanda infeksi seperti kemerahan dan nyeri.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Jumat, 04 Juni 2010 Dx 4 Pukul 14.00 WIB- Meningkatkan tirah baring/ duduk dan membatasi pengunjung supaya klien dapat beristirahat dengan tenang. Pukul 15.00 WIB - Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas ringan seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kebutuhan personal hygiene. Pukul 18.30 WIB - Mengkaji rentang gerak pada ekstremitas atas dan bawah aktif dan pasif. Pukul 19.00 WIB - Memberikan tindakan distraksi dan relaksasi. - Menganjurkan kepada klien untuk meminta bantuan pada keluarga maupun perawat dalam memenuhi kebutuhan. Pukul 20.00 WIB S : Klien mengatakan sulit bernapas.

O : Klien tampak lemah dan melakukan aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi keperawatan dilanjutkan.

Nama Klien : Tn. T.H Ruangan : CFR Umur : 36 Tahun Diagnosa Medis : Pneumotoraks

Tabel 3.7. Catatan Perkembangan Hari ke- 3HariTanggal DxKepera-watan Implementasi Evaluasi ParafSabtu, 05 Juni 2010 Dx1 Pukul 09.00 Wib

Page 50: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Melakukan pengkajian terhadap irama pernapasan (ireguler) dan frekuensi pernapasan 24x/i. Pukul 10.00 Wib - Mengatur posisi semifowler dengan meninggikan kepala 30-450. Pukul 12.30 Wib - Menganjurkan klien untuk napas dan batuk efektif. Pukul 13.00 Wib- Memberikan oksigen tambahan 2-3l. Pukul 13.00 Wib- Memberikan obat batuk ambroxol syrup 3 x 1 cth. Pukul 14.00 Wib - Memantau hasil WSD yang dimasukkan kedalam rongga pleura, dengan jumlah 20 cc. Pukul 14.30 WIB S : Klien mengatakan masih sesak di daerah dada dan sulit untuk bernapas.

O : Pasien tampak sesak napas, Irama pernapasan irreguler, frekuensi napas 24x/i.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

Sabtu, 05 Juni 2010 Dx2 Pukul 10.00 WIB- Mengkaji skala nyeri sedang (6) Pukul 12.00 WIB- Mempertahankan istirahat yang cukup. - Melakukan latihan napas dalam dan menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi dengan menarik napas dalam melalui hidung dan dikeluarkan secara perlahan melalui mulut. Pukul 13.00 WIB - Mengobservasi TTV TD : 110 / 70 mmHg HR : 82 x/i RR : 24 x/i Temp : 37,40C - Mengatur posisi semi fowler. Pukul 13.30 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi seperti analgetik 1. Inj Tramadol.2. Asam mefenamat 3x1cth. Pukul 15.30 WIB S : Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan berkurang.

O : Wajah Klien tampak meringis kesakitan skala nyeri sedang (6) TTV : TD = 110/ 70 mmHg, Pols : 82 x/i, RR : 24 x/i, Temp : 37,40C

Page 51: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Sabtu, 05 Juni 2010 Dx3 Pukul 10.00 WIB- Memberikan perawatan luka pada daerah pemasangan WSD dengan cara : 1. Bersihkan luka operasi dengan larutan NaCl 0,9%. 2. Bersihkan luka dengan memakai pingset dan bersihkan area pemasangan WSD. 3. Keringkan dengan khas steril yang kering. 4. Oleskan isodine/ betadine di area luka. 5. Perban atau tutup luka dengan gaas steril dan pasang plester gunanya agar kuman tidak masuk ke daerah luka. Pukul 12.30 WIB- Memberikan nutrisi yang optimal dengan pemberian diet BBR TKTP. Pukul 13.30 WIB - Mengobservasi tanda-tanda infeksi disekitar pemasangan WSD. Pukul 14.00 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi seperti pemberian : - Inj. Cefotaxime 1gr/ 12 jam. -. Inf. Metronidazole 500 mg. Pukul 16.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri pada lokasi insersi pemasangan WSD.

O : Tampak kemerahan pada lokasi insersi pemasangan WSD.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Sabtu, 05 Juni 2010 Dx 4 Pukul 15.00 WIB - Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring/ duduk ditempat tidur. Pukul. 17.30 WIB - Melatih pasien/ klien dalam melakukan aktivitas ringan secara bertahap, misalnya : makan sendiri, menyisir rambut, mengatur posisi nyaman. - Mengkaji Rom pada ekstremitas atas tempat insersi WSD. - Memberikan tindakan distraksi dan relaksasi. Pukul. 19.30 WIB - Menganjurkan klien untuk meminta bantuan pada keluarga ataupun perawat memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti : mengganti pakaian. Pukul 20.00 WIB S : Klien mengatakan masih nyeri pada bergerak.

O : Pasien masih bedrest, aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.

A : Masalah keperawatan belum teratasi.

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan.

Page 52: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Nama Klien : Tn. T.H Ruangan : CFR Umur : 36 Tahun Diagnosa Medis : Pneumotoraks

Tabel 3.8. Catatan Perkembangan Hari ke- 4HariTanggal DxKepera-watan Implementasi Evaluasi ParafMinggu, 06 Juni 2010 Dx1 Pukul 10.00 Wib - Mengkaji irama pernapasan, frekuensi pernapasan 22 x/i. - Meninggikan tempat tidur pasien 30-400 dan mengatur posisi klien dengan semi fowler. Pukul 11.00 Wib - Mengajarkan dan menganjurkan klien napas dalam dan batuk efektif. Pukul 14.00 Wib - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi : 1. Pemberian O2 tambahan 2-3 l/i. 2. Pemberian obat batuk ambroxol syrup 3 x 1 cth. Pukul 14.30 Wib- Memantau hasil WSD/ Pipa khusus steril pengeluaran cairan (-) Pukul 15.30 WIB S : Klien mengatakan masih sesak di daerah dada dan sulit untuk bernapas. O : Pasien tampak sesak napas, Irama pernapasan irreguler, frekuensi napas 22x/i. A: Masalah belum teratasi.P: Intervensi keperawatan dilanjutkan- Lakukan uji coba dengan menjepit pipa selama 24 jam. Rasional : untuk mengetahui dan melihat apakah masih ada cairan drain jika tidak ada paru sudah mengembang dan tekanan pleura (-) sehingga drain dapat dicabut. Minggu, 06 Juni 2010 Dx2 Pukul 16.00 WIB- Mengkaji skala nyeri sedang (6) Pukul 16.30 WIB- Mempertahankan istirahat yang cukup.

Pukul 17.00 WIB - Melakukan latihan napas dalam dan menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi dengan menarik napas dalam. Pukul 18.30 WIB - Mengobservasi tanda-tanda vital. TD : 110 / 70 mmHg HR : 84 x/i RR : 22 x/i

Page 53: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

Temp : 38,30C - Mengatur posisi semi fowler. Pukul 18.30 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi seperti 1. analgetik, Inj Tramadol dan dosisi 1 amp/ 8 Jam. 2. Antipiratik : Paracetamol 500 mg peroral. Pukul 19.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri pada dada berkurang.

O : Wajah Klien tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri sedang (6) Tanda-tanda vital : TD = 110/ 70 mmHg, Pols : 82 x/i, RR : 22 x/i, Temp : 37,80C

A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Minggu, 06 Juni 2010 Dx3 Pukul 16.00 WIB- Memberikan perawatan luka pada daerah pemasangan WSD dengan cara : Pukul 18.00 WIB- Memberikan nutrisi yang optimal dengan pemberian diet BBR TKTP. Pukul 18.30 WIB - Mengobservasi tanda-tanda infeksi disekitar pemasangan WSD. Pukul 18.30 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi seperti pemberian : 1. Inj. Cefotaxime 1gr/ 12 Pukul. 2. Inf. Metronidazole 500 mg. Pukul 19.30 WIB S : Klien mengatakan nyeri berkurang.

O : Kemerahan berkurang pada lokasi insersi pemasangan WSD.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan. Minggu, 06 Juni 2010 Dx 4 Pukul 14.00 WIB - Meningkatkan tirah baring/ duduk dan membatasi pengunjung supaya klien dapat beristirahat dengan tenang. Pukul. 16.00 WIB - Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas ringan sep: pemenuhan nutrisi (makan sendiri), menyisir rambut. - Mengkaji Rom pada ekstremitas atas tempat insersi WSD. - Memberikan latihan distraksi dan relaksasi. Pukul. 18.00 WIB

Page 54: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Meminta bantuan perawat dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti : mengganti pakaian. Pukul 20.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri berkurang bila bergerak.

O : Klien tampak melakukan aktivitas ringan seperti menyisir rambut.

A : Masalah keperawatan sebagian teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan.

Nama Klien : Tn. T.H Ruangan : CFR Umur : 36 Tahun Diagnosa Medis : Pneumotoraks

Tabel 3.9. Catatan Perkembangan Hari ke- 5HariTanggal DxKepera-watan Implementasi Evaluasi ParafSenin, 07 Juni 2010 Dx1 Pukul 10.00 Wib - Mengkaji irama pernapasan klien reguler dengan frekuensi pernapasan 20 x/i. Pukul 11.00 Wib - Menganjurkan klien batuk efektif. Pukul 14.00 Wib - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat batuk ambroxol syrup 3 x 1 hari. . Pukul 14.30 Wib- WSD off. Pukul 18.00 WIB S : Klien mengatakan sesak tidak ada.

O : Irama pernapasan reguler dan frekuensi pernapasan 20 x/i.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi keperawatan dihentikan Senin, 07 Juni 2010 Dx2 Pukul 15.00 WIB- Mengkaji skala nyeri sedang (6) Pukul 15.30 WIB- Mempertahankan istirahat yang cukup. Pukul 17.00 WIB - Anjurkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam. Pukul 18.00 WIB

Page 55: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Observasi tanda-tanda vital TD : 110 / 70 mmHg HR : 82 x/i RR : 20 x/i Temp : 37,60C - Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi seperti analgetik dan antipiretik. Pukul 19.00 WIB S : Klien mengatakan nyeri pada dada masih ada/berkurang. O : Wajah Klien mulai tenang dan gelisah menurundengan skala nyeri sedang (6)Tanda-tanda vital : TD = 110/ 70 mmHg, Pols : 82 x/i, RR : 20 x/i, Temp : 36,80CA : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dilanjutkan. Senin, 07 Juni 2010 Dx3 Pukul 15.30 WIB- Memberikan perawatan luka pada daerah pemasangan WSD Pukul 17.30 WIB- Memberikan nutrisi yang optimal dengan pemberian diet BBR TKTP. Pukul 18.00 WIB - Mengobservasi tanda-tanda infeksi disekitar pemasangan WSD. Pukul 18.30 WIB - Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi seperti pemberian terapi inj Cefotaxime 1gr/ 12 Jam. Inf Metronidazole 500 mg. Pukul 19.3 0 WIB S : Klien mengatakan nyeri berkurang.

O : Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi sep : kemerahan di daerah pemasangan WSD.

A : Masalah teratasi

P : Intervensi keperawatan dihentikan. Senin, 07 Juni 2010 Dx 4 Pukul 14.00 WIB - Meningkatkan tirah baring dan membatasi pengunjung supaya klien dapat beristirahat dengan tenang. Pukul. 17.00 WIB - Mengkaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas ringan seperti : berpakaian, makan sendiri, menyisir rambut. Pukul. 17.30 WIB - Menganjurkan kepada klien untuk meminta bantuan, apabila sudah mulai lelah atau timbul nyeri. Pukul 19.30 WIB S : Klien mengatakan masih nyeri sudah berkurang saat melakukan pergerakan. O : Klien tampak melakukan aktivitas ringan seperti : berpakaian, menyisir rambut, makan sendiri. A : Masalah keperawatan belum teratasi sebagian.

Page 56: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

P : Intervensi dilanjutkan.

BAB 4PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn.TH dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Pneumotoraks di Zaal CFR, Kamar II Rumah Sakit HKBP Balige”. Adapun aspek pembahasan yang penulis uraikan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi sebagai berikut :

4.1. Pengkajian Tahap pengkajian keperawatan dalam proses keperawatan merupakan langkah awal yang dilaksanakan penulis terhadap pasien dengan gangguan sistem pernapasan ; ‘Pneumotoraks” yang dilakukan mulai tanggal 03 Juni 2010 sampai dengan tanggal 07 juni 2010 di Rumah Sakit HKBP Balige. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data langsung dari pasien, keluarga dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya yang ada di ruangan, khususnya ruangan zaal CFR Rumah Sakit HKBP Balige. Dalam pengumpulan data penulis tidak menemukan kesulitan atau hambatan. Hal ini karena pasien dan keluarga dapat menerima kehadiran penulis dan bersifat terbuka serta kooperatif. Disamping itu adanya kerjasama yang baik dari pihak-pihak terkait. Pada pengkajian diteoritis dan kasus terdapat adanya kesenjangan. Adapun kesenjanngan yang terdapat antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus antara lain : 1. Integritas ego, secara teori ditemukan adanya : stressor, masalah finansial, gelisah, ketakutan. Data-data ini tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena emosi pasien stabil, dapat memenuhi kebutuhan rumah, hubungan keluarga harmonis, pasien percaya bahwa penyakitnya akan sembuh. 2. Makanan/ cairan, secara teoritis ditemukan adanya : mual dan muntah, kulit kering dengan turgor buruk, malnutrisi. Data-data ini tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena nafsu makan pasien normal, mual dan muntah tidak ada,malnutrisi tidak ada,turgor kulit baik3. Neurosensori, secara teoritis ditemukan adanya : sakit kepala, perubahan mental (bingung, somnolent). Data-data ini tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena pasien tidak mengalami sakit kepala dan perubahan mental (bingung, somnolent).

4.2. Diagnosa KeperawatanPada tahap diagnosa keperawatan penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Pada teori menurut Doenges W. Marilynn ada 4 diagnosa yang dijumpai, yaitu : 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru dalam paru/ akumulasi cairan / udara ditandai dengan dispnoe dan takipnoe. 2. Resiko tinggi terhadap trauma/ pengobatan napas berhubungan dengan alat dari luar (sistem drainase dada), proses cidera. 3. Nyeri berhubungan dengan batuk menetap, adanya selang dada ditandai dengan nyeri dada,

Page 57: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

gelisah, keadaan umum lemah. 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajangnya informasi ditandai dengan meminta informasi. Sedangkan diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus yang dijumpai : 1. Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan trauma dada ditandai dengan klien mengatakan sulit bernapas, tampak sesak, frekuensi pernapasan 28 x/i terpasang O2 (2-3 l/i) 2. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan trauma thoraks/ kebocoran/ udara masuk kedalam ruang pleura terpasang WSD ditandai dengan klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, tidak bisa tidur, meringis kesakitan dengan skala nyeri 7-10, klien lemah dan gelisah. 3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pemasangan WSD ditandai dengan adanya tanda infeksi kemerahan, nyeri pemasangan WSD. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemasangan WSD ditandai dengan klien mengatakan tidak mampu beraktivitas, klien tampak lemah dan terpasang WSD di daerah thoraks sela iga ke5, aktivitas dibantu keluarga dan perawat. Adapun diagnosa secara teoritis tetapi tidak dijumpai dalam kasus, yaitu: 1. Resiko tinggi terhadap trauma/ penghentian dalam kasus, yaitu (resiko drainase dada), proses cidera. Diagnosa ini tidak muncul dalam kasus karena sistem drainase dada yang digunakan dalam posisi yang baik sesuai dengan tehnik bedah yang telah dilakukkan dokter bedah.

2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajangnya informasi ditandai dengan meminta informasi. Diagnosa ini tidak muncul dalam kasus karena klien sudah mengetahui kondisi penyakitnya dan aturan pengobatan atau terapi.

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tetapi tidak dijumpai pada teoritis, yaitu : 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemasangan WSD ditandai dengan klien mengatakan tidak mampu beraktivitas, klien tampak lemah dan terpasang WSD di daerah thoraks sela iga 5, aktivitas dibantu keluarga dan perawat. 2. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD ditandai dengan adanya tanda infeksi kemerahan, nyeri pemasangan WSD. Hal ini penulis angkat sebagai diagnosa keperawatan karena pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan dalam perawatan diri dibantu oleh keluarga. Resiko tinggi terjadinya infeksi karena adanya luka pemasangan WSD dan tampak adanya tanda infeksi nyeri dan kemerahan.

4.3. Perencanaan/ Intervensi Penulis membuat perencanaan dimulai dari penentuan prioritas masalah menurut kebutuhan dasar A. Marlon, merumuskan tujuan dan membuat rencana tindakan keperawatan. Pada tahap ini penulis merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan teori yang disesuaikan dengan keadaan pasien serta fasilitas yang ada di RS HKBP Balige. Penulis, pasien dan keluarga bersama-sama membuat perencanaan kemudian mendokumentasikan perencanaan yang telah dibuat pada catatan keperawatan.

4.4. Pelaksanaan/ Implementasi Pada tahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai perencanaan dan prosedur yang ada di RS HKBP Balige. Pada tahap pelaksanaan penulis melibatkan berbagai pihak yaitu :

Page 58: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

pasien, keluarga dan perawat ruangan serta tim kesehatan lainnya. Bila ada belum dipahami penulis berkonsultasi dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya. Untuk setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan hasil dari tindakan selalu dicatat dalam catatan perkembangan pasien. Dalam melakukan tindakan, penulis mengadakan pendekatan komunikasi teraupetik dengan jalan mendengarkan keluhan pasien secara aktif sehingga pasien dapat mengungkapkan perasaan dan kecemasan yang dialaminya. Penulis mengadakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

4.5. Evaluasi Untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan mulai dari tanggal 03 sampai 07 juni 2010. Penulis menggunakan dua macam evaluasi yaitu: evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses diperoleh pada saat selesai memberikan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi akhir diperoleh dengan tujuan yang ditetapkan pada perencanaan tindakan masing-masing, diagnosa keperawatan yang telah didokumentasikan pada catatan perkembangan. Adapun masalah yang sudah teratasi : 1. Tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan trauma dada, masalah teratasi pada tanggal 07 juni 2010 dengan hasil evaluasi : sesak tidak ada, pasien tampak tenang, batuk tidak berdahak, irama pernapasan reguler dengan frekuensi pernapasan 20x/i. 2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya pemasangan WSD. Maslaah teratasi pada tanggl 07 juni 2010 dengan hasil evaluasi, nyeri tidak ada, tidak tampak adanya tanda infeksi seperti kemerahan didaerah insersi pemasangan WSD. Sedangkan masalah yang belum teratasi adalah : 1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan thoraks/ kebocoran/ cidera cairan masuk kedalam ruang pleura. Masalah belum teratasi pada tanggal 06 juni 2010. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemasangan WSD. Masalah belum teratasi pada tanggal 06 juni 2010. Hal ini terjadi akibat keterbatasan waktu penulis, sehingga penulis tidak dapat menindaklanjuti hasil daripada tindakan keperawatan yang telah diberikan.

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. T.H dengan gangguan sistem pernapasan “Pneumotoraks” di ruang CFR Rumah Sakit HKBP Balige dari tanggal 03 Juni sampai dengan 07 Juni 2010, maka penulis membuat kesimpulan dan saran sesuai dengan proses keperawatan yang penulis lakukan, adapun kesimpulan dan saran dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah : 5.1. Kesimpulan- Pada tahap pengkajian, penulis tidak mendapat kesulitan untuk mengumpulkan data pasien, dimana pasien dan keluarganya bekerjasama untuk memperoleh data yang diperlukan. - Pada tahap perumusan diagnosa keperawatan yang dilakukan penulis adalah berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan pada pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Tn. T.H yaitu tidak efektif pola pernapasan, gangguan rasa aman nyeri, resiko tinggi terjadi infeksi, intoleransi aktivitas. - Pada tahap perencanaan keperawatan, penulis memfokuskan sesuai dengan masalah dan keadaan pasien secara holistik, dengan adanya kerjasama antara perawat, klien dan keluarga.

Page 59: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

- Pada tahap pelaksanaan keperawatan, keberhasilan asuhan keperawatan dapat mendukung proses penyembuhan pasien dengan kolaborasi tim kesehatan lainnya. - Pada tahap evaluasi tidak semua hasil yang diharapkan dapat teratasi oleh karena keterbatasan waktu penulis.

5.2. Saran a. Kepada Perawat 1. Diharapkan perawat dapat mempertahankan asuhan keperawatan yang berkualitas disemua aspek dalam memberikan perawatan pada pasien secara komprehensif untuk mencapai tujuan yang optimal. 2. Dalam menerapkan aspek diharapkan perawat untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara sesama perawat, dokter, tim kesehatan dan juga keluarga serta dengan klien sendiri guna mempermudah keberhasilan perawatan. b. Kepada Klien 1. Disarankan kepada pasien agar minum obat secara teratur, tidak merokok dan istirahat yang cukup untuk mempercepat penyembuhan. 2. Diharapkan pasien agar mengkonsumsi makanan yang mengandung diet tinggi kalori, tinggi protein serta susu, telur, roti. 3. Dukungan keluarga sangat penting untuk keberhasilan pengobatan selalu mengingatkan pasien untuk berobat secara teratur. 4. Diharapkan pada pasien untuk selalu kontrol ulang ketempat pelayanan kesehatan terdekat mengenai kondisi penyakit sesuai instruksi dokter. c. Kepada Institusi Pendidikan Akper HKBP Balige Supaya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pada mahasiswa dalam pembekalan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam pemberian askep kepada klien dengan gangguan pernapasan “Pneumotoraks”.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta Dongoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta. ISO Indonesia. 2004. Volume 39. Ikatan Sarjana Farmasi. Indonesia Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta Medical Record Rumah Sakit HKBP Balige dengan Jumlah pasien pneumotraks mulai Januari 2009 sampai April 2010 8 orang. Manual Updating. Price, A. Silvia. 2005. Patofisiologi. Edisi VI. EGC. Jakarta Priharjo Robert. Pengkajian Fisik Keperawatan. EGC. Jakarta Sudoyo et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Smelizer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Vol. 1. EGC. Jakarta. Tambayang, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi Ilmu Keperawatan, EGC. Jakarta Tyo. 2009. Askep Respiratory, http.www.google.co.id/ image/ pneumotoraks// diakses tanggal 28 Juni 2010.

Page 60: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Thoraks

DAFTAR RIWAYAT HIDUPI. Identitas PribadiNama : Kristina Rotua SinagaTempat/Tanggal Lahir : Duri, 25 September 1989 Agama : Kristen ProtestanJenis Kelamin : PerempuanAnak Ke : 8 dari 8 bersaudaraNama Ayah : Alm. St. H. Sinaga Nama Ibu : E. Hutapea Alamat : JL. Sukaramai Sebanga - Duri

II. Riwayat PendidikanTahun 1995 - 2001 : SD Negeri 02 - Duri Tamat dan BerijazahTahun 2001 – 2004 : SLTP Santu Yosep - Duri Tamat dan BerijazahTahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 - Duri Tamat dan BerijazahTahun 2007 – 2010 : Sekarang sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan HKBP Balige.

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Balige, Juli 2010 Penulis

Kristina Sinaga

DAFTAR KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH AKPER HKBP BALIGE

Nama Mahasiswa : Kristina Rotua Sinaga NIM : 2007.020 Judul Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Tn. T.H Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Pneumotoraks di Ruangan CFR Rumah Sakit HKBP BaligeDosen Pembimbing : Carolina Simanjuntak, S.Kep. Ns

No Tanggal Materi Saran Tanda tanganPembimbing Mahasiswa