asuhan keperawatan komunitas.doc

29
BAB 1 I. 1. Latar Belakang Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan data tentang status kesehatan klien. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga. Jadi berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien harus dilakukan pengkajian baik melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang lainnya. Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami Rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan penulisan Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan penulis mampu : Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah Scabies 1

Upload: edy-thunder-blood

Post on 16-Apr-2015

477 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

BAB 1

I. 1. Latar Belakang

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang

bertujuan mengumpulkan data tentang status kesehatan klien. Data yang telah

terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan yang

ada pada keluarga.

Jadi berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi klien harus dilakukan pengkajian baik melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang lainnya.

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami

Rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan penulisan

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah

ini adalah diharapkan penulis mampu :

Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah Scabies

Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah

Scabies untuk merumuskan diagnosa keperawatan

Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah scabies

Menerapkan rencana keperawatan kesehatan keluarga dalam bentuk

tindakan keperawatan

Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

keluarga dengan masalah scabies

Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga

dengan masalah scabies

Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dengan kasus nyata

Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga.

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

3. Data yang perlu dikaji

a. Data Umum

b. Lingkungan

c. Fungsi keluarga

d. Pemeriksaan fisik khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko tinggi

e. Struktur keluarga

f. Harapan keluarga

4. Masalah Keperawatan

Belum ada karena pengkajian belum dilakukan.

II. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa

Belum dapat dirumuskan karena pengkajian belum dilakukan

2. Tujuan Umum

3. Dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang timbulnya masalah

kesehatan pada keluarga.

4. Tujuan Khusus

- Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik, struktur

keluarga, dan harapan keluarga.

- Terindentifikasi masalah kesehatan

III. Rencana Kegiatan

1. Topik : pengkajian data umum, lingkungan fungsi keluarga, pemeriksaan fisik,

struktur keluarga, dan harapan keluarga.

2. Metode : Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan Fisik.

4. Waktu : Hari jumat, 13 januari 2012, pukul 11.00 – 12.00 WIB.

5. Tempat : Rumah Keluarga Bp.M, Rt.04 Rw.05 karang jambu, tunjungseto,

kebumen

6. Strategi Pelaksanaan :

a. Orientasi :

Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Menjelaskan tujuan kunjungan

Memvalidasi keadaan keluarga

b. Kerja :

Melakukan pengkajian

Melakukan pemeriksaan fisik (khususnya untuk anggota keluarga yang

beresiko)

Mengidentifikasi masalah kesehatan.

Memberikan reinforcement positif pada hal – hal positif yang

dilakukan keluarga.

c. Terminasi

Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

Mengucapkan salam.

7. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur

LP disiapkan

Alat bantu/media disiapkan

Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana

b. Proses

Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan.

Keluarga aktif dalam kegiatan.

c. Hasil

Didapatkan : data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan

fisik pada anggota keluarga yang beresiko, struktur keluarga dan

harapan keluarga.

Teridentifikasi masalah kesehatan.

BAB II

3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

1. Epidemiologi Penyakit Menular: Definisi, Faktor & Mekanisme

Definisi epidemiologi penyakit menular adalah epidemiologi penyakit terfokus

dalam mempelajari distribusi dan determinan penyakit (menular dan tidak menular)

dalam populasi.

2. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan etiologi (kausa)

Penyakit infeksi

Penyakit non infeksi

3. Berdasarkan Durasi :

Penyakit akut : < 2 minggu

Sub akut/Sub kronik

Penyakit kronik: > 3 bulan

4. Communicable Diseases-biological agents

Biological agents = microorganism

Virus

Bacteria

Protozoa

Fungus

Helminthes

Others form of microorganism

5. Non Communicable Diseases-Non biological Agents

Physics

Nutrition

Chemical

etc

6. Spektrum Penyakit Menular

Endemik

Epidemik

Pandemik

7. Importansi Penyakit Menular :

4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Frekuensi morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi di negara

berkembang

New emergent diseases : HIV/AIDS, Ebola, dsb

Reemergent diseases : MDR-TBC, Gonorhea (STDs)

Memiliki dampak yang besar

8. Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinik Penyakit Menular

1. Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya : tuberculosis

dan poliomyelitis

2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya: measles dan

varicella

3. Penyakit menular yang bersifat fatal yang umumnya berakhir dengan

kematian contohnya : rabies dan tetanus neonatorum

9. Komponen Proses Kejadian Penyakit Menular

Periode Pre-Patogenesis

Faktor Penyebab Penyakit Menular (AGENT)

Unsur biologis, dari partikel virus sampai organisme multiseluler yang kompleks.

Arthropoda (serangga)

Helminthes ( Cacing)

Protozoa

Fungi (jamur)

Bakteri

Spirochaeta

Rickettsia

Virus

1. Sifat alami dan karakteristik agent

a. Karakteristik biologik dan kimiawi

Morfologi, motilitas, fisiologi, reproduksi, metabolisme, nutrisi,

suhu dan kemampuan hidup pada suhu, kelembaban, dan kadar

oksigen tertentu, tipe dan jumlah toksin yang dihasilkan, jumlah

antigen, dan siklus hidup.

b. Resistance fisik dan kimiawi serta viabilitas

5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Terhadap cahaya matahari, ultraviolet, listrik, sinar x, radium,

gelombang sonik dan supersonik, desikasi, dry heat, moist heat, dingin,

pembekuan (freezing), daya tahan thd air, asam, basa, garam, alkohol,

fenol dll.

2. Karakteristik Agent berkaitan dengan Host

a. Infektifitas

Kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak.

dapat dianggap bahwa jumlah minimal dari unsur penyebab

untuk menimbulkan infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama.

Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber

penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll.

Infektifitas tinggi : campak. Infektifitas rendah : lepra

b. Patogenesitas

Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala

klinik yang jelas.

Dipengaruhi oleh adanya infektivitas

Staphillococcus tidak patogen bila di rektum. Tapi bila di

rongga peritoneum atau selaput otak, akan serius.

c. Virulensi

Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh

penderita dgn gejala klinis yang jelas.

Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.

Poliomyelitis lebih berbahaya bila mengenai org dewasa

daripada anak-anak.

d. Antigenesitas/ Imunogenisitas

Kemampuan AGENT menstimulasi HOST untuk menghasilkan

kekebalan/imunitas.

Dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau

campuran keduanya.

Dipengaruhi oleh faktor pejamu, dosis dan virulensi infeksi.

6

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup.

Gonococcus tidak demikian, orang dapat terkena gonore

beberapa kali.

3. Karakteristik Agent berkaitan dengan Environment

A. Sumber Penularan (reservoir)

Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat

ideal berkembang biak dan bertahan.

Reservoir adl organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup

normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia,

binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya.

Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan

komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai

sumber penularan.

1. Manusia sebagai reservoir

Lingkaran penularan penyakit yang sangat sederhana,

reservoir manusia serta penularan dari manusia ke

manusia.

Misalnya ISP oleh virus/bakteri, difteri, pertussis, TBC,

influensa, GO, sipilis, lepra.

Penularan penyakit ke pejamu potensial :proses kolonisasi,

proses infeksi

terselubung (covert), proses menderita penyakit (overt)

Manusia sbg reservoir dapat sebagai penderita, juga sbg

carrier.

a. Manusia sbg carrier dibagi :

Healthy carrier : poliomyelitis, hepatitis B,dll.

Incubatory carrier : chicken pox, measles, dll.

Convalescent carrier : klpk salmonella, difteri,

dll.

Chronic carrier : tifus abdominalis, hepatitis B,

dll.

7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

b. Manusia sbg reservoir dibagi :

Reservoir yang selalu sbg penderita : cacar, TBC,

campak, lepra, dll.

Reservoir sbg penderita dan carrier : difteri,

kolera, tifus abdominalis, dll.

Reservoir sbg penderita, tdk dpt menularkan

tanpa vektor/pejamu lain : malaria, filaria, dll.

2. Reservoir binatang atau benda lain

Penyakit yang secara alamiah dijumpai di hewan

vertebrata,juga menularkan ke manusia (reservoir utama adlh

binatang)

Penyakit → Reservoir

1. Rabies → Anjing

2. Bovine TBC → Sapi

3. Typhus , Scrub & Murine → Tikus

4. Leptospirosis → Tikus

5. Trichinosis → Babi

6. Hidatosis → Anjing

7. Brucellosis → Sapi, Kambing

8. Pes → Tikus

Sumber penularan 

1. Penderita

2. Pembawa kuman

3. Binatang sakit

4. Tumbuhan /benda

Cara penularan 

1. Kontak langsung

2. Melalui udara

3. Melalui makanan/minuman

4. Melalui vector

8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

B. Faktor Pejamu (HOST)

1. Umur, jenis kelamin, ras

2. Hereditas, perkembangan individu

3. Tingkah laku dan kebiasaan

4. Mekanisme pertahanan tubuh umum maupun spesifik

5. Status gizi

C. Faktor Lingkungan (ENVIRONMENT)

1. Lingkungan fisik

2. Lingkungan sosial-ekonomi

3. Lingkungan biologic

Periode Patogenesis

Mekanisme Patogenesis adalah efek patogen yang dihasilkan oleh unsur

penyebab infeksi dapat terjadi karena mekanisme:

Invasi langsung ke jaringan : Penyakit parasit seperti amubiasis,

giardiasis.Beberapa jenis cacing nematoda, cestoda. Infeksi bakteri

(meningitis), ISK, faringitis, virus, dsb.

Produksi toksin oleh unsur penyebab :Seperti tetanus, difteri,

enterotoksin dari E. Coli .

Rangsang imunologis atau reaksi alergi: Termasuk tuberculosis,

DBD, dll.

Infeksi yang menetap (infeksi laten): Bakteri mungkin tetap berada

di pejamu dengan keadaan tanpa gejala setelah mengalami infeksi.

Seperti hemophillus influenzae, neisseria meningitidis,

streptococcus, dll. Jenis infeksi virus mis. Herpes zoster, herpes

simplex, varicella zoster, encephlitis, dsb.

Peningkatan kepekaan pejamu melawan obat yang tidak toksis:

Rey’s syndrom, dimana infeksi virus dpt menyebabkan

encephalopathy bila diobati salisilat.

Ketidakmampuan membentuk imunitas: AIDS, CFR 70%.

9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Mekanisme Penularan Penyakit

1. Cara unsur penyebab keluar dari pejamu

Melalui konjungtiva ; penyakit mata.

Melalui saluran napas (droplet) ; karena batuk, bersin, bicara atau

udara pernapasan. Seperti TBC, influensa, difteri, campak, dll.

Melalui pencernaan ; lewat ludah, muntah atau tinja. Umpamanya

kolera, tifus abdominalis, kecacingan, dll.

Melalui saluran urogenitalia ; hepatitis.

Melalui luka ; paa kulit atau mukosa, seperti sifilis, frambusia, dll.

Secara mekanik ; seperti suntikan atau gigitan, antara lain malaria,

hepatitis, AIDS, dll.

2. Cara penularan (mode of transmission)

a. Direct transmission

Perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung

ke pejamu potensial melalui portal of entry.

1. Penularan langsung orang ke orang: sifilis, GO,

lymphogranuloma venerum, chlamydia trachomatis, hepatitis

B, AIDS, dll.

2. Penularan langsung dari hewan ke orang:kelompok zoonosis.

3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: penyakit jamur.

4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain;

kontak dgn benda terkontaminasi. Melalui tanah :

ancylostomiasis, trichuris, dll. Melalui air : schistomiasis.

b. Air borne disease

1. Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.

2. Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).

3. Misalnya : TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus,

difteri, dsb.

c. Vehicle borne disease

Melalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur,

alat bedah, mainan, dsb.

10

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

1. Water borne disease ; cholera, tifus, hepatitis, dll

2. Food borne disease ; salmonellosis, disentri, dll

3. Milk borne disease ; TBC, enteric fever, infant diare, dll

3. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)

Vektor : si pembawa (latin), gol arthropoda (avertebrata) yang dpt

memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu potensial.

1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus

encephalitis, dll.

2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever.

3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin.

4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll.

5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever.

6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat

phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika)

11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi

(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda.

2007: 119-120).

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah

menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N,

2005, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari

manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua

ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)

Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id,

diakses tanggal 30 September 2008).

2. Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak

factor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang

rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (ganti-

ganti pasangan),

kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu

faktor penularannya bias melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat

pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya.

Cara penularan (tranmisi):

a. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak seksual.

b. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal dan

lain-lainnya.

c. Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah

dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes

12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

scabiei var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama

pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaannya misalnya

anjing. (Adhi Djuanda. 2007: 120)

3. Etiologi

Sarcoptes scabiei temasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,

superfamily Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. huminis. Selain

itu terdapat Sarcoptes scabiei lain, misalnya kambing dan babi. Secara morfologi

merupakan tungau kecil, berbentuk ovale, punggungnya cembung dan bagian

perutnya rata, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya yang betina antara

330-450 mikron X 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240

mikron X 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di

depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kwdua pada betina berakhir

dengan rambut sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan

rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (pembuahan) yang

terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup

beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang

telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3

mili meter per hari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan

lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga

keluar. Setelah 2-3 hari larva akan keluar menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk,

jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai telur sampai

bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. (Adhi Djuanda. 2007: 120).

4. Patofisiologi

Kelaianan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies saja tapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi

terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang kira-kira memerlukan waktu sebulan

setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis demngan

ditemukannya papula, vesikel, urtika dan lain-lainnya.dengan garukan dapat timbul

13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

erosi, ekskoriasi (lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang

mengering pada permukaan kulit) dan infeksi sekunder (Adhi Djuanda. 2007: 120).

5. Gejala klinis

Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda di

bawah ini:

a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang

lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula

dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian tetangga

yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun

mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan

padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli

morf (gelembung leukosit). Biasanya terjadi pada kulit yang tipis misal

sela-sela jari, sikut luar, lipatan aksila depan, areola mame, umbilicus,

bokong, genetalia eksterna (pria) dan perut bawah. Pada bayi dapat

mengenai tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

6. Penatalaksanaan

Syarat obat yang ideal adalah

a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

b. Harus tidak menimbulkan iritasi ataupun toksik.

c. Tidak berbau, kotor dan merusak warna pakaian.

d. Mudah diperoleh dan murah harganya.

14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarganya harus diobati

(termasuk penderita yang hiposensitisasi)

Jenis obat topical:

a. Belerang endap (sulfur presipitalum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk

salep atau krim. Preparat ini berbau, mengotori baju, dapat iritasi dan tak

dapat digunakan pada stadium telur sehingga pemakaian harus lebih dari 3

hari. Dapat dipakai pada anak kurang dari 2 tahun

b. Emulsi benzyl-benzoat (20-25%), efektife pada semua stadium, diberikan

tiap malam selama 3 hari. Dapat menyebabkan iritasi, jarang dipasaran dan

kadang-kadang makin gatal setelah pemakaian.

c. Gama benzene heksa klorida (gameksan = gammexane) kadar 1% dalam

krim atau losio,termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium,

dan jarang iritasi. Tidak dianjurkan pada anak kung dari 6 tahun dan pada

bumil karena toksik terhadap susunan syaraf pusat. Pemberian dapat sekali

dan dapat diulangi seminggu kemudian.

d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan karena

berfungsi sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mulut,

mata dan uretra.

e. Permatrin 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, aktifitas

sama, pemakaian sekali dan dihapus setelah 10 jam, dapat diulang setelah

seminggu dan tidak dianjurkan pada anak kurang dari 2 bulan

7. Asuhan keperawatan Scabies

1. Data yang dikaji

2. Riwayat kesehatan

Keluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula danerosi

Riwayat penyakit dahulu : -

3. Pola kesehatan fungsional Gordon yang terkait

a. Pola Nutrisi dan Metabolik

Kehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein

ketika bula mengalami rupture

b. Pola persepsi sensori dan kognitif

Nyeri akibat pembentukan bula dan erosi

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

c. Pola hubungan dengan orang lain

Terjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena

adanya bula atau bekas pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebar

d. Pola persepsi dan konsep diri

Terjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah

meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Tanda – tanda vital :

TD : Bisa Meningkat/turun

N : Bisa Meningkat/turun

RR : Bisa Meningkat/turun

S : Bisa Meningkat/turun

Kepala : Kadang ditemukan bula

Dada : Kadang ditemukan bula

Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

5. Pemeriksaan penunjang

a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula

b. Laborat darah : hipoalbumin

c. Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna

d. Test imunofluorssen : didapat penurunan immunoglobulin

8. Diagnosa Keperawatan & Intervensi

1. Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan

Kriteria hasil :

menunjukkan peningkatan integritas kulit

menghindari cidera kulit

16

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

Intervensi

a. kaji keadaaan kulit secara umum

b. anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit

c. pertahankan kelembaban kulit

d. kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil

e. motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP

2. Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit

Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak

terjadi luka pada kulit karena gatal

Kriteria hasil :

tidak terjadi lecet di kulit

pasien berkurang gatalnya

Intervensi

a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal

b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl

c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl

d. jaga kebersihan kulit pasien

e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan

membran mukosa

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Intervensi

a. Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi

b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua

individu yang kontak dengan pasien

c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi

terhadap pengunjung bila perlu

d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan

bau atau kuntitas

e. Rawat luka dengan teknik aseptik

9. Evaluasi

1. menunjukkan peningkatan integritas kulit

17

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

2. tidak terjadi lecet di kulit

3. Tidak terjadi infeksi

18

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

BAB IV

PENERAPAN MANAGEMENT KEPERAWATAN KOMUNITAS

An. H usia 4 Tahun tinggal di desa balai dukuh jambu RT04/05 sudah.ibu

klien mengatakan dari 2 minggu yang lalu anaknya mengalami gatal-gatal sampai

mengganggu pola tidur klien, ibu klien mengatakan anaknya gatal-gatal semenjak

musim hujan belakangan ini. Setelah hari ke 3 ibu klien menemukan bintik-bintik

kecil yang berisi pus. Ibu klien merasa gundah karena penyakit yang di derita oleh

anaknya.

Kondisi rumahnya kurang bersih ,jarak kandang sapi yang dekat

dengan rumah dan kamar mandi. Kluarga An. H mempunyai kebiasaan mandi di

sungai, pada saat wawancara ibu klien mengatakan, setiap dia mandi air sungai dalam

keadaan agak keruh. Makanan sehari hari kluarga An.H adalah nasi dan sayur yang

ditanam sendiri oleh keluarga, Selama ini An.H belum pernah berobat secara intensif

ke dokter ataupun rumah sakit karena keadaan ekonomi ,dan jarak pusat kesehatan

desa dengan rumah cukup jauh karena letak rumah An.H yang berada di atas jauh dari

kaki gunung.

Keluarga An.H hanya tahu bahwa dia hanya gatal biasa saja tetapi

karena keaktifan anak normal, Dari hasil pengukuran TTV yang di dapat TD: 90/60,

S:37ᵒC, Rr: 24x/mnt, N:110X/mnt.Pasien tampak memegang dadanya, pasien terlihat

selalu menggaruk bagian yang terjangkit

17

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.doc

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang

mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau

sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi,

Soedjajadi K, Hari B N, 2005, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal

30 September 2008).

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah

menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya,

dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan

oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal,

1997, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

B. Saran Untuk Keluarga

Cuci tangan saat kontak langsung dengan klien

Cegah agar anak tidak menggaruk bagian yang terjangkit

Jaga kebersihan/keadaan umum klien

Usahakan lingkungan bersih untuk klien

Usahakan klien selalu di pantau dibalai kesehatan

18