asuhan keperawatan lansia dengan gout

15
LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANJUT USIA DI SUB UNIT RPSTW A. Konsep Dasar Lansia 1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 2. Klasifikasi Lansia a. Pralansia Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003) d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003) e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003) 3. Karakteristik Lansia Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

Upload: solehudin-al-yudi

Post on 30-Oct-2014

115 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANJUT USIA

DI SUB UNIT RPSTW

A. Konsep Dasar Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur

kehidupan manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1

ayat (2), (3),(4) No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia

lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Klasifikasi Lansia

a. Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat

menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003)

3. Karakteristik Lansia

Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang kesehatan)

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

B. Tinjauan Teoritis Gout

1. Pengertian

Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai

Page 2: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum

meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang

kurang dari ginjal.

Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran

khusus,yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi

jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.

2. Etiologi

Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap

pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari

penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.

Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang

hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:

a. Pembentukan asam urat yang berlebih.

1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.

2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat

berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia,terutama bila diobati

dengan sitostatika,psoriasis,polisitemia vera dan mielofibrosis.

b. Kurang asam urat melalui ginjal.

1) Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal

ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui

2) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,

misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik..

c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini

tidak penting.

3. Patofisiologi

Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam

darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase

secara berurutan.

a. Presipitasi kristal monosodium urat.

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila

kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di

rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan

selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate)

oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan

merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.

Page 3: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang

menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

fagositosis kristal oleh leukosit.

c. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan

akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram

leukositik lisosom.

d. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi

ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini

menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan

oksidase radikal kedalam sitoplasma.

e. Kerusakan sel

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan

kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas

inflamasi dan kerusakan jaringan.

4. Manifestasi Klinis

Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang

penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa.

Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal

monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh

sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum

pedis,dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya.

Pada telinga misalnya karena permukaannya yang lebar dan tipis serta

mudah tertiup angin,kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi

tofi. Demikian pula di dorsum pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh

sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh

benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa.

Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari

sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah

malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali.

Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari

sebelah dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan

Page 4: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

dan nyeri ,nyeri sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari

sampai satu minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak

sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi

kedua untuk serangan ini.

Tofi merupakan penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang

pada sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang

rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut

dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:

a. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis

b. Nefrolitiasis karena endapan asam urat

c. Pielonefritis kronis

d. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi

Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam

darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik.

Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya

karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan

terbentuknya batu urat diginjal.

5. Penatalaksanaan  

a. Penatalaksanaan serangan akut

Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:

1) Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan

arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah.

Efek samping yang sering ditemui diantaranya sakit perut , diare,

mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan

terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang.

Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang.

Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel

disease.

2) OAINS

Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan

adalah indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam.

Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi

ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.

Page 5: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

3) Kortikosteroid

Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang

terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif,

contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular.

4) Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan

aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam

urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia. Tirah baring

merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah

serangan menghilang.

b. Penatalaksanaan periode antara

1) Diet dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk,

serta diet rendah purin.

2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid,

deuretik, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam

urat dari ginjal.

3) Kolkisin secara teratur

4) Penurunan kadar asam urat serum

a) Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhadap

asam urat yang telah difiltrasi dan mengurangi peyimpanannya

b) Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan

produksi asam urat dan meningkatkan pembentukan xantin serta

hipoxantin dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.

6. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang

tinggi dalam darah ( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada

pria 8mg% dan pada wanita 7mg%. pemeriksaan kadar asam urat ini akan

lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang

didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat

dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).

Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga

penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna

putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis

dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat ( berbentuk lidi)

pada sediaan mikroskopik.

7. Kriteria diagnostik Artritis Gout ( ARA 1977)

a. Kristal urat dalam cairan sendi

b. Tofus yang mengandung kristal urat

c. Enam dari kriteria dibawah ini:

1) Lebih dari satu kali serangan ertritis akut

2) Inflamasi maksimal pada hari pertama

Page 6: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

3) Artritis monoartikular

4) Kemerahan sekitar sendi

5) Nyeri atau bengkak sendi metatarsofalangeal 1

6) Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal 1

7) Serangan unilateral pada sendi tarsal

8) Dugaan adanya tofus

9) Hiperurikemia

10) Pembengkakan asimetri sebuah sendi pada foto rontgen

11) Kista subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen

12) Kultur mikroorganisme cairan sendi selama serangan inflamasi sendi

negatif

8. Klasifikasi Gout

a. Gout primer

Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang

berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat

b. Gout sekunder

Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau

ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau

pemakaian obat tertentu.

9. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :

a. Deformitas pada persendian yang terserang

b. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

c. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

C. PROSES KEPERAWATAN

1. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN

a) AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan

stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.

Tanda: Malaise

Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan

pada sendi dan otot

Page 7: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

b) KARDIOVASKULER

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

c) INTEGRITAS EGO

Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,

pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan

ketidak berdayaan

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya

ketergantungan orang lain

d) MAKANAN ATAU CAIRAN

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi

makanan/ cairan adekuat : mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.

Tanda: Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa

e) HIGIENE

Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,

ketergantungan pada orang lain.

f) NEUROSENSORI

Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan

Tanda: Pembengkakan sendi

g) NYERI / KENYAMANAN

Gejala: Fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan

h) KEAMANAN

Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah

tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa

i) INTERAKSI SOSIAL

Gejala: Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran:

isolasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi

tulang

Page 8: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

Kriteria hasil: Nyeri hilang atau terkontrol

INTERVENSI

Mandiri

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-

faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

2. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat

tidur sesuai kebutuhan

3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau

duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di

tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari

gerakan yang menyentak.

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada

waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi

yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi

6. Berikan masase yang lembut

Kolaborasi

7. Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai

petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin)

RASIONAL

1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan

keefektifan program

2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada

sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan

pada sendi yang terinflamasi / nyeri

3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi

nyeri atau cedera sendi.

4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan

sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi

5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit

dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat

dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot,relaksasi, mengurangi

tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Page 9: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

Diagnosa 2: intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otao

Kriteria hasil: Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI

Mandiri

1. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.

2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

3. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan

berjalan.

Kolaborasi

4. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan

alat bantu. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid

RASIONAL

1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

4. Untuk menekan inflamasi sistemik akut

Diagnosa 3: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi

tulang

Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik

INTERVENSI

1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak

jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya

menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur

rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil

2. Memantau regimen medikasi

3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan

kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain,

ketika pasien melamun alihkan perhatiannya

RASIONAL

1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan

membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan

2. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat

meningkatkan agitasi,mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas

Page 10: Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gout

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta

2. Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI : Jakarta

3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media

Aeusculapius

4. Nugroho, wahjudi. 2002. Keperawatan Gerontik. EGC : Jakarta

5. Pranarka, kris. 2010. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Edisi

ke 4. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia: Jakarta

6. Prof .dr.H.M. Noer, Sjaifoellah. 2000. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi ke 3.

Balai penerbit FKUI: Jakarta

7. R. Maryam,S, Fatma, M.dkk.  2008. Mengenal Usia  Lanjut Dan

Perawatannya. Salemba medika : Jakarta

8. http://ged3kert4.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-dengan-

diagnosa-gout.html. Di unduh tanggal 4 April 2012