asuhan keperawatan meningitis
DESCRIPTION
MeningitisTRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM NEUROBEHAVIOUR 1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS
Disusun oleh :
FAUZIAH DYAN AYU (220110120024)
RIRIS PURWITA WIDODO (220110120048)
TANTRI NOVIANTI (220110120120)
EVA FAUZIYAH (220110120132)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang Sistem Neurobehaviour 1 khususnya mengenai
Meningitis. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat
teratasi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
2. Ibu Anastasia Anna S.Kp., Ners., M.Kep. selaku dosen koordinator mata pelajaran.
3. Ibu Ristina Nirwanti, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen tutor kelompok 1.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Jatinangor, 25 September 2014
Penulis
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 2
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………… 4
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………..4
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 4
1.3. Tujuan …………………………………………………………………………….. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 6
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Selaput Otak ……………………………………………. 6
2.2. Definisi ………………………………………………………………………….. 7
2.3. Patofisiologi ………………………………………………………………………. 8
2.4. Etiologi …………………………………………………………………………….. 10
2.5. Faktor Predisposisi dan Faktor Resiko ……………………………………………... 11
2.6. Manifestasi Klinis …………………………………………………………………… 12
2.7. Klasifikasi …………………………………………………………………………… 14
2.8. Komplikasi ………………………………………………………………………….. 16
2.9. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………… 16
2.10. Prognosis …………………………………………………………………………… 18
2.11 Pencegahan ………………………………………………………………………..... 19
2.12. Pendidikan Kesehatan ……………………………………………………………… 22
BAB 3 PROSES KEPERAWATAN ………………………………………………….. 23
3.1 Pengkajian ……………………………………………………………………………. 23
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 2
3.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul ……………………………………... 29
3.3 Asuhan Keperawatan pada Diagnosa Utama ………………………………………... 29
BAB 4 PENUTUP ………………………………………………………………………. 32
4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………
32
4.2. Saran …………………………………………………………………………………..
32
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 33
Lampiran …………………………………………………………………………………. 34
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningitis adalah Infeksi terbatas pada meningeal yang menyebabkan gejala yang
menunjukkan meningitis (kaku kuduk, sakit kepala, demam) sedangkan bila parenkim otak
terkena, pasien memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal,
dan kenaikan tekanan intrakranial (Harsono, 2005).
Penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat dengan otak
dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak. Menurut WHO, di Negara
Amerika Serikat pada tahun 2009 terdapat 3000 kasus penyakit meningococcus dan di Eropa
bagian Barat terjadi 7.700 kasus meningococcus pada setiap tahunnya. (WHO, 2009)
Menurut jurnal Gesnerd, 2005 yang disebutkan dalam jurnalnya Anngraini Alam yang
berjudul “Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan yang Menderita Kejang
Demam Pertama” Di Indonesia, kasus meningitis bakterialis sekitar 158/100.000 per tahun,
dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000, angka ini lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan negara maju.
Melihat kejadian diatas bahwa meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi utama di
Indonesia kami sebagai mahasiswa keperawatan sangat penting mempelajari penyakit ini agar
kami dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Maka dari itu kami persembahkan
salah satu rangkuman makalah tentang asuhan keperawatan pada meningitis sebagai bahan
belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari Meningitis?
1.2.2. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
1.2.3. Apa etiologi dari meningitis?
1.2.4. Apa saja klasifikasi dari meningitis?
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 4
1.2.5. Apa saja manifestasi klinis dari meningitis?
1.2.6. Apa saja komplikasi dari meningitis?
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan/pemeriksaan dari meningitis?
1.2.8. Bagaimana masalah keperawatan dan asuhan keperawatan dari meningitis?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan
mengenai gangguan sistem neurobehaviour pada penderita meningitis, sebagai bahan kajian
bagi perawat dalam praktiknya menangani penderita dengan meningitis dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah sistem persepsi dan sensori.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Meningen (selaput otak) adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi
(cairan serebrospinalis/CSS), memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan:
2.1.1. Duramater (lapisan luar) adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena dari otak.
2.1.2. Arakhnoid (lapisan tengah) merupakan selaput halus yang memisahkan durameter
dengan piamater membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral.
2.1.3. Piamater (lapisan sebelah dalam) merupakan selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak. Ruangan di antara arakhnoid dan piamater disebut sub-
arakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang. Di sini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
2.1.4. Gambar 2.1 lapisan meningen
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 6
2.2. Definisi
Dalam buku patofisiologi karangan John Daly dkk tahun 2010, meningitis adalah
inflamasi pada meningen otak dan medulla spinalis, hal ini disebabkan oleh adanya
mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah.
Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri
atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber ekstrakranial. (Esther
Chang, 2009)
Meningitis adalah peradangan pada otak dan meningen medulla spinalis, peradangan ini
dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter.
Meningitis ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau infeksi virus. (Kimberly,
2011)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 7
Lanjutan…….
Faktor risiko: usia (kebanyakan pada bayi), daya tahan tubuh lemah, jenis kelamin (laki-laki lebih
rentan), sosio-ekonomi rendah, lingkungan padat penduduk, musim panas, riwayat kraniotomi.
Faktor predisposisi: ISPA (sinusitis, epiglottis, pneumonia), otitis media, trauma kepala dengan
kebocoran CSS (cairan serebrospinal), DM, alkoholisme, splenektomi, defisiensi imun.
VIRUS(contoh: Mumps virus, Echo virus, Coxsackie
virus)
BAKTERI(contoh: E. coli, Listeria
monositogenesis, H. influenzae)
JAMUR(contoh: Criptococcus,
Neofarmans)
Meningitis Serosa Meningitis PurulentaMeningitis Tuberculosis
Eksudat (pus berwarna keruh)Eksudat (cairan berwarna bening)
Perubahan fisiologis intrakranial
Peningkatan permeabilitas
pembuluh darah ke otak
Menyebar ke seluruh S. kranial dan spinal
Kerusakan neurologis yang mempersarafi otot
Kerusakan neurologis yang mempersarafi otot
Tonus otot ↓
Hambatan Mobilitas Fisik
Invasi kuman ke jaringan serebral melalui darah (vena nasofaring posterior), telinga
bagian tengah, sal. Mastoid
Masuk ke SSP
Reaksi peradangan jaringan serebral: piameter, arachnoid, CSS
Demam
Hipertermi
EnsefalitisAbses otakKehilangan pendengaran
2.3. Patofisiologi
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 8
Lanjutan…….
Gangguan ADL
Risiko berlebihnya volume cairan
Peningkatan permeabilitas
pembuluh darah ke otak
Prosedur invasif, lumbal pungsi
Kelemahan fisik
Permeabilitas kapiler dan
retensi cairan ↑
Aliran darah serebral ↓
O2 ke otak tidak adekuat
Bradikardi
Perubahan perfusi jaringan otakRisiko ggn perfusi perifer
Penurunan tingkat
kesadaran
Kemampuan batuk ↓, produksi mukus ↑
Pola nafas tidak efektifBersihan jalan nafas tidak efektif
Tekanan Intra Kranial ↑
Tekanan pada pusat refleks
muntah di medulla spinalis
Mual, muntah, intake nutrisi ↓
Risiko defisit cairanRisiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Penekanan area fokal
kortikal
Kaku kuduk, tanda kernig,
tanda Brudzinski
Ketidakseim-bangan
potensial membran
Kejang
Risiko Cidera
Perub. Tingkat kesadaran, perub. Perilaku, disorientasi, fotophobia, sekresi ADH ↑
Adhesi → kelumpuhan saraf
Koma → kematian
Ansietas
Trombosis vena serebral → Kelumpuhan
Efusi atau abses subduralHidrosefalus
Arteritis pembuluh darah otak → Infark → kematian jaringan otak
retardasi mental → Gangguan perkembangan mental dan inteligensi
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 9
Keterangan:
Etiologi Klasifikasi
Manifestasi Komplikasi yang mungkin timbul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul
*Meningitis Tuberculosis: etiologi karena bakteri, namun termasuk meningitis serosa
2.4. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Namun
yang paling banyak terjadi disebabkan oleh bakteri dan virus. Meningitis karena bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan dengan penyebab lain karena mekanisme kerusakan &
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri ataupu produk bakteri yang lebih berat.
2.4.1. Bakteri
Meningitis oleh bakteri memiliki kecenderungan menyerang pada golongan usia tertentu,
diantaranya, golongan neonatus (E.Coli, S.beta hemolitikus, dan listeria monositogenes),
golongan balita (h.influenzae, meningococcus dan pneumococcus),golongan umur 5 – 20
tahun (Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan Streptococcus
pneumococcus), juga pada usia > 20 tahun (Meningococcus, Pneumococcus,
Stafilococcus, Streptococcus dan Listeria).
2.4.2. Virus
Sedangkan meningitis oleh virus memiliki prognosis yang lebih baik, cenderung jinak
dan bisa sembuh sendiri. Virus penyebab yang paling banyak ditemukan yaitu
Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus. Ada juga Herpes simplex, Herpes zooster
dan enterovirusyag menjadi penyebab terjadinya meningitis aseptik tapi ini jarang terjadi.
2.4.3. Jamur
Meningitis jamur disebabkan oleh jamur Criptococcus neofarmans dan sering terjadi
pada pasien AIDS. Criptococcal bisa masuk ke tubuh melalui jalur udara ketika
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 10
menghirup debu atau partikel kotoran burung yang kering. Jamur ini dapat menginfeksi
paru-paru, kulit dan bagian tubuh lain.
2.5. Faktor Predisposisi Dan Faktor Resiko
2.5.1. Faktor Resiko
a. Usia
b. Daya tahan tubuh
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan sosio ekonomi rendah
e. Lingkungan padat penduduk
f. Penyakit ISPA
g. Waktu ( musim panas )
h. Pasien yang pernah mengalami operasi craniotomy
2.5.2. Faktor Predisposisi
Ada beberapa keadaan yang menjadi penyebab faktor predisposisi dari meningitis yang
disebabkan oleh bakteri, diantaranya :
a. Sepsis
b. Kelainan yang berkaitan dengan penekanan reaksi imunologis seperti
agamaglobulinemia
c. Pemirauan (shunting) ventrikel
d. Punsi lumbal dan anastesi spinal
e. Infeksi parameningeal
2.5.3. Faktor maternal
Hal-hal seperti ruptur membran fetal dan infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan dapat menjadi penyebab terjadinya meningitis.
2.5.4. Faktor imunologi
Biasanya disebabkan oleh faktor imunologi seperti defisiensi mekanisme imun dan
defisiensi immunoglobulin.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 11
2.5.5. Kelainan sistem saraf pusat, riwayat pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan yang mengakibatkan terjadinya meningitis.
2.5.6. Faktor lingkungan
Keadaan lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan terlalu padat dapat menyebabkan
timbulnya kontak dengan penderita sehingga berpotensi terpapar oleh bakteri seperti
Haemophilus influenza.
2.6. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala klinis yang sering muncul pada pasien penderia meningitis adalah
sebagai berikut:
2.6.1. Sakit kepala hebat : Hal ini disebabkan oleh iritasi meningen dan biasanya
terjadi pada 90% pasien kasus meningitis bakterial.
2.6.2. Beberapa tanda lain yang disebabkan oleh iritasi meningen seperti berikut :
a. Kaku kuduk (rigiditis nukal) : Ketidakmampuan untuk menggerakkan
leher ke depan karena terjadi peningkatan tonus otot leher dan kekakuan.
Hal ini terjadi pada 70% pasien meningitis bakterial pada dewasa. Tanda
kaku kuduk positif (+) bila terdapat kekakuan dan tahanan pada pergerakan
fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu pasien tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b. Tanda Kernig positif : Keadaan ketika pasien dibaringkan dengan
paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki pasien tidak dapat di
ekstensikan dengan sempurna. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135o (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna)
disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 12
Gambar 2.2 Kernig Positif
c. Tanda Brudzinki positif I : Bila leher pasien di fleksikan atau
ditundukkan ke arah dada, maka pasien secara spontan melekukkan lutut ke
atas (fleksi). Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan
kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda
brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada
lutut dan panggul.
Tanda Brudzinki positif II : Pasien berbaring terlentang dan dilakukan
fleksi pasif salah satu paha dan sendi panggul (seperti pada pemeriksaan
Kernig). Tanda brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut pada kaki yang satunya
(kontralateral).
Gambar 2.3 Brudzinki
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 13
2.6.3. Demam tinggi : Perubahan panas yang mendadak ini dapat terjadi pada
meningitis bakterial maupu viral.
2.6.4. Fotofobia : Intoleransi terhadap cahaya terang.
2.6.5. Penurunan kesadaran : Penurunan kesadaran yang sering terjadi pada kasus
meningitis ini adalah letargi.
2.6.6. Kejang : Hal ini akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya eksudat purulen dan edema
serebral dengan tanda - tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital yaitu
perubahan tekanan nadi dan bradikardi.
2.6.7. Muntah
(Esther Chang, 2009)
2.7. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan, berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak dan berdasarkan mikroorganisme penyebab.
2.7.1. Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu:
a. Meningitis serosa
Merupakan radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab yang paling sering adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Merupakan radang bernanah pada arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya adalah bakteri antara lain: Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2.7.2. Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu:
a. Meningitis bekterial ( meningitis purulenta/septik )
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 14
Meningitis ini merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana
organism masuk ke dalam ruang arachnoid dan subarachnoid. Sesuai namanya,
meningitis ini disebabkan oleh bakteri, antara lain : Neisseria meningitides
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, streptococcus pneumonia (pneumococcus) dan Mycobacterium
tuberculosis. (Ginsbeg, 2008)
b. Meningitis Virus ( meningitis aseptik )
Meningitis jenis ini sering terjadi akibat komplikasi lanjutan dari berbagai macam
penyakit akibat virus yang meliputi mumps (penyakit gondok), herpes simplek
dan herpes zoster. Virus penyebab meningitis disini dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu : virus RNA dan virus DNA. Contoh virus RNA adalah
enterovirus (virus penyakit polio), arbovirus (virus penyakit rubella), flavivirus,
mixovirus. Sedangkan contoh virus DNA pada meningitis ini yaitu virus herpes
dan retrovirus. (PERDOSSI, 2005)
c. Meningitis Jamur ( meningitis kriptokoku neoformans )
Pada meningitis ini infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan
penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga termasuk sulit. Manifestasi pada infeksi jamur dan parasit
pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses
atau kista).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur yang
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada
pasien AIDS. Biasanya infeksi jamur cenderung menimbulkan meningitis kronis
atau abses otak.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 15
2.8. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain:
2.8.1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2.8.2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural karena
adanya infeksi oleh kuman.
2.8.3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
2.8.4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
2.8.5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
2.8.6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan
otak.
2.8.7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
2.8.8. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi mental
yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.
2.9. Penatalaksanaan
2.9.1. Terapi Farmako
a. Antibiotika
Antibiotika yang diberikan kepada penderita meningitis ada yang diberikan sesuai
golongan umur dan penyebab seperti pada tabel berikut.
Nama Antibiotika Penyebab Dosis Obat
Penicillin G H. Influenza, Pneumococcus,
Staphilococcus non PNC,
Staphilococcus PNC
Dewasa : 20 mu/6 jam IV
Anak-anak : 300.000
unit/kg/hari IV dibagi 3-4 dosis
Chloramfenicol S. pneumoniae, H. Influenzae Dewasa : 4 gr/hari IV dibagi 4
dosis
Anak-anak : 100 mg/kgBB/hari
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 16
IV dalam 4 dosis
Ampisilin S. pneumonia, H. influenzae Dewasa : 200mg/kgBB/hari IV
dalam 4 dosis
Anak-anak : 200mg/kgBB/hari
Ciprofloxacin P. aeruginosa 400mg/hari
Cefotaxime Streptococcus, staphilococcus,
Haemofilus, dan enterobakter
Dewasa : 12 gr/hari IV
Neonatus < 1 minggu : 50
m/kgBB/hari/ 12 jam IV
Neonatus 1-4 minggu : 50
mg/kg/ 8 jam
Bayi dan anak-anak : 50-
100mg/kg setiap 6 atau 8 jam
IV/IM
Ceftriaxone H. influenzae, N. Meningitides,
S. Pneumonia
Dewasa : 4 gr/hari IV
Anak : 75 mg/kg IV dibagi 2-3
dosis
Ceftazidine P. aeruginosa 6 gr/hari IV
Vancomycine Staphylococcus epidermidis Dewasa : 2 gr/hari IV selama 21
hari
Anak : 20-40 mg/kg/hari dibagi
2 dosis
Meropenem P. aeruginosa, N. Meningitides 6 gr/hari IV
b. Kortikosteroid
Efek antiinflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri dan
menurunkan tekanan intrakranial. Tetapi penggunaan steroid hanya bagi pasien
dengan resiko tinggi, pasien dengan status mental yang sangat terganggu, edema
otak atau tekana intrakranial tinggi. Mengingat obat ini mempunyai efek samping
seperti perdarahan traktus GIT, penurunan fungsi imun seluler.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 17
2.9.2. Terapi Non farmako
a. Mempertahankan hidrasi optimal : atasi kekurangan cairan dan cegah
kelebihan cairan yang bisa mengakibatkan edema.
b. Mencegah dan mengobati komplikasi
c. Menguragi peningkatan tekanan intra cranial
2.9.3. Isolasi
Penyakit ini mudah sekali menular melalui kontak langsung denga pasien dan melalui
droplet infection seperti ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok pasien.
2.9.4. Operatif
Penanganan fokal infeksi biasanya dilakukan tidakan operatif mastoidektomi radikal.
Mastoidektomi dilakukan dengan tujuan memperjelas dan mengeksplorasi seluruh jalan
yang mungki dilewati oleh invasi bakteri. Juga dapat dilakukan thrombectomi, jugular
vein ligation, perisinual dan cerebellar abcess drainage
2.10. Prognosis
Prognosis dalam meningitis diantaranya :
2.10.1. Umur
Pederita meningitis di usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempuyai prognosis
yang semakin buruk, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
2.10.2. Mikroorganisme spesifik yang menimbulkan penyakit
2.10.3. Banyaknya organisme dalam selaput otak
2.10.4. Jenis meningitis
2.10.5. Jenis kelamin
Laki-laki lebih rentan terkena penyakit meningitis
2.10.6. Lama penyakit sebelum dinerikan terapi antibiotic
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 18
Pengobatan antibiotika yan adekuat dapat menurukan angka mortalitas pada meningitis
yang disebabkan oleh bakteri, tapi 50 % dari penderita meningitis akan mengalami
sequelle (akibat sisa/mengalami kecacatan setelah penyembuhan) seperti ketulian,
keterlambatan berbicara, gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10 % nya menalami
kematian. Penderita menigitis karena virus biasanya menunjukan gejala yan lebih ringan,
penurunan kesadaran jarang ditemukan didalamnya. Meningitis viral memiliki prognosis
yang lebih baik dibandingkan dengan meninitis yang disebabkan oleh bakteri. Sebagian
penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dengan pengobatan yan adekuat, kesembuhan total
akan didapatkan.
2.11. Pencegahan
2.11.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
a. Hindari kontak langsung atau terpajan droplet penderita karena sangat
memungkinkan terjadinya penularan.
b. Pencegahan penyakit infeksi meningitis dapat dilakukan dengan pemberian
vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit
tersebut.
Untuk meningitis dengan bakteri Haemophilus influenza dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi vaksin gabungan H. influenza tipe b yang dapat
diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau sesegera mungkin sesudahnya.
Untuk mencegah terinfeksi meningitis bakteri N. meningitidis pada anak
resiko tinggi umur di atas 2 tahun dianjurkan untuk mendapatkan vaksin
quadrivalen meningokokus terhadap serogrup A, C, Y, dan W135. Vaksin ini
dapat diberikan untuk kontak terpajan dan selama epidemik penyakit
meningokokus.
Untuk penderita resiko tinggi meningitis bakteri S. pneumonia harus mendapat
vaksin pneumokokus. Sedangkan pada meningitis virus, dapat dicegah dengan
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 19
pemberian vaksin virus yang efektif untuk polio, campak, parotitis, dan
rubella.
c. Penderita perlu diisolasi untuk meminimalisir potensi penularan.
d. Bagi penderita, penting sekali untuk menjaga personal hygiene, diantaranya
yaitu menutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk, dan setelahnya
segera mencuci tangan dengan bersih dan menggunakan sabun atau cairan
antiseptik.
e. Hindari penggunaan piranti makan yang bersamaan dengan penderita untuk
meminimalisir terjadinya proses penularan bakteri melalui eksudat yang
menempel di piranti makan tersebut.
f. Sebisa mungkin mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan
lingkungan sekitar tempat kita beraktivitas sehari-hari seperti lingkungan
sekolah, lingkungan kerja, dan lain-lain untuk meminimalisisir potensi
penyebaran bakteri maupun virus.
(Harsono, 2007)
2.11.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera,
antara lain yaitu:
a. Diagnosis Meningitis
Gejala-gejala dan tanda-tanda meningitis bakteri didahului oleh gejala saluran
nafas bagian atas atau saluran cerna selama beberapa hari sebelumnya. Biasanya
radang selaput otak akan disertai panas mendadak mual, muntah, anoreksia,
fotofobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi memberat, timbul peradangan korteks dan
edema otak dengan gejala-gejala penurunan tingkat kesadaran, koma, kejang-
kejang, kelumpuhan saraf otak yang bersifat sementara atau menetap, dan pada
bayi fontanella mencembung. Pada anak dengan demam dan kejang, bila
diagnosis kejang demam dan epilepsi telah disingkirkan, maka diagnosinya
hampir pasti meningitis atau meningoensefalitis.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 20
Pada bayi umur 28 hari gejala mungkin samar dan tidak spesifik, seperti tidak
mau menyusu, menjadi sangat tenang atau sangat gelisah, muntah, atau tampak
tidak sehat. Temperatur cenderung rendah daripada tinggi. Jika ada muntah, maka
fontanel akan mendatar atau mencekung. Sehingga lingkaran kepala bayi harus
diukur setiap hari. Pada bayi yang lebih besar (sampai umur dua tahun), gejala
meliputi kegelisahan, demam, muntah, fotofobia, ketegangan, dan kejang.
Anak tampak kejang dan gugup. Pada bagian akhir penyakit, fontanel akan
menggelembung, terasa nyeri bila menekuk leher dan akan timbul Kernig’s sign
yang positif (tidak dapat menaikkan tungkai dengan membengkokkannya di sendi
pinggul).4 Pada anak yang berumur lebih dari dua tahun, sebagai tambahan dari
gejala di atas, mungkin mengeluh sakit kepala, pusing, bahkan sampai koma.4
Gejala klinis meningitis virus yang benigna, gejalanya dapat sedemikian rupa
ringannya sehingga diagnosis meningitis menjadi tidak terlihat. Jika gejala agak
berat biasanya ditandai dengan nyeri kepala dan nyeri kuduk.
b. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
1) Pemeriksaan Kaku kuduk
2) Pemeriksaan Tanda Kernig
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
4) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
5) Pemeriksaan penunjang meningitis lainnya
(Harsono, 2007)
2.11.3. Pencegahan Tersier
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan
akibat meningitis dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami
dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.32
Fisioterapi dan rehabilitasi juga dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat.
(Harsono, 2007)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 21
2.12. Pendidikan Kesehatan
Para tenaga kesehatan perlu untuk memberi pendidikan kesehatan tentang penyakit
meningitis seperti:
2.12.1. Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit meningitis.
2.12.2. Menjelaskan tentang penyebab dan cara penularan pada penyakit meningitis serta
cara untuk menghindarinya.
2.12.3. Menjelaskan penanganan yang tepat yang harus dilakukan termasuk tentang
terapi, pemberian obat, dosis, dan kemungkinan efek samping.
2.12.4. Mejelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan menggunakan vaksin Hib,
vaksin meningokokus polisakarida, dan vaksin pneumococcus.
(Kimberly A, 2011)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 22
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3.1.1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Nama :
2) Usia :
3) Alamat
4) Jenis kelamin :
5) Pendidikan :
6) Agama :
7) Suku bangsa :
8) Diagnosa medis:
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama :-
Hal yang sering menjadi alasan pasien atau orang tua membawa anaknya
ke rumah sakit adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian pasien dengan meningitis biasanya keluhan berhubungan
dengan akibat infeksi dan akibat tekanan intrakranial seperti sakit kepala, demam
juga kejang. Hal tersebut harus dilakukan pengkajian lebih mendalam, seperti :
baaimana sifat timbulnya, stimulus yang sering menimbulkan keluhan, dan
tindakan yang biasa diberikan untuk menurunkan keluhan tersebut.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien seperti infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, dan
hemoglobinopatis, riwayat trauma kepala, juga riwayat tindakan bedah saraf.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 23
Selain hal tersebut, perawat perlu mengkaji pemakaian obat-obatan yang
sering digunakan pasien seperti obat kortikosteroid, jenis antiboitik dan reaksinya
(untuk menilai resistensi pemakaian antiboitik).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga/ keadaan lingkungan tempat tinggal
Meningitis merupakan suatu penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Maka dari itu pada
saat salah satu penduduk di ligkungan padat penduduk/ anggota keluarga terkena
infeksi meningitis maka penyebaranpenyakit ini akan sangat cepat di populasi
tersebut.
c. Data biologis
1) Aktivitas
keluhan : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Eliminasi
Keluhan : sering BAK
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
3) Makan
Keluhan : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
4) Higiene
keluhan : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : -
Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya dalam keadaan latergi, stupor,
dan semikomatosa
2) Tanda tanda vital
a) Temperatur :-
Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal sekitar 38 – 41 oC
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 24
b) Denyut nadi :
Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial
c) Respirasi :-
Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:-
Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda – tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
B1 (breathing)
Melihat apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
alat bantu nafas, dan peningkata frekuensi nafas. Auskultasi bunyi nafas,
bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada meningitis tuberkulosa
B2 (blood)
Pengkajian pada sistem cardiovascular, biasanya terdapat infeksi
fulminating pada meningitis meningokokus dengan tanda-tanda
septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang
menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda
koagulasi intravascular desiminata
B3 (brain)
Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental
berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar
pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa.
B4 (bladder)
Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume
haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (bowel)
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia
dan adanya kejang.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 25
B6 (bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan
pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada
penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah.
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya
yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui,
klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive
yang berlebihan terhadap cahaya.
Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 26
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada
meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau
periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan
didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya
refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a) Pemeriksaan Kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono,2007)
b) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin
tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 1350 (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono,2007)
c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono,2007)
d) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 27
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral. (Harsono,2007)
2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan.
Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus (nanah) yang merupakan campuran leukosit
yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah
protein yang meninggi.
3) Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
a) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping
itu, pada meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
4) Pemeriksaan Radiologis
a) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
b) Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 28
3.2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
3.2.1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi pada meningen
3.2.2. Hipertermi berubungan dengan inflamasi pada meningen
3.2.3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang menimbulkan kematian
3.2.4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih
3.2.5. Gangguan ADL berubungan dengan perubahan tingkat kesadaran
3.2.6. Resiko cedera berhubungan dengan peurunan kesadaran
3.2.7. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berubungan dengan tekanan pada pusat refleks
muntah
3.3. Asuhan Keperawatan Diagnosa Utama
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Perubahan perfusi
jaringan otak yang
berhubungan dengan
inflamasi pada
meningen
DO : Bradikardi,
tekanan darah
meningkat
DS : malaise, pusing,
nyeri kepala hebat,
mual, muntah,
penurunan kesadaran
Dalam waktu
3x24 jam
setelah
diberikan
intervesi
perfusi
jaringan ke
otak
meningkat
Kriteria :
Tingkat
kesadaran
meningkat
menjadi sadar,
disorientasi
negatif,
konsentrasi
Monitor pasien dengan ketata
terutama setelah lumbal
pungsi. Anjurkan klien
berbaring 4-6 jam setelah
lumbal pungsi
Untuk mencegah
nyeri kepala yang
menyertai
perubahan
tekanan
intrakranial
Monitor tanda-tanda
peningkatan tekanan
intrakranial selama
perjalanan penyakit(nadi
lambat, tekanan darah
meningkat, kesadaran
menurun, napas aritmik,
refleks pupil menurun,
kelemahan)
Untuk mendeteksi
tanda-tanda syok,
yang harus
dilaporkan ke
dokter untuk
intervensi dini
Monitor tanda-tanda vital
danneurolois setiap 5-30
menit. Mengenai tekanan
Perubahan
perubahan ini
menandakan
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 29
baik, perfusi
jaringan dan
oksigenasi
baik, tanda-
tanda vital
dalam batas
normal, dan
syok dapat
dihindari
intrakranial catat dan
laporkan segera
perubahannya ke dokter
adanya perubahan
tekanan
intrakranial dan
penting untuk
intervensi dini
Hindari posisi
tunngkaiditekuk atau
anjurkan klien jangan banyak
bergerak dan tirah baring
Untuk mencegah
peningkatan
tekanan
intrakranial
Tinggikan sedikit kepala
klien dengan hati-hati, cegah
gerakan yang tiba-tiba dan
tidak perlu dari kepala dan
leher hindari fleksi leher
Untuk
mengurangi
tekanan
intrakranial
Bantu seluruh aktivitas dan
gerakan – gerakan pasien.
Beri petunjuk untuk BAB
(jangan enema). Anjurkan
pasien untuk
menghembuskan nafas dalam
bila miring dan bererak di
tempat tidur. Cegah posisi
fleksi pada lutut
Mencegah
keregangan otot
yang dapat
menimbulkan
tekanan intra
kranial
Waktu prosedur – prosedur
perawatan disesuaikan dan di
atur tepat waktu dengan
periode relaksasi; hindari
rangsangan lingkungan yang
tidak perlu
Mencegah
eksitasi yang
merangsang otak
yang sudah iritasi
dan dapat
menimbulkan
kejang
Beri penjelasan tentang Mengurangi
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 30
keadaan lingkungan kepada
pasien
disorientasi dan
untuk klarifikasi
persepsi sensori
yang terganggu
Evaluasi selama masa
penyembuhan terhadap
gangguan motorik, sensorik
dan intelektual
Untuk merujuk ke
rehabilitasi
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid
Untuk
menurunkan
edema serebri dan
tekanan
intrakranial
Kolaborasi pemberian
antibiotik
Untuk mematikan
virus. Pemberian
antibiotik
diberikan secepat
mungkin tanpa
menunggu hasil
biakan, setelah
ada hasil baru
diberikan
antibiotik yang
sesuai
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah inflamasi atau peradangan pada meningen otak dan medulla spinalis
dan dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan
piameter. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf
pusat melalui sirkulasi darah. Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada
sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi
dari sumber ekstrakranial. Biasanya hal ini ditandai pula dengan adanya sel darah putih dalam
cairan serebrospinal.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih mengenai penyakit meningitis dan cara penerapan asuhan
keperawatan pada pasien penderita meningitis, serta dapat menstimulasi pembaca untuk
menggali pemahaman yang lebih dalam.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 32
DAFTAR PUSTAKA
1. A, Kimberly. 2011; Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC.
2. Chang, E, John, D & Doug, E. 2009; Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta: EGC.
3. Corwin, Elizabeth J. 2009; Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
4. Harsono. 2007; Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
5. Muttaqin, Arif. 2008; Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: EGC.
6. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/833/855 diakses
pada tanggal 23september 2014, jam 19.40 WIB
7. www.who.int diakses pada tanggal 23 September 2014, jam 19.15 WIB
8. Wilkinson, Judith M. 2011; Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 33