asuhan keperawatan pada ny.s dan tn.s yang …
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DAN Tn.S
YANG MENGALAMI BRONKITIS KRONIS DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DI RSUD KARANGANYAR
DI SUSUN OLEH :
IMELDA HIMAWARI
NIM. P14083
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DAN Tn.S YANG
MENGALAMI BRONKITIS KRONIS DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAPAS DI RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
IMELDA HIMAWARI
NIM.P14083
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
NIM
Program Studi
Judul Karya Tulis Ilmiah
: Imelda Himawari
: P14083
: D3 Keperawatan
: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD
Karanganyar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 20 Juli 2017
Yang Membuat Pernyataan
IMELDA HIMAWARI
NIM.P14083
ii
MOTTO
Love Yourself. Love Yourself More. Repeat.
(Cintai Dirimu. Lebih Cintai Dirimu. Ulangi)
-Sonya Teclai-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DAN Tn.S YANG
MENGALAMI BRONKITIS KRONIS DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RSUD
KARANGANYAR
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)
Oleh :
IMELDA HIMAWARI
P14083
Surakarta, 20 Juli 2017
Menyetujui,
Pembimbing
Alfyana Nadya R. S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201086057
iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI
Telah Di Uji Pada Tanggal :
04 Agustus 2017
Dewan Penguji :
Ketua :
1. Dra, Agnes Sri Harti, M. Si
NIK. 201160078
Anggota :
1. Alfyana Nadya R. S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201086057
v
(
(
)
)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama
NIM
: Imelda Himawari
: P14083
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami
bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Karanganyar
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan
Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hari/Tanggal : Jumat, 04 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dra, Agnes Sri Harti, M. Si
NIK. 201160078
( )
Anggota : Alfyana Nadya R. S.Kep.,Ns.,M.Kep (
NIK. 201086057
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 200981037
vi
)
KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatlan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Karanganyar”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungann dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu
di STIkes Kusuma Husada Surakarta
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta
4. Alfyana Nadya R, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Dra, Agnes Sri Harti, M. Si selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberika masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, keluarga besarku, dan orang terkasih yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan dan
vii
yang selalu setia mendampingi serta menyemangati saya dalam keadaan
apapun.
8. Direktur RSUD Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk
melakukan pengelolaan kasus.
9. Haryanto, S.Kep.Ns selaku pembimbing lahan yang sudah membimbing dan
memfasilitasi serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan
melakukan pengelolaan kasus.
10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
11. Klien dan keluarga klien yang telah memberikan ijin, waktu dan kesempatan
penulis untuk mengambil informasi klien dan melakukan peneglolaan kasus.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 04 Agustus 2017
Imelda Himawari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................
MOTTO .........................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN .........................................................................
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ...........................................
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Batasan Masalah ..................................................................................
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................
1.4.2 Tujuan Khusus ...........................................................................
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis .........................................................................
1.5.2 Manfaat Praktis ..........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi .......................................................................................
2.1.2 Etiologi ........................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis .......................................................................
2.1.4 Komplikasi ..................................................................................
2.1.5 Patofisiologi dan Pathway ...........................................................
2.1.6 Pemerikaan Diagnostik ...............................................................
2.1.7 Penatalaksanaan ..........................................................................
ix
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiii
xiv
1
4
4
4
5
5
6
7
8
9
9
10
12
12
2.2 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas .................................
2.3Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian ..................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................
3.2 Batasan Istilah .....................................................................................
3.3 Partisipan .............................................................................................
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
3.5 Pengumpulan Data ..............................................................................
3.6 Uji Keabsahan Data .............................................................................
3.7 Analisa Data ........................................................................................
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Kasus .............................................
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien ................................................................................
2. Riwayat Keperawatan ....................................................................
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional ........................................
4. Pemeriksaan Fisik ..........................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................
6. Terapi Obat ...................................................................................
4.1.3 Analisa Data ......................................................................................
4.1.4 Rencana Keperawatan .......................................................................
4.1.5 Tindakan Keperawatan/Implementasi ...............................................
4.1.6 Catatan Perkembangan/Evaluasi .......................................................
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan .........................................................................................
5.1.1 Pengkajian ..................................................................................
x
14
15
19
20
24
25
26
26
26
27
27
28
28
30
31
31
34
37
39
39
41
43
44
49
53
53
5.1.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................
5.1.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................
5.1.4 Implementasi Keperawatan ........................................................
5.1.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian ..................................................................................
6.1.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................
6.1.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................
6.1.4 Implementasi Keperawatan ........................................................
6.1.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit .......................................................................
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat ...............................
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan .....................................
6.2.4 Bagi penulis ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
57
59
61
64
67
68
68
68
69
70
70
70
71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pathway Bronkitis Kronis ..........................................................
xii
11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Klien .................................................................................
Tabel 4.2 Riwayat Keperawatan ......................................................................
Tabel 4.3 Genogram .........................................................................................
Tabel 4.4 Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional ...........................................
Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik ............................................................................
Tabel 4.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................
Tabel 4.7 Terapi ...............................................................................................
Tabel 4.8 Analisa Data .....................................................................................
Tabel 4.9 Prioritas Diagnosa Keperawatan ......................................................
Tabel 4.10 Rencana Keperawatan ....................................................................
Tabel 4.11 Tindakan Keperawatan ..................................................................
Tabel 4.12 Evaluasi ..........................................................................................
xiii
31
31
33
34
37
39
39
41
42
43
44
49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3 Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 Jurnal
Lampiran 5 Audience
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuhsempurna. Penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya,
penyakitjantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis dapat
bersifatserius. Secara umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu
bronkitis akut dan bronkitis kronis (Suryo, 2010). Bronkitis kronik
merupakan salah satu komponen dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) didefinisikan sebagai
penyakit yang dikarakterisir oleh adanya peningkatan resistensi aliran udara
(obstruksi) pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel.
Sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan
respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (Ikawati, 2011).
Bronkitis kronik merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mukus yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling
sedikit selama tiga bulan dalam satu tahun untuk lebih dari dua tahun secara
berturut-turut (Somantri, 2007). Bronkitis kronis sering terjadi pada para
perokok dan penduduk di kota-kota yang dipenuhi kabut asap. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa 20% hingga 25% laki-laki berusia antara 40
hingga 65 tahun mengidap penyakit ini (Kumar. dkk, 2007).
1
2
Pada tahun 2007 di negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran
pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi.Di
Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis adalah
suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut, bronchitis
bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).
Menurut Kowalak (2011) bronkhitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV), Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi
Udara yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari.
Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi sekret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses
inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding traktus
respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan
oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang
menyebar luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di dalam
jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat
edema serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme
otot polos akan mempersempit lumen bronkus.
3
Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi
kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat
dan terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi. Dengan demikian,
udara napas akan terperangkap di bagian distal paru. Pada keadaan ini akan
terjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidakcocokan dan akibatnya timpul
hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena
hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang
terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-daerah yang mengalami
hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus
menyebabkan sesak napas (Kowalak, 2011).
Hasil RISKESDAS 2013 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di
Indonesia sekitar (3,7%), sedangkan di Jawa Tengah mencapai sekitar
(4,3%). Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI 1986
bronkitis kronik menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan
terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992
menunjukkan angka kematian karena bronkitis kronik menduduki peringkat ke 6
dari 10 penyebab terseringkematian di Indonesia (PDPI, 2011). Data di RSUD
Karanganyar menunjukkan penyakit bronkitis menduduki 10 besar kasus
penyakit yang ada.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan bronkitis kronis
salah satunya yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas
(Herdman, 2016). Intervensi utama yang dapat diberikan pada klien dengan
4
bronkitis kronis adalah batuk efektif. Batuk efektif merupakan satu upaya
untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk
efektif dapat diberikan pada klien dengan cara diberikan posisi yang sesuai
agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian
tindakan keperawatan untuk klien dengan gangguan pernapasan akut dan
kronis. Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran
dahak pada klien gangguan saluran pernapasan (Kisner & Colby, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S
dan Tn.S Yang Mengalami Bronkitis Kronis Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas diRSUD Karanganyar”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada Ny.S
dan Tn.S yang mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan
jalan napas di RSUD Karanganyar.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami
bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD
Karanganyar?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami
bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD
Karanganyar.
5
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami
bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Karanganyar.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan
napas di RSUD Karanganyar.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan
napas di RSUD Karanganyar.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan
napas di RSUD Karanganyar.
e. Melakukan evaluasi pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami bronkitis
kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD
Karanganyar.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
kontribusi karya tulis ilmiah dalam memperkaya aplikasi asuhan
keperawatan khususnya pada klien dengan bronkits kronis.
6
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan dalam perawat mengambil
langkah-langkah untuk menerapkan asuhan keperawatan
khususnya pada klien dengan bronkitis kronis.
1.5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Sebagai referensi dan masukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien dengan bronkitis
kronis dan sebagai masukan dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan
bronkitis kronis.
1.5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan
medikal bedah pada klien dengan gangguan sistem pernapasan
dimasa yang akan datang dan acuan bagi pengembangan laporan
kasus sejenis.
1.5.2.4 Bagi Klien
Memberi pengetahuan klien mengenai gambaran umum
dengan bronkhitis serta perawatan yang benar supaya
mendapatkan perawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Bronkitis Kronis
2.1.1 Definisi
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan
mencegah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan
membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan
oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluenza,
Adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxovirus dan bronkitis karena
bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella
pertussis, atau Corynebacterium diphtheria. Bronkitis kronis ditandai
dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setaun selama 2
tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap
berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi atau hambatan
pada aliran udara yang normal didalam bronkus. Rahajoe, 2012 (dikutip
dalam Nurarif dan Hardhi 2015).
Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK). Deskripsi standar tentang bronkitis kronis
adalah batuk berdahak yang terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam
satu tahun untuk 2 tahun berturut-turut. Eksaserbasi akut bronkitis
kronis didefinisikan sebagai memburuknya gejala seperti: batuk, sekresi
7
8
dahak yang berlebihan, dan kesulitan bernapas. Bartlett, 1997 (dikutip
dalam Ikawati, 2016).
Bronkitis merupakan suatu kelainan pada bronkus yang sifatnya
menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik
yang berasal dari luar bronkus maupun bronkus sendiri. Batuk – batuk
hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya tiga
bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama dua tahun
berturut-turut (Manurung, 2016).
2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor sering dikaitkan dengan pathogenesis bronkitis
kronis, tetapi penyebab persisnya tidak diketahui. Faktor utama
bronkitis kronis adalah merokok, dan hampir semua klien dengan
bronkitis kronis memiliki riwayat merokok. Debu, bau-bauan, dan
polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis
kronis. Dikenal istilah industrial bronkitis, yaitu bronkitis kronis yang
disebabkan oleh paparan polutan yang berasal dari lingkungan atau
tempat kerja (pabrik asbes atau tambang) dingin, perubahan iklim yang
drastic juga dapat memicu bronkitis kronis, termasuk hipersekresi
mukus pada penderita asma juga bisa memicu terjadinya bronkitis
kronis. Fakta menunjukan bahwa infeksi saluran nafas kambuhan yang
sering terjadi merupakan faktor predisposisi seseorang untuk
mengalami bronkitis kronis. Bartlett, 1997 (dikutip dalam Ikawati,
2016).
9
Infeksi virus berperan dalam 7% sampai 64% kejadian eksaserbasi
akut bronkitis kronis. Virus yang paling sering dijumpai pada
eksaserbasi akut bronkitis kronis adalah virus influenza A dan B,
parainfluenzae, coronavirus, dan rhinovirus. Sedangkan bakteri yang
sering dijumpai pada eksaserbasi akut adalah: S.pneumoniae, S.aureus,
H.influenzae, H.parainfluenzae, M.catarrhalis, spesies Neisseria, dan
spesies Pseudomonas. Bartlett, 1997 (dikutip dalam Ikawati, 2016).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada kondisi bronkitis kronis menurut Digiuolio
(2014).
1) Batuk karena produksi lendir dan iritasi jalur udara.
2) Napas pendek.
3) Demam pada episode akut akibat infeksi.
4) Accesory muscledipakai untuk bernapas ketika usaha pernafasan
bertambah, otot tambahan perlu membantu.
5) Batuk produktif karena iritasi jalur udara. Lendir adalah reaksi
protektif dari sistem pernafasan.
6) Berat badan naik karena edema pada bronkitis kronis karena gagal
jantung bagian kanan.
7) Desisan karena inflamasi didalam jalur udara.
2.1.4 Komplikasi
Menurut Manurung (2016) komplikasi bronkitis antara lain:
1. Cor pulmonal
2. Gagal jantung kanan
10
3. Gagal pernapasan
2.1.5 Patofisiologi
Bronkitis kronis ditandai dengan produksi mukus yang berlebih
didalam bronki yang disertai dengan batuk berulang. Suplai mukus
yang berlebih dikaitkan dengan hiperplasia kelenjar sekresi mukus di
trakea dan bronki serta peningkatan jumlah sel goblet disaluran napas
bawah. Mekanisme pertahanan normal kurang berfungsi dengan baik
karena silia terkikis, makrofag alveolar tidak berfungsi secara adekuat,
dan perubahan inflamasi mempersempit jalan napas kecil. Akibatnya,
difusi alveolar terganggu, dan mungkin juga terdapat pirau fisiologis
karena mukus menghambat perukaran gas.Infeksi saluran napas bawah
lazim terjadi, karena produksi mukus yang berlebih dan penurunan
mekanisme pertahanan memberi lingkungan yang ideal untuk
perkembangbiakan mikroorganisme (Chang, dkk, 2010).
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entrée mulut dan
hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan
viremia atau bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan
perlawanan. Infeksi kronis atau iritasi bronkhus dapat menyebabkan
bronkitis. Kelenjar sekresi mukosa dari pohon trakeobronkhial menebal
dan mengganggu diameter lumen jalan napas. (Muttaqin, 2008)
11
Invasi virus respiratory sinsital, adeno
virus parainflusa, rhinovirus, alergen,
emosi/stress, obat-obatan, infeksi, asap
rokok.
Saluran napas dalam
Gangguan pembersihan diparu
paru
Saluran napas dalam Radang bronkial
Radang/inflamasi dalam
bronkuse
Saluran napas dalam
Akumulasi mukus Produksi mukus
Edema/pembengkakan Timbul reaksi balik
pada mukosa/secret >>
Pengeluaran energi
berlebihan Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Kelelahan Intoleransi aktivitas
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Gambar 2.1 Pathway Bronkitis kronis
Sumber (Nurarif& Hardhi, 2015)
Hipertermi
Kontriksi berlebihan
Hiperventilasi paru
Atelektasis
Hipoxemia
Kompensasi frekuensi
napas
Ketidakefektifan
pola napas
12
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Muttaqin, 2008)
1) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterio – anterior dilakukan untuk menilai
derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit
paru obstruktif menahun.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan
pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis
darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis
banding dengan tuberkolosis paru.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkitis kronis menurut (Manurung, 2016).
1. Pengobatan
1) Bronkhodilator
2) Antimikroba
3) Aerosol
4) Oksigen
2. Tindakan Supportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya :
1) Menghindari merokok
2) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup
3) Menghindari penderita penyakit infeksi saluran nafas atas
13
4) Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan
5) Nutrisi yang baik
6) Hidrasi yang adekuat
3. Penyesuaian Fisik
1) Latihan relaksasi
2) Meditasi
3) Menahan nafas
4) Pernafasan perut
5) Rehabilitasi
Penatalaksanaan bronkitis kronis menurut (Ikawati, 2016).
1. Terapi non-farmakologi
Meliputi : berhenti merokok, menghindari inhalasi udara yang
terpolusi, meningkatkan asupan cairan (banyak minum air putih),
jaga kelembaban udara.
2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi untuk bronkitis kronis meliputi penggunaan
antibiotika, ekspektoran seperti guaifenesin, dan bronkodilator.
Untuk menentukan kebutuhan akan antibiotika pada eksaserbasi akut
bronkitis kronis, keparahan penyakit harus di evaluasi, terutama
pemeriksaan sputum akan adanya patogen. Dalam bab ini akan
dibahas mengenai penggunaan antibiotika pada bronkitis kronis.
Antibiotika untuk bronkitis kronis harus dapat berpenetrasi ke
dalam jaringan brokial, di smaping juga dapat menembus sputum.
Beberapa antibiotika yang dapat digunakan untuk bronkitis kronis
14
adalah amoksisilin, amoksisilin dan asam klavulanat golongan
fluorokuinolon (gatifloksasin, levofloksasin, dan moksiflosasin), dan
golongan sefalosporin golongan makrolid yaitu azitromisin juga
dapat dipakai.
2.2 Konsep Ketidakefktifan Bersihan Jalan Napas
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
nafas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari
ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu tidak ada batuk, ada suara nafas
tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan pola napas, sianosis,
kesulitan berbicara/ mengeluarakan suara, penurunan bunyi nafas, dispnea,
sputum dalam jumlah berlebihan, batuk yang tidak efektif, ortopnea, gelisah,
dan mata terbuka lebar (Herdrman, 2015).
Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
napas yaitu batuk efektif. Batuk efektif merupakan satu upaya untuk
mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk efektif
dapat diberikan pada klien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar
pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan
keperawatan untuk klien dengan gangguan pernapasan akut dan kronis. Batuk
efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada klien
dengan gangguan saluran pernapasan (Kisner & Colby, 2011).
15
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Menurut Herdman (2012), pengkajian adalah langkah pertama
yang paling penting dalam proses keperawatan. Selama langkah
pengkajian dan diagnosis dari proses keperawatan, perawat
mengumpulkan data dari klien (atau keluarga, kelompok, komunitas),
proses mengumpulkan data mengolahnya menjadi informasi, dan
kemudian mengatur informasi yang bermakna dalam kategori
pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.
Menurut (Manurung, 2016) pengkajian bronkitis antara lain:
1) Aktivitas atau istirahat
Demam, malaise, gelisah, insomnia.
2) Sirkulasi
Peningkatan frekuensi jantung, sianosis, pucat.
3) Makanan atau cairan
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, turgor kulit buruk.
4) Pernafasan
Dispnea, nafas pendek, batuk yang produktif, bunyi nafas tambahan.
5) Keamanan
Nyeri dada, demam, pilek.
Pengkajian menurut (Muttaqin, 2008)
1) Anamnesis
a) Riwayat Penyakit Saat Ini
16
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis
bervariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala
batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis
yang berat. Sebagai tanda-tanda terjadinya toksemia klien dengan
bronkitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah,
banyak berkeringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda
terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk,
ekspektorasi atau peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit
dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai
obat-obat yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk
mengurangi keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat-obat
tersebut masih relevan untuk dipakai kembali.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali
klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernafasan
bagian atas dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas.
Perawat harus memerhatikan dan mencatatnya baik-baik.
2) Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan
klien sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang
dialaminya dimana ada keluhan batuk, sesak napas, dan demam
merupakan stressor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat
perlu memberikan dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan
17
informasi dengan tim medis untuk pemenuhan informasi mengenai
prognosis penyaki dari klien.
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang
diberikan (nama, cara kerja, frekuensi, efek samping, dan tanda-
tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan nonfarmakologi
(nonmedicinal interventions) seperti olahraga secara teratur serta
mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui
penyebab alergi), sistem pendukung (support system), kemauan, dan
tingkat pengetahuan keluarga.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemerikaan tanda-tanda vital pada klien dengan bronkitis
biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari
40°C, frekuensi napas meningkat dan normal, nadi biasanya
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernafasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan
darah.
b) B1 (Breathing)
1. Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu pernafasan.
Pada kasus bronkitis kronis, bentuk dada barrel atau tong.
Gerakan pernafasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produkstif
18
dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai
hitam kecoklatan karena bercampur darah.
2. Palpasi
Taktil fremitus biasanya normal.
3. Perkusi
Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan
pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang
buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses,
maka akan terdengar suara bronkhial dan ronkhi basah.
c) B2 (Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut
nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak
mengalami pergeseran.
d) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak
ada komplikasi penyakit yang serius.
e) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
yang merupakan salah satu tanda awal syok.
19
f) B5 (Bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan, dan penurunan berat badan.
g) B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentangan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Diagnosa keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu
deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari
diagnosis (Hermand dkk, 2015)
Diagnosa keperawatan menurut (Manurung, 2016), etiologi menurut
NANDA 2015-2017.
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara supply dan kebutuhan oksigen. (00092)
b) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan. (00031)
c) Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan. (00032)
d) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis. (00002)
20
e) Hipertermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang
panas, penurunan respirasi. (00007)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan
perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome klien atau klien. Intervensi keperawatan
mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat, serta seseorang dirujuk oleh
perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan
lainnya (Bulechek dkk, 2016).
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara supply dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Aktivitas dapat di toleransi.
Kriteria hasil :Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dispnea,
kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
Terapi aktivitas (4310)
(1) Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik.
(2) Bantu klien untuk mengeksplorasi aktivitas yang disukai.
(3) Berkolaborasi dengan terapi fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan progam
aktivitas.
21
(4) Kaji kemampuan aktivitas klien.
(5) Berikan lingkungan tenang dan dibatasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi.
(6) Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat tidur.
(7) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
b) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Menunjukkan kepatenan jalan nafas dengan bunyi
nafas bersih, tidak adanya dispnea, sianosis.
Intervensi :
Managemen jalan napas (3140)
(1) Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust.
(2) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
(3) Lakukan fisioterapi dada.
(4) Motivasi klien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan
batuk.
(5) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.
(6) Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
(7) Auskultasi area paru.
Terapi oksigen (3320)
(1) Pertahankan kepatenan jalan napas.
(2) Persiapkan peralatan oksigen.
(3) Berikan oksigen tambahan sesuai yang diperintahkan.
22
(4) Monitor aliran oksigen.
c) Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan.
Tujuan : Pola nafas menjadi efektif.
KriteriaHasil : Menunjukkan pola nafas efektif. Frekuensi
pernapasan 16-20x/menit.
Intervensi :
Monitor pernapasan (3350)
(1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
(2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius
seperti mengi, ronkhi.
(3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
(4) Ajarkan teknik nafas dalam.
Terapi oksigen (3320)
(5) Pertahankan kepatenan jalan napas.
(6) Persiapkan peralatan oksigen.
(7) Berikan oksigen tambahan sesuai yang diperintahkan.
(8) Monitor aliran oksigen.
d) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil : Menunjukkan BB meningkat, bebas dari tanda mal
nutrisi.
Intervensi :
23
Managemen nutrisi (1100)
(1) Tentukan status gizi klien dan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
(2) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
(3) Atur diet yang dibutuhkan.
(4) Catat status nutrisi, turgor kulit, berat badan.
(5) Kaji kebiasaan diet klien.
(6) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan yang disukai
klien.
(7) Selidiki anoreksia, mual dan muntah, kaji hubungannya
dengan obat-obatan.
(8) Dorong dan berikan periode istirahat sering.
(9) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernafasan.
(10) Dorong makanan sedikit tapi sering. Makanan tinggi protein
dan karbohidrat.
(11) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.
(12) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
e) Hipertermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang
panas, penurunan respirasi.
Tujuan : Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR
dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing.
24
Intervensi :
Perawatan demam (3740)
(1) Pantau suhu dan tanda – tanda vital lain.
(2) Monitor warna kulit dan suhu.
(3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan
cairan yang tidak dirasakan.
(4) Beri obat atau cairan IV.
(5) Tingkatkan sirkulasi udara.
Pengaturan suhu (3900)
(1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan.
(2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan.
(3) Monitor suhu dan warna kulit.
(4) Monitor dan laporkan tanda dan gejala dari hipotermia dan
hipertermia.
(5) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat.
2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan
segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus
pada klien bronkitis. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan
fungsinya secara independen, interdependen, dan dependen.
(Jitowiyono, dkk, 2010).
25
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan
yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan
dan ketrampilan yang dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah
dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan
profesi/disiplin ilmu yang lain dalam perawatan maupun pelayanan
kesehatan. Sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilksanakan
oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain. (Jitowiyono, dkk,
2010).
2.3.5 Evaluasi
Menurut (Jitowiyono, dkk 2010). Untuk mengetahui pencapaian
tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah intoleransi aktivitas dapat teratasi?
2) Apakah bersihan jalan nafas klien sudah efektif?
3) Apakah pola pernafasan klien sudah efektif?
4) Apakah kebutuhan nutrisi klien sudah terpenuhi?
5) Apakah hipertermi klien dapat teratasi?
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan
keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang mengalami bronkitis kronis dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD Karanganyar.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi
operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah kunci yang
menjadi fokus studi kasus.
Batasan istilah pada asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang
mengalami bronkitis kronis dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Karanganyar. Bronkitis kronik merupakan keadaan yang berkaitan
dengan produksi mukus yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang
terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam satu tahun untuk lebih dari
dua tahun secara berturut-turut, maka penulis hanya menjabarkan konsep
bronkitis kronik beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi yang disusun secara naratif.
3.3 Partisipan
Subyek studi dalam kasus ini adalah dua klien yaitu Ny S dan Tn S
yang didiagnosis mengalami Bronkitis Kronis di RSUD Karanganyar.
26
27
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di RSUD
Karanganyar. Alasan pemilihan tempat dikarenakan kasus terbanyak
di RSUD Karanganyar salah satunya adalah bronkitis kronis.
Disamping itu kasus ini diambil untuk eksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah bronkitis kronis.
3.4.2 Waktu
Studi kasus ini akan dilaksanakan di RSUD Karanganyar pada
tanggal 24 Mei – 30 Mei 2017.
3.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan dengan tiga metode yaitu:
3.5.1 Wawancara
Metode ini di lakukan dengan mewawancarai sumber data seperti
klien, keluarga maupun perawat lainnya. Hasil anamnesis berisi
tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan lain-lain.
3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik
Di lakukan observasi menyeluruh terhadap sistem tubuh klien dan
pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
3.5.3 Studi dokumentasi
Pengumpulan data dapat di ambil dari hasil pemeriksaan diagnostik
dan data lain yang relevan.
28
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan
3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yaitu klien, perawat expert dan referensi buku yang
berkaitan dengan masalah bronkitis yang sedang di teliti atau di kelola.
3.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
3.7.1 Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan terstruktur ).
3.7.2 Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan
menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
29
3.7.3 Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan
maupun teks naratif. kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari klien.
3.7.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan
dibandingkan dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait
dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
RSUD Karanganyar warga sering menyebutnya Rumah Sakit
Jengglong. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.
Rumah sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin
(RB) bernama RB “Kartini” yang didirikan pada tanggal 21 April 1960
oleh tokoh-tokoh masyarakat di Karanganyar, yang pada waktu itu
dipimpin oleh Bapak Narjo Adirejo selaku Bupati Kepala Daerah Tk.II
Kabupaten Karanganyar saat itu.
Tahun 1963 masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar
banyak yang terserang wabah penyakit HO atau kekurangan asupan gizi.
Pelayanan kesehatan di Kabupaten Dati II Karanganyar pada saat itu
hanya ada satu yaitu BP (Balai Pengobatan). Oleh karena itu para
penderita HO ini ditampung di Balai Pengobatan (sekarang PUSKESMAS
Karanganyar) untuk mendapatkan perawatan. Namun lama-kelamaan
timbul masalah yang cukup kompleks, yaitu makin banyaknya penderita
yang mencapai 150 – 200 orang, sementara tempat untuk merawat
penderita semakin tidak memungkinkan.
30
IDENTITAS
KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2
Nama
Alamat Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
Status perkawinan Ny. S
Tasik Madu 21 th Islam SMP Buruh
Kawin Tn. S
Gandu, Karanganyar 64 th Islam SD Buruh Tani
Kawin
RIWAYAT PENYAKIT
KLIEN 1 KLIEN 2
Keluhan Utama Sesak nafas dan batuk Batuk dan sesak
Riwayat Penyakit
Sekarang
Klien datang ke IGD pada
tanggal 23 Mei 2017 pukul 05.30 WIB dengan keluhan sesak nafas batuk berdahak + 3 bulan, nyeri punggung. Sebelumnya klien sudah sering batuk – batuk tetapi hanya minum obat tidak diperiksakan ke dokter. Di IGD klien mendapat terapi infus el
20tmp, O 2 3 liter, mj ranit 50mg/6jam, om 240mg/12jam, kemudian di bawa ke bangsal pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 11.00 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Mei 2017 Pukul 09.00 WIB klien mengatakan sesak nafas sudah 2 hari batuk berdahak + 3 bulan,
klienmengatakan cemas, TTV Klien datang ke IGD pada
31
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas klien
Tabel 4.1. Identitas Klien
2. Riwayat Keperawatan
: TD : 100/80mmHg, N
40mg/12jam
:83x/menit, S : 36,2 o c, R : 29x/menit. Mendapat terapi
infus 20 tmp, O 2 3liter, injeksi solnnex 4mg/8jam,
omeprazole 40mg/12jam.
Riwayat Penyakit Dulu Klien mengatakan mempunyai
riwayat maag, klien tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya Klien mengatakan pernah
dirawat dirumah sakit karena herpes. Klien mengatakan perokok aktif sejak usia mudanya tapi sekarang sudah berhenti. Klien mengatakan rutin control ke poli karena
penyakit ini
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes,
hipertensi, dan lain - lain. Keluarga mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit manurun seperti diabetes,
hipertensi dan lain - lain.
32
Tabel 4.2. Riwayat Keperawatan
KLIEN 1 KLIEN 2
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: meninggal
: Klien
: Garis keturunan
: tinggal serumah
: hubungan pernikahan
33
Genogram:
Tabel 4.3. Genogram
POLA KESEHATAN
KLIEN 1 KLIEN 2
Pola Persepsi dan
Pemeliharaan
Kesehatan Klien mengatakan kesehatan
sangat penting, jika ada keluarga yang sakit langsung memeriksakan ke pelayanan
kesehatan terdekat Klien mengatakan kesehatan
sangat penting, jika ada keluarga yang sakit langsung memeriksakan ke pelayanan
kesehatan terdekat
Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Sebelum Sakit
Antropometri : TB : 150cm BB : 45 kg Biochemical : Clinical : rambut bersih, mukosa lembab, mata bersih Diet : frekuensi : 3xsehari Jenis : nasi, sayur, lauk, air putih Porsi : 1 porsi habis Keluhan : tidak ada
b. Selama Sakit Antropometri : TB : 150 cm BB : 45 kg
IMT: = = 20
(normal) Biochemical : HB : 13,5g/%, HT : 37,2 vol%, Leu : 4,8/mm 2 , Trom : 138/mm 3 , Ent : 4,077juta/ul Clinical : konjungtiva tidak anemis, mukosa lembab, turgor elastis Diet : Frekuensi : 3xsehari Porsi : 1 porsi habis Jenis : nasi, sayur, lauk, air putih
Keluhan : tidak ada a. Sebelum Sakit
Antropometri : TB : 160cm BB : 55 kg
34
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada b. BAK
Sebelum Sakit Frekuensi : 5-6x/hari Jumlah urine : + 350cc Warna : kuning Keluhan : - Selama Sakit Frekuensi : 5-6x/hari Jumlah urine : + 350cc Warna : kuning
Keluhan : - Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada b. BAK
Sebelum Sakit Frekuensi : 5-6x/hari Jumlah urine : + 350cc Warna : kuning Keluhan : - Selama Sakit Frekuensi : 5-6x/hari Jumlah urine : + 350cc Warna : kuning
Keluhan : -
Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan diri : Kemampuan Perawatan
Diri:
Pola Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit :
klien mengatakan tidurnya cukup 7-8 jam/hari. Tidak ada keluhan saat tidur.
b. Selama sakit : klien mengatakan tidur cukup 7-8 jam/hari. Tidak
ada keluhan. c. Sebelum sakit :
klien mengatakan tidurnya cukup 7-8 jam/hari. Tidak ada keluhan saat tidur.
d. Selama sakit : klien mengatakan istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk.
Tidur 3-4 jam/hari.
Pola Kognitif Perseptual
a. Sebelum sakit :
klien mengatakan dapat berbicara dengan baik - baik, tidak ada gangguan penglihatan dan pendengaran
b. Selama sakit : klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat,
35
Harga diri : klien mengatakan
merasa dihargai dan disayangi oleh suami dan anaknya Peran diri : klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga Identitas diri :klien mengatakan dirinya adalah istri bagi suami dan ibu bagi anaknya
b. Selama Sakit Gambaran diri : klien mengatakan optimus dengan kondisi tubuhnya saat ini Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh Harga diri : klien mengatakan merasa dihargai dan disayangi oleh suami dan anaknya Peran diri : klien mengatakan tidak bias menjalankan tugas sebagai istri selama sakit Identitas diri : klien mengatakan dirinya adalah istri bagi suami dan ibu bagi
anaknya pulang kerumah
Harga diri : klien mengatakan merasa dihargai dan disayangi oleh istri dan anaknya Peran diri : klien mengatakan sebagai kepala keluarga Identitas diri :klien mengatakan dirinya adalah seorang ayah dan kakek 4 orang anak perempuan dan sudah mempunyai cucu.
b. Selama Sakit Gambaran diri: klien mengatakan optimis dengan kondisi tubuhnya saat ini Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang kerumah Harga diri : klien mengatakan merasa dihargai dan disayangi oleh istri dan anaknya Peran diri : klien mengatakan tidak bias menjalankan tugas sebagai suami selama sakit Identitas diri : klien mengatakan dirinya adalah seorang ayah dan kakek 4 orang anak perempuan dan
sudah mempunyai cucu.
36
Pola Mekanisme
Koping
a. Sebelum sakit :
klien mengatakan apabila dalam keluarganya ada permasalahan selalu diselesaikan dengan musyawarah.
b. Selama sakit : keluarga klien mengatakan selama klien sakit ini kelaurag selalu bermusyawarah untuk
membantu klien a. Sebelum sakit :
klien mengatakan apabila dalam keluarganya ada permasalahan selalu diselesaikan dengan musyawarah.
b. Selama sakit : keluarga klien mengatakan selama klien sakit ini kelaurag selalu
37
Tabel 4.4. Pengkajian Pola Fungsional
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Keadaan Umum Kesadaran TTV TD Nadi Frekuensi Irama Kekakuan Respirasi Frekuensi Irama Suhu
Kepala Bentuk Kepala
Kulit Kepala Rambut Muka Mata Palpebra Konjungtiva Sclera Pupil Diameter Reflek Cahaya Penggunaan alat
Klien 1
Composmentis
100/80mmHg
80x/menit Teratur Kuat
29x/menit Tidak teratur 36,5 o c
Bulat
Bersih Bersih, hitam
Tidak bengkak, kantung mata hitam Tidak anemis tidak ikterik Isokor 3/3 +/+ tidak menggunakan alat bantu
Klien 2
Composmentis
130/90 mmHg
84x/menit Teratur Kuat
28x/menit teratur 36 o c
Mesochepal, tidak ada luka dan jejas Sedikit kotor keriting beruban, sedikit kotor
Kantung mata hitam Tidak anemis tidak ikterik isokor 3/3 +/+ Tidak ada
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Paru Inspeksi
Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi
Palpasi Perkusi Auskultasi
Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Genetalia
Rektum
Ekstremitas
Bentuk dada simetris,
menggunakan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada Vocal fremitus ka / ki sama Hipersonor Suara ronchi
Ictus cordis nampak
Ictus cordis teraba pada ICS 5 Pekak Reguler
38
bantu Hidung
Mulut Gigi Telinga
Bentuk sintesis, pernafasan cuping hidung Mukosa bibir kering Bersih Bentuk simetris
Tabel 4.5. Pemeriksaan Fisik
Bentuk simetris, pernafasan cuping hidung Mukosa bibir kering bersih Bentuk simetris
PEMERIKSAAN KLIEN 1 KLIEN 2
Lab :
HEMATOLOGI Haemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Efritosit MPV PDW
INDEX MCV MCH MCHC HITUNG JENIS gran % Limfosit % Monosit % RDW KIMIA Gula darah Glukosa darah sewaktu Ginjal
Creatinin
13.5
37.2 4.8 138 4.07 8.5 12.5
91.4 33.2
KLIEN 1
Hari/Tgl Jenis Terapi Dosis Gol & Kandungan
Fungsi & Farmakologi
Rabu
24 Mei
2017 Cairan IV
ringer laktat
20 tmp Larutan
elektrolit nutrisi
dan lain - lain Mengganti
cairan / mengembalikan keseimbangan
39
5. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.6. Pemeriksaan penunjang
6. Therapy
lambung
mengurangi rasa
nyeri ulu hati
Solvinex 4mg/8jam Mukolitik Mngobati
gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
dahak berlebih
Omeprazole 40mg/12jam Anti sekresi Mengurangi
produksi asam
lambung
Obat Oral
Bactrim 3x1 Trimoxazole Untuk infeksi
saluran nafas, kulit, saluran kemih kelamin
dan ginjal
Nylex 3x1 Nacetylcystene Mengobati
bronchitis akut dan kronis, bronchitis,
emfisema paru
Inhalasi
berotec
atroven 16 tetes Bronkodilator Mengatasi KLIEN 2
Minggu
28 Mei
2017 Cairan IV ringer laktat
20 tmp Larutan
elektrolit nutrisi
dan lain - lain Mengganti
cairan / mengembalikan keseimbangan
elektrolit
Obat Prenteral
ranitidine 50mg/6jam Anti histamine Meredakan
tungkak lambung mengurangi rasa
nyeri ulu hati
Solvinex 4mg/8jam Mukolitik Mngobati
gangguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
dahak berlebih
Omeprazole 40mg/12jam Anti sekresi Mengurangi
produksi asam
40
Obat Oral
Bactrim 3x1 Trimoxazole Untuk infeksi
saluran napas, kulit, saluran kemih kelamin
dan ginjal
Nytex 3x1 Nacetylcystene Mengobati
bronchitis akut dan kronis, bronchitis,
emfisema paru
Inhalasi
berotec
atroven 16 tetes Bronkodilator Mengatasi
ANALISA DATA Problem Etiologi
KLIEN 1
DS :
Klien mengatakan batuk berdahak sudah 3 bulan dahak berwarna putih, dahak tidak bisa keluar DO : - Batuk produktif
- Suara ronchi Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
(00031) Mucus dalam jumlah berlebih
DS :
Klien mengatakan sesak nafas 1 hari yang lalu DO : - Nafas pendek - Terlihat pernafasan cuping hidung
- Terpasang O 2 3 liter - RR : 29x/menit
- Klien tampak lelah Ketidakefektifan
pola nafas (00032)
Keletihan otot
pernafasan
DS :
Klien mengatakan cemas akan penyakitnya DO : - Klien tampak gelisah - Klien tampak kesulitan bernafas
- Klien tampak batuk batuk - Wajah tampak tegang - TD: 100/80 mmHg
41
Tabel 4.7. Therapy
4.1.3 Analisa Data
KLIEN 2
DS :
- Klien mengatakan batuk berdahak sudah 4 bulan, sulit mengeluarkan dahak
- Klien mengatakan sputum berwarna putih
DO : - Batuk produktif
- Suara ronchi Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
(00031) Mucus dalam jumlah berlebih
DS :
Klien mengatakan sesak nafas 1 hari yang lalu DO : - Nafas pendek - Tampak adanya retraksi dinding dada
- Terlihat pernafasan cuping hidung
- Terpasang O 2 3 liter - RR : 28x/menit
- Klien tampak letih Ketidakefektifan pola nafas (00032)
Keletihan otot pernafasan
DS :
- Klien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak
- Klien mengatakan setiap malam susah tidur atau sering terbangun karena batuk
- Klien mengatakan tidur malam 3-4 jam
KLIEN 1 KLIEN 2
1. Ketidakefektifan bersihan jalan 1.
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas (00031) berhubungan dengan mucus berlebih
2. Ketidakefektifan pola nafas(00032) 2. Ketidakefektifan pola nafas(00032) berhubungan dengan berlebihan otot pernafasan
3. Ansietas (00146)berhubungan 3. Gangguan pola tidur (000138) dengan perubahan (status
kesehatan)
42
Tabel 4.8. Analisa Data
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.9. Prioritas Diagnosa Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
KLIEN 1
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas klien bersih dengan KH : NOC : Status pernafasan : ventilasi (0403) Status pernafasan : kepatenan jalan nafas (0410) - Mampu mengeluarkan sputum/batuk efektif
- Tidak ada suara nafas tambahan - Tidak ada gangguan pada jalan
nafas NIC :
Airway Suction (3160) - Auskultasi suara nafas & kaji pernafasan
- Monitor status oksigen dan TTV - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler)
- Anjurkan minum air hangat - Ajarkan batuk efektif - Kolaborasi dengan tim medis pemberian terapi inhalasi barotek antroven 16
tetes/6jam sesuai advis dokter.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif dapat teratasi dengan KH : NOC Status pernafasan ventilasi (0403) - Sesak nafas berkurang atau hilang
- Tidak ada retaksi dinding dada - Tidak ada pernafasan cuping hidung
- RR dalam batas normal (16-
24x/menit) Respiratory monitoring (3350)
- Monitor pernafasan dan status oksigen Oxygen Therapy (3320) - Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul sesuai indikasi
- Posisikan semi fowler
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan dapat teratasi dengan KH : NOC
43
4.1.4 Rencana Keperawatan
jalan nafas(0410)
- Mampu mengeluarkan sputum/batuk efektif
- Tidak ada suara nafas tambahan - Tidak ada gangguan pada jalan
nafas - Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tim medis pemberian terapi inhalasi berotek antroven 16
tetes/6jam sesuai advis dokter.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif dapat teratasi dengan KH : NOC Status pernafasan ventilasi (0403) - Sesak nafas berkurang atau hilang
- Tidak ada retaksi dinding dada - Tidak ada pernafasan cuping hidung
- RR dalam batas normal (16-
24x/menit) Respiratory monitoring (3350)
- Monitor pernafasan dan status oksigen Oxygen Therapy (3320) - Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul sesuai indikasi
- Posisikan semi fowler
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola tidur adekuat/terpenuhi dengan KH : NOC
Hari/Tgl
/Jam
IMPLEMENTASI RESPON
KLIEN 1
Rabu,
24/05/17
09.10 WIB Memonitor TTV S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak tenang dan lemas TD : 100/80mmHg N : 83x/menit S : 36,5 o c
RR : 29x/menit
09.20 WIB
Memonitor status
Pernafasan dan
oksigen S:Klien mengatakan batuk dan sesak nafas
O:
44
Tabel 4.10. Rencana Keperawatan
4.1.5 Tindakan Keperawatan / Implementasi
09.35 WIB Menganjurkan klien
minum air hangat
S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak minum air hangat
09.45 WIB Mengajarkan batuk efektif
S:Klien mengatakan bersedia
O: - Klien tampak kooperatif
- Secret keluar sedikit
10.00 WIB
Memberikan terapi
inhalasi dengan bronkodilator barotek dan atroven
16 tetes/8jam S:
Klien mengatakan bersedia O:
Klien kooperatif
10.30 WIB
Memberikan obat
sesuai dengan advis
dokter S:
Klien mengatakan bersedia O: Obat telah masuk melalui IV - Solvinek 4mg/8jam
- omz 40mg/12jam
11.00 WIB
Mengkaji factor yang
menimbulkan rasa
cemas S:
Klien mengatakan cemas akan penyakitnya O:
Klien tampak cemas, menjawab pertanyaan
11.15 WIB
Membantu
menganalisa dan mengakui rasa
cemasnya S:
Klien mengatakan mengenali dan mengakui rasa cemasnya O:
Klien tampak tak rileks & tidak tenang
12.15 WIB
Mengajarkan teknik relaksasi
S:
Klien mengatakan bersedia O:
Klien kooperatif
13.00 WIB
Memberikan
45
- Secret keluar sedikit
10.45 WIB
Memberikan terapi
inhalasi dengan bronkodilator barotek dan atroven
16 tetes/8jam S: Klien mengatakan bersedia
O: Klien kooperatif
11.00 WIB
Memberikan obat
sesuai dengan advis
dokter S:Klien mengatakan bersedia
O:Obat telah masuk melalui IV - Solvinek 4mg/8jam
- omz 40mg/12jam
13.12 WIB Mengkaji factor yang
menimbulkan rasa
cemas S:Klien mengatakan sudah tidak cemas
O:Klien tampak rileks dan santai
13.20 WIB Memberi posisi semi fowler
S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak rileks
Jumat
26/5/2017
08.30 WIB Memonitor TTV S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak tenang dan lemas TD : 110/86mmHg N : 83x/menit S : 36,5 o c
RR : 19x/menit
09.00 WIB
Memonitor status
Pernafasan dan
oksigen S:Klien mengatakan batuk dan sesak nafas
O: RR : 19x/menit
Terpasang kanul O 2
09.10 WIB Menganjurkan klien minum air hangat
S: Klien mengatakan bersedia
O: Klien tampak minum air hangat
10.15 WIB Mengajarkan batuk
efektif
S:Klien mengatakan bersedia
O: - Klien tampak kooperatif
- Secret keluar
10.30 WIB
Memberikan terapi
inhalasi dengan bronkodilator
46
oksigen Terpasang kanul O 2 3 liter
10.20 WIB
Memposisikan semi
fowler untuk memaksimalkan
ventilasi S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien kooperatif
10.25 WIB Menganjurkan klien minum air hangat
S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak minum air hangat
10.30 WIB Mengajarkan batuk efektif
S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak kooperatif
- Secret keluar sedikit
10.45 WIB
Memberikan terapi
inhalasi dengan bronkodilator barotek dan atroven
16 tetes/8jam S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien kooperatif
11.15 WIB
Memberikan obat
sesuai dengan advis
dokter S:Klien mengatakan bersedia
O:Obat telah masuk melalui IV - Solvinek 4mg/8jam - omz 40mg/12jam
- MP 62,5 gr/12jam
14.00 WIB Mengobservasi
jumlah jam tidur
klien S:Klien mengatakan tidur hanya 2 - 3 jam
O: pasein tampak gelisah
14.15 WIB Memberikan lingkungan nyaman
S:klien mengatakan merasa nyaman
O:Klien tampak nyaman dilingkungan
sekitar
14.30 WIB
Mendiskusikan
dengan keluarga pentingnya tidur
adekuat S: Keluarga mengatakan tidur itu sangat
penting
O: keluarga kooperatif
Senin
29/5/2017
08.30 WIB Memonitor TTV S:Klien mengatakan bersedia
47
dokter - Solvinek 4mg/8jam
- omz 40mg/12jam
- MP 62,5gr/12jam
10.30 WIB Memberi posisi semi fowler
S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak rileks
14.00 WIB Mengobservasi
jumlah jam tidur
klien S: Klien mengatakan masih susah tidur
tidur hanya 3 - 4 jam
O: pasein tampak rileks
Selasa
30/5/2017
Memonitor TTV S:Klien mengatakan bersedia
O:Klien tampak tenang dan lemas TD : 130/83mmHg N : 91x/menit S: 36,5 o c
RR : 25x/menit
09.00 WIB
Memonitor status
Pernafasan dan
oksigen S:Klien mengatakan masih batuk berdahak
sesak nafas sudah berkurang O:RR : 25x/menit
Terpasang kanul O 2 2 liter
10.00 WIB Menganjurkan klien minum air hangat
S: Klien mengatakan bersedia
O: Klien tampak minum air hangat
10.15 WIB Mengajarkan batuk efektif
S:Klien mengatakan sudah bisa
O:Klien tampak melakukan sendiri
- dahak keluar sedikit - sedikit
10.30 WIB
Memberikan terapi
inhalasi dengan bronkodilator barotek dan atroven
16 tetes/8jam S: Klien mengatakan bersedia O: Klientampak rileks
48
Tabel 4.11. Implementasi
Hari/Tanggal No. Dx
Evaluasi
KLIEN 1
Rabu
24 Mei 2017
1 S : klien mengatakan batuk berdahak, dahak sulit keluar
O : TD : 100/80mmHg R : 29x/menit S : 36,5 o c N : 83x/menit
- klien tampak batuk, sesak nafas - suara ronchi - dahak keluar sedikit
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- kaji pernafasan - monitor TTV dan status oksigen - posisi semi fowler - ajurkan minum air hangat - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi sesuai advis dokter
2 S : klien mengatakan sesak nafas, sesak bertambah saat
melakukan aktivitas yang berat. O : - klien tampak sesak nafas
- RR : 29x/menit
- terpasang O 2 3 liter A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- monitor pernafasan dan status oksigen
- beri O 2 dengan nasal kanul sesuai indikasi
- posisikan semi fowler
3 S : klien mengatakan cemas akan penyakitnya.
O : - klien tampak gelisah dan cemas - klien tampak sesak dan batuk
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- kaji fakor yang menimbulkan cemas - pertahankan hubungan saling percaya - ajarkan teknik relaksasi - Berikan informasi factual terkait diagnosis dan
perawatannya
Kamis
25 Mei 2017
1 S : klien mengatakan masih
sedikit O : TD : 100/80mmHg R : 25x/menit
S : 36,5 o c N : 83x/menit - klien tampak batuk - dahak keluar sedikit
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi
49
4.1.6 Catatan Perkembangan / Evaluasi
- RR : 25x/menit
- terpasang O 2 1 liter A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
- monitor pernafasan dan status oksigen
- beri O 2 dengan nasal kanul sesuai indikasi
3 S : klien mengatakan sudah tidak cemas akan penyakitnya.
Klien mengatakan sudah tahu tentang diagnosis dan perawatannya
O : - klien non verbal klien tampak rileks dan santai - klien tampak lebih tenang
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
Jumat
26 Mei 2017
1 S : klien mengatakan masih batuk, dahak bisa keluar
O : TD : 110/80mmHg R : 19x/menit S : 36,5 o c N : 83x/menit
Dahak bisa keluar A : masalah teratasisebagian P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi
2 S : klien mengatakan sudah tidak sesak nafas
O : R : 19x/menit Tidak ada pernafasan cuping hidung Tidak ada retraksi dinding dada
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
KLIEN 2
Minggu 28 Mei 2017
1 S : klien mengatakan batuk berdahak, dahak keluar sedikit
O : TD : 130/80mmHg R : 28x/menit S : 36 o c N : 83x/menit
- klien tampak batuk, sesak nafas - terdengar suara ronchi - dahak keluar sedikit
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- kaji pernafasan - monitor TTV dan status oksigen - posisi semi fowler - ajurkan minum air hangat - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi sesuai advis dokter
2 S : klien mengatakan sesak nafas
O : - klien tampak sesak nafas - RR : 28x/menit
- terpasang O 2 3 liter A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- monitor pernafasan dan status oksigen
50
3 S : klien mengatakan susah tidur, karena batuknya.
- tidur hanya 3-4 jam saja saat malam O : -klien tampak gelisah
- terdapat kantung mata hitam A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- observasi jumlah jam tidur klien
- beri lingkungan yang nyaman
Senin 29 Mei 2017
1 S : klien mengatakan masih batuk berdahak, dahak keluar
sedikit O : TD : 140/90mmHg R : 28x/menit
S : 36,5 o c N : 90x/menit - klien tampak batuk - dahak keluar sedikit - terdengar suara ronchi
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi
2 S : klien mengatakan masih sesak nafas belum berkurang.
O : - klien tampak sesak - RR : 28x/menit
- terpasang O 2 3 liter A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- monitor pernafasan dan status oksigen
- beri O 2 dengan nasal kanul sesuai indikasi
3 S : klien mengatakan masih susah tidur karena batuk, tidur
hany 3-4 jam saja saat malam O : - klientampak gelisah
- terdapat kantung mata hitam A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- observasi jumlah jam tidur klien
- beri lingkungan yang nyaman
Jum’at
30 Mei 2017
10.00 WIB 1 S : klien mengatakan masih batuk berdahak, dahak keluar
sedikit O : TD : 130/83mmHg R : 24x/menit
S : 36 o c N : 91x/menit - klien tampak batuk - dahak keluar sedikit - terdengar suara ronchi
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
- observasi TTV - ajarkan batuk efektif
- berikan terapi inhalasi
2 S : klien mengatakan sesak nafas sudah berkurang
51
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi - montor pernafasan dan ststus oksigen
- beri O 2 dengan nasal kanul sesuai indikasi
3 S : klien mengatakan sudah bisa tidur 4
O : - klien tempak tenang sedikit gelisah - kantung mata masih ada
A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
- observasi jumlah jam tidur
- beri lingkungan yang nyaman
52
Tabel 4.12. Evaluasi
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada Ny.S
dan Tn.S yang mengalami bronkitits kronis dengan ketidakefektifan bersihan
jalan napas di RSUD Karanganyar. Pembahasan pada bab ini berisi tentang
perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan
untuk membahas fokus pada diagnosa keperawatan yang akan dijadikan
perbandingan pada klien 1 dan klien 2. Setiap fakta perbedaan diuraikan
dengan teori dan opini. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
5.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tujuan
dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien,
menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langkah–langkah berikutnya (Dermawan,2012).
Dalam pengkajian penulis melakukan empat kegiatan yaitu
observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Observasi
dilakukan melalui pengamatan pada klien dengan melakukan inspeksi,
53
54
palpasi, perkusi, dan auskultasi pada klien. Wawancara dilakukan
penulis yaitu dengan cara menyimpulkan data secara autoanamnesa
(pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan pada klien) dan
alloanamnesa (pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan pada
orang lain selain klien). Studi dokumentasi dengan cara membaca data-
data klienatau catatanklien seperti catatan status, catatan program
terapi, pemeriksaan laboratorium. Pada kegiatan studi pustaka penulis
mencari sumber yang berkaitan pada kasus ini. Sumber-sumber didapat
dari buku-buku keperawatan medikal bedah dan dari sumber data dari
internet (Priharjo,2007).
Hasil pengkajian pada Ny.S dan Tn.S didapatkan diagnosa medis
bronkitis kronis. Bronkitis kronis adalah batuk – batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya tiga bulan dalam
satu tahun dan terjadi paling sedikit selama dua tahun berturut-turut.
Pengkajian pada Ny.S penulis menemukan tanda dan gejala Bronkitis
Kronis yaitu batuk berdahak dan dahak tidak dapat keluar, terdengar
suara tambahan ronchi, sesak nafas, bernafas dengan cuping hidung
dan pernafasan bibir, pernafasan 28 x/menit (rentan normal 16-
24x/menit). Pada pemeriksaan paru-paru didapat inspeksi bentuk
dadasimetris, menggunakan otot bantu pernafasan kanan dan kiri,
palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi, hipersonor,
auskultasi terdengar suara napas tambahan (ronchi). Pengkajian pada
Tn.S dilakukan tanggal 28 Mei 2017 penulis menemukan tanda dan
gejala Bronkitis Kronis yaitu batuk berdahak dan dahak tidak dapat
55
keluar, terdengar suara tambahan ronchi, sesak nafas, bernafas dengan
cuping hidung dan pernafasan bibir, pernafasan 29 x/menit (rentan
normal 16-24x/menit). Pada pemeriksaan paru-paru didapat inspeksi
bentuk dadasimetris, menggunakan otot bantu pernafasan kanan dan
kiri, palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi, hipersonor,
auskultasi terdengar suara napas tambahan (ronchi). Dalam riwayat
kesehatan tanda dan gejala Bronkitis Kronis ditandai dengan keluhan
klien batuk kronis, sputum yang produktif, mudah terkena iritasi oleh
iritan-iritan inhalan udara dingin atau infeksi, sesak nafas, terdapat otot
bantu pernafasan, hipoksia, hiperkapnea, takipnea (Padila, 2012).
Berdasarkan tanda dan gejala yang telah disebutkan di atas, antara
teori dan observasi serta pengkajian pada Ny.S dan Tn.S penulis tidak
menemukan kesenjangan, pada klien bronkitis kronis batuk kronis
dengan produksi mukus yang berlebih didalam bronki yang disertai
dengan batuk berulang. Suplai mukus yang berlebih dikaitkan dengan
hiperplasia kelenjar sekresi mukus di trakea dan bronki serta
peningkatan jumlah sel goblet disaluran napas bawah. Mekanisme
pertahanan normal kurang berfungsi dengan baik karena silia terkikis,
makrofag alveolar tidak berfungsi secara adekuat, dan perubahan
inflamasi mempersempit jalan napas kecil. Akibatnya, difusi alveolar
terganggu, dan mungkin juga terdapat pirau fisiologis karena mukus
menghambat perukaran gas. Infeksi saluran napas bawah lazim terjadi,
karena produksi mukus yang berlebih dan penurunan mekanisme
56
pertahanan memberi lingkungan yang ideal untuk perkembangbiakan
mikroorganisme (Chang, dkk, 2010).
Pada Ny.S penyebab dari bronkitis kronis yang dialami yaitu
karena setiap harinya bekerja di pabrik Garment, sering terkena polusi
udara dari limbah pabrik. Penyebab dari bronkitis kronis pada Tn.S
memiliki riwayat perokok aktif sejak umur 15 tahun, dalam sehari klien
dapat menghabiskan 2 bungkus rokok dan sudah berhenti merokok
selama 2 tahun. Dalam teori dijelaskan ada beberapa penyebab dari
bronkitis kronis yaitu merokok, debu, bau-bauan, lingkungan, atau
tempat kerja (pabrik, tambang, dan lain-lain), virus. Hal ini merupakan
penyebab bronkitis kronis yang paling umum dan 80% dari semua
kasus bronkitis kronis yang ditemukan diduga bahwa 20% orang yang
merokok akan mengalami bronkitis kronis. Merokok menekan aktivitas
sel-sel pemangsa dan mempengaruhi mekanisme pembersihan siliaris
dari trakus respiratorius, yaitu berfungsi menjaga saluran pernapasan
bebas dari iritan, bakteri, dan benda asing lainnya (Francis, 2008). Pada
kasus Ny.S dan Tn.S ditemukan adanya persamaan dengan teori yaitu
penyebab dari Bronkitis Kronis adalah merokok dan debu atau polusi
lingkungan (pabrik).
Hasil dari pemeriksaan fisik paru yang telah dilakukan penulis
pada Ny.S didapatkan inspeksi bentuk dada simetris, menggunakan
otot bantu pernafasan, simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus
kanan dan kiri sama, perkusi hipersonor, auskultasi terdengar suara
vasekuler melemah dan suara ronchi. Hasil dari pemeriksaan fisik paru
57
yang telah dilakukan penulis pada Tn.S didapatkan inspeksi bentuk
dada simetris, menggunakan otot bantu pernafasan, simetris kanan dan
kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi hipersonor,
auskultasi terdengar suara vasekuler melemah dan suara ronchi. Pada
pemeriksaan fisik Bronkitis Kronis di dalam teori didapatkan hasil
inspeksi pada klien terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan. Pada saat inspeksi,
bernafas dengan bibir, dan pernafasan abnormal yang tidak efektif.
Pada palpasi, vokal vremitus kanan kiri. Pada perkusi didapatkan suara
normal sampai hipersonor. Pada auskultasi sering didapatkan adanya
bunyi ronkhi (Muttaqin,2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
paru dengan teori tidak ada kesenjangan, pada klien Bronkitis Kronis
ronkhi ditimbulkan karena terdapat obstruksi pada bronkhiolus
(Muttaqin,2008).
Untuk lebih mendukung tanda dan gejala yang muncul pada klien
Bronkitis Kronis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pengukuran fungsi paru, analisa gas darah, pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, jumlah darah merah, eosinofil, pulse
oksimetri), pemeriksaan sputum, dan pemeriksaan foto thorax.
(Muttaqin, 2008).
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang
aktual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah
58
mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan
keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan masalah
keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012).
Diagnosa keperawatan utama pada studi kasus ini adalah
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebih mencakup data subjektif dan objektif. Diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari
ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu tidak ada batuk, ada suara
nafas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan pola napas,
sianosis, kesulitan berbicara / mengeluarakan suara, penurunan bunyi
nafas, dispnea, sputum dalam jumlah berlebihan, batuk yang tidak
efektif, ortopnea, gelisah, dan mata terbuka lebar (Herdrman, 2015).
Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas menjadi diagnosa
utama pada klien bronkitis kronis dikarenakan masalah yang utama
pada kasus bronkitis kronis terletak pada saluran nafas yaitu adanya
sekret yang berlebihan pada jalan nafas sehingga kebutuhan oksigen
untuk masuk ke paru-paru terganggu. Dari pengkajian dan observasi
yang penulis lakukan terhadap klien bronkitis kronis, penulis
menemukan ada tanda dan gejala yang muncul pada Ny.S dan Tn.H
sehingga penulis akan mengangkat diagnosa ini sebagai diagnosa
utama. Hal ini ditandai dengan adanya suara ronchi, batuk produktif,
perubahan pada frekuensi pernafasan (Potter & Perry, 2007).
59
Analisa data berdasarkan masalah keperawatan pada Ny.S dan
Tn.S yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus dalam jumlah lebih. Pengkajian dari Ny.S didapatkan data
subjektif klien mengatakan batuk berdahak sudah 3 bulan, dahak sulit
keluar, dahak berwarna putih. Data objektif pada Ny.S dan Tn. S yaitu
batuk produktif dan ada suara tambahan ronchi. Data subjektif pada
Tn.S klien mengatakan batuk berdahak sudah 4 bulan, dahak sulit
keluar, dahak berwarna putih.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
memepertahankan bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik dari
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suara nafas tambahan,
perubahan frekuensi nafas, perubahan irama nafas, kesulitan berbicara /
mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, sputum dalam jumlah
yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, (Herdman, 2015).
5.1.3 Intervensi
Intervensi keperawatan (perencanaan keperawatan) merupakan
suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome klien atau
klien. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan
tidak langsung yang di tujukan pada individu, keluarga dan masyarakat,
serta orang-orang di rujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun
pemberi pelayanan kesehatan lainnya (Bulechek, et al 2016). Menurut
Dermawan (2012) pedoman penulisaan kriteria hasil berdasarkan
60
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Reasoanable, dan Time).
Specific adalah berfokus pada klien. Measurable adalah dapat diukur.
Achievable adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable adalah tujuan
yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time adalah
batas pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan
waktunya.
Intervensi pada Ny.S dan Tn.S diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan jalan napas bersih atau efektif dengan kriteria hasil
menurut NOC (Nursing Outcome Classification) yaitu tidak ada
gangguan pada jalan napas, mampu mengeluarkan sputum atau batuk
efektif, tidak ada suara tambahan, tidak ada gangguan pada jalan napas
(Moorhead, 2016). Intervensi keperawatan yang akan penulis
rencanakan sesuai dengan ONEC (Observation, Nursing, Education,
Colaboration) dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan makan penulis akan
menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan NIC (Nursing
Intervention Classification) yaitu Airway Suction (3160) yaitu monitor
TTV rasional: mengukur tanda-tanda vital, anjurkan minum air hangat
rasional: untuk mengencerkan dahak, ajarkan batuk efektif rasional:
untuk mengeluarkan dahak, kolaborasi dengan tim medis pemberian
61
terapi inhalasi berotek antroven 16 tetes/6jam sesuai advis dokter
rasional: untuk mendapatkan terapai yang tepat. (Bulechek et al, 2016)
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi adalah sekumpulan atau
serangkaian pelaksanaan rencana tindakan keperawatan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
dalam rentang yang diharapkan (Dermawan, 2012).
Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, implementasi
pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mukus berlebih.Implementasi utama yang
diberikan pada Ny.S dan Tn.S adalah batuk efektif. Batuk efektif
merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-
paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat diberikan pada klien dengan
cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar.
Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan untuk klien
dengan gangguan pernapasan akut dan kronis. Batuk efektif yang baik
dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada klien dengan
gangguan saluran pernapasan (Kisner & Colby, 2011).
Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang
telah disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil
dalam rentang normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang
dilakukan penulis selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan
62
Ny.S dan Tn.S dengan bronkitis kronis pada diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebih.
Implementasi terhadap Ny.S dilakukan pada tanggal 24-26 Mei
2017. Pada Tanggal 24 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien,
data subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
100/80mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36,5 o C, pernapasan 29x/menit.
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak kooperatif dan
sekret keluar sedikit. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia, data obyektif klien kooperatif.
Tanggal 25 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien, data
subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
110/80mmHg, nadi 87x/menit, suhu 36,2 o C, pernapasan 25x/menit.
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak kooperatif dan
sekret keluar sedikit. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia data obyektif klien tampak rileks.
Tanggal 26 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien, data
subyektif kien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
110/80mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36,5 o C, pernapasan 19x/menit.
63
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan sudah bisa, data obyektif klien tampak melakukannya
sendiri dan sekret keluar. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia data obyektif klien tampak rileks.
Implementasi terhadap Tn.S dilakukan pada tanggal 28-30 Mei
2017. Pada Tanggal 28 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien,
data subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
130/80mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36 o C, pernapasan 28x/menit.
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak kooperatif dan
sekret keluar sedikit. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia, data obyektif klien kooperatif.
Tanggal 29 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien, data
subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
140/90mmHg, nadi 90x/menit, suhu 36,7 o C, pernapasan 28x/menit.
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak kooperatif dan
sekret keluar sedikit. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
64
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak rileks.
Tanggal 30 Mei 2017 memonitor tanda-tanda vital klien, data
subyektif klien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif TD:
130/83mmHg, nadi 91x/menit, suhu 36,5 o C, pernapasan 25x/menit.
Menganjurkan minum air hangat dan klien mengatakan bersedia data
subyektif klien tampak minum air hangat. Mengajarkan batuk efektif
klien mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak kooperatif dan
sekret keluar sedikit. Mengkolaborasikan pemberian terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam klien
mengatakan bersedia, data obyektif klien tampak rileks.
Implementasi yang dilakukan pada klien dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebih bahwa
setelah dilakukan tindakan batuk efektif didapatkan hasil hari ke 3 pada
Ny.S sekret atau dahak dapat keluar, tetapi pada Tn.S sekret atau dahak
hanya keluar sedikit.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan
evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di
berikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi
65
terdiri atas dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik
kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya
serta membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan ( Efendi& Makhfudli, 2009).
Evaluasi tindakan pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
napas pada Ny.S pada tanggal 26 Mei 2017 yaitu data subyektif klien
mengatakan masih batuk, dahak bisa keluar, data obyektif TD
110/80mmHg, pernapasan 19x/menit, nadi 83x/menit, suhu 36,5 o C data
assessment masalah teratasi sebagian, data planning lanjutkan
intervensi obseravasi TTV, ajarkan batuk efektif, beri terapi inhalasi
dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam.
Kemudian evaluasi dari tindakan pada diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada Tn.S pada tanggal 30 Mei 2017 yaitu data
subyektif klien mengatakan masih batuk berdahak, dahak keluar sedikit,
data obyektif TD 130/83mmHg, pernapasan 24x/menit, nadi
91x/menit, suhu 36 o C data assessment masalah belum teratasi, data
planning lanjutkan intervensi obseravasi TTV, ajarkan batuk efektif,
beri terapi inhalasi dengan bronkodilator berotek dan atroven 16
tetes/8jam.
Batuk efektif merupakan salah satu tindakan keperawatan yang
efektif untuk membantu mengeluarkan dahak yang melekat pada jalan
nafas dan menjaga paru-paru agar tetap bersih (Muttaqin, 2008). Batuk
efektif merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
66
dahak secara maksimal dengan tujuan menghilangkan ekspansi paru,
mobilisasi sekresi, mencegah efek samping dari retensi ke sekresi
(Hudak & Gallo, 2011). Nafas dalam berfungsi untuk membuka jalan
nafas yang mengalami perlengketan dan membuat sputum masuk ke
dalam saluran nafas besar untuk di keluarkan, nafas dalam dilakukan
dengan cara menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan
melalui mulut dengan mulut membentuk huruf o (Smeltzer& Bare,
2013).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi pada Asuhan Keperawatan klien 1 dan 2 terhadap
Ny.S dan Tn.S dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan mukus berlebihdi RSUD Karanganyar dengan
mengaplikasikan pengaruh batuk efektif untuk mengeluarkan dahak.
6.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada Ny.S dilakukan tanggal 24 Mei 2017 penulis
menemukan tanda dan gejala Bronkitis Kronis yaitu batuk berdahak
dan dahak tidak dapat keluar, terdengar suara tambahan ronchi, sesak
nafas, bernafas dengan cuping hidung dan pernafasan bibir, pernafasan
28 x/menit (rentan normal 16-24x/menit). Pada pemeriksaan paru-paru
didapat inspeksi bentuk dadasimetris, menggunakan otot bantu
pernafasan kanan dan kiri, palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama,
perkusi, hipersonor, auskultasi terdengar suara napas tambahan
(ronchi).
Pengkajian pada Tn.S dilakukan tanggal 28 Mei 2017 penulis
menemukan tanda dan gejala Bronkitis Kronis yaitu batuk berdahak
dan dahak tidak dapat keluar, terdengar suara tambahan ronchi, sesak
nafas, bernafas dengan cuping hidung dan pernafasan bibir, pernafasan
29x/menit (rentan normal 16-24x/menit). Pada pemeriksaan paru-paru
67
68
didapat inspeksi bentuk dadasimetris, menggunakan otot bantu
pernafasan kanan dan kiri, palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama,
perkusi, hipersonor, auskultasi terdengar suara napas tambahan
(ronchi).
6.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian yang telah didapatkan oleh penulis, sesuai
dengan masalah yang telah dialami klien 1 dan 2 penulis merumuskan
diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mukus berlebih.
6.1.3 Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dirumuskan oleh penulis pada diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mukus berlebih, yaitu Intervensi atau rencana keperawatan yang akan
dilakukan pada klien 1 dan klien 2 yaitu monitor TTV, anjurkan minum
air hangat, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dengan tim medis
pemberian terapi inhalasi berotek antroven 16 tetes/6jam sesuai advis
dokter.
6.1.4 Implementasi
Dalam Asuhan Keperawatan pada Ny.S dan Tn.S dengan bronkitis
kronis di RSUD Karanganyar. Penulis telah melakukan implementasi
berdasarkan perencanaan yang penulis rumuskan sebelumnya yaitu
batuk efektif.
69
6.1.5 Evaluasi
Tindakan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Hasil evaluasi pada
masalah keperawatan Ny.S yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mukus berlebih data subyektif klien mengatakan
masih batuk, dahak bisa keluar, data obyektif TD 110/80mmHg,
pernapasan 19x/menit, nadi 83x/menit, suhu 36,5 o C data assessment
masalah teratasi sebagian, data planning lanjutkan intervensi obseravasi
TTV, ajarkan batuk efektif, beri terapi inhalasi dengan bronkodilator
berotek dan atroven 16 tetes/8jam.
Kemudian hasil evaluasi dari tindakan pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn.S yaitu data subyektif
klien mengatakan masih batuk berdahak, dahak keluar sedikit, data
obyektif TD 130/83mmHg, pernapasan 24x/menit, nadi 91x/menit,
suhu 36 o C data assessment masalah belum teratasi, data planning
lanjutkan intervensi obseravasi TTV, ajarkan batuk efektif, beri terapi
inhalasi dengan bronkodilator berotek dan atroven 16 tetes/8jam.
Berdasakan hasil analisa pada Ny.S dengan bronkitis kronis setelah
dilakukan tindakan pengaruh tindakan keperawatan batuk efektif pada
Ny.S menunjukkan hasil yang efektif karena dalam 3 x 24 jam sekret
atau dahak dapat keluar. Kemudian hasil analisa pada Tn.S dengan
bronkitis kronis setelah dilakukan tindakan pengaruh tindakan
keperawatan batuk efektif pada Tn.S menunjukkan hasil yang kurang
70
efektif karena dalam 3 x 24 jam sekret atau dahak keluar hanya sedikit-
sedikit.
6.2 Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
bronkitis kronis, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khusunya di bidang kesehatan antara lain:
6.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit khusunya RSUD Karanganyardapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik
antar tim kesehatan maupun dengan klien sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan dapat mendukung kesembuhan klien.
6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khusunya perawat
Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan
ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkitis
kronis khusunya keluarga, perawat, dan tim kesehatan lain mampu
membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan
dasarnya.
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan profesional sehingga yang mampu memberikan
asuhan keperawatan.
71
6.2.4 Bagi penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada klien dengan bronkitis kronis dalam pemberian tindakan pengaruh
batuk efektif terhadap pengeluaran sekret atau dahak.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius FKUI.
Bulechek, GM, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Indonesia edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.
Chang, E, dkk. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Proses keperawatan (Penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Digiulio, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Herdman, H dan Shigemi. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. 2011. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Ikawati, Zullie. 2011. Sistem Pernapasan Dan Tata Laksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Jitowiyono, S, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Post Oprasi Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kisner & Colby. 2007. Therapeutic Exercise. Fifth Edition, (Philadelpia : F.A. Davis Company). Hal 106.
Kowalak, J. 2011. Buku Ajar Patofisiologis. Jakarta: EGC.
Kumar V, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2. Alih Bahasa Oleh Brahm U Pendit. Jakarta: EGC.
Manurung, N. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jilid 1. Jakarta: Trans Info Media.
Moorhead, S, et al. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). 5th Indonesia edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho dan Erva. 2011. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri.
Volume 4. No 2.
Nurarif, A dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Padila. 2012 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha medika.
PDPI. 2011. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), Diagnosis Dan Penatalaksanaan. Revisi Pertama. Jakarta: PDPI.
Potter, A.P, & Perry, A.G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2007.Pengkajian Fisik Keperawatan. Buku kedokteran EGC.
RISKESDAS. 2013. Pravelansi Penyakit Asma, PPOK, Dan Kanker Menurut Provinsi, Indonesia 2013.
Smeltzer & Bare. 2013, Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Soemantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Suryo, J. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First.