asuhan keperawatan keluarga bapak s dengan

144
UNIVERSITAS INDONESIA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK KARYA ILMIAH AKHIR-NERS FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP 0806333915 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Upload: vantram

Post on 08-Dec-2016

333 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07

KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP

0806333915

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07

KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP

0806333915

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul

”Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

pada Keluarga Bapak S dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi pada

Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Depok.” Penulisan karya ilmiah

akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir

Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih pada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIA-N) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir.

3. Ibu Ns Tri Widyastuti H., S.Kep selaku pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya

ilmiah akhir ners ini.

4. Ibu Lestari Sukmarini S.Kp, M.N selaku pembimbing akademik penulis.

5. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas

yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.

6. dr. Hendrik Alamsyah selaku kepala Puskesmas Cimanggis yang telah bekerja

sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat

Perkotaan.

7. Bapak Syamsul Rizal Harahap dan Ibu Ripwani Pulungan selaku orang tua,

Kakak saya Eva Desi Silviani H. dan Rina Rahmwati H. yang penulis sayangi

dan selalu mendoakan dengan segenap cinta, mendukung keberhasilan laporan

penulisan baik secara moril maupun materil.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

vi

8. Gyon Putra Amiga, seseorang yang spesial dan selalu mendukung, serta

membantu penulis dalam menghadapi setiap masalah.

9. Teman-teman FIK angkatan 2008, terutama sahabat-sahabat saya Isti, Nova,

Nadya, Efrita, Yosephin, Putri Dwi, Rina Mardiana, dan teman-teman FIK

PKKMP peminatan Komunitas, terutam kelompok gizi balita RW 07 Lita,

Shella, Sheila, Danisya, dan Mba Wiji, kalian memang hebat.

10. Keluarga Bapak S, khususnya Ibu L dan An S yang telah menerima

mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga

dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan.

11. Masyarakat di RW 07 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam

pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia

menyediakan waktu dan tempat untuk kami.

12. Petugas fotokopian FIK UI, khususnya Mas Amin dan Bang Tohir yang telah

membantu saya dalam penulisan ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini.

semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir

ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

penyusunan penulisan di masa yang akan datang.

Depok, Juli 2013

Fitri Anggraeni H., S.Kep

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

HALAMAI{ PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKIIIR T.[\TUK KEPENTINGAIT AKADEMIS

Sebagai sivitas

dibawah ini:

Nama

NPM

Program Studi

Fakultas

Jenis Karya

akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan

Fitri Anggraeni H., S.Kep

0806333915

Ners

Ilmu Keperawatan

Karya llmiah AkhirNers

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilrniah saya yang berjudul:

Asuhan Keperowatan Kelunrga Bapak S dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak

Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok

beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan hak bebas royalti

nonekslusif ini Universitas lndonesia bebas menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan ffrma saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 5 Juli 2013

Yang Menyatakan

,fi*Anggraeni Harahap,

vii

Fitri S.Kep

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

viii

ABSTRAK

Nama : Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep

Program Studi : Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S dengan

Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari

Kebutuhan Tubuh pada Anak pada Balita di RW 07

Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok.

Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada

masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang

asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan

masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah

dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor

dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi ynag menjadi

unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada balita

berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah

menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S

melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi

seimbang kepada anak.

Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

ix

ABSTRACT

Name : Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep

Study Program : Ners

Title : Nursing Care Process of Mr. S’s Family with Health

Problem Nutrition Imbalance: Less than Body

Requirment on Toddler at RW 07 Kelurahan Cisalak

Pasar, Kota Depok

Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems,

especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the

nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on

toodler children. Implementation to the family is consisting of the cognitive,

affective, and psychomotor that uses the five family health tasks. Nursing

interventions that become the main intervention is scheduling of nutritionally

balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of

nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother,

reported that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family

reported that the family has made efforts to provide the food with balanced

nutrition to their children.

Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan)

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 7

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 9

1.4.1 Pendidikan Keperawatan .............................................. 9

1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 9

1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................. 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perkotaan /Urban Nursing .............................................. 11

2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan ......................................................................... 11

2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di

Perkotaan…………………………………… ................. 12

2.2 Keluarga dengan Balita ............................................................ 13

2.2.1 Keluarga dengan Balita ................................................ 13

2.2.2 Balita sbagai Agregat at Risk ....................................... 15

2.2.3 Peran Perawat Keluarga ............................................... 21

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang .... 23

2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 23

2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 25

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 26

2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 26

2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................. 28

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ........................................... 31

3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 34

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ....................................... 35

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

xi

3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 36

3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 37

BAB 4 ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 42

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan

Konsep kasus terkait ................................................................. 44

4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang

berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervesi Unggulan dengan

Konsep dan Penelitian terkait ................................................... 46

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... 50

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................... 52

5.2 Saran .......................................................................................... 53

5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas ..................................... 53

5.2.2 Keluarga ......................................................................... 53

5.2.3 Masyarakat/Kader .......................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keluarga

Lampiran 2 Skoring Masalah

Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 4 Catatan Perkembangan

Lampiran 5 Evaluasi Sumatif

Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat

perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah

kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, antara lain

tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena

kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan

sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender &

Spradley, 2010).

Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu

kemiskinan. Konferensi Dunia Untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995

(Kementerian Koordinator Bidang Kesra, 2002) menyatakan kemiskinan dalam

arti luas di negara-negara berkembang memiliki wujud yang multidimensi yang

meliputi sangat rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang

menjamin kehidupan berkesinambungan sehingga menyebabkan kelaparan dan

kekurangan gizi, keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan

layanan-layanan pokok lainnya kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit

yang terus meningkat, kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang jauh dari

memadai, lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial.

Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi

ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian

membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka

kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan

rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan

mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan

untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

2

Universitas Indonesia

Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat

perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi

buruk. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah gizi

dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian

dan kesakitan, kedua melalui peningkatan produktifitas. Pernyataan

tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006)

yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan

permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab

kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.

Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan

bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.

Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015

setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada

tahun 1990. Tujuan keempat dari MDGs adalah menurunkan angka kematian

balita dengan mengurangi dua pertiga dari angkat tingkat kematian anak di bawah

usia lima tahun. Indonesia menggunakan indikator melalui persentase anak

berusia di bawah 5 tahun (balita) yang mengalami gizi buruk (severe underweight)

dan persentase anak-anak berusia 5 tahun (balita) yang mengalami gizi kurang

(moderate underweight).

Masalah gizi tidak hanya terdapat di daerah terpencil, tetapi juga menjadi salah

satu masalah di masyarakat perkotaan. Masalah gizi semakin lama semakin

disadari sebagai salah satu faktor penghambat proses pembangunan nasional

(Neldawati, 2006). Masalah gizi yang timbul dapat memberikan berbagai dampak

antara lain meningkatnya angka kematian bayi dan anak. Tingginya angka

kematian anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

3

Universitas Indonesia

Menurut Depkes (2008) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008, secara nasional

prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Masalah kurus di Indonesia

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Secara umum prevalensi

nasional gizi buruk pada balita di Indonesia adalah 5,4%, dan gizi kurang adalah

13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang. Pencapaian tersebut bila

dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target

MDGs untuk Indonesia 2015 sebesar 18,5% maka secara target nasional, target

tersebut sudah melampaui. Target nasional terlihat tercapai, namun pencapaian

tersebut belum merata di 33 provinsi (Depkes RI, 2011).

Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

dimana pada tahun 2004 mencapai 28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan

gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada tahun 2007 di

Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI,

2011). Data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah

prevalensi nasional dan cenderung mengalami penurunan. Dinas kesehatan Kota

Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007,

yang berasal dari enam kecamatan. Kecamatan Pancoran Mas merupakan

kecamatan dengan penderita gizi buruk terbanyak yaitu 321 balita, diikuti

Cimanggis 228 balita, Sawangan 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita.

Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah balita gizi buruk yang cukup tinggi.

Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah dari kecamatan Cimanggis dengan

jumlah balita yang banyak. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar memiliki jumlah

balita yang cukup banyak, jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170

orang. Balita yang memiliki masalah gizi termasuk gizi kurang dan gizi buruk di

wilayah ini, khususnya untuk RW 07 adalah sebanyak 12,1%.

Masalah gizi pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

4

Universitas Indonesia

pelayanan kesehatan saja (Indriyani, 2007). Masalah gizi timbul akibat berbagai

faktor yang saling berkaitan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi

langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi dan secara tidak

langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi,

budaya, dan politik.

Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas di Indonesia selama ini menjadi

tanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sedangkan fokus

pengembangan keperawatan masih berpusat pada rumah sakit sehingga sumber

perawat di Puskesmas masih sangat minim (Huriah, 2006). Penanggulangan

masalah gizi kurang pada balita memerlukan adanya program peningkatan

kesehatan masyarakat, pendidikan (penyuluhan) kesehatan, dan perbaikan pada

konsumsi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut

adalah dengan melakukan praktik keperawatan komunitas yang ditujukan kepada

individu, keluarga, juga kelompok berisiko tinggi dengan cara melakukan

pendekatan terhadap keluarga sebagai entry point kegiatan keperawatan

komunitas.

Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi balita. Keluarga

memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi

balita. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga

sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi balita di rumah.

Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya

kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi balita (Hidayati, 2011).

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik

pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai

dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga

mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang

melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

5

Universitas Indonesia

Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar

keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada

masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada balita.

Praktik penulis diawali dengan melakukan screening saat kegiatan posyandu yang

dilakukan di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Penulis mulai menilai status gizi

dari setiap balita dan menentukan keluarga yang akan menjadi kelolaan yaitu

keluarga dengan balita yang memiliki masalah gizi.

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak S selama tujuh

minggu bertempat di RT 2 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun)

memilki dua orang anak yaitu An H (5 tahun) dan An S (17 bulan). Keluarga

Bapak S merupakan keluarga nuclear family dan memiliki masalah kesehatan gizi

kurang pada balita.

An S merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 7,2

kg, dan tinggi badan 76 cm. Status gizi An S berdasarkan tabel WHO-NCHS

termasuk dalam kategori gizi buruk. Dilihat dari kartu menuju sehat, status gizi

An S berada pada bawah garis merah (BGM) dimana termasuk dalam kategori

gizi buruk. An S memiliki ciri-ciri fisik berbadan kurus, rambut tipis agak

kemerahan, terlihat sering menangis dan rewel. An S memiliki kesulitan untuk

makan dan sejak kecil berat badannya susah untuk naik.

Masalah gizi pada keluarga Bapak S dilakukan melalui tahap asuhan keperawatan

dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang

berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi,

implementasi, dan evaluasi. Konsep pengkajian yang diimplementasikan

dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku orang tua untuk

mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

6

Universitas Indonesia

Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi

dalam mengatasi masalah gizi kurang yang terjadi pada keluarga. Evaluasi

dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah terlaksana. Penulis

memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga

menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak

balita di rumah.

Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak S melalui pendidikan

kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga

terkait masalah kurang gizi pada balita dengan menjelaskan kepada keluarga

tentang pengertian gizi seimbang, triguna makanan dan manfaatnya, penyebab,

tanda-tanda masalah gizi, serta akibat gizi kurang. Mendiskusikan dengan

keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah gizi,

upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah gizi, informasi mengenai triguna

makanan dan demonstrasi pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan,

cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan,

cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan,

penyusunan jadwal makan, serta cemilan sehat untuk balita.

Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan

keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan

yang dipilih adalah penyusunan menu gizi seimbang pada balita berdasarkan

triguna makanan. Implementasi mengenai penyusunan makanan berdasarkan

triguna makanan dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan

pengetahuan dan berat badan anak. Keluarga Bapak S, khusunya Ibu L terlihat

mulai menyediakan makanan dengan menu gizi seimbang yang terdiri dari zat

tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur berdasarkan triguna makanan.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

7

Universitas Indonesia

Menurut Basuki (2008) penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya

pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan

akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Hasil penelitian Widyatuti (2001)

menyatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga dapat meningkatkan status gizi

balita di rumah. Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi

status gizi balita. Hasil penelitian Plan International Indonesia dan Departemen

gizi Masyarakat IPB (2008) di Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan

prevalensi gizi kurang 30% dan penyebabnya karena kurangnya kualitas dan

kuantitas makanan. Menurut Satoto (2009) dalam Harsiki (2003) dikemukakan

bahwa faktor yang cukup dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi

kurang ialah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam

memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarga, terutama anak-anak.

1.2 Perumusan Masalah

Anak usia balita berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat

sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Makanan yang bergizi kurang

dikonsumsi anak karena pada usia 1-5 tahun sering timbul masalah terutama

dalam pemberian makan karena terjadinya kesulitan makan pada anak. Gizi buruk

pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat

badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu

merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Keadaan ini dapat

berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat

kecerdasan anak.

Permasalahan gizi balita merupakan permasalahan yang menjadi prioritas karena

hasil penelitian menyatakan bahwa angka gizi kurang dan gizi buruk dalam

sepuluh tahun terakhir cenderung stagnan bahkan meningkat. Di kecamatan

Cimanggis pada tahun 2007 teridentifikasi 228 balita yang memiliki masalah gizi.

Menurut hasil survey di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis pada

bulan jumlah laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

8

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh mahasiswa residen S2 kepada

56 ibu yang memiliki anak balita menunjukkan bahwa lebih dari 25% jumlah

balita gizi kurang, 54% sikap keluarga tidak mendukung gizi bagi balita, 33%

keluarga kurang baik dalam perawatan gizi kurang, 55% kurang baik dalam

pengetahuan tentang gizi kurang, dan 37,5% kurang baik dalam perilaku terhadap

balita dengan gizi kurang.

RW 07 merupakan salah satu wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar yang menjadi

salah satu kantung masalah gizi dan memiliki jumlah balita dengan masalah gizi

yang cukup banyak. Hasil screening yang dilakukan dalam kegiatan posyandu

pada 170 balita yang ada di RW 07, ditemukan kasus masalah gizi buruk dan gizi

kurang pada 14 balita. Isu pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh

perawat komunitas adalah terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan

pola asuh pemenuhan nutrisi pada balita dalam keluarga yang kurang baik.

Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga

untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait penyusunan menu makanan dengan

gizi seimbang berdasarkan triguna makanan sebagai upaya meningkatkan status

kesehatan keluarga, terutama status gizi pada balita. Intervensi mengenai triguna

makanan merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang

bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya

asupan nutrisi yang adekuat pada balita. Penyusunan makanan dengan gizi

seimbang bertujuan agar keluarga bisa memenuhi asupan nutrisi dan kebutuhan

gizi balita secara tepat.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada

keluarga Bapak S di RW 07 kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok dengan

masalah gizi kurang pada balita.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

9

Universitas Indonesia

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memberikan gambaran mengenai masalah gizi kurang yang terdapat pada

balita di RW 07

1.3.2.2 Memberikan gambaran mengenai hasil pengkajian keperawatan pada

keluarga Bapak S

1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang muncul

pada keluarga Bapak S

1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai perencanaan intervensi keperawatan

berupa inovasi unggulan terkait penyusunan menu makanann dengan gizi

seimbang berdasarkan triguna makanan pada keluarga Bapak S

1.3.2.5 Memberikan gambaran terkait implementasi keperawatan pada keluarga

Bapak S

1.3.2.6 Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada keluarga

Bapak S

1.4 Manfaat Penelitian

1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan

kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga

mengenai pentingnya pemenuhan asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang pada

balita melalui penyusunan menu makanan dengan gizi yang seimbang berdasarkan

triguna makanan.

1.5.2 Pelayanan Keperawatan

Mengembangankan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi

kesehatan mengenai triguna makanan dalam upaya meningkatkan motivasi untuk

memenuhi asupan nutrisi yang cukup pada balita sebagai upaya untuk

memperbaiki status gizi balita. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan

sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khusunya

pada program gizi balita di Puskesmas Kecamatan Cimanggis dalam

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

10

Universitas Indonesia

mengembangkan media promosi kesehatan tentang gizi pada balita dan

penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.

1.5.3 Penelitian Selanjutnya

Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan

penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan

pentingnya asupan nutrisi yang adekuat melalui pengetahuan tentang triguna

makanan sebagai dasar dalam penyusunan menu gizi seimbang dengan keluarga

dengan masalah gizi kurang pada balita.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

11 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing

2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia

yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal

di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian

besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. Masyarakat

urban merupakan kumpulan manusia yang mendiami daerah perkotaan didorong

oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.

Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan

yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase

rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya,

sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010).

Perkotaan merupakan wilayah dengan susunan fungsi sebagai permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial,

dan kegiatan ekonomi.

Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi

dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah

wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan

memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas

merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi,

tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih

didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga

atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak

mengubah lingkungan (Indrizal, 2006).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

12

Universitas Indonesia

2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan

Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi

ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian

membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka

kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan

rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan

mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan

untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).

Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok tidak dapat

memenuhi kebutuhannya secara maksimal disebabkan tidak produktif

dan penghasilan yang tak mencukupi (Anonim, 2009). Data kemiskinan berasal

dari pendataan yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga miskin adalah suatu

keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator atau lebih dari enam

indicator penentu kemiskinan alasan ekonomi yaitu pangan, sandang, papan,

penghasilan, status gizi dan penanggulangan kesehatan, dan pendidikan.

Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor

ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan

perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok

atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan

masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman

(2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan

gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya

pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak

mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.

Risiko tinggi kurangnya nutrisi dalam Stanhope dan Lancaster (2004)

dihubungkan dengan risiko ekonomi yaitu faktor kemiskinan. Hughes dan

Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999) melaporkan bahwa

status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar yang mempengaruhi

kesehatan nutrisi. Penduduk miskin memiliki risiko lebih besar untuk timbul

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

13

Universitas Indonesia

permasalahan kesehatan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya

finansial akan berdampak tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian

keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan, termasuk didalamnya gizi

kurang akan mudah timbul pada balita (Hidayat, 2011).

Risiko tinggi kurangnya nutrisi pada balita disebabkan karena faktor risiko sosial

ekonomi khususnya kemiskinan. Anak yang miskin dihubungkan dengan faktor

ketersediaan makanan, keterbatasan akses makanan, faktor orang tua karena

pendidikan yang kurang, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya

informasi dan akses (Hidayati, 2011). Prevalensi gizi kurang mayoritas pada

kelompok sosial ekonomi yang kurang disebabkan kurangnya variasi makanan

(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).

2.2 Keluarga dengan Balita

2.2.1 Keluarga dengan Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih, populer

dengan pengerian usia anak bawah lima tahun (Muaris, 2006). Wong (2002)

menyatakan bahwa periode perkembangan usia terbagi menjadi lima kelompok

usia, yaitu periode prenatal (konsepsi sampai kelahiran), periode bayi (0-12 atau

18 bulan), anak awal (1-6 tahun), anak pertengahan (6-12 tahun), dan anak akhir

(11-19 tahun).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional, serta yang mengidentifikasi diri sebagai

bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh

perkawinan, darah, atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Family Service America (2000 dalam

Friedman, Bowden, & Jones, 2003) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara

yang komprehensif yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-

ikatan kebersamaan dan keintiman.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

14

Universitas Indonesia

Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.

Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan

dan menjadi aktor dalam menentukan masalah-masalah anggota keluarga.

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik

pada setiap tahap sehat sakit setiap anggota keluarga, seperti mulai dari keadaan

sehat hingga diagnosa, tindakan penyembuhan (Hidayati, 2011).

Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan

balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak bari lahir dan

keluarga dengan anak pra sekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan

keluarga tahapan keluarga dengan anak bayi baru lahir adalah (1) Memulai

keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru

lahir sebagai bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan

dan kebutuhan yang beragam dari setiap anggota keluarga. (3) Membantu

kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga

besar dengan peran orang tua dan kakek nenek.

Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervensi

dengan keluarga agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

setiap anggota keluarga. Menurut Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden, &

Jones, 2003) tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah

(1) Pencapaian kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan,

privasi, dan keamanan. (2) Mensosialisasikan anak-anak. (3) Mengintegrasikan

keanggotaan anak baru dengan juga memenuhi kebutuhan anak lainnya. (4)

Memelihara kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua

anak), keluarga besar, serta lingkungan. Berdasarkan tugas perkembangan

tersebut tanggung jawab yang harus dilakukan keluarga adalah membentuk

individu dalam keluarga menjadi lebih berpotensi.

Keluarga dengan balita merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari

orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

15

Universitas Indonesia

pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan

perkembangannya (Fitriyani, 2009). Keluarga harus menciptakan pola

pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang

optimal. Balita merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang

(Potter & Perry, 2005).

2.2.2 Balita sebagai Agregat At Risk

Hichcock, Scubert, dan Thomas (1999) mengemukakan adanya faktor risiko yang

akan meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit atau masalah

kesehatan. UNICEF (2008) mengemukakan balita rentan terhadap penyakit.

Sebanyak lebih dari sepertiga anak-anak yang meninggal akibat pneumonia, diare,

dan penyakit lainnya. WHO (2008) melaporkan penyebab utama angka kematian

balita di dunia adalah masalah neonatal (37%), ISPA (17%), dan diare (16%). Di

Indonesia, penyebab utama angka kematian pada balita adalah masalah neonatal

(41%), injury (17%), dan diare (13%). Kurang gizi memberi kontribusi terbesar

dari tiga penyebab kematian tersebut.

Anak balita dengan gizi kurang adalah kelompok umur yang rentan gizi dan

rawan penyakit. Kelompok umur ini merupakan kelompok umur yan paling

banyak menderita KEP (Kurang Energi Protein). Populasi yang rentan mengalami

masalah adalah populasi balita gizi kurang. Prevalensi jenis penyakit yang dialami

oleh balita dan kondisi tubuh balita yang memiliki keterbatasan dalam sistem

imun menyebabkan balita berada pada label populasi rentan (Fitriyani, 2009).

UNICEF (2008) mengungkapkan masalah gizi pada balita disebabkan oleh pola

makan dan perawatan yang buruk serta diperburuk oleh penyakit. Anak-anak yang

bertahan hidup mungkin menjadi terkunci dalam siklus penyakit yang berulang

dan goyah pertumbuhannya. Gizi kurang juga bisa terjadi pada balita karena masa

peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa atau

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

16

Universitas Indonesia

karena keluarga mengikuti kebiasaan makan keliru dalam memberikan asupan

makanan pada balita (Arisman, 2003).

Pemenuhan gizi erat kaitannya dengan pemasukan makanan. Anak balita perlu

didorong untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka untuk makan. Balita perlu

dibantu ketika mereka sedang belajar untuk makan sendiri. Jika balita menolak

untuk memakan berbagai makanan, pengasuh dapat melakukan percobaan dengan

kombinasi makanan, rasa, dan tekstur yang berbeda, serta metode dororngan

(Hidayati, 2011). Makanan kecil boleh diberikan antara dua waktu makan,

sepanjang tidak mengurangi selera makan. Keluarga harus bisa meminimalkan

masalah pada saat balita makan (UNICEF, 2010).

Keluarga harus bisa meminimalkan gangguan pada saat balita makan. Keluarga

seharusnya menghindari hukuman tetapi banyak memberikan pujian ketika

makanan diberikan, memperkenalkan makanan baru, membangun teratur pola

makan dan waktu makan, serta membuat waktu makan menjadi menyenangkan,

membiarkan anak membantu untuk menyiapkan makanan atau peletakan meja

(Hidayati, 2011). Keluarga juga harus memperhatikan kesesuaian kemauan anak.

Gizi balita tidak hanya ditentukan oleh ketahanan pangan keluarga tetapi juga

oleh kualitas perawatan anggota keluarga dan kuantitas lingkungan kesehatan

rumah tangga (Smith & Haddad, 2000). Keluarga mempunyai peranan penting

dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga melakukan pemilihan sampai

dikonsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas

kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan

gizi balita dan mendukung optimalnya gizi balita (Hidayati, 2011).

Gizi (nutrient) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan

hubungannya dengan kesehatan optimal. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).

Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mendefinisikan gizi adalah semua proses

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

17

Universitas Indonesia

dimana makanan dicerna, diasimilasi, dan digunakan untuk meningkatkan

kesehatan dan mencegah penyakit.

Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.

Asupan gizi yang seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh akan

meningkatkan status gizi, atau sebaliknya asupan yang tidak sesuai akan

menyebabkan malnutrisi, atau kurang gizi (Jumadil, 2010). Makanan dan gizi

sangat penting dan mempengaruhi status gizi serta kesehatan balita.

Faktor biologis yang mempengaruhi balita gizi kurang sebagai populasi rentan

adalah faktor usia dan ketergantungan pada orang lain (orang tua) dalam

penyediaan makanan balita. Usia balita yang terlalu muda, ketergantungan pada

orang lain dalam ketersediaan makanan, kelahiran prematur dengan berat badan

lahir rendah (BBLR), sistem imun dan pencernaan yang masih imatur mempunyai

peluang besar terhadap risiko penyakit dan masalah gizi. Pada masa balita, anak

membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Menurut Stanhope dan Lancaster (2003) faktor predisposisi yang menempatkan

balita gizi kurang sebagai kelompok populasi rentan adalah karena balita yang

mengalami kurang nutrisi disebabkan oleh faktor risiko sosial ekonomi,

khususnya kemiskinan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya

finansial akan berdampak tdak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian

keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan akan mudah timbul pada

balita, salah satunya masalah gizi.

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Keadaan

gizi kurang dapat terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi

yang dibutuhkan. Trend gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun (Fitriyani, 2009). UNICEF (2006) menjelaskan

bahwa jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

18

Universitas Indonesia

pada tahun 2005 menjadi 2,3 juta pada tahun 2006, dan masih ada 5 juta lebih

yang mengalami gizi kurang. Jumlah gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita

di seluruh Indonesia.

Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita, yaitu penyebab

langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi

status gizi balita adalah faktor asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor

tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor asupan makanan, balita yang

tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang memiliki daya tahan

tubuh yang lemah sehingga rentan terkena penyakit sehingga mudan terinfeksi.

Penyakit infeksi menyebabkan asupan zat gizi tidak terserap dengan baik sehingga

berakibat gizi kurang dan gizi buruk (Indriyani, 2007).

Faktor asupan makanan ini berkaitan dengan pola pemberian makan dimana balita

membutuhkan asupan yang berbeda di setiap usia. Pemberian ASI mrupakan hal

utama yang dibutuhkan anak ketika lahir. ASI merupakan makanan sumber gizi

utama untuk bayi yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Usia bayi saat

menginjak enam bulan, maka bayi telah dapat diberikan pendamping ASI atau

PASI. Usia 6 bulan ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga

perlu diberikan makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan tersebut, biasa

disebut MPASI. Makanan tambahan dapat berupa sari buah yang diberikan lebih

dini dari sayuran, kemudian nasi tim yang pada awalnya disaring lalu dapat

berbentuk padat ketika anak berusia 12 bulan (Fitriyani, 2009).

Gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada masa

anak-anak. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja sinergis. Infeksi

memperburuk taraf gizi dan gizi kurang menghambat reaksi imunologis yang

menyebabkan kemampuan anak melawan kuman infeksi menurun. Penyakit

infeksi yang terdapat di dalam tubuh anak mengakibatkan anak kehilangan nafsu

makan sehingga anak sering menolak untuk makan, yang berarti pemasukan zat

gizi juga tidak ada. Infeksi juga dapat menyebabkan penghancuran jaringan tubuh,

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

19

Universitas Indonesia

baik oleh bibit penyakit maupun oleh tubuh sendiri untuk memperoleh protein

sebagai daya tahan tubuh. Keadaan gizi buruk melemahkan kemampuan anak

untuk melawan infeksi yang dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian pada

anak dengan gizi buruk (Neldawati, 2006).

Faktor infeksi ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan kebersihan

diri di dalam keluarga. Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak

memadai serta praktek-praktek kebersihan yang buruk adalah beberapa penyebab

malnutrisi, penyakit dan kematian pada anak-anak (Hidayati, 2011). Jika anak

mengalami diare yang disebabkan kuarena kurangnya air bersih atau karena

praktek kebersihan yang buruk, makan akan menguras nutrisi dalam tubuhnya.

Begitu seterusnya dari buruk menjadi lebih buruk (UNICEF, 2008).

Penyebab tidak lansung terdiri dari ketersediaan pangan keluarga, pola asuh serta

pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan Soekirman (2011) bahwa

ada tiga penyebab masalah gizi yang dialami oleh anak. Pertama bayi dan balita

tidak mendapat makanan yang bergizi seimbang yang berhubungan dengan

ketahanan pangan. Hal ini terkait ketersediaan pangan. Contohnya air susu ibu

(ASI) adalah makanan bayi utama yang seharusnya dapat dihasilkan oleh keluarga

sehingga tidak perlu dibeli. Tidak semua keluarga dapat memberikan ASI kepada

bayinya oleh karena berbagai masalah yang dialami ibu. Permasalahan tersebut

mngakibatkan keluarga ini dalam keadaan ketahanan pangan yang rawan karena

tidak mampu menyediakan makanan yang baik bagi bayinya sehingga berisiko

tinggi menderita gizi kurang.

Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status

ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) adalah

pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam

keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga

mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam

keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

20

Universitas Indonesia

ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan peningkatan

terjadinya penyakit kronis. Potts dan Mandleco (2007) mengemukakan

pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan

pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.

Faktor yang kedua adalah pola pengasuhan anak. Sebuah studi positive deviance

tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap

timbulnya gizi buruk. Pola pengasuhan ini berupa sikap dan perilaku ibu atau

pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal memberikan

makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang, dan

sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM

dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya

informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi

seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.

Ketiga, pelayanan kesehatan terkait kunjungan keluarga ke pelayanan kesehatan.

Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga kemandirian

keluarga dari Depkes (2006) yang meliputi menerima petugas, menerima

pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan

masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran,

melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan

pencegahan aktif, dan melakukan tindakan pencegahan aktif, serta melakukan

tindakan peningkatan (promotif) secara aktif.

Kunjungan ke pelayanan kesehatan memiliki peranan penting terhadap status

kesehatan balita. Kunjungan ke pelayanan kesehatan ini, terutama untuk

melakukan imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada anak yang tidak naik

berat badan, pendidikan, dan penyuluhan kesehatan serta kebersihan lingkungan

tempat tinggal. Semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana

kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil

risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Hidayati, 2011).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

21

Universitas Indonesia

2.2.3 Peran Perawat Keluarga

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan

dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan

meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).

Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai

lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan

wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan

komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan

langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home

nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di

Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kegiatan kedua memberikan

penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan

konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat

melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.

Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang

memerlukan penanganan lebih lanjut. (Stanhope & Lancaster, 2004).

Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara

masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan

asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah kesehatan

masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan

menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah

keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan

asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

22

Universitas Indonesia

lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan

ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope &

Lancaster, 2004).

Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah

kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang

dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan

keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau

kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-

tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).

Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif

dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan

yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait masalah gizi kurang pada balita.

Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan

promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah gizi

kurang pada balita. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang

berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi

terkait temuan masalah kesehatan dna cara mengatasinya. Tujuan pendidikan

adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan

perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga

mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan

perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai

konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota

keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam

keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan

bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

23

Universitas Indonesia

keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa

keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang

Perawat perlu melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi keperawatan

keluarga pada balita dengan gizi kurang. Asuhan keperawatan komunitas dengan

pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan

kesehatan balita dengan gizi kurang. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas

(1999), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi

kurang balita pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi

pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu

keluarga dalam penyediaan makanan.

2.3.1 Pengkajian Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian

bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan

data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga

meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status

sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap

perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat

keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga

dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan

keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4)

struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur

peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi

afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping

keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

24

Universitas Indonesia

keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi

adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik

dilakukan, pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota

keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,

mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem

genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap

masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.

Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang

ditemukan pada balita dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003),

penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang

diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan

pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ

yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk

mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran

antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan,

massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut,

panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status

gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan

dibanding umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan

berat badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS

(Kemenkes, 2011).

Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)

Indeks Kategori

Status Gizi

Ambang Batas (z-score)

Berat Badan menurut

Umur (BB/U)

Gizi Buruk <-3SD

Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

25

Universitas Indonesia

Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Baik -2SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2SD

Panjang Badan menurut

Umur (PB/U)

Anak Umur 0-60 bulan

Sangat Pendek <-3SD

Pendek -3SD sampai dengan <-2SD

Normal -2SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2SD

Berat Badan menurut

Panjang Badan (BB/PB)

Anak Umur 0-60 bulan

Sangat Kurus <-3SD

Kurus -3SD sampai dengan <-2SD

Normal -2SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2SD

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil

pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan adalah

pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter &

Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup

sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari

pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan

Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul

melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan

tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, &

Jones, 2003).

Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari

asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus.

Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari

dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

26

Universitas Indonesia

oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat

tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.

Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi balita gizi kurang

dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan

primer, sekunder, dan tersier (Fitriyani, 2009). Menurut Stanhope dan Lancaster

(2004), pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan

mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini

keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi

masalah. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan

individu agar dapat berfungsi secara optimal.

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat.

Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi

kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga

menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga

terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga

dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan

kesehatan.

Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan

dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan

kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan.

Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi

kurang, dan triguna makanan.

Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat

dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua

khususnya ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan orang tua khususnya ibu

merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi balita. Peningkatkan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

27

Universitas Indonesia

pengetahuan ibu mengenai triguna makanan merupakan salah satu cara edukasi

yang dapat dilakukan.

Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang masing-masing memiliki fungsi

yang berbeda-beda. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna

makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat

tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat

pengatur.

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat

tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan

perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam

sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan

sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak

kemudian disimpan sebagai cadangan energi.

Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan

fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga untuk menggantikan

dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita secara fisiologis berada

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan

zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat

pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein

dapat berpengaruh terhadap status gizi balita.

Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahab mengandung

berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-organ dan jaringan

tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang

berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B

kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D,

E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air

sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh (Fitriyani, 2011).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

28

Universitas Indonesia

Pemberian makanan pada balita harus memperhatikan keseimbangan gizi. Gizi

seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi

dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Variasi makanan

merupakan prinsip pertama gizi seimbang yang universal. Pola makan seimbang

bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro dan air, melainkan

juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral (Depkes RI,

2010).

Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari dengan

susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya menanggulangi

masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Kebutuhan makan balita

perlu diatur agar anak mendapat gizi seimbang yang diperlukan dalam satu hari.

Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari tiga

kelompok bahan maknaan yang disebut triguna makanan. Dari setiap kelompok

dipilih satu atau beberapa jenis makanan (Depkes RI, 2004).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan

kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan.

Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan

perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.

Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat

diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah.

Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada

lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga

yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat

kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7

kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga

menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah

kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

29

Universitas Indonesia

dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran,

(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga

melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat

kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila

memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi

kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga

memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik

pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai

dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga

mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang

melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).

Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar

keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.

Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan

mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan

mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah

menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah,

3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah

keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan

masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga

mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang

keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan

pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas

kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit,

adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

30

Universitas Indonesia

Tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada balita meliputi,

1)mengenal masalah : apa yang keluarga ketahui tentang gizi, triguna makanan,

dan manfaatnya, penyebab, dan tanda-tanda masalah gizi, 2)mengambil keputusan

: menurut keluarga apa akibat masalah gizi bila tidak diatasi, apakah menurut

keluarga sangat penting penanggulangannya, 3)kemampuan memberikan

perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apa yang dapat

dilakukan untuk mencegah masalah gizi, bagaimana cara memilih dan mengolah

makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu

dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, cemilan sehat untuk balita

serta penyusunan jadwal makan, apakah keluarga mengetahui alternatif

perawatan anggota keluarga dengan maslaah gizi, hambatan apa dalam

penanggulangan masalah gizi di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan :

bagaimana keluarga mengatur lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan

penanggulangan gizi, apa yang keluarga ketahui tentang alasan pentingnya

menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan,

apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan

yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.

Asuhan keperawatan keluarga berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut

yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat

komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan

keperawatan keluarga, khususnya masalah gizi pada balita. Kemampuan keluarga

dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat

meningkatkan status gizi anak balita di rumah.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

31 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga

Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan

Ibu L (30 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan pra sekolah.

Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An. H (5 tahun) dan An. S (17

bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di

dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An. H,

dan An. S. Keluarga Bapak S merupakan pendududk baru di RT 02 RW 07

Cisalak Pasar, sebelumnya keluarga tinggal di daerah Pondok Gede, Bekasi.

Keluarga Bapak S memutuskan untuk pindah rumah karena sudah selesai kontrak

pekerjaan di tempat sebelumnya dan ingin mencoba membuka usaha baru.

Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Baik Bapak S maupun Ibu L berasal

dari suku Jawa, Bapak S berasal dari Solo sedangkan Ibu L berasal dari Tegal.

Bapak S merantau ke Jakarta sejak lulus SMK, berbeda dengan Ibu L yang sudah

tinggal dan menetap di Jakarta sejak kecil. Ibu L merupakan lulusan dari Sarjana

Muda jurusan Akutansi. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pertemuan pertama

antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Keduanya kemudian

berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2007.

Bapak S bekerja sebagai wiraswasta, yang sedang merintis usaha warung nasi

kucing di pinggir jalan auri. Sedangkan Ibu L sudah tidak bekerja lagi sejak An. S

lahir, dan sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga

Bapak S tidak menentu, namun di atas Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L

mengatakan membantu keuangan keluarga dengan menjual baju secara online

shop dengan penghasilan yang tidak menentu.

Pada hari Jumat, tanggal 17 Mei 2013, diadakan posyandu Flamboyan III dan Ibu

L membawa An. S untuk melakukan pengukuran BB. Hasil pengukuran BB An. S

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

32

Universitas Indonesia

adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah

garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu

75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An. S berada di bawah pecentil -3

SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam

kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk

dalam kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3 SD.

An. S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu

disebabkan oleh solusio plasenta yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi

BB An. S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di rumah sakit, BB

An. S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An. S pulang paksa dengan alasan biaya

yang sudah tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An. S susah untuk naik, dari bulan

sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu

mengatakan An. S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering mengemil

makanan cemilan. An. S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi,

namun bila makan biskuit cepat dan bahkan setiap hari meminta untuk membeli

biskuit saat di warung. An. S belum dapat berjalan, namun gigi sudah banyak

yang tumbuh dan mulai dapat berbicara.

Ibu L mengatakan makanan yang dimakan An. S sama dengan menu makanan

yang disajikan untuk keluarga lain. An. S memiliki porsi makan yang tidak

menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu

L biasanya memasak nasi, sayur sop atau bayam, ayam atau ikan. An. S dapat

menghabiskan makan nasi dan lauk pauk 3 kali sehari, dengan porsi sekitar 10

suap takaran sendok teh dan memakan makanan selingan seperti biskuit yang

selalu disiapkan Ibu L untuk An. S. Ibu L mengaku An. S tidak menyukai buah-

buahan, dan bila minum susu formula hanya dihabiskan 80 ml paling banyak

setiap sekali minum susu. An S masih aktif menyusui hingga saat ini.

Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu L mengatakan sudah menyadari akan

kondisi An. S yang kurus. Ibu L sering membawa An. S ke tukang urut

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

33

Universitas Indonesia

sebelumnya dan rajin melakukan terapi urut. Menurut Ibu L, An. S memiliki

lambung yang kecil sehingga apabila makan hanya sedikit. Informasi ini didapat

dari tukang urut yang sering dikunjunginya sebelumnya. Hasil pengkajian

inspeksi, An. S tampak kurus, rambut tipis dan pendek, serta kulit agak kusam.

Ibu mengeluhkan An. S yang cengeng dan sering menangis. Saat kunjungan

nampak An. S sedang pilek dan terlihat beberapa kali menangis.

Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi

kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. S sebagai suatu

masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu L telah

mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi

yaitu penyuluhan terkait gizi seimbang, keluarga Bapak S memutuskan untuk

mengatasi masalah gizi kurang yang ada pada An. S.

Saat pertemuan ketiga Ibu L yang memiliki tingkat pendidikan sarjana muda dapat

menerima informasi terkait kesehatan An. S dengan mudah. Ibu L juga sudah

membawa An. S ke puskesmas sebelumnya bila sedang sakit. Pada saat

mahasiswa melakukan implementasi terkait menu gizi seimbang, Ibu L datang

dengan membawa kedua anaknya. Ibu L mengatakan tidak bekerja dulu demi

mengurus anak-anaknya dan memutuskan untuk mengatasi masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada pada An. S.

Pada kunjungan keempat, Ibu L meminta tolong kepada mahasiswa untuk

memfasilitasi kunjungan ke puskesmas karena An. S yang menderita batuk pilek

sejak 3 hari yang lalu. Kunjungan ini merupakan yang pertama kali karena Ibu L

baru berdomisili di Cisalak Pasar selama dua bulan. Ibu L mengaku menerima

masukan dari dokter dan petugas kesehatan namun merasa tidak senang dengan

cara penyampaian petugas terkait keadaan anaknya saat ini.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

34

Universitas Indonesia

Pada setiap kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga Bapak S,

tercium bau tidak sedap seperti bau buang air kecil di ruang tamu. Hal ini

mungkin disebabkan oleh rumah kontrakan yang saling berdempetan di gang

rumah sehingga sirkulasi udara dan ventilasi kurang. Secara umum, keadaan

rumah cukup tertata rapih, namun terkait adanya bau tersebut dapat disimpulkan

bahwa pola hidup bersih di dalam keluarga Bapak S kurang baik. Bila hal ini terus

dibiarkan tentu saja akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi di rumah.

Pada saat kunjungan selanjutnya, mahasiswa menjelaskan terkait gizi seimbang

dan triguna makanan kepada Bapak S. Saat evaluasi Bapak S dapat menyebutkan

kembali penjelasan yang telah diberikan. Bapak S mengatakan yang memberikan

makan kepada anak-anak adalah Ibu L. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten

dalam memberikan makanan kepada anak. Bapak S mengaku ingin memeriksakan

An. H terkait sakit flek paru yang pernah dideritanya namun saat ini kondisi

keuangan keluarga belum memungkinkan dikarenakan Bapak S yang belum

mendapatkan pekerjaan menetap.

Bapak S mengatakan sedang menunggu hasil lamaran pekerjaan yang sudah

dimasukkan dan berharap agar segera diterima dan bekerja menetap. Keluarga

Bapak S selalu mendiskusikan setiap masalah yang ada si dalam keluarga secara

bersama-sama. Komunikasi antara Bapak S dan Ibu L terlihat berjalan dengan

baik ketika mahasiswa berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga

adalah masalah gizi kurang yang terjadi pasa An. S, dan masalah kesehatan yang

belum pasti pada An. H. Stresor jangka panjang adalah masalah finansial.

3.2 Diagnosis Keperawatan

Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi,

dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S,

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan

dan perkembangan pada An. S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut,

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

35

Universitas Indonesia

didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.

Definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu adalah asupan

nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2012).

Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu

diantara tanda NANDA berikut, yaitu (a) berat badan kurang dari 20% atau lebih

dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, (b) asupan

makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi

tertentu, (c) kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, dan

(d) melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended

daily allowed (RDA).

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima

tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan

pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi An S ditandai dengan peningkatan BB. (1) Tujuan khusus 1 setelah

dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah gizi

kurang dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi

gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4

penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah

kurang gizi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu memutuskan untuk merawat

anggota keluarga dengan masalah kurang gizi; keluarga mampu menyebutkan 2

dari 3 akibat kurang gizi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan

masalah gizi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah

gizi kurang. (3) Tujuan khusus 3 setelah dilakukan kunjungan selama 4x45 menit

keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dengan

mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan

kembali definisi triguna makanan dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen

triguna makanan, menyusun jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

36

Universitas Indonesia

seimbang yang telah dijadwalkan, menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan

makanan, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik, me-

redemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, menyebutkan

definisi cemilan sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan sehat, 4 dari

7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus

4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi

dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan

mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5

prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,m enyebutkan 3 dari 4

lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. (5) Tujuan

khusus 5 keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk

meningkatkan gizi balita dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan

yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi

fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.

3.4 Implementasi Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah

kurang gizi pada balita. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi

masalah gizi kurang pada balita. Keluarga seharusnya dapat menyadari

pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan

baik, mengatur keuangan, menyediakan menu dengan gizi seimbang,

menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2011).

Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas

keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga

yang mempunyai masalah kurang gizi pada balita, keluarga diberikan informasi

mengenai cara merawat balita dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait

triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi

makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang,

penyusunan jadwal makan anak serta cemilan sehat untuk balita.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

37

Universitas Indonesia

Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai

pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan

gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Membantu keluarga untuk

mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk

memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.

Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah gizi kurang, yaitu

dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan bahan

makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar,

jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi

seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan anak, dan

cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan

dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar.

Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat

dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah

makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan.

Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi

fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.

Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang

penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan. Makanan

yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan

dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan

untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman

pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak

sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral

sebagai zat pengatur.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan,

kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

38

Universitas Indonesia

dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan

evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu L mengatakan gizi ialah zat makanan yang

dibutuhkan tubuh. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga,

pembangun dan pengatur. Ibu L mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu L mengatakan penyebab

gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu L

mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak

tidak ceria, dan lemas. Ibu L mengatakan An. S terlihat kurus, berambut tipis dan

kemerahan, sering menangis dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu L

mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan,

dan perkembangan.

Ibu L mengatakan ingin merawat An. S dengan masalah gizi kurang dengan mau

mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu L mengatakan cara mengatasi

kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai

porsi. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang

mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat

pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat

pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan

sayuran. Ibu L mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. S sesuai

kebutuhan. Ibu L mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci

tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru

dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja.

Ibu L mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya

terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu L mengatakan

manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan

nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu L mengatakan cemilan sehat adalah

makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu L menyebutkan tujuan cemilan

sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama bagi

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

39

Universitas Indonesia

anak yang sulit makan. Ibu L menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur

kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur

potong serta, puding. Ibu L menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki,

minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.

Ibu L mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan

sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk

hewani dan nabati. Ibu L mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau

makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang

menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu L mengatakan fasilitas terdekat

ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu L mengatakan manfaat ke pelayanan

kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan

informasi kesehatan. Ibu L mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab

masalah gizi kurang yang ada pada An. S.

Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterima

keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi

maupun melakukan demostrasi. Keluarga teerlibat aktif dalam diskusi. Keluarga

Bapak S, terutama Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda

gejala, dan akibat gizi kurang. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali

komponen triguna makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilihi bahan

makanan sesuai triguna makanan yang tepat. Pada kunjungan mendadak yang

dilakukan, Ibu L sedang menyuapi An. S dengan makanan yang terdiri dari nasi,

telur dan sayur sop yang mencakup kentang dan wortel. Pada kunjungan

mendadak selanjutnya, Ibu L juga terlihat mengolah makanan dengan tampilan

yang menarik, memasak telur dadar dicampur sayur bayam. Ibu L melaporkan

nafsu makan An. S semakin membaik dan beberapa kali menghabiskan makanan

yang diberikan. Ibu L mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan

sayur dan lauk dalam setiap kali makan. Pada posyandu saat kunjungan ke

puskesmas tanggal 18 Juni berat badan An. S naik menjadi 7,6 kg, dimana

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

40

Universitas Indonesia

menurut BB/U An. S masuk ke dalam kategori gizi kurang yakni diantara -2SD

dan -3SD. Hal ini menunjukkan perbaikan pada status gizi An. S.

Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat

menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5

telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. S telah teratasi ditunjukkan dengan

peningkatan berat badan, meskipun masih berada dalam masalah gizi, namun An.

S telah berubah statusnya dari gizi buruk menjadi gizi kurang.

Perawat memotivasi Ibu L untuk terus menyediakan makanan dengan gizi

seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna

makanan sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan

positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga

meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. S.

Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas

kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi

seimbang dan gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor yang

memicu gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala dari

gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat gizi kurang bila tidak

diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang.

Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan

contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan

makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk

anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak.

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai

untuk anak gizi kurang. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas

kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan gizi kurang. Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan gizi kurang.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

41

Universitas Indonesia

Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak S belum menerapkan gizi

seimbang terkait triguna makanan, ibu L hanya menyediakan satu jenis lauk

ketika makan. Mahasiswa melakukan intervensi terkait triguna makanan dan

menu gizi seimbang, dan pada saat kunjungan terlihat Ibu L telah menyediakan

makanan yang terdiri dari nasi dan lauk pauk berupa telur dadar, serta sayur sop.

Kunjungan berikutnya Ibu L mengatakan melakukan modifikasi dalam makanan

yaitu mencampurkan sayuran ke dalam telur yang akan dimasak. Ibu L

menerapkan pemenuhan asupan makanan yang mengandung triguna makanan.

Saat dilakukan evaluasi, Ibu L dapat menjelaskan kembali mengenai triguna

makanan dan contoh makanannya. Keluarga Bapak S terlihat melakukan

penyajian menu makan dengan gizi seimbang. Secara kognitif Ibu L dapat

memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk

menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga

dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas

kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk

merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang

mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan

fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian

keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh

data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga

menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,

keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga

melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

42 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktek

Kecamatan Cimanggis memiliki enam kelurahan dan 12 desa. Kelurahan

tersebut antara lain Kelurahan Pasir Gunung Selatan, kelurahan Tugu,

Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Curug, dan

kelurahan Harjamukti. Puskesmas Kecamatan Cimanggis digunakan sebagai

lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan

Cisalak Pasar.

Luas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2

dengan jumlah total penduduk

adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah

laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang; usia 5-14

tahun jumlah laki-laki 2112 orang dan jumlah perempuan 2036 orang; usia 16-

44 tahun jumlah laki-laki 6910 orang, perempuan 6645; usia 45-64 jumlah

laki-laki 2008 orang, dan jumlah perempuan 1877 orang; usia lebih dari 65

tahun dengan laki-laki berjumlah 324 orang sedangkan perempuan berjumlah

363 orang.

Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan Cisalak

Pasar adalah sebagai berikut 1863 orang belum sekolah, 861 orang tidak tamat

sekolah, 3508 orang tamat sekolah dasar, 3728 orang tamat SLTP, 4393 orang

tamat SLTA, 2005 orang tamat akademik dan 1487 orang tamat perguruan

tinggi. Sarana dan prasaran yang terdapat di Cisalak Pasar yaitu 2 Industri /

Pabrik, 2 kolam renang, dan 6 sekolah. Sedangkan fasilitas kesehatan yang

dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 1 balai pengobatan swasta, 3 praktek dokter

umum, 1 praktek dokter gigi, 2 apotik swasta, 1 labolatorium, 2 pengobatan

tradisional, 5 posbindu, 1 posyandu madya, 10 posyandu purnama dan 4

posyandu mandiri, serta 80 dari 110 kader yang aktif.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

43

Universitas Indonesia

Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW). RW 07 merupakan

salah bagian wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar. Wilayah RW 07 termasuk

salah satu RW teluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu

RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah

sebanyak 170 orang. Jumlah kader yang aktif sebanyak 12 orang. Mayoritas

penduduk di RW 07 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.

Keadaan pemukiman di RW 07 cukup padat, dengan mayoritas perumahan

merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri

dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang

lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik

pada sebagian rumah. Tidak ada tempat pembuangan sampah umum, dan

sebagian warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan

rumahnya.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 07 adalah praktik Bidan,

posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap

satu kali dalam sebulan. RW 07 memiliki tiga posyandu yaitu posyandu

flamboyan 1 di RT 01, posyandu flamboyan 2 di RT 07, dan posyandu

flamboyan 3 di RT 02.

Posyandu flamboyan I mengelola balita yang ada di RT 1 RW 1 Kelurahan

Cisalak Pasar. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih sebanyak 60

balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 11, kecuali jika tanggal tersebut

jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari

berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di salah satu rumah kader di RT 1

RW 7 dengan luas 2m x 1,5m. Kader di RT 01 ada sebanyak 5 orang,

termasuk Ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan adalah sosis instan,

wafer, dan biskuit. Pencatatan data balita yang paling baik terdapat pada

posyandu di falmboyan I.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

44

Universitas Indonesia

Posyandu flamboyan II meliputi balita yang berada di RT 3, 4, 5, 6, dan 7.

Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih 60 balita. Posyandu

dilakukan setiap tanggal 19, tetapi apabila bertepatan dengan tanggal merah

atau hari minggu, waktunya akan dimajukan sehari. Kader di posyandu ini ada

sekitar 6 termasuk ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan beragam

seperti telur rebus, bubur, biskuit, dan susu.

Posyandu flamboyan III yang membawahi pemeriksaan balita di RT 02 RW

07 biasa diadakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kader yang bertugas di

posyandu ini berjumlah 5 orang, setiap posyandu biasa dihadiri 3 hingga 5

kader. Kader mengatakan tidak memiliki data lengkap mengenai jumlah balita

dan usia balita di RT tersebut, kader hanya mengetahui berdasarkan

pengunjung posyandu dan berdasarkan balita yang mereka kenal. Menurut

kader jumlah balita yang biasa hadir setiap posyandu sekitar 40 hingga 50

balita, sedangkan jumah balita seluruhnya kurang lebih 60. Makanan

tambahan yang diberikan bergantian antara bubur kacang hijau, telur rebus

atau susu, kader mengatakan biasa memasak sendiri makanan tambahan yang

diberikan saat posyandu.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait

KKMP

Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada

faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah

kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu

penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat

berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan

timbal balik dengan permasalahan gizi.

Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status

ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

45

Universitas Indonesia

pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam

keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga

mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam

keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan

ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan

peningkatan terjadinya penyakit kronis. Potts & Mandleco (2007)

mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan

terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak

dihubungkan dengan kemiskinan.

Masalah gizi kurang pada balita terjadi karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya

terjadi karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat.

Kekurangan gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya

tingkat kecerdasan sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan

ancaman kematian.

Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.

Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat

komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa

yang akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat

terhadapa anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya

pembangunan masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa

masalah gizi tidak hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelososk

Indonesia, namun dapat juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat

perkotaan.

Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar

teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi

kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah

perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

46

Universitas Indonesia

masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW

07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan

memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit

terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk

menangkis penyakit.

Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi

pada populasi balita di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas

dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah

gizi pada balita sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko

kesehatan dan meningkatkan kesehatan balita. Keluarga memiliki peranan

yang sangat besar terhadap status gizi balita. Keluarga mempumyai peranan

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada balita karena keluarga yang

melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak.

4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang

berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervensi Unggulan dengan

Konsep dan Penelitian Terkait

Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang.

Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui

peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan

merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan

hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak,

protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin

dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan

keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI,

2010).

Hasil penelitian dari Hidayati (2011) mengatakan bahwa pendidikan keluarga

merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi pada balita karena

pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam memberikan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

47

Universitas Indonesia

asupan makanan dengan gizi seimbang pada balita. Depkes RI (2005)

mengemukanan bahwa unsur pendidikan berpengaruh pada kualitas

pengasuhan anak. Pendapat hampir sama dinyatakan oleh Soekirman (2006)

yang mengemukakan unsur pendidikan erat hubungannnya dengan

pengetahuan kesehatan dan praktik gizi.

Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh

mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait

gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa

melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan

penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan

sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi kurang.

Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang

mengandung gizi seimbang pada balita dapat terpenuhi. Penelititan yang

dilakukan oleh Scudder (2005) mengenai evaluasi nutrisi dan pertumbuhan

anak mengidentifikasikan bahwa faktor nutrisi pada anak dipengaruhi oleh

asupan makanan yang bergizi. Penelititan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ammaniti (2004) mengenai interaksi antara malnutrisi pada

anak dengan gangguan perilaku disfungsional ibu dalam memenuhi

kebutuhan gizi.

Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung

keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan balita dengan gizi

seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang

mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan

kebutuhan anak. Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak

balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau dapat dikatakan

apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang

dikonsumsi.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

48

Universitas Indonesia

Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi

yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi

seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang

mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat

pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak.

Zat tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan

dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada

dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera,

sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi

diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.

Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk

pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga

untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita

secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar.

Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap

status gizi balita.

Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan

mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-

organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan

fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang

larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang

larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium,

zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-

sel tubuh (Fitriyani, 2011).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

49

Universitas Indonesia

Makanan untuk balita harus memenuhi gizi yang seimbang dan mengandung

triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang.

Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi

makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat

gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari

harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi

balita (Depkes RI, 2010).

Pemberian makanan yang terbaik adalah dengan memperhatikan kandungan

zat gizi makanan dan terdiri dari menu gizi yang seimbang. Gizi seimbang

adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam

jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan Pedoman Gizi

Seimbang (PGS). Orang tua harus membiasakan dan mengajari balita

mengkonsumsi makanan sesuai prinsip PGS. PGS adalah susunan makanan

sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan memperhatikan empat

prinsip, yaitu variasi makanan, pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif

dan olahraga, serta pemantauan berat badan ideal (Depkes RI, 2010).

Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan

makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara

perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini

dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak

S nampak hanya memakan makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur

dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena kurangnya

variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi

pada keluarga tentang nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur

nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita.

Asupan makanan balita yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang

sehat dalam memberi asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi

pemenuhan gizi balita (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

50

Universitas Indonesia

bahan makanan akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh

keluarga, dengan pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan

makanan yang baik untuk keluarganya terutama anak balita.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki

pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali mempunyai anak dengan status gizi

normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik. Menurut

Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling

dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor

perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan

memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal

ini didukung oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi

kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga

balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah

standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat

diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan

Upaya mengatasi permasalahan gizi kurang pada balita secara multidisiplin

dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar setiap

komponen dalam masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab

masalah gizi kurang atau gizi lebih adalah multisektor. Masalah gizi pada

balita terjadi disebabkan banyak faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri

sendiri meliputi makanan, kesehatan, dan praktik perawatan.

Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara

berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi

masalah gizi kurang yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan

melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait gizi seimbang

pada balita. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

51

Universitas Indonesia

program terutama terkait masalah gizi pada balita diperlukan agar hasilnya

dapat dilihat secara nyata.

Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas

kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang

berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat

agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu

adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait gizi

seimbang dan pengaktivan kegiatan posyandu lima langkah. Kader dapat

memberikan penyuluhan terkait gizi dalam fungsi posyandu di langkah

kelima.

Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina

keluarga, mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan

dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah

dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan

berkesinambungan. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi

kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan

terkait masalah gizi yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap

bulan.

Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan

dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu

melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas

kesehatan secara rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat

badan anak sampai anak menginjak usia lima tahun.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

52 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat

perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah

kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, salah satu

diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah

pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan.

Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi

ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Kemiskinan menjadi salah

satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Kemiskinan di perkotaan

dikaitkan dengan faktor ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-

hari, termasuk diantaranya kebutuhan akan makanan.

Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07

bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga

yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Berdasarkan lokakarya

mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah

balita yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan

upaya screening pada kegiatan posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk

menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak

lanjut.

Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga

bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan

masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi

balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada

keluarga Bapak S, khususnya An S. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada

An S seperti tampak kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta

IMT berada di bawah persentil -3SD dimana termasuk dalam kategori gizi buruk

(Kemenkes, 2011).

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

53

Universitas Indonesia

Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan

dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan

terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu makanan dengan

gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan

intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya

pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita. Keluarga diharapkan dapat

menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai

salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama

7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An S, dan

didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons, yaitu dari 7,2

kg menjadi 7,6 kg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak S saat ini berada pada

tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan

upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.

5.2 Saran

5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas

Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi balita dan

penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita agar

disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus disesuaikan

dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampain informasi

dapat berjalan optimal. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu

mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan balita yang berisiko tinggi memiliki

masalah gizi melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan,

serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah

gizi kurang pada balita.

5.2.2 Keluarga

Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan status

gizi balita melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan,

memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

54

Universitas Indonesia

Keluarga diharapkan dapat memberikan makanan yang bervariasi dengan menu

seimbang setiap harinya pada anak yang terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk

pauk, dan buah dengan memperhatikan selera makan anak. Keluarga sebaiknya

berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan balita dan

menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui

terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi balita.

5.2.3 Masyarakat/Kader

Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian

penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada balita dalam kegiatan

posyandu. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima langkah yang sesuai

sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai gizi kepada

ibu-ibu dengan anak balita. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait

masalah gizi yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga

kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Cimanggis. Adanya

pencatatan tentang masalah balita dengan gizi kurang tersebut dapat dijadikan

acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah gizi dapat segera diatasi.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.

(5th

ed). Philadelphia : Lippincott.

Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing:

promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : Lippincott

Williams & Wilkins.

Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:

Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta

Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 1 Juli 2013.

Universitas Diponegoro. http://elearning.undip.ac.id

Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan : Buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset kesehatan dasar

2007. Balitbangkes.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010). Riset kesehatan dasar

2010. Balitbangkes.

Brown, Judith. (2005). Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional

pangan dan gizi 2006-2010. Bappenas.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2008). Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan

2008. Jakarta. 1 Juli 2013. http://daps.bps.go.id.

Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (6-

23 bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar

Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, Depok.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan

Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010

tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.

http://www.yanmedik.depkes.go.id.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Universitas Indonesia

Departemen Kesehatan RI & Pakar Institut Danone (2011). Sehat dan bugar

berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta:

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. http://www.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

(2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak

dipublikasikan.

Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik

dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi

kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.

Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas,

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,

theory and practice. (4th

ed). California: Appleton and Lange.

Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik

keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan

Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan

Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,

Depok.

Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:

caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing

Company.

Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi

dengan status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Universitas Indonesia

Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status

gizi balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program

Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan Rekomendasi Teknis Pembangunan Sosial

Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tesso Nilo. Pekanbaru: WWF

AREAS Riau Conservation Program.

Jumadil. (2010). Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita

(BB/U) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Selatan tahun 2010.

Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, Depok.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian

makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi

anak. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Khomsan, Ali dkk. (2000). Manajemen penelitian bidang pangan dan gizi

masyarakat. Jakarta: Project CHN III Direktorat Pendidikan dan Gizi IPB.

Kozier, Erb et al. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and

practice. (7th

ed). New Jersey: Pearson.

McEwen, Melanie. (1998). Community based nursing an introductions.

Philadelphia: W. B. Saunders Company

Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th

ed).

Philippine : Argonauta Corporation.

Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein,

dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin

Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik

lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat

puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Universitas Indonesia

Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008).

Tidak dipublikasikan.

Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Pediatric nursing: caring for children and their

families. 2th

edition. Canada: Thomson Delmar Learning.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice.

Philadelphia: WB. Saunders.

Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th

ed). St Louis

United States: Mosby Inc.

Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan

manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Susenas. (2004). Status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat,

dan kesehatan lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI.

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperwatan anak. Jakarta : EGC.

UNICEF. (1990). The state the world children 1990. Oxford University Press.

United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a

Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013.

http://mdgs.un.org.

Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan

keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta

Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia, Depok.

Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta:

EGC.

Zeitlin, Marian. (1990). Peran pola asuh anak, pemanfaatan hasil studi

penyimpangan positif untuk program gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII. Jakrta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

PENGKAJIAN KELUARGA

A. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Bapak S

2. Pekerjaan : Wiraswasta

3. Alamat : Jln. Radar Auri RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis Depok

4. Komposisi keluarga:

No Nama JK Hub.dgan KK Umur Pendidikan Ket

1.

2.

3.

4.

Bapak S

Ibu L

An H

An S

L

P

L

P

Kepala keluarga

Istri

Anak kandung

Anak kandung

31 tahun

30 tahun

5 tahun

17 bulan

SMK

D3

-

-

Genogram:

Keterangan genogram :

1 Bapak S (30 tahun)

2 Ibu L (30 tahun)

Keterangan :

3 An H (5 tahun)

4 An S (17 bulan)

4 3

1 2

laki-laki

perempuan

entry point

-------- tinggal satu rumah

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

Keterangan :

Bapak S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak S tidak memiliki riwayat sakit

tertentu. Bapak S merasa dirinya sehat dan tidak memiliki keluhan sakit apa-apa. Terkadang

Bapak S hanya merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai bekerja, dan istirahat agar

badannya kembali fit.

Ibu L merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ibu L tidak memiliki riwayat penyakit

berat sebelumnya. Ibu L pernah menderita solusio plasenta ketika hamil An S. Ibu memiliki

keluhan terhadap penggunaan KB dan bingung memilih KB yang cocok untuk dirinya,

An H merupakan anak pertama dari keluarga Bapak S. An H memiliki riwayat penyakit flek

paru setahun yang lalu dan putus obat setelah 2 bulan karena berpindah dari tempat

pengobatan di Tegal.

An S merupakan anak kedua dari keluarga Bapak S, dan menjadi entry point dalam asuhan

keperawatan keluarga. An S memiliki riwayat kelahiran prematur. Sejak bayi BB An S susah

untuk naik. Saat ini An S mengalami masalah gizi buruk.

5. Tipe keluarga

Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya

terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An L.

6. Latar belakang budaya

Keluarga Bapak S mempunyai latar belakang budaya Jawa Tengah, Bapak S berasal dari Solo

sedangkan Ibu S berasal dari Yogyakarta. Bapak S sejak kecil tinggal di Solo, namun setelah lulus

SMK memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbeda dengan Ibu L yang sejak kecil telah lahir

dan menetap di daerah Cempaka Putih. Ibu L mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu

yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Namun

Ibu L mengatakan telah terbiasa melakukan terapi pemijatan tradisional pada An S sejak masih

bayi hingga saat ini. Ibu L merasa An S menjadi lebih sehat setelah dilakukan pemijatan.

7. Agama

Keluarga Bapak S menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa,

dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu L tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian di RT

dikarenakan pekerjaan Bapak S yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu L yang harus menjaga serta

mengurus kedua anaknya.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

8. Status sosial ekonomi

Bapak S memiliki pekerjaan yang tidak menetap. Ibu L mengatakan Bapak S sebelumnya bekerja

di proyek bersama temannya di daerah Pondok Gede, namun telah selesai dan memutuskan untuk

pindah ke Depok. Bapak S mengatakan saat ini sedang merintis usaha angkringan bersama

temannya di pinggir jalan radar auri, dan mulai bekerja pada sore hari. Ibu L juga mengatakan saat

ini Bapak S sedang mendapat panggilan kerja. apabila diterima bekerja, Bapak S akan bekerja di

tempat yang baru pada pagi hari, dan sore harinya berdagang. Penghasilan Bapak S tidak terkaji

dengan lengkap, namun Ibu L mengatakan penghasilan yang dimiliki cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari, yaitu sekitar Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L mengaku, sebelum

An S lahir turut bekerja untuk membantu pendapatan keluarga, namun saat ini belum bisa bekerja

lagi, dan hanya berjualan pakaian melalui online shop dengan penghasilan yang tidak menentu.

9. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Bapak S jarang pergi berekreasi bersama karena pekerjaan Bapak S sebelumnya yang

cukup menyita waktu. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa dilakukan adalah berkunjung ke

rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah. Keluarga Bapak S

lebih sering menghabiskan waktu makan bersama di rumah.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

10. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga pra

sekolah, dimana anak pertama Bapak yaitu An H saat ini berumur 5 tahun 6 bulan.

11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga pra sekolah meliputi memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru

sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan

kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah mensosialisasikan anak, dan

menanamkan keyakinan beragama. Hal ini terlihat dari An H yang kurang dapat bersosialisais

dengan orang lain, belum dapat berbicara secara lancar, dan lebih banyak diam ketika ditanya.

Ibu L juga mengatakan An H sering diolok-olok oleh keluarga lain karena belum dapat berbicara,

dan bila berbicara tidak jelas sehingga An H menjadi tidak banyak bicara. Keluarga Bapak S juga

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

belum mengajarkan An H tentang cara beribadah dikarenakan anak yang belum mengerti dan

belum dapat menerima pendidikan terkait agama.

12. Riwayat kesehatan keluarga inti

Bapak S merupakan pendatang baru di Jakarta dan merantau untuk mencari pekerjaan. Bapak S

bersala dari Solo. Ibu L telah lama tinggal dan menetap di Cempaka Putih bersama orang tuanya.

Pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Mereka kemudian

berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk berpasaran dan kemudian menikah

pada tahun 2006. Pada tahun 2007 lahir anak H, dan tahun 2011 lahir anak S.

Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak S mengaku tidak

merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya menjaga kesehatan

karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.

Ibu L mengatakan merasa bobot tubuhnya semakin bertambah ketika rutin melakukan KB suntik

per tiga bulan. Ibu L mengaku sudah pernah menggunakan KB spiral namun tetap hamil An S,

lalu kemudian mengganti dengan KB suntik. Saat ini Ibu L berencana untuk menggunakan KB

implant namun belum sempat mengurus dan menyocokkan dengan jadwal menstruasinya. Ibu L

terkadang mengalami batuk pilek seperti saat ni, bila An S sedang sakit, dan merasa mudah

tertular ketika kondisi tubuhnya sedang tidak baik.

Menurut Ibu L, sejak putus obat setahun yang lalu, An H tidak memiliki masalah kesehatan

seperti batuk, namun BB An H sangat susah untuk naik. An H saat ini masih sering berkeringat

di malam hari, namun sudah cukup berkurang dibandingkan sebelumnya. An H juga terlihat

belum dapat berbicara banyak dan secara jelas, bila diajak berbicara, An H lebih banyak diam

dan tidak menjawab.

Melalui Ibu L, diketahui An S diketahui memiliki BB yang susah naik. Ibu L mengatakan An S

memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai memakan cemilan. An S lebih

sering tidak menghabiskan makanan pokok yang diberikan. Saat ini An S juga semakin rewel

dan sering menangis. An S juga tidak begitu menyukai susu formula, dan biasanya hanya

menghabiskan setengah atau paling banyak 80 cc susu formula yang diberikan sebanyak 100 cc.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Baik orang tua dari Ibu L maupun Bapak S tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, maupun

diabetes mellitus. Ibu L mengatakan Ayahnya memiliki riwayat asam urat, sedangkan ibunya

tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat hingga saat ini. Bapak S dan Ibu L telah

menikah selama 6 tahun. Bapak S mengatakan dirinya tidak memiliki keluhan penyakit, namun

pada saat masih kecil Bapak S pernah dibawa berobat karena memiliki kepala dan perut yang

besar namun kaki tangan kecil.

Ibu L mengatakan sampai saat ini dirinya tidak memiliki keluhan penyakit. Saat usia kehamilan

anak kedua, An S memasuki 31 minggu Ibu L sempat mengalami perdarahan dan mendapat

diagnosa solusio plasenta sehingga harus segera melakukan operasi caesar untuk melahirkan.

Melalui Ibu L, diketahui An H memiliki riwayat penyakit flek paru atau TB pada saat tinggal di

Tegal, kampung halaman Ibu L. An H mendapat diagnosa TB paru lebih dari setahun yang lalu

sebelum Ibu L pindah ke Jakarta. Saat di kampung, An H mendapat terapi obat, namun putus

obat karena pindah rumah. Ibu L mengatakan An H hanya mengkonsumsi obat tersebut selama

kurang lebih 2 bulan lamanya. Menurut Ibu L, An H tidak memiliki keluhan batuk-batuk, dan

jarang sakit selama ini, hanya saja BB An H tidak naik-naik dan sebelumnya sering berkeringat

di malam hari hingga bajunya basah. Ibu L mengaku kurang memahami terkait pengobatan

penyakit yang diderita An H.

Terkait An S, Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr di rumah sakit

Cipto Mangunkusumo. An S kemudian dirawat secara intensif selama satu bulan dan BB An S

hanya naik 200 gr. Keluarga Bapak S memutuskan untuk membawa pulang An S secara paksa

untuk dirawat di rumah karena kondisi keuangan yang sudah tidak memungkinkan. Bapak S

mengatakan setelah dibawa ke rumah, BB An S sempat naik dan bahkan mencapai 3 kg. Namun

setelah usia An S menginjak satu tahun, BB An S menjadi susah untuk naik dan bila naik hanya

sedikit saja.

C. Lingkungan

14. Karakteristik rumah

Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah kontrakan. Rumah Bapak

S memiliki 3 bagian, yaitu bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga berfungsi sebagai

ruang keluarga untuk menonton televisi, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga

menggunakan model toilet jongkok. Bapak S mengatakan jarak septic tank dengan sumber air

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

sekitar 15 meter. Rumah Bapak S juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya digunakan

untuk menjemur pakaian. Lantai rumah terbuat dari ubin dan keramik. Ventilasi udara dan sinar

matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air

yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air

adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong

sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann

rumah cukup tertata rapih namun tercium bau tidak sedap, seperti bau bekas BAK. Sirkulasi

udara juga kurang baik karena jendela tidak dapat dibuka.

Denah rumah:

15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW:

Keluarga Bapak S merupakan pendatang baru di lingkungan tempat mereka tinggal sekarang.

Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Jawa sehingga keluarga

Bapak S mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu dari tetangga Ibu L tampak

sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari,. Namun Ibu L mengaku jarang

berkumpul karena mengurus An S dan kurang suka bila saat berkumpul hanya membicarakan

orang lain. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak S tampak harmonis. Lingkungan RT

tempat tinggal keluarga Bapak S merupakan lingkungan yang cukup padat, sebagian kecil

Kamar tidur

Kamar

mandi

Dapur

Teras depan

Ruang tamu

Keterangan:

: jendela

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

termasuk keluarga Bapak S memiliki tempat tinggal yang berada di pinggir jalan raya, dan

memiliki kegiatan RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian,

arisan dan lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 12 orang

sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.

16. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Bapak S sebelumnya tinggal di Pondok Gede dan baru pindah sekitar dua bulan

lamanya di Cisalak Pasar. Ibu L sejak kecil tinggal di rumah orang tua yang berada di Cempaka

Putih. Sedangkan Bapak S sebelumnya menikah tinggal di rumah orang tua yang berada di Solo

kemudian ketika lulus SMK merantau ke Jakarta. Sejak menikah dengan Ibu L, Bapak S yang

sebelumnya bekerja di Pondok Gede tinggal di dekat tempat Bapak S bekerja. Namun setelah

selesai kontrak dengan pekerjaannya, keluarga Bapak S selanjutnya memutuskan untuk pindah ke

Depok. Bapak S beraktivitas di luar rumah dengan jadwal yang tidak tetap tetapi biasanya di sore

hari. Ibu L saat ini tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. Kegiatan sehari-hari Ibu L adalah

mengurus anak-anak di rumah.

17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Bapak S tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang usianya

masih kecil mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul di rumah. Menurut Ibu

L saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil menonton televisi dan bermain

bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu L mengaku tidak mengikuti pengajian dan arisan di

lingkungan RT maupun RW dikarenakan belum terlalu mengenal masyarakat sekitar dan terlalu

sibuk mengurus anak-anak. Begitu pula dengan anak-anak Bapak S lebih banyak menghabiskan

waktu di rumah dan jarang bermain dengan tetangga sekitar rumah. Ibu L mengatakan tidak

senang bila berkumpul dengan tetangga kemudian diajak membicarakan orang lain, dan lebih

memilih untuk di rumah saja. Namun demikian, Ibu L tetap menjalin silaturahmi dan menjaga

hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama lain.

18. Sistem pendukung sosial keluarga

Bapak S yang sedang merintis usaha angkringan dan mencari pekerjaan, dibantu oleh Ibu L yang

juga sedang mencari pekerjaan, dan melakukan usaha online shopping untuk membantu finansial

keluarga. Selain itu, keluarga Ibu L, yaitu kakak-kakak Ibu L yang tinggal di Jakarta siap

membantu bila dibutuhkan.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

D. Struktur Keluarga

19. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah

maka akan diselesaikan bersama. Ibu L mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan

menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi

permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu L sama-sama dekat dengan kedua anaknya, dan sering

berkomunikasi ketika waktu senggang.

20. Struktur kekuatan keluarga

Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak S selaku kepala keluarga. Namun

terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak S maka Ibu L yang mengambil

keputusan terutama bila terkait urusan anak. Hal tersebut terjadi bila Bapak S sedang tidak ada di

rumah dan terkait keseharian anak-anak yang lebih banyak dengan Ibu L.

21. Struktur peran

Bapak S adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala

keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan, namun peran sebagai pencari nafkah utama

keluarga belum dapat dijalankan oleh Bapak S yang baru saja habis kpntrak dengan

pekerjaannya. Ibu L sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu

mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya. Ibu L juga saat ini menjalankan peran

sebagai pencari nafkah untuk membantu keuangan keluarga dengan melakukan usaha online

shopping, dan mulai mencari pekerjaan lagi.

22. Nilai, norma dan budaya

Keluarga Bapak S tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak S

maupun Ibu L berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari

keseharian keluarga. Bapak S mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam

hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang

dianut keluarga Bapak S adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh

Bapak S mengaku mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Sementara Ibu L

menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa disamakan

dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma

keluarga yang bertentangan dengan kesehatan secara umum.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

E. Fungsi Keluarga

23. Fungsi afektif

Ibu L mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan Ibu L

saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas satu sama lain.

Ibu L terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ibu L,

yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena Ibu L lebih banyak menghabiskan

waktu dengan anak-anak. Namun bila Ibu L sedang ada urusan dan pergi, Bapak S yang menjaga

anak-anak dan Bapak S terlihat cukup sabar mengurus anak-anak. Bukti bahwa anggota keluarga

saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-

masing.

24. Fungsi sosialisasi

Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bapak S mengatakan

sering mengajak anak-anak bermain dan berjalan-jalan bila ada waktu senggang. Sosialisasi

anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti kegiatan yang

ada di RW tetapi Ibu L mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An H tidak memiliki teman

sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain di

rumah. Sedangkan An S yang masih berusia 17 bulan terlihat sering menangis bila ditemui orang

baru. Ibu L mengatakan An S kurang bersosialisasi sehingga kurang nyaman bila ada orang baru.

Hal ini karena lingkungan tempat tinggal sebelumnya yang sepi dan membuat An S hanya

mengenal anggota keluarganya saja.

25. Fungsi perawatan kesehatan

Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L

mengatakan berat badan An S sangat susah untuk naik sejak dulu karena nafsu makan An S yang

kurang. Ibu L mengatakan An S lahir prematur dan sejak lahir berat badannya susah untuk naik.

Ibu L menyebutkan bahwa penyebab An S kurus adalah kesulitan makan, An S lebih menyukai

memakan makanan selingan dibandingkan dengan makanan pokok. Menurut Ibu L An S juga

tampak rewel dan sering menangis dan An S terlihat takut untuk berjalan serta kurang

bersemangat. Menurut Bapak S, waktu dulu dirinya masih kecil, pernah dibawa untuk berobat

karena badannya yang kurus tetapi kepala dan perutnya yang besar. Bapak S mengatakan

sewaktu bayi An S pernah memiliki berat badan 3 kg namun semakin bertambah usia, berat

badan semakin susah untuk naik. Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam memberikan

An S makan.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L

mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai. Ibu L mengatakan selalu

menyediakan makanan selingan seperti biskuit dan wafer untuk An S. Saat ini, An S juga masih

aktif menyusui, ditambah dengan susu formula, namun jumlahnya tidak menentu. Ibu L mengaku

An S memang memiliki mood yang berubah-ubah pada waktu makan, terkadang habis namun

lebih sering tidak habis saat memakan makanan pokok. Ibu L merasa bingung bagaimana agar

berat badan An S bisa naik.

An H diketahui memiliki riwayat flek paru atau TB kurang lebih setahun yang lalu. Ibu L dan

Bapak S mengaku tidak memiliki penyakit paru, bahkan Bapak S pun tidak merokok. Namun,

Ibu L memiliki saudara yang memiliki riwayat TB paru dan seorang tante yang sempat dioperasi

karena penyakit meningitis. An H didiagnosa menderita TB paru saat Ibu L tinggal di Tegal dan

sempat mengkonsumsi obat selama dua bulan lamanya. Namun ketika keluarga Bapak S

memutuskan untuk pindah ke Jakarta, pengobatan An H tidak dilanjutkan, putus obat. Ibu L

mengatakan tidak mengetahui tentang dampak dari penyakit TB yang didertia An H namun baik

Ibu L dan Bapak S merasa berat badan An H tidak naik-naik. Ibu L mengaku selama ini An H

jarang sakit, bahkan hampir tidak pernah batuk pilek.

Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan apa-apa dan selama ini merasa cukup sehat. Bapak

S terkadang hanya merasa kecapean atau pegal-pegal setelah bekerja. Kemudian istirahat untuk

menghilangkannya. Di sisi lain Ibu L juga tidak memiliki keluhan masalah kesehatan. Namun

merasa berat badannya semakin bertambah karena KB suntik yang telah dilakukannya selama ini.

Sebelumnya Ibu L mengaku menggunakan KB spiral, tapi kemudian kebobolan dan hamil An S.

Selanjutnya sampai saat ini, Ibu L menggunakan KB suntik secara rutin. Ibu L ingin mencoba

menggunakan KB implant namun belum sempat memasang. Sebelumnya pernah akan memasang

tetapi tidak jadi

F. Stress dan Koping Keluarga

26. Stressor Jangka Panjang

Ibu L mengatakan sejak Bapak S yang baru berhenti bekerja dan belum memiliki pekerjaan tetap

merupakan stresor jangka panjang bagi keluarga. Bapak S mengatakan penghasilannya tidak

menentu dan sedang menunggu panggilan kerja sampai saat ini. Bapak S mengaku, saat ini Ibu L

sedang mencari pekerjaan juga, jadi bila salah satu dari merka mendapat pekerjaan duluan maka

yang lainnya mengalah untuk menjaga dan mengurus anak-anak di rumah. Ibu L mengatakan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

mungkin kondisi pekerjaan yang tidak tetap tersebut memicu keadaan emosional Bapak S

menjadi labil karena kondisi keuangan yang tidak menentu.

27. Stressor Jangka Pendek

Ibu L mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah kondisi kesehatan

kedua anaknya. Baik An S maupun An H memiliki berat badan yang susah naik sehingga

membuat Ibu L merasa bingung. Ditambah lagi dengan riwayat penyakit TB yang pernah

didertita An H. Baik Bapak S maupun Ibu L ingin memeriksakan kesehatan An H dan An S

namun masih terhambat oleh faktor biaya.

28. Koping yang Digunakan

Untuk stresor jangka panjang, koping yang dilakukan keluarga adalah mencoba membicarakan

masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ibu L mengatakan dirinya mencoba lebih bersabar

dan mengerti keadaan suaminya yang mungkin juga tidak diinginkan oleh Bapak S. Ibu L

mengatakan sesekali mencoba berbicara mendiskusikan masalah tersebut dengan Bapak S.

Untuk stresor jangka pendek, koping yang digunakan keluarga adalah mencoba mengumpulkan

uang, dan berusaha untuk merawat An S dan An H dengan lebih baik lagi. Ibu L juga mau

menerima masukan serta berbagi ilmu terkait masalah yang dihadapinya saat ini. Begitu juga

dengan Bapak S yang mau membantu dan menasehati Ibu L agar lebih telaten lagi dalam

memberikan makanan kepada anak-anak.

G. Harapan keluarga terhadap perawat

Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat

terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga sehingga

keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.

H. Pemeriksaan Fisik

Jenis

pemeriksaan

Bapak S Ibu L An H An S

Suhu 36,5 o

C 36 oC 36,4

o C 36

o C

Nadi 76 x/menit 72 x/menit 80 x/menit 84 x/menit

RR 20 x/menit 20 x/menit 22 x/menit 24 x/menit

TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg 100/70 mmHg 90/60 mmHg

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

BB 60 kg 50 kg 11 kg 7,2 kg

TB 168 cm 154 cm 100 cm 76 cm

Kepala tidak ada lesi,

penyebaran rambut

merata, rambut

lurus hitam

tidak ada lesi,

penyebaran rambut

merata, rambut lurus

hitam, agak rontok

tidak ada lesi,

penyebaran rambut

merata, rambut

lurus hitam

tidak ada lesi,

rambut tipis agak

kemerahan

Mata konjungtiva tidak

anemis, pupil bulat

isokor

konjungtiva tidak

anemis, pupil bulat

isokor

konjungtiva tidak

anemis, pupil bulat

isokor

konjungtiva anemis,

pupil bulat isokor

Telinga tidak ada keluhan,

bersih

tidak ada keluhan,

bersih

tidak ada keluhan,

bersih

tidak ada keluhan,

bersih

Hidung tidak ada keluhan,

tidak ada sekret

tidak ada keluhan,

tidak ada sekret

tidak ada keluhan,

tidak ada sekret

tidak ada keluhan,

ada sedikit sekret

Mulut dan gigi gigi masih utuh dan

lengkap

gigi masih utuh dan

lengkap

gigi utuh, terdapat

sedikit karies gigi

gigi berjmlah 14, ada

2 gigi yang baru

tumbuh

Leher tidak ada

pembesaran

kelenjar getah

bening

tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening

tidak ada

pembesaran

kelenjar getah

bening

tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening

Dada/thorax tidak ada

pembesaran, ronkhi

(-), wheezhing (-)

S1 & S2 normal

tidak ada

pembesaran, ronkhi

(-) dan wheezhing (-)

S1 & S2 normal

tidak ada

pembesaran, ronkhi

(-) dan wheezhing

(-) S1 & S2 normal

tidak ada

pembesaran, ronkhi

(+) dan wheezhing (-

) S1 & S2 normal

Abdomen tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan,

BU (+)

tidak ada keluhan,

BU (+)

Ekstremitas tidak ada keluhan,

deformitas (-)

tidak ada keluhan,

deformitas (-)

tidak ada keluhan,

deformitas (-)

tidak ada keluhan,

deformitas (-)

Kulit tidak ada keluhan,

turgor kulit normal

tidak ada keluhan,

turgor kulit normal

tidak ada keluhan,

turgor kulit normal

kulit agak kering,

terdapat benjolan

kecil di paha kiri

dekat dengan

lipatan paha

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

ANALISA DATA

No. Data Diagnosa Keperawatan

1. DS:

Ibu L mengatakan BB An S sejak lahir susah untuk naik

Ibu L mengatakan An S lebih menyukai memakan

makanan cemilan dibandingkan dengan makan nasi

Ibu L mengatakan belum melakukan apa-apa untuk

mengatasi BB An S yang susah naik

Ibu L mengatakan An S memiliki mood yang berubah-

ubah saat makan, bila sedang mood akan menghabiskan

nasi dan lauk pauk sebanyak 10 sendok teh, namun lebih

sering hanya makan sebanyak 5-6 sendok teh

Ibu L mengatakan An S masih menyusui namun tidak

tahu pasti apakah ASI masih produksi atau tidak

Ibu L mengatakan An S rutin memakan cemilan dan

selalu meminta cemilan setiap hari

Ibu L mengatakan bila dibuatkan susu formula, An S

hanya menghabiskan paling banyak 80 ml dari 100 ml

susu, dan tidak pernah habis

Ibu L mengatakan An S cukup menyukai sayuran, namun

tidak menyukai buah-buahan

Ibu L merasa An S semakin rewel dan sering menangis

saat ini

Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam

memberikan makan pada anak

Bapak S mengatakan waktu dirinya kecil pernah

mengalami gizi buruk

Bapak S mengatakan An S pernah gemuk saat madsih

bayi, namun semakin bertambah usia berat badan susah

naik

DO:

BB An S 7,2 kg Usia :17 bulan

BB/U dibawah – 3SD kategori gizi buruk

TB : 76 cm TB/U normal

BB/TB -3SD

LILA 9,5 cm kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3

SD

Hasil dari BB dan usia An S pada kartu KMS berada di

bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi

buruk.

An S nampak kurus, persebaran rambut merata, namun

tipis dan kemerahan

An S terlihat lemas, sering menangis

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

pada An S

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 1

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

Konjungtiva anemis

Kulit An S agak kusam dan kering

2. DS:

Ibu L mengatakan An S cukup sering mengalami batuk

dan pilek

Ibu L mengatakan An S pernah di uap ketika sedang pilek

waktu dulu

Ibu L mengaku belum memberikan apa-apa dan An S

telah pilek selama 3 hari

Ibu L mengaku malah tertular pilek dari An S

Ibu L mengatakan karena tidak enak badan, An S menjadi

susah makan

Ibu L mengatakan ingin ke puskesmas namun belum

pernah dan tidak tahu jalan

DO:

RR 30x/menit

An S terlihat sesekali batuk dan pengeluaran cairan dari

hidung (+)

An S terlihat semakin rewel

Terdapat ronkhi di kedua lapang paru

Nafas An S berbunyi

An S terlihat menggunakan otot bantu nafas

Retraksi dinding dada (-)

Risiko ketidakefektifan

bersihan jalan nafas pada An

S

3. DS:

Ibu L mengatakan An S belum dapat berjalan karena

takut

Ibu L mengatakan untuk berdiri An S keliahatan takut

Ibu L menyadari anak-anaknya terlambat dalam

perkembangan tapi tidak terpikir harus melakukan apa

Ibu L mengatakan belum pernah melatih An S untuk

berjalan, hanya mebiarkan An S berdiri dan berpegangan

dengan perabotan

DO:

Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan

pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An S hanya

dapat melakukan 4 dari 10 indikator instruksi yang ada.

Kemampuan gerak kasar An S mengalami keterlambatan

perkembangan terlihat dari 4 indikator yang belum dapat

dilakukan

An S tampak belum dapat berjalan

An S terlihat lemah dan kurang aktif

Keterlambatan pertumbuhan

dan perkembangan pada An

S

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 2

SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

SKORING MASALAH

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S

Kriteria Skor Angka

tertinggi

Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah:

aktual

3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada

An S ditandai dengan badan

An S yang kurus, berat badan

An S 7,2 kg umur 17 bulan,

dan susah naik sejak dahulu,

bila naik pun hanya 1 ons serta

keadaan An S yang rewel.

Kemungkinan

masalah untuk

diubah: mudah

2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu L mengatakan nafsu

makan An S berubah-ubah

tergantung mood, terkadang

makan banyak namun sering

tidak habis. An S lebih

menyukai makanan selingan

dibandingkan makanan pokok.

Potensi

masalah untuk

dicegah: tinggi

3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan

telah berlangsung cukup lama

lebih dari 6 bulan. Namun usia

An S yang masih balita, dapat

diubah tergantung dari pola

asuh orang tua, terutama Ibu L

Menonjolnya

masalah :

segera

ditangani

2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa

masalah pada An S harus

segera ditangani.

Total 5

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S

Kriteria Skor Angka

tertinggi

Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah:

Aktual

3 3 1 3/3 x 1 = 1 Ibu L mengatakan An S cukup

sering mengalami batuk pilek,

dan saat ini sedang mengalami

batuk pilek, An S menjadi

semakin resel dan susah

makan

Kemungkinan

masalah untuk

diubah:

sebagian

1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu L

belum melakukan apa-apa

untuk mengatasi masalah,

hanya mengajak An S, Ibu

mengaku malah ikut tertular

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 2

SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

Potensi

masalah untuk

dicegah: cukup

3

3

1

3/3 x 1 = 1

Masalah sudah terjadi

berulang dan telah terjadi

selama 3 hari

Menonjolnya

masalah :

segera

ditangani

2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa

masalah pada An S harus

segera ditangani.

Total 4

3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S

Kriteria Skor Angka

tertinggi

Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifat masalah:

risiko

2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Ibu L mengatakan An S belum

dapat berjalan di usianya yang

telah 17 bulan, bahkan untuk

berdiri masih terlihat takut

Kemungkinan

masalah untuk

diubah:

sebagian

1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu L

belum melakukan apa-apa

untuk mengatasi masalah,

hanya mengajak An H untuk

mengobrol dan memotivasi

An S untuk berjalan.

Potensi

masalah untuk

dicegah: cukup

1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah sudah terjadi cukup

lama dan An S seharusnya

sudah dapat berjalan.

Menonjolnya

masalah :

segera

ditangani

2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa

masalah pada An H dan An S

harus segera ditangani.

Total 3

PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S

3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi

Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi 1. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada

keluarga Bpk S,

khusunya An S

Setelah dilakukan

pertemuan

sebanyak 6 kali

kunjungan,

keluarga mampu

memenuhi

kebutuhan nutrisi

An S ditandai

dengan peningkatan

BB.

1. Setelah 1 x 45 menit

pertemuan, keluarga

mampu mengenal

masalah gizi kurang,

dengan mampu:

1.1 Menyebutkan

definisi gizi

1.2 Menyebutkan

definisi gizi

Respon

verbal

Respon

verbal

Keluarga menyebutkan

gizi yaitu zat-zat yang

ada di dalam makanan

yang diperlukan tubuh

untuk kelangsungan

kehidupan.

Keluarga menyebutkan

gizi kurang adalah suatu

keadaan dimana tubuh

1.1.2 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

pengertian gizi

1.1.3 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai gizi

1.1.4 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai pengertian gizi dengan

menggunakan media leaflet dan

lembar balik 1.1.5 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan 1.1.6 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti

1.1.7 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan 1.1.8 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

arti kurang gizi

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

kurang

1.3 Menyebutkan

tanda dan gejala

masalah gizi

kurang

Respon

verbal

tidak mendapatkan zat-

zat tubuh tertentu dari

makanan.

Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 6 tanda dan gejala

gizi kurang, yaitu:

1. BB kurang dari 20%

dari BB ideal 2. Badan kurus

3. Rambut merah

(pirang), tipis dan

mudah dicabut

4. Lemah dan pucat 5. Kulit kering dan

1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai pengertian gizi kurang

yang benar

1.2.3 Berikan informasi pada keluarga

mengenai pengertian gizi kurang

dengan menggunakan media lembar

balik 1.2.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan 1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti

1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga tentang

tanda dan gejala gizi kurang

1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga 1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai tanda dan gejala gizi

kurang dengan menggunakan media

lembar balik

1.3.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan

1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

1.4 Menyebutkan

penyebab

timbulnya

masalah gizi

kurang.

Respon

verbal

kusam

6. Kaki, tangan, dan

sekitar mata bengkak

Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 5 penyebab gizi

kurang, yaitu:

1. Makanan yang

masuk ke dalam

tubuh kurang dari

kebutuhan tubuh 2. Makanan yang

masuk ke dalam

tubuh tidak seimbang 3. Pola asuh orang tua 4. Makan tidak teratur

5. Adanya penyakit

tertentu

Keluarga mengatakan

An S mengalami gizi

materi yang belum dimengerti

1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga tentang

penyebab gizi kurang

1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai penyebab gizi kurang

yang benar 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai penyebab timbulnya gizi

kurang dengan menggunakan media

lembar balik

1.4.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan

1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti 1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan

1.4.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah

anggota keluarga yang mempunyai

tanda dan gejala tubuh kekurangan

gizi

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

1.5 Mengidentifia-

si anggota

keluarga yang

mengalami gizi

kurang.

2. Setelah 1 x 40 menit

pertemuan, keluarga

mampu mengambil

keputusan dalam

merawat anggota

keluarga yang

mengalami gizi

kurang, dengan

mampu: 2.1 Menyebutkan

akibat gizi

kurang

Respon

verbal

Respon

verbal

kurang

Anggota keluarga

mampu menyebutkan 2

dari 4 akibat gizi

kurang, yaitu: 1. Gangguan

pertumbuhan dan

perkembangan 2. Mudah terserang

penyakit

3. Menurunkan daya

pikir/ kecerdasan 4. Tonus otot buruk

1.5.2 Berikan reinforcement positif atas

apa yang telah dikemukan keluarga

yang tepat dan benar

2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

akibat gizi kurang 2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai akibat gizi kurang 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai gizi kurang dengan

menggunakan media lembar balik

dan leaflet 2.1.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan 2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti 2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan

2.1.7 Berikan reinforcement positif atas

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

2.2 Pengambilan

keputusan untuk

mengatasi angg

ota keluarga

yang

mengalami gizi

kurang

3. Setelah 1 x 40 menit

pertemuan, keluarga

mampu merawat

anggota keluarga

yang mengalami gizi

kurang, dengan

mampu: 3.1 Menyebutkan

Triguna

makanan

Respon

afektif

Respon

verbal

Keluarga memutuskan

untuk merawat An S

yang mengalami gizi

kurang.

Keluarga menyebutkan

komponen Triguna

makanan beserta 2

contohnya: 1. Zat tenaga, sebagai

sumber tenaga untuk

beraktivitas dan

sumber makanan

pokok (karbohidrat),

seperti: nasi, roti,

singkong, ubi, dll

usaha keluarga

2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan

menyadari adanya masalah gizi

kurang sesuai dengan materi yang

telah diberikan 2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan

merawat anggota keluarga yang

mengalami gizi kurang 2.2.3 Berikan reinforcement atas

keputusan yang telah diambil

keluarga

3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

Triguna makanan

3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai Triguna makanan yang

benar 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai Triguna makanan dengan

menggunakan media lembar balik

dan leaflet

3.1.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

3.2 Menyebutkan

cara mengatasi

masalah gizi

kurang

Respon

verbal dan

psikomo-

tor

2. Zat pembangun,

sebagai pupuk untuk

proses berpikir,

terdapat dalam lauk

pauk (protein dan

lemak), seperti: ikan,

telur, tempe, daging,

susu, dll 3. Zat pengatur, sebagai

pengatur lalu lintas

makanan terdapat

dalam buah dan

sayur (vitamin dan

mineral), seperti:

wortel, jeruk, nanas,

bayam, dll Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 5 cara mengatasi

gizi kurang, yaitu:

1. Makan makanan

yang seimbang

(Triguna makanan),

menyusun menu

makanan dengan gizi

seimbang 2. Makanan sesuai

dengan kebutuhan/

porsi makan anak 3. Cara mengolah

materi yang disampaikan

3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan

3.1.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

3.2.1 Dorong keluarga untuk

menceritakan apa yang dilakukan

untuk meningkatkan berat badan An

S

3.2.2 Diskusikan cara mengatasi gizi

kurang atau cara untuk

meningkatkan berat badan An S

3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara mengatasi gizi kurang

atau cara untuk meningkatkan berat

badan An S dengan menggunakan

media lembar balik dan leaflet 3.2.4 Motivasi keluarga untuk

menjelaskan kembali materi yang

telah disampaikan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

3.3 Menyebutkan

cara memilih

makanan

3.4 Menyebutkan

cara mengolah

Respon

psikomo-

tor

makanan yang benar

4. Pengaturan jadwal

makan yang teratur 5. Cemilan/makanan

selingan sehat untuk

anak Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 4 cara memilih

makanan, yaitu:

1. Harganya terjangkau 2. Nilai gizinya baik

atau seimbang

3. Masih segar, tidak

layu, tidak berbau

busuk

4. Memasak dengan

tampilan yang

menarik

5. Makan bersama anak Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 4 cara mengolah

makanan, yaitu: 1. Sayuran dan buah

dicuci di air yang

mengalir terlebih

dahulu baru

dipotong-potong

3.2.5 Berikan reinforcement terhadap

kemampuan yang dicapai oleh

keluarga

3.3.1 Dorong keluarga untuk

menceritakan bagaimana memilih

bahan makanan 3.3.2 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara memilih bahan

makanan dengan menggunakan

media lembar balik dan leaflet

3.3.3 Motivasi keluarga untuk

menjelaskan kembali materi yang

telah disampaikan

3.3.4 Berikan reinforcement terhadap

kemampuan yang dicapai keluarga

3.4.1 Dorong keluarga untuk

menceritakan cara mengolah

makanan 3.4.2 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara mengolah makanan

dengan menggunakan media lembar

balik dan leaflet 3.4.3 Motivasi keluarga untuk

menjelaskan kembali materi yang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

makanan

3.5 Mendemonstras

i- kan cara

mengolah

makanan

Respon

verbal

dan

psikomo-

tor

Respon

psikomo-

tor

2. Sayuran dimasak

jangan terlalu lama

3. Alat-alat masak dan

makan dicuci bersih 4. Cuci tangan

sebelum masak dan

makan Mahasiswa dan

keluarga mengolah

makanan yang

sederhana, yaitu

memasak sayur bayam.

Caranya sebagai berikut:

Sayuran dicuci di air

mengalir kemudian

dipotong-potong dan

dimasukkan saat air

mendidih. Sebelumnya

masukkan terlebih

dahulu bawang merah,

bawang putih, cabai,

garam secukupnya, dan

diangkat saat sayuran

tidak menjadi layu.

telah disampaikan

3.4.4 Berikan reinforcement terhadap

kemampuan yang dicapai oleh

keluarga

3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah

makanan kepada keluarga 3.5.2 Anjurkan keluarga untuk

mendemonstrasikan mengolah

makanan bersama mahasiswa 3.5.3 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya mengenai

materi yang diberikan 3.5.4 Motivasi keluarga

mendemonstrasikan secara mandiri

3.5.5 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

4. Setelah 1 x 40 menit

pertemuan, keluarga

mampu

memodifikasi

lingkungan untuk

merawat anggota

keluarga dengan gizi

kurang, dengan

mampu:

4.1 Menyebutkan

cara penyajian

makanan

4.2 Menyebutkan

Respon

verbal

dan

afektif

Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 4 cara menyajikan

makanan, yaitu:

1. Jenis makanan

bervariasi setiap

harinya

2. Mengkombinasikan

jenis makanan

hewani dan nabati

3. Perhatikan jadwal

menu makanan 4. Jumlah makanan

sesuai dengan

kebutuhan.

Anggota keluarga

mampu menyebutkan 4

dari 5 prinsip cara

mengatasi anak yang

tidak bersedia makan,

yaitu:

1. Jangan dipaksa, tapi

ikuti keinginan anak

misalnya, sambil

bermain atau temani

anak saat makan

4.1.1 Diskusikan bersama keluarga

bagaimana cara menyajikan

makanan 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar 4.1.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara menyajikan makanan

dengan menggunakan media lembar

balik dan leaflet

4.1.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan

4.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti 4.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan

4.1.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

4.2.1 Diskusikan bersama keluarga

bagaimana cara mengatasi anak

yang tidak bersedia makan 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga yang

benar 4.2.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai cara mengatasi anak yang

tidak bersedia makan dengan

menggunakan media lembar balik

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

cara mengatasi

anak yang tidak

bersedia makan

4.3 Memodifikasi

lingkungan

yang

mendukung

untuk

meningkatkan

status gizi

Respon

verbal

dan

afektif

Respon

verbal

dan

2. Beri makan sesuai

selera anak dan menu

berbeda-beda 3. Jangan memberi

makanan yang manis

sebelum makan 4. Sajikan makanan

dalam bentuk

menarik 5. Berikan makanan

dalam porsi kecil tapi

sering Anggota keluarga

mampu menyebutkan 3

dari 4 lingkungan yang

mendukung untuk

meningkatkan status gizi

anak, yaitu:

1. Makan bersama

anggota keluarga

yang lain

2. Menggunakan alat

makan yang menarik 3. Makan sambil

bercerita

4. Jenis makanan

bervariasi dan

menarik.

4.2.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya tentang

materi yang disampaikan 4.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

materi yang belum dimengerti

4.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dijelaskan 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga.

4.3.1 Diskusikan bersama keluarga

tentang modifikasi lingkungan

untuk meningkatkan status gizi anak

4.3.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga 4.3.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai modifikasi lingkungan

untuk meningkatkan status gizi anak

dengan menggunakan media lembar

balik 4.3.4 Berikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya mengenai

materi yang dibahas 4.3.5 Motivasi keluarga untuk mengulang

materi yang telah dibahas

4.3.6 Berikan reinforcement positif atas

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

balita.

5. Setelah 1 x 40 menit

pertemuan, keluarga

mampu

menggunakan

fasilitas kesehatan

yang ada untuk

meningkatkan gizi

anak, dengan

mampu: 5.1 Menyebutkan

fasilitas

pelayanan

kesehatan yang

terdapat

disekitar

lingkungan

tempat tinggal

terkait dengan

peningkatan

status gizi anak

5.2 Menjelaskan

manfaat

mengunjungi

afektif.

Respon

verbal

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 4

fasilitas kesehatan yang

dapat dikunjungi:

1. Posyandu 2. Puskesmas 3. Rumah Sakit 4. Klinik Dokter

Keluarga dapat

menyebutkan manfaat

kunjungan, yaitu:

1. Mendapatkan

pemeriksaan

kesehatan anak

2. Mendapatkan

penyuluhan atau

pendidikan kesehatan

usaha keluarga

5.1.1 Diskusikan bersama keluarga

mengenai fasilitas kesehatan yang

ada disekitar tempat tinggal 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang

fasilitas kesehatan yang dapat

dikunjungi 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga

5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa

yang diketahui keluarga mengenai

manfaat mengunjungi fasilitas

pelayanan kesehatan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga

tentang pemahaman keluarga

mengenai manfaat tersebut 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga

mengenai manfaat mengunjungi

fasilitas pelayanan kesehatan dengan

menggunakan media lembar balik

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

fasilitas

pelayanan

kesehatan

sesuai jadwal

5.3 Mengunjungi

fasilitas

pelayanan

kesehatan

Respon

verbal

Respon

afektif

Keluarga rutin

mengunjungi pelayanan

kesehatan untuk

pemeriksaan kesehatan

anak

dan leaflet

5.3.1 Motivasi keluarga untuk berkunjung

ke fasilitas kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement positif atas

usaha keluarga untuk menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan

No. Diagnosa

Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi

Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

2. Risiko

ketidakefektifan

bersihan jalan

napas pada

keluarga Bpk S

khususnya An S

Setelah dilakukan

pertemuan

sebanyak 2 kali

kunjungan, risiko

bersihan jalan

napas tidak efektif

1. Setelah dilakukan

pertemuan I sebanyak

1x60 menit, keluarga

mampu mengenal

masalah ISPA,

dengan:

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

pada keluarga Bpk

S khususnya An S

dapat dicegah

1.1 Menyebutkan arti

pengertian ISPA

1.2 Menyebutkan

penyebab ISPA.

1.3 Menyebutkan tanda-

tanda ISPA.

Respon

verbal

Respon

verbal

Respon

verbal

Pengertian ISPA

(Infeksi Saluran Napas

Akut) yaitu : infeksi

atau peradangan pada

saluran nafas bagian atas

yang ditandai dengan

batuk dan pilek kadang-

kadang disertai demam.

Minimal 3 dari 4

penyebab ISPA : - Virus/bakteri. - Tertular ISPA

dengen orang lain. - Lingkungan rumah

yang kurang sehat.

- Kurang gizi.

Minimal 3 dari 5 tanda-

tanda ISPA :

- Batuk. - Pilek. - Demam. - Nafas cepat. - Tarikan dinding

1.1.1. Dengan menggunakan lembar

balik dan leaflet jelaskan pada

keluarga tentang arti ISPA, yaitu :

infeksi atau peradangan pada

saluran nafas bagian atas ditandai

dengan batuk dan pilek kadang-

kadang disertai demam.

1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah

diberikan. 1.1.3. Beri reinforcement positif atas

jawaban yang tepat.

1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang

penyebab ISPA dengan

menggunakan lembar balik, yaitu

virus/bakteri, tertular ISPA dengan

orang lain, lingkungan rumah yang

kurang sehat, kurang gizi, 1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah

diberikan.

1.2.3. Beri reinforcement positif atas

jawaban yang tepat.

1.3.1. Diskusikan dengan keluarga

tentang tanda-tanda ISPA, yaitu

batuk, pilek, demam, nafas cepat,

tarikan dinding dada.

1.3.2 Beri reinforcement positif atas

jawaban yang tepat.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

1.4 Menyebutkan jenis

dan tanda-tanda

ISPA.

1.5 Mengidentifikasi

adanya ISPA pada

anggota keluarga.

2. Mampu mengambil

keputusan dalam

merawat anggota

keluarga dengan

masalah kesehatan

ISPA, dengan: 2.1 Menyebutkan

dampak lanjut

ISPA.

Respon

verbal

Respon

verbal

Respon

verbal

dada. Jenis ISPA dan tanda-

tandanya : - Bukan pneumonia : (batuk, pilek, demam) - Pneumonia : (batuk, pilek., demam,

nafas cepat) - Pneumonia berat :

(batuk, pilek, demam,

nafas cepat, tarikan

dinding nafas)

Mengenal adanya ISPA

pada anggota keluarga

berdasarkan tanda-tanda

dan gejala yang ada.

Minimal 2 dari 4

dampak lanjut ISPA :

- Daya tahan tubuh

1.4.1. Jelaskan dengan menggunakan

lembar balik dan leaflet jenis dan

tanda-tanda ISPA, yaitu bukan

pneumonia (batuk, pilek, demam);

pneumonia (batuk, pilek, demam,

nafas cepat); pneumonia berat

(batuk, pilek, demam, nafas cepat,

tarikan dinding nafas).

1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah

diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf atas

jawaban yang tepat. 1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya

masalah resiko bersihan jalan

napas tidak efektif karena ISPA

dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan

mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha

kelurga.

2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik dan

gambar tentang damapk lanjut ISPA. 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang

belum di mengerti.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

2.2 Memutuskan untuk

merawat

3. Mampu merawat

anggota keluarga

dengan masalah

kesehatan ISPA,

dengan: 3.1 Menjelaskan dan

mendemonstrasika

n cara merawat

anggota keluarga

dengan ISPA.

Respon

verbal.

Respon

verbal

dan psiko

motor.

menurun.

- Panas dapat

menimbulkan

kejang bila parah

dapat berisiko

meninggal. - Biaya berobat

tinggi. - Menular ke orang

lain. Menyatakan perlu suatu

perawatan dan

pengobatan untuk

mengatasi dan

mencegah ISPA

Minimal 4 dari 6 cara

merawat ISPA : - Istirahat minimal

8jam. - Tetap berikan

makanan bergizi.

- Kompres dingin jika

demam dan beri

2.1.3. Beri reinforcement positif atas

jawaban yang tepat

2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan

tentang tindakan apa yang dilakukan

untuk mengatasi ISPA. 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila

keluarga sudah memutuskan untuk

mengatasi masalah.

3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara

merawat ISPA yaitu dengan istirahat

minimal 8 jam, tetap berikan

makanan bergizi, kompres dingin

jika demam dan beri minum yang

banyak, bersihkan lubang hidung

dengan tissue atau kain yang lembut

jika pilek, membuat larutan pelega

tenggorakan dari kecap atau madu

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

4. Setelah dilakukan

pertemuan ke 2

sebanyak 1x45 menit,

keluarga mampu

memodifikasi

lingkungan untuk

mengatasi masalah

Respon

verbal

minum yang

banyak. - Bersihkan lubang

hidung dengan

tissue atau kain

yang lembut jika

pilek.

- Membuat larutan

pelega tenggorakan

dari kecap atau

madu dicampur

dengan air jeruk

nipis dengan

kompisisi 1:1

diberikan 3-4x/hari

setelah makan.

Menyebutkan 3 dari 5

cara memodifikasi

lingkungan mengatasi

masalah ISPA

- Rumah dan

lingkungan bersih. - Pencahayaan dalam

rumah adekuat. - Hindari anak

menghirup debu/asap

dicampur dengan air jeruk nipis

dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-

4x/hari setelah makan, latihan nafas

dalam dan batuk efektif dengan cara

ambil nafas dalam melalui hidung,

tahan 3-4 hitungan lalu kelaurkan

leawat mulut sebanyak 3x, pada kali

ketiga saat hembusan langsung

dibatukkan. 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas

jawaban yang tepat.

4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan

modifikasi lingkungan untuk

mengatasi ISPA. 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba

untuk mengevaluasi apakah keluarga

memodifikasi lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila

jawaban keluarga sesuai dengan

standar.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

5. Mampu

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

yang ada

dimasyarakat, dengan: 5.1 Menyebutkan

manfaat fasilitas

kesehatan.

Menyebutkan fasilitas

kesehatan terdekat.

Respon

verbal

Respon

verbal

- Membuka jendela

setiap hari agar

sirkualsi udara dalam

rumah baik.

- Rumah tidak lembab.

Manfaat fasilitas

kesehatan bagi penderita

ISPA:

- Mendapatkan

perawatan secara

langsung.

- Memperoleh

informasi tentang

cara perawatan

dirumah. - Mendapatkan terapi

pengobatan.

Fasilitas kesehatan yang

dapat dikunjungi:

- Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter

5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan

terkait keluhan yang ada. 5.1.2.Evaluasi kembali hasil penjelasan

yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila

jawaban sesuai dengan standar.

5.2.1 Diskusikan bersama keluarga

mengenai fasilitas kesehatan yang

ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang

fasilitas kesehatan yang dapat

dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

Respon

afektif

Keluarga mengunjungi

pelayanan kesehatan

untuk pemeriksaan dan

pengobatan penyakit

ISPA

usaha keluarga

5.3.1. Memotivasi keluarga untuk

mengunjungi pelayanan kesehatan. 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah

keluarga pergi ke pelayanan

kesehatan.

No. Diagnosa

Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi

Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

3. Keterlambatan

pertumbuhan dan

perkembangan pada

keluarga Bpk S

khususnya An S

Setelah dilakukan

pertemuan

sebanyak 4 kali

kunjungan,

keluarga Bpk S

dapat

Setelah dilakukan

pertemuan I sebanyak

1x45 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal

tahapan tumbuh

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

meningkatkan

pengetahuannya

tentang tumbuh

kembang anak dan

mempertahankan

tumbuh kembang

anak yang optimal.

kembang anak yang

normal sesuai usia dan

mengambil keputusan

untuk mengoptimalkan

tumbuh kembang anak. 1.1 Menyebutkan arti

definisi pertumbuhan

dan perkembangan

Menyebutkan aspek-

aspek perkembangan

yang harus dipanta

Menyebutkan faktor-

faktor yang

mempengaruhi

pertumbuhan dan

perkembangan anak

Respon

verbal

Respon

verbal

Definisi pertumbuhan yaitu

bertambahnya ukuran fisik dan

struktur tubuh

sebagian/keseluruhan. Definisi perkembangan yaitu

bertambahnya strukstur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam

kemampuan; gerak kasar, gerak

halus, bicara dan bahasa, dan

sosialisasi dan kemandirian. Keluarga dapat menyebutkan

kembali 1 dari 5 aspek

pertumbuhan dan perkembangan

yang harus dipantau :

- Tinggi badan dan berat badan - Gerak kasar/motorik kasar;

kemampuan anak melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot besar - Gerak halus/motorik halus;

kemampuan anak melakukan

pergerakan yang melibatkan otot-

otot kecil dan koordinasi yang

cermat.

1.1.4. Dengan menggunakan

lembar balik jelaskan

pada keluarga tentang

definisi dari pertumbuhan

dan perkembangan 1.1.5. Evaluasi penjelasan yang

telah diberikan.

1.1.6. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat.

1.2.4. Jelaskan pada keluarga

tentang aspek-aspek yang

harus dipantau pada

pertumbuhan, 5 aspek

perkembangan yang harus

dipantau, faktor-faktor

yang mempengaruhi

kualitas tumbuh kembang

anak, dan tugas

pertumbuhan dan

perkembangan anak usia

4 bulan dengan

menggunakan media

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Mengidentifikasi tugas

pertumbuhan dan

perkembangan anak usia

17 bulan

2. Mampu mengambil

keputusan yang tepat

dalam mengoptimalkan

tumbuh kembang anak

melalui: Menyebutkan gangguan-

gangguan tumbuh

kembang yang sering

ditemukan

Respon

verbal

Respon

verbal

- Kemampuan bicara dan bahasa;

kemampuan memberikan respon

terhadap suara, berbicara,

berkomunikasi, mengikuti

perintah, dsb. - Sosialisasi dan kemandirian;

kemampuan mandiri anak,

bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Keluarga dapat menyebutkan

kembali 2 faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak: - Keturunan - Umur - Nutrisi

- Hormon - Penyakit infeksi - Lingkungan - Stimulasi dan rangsangan Keluarga mampu mengidentifikasi

tugas pertumbuhan dan

perkembangan anak usia 17 bulan :

- Berat badan lahir menjadi dua

kali pada akhir 4-7 bulan

pertama.

- Panjang lahir bertambah 2,5 cm

setiap bulan. - Kognitif;

lembar balik

1.2.5. Evaluasi penjelasan yang

telah diberikan. 1.2.6. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat.

1.3.1. Diskusikan dengan

keluarga tentang faktor

yang mempengaruhi

pertumbuhan dan

perkembangan anak

1.4.1. Jelaskan dengan

menggunakan lembar

balik tugas pertumbuhan

dan perkembangan anak

usia 17 bulan

1.4.2. Evaluasi penjelasan yang

telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Memutuskan untuk

mengoptimalkan

tumbuh kembang

anaknya sesuai usia 17

bulan

3. Mampu merawat/

mengoptimalkan

tumbuh kembang anak

balitanya yang berusia

17 bulan Menjelaskan dan

mendemonstrasikan cara

melatih kemampuan

Respon

verbal.

- Psikososial: percaya vs tidak

percaya.

- Sosial; kelekatan. - Motorik halus: - Motorik kasar: berjalan

Keluarga dapat menyebutkan

kembali 2 dari 5 gangguan tumbuh

kembang yang sering terjadi : - Gangguan bicara dan bahasa

- Retardasi mental - Perawatan pendek - Gangguan autisme - Gagal tumbuh

Keluarga memutuskan untuk

atas jawaban yang tepat.

2.1.1. Jelaskan dengan lembar

balik tentang gangguan-

gangguan tumbuh

kembang yang sering

terjadi/ditemukan dan

cara stimulasi yang bisa

dilakukan untuk

mengoptimalkan

pertumbuhan dan

perkembangan anak 2.1.2 Tanyakan pada keluarga

hal yang belum di

mengerti. 2.1.3. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat 2.2.1.Motivasi keluarga untuk

memutuskan tentang

tindakan apa yang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

bicara dan bahasa pada

An. S

Melatih kemampuan

bersosialisasi dan

kemandirian pada An.S

Respon

verbal

dan

afektif

Respon

verbal

dan psiko

motor.

mengoptimalkan tumbuh kembang

anaknya sesuai usia 17 bulan

Keluarga dapat menyebutkan dan

mendemonstrasikan stimulasi

melatih kemampuan bicara dan

bahasa pada An. S Tetap berikan

makanan bergizi. - Keluarga dapat melanjutkan

stimulasi; berbicara, meniru

suara-suara, mengenali berbagai

suara - Keluarga dapat

mendemonstrasikan stimulasi:

mencari sumber suara. - Keluarga dapat

mendemonstrasikan stimulasi;

menirukan kata-kata

dilakukan untuk

mengoptimalkan

pertumbuhan dan

perkembangan anak 2.2.2. Berikan reinforcement

positif bila keluarga

sudah memutuskan untuk

mengatasi masalah.

3.1.1. Diskusikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bicara dan bahasa pada

anak usia 17 bulan dan

demonstrasikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bicara dan bahasa pada

An S 3.1.2. Minta keluarga

menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat. 3.1.4. Motivasi keluarga untuk

mendemonstrasikan

kembali cara stimulasi

kemampuan bicara dan

bahasa pada An. S 3.2.1. Diskusikan bersama

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Melatih kemampuan

gerak kasar pada An.S

Melatih kemampuan

gerak halus pada An.S

Respon

Verbal

dan

Psikomot

or

Verbal

Keluarga dapat menyebutkan dan

mendemonstrasikan stimulasi

melatih kemampuan bersosialisasi

dan kemandirian pada An. S:

- Keluarga dapat melanjutkan

stimulasi; memberi rasa aman

dan kasih sayang, mengajak

tersenyum, mengamati,

mengayun, dan menina bobokan

- Keluarga dapat

mendemonstrasikan stimulasi:

bermain ciluk ba

Keluarga dapat menyebutkan dan

mendemonstrasikan stimulasi

melatih kemampuan gerak kasar

pada An. S : - Keluarga dapat melanjutkan

stimulasi; berjalan

- Keluarga dapat

mendemonstrasikan stimulasi:

cara berjalan

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bersosialisasi dan

kemandirian pada anak

usia 17 bulan dan

demonstrasikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bersosialisasi dan

kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga

menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

motorik kasar pada anak

usia 17 bulan dan

demonstrasikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bersosialisasi dan

kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga

menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Setelah dilakukan

pertemuan ke 2

sebanyak 1x45 menit,

keluarga: 4. Mampu memodifikasi

lingkungan

dan

Psikomot

or

Respon

Verbal

dan

Psikomot

or

Keluarga dapat menyebutkan dan

mendemonstrasikan stimulasi

melatih kemampuan gerak motorik

halus pada An.S:

- Keluarga dapat melanjutkan

stimulasi; - Keluarga dapat

mendemonstrasikan stimulasi:

memegang benda dengan kuat

Keluarga melakukan minimal 2 dari

4 tindakan modifikasi lingkungan

yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan tumbang anaknya:

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

motorik halus pada anak

usia 17 bulan dan

demonstrasikan bersama

keluarga mengenai cara

stimulasi kemampuan

bersosialisasi dan

kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga

menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif

atas jawaban yang tepat.

4.1.1. Motivasi keluarga untuk

melakukan modifikasi

lingkungan untuk

menstimuasi dan

mengoptimalkan

pertumbuhan dan

perkembangan anak 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah

tiba-tiba untuk

mengevaluasi apakah

keluarga memodifikasi

lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement

positif bila jawaban

keluarga sesuai dengan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

5. Mampu

memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada

dimasyarakat, dengan: Menyebutkan fasilitas

kesehatan terdekat yang

dapat dimanfaatkan.

Memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

Respon

verbal,

afektif,

dan

motorik

- Menjauhkan benda-benda

berbahaya yang ada di

llingkungan anaknya. - Ibu melanjutkan pemberian

makanan dengan gizi yang

seimbang untuk mengoptimalkan

tumbang anaknya.

- Keluarga menyediakan mainan

yang aman untuk menstimulasi

tumbuh kembang anaknya

- Keluarga sering mengajak

anaknya berbicara atau

berinteraksi untuk

mengoptimalkan stimulasi

tumbang anaknya

Fasilitas kesehatan yang dapat

dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit

- Klinik tumbuh kembang

Keluarga mengunjungi pelayanan

kesehatan untuk melakukan deteksi

standar.

5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas

kesehatan terkait keluhan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil

penjelasan yang

diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif

bila jawaban sesuai

dengan standar. 5.2.1 Diskusikan bersama

keluarga mengenai

fasilitas kesehatan

disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk

mengunjungi fasilitas

kesehatan yang dapat

dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement

positif atas usaha keluarga

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Respon

verbal

Respon

verbal

dini tumbuh kembang pada anak

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Nama KK : Bapak S

Nama Klien : An S

DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada

An S

Senin, 19

Mei 2013

Pukul

10:00 –

10:30 WIB

Membina hubungan saling percaya

Memvalidasi keadaan keluarga

Melakukan kontrak

Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik

Melakukan pengkajian keluarga

Mendiskusikan dengan keluarga tentang

pertumbuhan dan perkembangan An S

Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah

yang timbul pada An S

Memberikan reinforcement positif atas usaha yang

dilakukan keluarga

S:

Keluarga Bapak S mengatakan baru pindah dan

tinggal di RW 07 selama dua bulan

Bapak S dan Ibu L menyetujui kontrak kunjungan

selama masa praktik mahasiswa di RW 07

Bapak S dan Ibu L menyetujui kunjungan saat ini

selama 30 menit

Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan lama

kehamilan 31 minggu dan BB lahir 1200 gr karena

mengalami sollusio plasenta

Bapak S dan Ibu L menyadari akan BB An S yang

sulit naik, dan apabila naik hanya sedikit-sedikit

Ibu L mengatakan An S susah makan, dan lebih

menyukai makanan selingan dibandingkan dengan

makan nasi

Ibu L mengatakan An S kurus, namun cukup aktif

dan pintar, meskipun belum bisa berjalan saat ini

karena An S penakut

O:

Keluarga Bapak S terlihat menerima kedatangan

mahasiswa dengan baik

Bapak S dan Ibu L berespon baik terhadap tujuan

dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

pertanyaan pada mahasiswa

Keluarga Bapak S nampak antusias dalam

membicarakan masalah yang ada pada An S

An S terlihat rewel dan beberapa kali menangis saat

kunjungan

A:

Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada An S teridentifikasi

Masalah keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan pad An S teridentifikasi

P:

- Melanjutkan pengkajian

- Melakukan TUK 1 sampai 3

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada

An S

Kamis, 23

Mei 2013

Pukul

10:15-

11:00 WIB

Membina hubungan saling percaya

Memvalidasi keadaan keluarga

Melakukan kontrak

Menjelaskan tujuan kunjungan

Melakukan pengkajian keluarga

Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota

keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, TB, dan

mengukur LILA An S

Melakukan pengkajian 24 hours food recall

Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat

kesehatan keluarga

Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah

yang timbul pada An S

S:

Ibu L mengatakan An S memang memiliki BB yang

susah naik sejak masih bayi

Ibu L mengatakan setelah lahir An S sempat dirawat

di RS selama satu bulan namun BB hanya naik 200

gr

Ibu L menyetujui kunjungan saat ini selama 30

menit

Ibu L mengatakan An S sering menangis dan rewel

Ibu L mengatakan nafsu makan An S berubah-ubah,

namun lebih sering tidak menghabiskan makanan

ketika makan nasi

Ibu L mengatakan An S menyukai ikan, telur, sayur

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah

kesehatan yang dihadapi oleh keluarga

Mengundang keluarga Bapak S untuk mengikuti

acara penyuluhan gizi seimbang

Memberikan reinforcement positif atas usaha yang

dilakukan keluarga

sop, wortel, namun tidak menyukai buah-buahan

Ibu L mengatakan An S masih aktif menyusui,

ditambah dengan susu formula, dan biasanya habis

80 ml setiap kali minum

Ibu L mengatakan bersedia untuk menuliskan

makanan yang dimakan An S selama satu hari

Ibu L mengatakan An H pernah terkena penyakit

flek paru pada saat di kampung satu tahun yang lalu

Ibu L mengatakan An H putus obat setelah dua

bulan

Ibu L mengatakan An H jarang sakit atau batuk,

hanya saja BB tidak naik-naik, sering berkeringat

dingin pada malam hari

Ibu L mengatakan tidak melanjutkam obat karena

tidak ada keluhan pada An H dan kurang informasi

terkait penyakit yang diderita An H

Ibu L mengatakan belum pernah memeriksakan An

H ke pelayanan kesehatan

Ibu L mengatakan pernah tinggal satu rumah dengan

saudara yang memiliki riwayat penyakit paru

O:

Ibu L berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan

mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan

keluarga

TD Bapak S 120/80 mmHg

Nadi 76x/menit

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

RR 20x/menit

Suhu 36,5 o

C

BB : 60 kg TB : 168 cm

TD Ibu L 120/80 mmHg

Nadi 72x/menit

RR 21 x/menit

Suhu 36 oC

BB : 50 kg TB : 164 cm

TD An H 120/80 mmHg

Nadi 80x/menit

RR 18 x/menit

Suhu 36 oC

BB : 11 kg TB : 100 cm

TD An S 120/80 mmHg

Nadi 84x/menit

RR 22 x/menit

Suhu 36 oC

BB : 7,5 kg TB : 75 cm

LILA : 9,5 cm < -3SD gizi buruk

Status gizi BB/U : antata -2SD dan -3SD ; PB/U :

normal; BB/PB : antara -2SD dan -3SD kategori gizi

kurang

An S tampak kurus, rambut tipis, mudah menangis,

dan belum dapat berjalan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

A:

Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teridentifikasi

P:

- Melanjutkan pengkajian

- Melakukan TUK 1 sampai 3

Risiko ketidak

efektifan

bersihan jalan

nafas pada An

S

Senin, 27

Mei 2013

Pukul

10:30-

11:15 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Melakukan kontrak

Menjelaskan tujuan kunjungan

Melakukan pengkajian keluarga

Meminta hasil pencacatan pengkajian 24 hours food

recall

Melakukan pengukuran RR pada An S

Menjelaskan tentang perawatan tradisional anak

ISPA dengan inhalasi sederhana di rumah

Menganjurkan keluarga untuk menciptakan

lingkungan rumah yang sehat dengan membukan

pintu/jendela di pagi hari

TUK 5:

Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat

fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan,

perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali

manfaat fasilitas kesehatan

Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu

S:

Ibu L mengatakan An S sedang pilek sejak hari

sabtu, tapi tidak demam

Ibu L mengatakan An S semakin rewel saat ini

Ibu L mengatakan belum memberikan obat apa-apa

pada An S

Ibu L mengatakan An S menjadi susah makan bila

sedang tidak enak badan

Ibu L mengatakan biasanya An S rutin melakukan

pemijatan namun sejak pindah ke Depok belum

pernah dipijat lagi

Ibu L mengaku memang rutin membawa An S untuk

dipijat sejak bayi

Ibu L berniat pergi ke puskesmas namun belum

pernah jadi menunggu Bapak S bisa mengantar

Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang interview

panggilan keja di Thamrin

Ibu L mengatakan mau membawa An S ke

puskesmas, namun lihat situasi dan kondisi besok,

bila bisa pergi akan menghubungi mahasiswa

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

puskesmas, rumah sakit, dan klinik.

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas

kesehatan

Ibu L mengatakan lupa-lupa ingat terkait

penyuluhan gizi seimbang yang dilakukan hari

Sabtu kemarin

O:

An S nampak mengeluarkan cairan dan sputum dari

hidungnya

An S terlihat beberapa kali menangis saat kunjungan

RR An S 30 kali/menit

Ibu L nampak menenangkan An S dengan

memberikan ASI

Ibu L memiliki pertimbangan untuk membawa An S

ke puskesmas

Ibu L mengerti akan penjelasan terkait penangan

anak dengan inhalasi sederhana

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan

yang dapa dikunjungi

Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan

kesehatan

Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi

Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan

apa yang dijelaskan mahasiswa

A:

- Masalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas

teridentifikasi

- TUK 5 ISPA belum tercapai

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

P:

- Memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi

puskesmas

- Melanjutkan pengkajian

- Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang

Risiko

ketidakefektifa

n bersihan

jalan nafas

pada An S

Selasa, 28

Mei 2013

Pukul

09:00-

11:30 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Melakukan TUK 5, dalam mengatasi masalah ISPA

dengan memfasilitasi keluarga Bapak S untuk

mengunjungi puskesmas Cimanggis

Mengarahkan Ibu L untuk melakukan pendaftaran

dan mengantarkan An S ke poli anak

Melakukan pengukuran BB dan TB pada An S dan

An H di poli anak

Memfasilitasi Ibu L saat pemeriksaan fisik dan

pemberian pendidikan kesehatan dengan dokter

Memfasilitasi Ibu L untuk ke poli TB terkait dengan

kondisi kesehatan pada An H

S:

Ibu L mengatakan An S masih pilek dan saat ini

juga batuk

Ibu L mengatakan An S tidak mengalami demam

Ibu L mengatakan saat An S sakit, An H juga

tertular batuknya, dan mulai batuk hari ini

Ibu L mengatakan saat ini ingin memeriksakan An S

dulu, untuk An H nanti saja

Ibu L mengatakan sebelumnya An S pernah diuap

ketika mengalami pilek dan batuk seperti ini dan

membaik setelah diuap

Ibu L mengatakan paling malas ke puskesmas bila

dimarahi oleh dokter yang ada

Ibu L mengatakan mengerti terkait pemberian obat

pada An S dan akan memberikan obat sesuai dengan

aturan pakai

Ibu L mengatakan terkait surat rujukan untuk

memeriksakan An H dan An S uji mantoux test akan

didiskusikan dahulu dengan orang tuanya

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

O:

BB An S : 7,2 kg TB : 76 cm

BB An H : 11 kg TB : 100 cm

Status gizi An S menurut tabel NCHS-WHO BB/U :

< -3SD PB/U : normal BB/PB: -3SD

An S terlihat beberapa kali menangis saat dilakukan

penimbangan BB

Ibu L nampak menenangkan An S dengan

memberikan ASI

Ibu L terlihat bingung dengan prosedur pemeriksaan

pada An S

Ibu L nampak mengerti akan penjelasan dari dokter

Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan yang

dilakukan baik di poli anak maupun poli TB

Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan

apa yang dijelaskan

A: TUK 5 ISPA tercapai

P:

- Melanjutkan pengkajian

- Melakukan evaluasi TUK 5 ISPA

- Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang

- Melakukan TUK 3 Gizi kurang

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

Rabu, 29

Mei 2013

jam 11:15-

12:00 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Bapak S

S:

Bapak S mengatakan kondisi batuk dan pilek An S

sudah semakin membaik

Bapak S mengatakan sejak berhenti dari pekerjaan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

tubuh pada An

S

TUK 1

Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian

gizi seimbang pada balita dan triguna makanan

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian

dari gizi kurang

Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab

dari gizi kurang

Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan

gejala balita dengan gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang

telah disampaikan.

Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi

penyebab gizi kurang pada An S

Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda

dan gejala gizi kurang pada An S

Membantu keluarga membandingkan apa yang telah

dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S

Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah

yang timbul pada An S

Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang

dihadapi oleh keluarga

TUK 2:

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi

sebelumnya dan belum mendapat pekerjaan, saat ini

Bapak S dan Ibu L sama-sama sedang mencari

pekerjaan

Bapak S mengatakan sebelumnya An S pernah

mencapai BB 3 kg dan cukup gemuk

Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam

memberikan makan pada anak-anak

Bapak S mengatakan An S terlihat kurus dan rewel

Bapak S mengatakan memiliki banyak

pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan lebih lanjut pada anak-anaknya

Bapak S menyadari pentingnya penanganan masalah

kesehatan yang ada pada anak-anaknya

O:

Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi

seimbang pada balita

Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi

kurang

Bapak S dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan

gejala gizi kurang

Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi

kurang

Bapak S menyadari An S mengalami gizi kurang

dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala tubuh

yang kekurangan zat gizi

Bapak S dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

kurang pada An S

Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk

bertanya mengenai materi yang disampaikan

Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang

telah disampaikan

Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari

adanya masalah gizi kurang pada keluarganya

Membantu keluarga untuk memutuskan merawat

anggota keluarga yang mengalami gizi kurang

TUK 3:

Menjelaskan cara perawatan gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara perawatan gizi kurang

Dengan menggunakan food model, melakukan

demonstrasi terkait triguna makanan

Meminta keluarga untuk meredemonstrasi

pembagian triguna makanan

Memberikan reinforcement positif atas keputusan

yang telah diambil oleh keluarga

kurang

Bapak S memutuskan untuk merawat An S yang

mengalami gizi kurang.

Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi

gizi kurang

Bapak S dapat menyebutkan komponen Triguna

makanan beserta 3 contohnya dan

mendemonstrasikan melalui food model

A:

- TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai

P:

- Melanjutkan pengkajian

- Melakukan TUK 1-3 ISPA

- Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 gizi kurang

Risiko ketidak

efektifan

bersihan jalan

nafas pada An

S

Jumat, 31

Mei 2013

Pukul

10:00-

10:45 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Melakukan TUK 1-3 ISPA

TUK 1

Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian

S:

Ibu L mengatakan keadaan An S sudah membaik,

tidak pilek lagi namun masih batuk

Ibu L mengatakan dirinya menjadi ikut tertular

batuk dari An S

Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang

melakukan interview lebih lanjut terkait pekerjaan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut)

Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya

Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab

dari ISPA

Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan

gejala balita dengan ISPA

Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang

telah disampaikan.

Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi

penyebab ISPA pada An S

Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda

dan gejala ISPA pada An S

Membantu keluarga membandingkan apa yang telah

dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S

Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah

yang timbul pada An S

Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang

dihadapi oleh keluarga

TUK 2:

Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari

ISPA pada An S

Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang

telah disampaikan

Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari

adanya masalah ISPA pada keluarganya

Membantu keluarga untuk memutuskan merawat

barunya

Ibu L mengatakan kemarin pergi ke tempat saudara

sekaligus menanyakan dan mengurus KJS untuk

pemeriksaan lebih lanjut pada An S dan An H

Ibu L mengatakan ingin segera memeriksakan

mantoux test An S dan An H namun masih

memikirkan masalah finansial

Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat

nuget sayur

O:

Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian dari

ISPA

Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 4 penyebab

ISPA

Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 5 tanda-tanda

ISPA

Ibu memtuskan untuk merawat anggota keluarga

dengan ISPA

Ibu L dapat menyebut kembali 2 dari 4 dampak

ISPA

Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6

perawatan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan kembali cara perawatan

ISPA dengan inhalasi sederhana

Ibu L dapat menyebutkan cara pembuatan larutan

pelega tenggorokan secara tradisional

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

anggota keluarga yang mengalami ISPA

TUK 3:

Menjelaskan cara perawatan ISPA

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara perawatan ISPA

Melakukan evaluasi tentang cara inhalasi sederhana

Mengajarkan cara membuat larutan pelega

tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan

air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-

4x/hari setelah makan.

Memberikan reinforcement positif atas keputusan

yang telah diambil oleh keluarga

A:

- TUK 1 dan 2 tercapai

- Sebagian TUK 3 tercapai

P:

- Melakukan pengkajian

- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3

- Melakukan TUK 4 ISPA

Risiko ketidak

efektifan

bersihan jalan

nafas pada An

S

Selasa, 4

Juni 2013

Pukul

10:30-

11:15 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Melakukan evaluasi dan melanjutkan TUK 3 dan 4

ISPA

TUK 3:

Menjelaskan cara perawatan ISPA

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara perawatan ISPA

Mengevaluasi cara membuat larutan pelega

tenggorakan

Menjelaskan tentang pentingnya pemberian makanan

bergizi dan istirahat yang cukup untuk perawatan

ISPA

S:

Ibu L mengatakan keadaan An S sehat namun

dirinya saat ini batuk

Ibu L mengatakan kondisi badannya sedang tidak fit

karena kecapean

Ibu L mengatakan biasanya mengajak An S

berjemur di depan rumah di pagi hari

Ibu L mengatakan jarang membuka jendela karena

susah dan hanya membuka pintu di pagi hari namun

sebentar

Ibu L mengatakan obat batu pilek untuk An S telah

habis

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Menganjurkan untuk membersihkan lubang hidung

anak dengan sapu tangan yang lembut

TUK 4:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat

memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota

keluarga dengan ISPA

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

lingkungan rumah yang baik untuk ISPA

Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan

yang mendukung untuk mencegah ISPA

Memberikan reinforcement positif atas usaha yang

dilakukan oleh keluarga

O:

An S tampak rewel ketika kunjungan

Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6

perawatan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan kembali pentingnya

pemberian makanan bergizi dan istirahat yang

cukup untuk perawatan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan modifikasi lingkungan

untuk anak ISPA

Ibu L dapat menyebutkan kembali lingkungan

rumah yang baik untuk mencegah ISPA

A: TUK 3 dan 4 tercapai

P:

- Melakukan pengkajian

- Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada An

S

Kamis, 6

Juni 2013

Pukul

10:30-

11:15 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang

TUK 3:

Dengan menggunakan lembar balik :

Menjelaskan cara perawatan gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara perawatan gizi kurang

Mengevaluasi cara pembuatan cemilan sehat yang

telah didapatkan Ibu L di penyuluhan gizi seimbang

S:

Ibu L mengatakan saat ini dirinya merasa lebih sehat

Ibu L mengatakan An S sudah mau makan lebih

banyak saat ini

Ibu L mengatakan An sarapan bubur ayam tadi pagi

Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat

puding TKTP

Ibu L mengatakan biasanya mengolah makanan

dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian

dipotong-potong

Ibu L mengatakan mencoba membuat makanan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

sebelumnya

Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan yang

benar

Mendemonstrasikan cara pengolahan sayur bayam

yang benar

Meminta keluarga untuk melakukan redemonstrasi

Membuat jadwal makan untuk An S dan An H

Memberikan reinforcement positif atas keputusan

yang telah diambil oleh keluarga

dengan mencampurkan sayuran di dalamnya, seperti

telur ditambahkan dengan wortel

O:

Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang

mengalami gizi kurang

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi

gizi kurang

Ibu L memiliki pengetahuan baik tentang cara yang

benar dalam mengolah makanan

Ibu L dapat mendemostrasikan cara pengolahan

makanan (sayur bayam) yang benar

Ibu L bersedia membuat jadwal makan anak

A: TUK 3 tercapai sebagian

P:

- Melakukan pengkajian KPSP

- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada An

S

Sabtu, 8

Juni 2013

Pukul

10:00-

10:45 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Melakukan pengkajian KPSP pada An S dan An H

Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3

TUK 3:

Dengan menggunakan lembar balik :

Menjelaskan cara perawatan gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara perawatan gizi kurang

S:

Ibu L mengatakan keadaan dirinya dan An S sehat

Ibu L mengatakan belum mencoba membuat

cemilan sehat, puding TKTP

Ibu L mengatakan An S biasanya suka puding,

namun kemarin tidak menghabiskan, berbeda

dengan An H yang sangat suka

Ibu L mengatakan masih mengurus KJS dan belum

sempat ke Cempaka Putih lagi karena Bapak S telah

diterima bekerja di thamrin

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan

yang benar

Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan

manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang tepat

untuk anak

Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi

seimbang yang tepat untuk anak

Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai usia

untuk An G

Memberikan reinforcement positif atas keputusan

yang telah diambil oleh keluarga

Ibu L mengatakan biasanya menyajikan makanan

yang ada pada An S, hanya nasinya saja yang hangat

Ibu L mengatakan An S selalu makan sambil disuapi

olehnya dan saat ini nafsu makannya semakin

membaik

Ibu L mengatakan sepertinya BB An S naik karena

semakin berat bila digendong

Ibu L mengatakan ingin melakukan berbagai cara

agar BB An S naik dan mau makan banyak

O:

Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan

pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An

S hanya dapat melakukan 4 dari 10 indikator

instruksi yang ada.

Kemampuan gerak kasar An S mengalami

keterlambatan perkembangan terlihat dari 4

indikator yang belum dapat dilakukan

Ibu L memutuskan untuk melakukan perawatan

masalah gizi kurang pada An S

Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali

cara pengolahan makanan yang benar

Ibu L dapat menyebutkan penyususnan menu

dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna

makanan

Ibu L dapat menyebutkan kembali porsi makan yang

sesuai untuk A G

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

A:

- TUK 3 tercapai

- Masalah keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan pada An S teridentifikasi

P:

- Mengevaluasi TUK 4 dan 5

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada An

S

Rabu, 12

Juni 2013

Pukul

10:30-

11:15 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Membuat kontrak

Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang

TUK 4:

Dengan menggunakan lembar balik :

Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat

memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota

keluarga dengan gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

cara menyajikan makanan untuk anak dengan gizi

kurang

Menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara

mengatasi anak yang tidak bersedia makan

Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan

yang mendukung untuk meningkatkan status gizi

anak

TUK 5:

Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat

S:

Ibu L mengatakan baik dirinya dan An S tidak

memiliki keluhan

Ibu L mengatakan obat An S sudah dihabiskan

Ibu L mengatakan hari berencana akan Puskesmas

ke Cempaka Putih lagi untuk memeriksakan An S

Ibu L mengatakan sedang mengurus KJS

Ibu L mengatakan akan menyediakan makanan yang

hangat untuk An S

Ibu L mengatakan An S sejak kemarin makannya

selalu habis setiap disuapi

O:

Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan

yang mendukung An S

Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3

dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S

Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara

mengatasi anak yang tidak bersedia makan

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan,

perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali

manfaat fasilitas kesehatan

Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu

puskesmas, rumah sakit, dan klinik.

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali

jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas

kesehatan

mendukung untuk meningkatkan status gizi An S

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan

yang dapat dikunjungi

Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan

kesehatan

Ibu L rutin mengunjungi posyandu setiap bulan

A: TUK 4 dan 5 tercapai

P:

- Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5

- Menilai tingkat kemandirian keluarga

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada An

S

Jumat, 14

Juni 2013

Pukul

10:30-

11:15 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Menjelaskan bahwa pada seminggu terakhir

mahasiswa bertugas di puskesmas

Membuat kontrak

Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai TUK

5

Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak S

Persiapan terminasi

TUK 1

Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian

gizi seimbang dan ISPA pada balita

Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab

dari gizi kurang dan ISPA

Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan

S:

Ibu L mengatakan Ibu L mengatakan mulai

mengajak An H makan bersama dengan An S

Ibu L mengatakan An S menghabiskan semua

makanan ketika makan kemarin

Ibu L mengatakan mulai menyediakan makanan

yang hangat dengan menu gizi seimbang

Ibu L mengatakan berharap berat badan An S dapat

naik

Ibu L mengatakan mulai memilih jajanan cemilan

yang sehat sesuai dengan anjuran

Ibu L mengatakan belum sempat mengunjungi

puskesmas Cempaka Putih

O:

Ibu L dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

gejala balita dengan gizi kurang dan ISPA

TUK 2

Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat dari

gizi kurang dan ISPA pada An S

Membantu keluarga untuk memutuskan merawat

anggota keluarga yang mengalami gizi kurang dan

ISPA

TUK 3:

Mendiskusikan cara perawatan gizi kurang dan ISPA

Meminta keluarga untuk menjelaskan pembagian

triguna makanan beserta contohnya

Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang porsi

makan yang sesuai dengan An G

Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cara

mengolah makanan yang benar

Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang

cemilan sehat

Meminta keluarga untuk menjelaskan perawatan

anak dengan ISPA

TUK 4:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat

memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota

keluarga dengan gizi kurang dan ISPA

Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali cara

menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang

Meminta keluarga untuk menjelaskan dengan

keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak yang

tidak bersedia makan

Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan

rumah yang sesuai bagi anak ISPA

dan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala

gizi kurang dan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi

kurang dan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi kurang

dan ISPA

Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang

mengalami gizi kurang dan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi

gizi kurang dan ISPA

Ibu L dapat menyebutkan komponen Triguna

makanan beserta 3 contohnya

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi

gizi kurang

Ibu L belum dapat menyebutkan porsi makan yang

sesuai untuk An S

Ibu L dapat menyebutkan cara pengolahan makanan

dengan benar

Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan

yang mendukung An S dengan gizi kurang dan

ISPA

Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3

dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 prinsip cara

mengatasi anak yang tidak bersedia makan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan

mendukung untuk meningkatkan status gizi anak dan

mencegah ISPA

TUK 5:

Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada

keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan

Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali

manfaat fasilitas kesehatan

Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu

puskesmas, rumah sakit, dan klinik.

Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas

kesehatan

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang

mendukung untuk meningkatkan status gizi An S

Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan

yang dapat dikunjungi

Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan

kesehatan

A:

Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II

menjadi III

P: Melakukan terminasi

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh pada An

S

Kamis, 20

Juni 2013

Pukul

15:30-

16:00 WIB

Memvalidasi keadaan keluarga

Menjelaskan tujuan kunjungan

Terminasi

Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan

meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan

Memotivasi keluarga untuk tetap rutin mengunujungi

posyandu sampai anak berusia 5 tahun

Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota

keluarga yang sakit

Memberikan reinforcement positif terhadap

pencapaian yang telah diraih keluarga

S:

Ibu L mengatakan dirinya dan An S merasa sehat

Ibu L mengatakan berterima kasih atas kunjungan

dan ilmu yang diberikan mahasiswa

Ibu L mengatakan akan tetap melakukan hal-hal

yang telah diberitahukan

Ibu L mengatakan berat badan An S naik 4 ons saat

dilakukan penimbangan

Ibu L mengatakan senang atas kenaikan BB An G

berkat usaha bersama

Ibu L berharap keluarganya dapat terus sehat

O:

Ibu L berespon baik terhadap masukan yang

diberikan

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 4

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S

PKKMP KOMUNITAS

A:

Masalah Gizi kurang belum teratasi

Masalah ISPA tidak terjadi

P:

- Melaporkan hasil kunjungan kepada kader

- Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan

terhadap status gizi An S

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 134: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 5

LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

FORMAT EVALUASI SUMATIF

Diagnosa 1:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S

No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi

Ya Tidak

1) Keluarga menyebutkan definisi dari

ketidakseimbangan nutrisi, yaitu asupan

nutrisi yang tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan metabolik.

2) Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5

penyebab gizi kurang, yaitu:

1 Makanan yang kurang (Tidak

tersedia makanan yang adekuat)

2 Jenis makanan tidak seimbang (tidak

cukup mendapat makanan yang

bergizi)

3 Pola asuh orang tua

4 Makan yang tidak teratur (Kebiasaan

makan yang kurang tepat)

5 Adanya Penyakit

3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6

tanda dan gejala gizi kurang, yaitu:

1 BB kurang dari 20% dari BB ideal

2 IMT di bawah normal

3 Badan kurus

4 Lemah dan pucat

5 Rambut tipis, berwarna merah

(pirang) dan mudah tercabut

6 Kaki dan tangan bengkak

4) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4

akibat ketidakseimbangan nutrisi jika

tidak diatasi, yaitu:

1 Pertumbuhan dan perkembangan

anak terganggu

2 Anak mudah sakit

3 Menurunkan daya pikir/ kecerdasan

4 Tonus otot buruk

5) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5

cara perawatan masalah gizi kurang,

yaitu:

1 memberikan makanan sesuai dengan

gizi seimbang (triguna makanan)

2 memberikan makanan sesuai dengan

kebutuhan/porsi makan anak

3 cara mengolah makanan dengan

benar

4 mengatur jadwal makan pada anak

5 tata makanan yang menarik sesuai

dengan makanan kesukaan anak

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 135: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 5

LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

6) Keluarga dapat menyebutkan manfaat

dari triguna makanan serta memberikan

contohnya melalui food model

7) Keluarga mampu mendemontrasikan

pemberian makan sesuai porsi dengan

gizi yang seimbang, dan sesuai dengan

kebutuhan anak

Menjelaskan ulang terkait

porsi makan yang sesuai

untuk anak dengan leaflet

8) Keluarga dapat mendemonstrasikan cara

pengolahan makanan dengan benar

9) Keluarga mampu mendemonstrasikan

pengaturan jadwal makan pada anak

Memotivasi keluarga

untuk mengatur jadwal

makan anak, jelaskan

keuntungan

10) Keluarga mampu mendemonstrasikan

makan bersama anak, dan memotivasi

anak untuk menghabiskan porsi makan

anak

11) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5

cara memodifikasi lingkungan yang

sesuai untuk gizi kurang, yaitu

memodifikasi makanan dengan:

1 harga terjangkau

2 nilai gizinya baik

3 memilih makanan yang masih segar

4 memasak makanan dengan tampilan

yang menarik

5 makan bersama anak

12) Keluarga mampu melakukan modifikasi

lingkungan untuk mengatasi gizi kurang

13) Keluarga mampu menyebutkan manfaat

fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana

untuk pemeriksaan, perawatan gizi

kurang, sebagai sarana untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan

tepat untuk mengatasi masalah gizi

kurang

14) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5

fasilitas pelayanan kes. yang dapat

digunakan dalam penanganan gizi

kurang, yaitu:

puskesmas, posyandu, RS, Praktek

perawat, dan dokter praktek.

15) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk penanganan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 136: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 5

LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

Diagnosa 2:

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S

No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi

Ya Tidak

1 Keluarga mampu menyebutkan

pengertian ISPA yaitu penyakit infeksi

saluran pernafasan akut yang ditandai

dengan batuk pilek yang datangnya tiba-

tiba

2 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5

penyebab ISPA

Penyebab utama: Virus

Penyebab lain :

1. Tertular penderita lain

2. Kurang gizi

3. Tinggal dilingkungan yang kurang

sehat

4. Imunisasi tidak lengkap

3 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4

tanda/gejala ISPA:

1. Batuk pilek

2. Demam/panas

3. Nafas sesak/ada tarikan dinding dada

saat bernapas

4. Nafas cepat: yaitu: anak usia 2 bulan:

60 x/menit

4 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4

akibat ISPA bila tidak diatasi

1. Daya tahan tubuh menurun.

2. Tumbuh kembang terhambat

3. Biaya berobat mahal

4. Meninggal dunia

5 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5

cara pencegahan ISPA:

1. Jauhkan dari penderita batuk

2. Berikan tetap ASI

3. Mintakan imunisasi lengkap

4. Berikan makanan bergizi setiap hari

5. Jaga kebersihan tubuh, makanan dan

lingkungan

6 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6

cara perawatan ISPA:

1. Istirahat yang cukup

2. Jika hidung tersumbat karena pilek,

bersihkan dengan ujung sapu tangan.

3. Jika anak demam:

- Berikan obat penurun panas.

- Berikan minum banyak

- Kompres dengan air biasa

- Jangan gunakan selimut tebal

- Sirkulasi udara adekuat.

Menjelaskan ulang

tentang cara-cara

perawatan anak ISPA

dengan menggunakan

leaflet

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 137: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 5

LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

4. Berikan makanan bergizi.

5. Berikan inhalasi sederhana dengan

menggunakan air panas dalam baskom

dan minyak kayu putih.

Cara tradisional merawat ISPA:

Campuran setengah sendok perasan air

jeruk nipis dengan setengah sendok

makan madu atau kecap.

7 Keluarga mampu mendemontrasikan

kompres hangat

8 Keluarga mampu mendemontrasikan

inhalasi sederhana

9 Keluarga mampu mendemonstrasikan

cara membuat campuran kecap dan jeruk

nipis

11 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5

cara memodifikasi lingkungan mengatasi

masalah ISPA

1. Rumah dan lingkungan bersih.

2. Pencahayaan dalam rumah adekuat.

3. Hindari anak menghirup debu

4. Membuka jendela setiap hari agar

sirkualsi udara dalam rumah baik.

5. Rumah tidak lembab.

Menjelaskan ulang

tentang lingkungan yang

sesuai untuk anak ISPA

dan memotivasi keluarga

untuk memodifikasi

lingkungan dengan

menjelaskan manfaat

12 Keluarga mampu melakukan modifikasi

lingkungan untuk mengatasi ISPA

Keluarga baru melakukan

dua modifikasi

lingkungan, memotivasi

keluarga agar dapat

melakukan modifikasi

lain

13 Keluarga mampu menyebutkan manfaat

fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana

untuk pemeriksaan,

perawatan/pengobatan ISPA, sebagai

sarana untuk mendapatkan informasi

yang akurat dan tepat untuk mengatasi

masalah ISPA

14 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6

fasilitas pelayanan kes. yang dapat

digunakan dalam penanganan ISPA,

yaitu:

puskesmas, posyandu, RS, Praktek

perawat, dokter praktek dan praktek

bidan.

15 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk penanganan ISPA

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 138: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 6

EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

TINGKAT KEMANDIRIAN

Nama keluarga : Bapak S

Alamat : RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar,

Kecamatan Cimanggis.

KESIMPULAN:

Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh

minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah

kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di

keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah

kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan

dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat

disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III”

dengan alasan:

Kriteria Ya Tidak Pembenaran

Keluarga

menerima

petugas

perawatan

kesehatan

masyarakat

√ Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga,

anggota keluarga selalu menerima kedatangan

mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan

kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga

Bapak S, terutama Ibu L selalu menghentikan

sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa

datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu

L juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih

terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.

Keluarga Bapak S juga terlihat antusias setiap

kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut

mendengarkan proses interaksi. Bapak S turut ikut

berpartisipasi juga apabila sedang tidak ada pekerjaan,

namun biasanya hanya sebentar karena harus bekerja

dan melakukan aktivitas lainnya. Keluarga juga

menerima masukan dari mahasiswa dengan

menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah

kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa.

Keluarga

mengungkapk

an masalah

kesehatan

yang dialami

secara benar

√ Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat

kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga

menjawab pertanyaan dengan jujur, beberapa

dibuktikan oleh bukti autentik, misalnya kartu KMS

posyandu dari An S dan rutinitas Ibu L mengunjungi

posyandu setiap bulan. Keluhan kesehatan yang

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 139: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

LAMPIRAN 6

EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S

PK KKMP KOMUNITAS

diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Menurut keluarga, keberadaan mahasiswa bermanfaat

untuk memperoleh informasi tentang manajemen

kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi

masalah kesehatan yang ada.

Keluarga

menerima

pelayanan

kesehatan

yang diberikan

sesuai dengan

rencana

keperawatan

√ Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada

keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 3 masalah

keperawatan yang ada, yaitu nutrisi kurang pada An.

S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S,

dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

pada An. S. Selama intervensi keluarga diberikan oleh

mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga

menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan.

Setiap diskusi, Ibu L tampak antusias untuk

mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil

tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga,

misalnya saat Ibu L memasak makanan kesukaan

anak, menemani anak saat makan, memodifikasi menu

makan anak, melakukan inhalasi sederhana pada anak,

dan memberikan makanan yang bergizi. Ibu L

mendiskusikan tentang pemilihan menu makanan dan

mulai melakukan upaya memasak sayuran untuk anak.

Dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, dua

diagnosa telah diselesaikan.

Keluarga

melakukan

tindakan

pencegahan

√ Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan

terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya:

Memasak dan menyediakan makanan kesukaan anak

Menemani anak saat makan

Menyediakan air minum sesuai kebutuhan anak

Melakukan teknik nhalasi sederhana

Keluarga

melakukan

promosi

kesehatan

secara aktif

√ Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan

secara aktif, karena :

Belum dapat menyediakan lingkungan yang sesuai

untuk masalah ISPA

Belum mengurangi jajan makanan yang kurang

memiliki nilai gizi

Belum

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 140: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Penyusunan Menu dengan Gizi Seimbang berdasarkan Triguna Makanan

sebagai Intervensi untuk Mengatasi Masalah Gizi Kurang pada Balita

Fitri Anggraeni Harahap

1; Ns Tri Widyastuti H., S.Kep

2

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424

Email: [email protected]

Abstrak

Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat

perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan

keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan

nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang

bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga.

Intervensi ynag menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang

pada balita berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah menyediakan

makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah

melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.

Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan

Abstract

Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially

malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process

of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on toodler children. Implementation to

the family is consisting of the cognitive, affective, and psychomotor that uses the five family

health tasks. Nursing interventions that become the main intervention is scheduling of

nutritionally balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of

nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother, reported

that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family reported that the

family has made efforts to provide the food with balanced nutrition to their children.

Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan)

PENDAHULUAN Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di

Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor,

salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor

ekonomi, yaitu kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat perkotaan. Kemiskinan menjadi

salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan

rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya

berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration,

2000).

Karya Ilmiah Akhir-Ners

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 141: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 mencapai

28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada

tahun 2007 di Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data

tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah prevalensi nasional dan cenderung mengalami

penurunan. Dinas kesehatan Kota Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007

Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07 bertujuan untuk melakukan

asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang.

Berdasarkan lokakarya mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah balita

yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan upaya screening pada kegiatan

posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dilakukan upaya

tindak lanjut.

Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan

intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat

meningkatkan status gizi balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga

Bapak S, khususnya An S selama 7 minggu. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada An S seperti tampak

kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta IMT berada di bawah persentil -3SD dimana

termasuk dalam kategori gizi buruk (Kemenkes, 2011).

METODOLOGI Studi kasus pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

pada anak balita. studi ini dilakukan dengan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dari tahap pengkajian,

penegakkan diagnosis, perencanaan intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

HASIL Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun) dengan tahap

perkembangan keluarga dengan pra sekolah. Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An H (5 tahun)

dan An S (17 bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah

hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An S. Keluarga Bapak S merupakan

pendududk baru di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar.

An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu disebabkan oleh solusio plasenta

yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi BB An S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di

rumah sakit, BB An S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An S pulang paksa dengan alasan biaya yang sudah

tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik

hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu mengatakan An S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering

mengemil makanan cemilan. An S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi, dan sering tidak

menghabiskan prosi makannya. Ibu S nampak memiliki pengetahuan yang kurang terkait gizi ketika ditanya oleh

mahasiswa. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam memberikan makan pada An S.

Ibu L bersama mahasiswa melakukan kunjungan ke puskesmas untuk memeriksakan An S yang telah mengalami

batuk pilek lebih dari 3 hari. Dilakukan pengukuran antropomtri pada An A, dan didapatkan hasil BB An S

adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah garis merah dan termasuk

dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu 75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An S

berada di bawah pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam

kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk dalam kategori gizi buruk,

yaitu di bawah – 3 SD.

Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat

ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S,

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S.

Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah

diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S.

Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang,

pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang.

Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk

memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Mendiskusikan bersama keluarga cara

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 142: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

mengatasi masalah gizi kurang, yaitu dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan

bahan makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan sesuai

dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan

jadwal makan anak, dan cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan

gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai

modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah

makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai

manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk

mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.

Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan

keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa

melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S

mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi

kurang.

Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang pada balita

dapat terpenuhi. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa

mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010). Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya

pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan baik, mengatur keuangan, menyediakan menu

dengan gizi seimbang, menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada di masyarakat (Widyatuti, 2001).

Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan

menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut

Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin,

dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak. Wong (2008) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita

lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan

melalui penimbangan berat badan An S, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons,

yaitu dari 7,2 kg menjadi 7,6 kg. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan

makanan dengan gizi seimbang kepada anak.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi,

mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang

mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk

perawatan gizi kurang.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak S berada pada

tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan

masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan,

keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana

sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga

melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

PEMBAHASAN Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Cimanggis dengan luas wilayah

Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2

dengan jumlah total penduduk adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia

terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah laki-laki 1235 orang. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW).,

salah satu diantaranya adalah RW 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170 orang. Hasil

screening terhadap balita di Rw 07 pada kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 12,1%.

Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang

memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah

perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan

dengan kemiskinan yang terjadi di RW 07.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 143: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Status

ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Potts & Mandleco (2007) mengemukakan

pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi

kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.

Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi, salah satunya terjadi di wilayah RW

07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang,

yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar.

Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW

07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas

kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi

Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan

keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu

makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan intervensi tersebut

dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita.

Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai

salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita.

Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut

Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan

dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita

(Hidayati, 2011). Potts & Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang

signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan

kemiskinan.

Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam

keluarga dilakukan melaui peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan

prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi

makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan

mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa

mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010).

Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan

keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa

melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S

mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons.

Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan

menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut

Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas,

atau dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi.

Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan makanan dengan menu gizi seimbang.

Hal ini merupakan salah satu cara perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini

dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak S nampak hanya memakan

makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena

kurangnya variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi pada keluarga tentang

nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08

kali mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik.

Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam

menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat

dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung

oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan

ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran

keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan

mengenai triguna makanan.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013

Page 144: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN

SIMPULAN Penulisan ini dapat menggambarkan bahwa peran perawat komunitas dalam pemberian asuhan keperawatan

melalui pendekatan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gizi seimbang, dan dapat

meningkatkan status kesehatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita. Upaya pemberian promosi

kesehatan dapat dilakukan dengan menjelaskan tentang penyusunan menu dengan gizi seimbang pada balita

berdasarkan triguna makanan. Pemenuhan gizi balita dengan memperhatikan kandungan zat-zat gizi seperti zat

tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur dalam triguna makanan sangat penting untuk diterapkan dalam

mengatasi masalah gizi kurang. Masalah gizi, terutama gizi kurang dan gizi buruk yang terdapat dalam

masyarakat perkotaan disebabkan oleh faktor ekonomi dan ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan

makanan bergizi. Masalah nin perlu ditangani segera dengan melibatkan berbagai pihak, salah satunya adalah

perawat komunitas dan puskesmas Cimanggis agar masalah gizi dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri

kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga.

Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id.

Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan.

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th

ed).

California: Appleton and Lange.

Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi

balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana.

Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th

ed). Philippine : Argonauta

Corporation.

Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Ipediatric nursing: caring for children and their families. 2th

edition. Canada:

Thomson Delmar Learning.

Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice. Philadelphia: WB. Saunders.

Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th

ed). St Louis United States: Mosby Inc.

Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka.

United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End

Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org.

Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan

Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013