asuhan keperawatan maternitas dengan diagnosa medis ketuban pecah prematur

30
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS KETUBAN PECAH PREMATUR I.Pengertian Ketuban pecah dini/prematur adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2001:221). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum awitan persalinan (Hamilton, 2009:391). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda - tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda - tanda inpartu. Ketuban pecah dini merupakan kondisi pecahnya ketuban pada fase laten dan dapat menyebabkan infeksi asenden intrauterin (Manuaba, 2004:72) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya (Yulaikhah, 2008:116). Ketuban pecah dini adalah rupture kantung air (RKK) yang terjadi sebelum awitan persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda - tanda persalinan. II.ANATOMI FISIOLOGI Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10 – 20 minggu, sekitar 50 – 250 ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai 500 – 1500ml. Menurut Winkjosastro, 2005 ciri-ciri kimiawi dari air ketuban adalah :

Upload: harry-pendiem

Post on 31-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS

KETUBAN PECAH PREMATUR

I. Pengertian

Ketuban pecah dini/prematur adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah

dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu

banyak (Manuaba, 2001:221).

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum awitan persalinan (Hamilton,

2009:391).

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda - tanda inpartu, dan

setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda - tanda inpartu. Ketuban pecah

dini merupakan kondisi pecahnya ketuban pada fase laten dan dapat menyebabkan

infeksi asenden intrauterin (Manuaba, 2004:72)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan

setelah ditunggu satu jam belum ada tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai

terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten). Kondisi ini

merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya (Yulaikhah,

2008:116).

Ketuban pecah dini adalah rupture kantung air (RKK) yang terjadi sebelum awitan

persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda - tanda persalinan.

II. ANATOMI FISIOLOGI

Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10 – 20 minggu, sekitar 50

– 250 ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai 500 – 1500ml.

Menurut Winkjosastro, 2005 ciri-ciri kimiawi dari air ketuban adalah :

Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya

agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air. Sisanya

albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan

garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.

Terdapat lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin

mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berrfungsi. Dengan peningkatan kadar

lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh zat yang dinamakan surfaktan dan

Page 2: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

merupakan syarat untuk berkembangnya paru-paru dan untuk bernapas. Menilai hal ini

dipakai perbandingan antara lesitin dan sfingomielin.

Kadang-kadang, pada partus warrna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena

tercampur mekonium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan yang mengandung

empedu). Berat jenis likuor menurun dengan tuanya kehamilan (1,025-1,010).

Dari mana air ketuban berasal masih belum diketahui dengan pasti, masih dibutuhkan

penyelidikan lebih lanjut. Telah banyak teori dikemukakan mengenai hal ini, antara lain

bahwa air ketuban berasal dari lapisan amnion, terutama dari bagian plasenta. Teori lain

mengemukakan kemungkinan berasalnya dari plasenta.

Peredaran air ketuban cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih kurang 500

ml. Cara perputaran ini terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air ketuban yang

kemudian dikeluarkan melalui air kencing. Apabila janin tidak menelan air ketuban ini

janin dengan stenosis akan didapat keadaan hidramnion.

Fungsi Air Ketuban

1. Melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

3. Melindungi suhu tubuh janin

4. Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka

5. Membersihkan jalan lahir

III. ETIOLOGI

Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan ditentukan secara

pasti. Banyak faktor berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor - faktor

mana yang lebih berperan sulit diketahui. Menurut Hamilton (2009:391) dan Manuaba

(2004) antara lain:

1. Persalinan prematur

2. Korioamionitis terjadi dua kali sebanyak KPD

3. Malposisi atau malpresentasi janin

4. Kerusakan serviks disebabkan oleh faktor antara lain : pemakaian alat – alat pada

serviks sebelumnya (misal : aborsi terapeutik, LEEP dan sebagainya); peningkatan

paritas yang memungkinan kerusakan serviks selama kelahiran sebelumnya;

inkompetensi serviks

5. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

Page 3: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

6. Berhubungan dengan berat badan ibu (misal : kelebihan berat badan sebelum

kehamilan; penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan)

7. Merokok selama kehamilan

8. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu

muda

9. Riwayat hubungan seksual baru – baru ini.

10. Multiparitas

11. Hidramnion

12. Kelainan letak : sungsang atau lintang

13. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)

14. Kehamilan ganda

15. Pendular abdomen (perut gantung)

Menurut Nugroho (2011:3) terdapat beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini

antara lain inkompetensi serviks (leher rahim), polihidramnion (cairan ketuban

berlebih), riwayat ketuban pecah dini sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput

ketuban, kehamilan kembar, trauma, serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm)

pada usia kehamilan 23 minggu, dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial

vaginosis.

IV. PATOFISIOLOGI

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibrolas, jaringan retikuler

korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem

aktivitas dan inhibisi interleukin - 1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan

inflamasi, terjadi peningkatan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase

jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion,

menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Mekanisme

terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : selaput ketuban tidak

kuat sebagai akibat dari kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga bila terjadi

pembukaan serviks maka selaput ketuban akan sangat lemah dan mudah untuk pecah

dengan respon mengeluarkan air ketuban.

V. Manisfestasi Klinik

Tanda gejala menurut Nadesul (2001), Hidayat, Asri (2009:14), dan Nugroho

(2011:3) yang harus diwaspadai selama kehamilan adalah :

Page 4: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

1. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).

2. Timbul sebelum rasa mulas – mulas tanda dari awal persalinan.

3. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, mungkin juga

sudah berwarna kehijauan.

4. Kontraksi ≥ 4x/jam (dapat dirasa sebagai nyeri abdomen, rasa kencang, nyeri,

kram menstruasi, atau rekaan pada vagina) (Sinclair, 2009)

5. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan

tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna

darah.

6. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.

7. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah

cepat merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.

8. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan

sedikit – sedikit atau sekaligus banyak.

9. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

10. Janin mudah diraba.

11. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.

12. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air

ketuban sudah kering.

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi menurut Hidayat, Asri (2009:17) dan Nugroho (2011:7) paling sering

terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom

distress pernapasan, yang terjadi pada 10 - 40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat

pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur

sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinyakorioamnionitis (radang padakorion

dan amnion). Kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah

dini.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah

dini/preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban

pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila ketuban pecah dini

Page 5: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu. Komplikasi lainnya adalah

infeksi intrauterin, tali pusat menumbung, prematuritas, distosia.

VII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini menurut Hamilton

(2009:391), Hidayat, Asri (2009:17) dan Nugroho (2011:7) antara lain :

1. Pencegahan

a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.

b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk

mengurangi atau berhenti.

c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.

d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada

faktor presdisposisi.

2. Panduan mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini

saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.

a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali

pusat

b. Letak kepala selain verteks

c. Polihidramnion

d. Herpes aktif

e. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya

3. Bila ketuban telah pecah

a. Anjurkan pasien untuk pergi ke rumah sakit atau klinik

b. Catat terjadinya ketuban pecah

1) Lakukan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu

terjadinya pecah ketuban.

2) Bila robekan ketuban tampak kasar :

a) Saat pasien berbaring telentang, tekan fundus untuk melihat adanya

semburan cairan dari vagina

Page 6: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

b) Basahi kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slideuntuk

mengkaji ferning di bawah mikroskop

c) Sebagian cairan diusap ke kertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan

uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan

seksual, tidak ada perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksaan per

vagina menggunakan jeli K-Y

3) Bila pecah ketuban dan/atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan

pemeriksaan spekulum steril.

a) Kaji nilai Bishop serviks ( lihat nilai bishop )

b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.

c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan

pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.

d) Bila usia tingkat gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit 

herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.

4. Penatalaksanaan konservatif

a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah.

b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina,

kecuali spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina.

c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.

1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkat secara signifikan,

dan/atau mencapai 38º C, berikan 2 macam antibiotik dan pelahiran harus

diselesaikan.

2) Observasi rabas vagina : bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan

menunjukkan adanya infeksi.

3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan

apapun.

5. Penatalaksanaan agresif

a. Gel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)

dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter

b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespon

c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada

tanda, mulai pemberian Pitocin

d. Berikan cairan per IV, pantau janin

Page 7: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

e. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif

f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk

diinduksi, kaji nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan

untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik

manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai dan

induksi dimulai

g. Periksaan hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada

hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi

h. Lakukan NST (nonstress test) setelah ketuban pecah ; waspada adanya

takikardia janin yang merupakan salah satu tanda infeksi

i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :

1) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan

2) Terjadi takikardi janin

3) Lochea tampak keruh

4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan

5) Kultur vagina menunjukan streptokus beta hemolitikus

6) Hitung darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih

6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

a. Persalinan spontan

1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam

2) Anjurkan pemantauan janin internal

3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesial anak atau praktisi perawat

neonatus

4) Lakukan kultur sesuai panduan

b. Induksi persalinan

1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter

2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam

3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak yang

memberikan 1 – 2 g ampisilin per IV atau 1 – 2 g mefoxin per IV setiap 6

jam sebagai profilaksis.

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nugroho (2011:6) dan Hidayat (2009:16) pemeriksaan penunjang untuk

pasien dengan indikasi ketuban pecah dini adalah :

Page 8: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

1. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH

nya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atau

sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4 - 5, dengan kertas nitrazin tidak

berubah warna, tetap kuning. Dilakukan pula tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas

lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis),

pH air ketuban 7 - 7.5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang

positif palsu. Tes pakis (mikroskopik), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran

daun pakis.

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Bertujuan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Ketuban

pecah dini yang jumlah cairannya sedikit, sering terjadi kesalahan pada penderita

oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak dan

caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa

dan pemeriksaan sederhana.

IX. ASUHAN KEPERAWATAN  

1. Pengkajian

Pengkajian post partum menurut Morton (2005:518,522), Nurbaeti, Irma et.

(2013:37) merupakan tindakan mengevaluasi adanya perubahan fisiologis dan

psikologis pada ibu yang terjadi pada saat tubuhnya kembali ke keadaan sebelum

hamil. Pengkajian yang dilakukan antara lain :

a. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data - data tentang respons

pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post

partum. Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :

1) Komplikasi antepartum

2) Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan

3) Lamanya ketuban pecah dini

4) Adanya episiotomi dan laserasi

5) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai

APGAR)

6) Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran

Page 9: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

7) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post

partum

8) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum (seperti atonia

uteri, retensi plasenta)

Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan yang

merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum.

b. Pengkajian status fisiologis maternal

Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post

partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk

Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung

kemih), Lochea (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower

Extremity(ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).

c. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan -

perubahan pada tubuh pasien.

1) Payudara

Inspeksi adanya infeksi puting, perdarahan atau kusta. Palpasi payudara

harus terasa lembut, tidak ada nyeri tekan. Kondisi Nipple apakah puting

susu flat, inverted atau exverted. Normalnya puting susu tegak, exverteddan

menonjol, latch-on. Namun, banyak terdapat ibu yang mengalami

pembengkakan payudara karena peningkatan vaskularitas payudara yang

terjadi sebagai persiapan untuk laktasi. Payudara membengkak menjadi

besar, keras dan biasanya nyeri. Apabila ada area kemerahan dan hangat

dapat dipastikan terjadi mastitis.

2) Abdomen/Uterus

Setelah melahirkan abdomen terasa lunak, tonus otot kurang, tetapi tonus otot

tersebut akan kembali seperti sebelum hamil setelah 6 minggu post partum.

Pengkajian uterus meliputi tonus uterus, posisi dan tinggi fundus uteri

dengan melakukan palpasi. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung

kemih sebelum pengkajian untuk akurasi data dan posisi kepala datar dengan

posisi supine.

a) Pada sekitar satu jam pasca persalinan, fundus teraba keras(boggy)

setinggi umbilikus.

Page 10: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

b) Fundus uteri terus turun ke panggul sekitar 1 cm atau satu ruas jari per

hari dan harus tidak bisa dipalpasi (non palpable) oleh pemeriksa pada 10

hari pasca melahirkan.

Selain itu, perlu dikaji affterpains (uterine cramping) dan melakukan

intervensi menurunkan nyeri sesuai kebutuhan. Pasien atau anggota baru

dapat diajarkan untuk menilai kekerasan uterus dan cara untuk

melakukanmassage uterus agar uterus keras (boggy) atau mencegah

perdarahan yang berlebihan.

3) Fungsi gastrointestinal

Penilaian fungsi gastrointestinal sangat penting pada semua pasien post

partum terutama bagi pasien setelah seksio.

Pengkajian fungsi gastrointestinal meliputi :

a) Inspeksi abdomen : adanya distensi

b) Auskultasi bising usus

c) Palpasi abdomen : adanya distensi, neyri tekan, rigditas dan diastasis

rektus abdominis

d) Perkusi untuk menentukan ada dan lokasi gas

e) Kaji adanya flatus dan warna, konsistensi tinja

f) Kaji adanya mual dan muntah

Pengkajian dilakukan dua kali sehari sampai fungsi gastrointestinal normal.

Fungsi gastrointestinal bisa mengalami perlambatan terutama pada ibu yang

mengalami pembedahan (seksio sesaria) dan dilakukan anestesi. Pemberia

laktasif atau pencahar yang diperlukan untuk mengobati sembelit dan

meringankan ketidaknyamanan perineum saat buang air besar.

4) Pemeriksaan diatasis rektus abdominis

Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis

akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi, regangan ini menyerupai celah

memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur

panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti

sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu melakukan

senam nifas. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis dilakukan dengan

meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa batal dan mengangkat kepala, tidak

Page 11: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

diganjal. Kemudian palpasi abdomen dari bawah prossesus xiphoideus ke

umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.

5) Fungsi kandung kemih

Pengkajian keluaran urine pada ibu post partum untuk mengidentifikasi

potensial kesulitan berkemih. Berkemih yang pertama harus diukur.

Pengkajian buang air kecil dan fungsi kandung kemih meliputi :

a) Kembalinya buang air kecil, yang harus terjadi dalam waktu 6 sampai 8

jam setelah melahirkan

b) Jumlah urine selama kurang lebih 8 jam setelah melahirkan. Pasien harus

mengeluarkan minimal 150 ml setiap kali berkemih, kurang dari 150 ml

setiap kali berkemih dapat mengidikasikan adanya retensi urin karena

penurunan tonus kandung kemih pascabersalin (tanpa adanya

preeklampsia atau masalah kesehatan yang signifikan)

c) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih (ISK)

d) Kandung kemih harus nonpalpable di atas simfisis pubis.

6) Tipe dan jenis lokhea

Mengkaji lokhea selama periode post partum meliputi :

a) Saturasi satu pada penuh lokhea dalam waktu kurang dari satu jam, aliran

lokhea yang terus menerus atau adanya bekuan darah besar adalah

indikasi komplikasi yang serius (misalnya : adanya sisa plasenta,

perdarahan) dan harus diselidiki secepatnya.

b) Bila terjadi peningkatan jumlah yang signifikan dari lokhea meskipun

fundus keras mungkin menunjukkan adanya luka gores di jalan lahir, yang

hars segera diatasi.

c) Lokhea berbau busuk biasanya menunjukkan infeksi dan perlu ditangani

sesegera mungkin

d) Lokhea harus ada perubahan dari lokhea rubra ke serosa ke alba. Setiap

perkembangan dari perubahan dapat dianggap abnormal dan harus

dilaporkan.

7) Perinium dan anus

Page 12: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Pengkajian perinium dan anus harus dilakukan setiap 4 jam untuk 24 jam

pertama pasca melahirkan dan setiap 8 - 12 jam sampai pasien pulang.

Perawat harus menginspeksi perinium dengan posisi ibu miring dan menekuk

kaki ke arah dada.

8) Episiotomi/perinium

REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi

episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness/kemerahan,

Edema/edema, Ecchymosis/ekimosis, Discharge/keluaran,

danApproximate/perlekatan). Kemerahan dianggap normal pada episiotomi

dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan pengkajian

lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat memperlambat

penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (icepacks) selama periode pasca

melahirkan umumnya disarankan.

9) Lower extremity (ekstremitas bawah)

Ekstremitas harus dikaji sensai, kekuatan, edema, nyeri dan tanda - tanda

tromboembolisis pada periode immediate post partum.  Untuk mengkajiDeep

Vein Thrombosis (DVT), ekstremitas bawah diperiksa adanya panas, merah,

menyakitkan atau pembengkakan. Mengkaji DVT dengan menggunakan

tanda homan (dorsofleksi kaki), rasa sakit yang muncul saat dilakukan tanda

homan menunjukkan adanya DVT. Namun, kini hal tersebut kontraindikasi

untuk menggunakan tanda homan untuk mengkaji DVT karena tindakan ini

dapat melepas gumpalan, pijat kaki juga harus dihindari.

d. Pengkajian status nutrisi

Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data

ibu saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang

memadai (Misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan.

Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang memperburuk

status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.

e. Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat

Page 13: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang

dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di

rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah

persalinan.

f. Emosi

Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post

partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum

blues” ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang - kadang

insomnia. Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi

hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal

dari pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini berlangsung lebih lama

dari beberapa minggu atau jika pasien post partum menjadi nonfungsional atau

mengungkapkan keinginan untuk menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien

harus diajari untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan atau dokter. 

g. Pengkajian nyeri

Selama periode post partum, sangat penting untuk menilai rasa nyeri pasien

dengan mempertimbangkan tingkat nyeri yang dapat diterima pasien.

Pengkajian nyeri pada semua area tubuh, termasuk kepala, dada, payudara,

punggung, kaki, perut, uterus, perinium dan ekstremitas. Posisi selama

persalinan dapat menyebabkan ketidaknyamanan otot, dan sakit kepala dapat

menunjukkan hipertensi gestasional.

h. Masalah seksio sesaria

Pasien dengan riwayat seksio sesaria memerlukan beberapa pengkajian

tambahan selama periode post partum, termasuk status insisi (sayatan), nyeri,

pernafasan, paru - paru dan bising usus.

2. Diagnosa Keperawatan

Menegakkan diagnosa ketuban pecah dini (KPD) menurut Hidayat (2009:15),

Joseph (2010: 187) dan Nugroho (2011:4) secara tepat sangat penting. Diagnosa

yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal.

Diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai

resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Diagnosa

ketuban pecah dini (KPD) ditegakkan dengan cara :

Page 14: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

a. Anamnese

Pasien merasakan basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak

secara tiba - tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga

diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada,

dan belum ada pengeluaran lendir darah.

b. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila

ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan

lebih jelas.

c. Pemeriksaan dengan spekulum

Pemeriksaan menggunakan spekulum pada pasien dengan ketuban pecah dini

akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga

tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau

mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak

keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

d. Pemeriksaan dalam

Tidak didapatkan cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi didalam

vagina. Pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu dipertimbangkan, pada

kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan

pemeriksaan dalam. Sewaktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan

mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.

Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan

dalam vagina hanya dilakukan jika ketuban pecah dini yang sudah dalam

persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum diantaranya (Herdman, 2009) :

a) Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

b) Ketidak efektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,

struktur/karakteristik fisik payudara ibu.

c) Risiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh

komplikasi fisik dan emosional.

Page 15: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

d) Resiko ketidakefektifan koping individu berkaitan perubahan emosional yang

tidak stabil pada ibu

e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan

psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses

persalinan dan kelahiran melelahkan.

f) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi

berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak

mengenal sumber – sumber.

g) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan

kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,

memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi

ketidaknyamanan.

Intervensi Keperawatan :

a) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang

tepat.

b) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.

Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan

terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.

c) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah

kelahiran.

Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan

mengurangi edema dan vasodilatasi.

d) Berikan kompres panas lembab (misalnya ; rendam duduk / bak mandi)

Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan

nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.

e) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.

Page 16: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan

tekanan langsung pada perineum.

f) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui.

Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain

paling hebat karena pelepasan oksitosin.

b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman

sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik

payudara ibu.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses/situasi menyusui, mendemonstrasikan

teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.

Intervensi Keperawatan :

a.       Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan

rencana perawatan.

b.      Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga.

Rasional : Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman

menyusui dengan berhasil.

c.       Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,

perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktor–faktor yang memudahkan

atau mengganggu keberhasilan menyusui.

Rasional : Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,

memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.

d.      Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik – teknik menyusui

Rasional : Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya

menyusu.

e.       Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi ; misalnya ;

progam Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Rasional : Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan

nutrisional.

3.       Risiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh komplikasi fisik

dan emosional

Page 17: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua,

mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas

perawatan bayi baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber-sumber.

Intervensi Keperawatan :

a.       Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan

latar belakang budaya.

Rasional : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber-sumber pendukung,

yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi

orang tua.

b.      Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.

Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua

mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.

c.       Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami

klien/pengalaman selama kanak-kanak.

Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua mereka

sendiri menjadi model peran.

d.      Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan

peran pasangan pada persalinan.

Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan

emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif

mempengaruhi menyusui.

e.       Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,

atau pascapartal.

Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi ibu

dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.

f.       Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi.

Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi yang

diharapkan.

g.      Pantau dan dokumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.

Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;

selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.

h.      Anjurkan pasangan/sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi

terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.

Page 18: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.

i.        Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah

menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak terjadi.

Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping memerlukan

perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.

4.       Risiko ketidakefektifan koping individual berhubungan dengan krisis

maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua

(atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung,

persepsi tidak realistis

Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan

individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai

kebuuhan.

Intervensi Keperawatan :

a.       Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi

klien tentang penampilannya selama persalinan.

Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminin

dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu,

dan menyusui.

b.       Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.

Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari

pengalaman fantasi.

c.       Kaji terhadap gejala depresi yang fana (" perasaan sedih " pascapartum) pada hari ke-2

sampai ke-3 pascapartum (misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk,

dan depresi ringan atau berat).

Rasional : Sebanyak 80 % ibu - ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi

kecewa setelah melahirkan.

d.       Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung,

dan rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang.

Rasional : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.

e.       Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari

peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir.

Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari.

Page 19: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

f.        Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu – raguan tentang

kemampuan menjadi orang tua

Rasional : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan

mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.

g.       Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang

tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.

Rasional : Kira - kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala –

gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.

5.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan

psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan

dan kelahiran melelahkan.

Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan

dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera

dan istirahat.

Intervensi Keperawatan :

a.       Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.

Rasional : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,

meningkatkan tingkat kelelahan.

b.      Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.

Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang.

c.       Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.

Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta

tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

d.      Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.

Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan

refleks secara psikologis.

e.       Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain.

Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit

untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.

6.       Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi

berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal

sumber – sumber.

Page 20: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan

individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan

alasan-alasan untuk tindakan.

Intervensi Keperawatan :

a.        Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat

kelelahan klien.

Rasional : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan

tanggung jawab tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan diri/perawatan bayi.

b.      Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar.

Rasional : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang

tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.

c.       Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,

perubahan fisiologis.

Rasional : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan

berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.

d.      Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi.

Rasional : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda

kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan

sebelum kunjungan minggu ke-6.

7.       Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, memungkinkan tujuan

aktualisasi diri muncul ke permukaan.

Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarah pada

kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan

dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.

Intervensi Keperawatan :

a.        Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain.

Rasional : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan

menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap – tahap perkembangan.

b.      Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi.

Rasional : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu

mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah

pulang.

Page 21: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

c.       Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan

periode pascapartum.

Rasional : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka

alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.

d.      Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak (sibling)

tetang bayi baru.

Rasional : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan

penggantian atau penolakan.

e.       Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di

komunitas.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan

perkembangan anak.

Page 22: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

DAFTAR PUSTAKA

 

Antara. (2013, February 15). Republika Online. Dipetik September 3, 2013, dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/02/16/mi9ugy-menkes-angka-kematian-ibu-melahirkan-masih-tinggi

Aprillia, Y. (2010). Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & Melahirkan hal. 123. Jakarta: Gagas Media.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Asri Hidayat, Mufdilah, & Sujiyanti. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan . Yogyakarta: Nuha Medika.

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Hamilton, G. M. (2009). Obstetri dan Ginekologi : Panduan Praktik Ed. 2. Jakarta: EGC.

Harry Orxon & Willian R. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan.Yogjakarta: Yayasan Essentia Medika.

Herdman, T. H. (2009). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mander, R. (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2008). Buku Ajar Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Ed.2 hal. 61. Jakarta: EGC.

Morton, P. G. (2005). Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi SOAPIE. Jakarta: EGC.

Nadesul, H. (2001). Cara Sehat Selama Hamil. Niaga Swadaya.

Nugroho, J. &. (2010). Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (OBSGYN).Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. (2011). Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 23: Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Medis Ketuban Pecah Prematur

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. hal. 67. Jakarta: Salemba Medika.

Penny Simkin, Janet Whalley, & Ann Keppler. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan & Bayi. Arcan.

Sastrawinata, S. (2004). Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Ed. 2, hal. 59.Jakarta : EGC.

Sinclair, C. (2009). Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC.

Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Yulaikhah, L. (2008). Kehamilan . Jakarta: EGC.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Offset.