asuhan keperawatan pada pasien dengan bblr di ruangan nicu

43
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan BBLR di Ruangan NICU TINJAUAN TEORITIS A. PENGERTIAN. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta). A. PENGGOLONGAN 1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK). Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean). 2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram. b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

Upload: ikmal

Post on 09-Jul-2016

109 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

ass

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan BBLR di Ruangan NICU

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN.

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).

(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).

A. PENGGOLONGAN

1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan

Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).

Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).

2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.

b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:

a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.

b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.

c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.

(Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta).

B. PENYEBAB

Prematur murni dapat disebabkan oleh:

a. Faktor Ibu

1). Umur (< 20 tahun).

2). Paritas.

3). Ras.

4). Infertilitas.

5). Riwayat kehamilan tak baik.

6). Rahim abnormal.

7). Jarak kelahiran terlalu dekat.

8). BBLR pada anak sebelumnya.

9). Malnutrisi sebelum hamil (pertambahan berat badan kurang selama hamil).

10). Penyakit akut dankronik.

11). Kebiasaan tidak baik (pengobatan selama hamil, merokok, alkohol, radiasi).

12). Keadaan penyebab insufisiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, DM, preeklamsi).

13). Keadaan sosial ekonomi (status gizi dan pengawasan ANC yang kurang baik).

b. Faktor Placenta

1) Penyakit vaskuler.

2) Kehamilan ganda.

3) Malformasi.

4) Tumor.

c. Faktor Janin

1) Kelainan kromosom.

2) Malformasi.

3) Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (misal; TORCH).

4) Kehamilan ganda.

2. Dismaturitas

Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.

(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).

C. GEJALA KLINIS

Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:

1. Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan £ 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.

2. Masa gestasi < 37 minggu.

3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.

4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.

Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain:

1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.

2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.

3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.

4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin.

5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia).

(Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta).

D. PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;

1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.

2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi

a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.

b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari.

2. Laboratorium

a. Darah rutin

b. Gula darah (8–12 jam post natal).

c. Analisa gas darah

d. Elektrolit darah (k/p)

e. Tes kocok/shake test

Interpretasi:

1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin

artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.

2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.

3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.

F. KOMPLIKASI

1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).

2. Hipoglikemi simtomatik.

3. Asfiksis neonatorum

4. Penyakit membran hialin.

5. Hiperbilirubinemia.

(Manejoer Arif, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculaplus).

G. PENATALAKSANAAN

Setelah bayi lahir dilakukan:

1. Tindakan Umum

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.

c. Perawatan tali pusat dan mata.

2. Tindakan Khusus

a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi barulahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu.

b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium.

c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan foto thorax.

d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.

e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).

f. Awasi keseimbangan cairan.

g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik:

1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.

2) Periksa kadar gula darah 8–12 jam post natal.

3) Periksa refleks hisap dan menelan.

4) Motivasi pemberian ASI.

5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yangdapat diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.

6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.

h. Tindakan pencegahan infeksi:

1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.

3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.

4) Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuan.

5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.

i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.

(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta).

H. PROGNOSIS

Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll).

(Manejoer Arif, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculaplus)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien By. S. T.

Dengan BBLR di Ruangan NICU

RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado

I. Biodata

A. Identitas Klien

- Nama lengkap : S. T.

- TTL : RSU. Prof. Dr. R.D. Kandow, 28 Juli 2008

BB:1.300gr PB: 38cm LK:24cm LD:27cm

LLA:5cm

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Agama : Kristen Protestan

- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV

- Tgl/jam MSR : 28 Juli 2008/jam 11.05 WITA

- Tgl Pengkajian : 28 Juli 2008/jam 13.00 WITA

- No. REC. Med : 00.17.16.51

- Diagnoa Medis : Aterm. KMK (BBLR)

B. Identitas Orang Tua/pPenanggung jawab

1) Ayah

- Nama : O. T.

- Umur : 30 tahun

- Pendidikan : SMP

- Pekerjaan : Nelayan

- Agama : Kristen Protestan

- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV

2) Ibu

- Nama : Y. T.

- Umur : 31 tahun

- Pendidikan : SMA

- Pekerjaan : IRT

- Agama : Kristen Protestan

- Alamat : Tuumpa II, Lingk. IV

C. Genogram

Ayah Ibu

D. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : : Berat Badan Lahir Pasien Rendah ( BBLR )

2. Riwayat Keluhan Utama : Telah lahir seorang bayi laki – laki pada tanggal

28 Juli 2008 pada pukul 09.30 Wita, lahir secara spontan letak belakang kepala, di RSU Prof. Dr. Kandou Manado, dengan BBL 1300 Gram, selanjutnya pada pukul 11.05 pasien di bawa rawat ke ruangan NICU ( Neonati Intensif Care Unit ).

3. Riwayat Keluhan yang Menyertai : -

4. Riwayat Kesehatan Keluhan

Sekarang/saat dikaji : Saat dilakukan pengkajian pasien BBL 1300 gr

dan PBL 38 cm berada dalam

inkubator dengan suhu 33,4 c terpasang infus 4

gtt/m di bagian temporalis pasien tampak aktif

5. Riwayat KesehatanDahulu

a. Pre Natal Care

- Px Kehamilan : 4x di RSU Kandou

- Keluhan Selama Hamil : Demam,muntah – muntah pada kehamilan 3 bln

- Kenaikan BB Selama Hamil : -

- Imunisasi TT : 2 Kali

- Golongan Darah Ayah : O

- Golongan Darah ibu : O

- Nutrisi yang Dikonsumsi Ibu

Nasi : Setiap hari

Ikan : Setiap hari

Sayur : Setiap hari

Buah : Sering

Daging : Sering

b. Natal

- Tempat Melahirkan : RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado

- Lama dan Jenis kehamilan : Spontan 2 jam

- Cara untuk mempermudah persalina : Menggunakan obat perangsang.

- Penolong Persalinan : Dokter

c. Post Natal

- Kondisi Bayi, BB Lahir 1.300 gram, PB 38 cm, As 5-7

- Bayi mengalami penyakit : tidak ada

- Problem menyusui : Berat badan lahir tidak stabil

E. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Aktif, refleks

- TTV : HR : 152 RR: 49 x/menit S: 36,4°C

LK: 24 LD: 27 LLA: 5

LP: 21 PL: 11 PK: 15

- Px. Head Totoe

- Kepala : Konjungtifa, bulat, simetris kiri/kanan.

- Mata : Normal

- Hidung : Barsih, tidak ada sekret

- Telinga : Bersih

- Mulut : Normal

- Lidah : Normal

- Thoraks : Simetris, retraksi

- Jantung : Bising, Redup

- Abdomen : Datar ,lemas, bulat, normal

- Genitalia/Anus : Normal, Panjang Penis : 2,3 Cm

- Ekstremitas : Atas : Normal

Bawah : Normal

G. Pemeriksaan Penunjang

-

-

H. Terapi/Pengobatan

- Bari kehangatan

- Posisikan kepala

- Bersihkan jalan napas

- keringkan tubuh

- O2,2-4 L/m. K/P

- IVFD 0% = 4 gtt/m

Analisa Data

NO

Data

Etiologi

Masalah

1

DS : -

DO: - R: 49 x/m

- Sesak napas

- Terpasang O2 2

lt/m

Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)

Paru yang masih immature

Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif

2

DS : -

DO: BB 1300 gr

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan

Simpanan garam dan empedu sedikit

Penurunan produksi amylase pancreas dan lipase

Penurunan kadar lactose

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3

DS : -

DO: - Bayi terpasang

infus

- Perawatan tali

pusat

Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)

Immunologis yang kurang

Resiko infeksi

Resiko infeksi

4

DS :-

DO: - SB: 36,4ºc

- Bayi berada dalam

inkubator

Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)

Menurunnya simpanan zat gizi

Lemak glikogen dan mineral dideposit

Selama 8 minggu terakhir kehamilan dan control suhu yang immature

Termoregulasi tidak efektif Hipotermia

Termoregulasi tidak efektif Hipotermia

5

DS :-

DO:- Bayi terpasang infus pada

umbilikalis.

- Bayi terbaring dalam inkubator.

Persalinan dgn umur kehamilan <28 minggu dgn BJ <2500gr (prematur)

Struktur kulit yang immature, imobilitas, penurunan status nutrisi

Resiko gangguan integritas kulit

Resiko gangguan integritas kulit

Diagnosa Keperawatan

NO

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Implementasi

Evaluasi

1.

Pola nafas tidak

efektif b.d imaturitas

paru dan

neorumuskular,

dengan kriteria hasil :

DS : -

DO : - R: 49 x/m

- Sesak napas

- Terpasang O2

2 lt/m.

Klien menunjukkan

oksigenasi yang adekuat.

Kriteria hasil: jalan nafas tetap paten.

1. Bersihkan jalan napas

bagian atas dan bawah

2. Posisi untuk

pertukaran udara

yang optimal,seperti

posisi telungkup dan

posisi telentang

dengan leher sedikit

ekstensi dan hidung

menghadap ke atap

dalam posisi

“mengendus”

3.Lakukan pengisapan

4. Gunakan teknik

penghisapan yang

tepat.

5. Hindari

hiperekstensi

leher

6. Pertahankan suhu

lingkungan yang

netral.

Memperlancar pernapasan.

telungkup:posisi ini menghasilkan

perbaikan oksigenasi,

pembrian makan

ditoleransi dengan

lebih baik, dan

lebih mengatur

pola tidur.

Telentang: untuk

mencegah adanya

penyempitan jalan

nafas.

Untuk

menghilangkan

mukus yang

terkumulasi dari

nasofaring, trahkea, dan

selang endotrakheal.

penghisapan yang

tidak tepat dapat

menyebabkan infeksi dan

kerusakan

jalan nafas.

Karena akan

mengurangi

diameter trakhea.

Untuk menghemat

penggunaan oksigen.

1. Membersihkan

jalan napas bagian

atas dan bawah

2. Posisi untuk

pertukaran udara

yang optimal, seperti

posisi telungkup dan

posisi telentang

dengan leher sedikit

ekstensi dan hidung

menghadap ke atas

dalam posisi

“mengendus”

3. Melakukan

Pegisapan

4. Melakukan

pengisapan

dengan teknik

yang benar

5. menghindari

hiperekstensi

leher

6. Pertahankan suhu

lingkungan yang

netral.

S: -

O: - R: 49 x/m

- Pasien masih Sesak napas.

- Masih Terpasang O2 2 lt/m

A: Masalah

Belum

Teratasi

P: Lanjutkan

intervensi

2.

Ketidakseimbangan nutrisi

Kurang dari kebutuhan

ubuh

b.d. Intake yang tidak

adekuat,dgn kriteria :

DS : -

DO : - BB I300 gram

- Terpasang infus

pada umbilikalis

Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria:

BB normal sesuai umur

1. Kaji riwayat nutrisi.

2. Observasi dan catat

cairan yang masuk

dan keluar makanan.

3. Ajarkan keorangtua

tentang asupan nutrisi

yang adekuat.

4. Timbang BB setiap

hari.

5. Auskultasi paru dan

Jantung.

6. Kolaborasi untuk

pemberian obat

antidiuretik.

7. Berikan obat sesuai

indikasi Konsul pada

ahli gizi.

Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

Mengawasi masukan cairan

atau kualitas

makanan.

Mencegah

distensi

gaster.

Penimbangan BB

harian adalah

pengawasan status cairan

terbaik.

Kelebihan cairan

Dapat menimbulkan edema paru.

Perubahan

kelebihan 0,5 kg

dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan.

Meminimalkan anoreksia dan

mual

1. Megkaji riwayat

nutrisi.

2. mengobservasi dan

catat cairan yang

masuk dan keluar.

3. mengjarkan

keorangtua

tentang asupan

nutrisi

yang adekuat.

4. Menimbang BB

Setiap hari.

5. mengauskultasi paru

dan jantung.

6. Kolaborasi untuk

pemberian obat

antidiuretik.

7. Berikan obat sesuai

indikasi.

Konsul pada ahli

gizi.

S : -

O : Terpasang

Infus pada

umbilikalis

A : Masalah

belum

teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

3.

Risiko infeksi b.d. Prosedur invasif, penurunan sistem imun tubuh, dengan kriteria hasil :

DS : -

DO : - Tali pusat belum

Kering

- Terpasang

infus pada

umbilikalis

- HR: 152 x/m

RR: 49 x/m

SB: 36,4°C

Menunjukkan kontrol

infeksi selama dalam

perawatan dengan keiteria:

1. Bebas dari tanda infeksi.

2. Mendemonstrasikan tindakan hygienes seperti mencuci tangan, oral

care.

1. Kaji TTV

2. Anjurkan orang tua

untuk mencuci

tangan sebelum dan

sesudah kontak dgn

bayi.

3. Gunakan sarung

tangan dalam setiap

tindakan.

4. Pakai gaun khusus

ketika akan masuk

kontak dengan

pasien

5. Ajarkan kepada

keluarga tanda-tanda

infeksi.

6. Kolaborasi

Pemberian

antibiotik.

Peningkatan TTV salah satu tanda

infeksi.

Mencegah masuknya kuman

patogen secara

langsung pada

pasien

Mempertahankan

prinsip septik &

aseptik dpt

mencegah

masuknya kuman

Mencegah dan

meminimalkan kolonisasi bakteri.

Peningkatan TTV salah satu tanda infeksi.

Membunuh kuman

penyebab infeksi.

1. Mengkaji TTV

HR: 152 x/m

RR:49x/m

S: 36,4°C

2. Menganjurkan

orang tua untuk

mencuci tangan

sebelum dan

sesudah kontak

dengan bayi.

3. Menggunakan

sarung tangan

dalam setiap

tindakan.

4. Menganjurkanm

memakai gaun

khusus ketika akan

masuk kontak dgn

pasien

5. Mengajarkan

kepada keluarga

tanda-tanda infek

6. Mengatur

pemberian

antibiotik..

S : -

O :- Terpasang

infus pada

umbilikus

- SB: 36,4º c

A : Masalah

belum

teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

4.

Termoregulasi tidak

efektif b.d kontrol

suhu yang imatur dan

penurunan lemak

tubuh subkutan,

dengan kriteria hasil :

DS :

DO : - SB,36,4 ºc

- Bayi berada

dlm inkubator

mempertahankan suhu

tubuh stabil.

Kriteria hasil:

Suhu tubuh bayi tetap dalam rentang normal

1. Tempatkan bayi

pada inkubator atau

pakaian hangat

dalam

2. Atur unit

servokontrol atau

kontrol suhu udara

sesuai kebutuhan.

3. Periksa suhu bayi

dan unit pemanasnya.

Untuk mempertahankan suhu tubuh stabil.

Untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal

yang dapat

diterima.

Untuk kehilangan panas radiasi

langsung.

1. Menempatkan

bayi

pada inkubator /

pakaian hangat

dalam

2. Mengatur unit

servokontrol atau

kontrol suhu udara

sesuai kebutuhan.

3. Memeriksa suhu

bayi dan unit

pemanasnya.

S : -

O : - Bayi

dalam

inkubator

- SB 36,4 ºc

A : Masalah

belum

teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

5.

Risiko gangguan

integritas kulit b.d

struktur kulit imatur,

imobilitas,

penurunan status

nutrisi, prosedur

invasif, dengan kriteria hasil :

DS : -

DO : - Bayi

terpasang

infus pada

umbilikalis

- Terbaring

lama dalam

inkubator

mempertahankan intergritas kulit, dengan

Kriteria hasil:

kulit tetap bersih dan utuh tanpa tanda-tanda iritasi atau cedera.

1. Bila perlu

bersihkan kulit

dengan sabun

pembersih,

bilas dengan baik

dengan air hangat.

2. Bersihkan mata

setiap hari, dan juga

area oral dan popok

atau perianal, dan

area di mana

terjadi kerusakan

kulit.

3. Beri zat

pelembab setelah

dibersihkan untuk

menpertahankan

kelembaban kulit.

4. Gunakan plester

atau perekat

minimal pada kulit

yang sangat

sensitif.

5. Gunakan linen serta

pakaian yang halus

dan lembut.

Untuk menjaga

kebersihan kulit.

Untuk mencegah

tetjadinya rash

pada kulit.

Untuk menjaga

integritas kulit.

Untuk menghindari alergi kulit.

Untuk mencegah

luka gesekan

pada bayi.

1. Bila perlu

membersihkan

kulit

dengan sabun,

bilas dengan baik

dengan air hangat

2. Membersihkan mata

setiap hari,area oral

dan popok,perianal,

& area di mana

terjadi kerusakan

kulit.

3. Berikan zat

pelembab setelah

dibersihkan untuk

menpertahankan

kelembaban kulit.

4. Menggunakan

perekat

minimal pada kulit

yang sangat

sensitif.

5. Menggunakan

linen

serta

pakaian yang

halus

dan lembut.

S : -

O : - terpasang

infus pada

umbilikalis

- Bayi dalam

Inkubator

- SB 36,4 ºc

A : Masalah

belum

teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

Daftar Pustaka

Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia