asuhan keperawatan komunitas

75
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 2014 2 D I S U S U N OLEH : Nama :Yufarlin NIM :PO.71.20.1.11.094 Tingkat : IIb2 Pembimbing : KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

Upload: nia-kurnia

Post on 20-Jan-2016

659 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kooooo

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2014

2

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

Nama :Yufarlin

NIM :PO.71.20.1.11.094

Tingkat : IIb2

Pembimbing :

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2012/2013

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KATA PENGANTAR

           Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas III yang

membahas tentang Asuhan Keperawatan Komunitas.

           Dalam menyusun makalah ini, penyusun menyadari bahwa kemampuan yang penulis

miliki adalah sangat terbatas, akan tetapi penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin

untuk menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga penulis berharap 

ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membaca makalah ini, masyarakat pada umumnya

serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Akhirnya Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran dari semua

pihak yang bersifat membangun akan penulis terima. Dan akhirnya penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Juni 2013

Penyusun

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien

untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya

dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2)

diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi

tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup

individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada

penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa

suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien

terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi

sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan

kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam

menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan

keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan

konsep teladan dari keperawatan.

Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di

masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di

keperawatan sebagai: “ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik

dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya

perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-

nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan

pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”

1.2      Rumusan Masalah

Bagaimana  asuhan keperawatan pasien pada komunitas ?

  1.3      Tujuan

1.3.1    Tujuan Umum

            Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.3.2    Tujuan Khusus

a.       Mampu memahami dan menjelaskan proses asuhan keperawatan komunitas

b.      Mampu memahami dan menjelaskan program evaluasi keperawatan komunitas

c.       Mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan peka budaya (menurut teori

Madeleine Leininger)

1.4     Manfaat

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat.

1.      Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan

keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas III.

2.      Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :

a.         Bagi mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya

Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi mahasiswa Stikes Hang Tuah

Surabaya lainnya dalam asuhan keperawatan komunitas

b.         Untuk Penulis

Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya, yang

akan melakukan penulisan asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem Komunitas

III.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.1.1        Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,

yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,

1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan

kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan

Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu

perawatan kesehatan masyarakat yaitu :

1.      Ilmu Keperawatan

Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang menjadi

paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori–teori yang

membentuk susunan yang mengatur teori–teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya

yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat dan konsep keperawatan

(Christine Ibrahim, 1986).

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.      Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan

pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat

perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu

epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab

dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang konsep

puskesmas, PHC atau posyandu dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan

pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Soekidjo

Notoadmojo, 2003).

3.      Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat)

Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat

kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab dia akan berhadapan dengan

kelompok–kelompok sosial dalam masyarakat.

Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian

masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini

bisa dirasakan oleh perawat saat menjalankan tugas, peran dan fungsinya dalam keluarga,

kelompok atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan,

ekonomi, norma, adat istiadat dan aturan–aturan yang berlaku dalam masyarakat (Nasrul

Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan ilmu sosial perawat kesehatan masyarakat

dapat melakukan pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam

memelihara kesehatan keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga menuju kemandirian

(self care), dimana mereka diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan

dan keperawatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan

masalah melalui perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama

berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.

2.1.2        Pengertian Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien

untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan

tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,

pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).

Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat

ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah –

langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan

masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan

evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas

mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan

keperawatan.

Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh – tokoh

masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan

secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar – benar mampu dan mandiri

dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.

2.1.3             Tujuan Dan Fungsi Proses Keperawatan

Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan :

1.      Tujuan

Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah :

a.       Agar diperoleh hasil asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai

dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya dilakukan

secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b.      Meningkatkan status kesehatan masyarakat.

c.       Untuk dapat mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan komunitas harus memiliki

keterampilan dasar yang meliputi : epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi

masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.

2.      Fungsi

a.       Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan

masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

b.      Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam

kemandiriannya di bidang kesehatan.

c.       Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahabn masalah, komunikasi

yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

d.      Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahannya  atau

kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada

akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhannya.

2.1.4        Langkah-Langkah Proses Keperawatan

Banyak ahli yang mendefinisikan tentang langkah – langkah proses keperawatan diantaranya

adalah sebagai berikut :

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.      Subdit Perawatan Kesehatan Masyarakat Depkes RI

Membagi dalam empat tahap yaitu : (1) Identifikasi, (2) Pengumpulan data (3) Rencana dan

kegiatan (4) serta Penilaian.

2.      Freeman

Sedangkan Freeman membagi dalam enam tahap yaitu : (!) Membina hubungan saling

percaya dengan klien, (2) Pengkajian, (3) Penentuan tujuan bersama keluarga dan orang

terdekat klien, (4) Merencanakan tindakan bersama klien, (5) Melaksanakan kegiatan sesuai

dengan rencana, dan (6) Hasil evaluasi.

3.      S.G Bailon

Membagi menjadi empat tahap yaitu : (1) Pengkajian, (2) Perencanaan, (3) Implementasi, dan

(4) Evaluasi. Dari pendapat – pendapat dari para ahli tersebut diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa pada dasarnya langkah – langkah dalam proses keperawatan komunitas

adalah :

(1)   Pengkajian

(2)   Diagnosis Keperawatan

(3)   Perencanaan

(4)   Pelaksanaan

(5)   Evaluasi atau penilaian

1.      Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi

oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada

fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.

Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan

prioritas masalah.

1.      Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah

kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus

akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang

dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a.       Data Inti

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

(1)   Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi

dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi

daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe

komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi

kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.

(2)       Data Demografi

Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,

bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

(3)       Vital Statistik

Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian,

angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

b.      Status Kesehatan Komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain:

dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status

kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah,

remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry,

kelompok penyakit kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan

sebagaimana dibawah ini :

1.      Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas

2.      Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.

3.      Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :

a.    ISPA

b.    Penyakit asma

c.    TBC paru

d.   Penyakit kulit

e.    Penyakit mata

f.     Penyakit rheumatik

g.    Penyakit jantung

h.    Penyakit gangguan jiwa

i.      Kelumpuhan

j.      Penyakit menahun lainnya

4.      Riwayat penyakit keluarga

5.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

a.    Pola pemenuhan nutrisi

b.    Pola pemenuhan cairan elektrolit

c.    Pola istirahat tidur

d.   Pola eliminasi

e.    Pola aktivitas gerak

f.     Pola pemenuhan kebersihan diri

6.             Status psikososial

7.             Status pertumbuhan dan perkembangan

8.             Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

9.             Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan

10.         Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang

       berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,   

penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

c.       Data lingkungan fisik

a)      Pemukiman

1.    Luas bangunan

2.    Bentuk bangunan                                : rumah, petak, asrama, pavilion

3.    Jenis bangunan                                    : permanen, semi permanen, non permanen

4.    Atap rumah                                         : genteng, seng, kayu, asbes

5.    Dinding                                               : tembok, kayu, bambu

6.    Lantai                                                  : semen, keramik, tanah

7.    Ventilasi                                              : ± 15 – 20% dari luas lantai

8.    Pencahayaan                                       : kurang, baik

9.    Penerangan                                          : kurang, baik

10. Kebersihan                                          : kurang, baik

11. Pengaturan ruangan dan perabot        : kurang, baik

12. Kelengkapan alat rumah tangga          : kurang, baik

b)      Sanitasi

1.      Penyediaan air bersih (MCK)

2.      Penyediaan air minum

3.      Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan

sumber air

4.      Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

5.      Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara

pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya

6.      Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan

7.      Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry

c)      Fasilitas

1.      Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain

2.      Pekarangan

3.      Sarana olahraga

4.      Taman, lapangan

5.      Ruang pertemuan

6.      Sarana hiburan

7.      Sarana ibadah

d)     Batas – batas wilayah

Sebelah utara, barat, timur dan selatan

e)      Kondisi geografis

f)       Pelayanan kesehatan dan sosial

1)        Pelayanan kesehatan

(1)        Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)

(2)        Jumlah kunjungan

(3)        Sistem rujukan

2)        Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)

(1)        Lokasi

(2)        Kepemilikan

(3)        Kecukupan

3)      Ekonomi

(1)          Jenis pekerjaan

(2)          Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan

(3)          Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan

(4)          Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia

d.      Keamanan dan transportasi

a.       Keamanan

1.        System keamanan lingkungan

2.        Penanggulangan kebakaran

3.        Penanggulangan bencana

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

4.        Penanggulangan polusi, udara dan air tanah

b.      Transportasi

1.        Kondisi jalan

2.        Jenis transportasi yang dimiliki

3.        Sarana transportasi yang ada

e.         Politik dan pemerintahan

1.        Sistem pengorganisasian

2.        Struktur organisasi

3.        Kelompok organisasi dalam komunitas

4.        Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

f.       Sistem komunikasi

1.    Sarana umum komunikasi

2.    Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas

3.    Cara penyebaran informasi

g.        Pendidikan

1.      Tingkat pendidikan komunitas

2.      Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)

1)      Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

2)      Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia

3.      Jenis bahasa yang digunakan

h.      Rekreasi

1.      Kebiasaan rekreasi

2.      Fasilitas tempat rekreasi

(a)   Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

1.      Data subyektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,

kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2.      Data obyektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

(b)   Sumber Data

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

(1)   Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan

masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan

atau pengkajian.

(2)   Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan

riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).

(c)    Cara Pengumpulan Data

1.      Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara

perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan

masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan

selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan.

2.      Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis,

perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.

3.      Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan

adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya

membantu menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara IPAP :

I        = yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang   sakit

P       = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh yang

mengalami gangguan

   A      = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi tubuh tertentu

dan biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk

mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara paru

 P       = yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari

             telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa.

2.      Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai

berikut:

1.      Klasifikasi data atau kategorisasi data

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Cara mengkategorikan data :

a.       Karakteristik demografi

b.      Karakteristik geografi

c.       Karakteristik sosial ekonomi

d.      Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988. Community as  Client)

2.      Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly

3.      Tabulasi data

4.      Interpretasi data

3.      Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data

dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau

masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan. Tujuan analisis data :

1.      Menetapkan kebutuhan community

2.      Menetapkan kekuatan

3.      Mengidentifikasi pola respon community

4.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

4.      Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.

Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh

karena itu diperlukan prioritas masalah.

5.      Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu

mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :

1.      Perhatian masyarakat

2.      Prevalensi kejadian

3.      Berat ringannya masalah

4.      Kemungkinan masalah untuk diatasi

5.      Tersedianya sumber daya masyarakat

6.      Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut

Abraham H. Maslow yaitu :

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.      Keadaan yang mengancam kehidupan

2.      Keadaan yang mengancam kesehatan

3.      Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan

prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan

menurut Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :

1.         Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas

2.         Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)

Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)

2        Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual

maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,

sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American

Nurses of Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat,

dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang

ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial).

Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :

1)      Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi

2)      Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang

dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :

a.       Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

b.      Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social

c.       Interaksi perilaku dan lingkungan

3)      Symptom atau gejala :

a.       Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose

b.      Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1)      Dengan rumus PES

Rumus : DK = P + E + S

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

            DK : Diagnosis keperawatan

            P : Problem atau masalah

            E : Etiologi

            S : Symptom atau gejala

2)      Dengan rumus PE

Rumus : DK = P + E

            DK : Diagnosis keperawatan

            P : Problem atau masalah

            E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen

tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1)      Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah

2)      Sumber daya yang tersedia dari masyarakat

3)      Partisipasi dan peran serta masyarakat

Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :

1)      Masalah…………sehat………..sakit

2)      Karakteristik populasi

3)      Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the

COMMUNITY

Diagnosis resiko          :………………………….(masalah)

Diantara                       :………………………….(community)

Sehubungan dengan    :………………………….(karakteristik community dan lingkungan)

Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh   :…………………(indikator

kesehatan/analisa data)  

1)      Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:

a.    Sumber air tidak memenuhi syarat

b.    Kebersihan perorangan kurang

c.    Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan,

penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan kotoran (buang air

besar)

2)      Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :

a.       Kurangnya pemeriksaan gigi

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

b.      Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi pada

murid-murid SDN Somowinangun Lamongan

3)      Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :

a.         Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan

b.        Kurangnya jumlah kader

c.         Kurangnya jumlah posyandu

d.        Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi

4)      Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di desa Somowinangun

RW.2 sehubungan dengan :

a.    Cakupan imunisasi rendah

b.    Kader kurang

c.    Banyaknya drop out imunisasi

5)      Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X,

RW.Y sehubungan dengan :

a.    Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan

b.    Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi

c.    Kurangnya kader kesehatan

6)      Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun

sehubungan dengan :

a.    Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut

b.    Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila

c.    Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan :  jumlah 

usia lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%, hipertensi 32,42%,

katarak 7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia lanjut yang memeriksakan

kesehatannya tidak teratur 45,4%

7)      Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 sehubungan dengan :

a.    Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan

b.    Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai

dengan : jumlah remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%, minum-

minuman keras 0,19%, dan main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu luang

berkumpul dengan teman sebaya 38,8%, hasil observasi banyak ditemukan remaja berkumpul

di gang-gang jalan , dan hasil wawancara didapatkan cukup banyak remaja yang mengisi

waktu dengan minum-minuman keras dan merokok

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

8)      Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan sehubungan dengan

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang

dimanifestasikan dengan :

a.    35,5% ibu hamil mengeluh pusing

b.    25% ibu hamil pucat dan lemah

c.    71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil, jumlah

kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT yang tidak mau

menjadi kader, 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru dicuci, 90% ibu hamil tidak

mempunyai KMS, 75% ibu hamil tidak memperoleh informasi  tentang kebutuhan gizi ibu

hamil, dan 20% ibu hamil menyatakan kebutuhan gizinya kurang dari biasanya

9)      Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat

kesehatan ditandai dengan :

a.    Letak kandangdi dalam rumah 1,41%

b.    System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%

c.    Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%

d.   Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%

e.    Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%

f.     Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%

g.    Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%

h.    Kondisi air berwarna 1,14%

i.      Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%

j.      Rumah yang  tidak mempunyai  jendela 4,57%

k.    Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%

l.      Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%

m.  Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%

n.    Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%

10)         Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan

balita berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang

keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :

a.    Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%

b.    Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%

c.    Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

d.   Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%

11)         Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai

dengan :

a.    Jumlah lanjut usia 51 orang

b.    Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%

c.    Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%, DM

3,92%, reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%

d.   Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%

e.    Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%

f.     Belum adanya posyandu lansia

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan) jadi

perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnose

keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup :

1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan 3)

Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.

1)      Perumusan tujuan

Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :

a.       Berfokus pada masyarakat

b.      Jelas dan singkat

c.       Dapat diukur dan diobservasi

d.      Realistic

e.       Ada target waktu

f.       Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :

T = S + P + K.1 + K.2

Keterangan :

S : Subyek

P : Predikat

K.1 : Kondisi

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

K.2 : Kriteria

Selain itu dalam perumusan tujuan :

1)      Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan

2)      Perilaku yang diharapkan berubah

3)      S : Specific

4)      M : Measurable atau dapat diukur

5)      A : Attainable atau dapat dicapai

6)      R : Relevant/Realistic atau sesuai

7)      T : Time-Bound atau waktu tertentu

8)      S : Sustainable atau berkelanjutan

Contoh :

            Goal dan Tujuan

Nama komuniti           :

Masalah                       :

Goal                            :

No Tanggal ditetapkan Tujuan Tanggal dicapai

(Anderson dan Mc. Farlane, 1988 : 265.)

Contoh kasus :

Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan

Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara

gotong-royong      dalam waktu 1,5 bulan.

Jadi dikaitkan dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa :

Subyek : Mahasiswa Akper Gresik

Predikat : Membuat jamban umum

Kondisi : Swadaya dan gotong-royong

Kriteria : Waktu 1,5 bulan

2)     Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :

a.       Identifikasi alternative tindakan keperawatan

b.      Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan

c.       Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui kegiatan

musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini

d.      Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia

e.       Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan

masyarakat

f.       Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai

g.      Tindakan harus bersifat realistic

h.      Disusun secara berurutan

3)      Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

Penentuan criteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :

a.      Menggunakan kata kerja yang tepat

b.      Dapat dimodifikasikan

c.       Bersifat spesifik

Siapa yang melakukan?

Apa yang dilakukan?

Di mana dilakukan?

Kapan dilakukan?

Bagaimana melakukan?

Frekuensi melakukan?

            Contoh kasus :

            Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan

Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara

gotong-royong dalam waktu 1,5 bulan.

Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang dibaut adalah :

a.       Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik “Pentingnya

jamban bagi kesehatan masyarakat” sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap

hari senin di Balai Desa)

b.      Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun

informal untuk menggalang dukungan

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

c.       Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk

pembuatan jamban umum melalui dana upaya kesehtan masyarakat (DUKM) yang ada atau

iuran desa

d.      Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala Desa dan

tokoh-tokoh masyarakat yang lain

e.       Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak

masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum

f.       Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban

umum yang memenuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)

4.  Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus

bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak

puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam

pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas :

1)      Inovatif

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan

diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berdasar pada iman

dan taqwa ( IMTAQ)

2)      Integrated

Perawat kesehtan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesame profesi, tim

kesehtan lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan azaz kemitraan.

3)      Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan

pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.

4)      Mampu dan  mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam

melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten

5)      Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak

dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam

melaksanakan implementasi yang menjadi focus adalah program kesehatan komunitas

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

dengan strategi komuniti organisasi dan parthnerships in community. (Model for nursing

parthnerships).

Prinsip lain yang perlu diperhatikan :

1)      Berdasarkan respon masyarakat

2)      Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat

3)      Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya

4)      Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

5)      Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara esensial

6)      Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat

7)      Melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :

1)      Keterpaduan antara biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan

kesehatan maupun sektor lainnya

2)      Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran

3)      Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokumentasikan

5.  Evaluasi Atau Penilaian

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman

atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari

dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan

atau dirumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul

Effendy, 1998 :

1)      Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan

2)      Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan

pelaksanaan

3)      Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila

masalah belum teratasi

     Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan

dengan melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi  : 1) formatif

dan sumatif, 2) input, proses, dan output.

                 Focus evalausi :

1)      Relevansi

Apakah program diperlukan ?

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Yang ada atau yang baru.

2)      Perkembangan atau kemajuan

Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?

Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta ?

3)      Cost efficiency (efisiensi biaya)

Bagaimana biaya ?

Apa keuntungan program ?

4)      Efektifitas

Apakah tujuan tercapai ?

Apakah klien puas ?

Apakah fokus pada formatif dan hasil jangka pendek

5)      Impact

Apakah dampak jangka panjang?

Apa perubahan perilaku dalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun?

Apakah status kesehatan meningkat?

Kegunaan evaluasi :

1)      Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan

2)      Menilai hasil guna, daya guna, dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan

3)      Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun

rencana baru dalam proses keperawatan

Hasil evaluasi :

Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi :

1)      Tujuan tercapai

Apabial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai

dengan criteria yang telah ditetapkan

2)      Tujuan tercapai sebagaian

Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara

memperbaikinya atau mengatasinya

3)      Tujuan tidak tercapai

Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan

kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara

mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-

faktor  yang lain tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan 

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

      

2.2  EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KOMUNITAS

2.2.1        Pengertian Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu

program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan,

dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian

evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu,

dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program (Yusuf,

2000:2).

Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya

sudah berhasil di capai.

Melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor ”kealpaan yang terjadi ”

selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius &

Bayne,1994).

Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di

rencanakan,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan mengukur

perkembangan Klien dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas

tindakan keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses keperawatan,evaluasi

merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di

kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah sesuai.Diagnosa

juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di

evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.

2.2.2        Tujuan

Evaluasi adalah suatu tahap untuk menentukan manfaat atau nilai dari sesuatu. Selama

proses evaluasi, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan

signifikansinya. Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal

ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan

:

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( Klien telah mencapai tujuan yang di tetapkan )

2)    Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk mencapai

tujuan)

3)    Meneruskan rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk

mencapai tujuan ) 

2.2.3        Pendahuluan

Perawat mengevaluasi respons dari komunitas terhadap program kesehatan dalam

upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif program. Data evaluasi juga

merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki database dan diagnosis keperawatan

komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data komunitas.

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, tetapi evaluasi tetap terkait

dengan pengkajian yang merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Praktik keperawatan

adalah siklus yang dinamis. Agar intervensi berfokus komunitas dapat diukur secara relevan

dan tepat waktu, maka database komunitas, diagnosis keperawatan dan rencana program

kesehatan harus dievaluasi secara rutin. Efektivitas intervensi keperawatan komunitas

bergantung pada pengkajian ulang yang berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas

dan juga bergantung pada perbaikan yang tepat terhadap intervensi terencana.

Evaluasi merupakan hal yang penting dalam praktik keperawatan, tetapi evaluasi pun

berperan sangat penting bagi berfungsinya lembaga kesehatan. Sayangnya, evaluasi

terkadang dilakukan secara terpisah dari perencanaan program.

Evaluasi bahkan sering kali hanya diikutkan di akhir program, hanya untuk memenuhi

kebutuhan sumber pendanaan atau administrasi lembaga. Buktinya, terdapat masalah pada

beberapa pendekatan.

Agar keperawatan komunitas berjalan efektif, dituntut suatu pendekatan yang integratif

dalam evaluasi; evaluasi merupakan aspek yang unik.

2.2.4        Prinsip Evaluasi

Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program

evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikemukakan oleh W.K Kellogg

Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :

1.      Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan

diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses

yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program, dampaknya serta hasil akhir

program tersebut.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.      Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi

mungkin banyak dan bermacam – macam. Tidak ada suatu pendekatan yang lebih unggul,

tetapi metode yang dipilih harus sejalan dengan tujuan program.

3.      Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program berbasis dan berfokus komunitas,

yang berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengkajian komunitas harus memiliki

rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi

komunitas.

4.      Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari

pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam

evaluasi.

5.      Memungkinkan fleksibilitas. “Pendekatan ecaluasi harus fleksibel dan bersifat preskriptif;

jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali

meningkat secara tajam dan kompleks: (W.K Kellogg Foundation, 1998, hal. 3)

6.       Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan

keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa

dengan dengan konteks profesional maupun non profesional.

2.2.5        Proses Evaluasi

Literatur mengenai evaluasi semakin banyak tersedia. Evaluasi program atau proyek

telah menjadi spesialisasi seluruh departemen dan firma konsultan yang berfokus pada

pengukuran dan evaluasi.

Demi mencapai tujuan kita (yaitu, membuat pendahuluan dari evaluasi program), kita

akan menggunakan suatu model 3 bagian. Pada model ini, kita akan mempelajari proses

implementasi program, dampak program, dan hasil program.

Pada bagian ini, kita akan berfokus pada promosi kesehatan dan program promosi

kesehatan yang dirancang untuk mempengaruhi populasi target melalui aktivitas terencana

(proses) yang mungkin menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama

(hasil). (Dignan & Carr, 1992, hal. 153).

Proses

(format

if)

Dampak

(sumatif;

hasil

jangka

pendek)

Hasil (jangka panjang)

Informa Implem Efek segera Insidens dan prevalensi faktor risiko, morbiditas,

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

si yang

dikump

ulkan

entasi

program

,

termasu

k :

1.     

Respons

tempat

2.     

Respons

penerim

a

3.     

Respons

praktisi

4.     

Kompet

ensi

personel

program,

sebagai

contoh :

1.     

Pengetahuan

2.      Perilaku

3.      Persepsi

4.      Ketrampilan

5.      Keyakinan

6.      Akses

terhadap

sumber

7.      Dukungan

sosial

dan mortalitas

Bilaman

a

diaplika

sikan

Implem

entasi

awal

program

atau

ketika

terjadi

perubah

an

program

(contoh,

pindah

ke

tempat

Untuk

menentukan

apakah

faktor yang

mempengar

uhi

kesehatan

baik dari

individu

maupun

lingkungan

telah

berubah.

Sebagai

Untuk mengukur apakah insidens dan prevalensi

telah berubah. Sebagai contoh, apakah angka

imunisasi anak usia dua tahun telah meningkat?

Apakah jumlah pasien gangguan pernafasan

mengalami pe nurunan?

Apakah industri memfilter cerobong polutannya?

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

baru,

diberika

n

kepada

populasi

yang

berbeda

)

contoh,

apakah

perilaku

individu

telah

berubah?

Apakah

kebijakan

baru

diimplement

asikan?

`

Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :

1.    Mengukur pencapaian tujuan klien

Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di

gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien,yang terdiri

dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP (kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan

gejala yang spesifik).

a. Kognitif (pengetahuan)

Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di ajarkan

tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien

terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan

alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-

lain. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview atau tes tertulis.

b.    Affektif (status emosional)

Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di evaluasi.Hasil

penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap

status emosi klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas

yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya.

c.    Psikomotor 

Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika perilaku yang

dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di

lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi

psikomotor klien.

d.    Perubahan fungsi tubuh dan gejala.

Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan

klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat

memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan tindakan

keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan

atau penigkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di

lakukan bisa di lakukan dengan cara observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan

fisik.

2.             Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.

Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan data

dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian Klien

terhadap outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini : 

a.       Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini perawat akan

mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain.

b.       Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui

keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah.Penambahan

waktu,resources,dan intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai.

c.       Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata harus

mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.

2.2.6    Komponen Evaluasi

Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :

1)      Proses (formatif)

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan

tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah perencanaan

keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi

formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai. Metode

pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan,

open-chart audit, pertemuan kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan

menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan

sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya.

2)        Hasil (sumatif)

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir

tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan

secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode

penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan,

pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi

pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif

evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang

telah diberikan.

Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell &

Meneses,1986) :

1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart

4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

a. Kriteria.

Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan sebagai

penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap

evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir tindakan

keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan lebih luas sebagai dasar untuk

evaluasi praktek keperawatan secara luas.

Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan respon

atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana

keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah

behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi

atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap

hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.

b. Standar Praktek

Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek

keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai

suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep

teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat sekarang. Standar harus secara

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

cermat disusun dan di uji untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh

pemakain standar dapat dilihat pada standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA.

c.    Evaluative question

Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan evaluative

sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan.

1.      Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?

2.      Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?

3.      Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan?

4.      Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan?

5.      Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan?Evaluasi dan Penilaian Mutu

Pelayanan Keperawatan Komunitas

Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara :

a. Pengukuran mutu prospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan

kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur

atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber

daya tertentu agar dapa menghasilakan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian –

bagiannya sebagai berikut :

1.      Pendidikan Profesi Kesehatan

Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan,

ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.

2.      Perizinan

Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat ijin kerja

(SIK) dan surat iji praktek(SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan

bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan

(NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus mempnyai ijin kerja sesuai

dengan profesimya.

3.      Standardisasi

Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem,

organisasi, anggaran dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar

yang sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya. Contohnya:

standardisasi layanan rumah sakit akan mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas

A dan B.

4.      Sertifikasi 

Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi adalah contoh

setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas

kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI).

5.      Akreditasi

Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah memenuhi

beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada

penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.

b.      Pengukuran Mutu Retrospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah

penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya

merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing

record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan pertemuan.

c.       Pengukuran Mutu Konkuren

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan

kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui

pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan

keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien,

keluarga, atau petugas kesehatan.

Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004)

Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas. Adapun

kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut 

1.       Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria hasil

pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.

2.       Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk

menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan,

program, dan pelayanan.

3.       Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan (monitoring)

program dan pelayanan.

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

4.       Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana, intervensi, dan

aktivitas yang sesuai.

5.       Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk

meningkatkan efektivitas intervensi.

6.       Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku

kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara. 

Biasanya fokus pertanyan evaluasi adalah seputar relevansi, kemajuan,

efiensi biaya, efektivitas, dan hasil.

a.      Relevansi

Adakah tuntutan untuk menyelenggarakan program? Relevansi menentukan alasan untuk

menyelenggarakan suatu program atau serankaian aktivitas. Pertanyaan seputar relevansi

mungkin lebih penting untuk program yang sudah berjalan dibandingkan dengan program

baru.

Seringkali suatu program direncanakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang

terungkap, seperti screening tekanan darah.

Program ini kemudian berlangsung selama beberapa tahun tanpa disertai evaluasi

mengenai relevansinya. Pertanyaan harus diajukan secara rutin apakah program nasih

dibutuhkan? Sebenarnya, evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk program baru, tetapi untuk

seluruh program.

Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program baru adalah ketidakadekuatan staff atau

anggaran. Satu jalan keluar terhadap keterbatasan tersebut adalah evaluasi relevansi program

yang ada. Staff dan anggaran program yang tidak lagi dibutuhkan dapat dialokasikan pada

program baru.

b.      Kemajuan

Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staff dan material yang tepat

tersedia dalam kuantitas dan waktuyang tepat untuk mengimplementasikan aktivitas

program? Apakah banyak klien yang diharapkan banyak ikut berpartisipasi dalam aktivitas 

program yang dijadwalkan? Apakah input dan output memenuhi beberapa rencana yang

ditetapkan sebelumnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mengukur kemajuan program

dan merupakan bagian dari proses evaluasi formatif.

c.       Efisiansi Biaya

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Bagaimana pembiayaan program? Apa keuntungannya? Apakah keuntungan program

sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan

antara hasil (keuntungan / manfaat program dan biaya penyelenggaraan program (seperti gaji

staff dan material). Efisiensi biaya mengevaluasi apakah hasil program dapat dicapai dengan

biaya yang lebih murah melalui pendekatan yang lain.

d.      Efektivitas (dampak)

Apakah tujuan program tercapai? Apakah klien merasa puas dengan program? Apakah

penyelenggara program merasa puas dengan aktivitas dan keterlibatan klien? Efektivitas

berfokus pada evaluasi formatif seperti hasil jangka pendek dan segera.

e.       Hasil

Apakah implikasi jangka panjang program? Sebagai hasil dari program, perubahan perilaku

apa yang dapat diharapkan dalam waktu 6 minggu, 6 bulan atau 6 tahun? Efektivitas

mengukur hasil yang segera, sedangkan evaluasi hasil mengukur apakah aktivitas program

mengubah alasan awal penyelenggara program. Pertanyaan mendasar adalah : apakah

program mencapai tujuannya? (apakah kesehatan meningkat?).

2.2.7        Metode Terpilih Untuk Pengumpulan Data

Empat poin kunci yang perlu dipahami ketika Anda menentukan metode yang dapat

digunakan untuk pengumpulan data adalah :

1.      Sumber-sumber apa yang tersedia untuk tugas evaluasi ?

2.      Apakah metode tersebut sensitif terhadap responden/partisipasi program?

3.      Bagaimana kredibilitas evaluasi Anda dengan metode tersebut?

4.      Seberapa pentingkah data yang dikumpulkan? Terhadap keseluruhan program? Terhadap

para partisipan? (W.K. Kellog Foundation, 1998).

Terdapat beberapa kerangka kerja atau paradigma yang dapat memberikan informasi

mengenai pilihan Anda.

STUDI KASUS

Studi kasus menelusuri suatu program untuk menentukan keadekutannya dalam

memenuhi kebutuhan yang diutarakan. Data yang dikumpulkan selama studi kasus meliputi

observasi aktivitas korban, laporan yang disiapkan oleh program, ringkasan statistik dari

aktivitas program, percakapan tidak terstruktur dengan petugas program, data hasil

wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur, serta informasi yang dikumpulkan melalui

kuesioner. Semua kuesioner, tanpa memperhitungkan segi kecermatan penulisannya,

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

memiliki komponen subjektif; dan seperti juga catatan oblektif atau dokumen seluruhnya

ditulis oleh individu, sehingga memasukkan faktor subjektif.

Tabel 13-2 Paradigma Evaluasi

Model

Riset

Ilmiah

Alami

Interpretivis

me/

konstruksivi

sme

Metode

Feminist

Evaluasi

Partisipasi

Berbasis-

Teori

Akar

Poin

kunci

Pendek

atan

Tujuan

“Ilmu”

Barat;

Eropa, kulit

putih, pria

Pengontrola

n variabel

Metodologi

hipotetik

deduksi,

statistik

Antropologi

Studi yang

dilakukan

dengan cara

kontak terus-

menerus,

komprehensi,

dan

menyeluruh

dengan

metode

terkait

Observasi

mendalam,

wawancara

Riset

Feminist,

analisis

kekuatan

Wanita,

anak

perempuan,

kelompok

minoritas

yang dalam

sejarah

terabaikan;

metode

konvension

al yang

“cacat”

secara

serius

Kontekstual

, inklusif,

pengalaman

,

Pendidikan,

Organisasi,

komunitas,

kesehatan

masyarakat,

antropologi

Menciptaka

n proses

yang lebih

egalitarian,

membuat

proses

menjadi

lebih

relevan

secara

keseluruha

n,

demokratis

asi

Praktis,

berguna,

berdayagun

Aplikasi

pada

program

komunitas

yang

komprehe

nsif

Setiap

program

sosial

didasarkan

pada suatu

teori –

kunci

untuk

memahami

apa yang

pentingada

lah melalui

identifikas

i teori

Membuat

model

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Untuk

menjelaskan

apa yang

terjadi dan

menunjukka

n hubungan

sebab-

akibat

antara hasil

da

“intervensi”

Untuk

memahami

target

program dan

anti program

keterlibatan,

relevansi

sosial

Memperhati

kan aspirasi

kaum

wanita

dalam

seluruh

aspek

evaluasi,

terbuka

terhadap

seluruh

aspirasi

a

Secara aktif

melibatkan

semuanya

ke dalam

proses,

membangu

n kapasitas

program

yang logik

– atau

gambaran

– untuk

menunjuk

kan apa

yang

terjadi

Menunjuk

kan apa

yang

terjadi

dalam

program

berbasis-

komunitas

yang

komprehe

nsif

2.3  KONSEP-KONSEP YANG RELEVAN DENGAN BUDAYA

1.      Holisme / Seutuhnya

Antropologi percaya bahwa kebudayaan adalah fungsi yang terintegrasi seluruhnya

dengan bagian interelasi dan interdependensi. Demikian juga budaya lebih baik dipandang

dan dianalisa secara menyeluruh. Berbagai komponen dari budaya seperti politik, ekonomi,

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

agama, persaudaraan dan system kesehatan, melakukan fungsi yan terpisah tetapi kemudian

bercampur membentuk perbuatan yang menyeluruh. Jadi untuk mengetahui system dari

seseorang harus memandang masing-masing hubunganya dengan orang lain dan dari

keseluruhan kulturnya (Benedict, 1934).

Perubahan budaya biasanya mengundang tantangan – tantangan baru dan berbagai

masalah. Perubahan meliputi adaptasi kreatif dari perilaku yang terdahulu yang disebabkan

Karena bahasa, adapt, kepercayaa, sikap, tujuan, undang – undang, tradisi dank ode moral.

Pada saat yang terdahulu sudah keluar dari mode atau kurang bias diterima dan menjadi

sumber konflik yang potensial (Elling, ((1977).

2.      Enkulturasi

Adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai. Melalui proses

ini oran bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri. Anak-anak melihat orang tua

dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi perilaku. Pola- pola perilaku menyajikan

penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan seperti, dilahirkan, maut, remaja, hamil,

membesarkan anak, sakit penyakit .

3.      Etnosentris

Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat penting bagi

perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang terbaik dan menganggap

ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang rendah.

4.      Stereotip

Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang dibesar

– besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media massa dan ilmu

kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran seseorang.

5.      Nilai – nilai Budaya

Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk

kepercayaan bagaimana seseorang harus berperilaku , kepercayaan adalah sesuatu pertanyaan

yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau tidak boleh

berlandaskan kenyataan empiris. Salah satu elemen yang paling penting terbangun dalam

budaya dan nilainya. Nilai ini bersama – sama memiliki budaya yang paling penting

terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama memberikan stabilitas dan keamanan

budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua orang bersama – sama memiliki budaya yang

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

serupa dan pengalamanya cenderung serupa nilai – nilai mereka akan serupa , walaupun dua

orang tersebut tidak mungkin pola nilai yang tetap serupa , namun mereka cukup serupa

untuk mengenal kesamaan dan utuk mengidentifkasi” yang lain sama sepeti saya”

(Gooenough, 1966) .

Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang dipelajari,

diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu . Batasan budaya

menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan system gagasan , tindakan dan Hasil

karyamanusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.Karakteristik budaya menurut TO. Ihromi adalah :

1.        Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar .

2.        Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola kelakuan umum.

3.        Budaya merupakan mental blue print.

4.        Penilaian terhadap budaya bersifat relatif.

Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.Pemahaman akan konsep budaya,

membawa kita pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilakumanusia dalam

kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat.

Demikianpula pergeseran ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat

akan diiringi denganperubahan perilaku dari individu yang hidup di dalamnya.Budaya

tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalah -masalah yang timbul

dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya. Interaksi keduanya membentuk

suatu pola spesifik perilaku, proses pikir,emosi dan persepsi individu atau kelompok dalam

bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan. Dengan demikian dapat dimengerti peranan

budaya dalam masalah kesehatan jiwa.

2.3.1          Perbedaan Budaya

Sesungguhnya karena tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan memiliki

standart perilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti

budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku mereka.

a.    Kolektifitas Etnis adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan

memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu

mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka

( Harwood, 1981).

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

b.    Shok Budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang

kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong

ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha

beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat

akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger, 1976).

Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok

budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain

yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan

memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.

c.    Pola Komunikasi

Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang

berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya.

Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk

meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari

asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja

terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan

untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet

yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima

dan dimengerti maksudnya .

d.      Jarak Pribadi dan Kontak

Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak

pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan

peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai

ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat

pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan

mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak

privasi.

e.       Padangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit

Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika

kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam

pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari

perilaku pelayanan kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam

dan diantara budaya yang berbeda – beda.

Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan biologis

individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan

atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status

kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan ( Elling, 1977 ).

2.3.2               Permasalahan Aspek Sosial Budaya

Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu

masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya

nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,

dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang

secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat

industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan

kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung

merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam

pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia,

serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia .

2.3.3        Kebudayaan dan Perubahannya

Tentu saja kebudayaan itu tidak statis , kecuali mungkin pada masyarakat pedalaman

yang terpencil . Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan lansia biasanya dipelajari pada

masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara hidup mereka tidak berubah selama beberapa

generasi , walaupun mereka merupakan sumber data - data biologis yang penting dan model

antropologi yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah

kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia ke 3 laju perkembangan ini cukup cepat, dengan

berkembangnya suatu masyarakat perkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide tradisional

yang turun temurun, sekarang telah di modifikasi dengan pengalaman-pengalaman dan ilmu

pengetahuan baru. Sikap terhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan .Kaum muda

dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka menuju kekota. Akibatnya tradisi budaya

lama di desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

kontrol dengan teknologi, setiap individu didalamnya adalah subjek dari pada tuntutan ini,

tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi.

Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan apakah memberikan dampak

yang sangat besar sulit diukur, sebagai contoh kenaikan tekanan darah pada para penduduk

yang berimigrasi ke kota. Kenyataan ini tidak dapat di pungkiri . Bila mana budaya itu

berubah suatu adaptasi yang sukses tidak hanya tergantung pada Setiap masyarakat faktor

lingkungan dan biologis. Kemampuan untuk memodifikasi beberapa segi budaya juga

penting. 

2.3.4    APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER

1.      Konsep Awal

Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “ bidang

kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang

difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan

dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan

dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk

memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”

Tiga tipe budaya yang berhubungan dengan keputusan dan tindakan dipakai untuk

menyakinkan bahwa pelayanan keperawatan memberikan penyesuian tentang nilai dan

norma. Hal tersebut adalah :

1.    Budaya asuhan kultural

2.    Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu mendukung, atau meningkatkan

kemampuan pasien untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan, menyembuhkan sakit

dan kematian.

3.    Akomodasi asuhan kultural

4.    Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu, mendukung atau meningkatkan

kemampuan pasien untuk mengadaptasi atau merundingkan kemampuan atau kepuasan status

kesehatan atau kematian.

5.    Pengolahan ulang asuhan kultural

6.    Keputusan dan tindakan dirancang untuk membantu, menyongkong atau menampukan pasien

untuk merubah cara hidup ke pola yang baru atau berbeda yang secara budaya berarti dan

memuaskan atau mendukung pemanfaatan dan pola hidup sehat.

2.      Paradigma Keperawatan Teori  Keperawatan Leininger

a.   Manusia / pasien

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

                            Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang

diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Manusia memiliki

kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.

b.   Kesehatan

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki pasien  dalam  mengisi

kehidupannnya

c.    Lingkungan

Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana pasien dengan

budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, sosial dan simbolik.

d.   Keperawatan

Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada pasien

dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan atau pemulihan dari sakit.

3.      Konsep Utama Teori Transkultural

a.      Culture Care

Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta

diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan kesejahteraan dan kesehatan serta

meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.

b.      World View

Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga

menimbulkan keyakinan dan nilai.

c.       Culture and Social Structure Dimention

Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup religius,

kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang saling

berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks lingkungan yang

berbeda

d.      Generic Care System

Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung, memperoleh kondisi

kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan

kematiannya.

e.       Profesional system

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang memiliki

pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan formal serta melakukan

pelayanan kesehatan secara professional.

f.        Culture Care Preservation

Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional untuk mengambil

keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga

dapat mempertahankan kesejahteraan.

g.      Culture Care Acomodation

Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya tertentu untuk

beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan kesehatan.

h.      Cultural Care Repattering.

Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan keputusan professional

yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang.

i.        Culture Congruent / Nursing Care

Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya / keyakinan dan cara hidup individu/

golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan keperawatan yang bermanfaat.

4.      Transkultural Care Dengan Proses Keperawatan

Model konseptual asuhan keperawatan transkultural dapat dilihat pada gambar berikut :

Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapatdijelaskan

sebagai berikut :

Proses Keperawatan Sunrise Model

Pengkajian dan

Diagnosis

Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :

Level satu : World view and Social system level

Level dua :  Individual, Families, Groups communities   and

   Institution in diverse health system

Level tiga :  Folk system, professional system and nursing

Perencanaan dan

Implementasi

Level empat : Nursing care Decition and Action

 Culture Care Preservation/maintanance

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

 Culture Care Accomodation/negotiations

 Culture Care Repatterning/restructuring                     

Evaluasi

5.      Analisis Teori Transcultural Nursing

a.       Kemampuan teori menghubungkan konsep  dalam melihat fenomena

Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model menunjukan bahwa

level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan beberapa teori keperawatan

lainnya sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki perbedaan  spesifik dan bersifat

unik jika dibandingkan dengan teori lainnya.

6.      Tingkat Generalisasi Teori

Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun demikian

teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan  sehingga dapat diberikan justifikasi dan

pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling berhubungan. 

7.      Tingkat Kelogisan Teori

Kelogisan teori Leininger  adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat bahwa latar

belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai

bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.

8.       Testabilitas teori

Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif

dan kuantitatif.

9.       Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge

Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan budaya telah

memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan dan

persamaan budaya dalam praktek keperawatan.

10.  Kemanfaatan Teori pada Pengembangan Praktek Keperawatan

Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek keperawatan,

karena teori ini mengemukakan adanya  pengaruh perbedaan budaya terhadap perilaku hidup

sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini  sangat relevan dengan penerapan praktek keperawatan

komunitas.

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

11.  Konsistensi  Teori

Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman  budaya dalam rangka hubungan perawat

pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Imoge King  yang menekankan

pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan.

a.      Faktor Teknologi (Tecnological Factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran

menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat

sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan

kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan

dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

Dalam kasus ini diungkapakan bahwa, klien seseorang yang meyakini bahwa sakit yang

dideritanya itu bisa disembuhkan ke dukun pijat tanpa harus pergi ke petugas kesehatan.

Dengan berbagai alasan, dikarenakan lokasi yang kurang terjangkau dan juga faktor dari

dalam diri klien sendiri yang menganggap bahwa dukun pijat lebih mampu mengatasi

penyakit klien.

b.      Faktor Agama Dan Falsafah Hidup (Religious And Philosophical Factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para

pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran

di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh

perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab

penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

Dalam kasus tidak diungkapakan secara langsung agama apa yang dianut oleh klien.

Namun pada kondisis sakit seperti itu, klien tertutup dengan masalah kesehatannya. Kllien

sudah dinasehati oleh tetangganya untuk pergi ke dokter, namun ia beranggapan dukun pijat

lebih bisa diandalkan.

c.       Faktor Sosial Dan Keterikatan Keluarga (Kinship And Social Factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,

umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan,

dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

Tipe keluarga yang ada pada kasus ini, adalah keluarga dengan lansia didalamnya. Dimana

lansia tersebut memiliki 2 orang anak yang merantau sejak lioma tahun yang lalu.

d.      Nilai-Nilai Budaya Dan Gaya Hidup (Cultural Value And Life Ways)

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya

yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai

sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini

adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,

kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan

dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

Ny. A adalah seorang ibu rumah tangga namun, sejak 10 tahun yang lalu ia sudah

terjangkit artritis. Dia memiliki 2 orang anak namun sudah merantau keduanya dan tidak

tinggal dalam satu rumah lagi. Demi memenuhi kehidupan sehari-hari Ny. A hanya menerima

bantuan dari tetangganya. Sesekali (1 minggu sekali) ny. A pergi berbelanja.

e.       Faktor Kebijakan Dan Peraturan Yang Berlaku (Political And Legal Factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and

Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang

berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara

pembayaran untuk klien yang dirawat.

Petugas kesehatan sekitar sudah mencoba berkunjung ke rumah Ny. A namun, selalu tidak

ada respon yang baik dari klien.

f.       Faktor Ekonomi (Economical Factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki

untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.

Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya

pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,

penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari klien lebih suka menerima bantuan dari orang

lain. Klien mengira bahwa biaya ke rumah sakit atau berobat ke dokter terlalu mahal jika

dibandingkan dengan pergi berobat ke dukun pijat.

g.       Faktor Pendidikan (Educational Factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur

pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien

biasanya di dukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji

pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk

belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Klien menderita atritis selama 10 tahun terakhir, namun tidak ada upaya untuk pergi

berobat ke fasilitas kesehatan. Klien kurang bisa belajar secara aktif dan mandiri terhadap

penyakitnya.

h.      Perencanaan dan Implementasi

Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi

sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :

1.        Perlindungan/mempertahankan budaya bila budaya pasien tidak bertentangan dengan

kesehatan,

2.        Mengakomodasi/menegosiasi budaya apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan.

3.        Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,

yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,

1959). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan

masyarakat yaitu : Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta

Masyarakat).

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien

untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan

tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data,

pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses

keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis,

dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya dimulai dari (1)

pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan

keperawatan. (Wahit, 2005).

 Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini

termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan

intervensi jika perlu.

Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi

yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua

komponen yaitu :

1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.

2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan

pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien.

3.2   Saran

1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan

populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan.

2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau

penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.

3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi

dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori  

      dan  Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

     : Sagung Seto

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :

     Gosyen Publishing

Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif

      Transkultural dalam Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap:

      FK UI

Leininger, M dan McFarland. M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts,

      Theories, Research and Practice, edisi 3. USA : Mc.Graw Hill Companies