asuhan keperawatan pada klien kanker paru

47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. B. TUJUAN a) Tujuan Umum:

Upload: risma-danti

Post on 02-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker

pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan

insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society

memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987

dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat

tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris

40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker

terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru

menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena

sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum

diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar

peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time

risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya

disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak

kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

B. TUJUAN

a) Tujuan Umum:

                  Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru

b) Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru

2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru

3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru

4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru

5. Menjelaskan Stadium kanker paru

6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru

7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada

kanker paru

8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru.

Page 2: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,

Patofisiologi, 1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). JENIS TUMOR PARU

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali

dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,

lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)

Terdapat 4 jenis umum kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu

karsinoma sel kecil. Karsinoma sel besar adalah karsinoma sel skuamosa,

adenokarsinoma sel besar.

Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker ini jelas

berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan,

seperti asbestosdan komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya

terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut

hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena bronkus pada

derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan

pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif

lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup

lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.

Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru.

Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal

dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan

lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan

tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup

sampai 5 tahunnya buruk.

Kanker sel besar Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat

bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering

terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan

Page 3: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini

mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.

Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis

ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian

tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik,

atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi.

Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat

menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru

yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis

ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan

memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008).

B. ETIOLOGI

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang

bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya

faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).

1. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling

penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi

dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok

dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap

setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok

(Stoppler,2010).

2. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok

pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam

ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi

mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua

kali (Wilson, 2005).

Page 4: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

3. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi

pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian

akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan

dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan

bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas

tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka

dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari

kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung

hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara

kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang

ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah

3,4 benzpiren (Wilson, 2005).

4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,

nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker

paru (Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani

asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko

kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat

kalau orang tersebut juga merokok.

5. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap

betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko

terkena kanker paru (Amin, 2006).

6. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih

besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler

memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan

tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker

paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-

gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk

gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).

Page 5: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

7. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga

dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru

obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena

kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

C. PATOFISIOLOGI

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul

efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa

batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat

terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan

biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru

dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,

dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Page 6: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

Page 7: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Gejala-gejala kanker paru yaitu:

1. Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

pada bronkus.

2. Gejala umum.

a.  Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa

tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,

tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental

dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui

permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.    Radiologi.

a) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi

adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.

Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,

atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b) Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2.    Laboratorium.

a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan

ventilasi.

c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

3.    Histopatologi.

Page 8: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

a) Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi

lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b) Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c) Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik

dengan cara torakoskopi.

d) Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang

terlibat.

e) Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –

macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

4.    Pencitraan.

a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b) MR

Page 9: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

CA PARU/ KANKER PARU

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a) Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan

hidup klien.

b) Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien

maupun keluarga.

d) Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian

nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti

infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan

Keperawatan, 2000)

e) Pembedahan.

Page 10: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,

untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan

sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

f) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb

atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak

tuberkulois.

i) Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

j) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit

peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan

paru – paru berbentuk baji (potongan es).

k) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

l) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan

bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,

seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/

bronkus.

m) Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas

serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

Page 11: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU

A. PENGKAJIAN

1) Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).

1). Aktivitas/ istirahat.

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan

rutin,

dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2). Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava).

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).

Takikardi/ disritmia.

Jari tabuh.

3). Integritas ego.

Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan

Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.

4). Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan

hormonal, tumor epidermoid)

5). Makanan/ cairan.

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan

masukan

makanan.

Kesulitan menelan

Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema

wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel

kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

Page 12: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

epidermoid).

6). Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak

selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh

perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

7). Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan

atau

produksi sputum.

Nafas pendek

Pekerja yang terpajan polutan, debu industri

Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)

Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran

udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang

mengalami lesi).

Hemoptisis.

8). Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma

sel kecil)

9). Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma

sel

besar)

Page 13: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel

kecil)

10). Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),

tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.

- Frekuensi dan irama jantung.

- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum,

Hb dan Ht).

- Pemantauan tekanan vena sentral.

- Status nutrisi.

- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi

yang di operasi.

- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

1). Aktivitas atau istirahat.

Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.

2). Sirkulasi.

Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.

3). Eliminasi.

Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB

Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine

Bisng usus, samara atau jelas.

4). Makanan dan cairan.

Gejala : Mual atau muntah

5). Neurosensori.

Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.

6). Nyeri dan ketidaknyamanan.

Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri

Page 14: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi

Atau efek – efek anastesi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan

Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1. Kerusakan pertukaran gas dapat dihubungkan : Hipoventilasi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Dapat dihubungkan :

- Kehilangan fungsi silia jalan nafas

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.

- Meningkatnya tahanan jalan nafas

3. Ketakutan/Anxietas.

Dapat dihubungkan :

- Krisis situasi

- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.

- Faktor psikologis.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

- Kurang informasi.

- Kesalahan interpretasi informasi.

- Kurang mengingat.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1. Kerusakan pertukaran gas.

Dapat dihubungkan :

- Pengangkatan jaringan paru

- Gangguan suplai oksigen

- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dapat dihubungkan :

Page 15: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret

- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.

- Kelemahan/ kelelahan.

3. Nyeri (akut).

Dapat dihubungkan :

- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.

- Adanya selang dada.

- Invasi kanker ke pleura, dinding dada.

4. Anxietas.

Dapat dihubungkan:

- Krisis situasi

- Ancaman/ perubahan status kesehatan

- Adanya ancman kematian.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.

Dapat dihubungkan :

- Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber

- Salah interperatasi informasi.

- Kurang mengingat

C. INTERVENSI

a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges,

Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

No

.

Dx Kpeperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Kerusakan

pertukaran gas

Dapat

dihubungkan :

Hipoventilasi.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam diharapkan

- Menunjukkan

perbaikan

1. Kaji status

pernafasan

dengan sering,

catat

peningkatan

frekuensi atau

upaya

pernafasan

1. Dispnea

merupakan

mekanisme

kompensasi

adanya tahanan

jalan nafas.

Page 16: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

ventilasi dan

oksigenisi

adekuat dengan

GDA dalam

rentang normal

dan bebas gejala

distress

pernafasan.

- Berpartisipasi

dalam program

pengobatan,

dalam

kemampuan/

situasi.

atau

perubahan

pola nafas.

2. Catat ada

atau tidak

adanya bunyi

tambahan dan

adanya bunyi

tambahan,

misalnya

krekels,

mengi.

3. Kaji

adanmya

sianosis

2. Bunyi nafas

dapat menurun,

tidak sama atau

tak ada pada

area yang

sakit.Krekels

adalah bukti

peningkatan

cairan dalam

area jaringan

sebagai akibat

peningkatan

permeabilitas

membrane

alveolar-kapiler.

Mengi adalah

bukti adanya

tahanan atau

penyempitan

jalan nafas

sehubungan

dengan mukus/

edema serta

tumor.

3. Penurunan

oksigenasi

bermakna

terjadi sebelum

Page 17: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

4. Kolaborasi

pemberian

oksigen

lembab sesuai

indikasi

5. Awasi atau

gambarkan

seri GDA.

sianosis.

Sianosis sentral

dari “organ”

hangat contoh,

lidah, bibir dan

daun telinga

adalah paling

indikatif.

4.

Memaksimalkan

sediaan oksigen

untuk

pertukaran.

5. Menunjukkan

ventilasi atau

oksigenasi.

Digunakan

sebagai dasar

evaluasi

keefktifan terapi

atau indikator

kebutuhan

perubahan

terapi.

2. Bersihan jalan nafas

tidak efektif.

Dapat

dihubungkan :

- Kehilangan fungsi

silia jalan nafas

- Peningkatan

jumlah/ viskositas

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam diharapkan

- Menyatakan/

menunjukkan

1. Catat

perubahan

upaya dan

pola bernafas.

2. Observasi

1. Penggunaan

otot interkostal/

abdominal dan

pelebaran nasal

menunjukkan

peningkatan

upaya bernafas.

2. Ekspansi dad

Page 18: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

sekret paru.

- Meningkatnya

tahanan jalan nafas.

hilangnya

dispnea.

-

Mempertahankan

jalan nafas paten

dengan bunyi

nafas bersih

- Mengeluarkan

sekret tanpa

kesulitan.

- Menunjukkan

perilaku untuk

memperbaiki/

mempertahankan

bersiahn jalan

nafas.

penurunan

ekspensi

dinding dada

dan adanya.

3. Catat

karakteristik

batuk

(misalnya,

menetap,

efektif, tak

efektif), juga

produksi dan

karakteristik

sputum.

4.

Pertahankan

posisi tubuh/

kepala tepat

dan gunakan

alat jalan

nafas sesuai

kebutuhan.

5. Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

terbatas atau

tidak sama

sehubungan

dengan

akumulasi

cairan, edema,

dan sekret

dalam seksi

lobus.

3. Karakteristik

batuk dapat

berubah

tergantung pada

penyebab/

etiologi gagal

perbafasan.

Sputum bila ada

mungkin

banyak, kental,

berdarah, adan/

atau puulen.

4. Memudahkan

memelihara

jalan nafas atas

paten bila jalan

nafas pasein

dipengaruhi.

5. Obat

diberikan untuk

menghilangkan

Page 19: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

contoh

aminofilin,

albuterol dll.

Awasi untuk

efek samping

merugikan

dari obat,

contoh

takikardi,

hipertensi,

tremor,

insomnia.

spasme bronkus,

menurunkan

viskositas

sekret,

memperbaiki

ventilasi, dan

memudahkan

pembuangan

sekret.

Memerlukan

perubahan

dosis/ pilihan

obat.

3. Ketakutan/Anxietas.

Dapat

dihubungkan :

- Krisis situasi

- Ancaman untuk/

perubahan status

kesehatan, takut

mati.

- Faktor psikologis.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam diharapkan

- Menyatakan

kesadaran

terhadap ansietas

dan cara sehat

untuk

mengatasinya.

- Mengakui dan

mendiskusikan

takut.

- Tampak rileks

dan melaporkan

ansietas menurun

sampai tingkat

1. Observasi

peningkatan

gelisah, emosi

labil.

2.

Pertahankan

lingkungan

tenang dengan

sedikit

rangsangan.

3. Tunjukkan/

Bantu dengan

teknik

relaksasi,

meditasi,

bimbingan

1.

Memburuknya

penyakit dapat

menyebabkan

atau

meningkatkan

ansietas.

2. Menurunkan

ansietas dengan

meningkatkan

relaksasi dan

penghematan

energi.

3. Memberikan

kesempatan

untuk pasien

menangani

ansietasnya

sendiri dan

Page 20: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

dapat diatangani.

- Menunjukkan

pemecahan

masalah dan

pengunaan

sumber efektif.

imajinasi.

4. Identifikasi

perspsi klien

terhadap

ancaman yang

ada oleh

situasi.

5.Dorong

pasien untuk

mengakui dan

menyatakan

perasaan.

merasa

terkontrol.

4. Membantu

pengenalan

ansietas/ takut

dan

mengidentifikasi

tindakan yang

dapat membantu

untuk individu.

5. Langkah awal

dalam

mengatasi

perasaan adalah

terhadap

identifikasi dan

ekspresi.

Mendorong

penerimaan

situasi dan

kemampuan diri

untuk

mengatasi.

4. Kurang pengetahuan

mengenai kondisi,

tindakan, prognosis.

Dapat

dihubungkan :

- Kurang informasi.

- Kesalahan

interpretasi

informasi.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam diharapkan

- Menjelaskan

hubungan antara

proses penyakit

1. Dorong

belajar untuk

memenuhi

kebutuhan

pasien. Beriak

informasi

dalam cara

yang jelas/

ringkas.

1. Sembuh dari

gangguan gagal

paru dapat

sangat

menghambat

lingkup

perhatian

pasien,

konsentrasi dan

Page 21: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

- Kurang mengingat. dan terapi.

-

Menggambarkan/

menyatakan diet,

obat, dan

program

aktivitas.

-

Mengidentifikasi

dengan benar

tanda dan gejala

yang

memerlukan

perhatian medik.

- Membuat

perencanaan

untuk perawatan

lanjut.

2. Berikan

informasi

verbal dan

tertulis

tentang obat

3. Kaji

konseling

nutrisi tentang

rencana

makan;

kebutuhan

makanan

kalori tinggi.

4. Berikan

pedoman

untuk

aktivitas.

energi untuk

penerimaan

informasi/ tugas

baru.

2. Pemberian

instruksi

penggunaan

obat yang aman

memmampukan

pasien untuk

mengikuti

dengan tepat

program

pengobatan.

3. Pasien

dengan masalah

pernafasan berat

biasanya

mengalami

penurunan berat

badan dan

anoreksia

sehingga

memerlukan

peningkatan

nutrisi untuk

menyembuhan.

4. Pasien harus

menghindari

untuk terlalu

lelah dan

mengimbangi

Page 22: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

periode

istirahatdan

aktivitas untuk

meningkatkan

regangan/

stamina dan

mencegah

konsumsi/

kebutuhan

oksigen

berlebihan.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

No

.

Dx Keperawtan Tujuan Intervensi Rasional

1. Kerusakan

pertukaran gas.

Dapat dihubungkan

:

- Pengangkatan

jaringan paru

- Gangguan suplai

oksigen

- Penurunan

kapasitas pembawa

oksigen darah

(kehilangan darah).

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam

diharapkan

-

Menunjukkan

perbaikan

ventilasi dan

oksigenasi

jaringan

adekuat

dengan GDA

dalam rentang

normal.

1. Catat

frekuensi,

kedalaman dan

kemudahan

pernafasan.

Observasi

penggunaan otot

bantu, nafas

bibir, perubahan

kulit/ membran

mukosa.

2. Auskultasi

paru untuk

gerakamn udara

dan bunyi nafas

tak normal.

1. Pernafasan

meningkat

sebagai akibat

nyeri atau

sebagai

mekanisme

kompensasi awal

terhadap

hilangnya

jaringan paru.

2. Konsolidasi

dan kurangnya

gerakan udara

pada sisi yang

dioperasi normal

pada pasien

Page 23: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

- Bebas gejala

distress

pernafasan.

3. Pertahankan

kepatenan jalan

nafas pasien

dengan

memberikan

posisi,

penghisapan, dan

penggunaan alat

4. Ubah posisi

dengan sering,

letakkan pasien

pada posisi

duduk juga

telentang sampai

posisi miring.

5. Dorong/ bantu

dengan latihan

nafas dalam dan

nafas bibir

dengan tepat.

pneumonoktomi.

Namun, pasien

lubektomi harus

menunjukkan

aliran udara

normal pada

lobus yang masih

ada.

3. Obstruksi

jalan nafas

mempengaruhi

ventilasi,

menggangu

pertukaran gas.

4.

Memaksimalkan

ekspansi paru

dan drainase

sekret.

5. Meningkatkan

ventilasi

maksimal dan

oksigenasi dan

menurunkan/

mencegah

atelektasis.

2. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Setelah

dilakukan

1. Auskultasi

dada untuk

1. Pernafasan

bising, ronki, dan

Page 24: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

Dapat dihubungkan

:

- Peningkatan

jumlah/ viskositas

sekret

- Keterbatasan

gerakan dada/

nyeri.

- Kelemahan/

kelelahan.

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam

diharapkan

Menunjukkan

patensi jalan

nafas, dengan

cairan sekret

mudah

dikeluarkan,

bunyi nafas

jelas, dan

pernafasan tak

bising.

karakteristik

bunyi nafas dan

adanya sekret.

2. Bantu pasien

dengan/

instruksikan

untuk nafas

dalam efektif

dan batuk

dengan posisi

duduk tinggi dan

menekan daerah

insisi.

3. Observasi

jumlah dan

karakter sputum/

aspirasi sekret.

4. Dorong

masukan cairan

per oral

(sedikitnya 2500

mengi

menunjukkan

tertahannya

sekret dan/ atau

obstruiksi jalan

nafas.

2. Posisi duduk

memungkinkan

ekspansi paru

maksimal dan

penekanan

menmguatkan

upaya batuk

untuk

memobilisasi dan

membuang

sekret.

Penekanan

dilakukan oleh

perawat.

3. Peningkatan

jumlah sekret tak

berwarna / berair

awalnya normal

dan harus

menurun sesuai

kemajuan

penyembuhan.

4. Hidrasi

adekuat untuk

mempertahankan

sekret hilang/

Page 25: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

ml/hari) dalam

toleransi jantung.

5. Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

ekspektoran,

dan/ atau

analgetik sesuai

indikasi.

peningkatan

pengeluaran.

5.

Menghilangkan

spasme bronkus

untuk

memperbaiki

aliran udara,

mengencerkan

dan menurunkan

viskositas sekret.

3. Nyeri (akut).

Dapat dihubungkan

:

- Insisi bedah,

trauma jaringan,

dan gangguan saraf

internal.

- Adanya selang

dada.

- Invasi kanker ke

pleura, dinding

dada

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam

diharapkan

- Melaporkan

neyri hilang/

terkontrol.

- Tampak

rileks dan

tidur/ istirahat

dengan baik.

-

Berpartisipasi

dalam

aktivitas yang

diinginkan/

dibutuhkan.

1. Tanyakan

pasien tentang

nyeri. Tentukan

karakteristik

nyeri. Buat

rentang

intensitas pada

skala 0 – 10.

2. Kaji

pernyataan

verbal dan non-

verbal nyeri

pasien.

1. Membantu

dalam evaluasi

gejala nyeri

karena kanker.

Penggunaan

skala rentang

membantu pasien

dalam mengkaji

tingkat nyeri dan

memberikan alat

untuk evaluasi

keefktifan

analgesic,

meningkatkan

control nyeri.

2.

Ketidaklsesuaian

antar petunjuk

verbal/ non

verbal dapat

memberikan

Page 26: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

3. Catat

kemungkinan

penyebab nyeri

patofisologi dan

psikologi.

4. Dorong

menyatakan

perasaan

tentangnyeri.

5. Berikan

tindakan

kenyamanan.

Dorong dan

ajarkan

penggunaan

petunjuk derajat

nyeri, kebutuhan/

keefketifan

intervensi.

3. Insisi

posterolateral

lebih tidak

nyaman untuk

pasien dari pada

insisi

anterolateral.

Selain itu takut,

distress, ansietas

dan kehilangan

sesuai diagnosa

kanker dapat

mengganggu

kemampuan

mengatasinya.

4. Takut/

masalah dapat

meningkatkan

tegangan otot

dan menurunkan

ambang persepsi

nyeri.

Page 27: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

teknik relaksasi

Meningkatkan

relaksasi dan

pengalihan

perhatian.

4. Anxietas.

Dapat

dihubungkan:

- Krisis situasi

- Ancaman/

perubahan status

kesehatan

- Adanya ancman

kematian.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam

diharapkan

- Mengakui

dan

mendiskusikan

takut/ masalah

-

Menunjukkan

rentang

perasaan yang

tepat dan

penampilan

wajah tampak

rileks/ istirahat

- Menyatakan

pengetahuan

yang akurat

tentang situasi.

1. Evaluasi

tingkat

pemahaman

pasien/ orang

terdekat tentang

diagnosa.

2. Akui rasa

takut/ masalah

pasien dan

dorong

mengekspresikan

perasaan

1. Pasien dan

orang terdekat

mendengar dan

mengasimilasi

informasi baru

yang meliputi

perubahan ada

gambaran diri

dan pola hidup.

Pemahaman

persepsi ini

melibatkan

susunan tekanan

perawatan

individu dan

memberikan

informasi yang

perlu untuk

memilih

intervensi yang

tepat.

2. Dukungan

memampukan

pasien mulai

membuka atau

menerima

kenyataan kanker

Page 28: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

3. Terima

penyangkalan

pasien tetapi

jangan

dikuatkan.

4. Berikan

kesempatan

untuk bertanya

dan jawab

dengan jujur.

Yakinkan bahwa

pasien dan

pemberi

perawatan

mempunyai

pemahaman

yang sama.

5. Libatkan

pasien/ orang

terdekat dalam

perencanaan

perawatan.

Berikan waktu

dan

pengobatannya.

3. Bila

penyangkalan

ekstrem atau

ansiatas

mempengaruhi

kemajuan

penyembuhan,

menghadapi isu

pasien perlu

dijelaskan dan

emebuka cara

penyelesaiannya.

4. Membuat

kepercayaan dan

menurunkan

kesalahan

persepsi/ salah

interpretasi

terhadap

informasi.

5. Dapat

membantu

memperbaiki

beberapa

perasaan kontrol/

kemandirian

Page 29: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

untuk

menyiapkan

peristiwa/

pengobatan.

6. Berikan

kenyamanan fiik

pasien.

pada pasien yang

merasa tek

berdaya dalam

menerima

pengobatan dan

diagnosa.

6. Ini sulit untuk

menerima

dengan isu emosi

bila pengalaman

ekstrem/

ketidaknyamanan

fisik menetap.

5. Kurang

pengetahuan

mengenai kondisi,

tindakan,

prognosis.

Dapat dihubungkan

:

- Kurang atau tidak

mengenal

informasi/ sumber

- Salah interperatasi

informasi.

- Kurang

mengingat

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam

diharapkan -

Menyatakan

pemahaman

seluk beluk

diagnosa,

program

pengobatan.

- Melakukan

dengan benar

prosedur yang

perlu dan

menjelaskan

alas an

1. Diskusikan

diagnosa,

rencana/ terapi

sasat ini dan

hasil yang

diharapkan.

1. Memberikan

informasi khusus

individu,

membuat

pengetahuan

untuk belajar

lanjut tentang

manajemen di

rumah. Radiasi

dan kemoterapi

dapat menyertai

intervensi bedah

dan informasi

penting untuk

memampukan

pasien/ orang

terdekat untuk

membuat

keputusan

Page 30: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

tindakan

tersebut.

-

Berpartisipasi

dalam proses

belajar.

- Melakukan

perubahan

pola hidup.

2. Kuatkan

penjelasan ahli

bedah tentang

prosedur

pembedahan

dengan

memberikan

diagram yang

tepat. Masukkan

informasi ini

dalam diskusi

tentang harapan

jangka pendek/

panjang dari

penyembuhan.

3. Diskusikan

perlunya

perencanaan

untuk

mengevaluasi

perawatan saat

pulang.

berdasarkan

informasi.

2. Lamanya

rehabilitasi dan

prognosis

tergantung pada

tipe pembedahan,

kondisi

preoperasi, dan

lamanya/ derajat

komplikasi.

3. Pengkajian

evaluasi status

pernafasan dan

kesehatan umum

penting sekali

untuk

meyakinkan

penyembuhan

optimal. Juga

memberikan

kesempatan

untuk merujuk

masalah/

pertanyaan pada

waktu yang

Page 31: asuhan keperawatan pada klien kanker paru

sedikit stres.

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik

Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai

Penerbit FKUI : Jakarta.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2.

EGC:Jakarta