asuhan keperawatan kelompok lansia pstw

Upload: muhammad-alfian

Post on 08-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Kelompok Lansia PstwAsuhan Keperawatan Kelompok Lansia Pstw

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alam yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, 2000).

Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia berjumlah 16 juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat keempat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat . Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS tahun 1998 masing-masing untuk pria 63 tahun dan perempuan 67 tahun. Angka di atas berbeda dengan kajian WHO (1999), dimana usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke-103 dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa angka harapan hidup masyarakat Indonesia pada tahun 2005 tercatat 67,68. dan jumlah lanjut usia ini mencapai 18,4 juta (8,4%) dari total penduduk Indonesia. Data statistik tersebut mengisyaratkan pentingnya pengembangan keperawatan gerontik di Indonesia (Harian Waspada, 24 September 2006, hal. 15).

Fokus asuhan keperawatan pada lansia ditujukan pada dua kelompok lansia, yaitu (1) lansia yang sehat dan produktif, dan (2) lansia yang memiliki kerentanan tubuh dengan ditandai kondisi fisik yang mulai melemah, sakit-sakitan, dan daya pikir menurun . Pemberian asuhan keperawatan bagi kedua kelompok tersebut bertujuan untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan oleh lansia yaitu memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan produktif dalam tiga dimensi, yaitu fisik, fungsional, dan kognitif (Nugroho, 2000). Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh (Hanafi, 2008).Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lanjut terus meningkat. Peningkatan jumlah tersebut seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup , yakni 63 tahun untuk laki-laki dan 67 untuk wanita. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk usia lanjut Indonesia pada tahun 2000 mencapai 7,1 % dari total penduduk yang 201.241.999 jiwa atau mencapai 14.415.814 jiwa. Ini mencerminkan salah satu satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain sekaligus menjadi tantangan untuk mengupayakan agar mereka mampu mempertahankan kualitas hidupnya. Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian pada bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.Masa tua atau usia lanjut secara alami tidak dapat dihindari. Pada usia lanjut tejadi perubahan biologis karena proses penuaan dimana fungsi organ akan berkurang sehingga timbul banyak masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan muskuloskeletal, penyakit infeksi TBC, ISPA, mata, gizi, gangguan endokrin, ganguan psikososial dan berbagai akibat dari pengaruh lingkungan sosial, budaya ekonomi dan pendidikan. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikiologis. Oleh karena itu diperlukan pembinaan usia lanjut yang terpadu dan berkesinambungan baik berupa upaya preventif, kuratif maupun rehabilitatif dengan memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya serta potensi yang ada dalam masyarakat sehingga kesehatan usia lanjut dapat terpelihara dengan baik dan sumber daya usia lanjut dapat berfungsi sebagai aset yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa.

Meningkatnya kualitas kesehatan usia lanjut dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dimana perawat termasuk di dalamnya. Perawatan lansia menjadi tantangan tersendiri bagi perawat, perubahanperubahan kecil dalam kemampuan seorang lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberi dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, spiritual dan aspek yang lain. Berkaitan dengan peran perawat sebagai pemberi perawatan maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada lansia sebagai kelompok.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia sebagai kelompok di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada lansia sebagai kelompok di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan lansia yang tinggal di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan atas permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan pada lansia seabagai kelompok di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan lansia seabagai kelompok di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.C. Manfaat

Manfaat dari praktek keperawatan gerontik adalah :

1) Bagi mahasiswaDapat menerapkan konsep teori/asuhan keperawatan gerontik pada lansia sebagai kelompok di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru.

2) Bagi Lansia di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbarua) Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya

b) Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya secara sederhanac) Lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal

3) Panti Sosial Tresna Werdha Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat panti guna membantu program kesehatan pada masyarakat khususnya pada lansia.D. Sistematika Penulisan

BAB IPendahuluan berisi: latar belakang, tujuan, manfaat, sistematika penulisan.BAB IITinjauan Pustaka berisi: tasan lansia, proses menua, teori proses menua, permasalahan yang terjadi pada lansia, factor yang mempengaruhi penuaan, perubahan yang terjadi pada lansia, patofisiologi proses menua.BAB IIITinjuan Lapangan berisi: pengkajian, analisa masalah, prioritas masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.BAB IVPembahasan berisi: masalah nyeri akut(hipertensi), masalah risiko jatuh dan masalah inkontinensia urine.BAB V Penutup berisi: kesimpulan dan saran.Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

B. Proses Menua (Aging Process)

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.

Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2000).

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

C. Teori Proses Menuaa. Teori Teori Biologi

1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2) Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak).

3) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.4) Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

5) Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

6) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

7) Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

8) Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

Kehilangan Peran

Hambatan Kontak Sosial

Berkurangnya Kontak Komitmen

c. Teori Psikologi

1) Teori Tugas Perkembangan

Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain adalah:

Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan

Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan di atas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan

Kematangan fisik

Harapan dan kebudayaan masyarakat

Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).

2) Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

3) Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (delapan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan Erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu: pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua tersebut.

D. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total pola hidupnya,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal,

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak, dan

e. Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c. Selalu mengingat kembali masa lalu

d. Selalu khawatir karena pengangguran

e. Kurang ada motivasi

f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

E. Faktor faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

a. Hereditas atau ketuaan genetik

b. Nutrisi atau makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan dan tres

F. Perubahan Perubahan yang Terjadi pada Lansia

a. Perubahan Fisik

1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan ekstra seluler

2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.

4) Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.

5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.

7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut - serabut otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan tremor.

11) Sistem Reproduksi : Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina, atropi uterus dan ovarium, serta penurunan tonus muskulus pubokoksigeus. Pada pria lanjut usia, penis dan testis menurun ukurannya dan kadar androgen berkurang.

b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

Perubahan fisik, khususnya organ perasa

Kesehatan umum

Tingkat pendidikan

Keturunan

Lingkungan.

c. Perubahan Perubahan Psikososial

Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

Merasakan atau sadar akan kematian

Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

G. Patofisiologi Proses Penuaan

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

A. PENGKAJIANData Inti1) Nama Komunitas: Wisma FlamboyanNamaUmurJKStatus PernikahanPendidikan duluPekerjaan

duluAgama

Tn.Ardiansyah72LMenikahSDSwastaIslam

Tn.Gazali78LDudaSDSwastaIslam

Tn.Ahmad Umar79LDudaTdk tmt SDSwastaIslam

Tn.Budiansyah74LMenikahSLTAPOLRIIslam

Tn.Supomo98LDudaTdk tmt SDPetaniIslam

Tn.Hasan78LDudaSDSwastaIslam

Tn.Yusran77LDudaSDPetaniIslam

Tn.Agus Pahrin76LMenikahSDSwastaIslam

Tn.Umar78LDudaTdk tmt SDJuru MasakIslam

Sumber : Hasil Pemeriksaan Fisik oleh Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW BanjarbaruPada pemeriksaan fisik dalam hal ini tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu terhadap lansia penghuni Wisma Flamboyan didapatkan hasil yaitu sebagai berikut:

NamaTekanan DarahNadiPernafasanSuhu

Tn.Ardiansyah170/90 mmHg88 x/m22 x/m36.8 C

Tn.Gazali130/90 mmHg80 x/m18 x/m36.9 C

Tn.Ahmad Umar150/90 mmHg84 x/m20 x/m36.6 C

Tn.Budiansyah180/110 mmHg88 x/m20 x/m36.8 C

Tn.Supomo130/100 mmHg82 x/m20 x/m36.9 C

Tn.Hasan150/90 mmHg84 x/m18 x/m36.9 C

Tn.Yusran150/100 mmHg82 x/m22 x/m36.7 C

Tn.Agus Pahrin130/80 mmHg80 x/m20 x/m36.8 C

Tn.Umar150/90 mmHg80 x/m20 x/m36.7 C

Sumber : Hasil Pemeriksaan Fisik oleh Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan Umur para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012

NoKategori UmurFrekuensiProsentase

1.

2.

3.Elderly (60-74)Old (75-90)Very Old (>90)2

6

122.22 %

66.67 %

11.11%

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar Umur lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) Golongan Old.

Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPendidikanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.Tidak Tamat SD

SD

SMP

SMA

PT

Buta Huruf3

5

-

1

-

-33.33 %

55.56 %

-

11.11 %

-

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) berpendidikan SD.

Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan Agama para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoAgamaFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.Islam

Kristen

Katolik

Hindu

Budha Lain-lain9

-

-

-

-

-100 %

-

-

-

-

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh lansia di Wisma Flamboyan (100 %) beragama Islam.

Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan Status Perkawinan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoStatus PerkawinanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.Kawin

Tidak Kawin

Duda 3

-

633.33 %

-

66.67 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67%) berstatus Duda.

Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan Suku para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 201NoSukuFrekuensiProsentase

1.

2.

3.Banjar

Jawa

Lain lain4

5

-44.44 %

55.56 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56%) bersuku Jawa.

Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan Pekerjaan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPekerjaanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Petani

Polri

Swasta

Juru Masak2

1

5

122.22 %

11.11 %

55.56 %

11.11 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56%) bekerja dulunya di bidang swasta.

2) NilaiPenghuni wisma mengatakan kebersamaan diantara mereka sangat penting karena di wisma inilah mereka mendapatkan keluarga dan support sistem yang baik.3) Keyakinan

Seluruh penghuni panti beragama Islam, sebagian dari penghuni rutin menjalankan shalat lima waktu dan yang lainnya tidak bisa karena keterbatasan fisik.4) Riwayat timbul Komunitas

Panti Sosial Tresna Werda Rawa Sejahtera berdiri tahun 1977. Berlokasi di Jl.A Yani Km.18,7. Kelurahan Landasan Ulin Barat dengan daya tampung 50 orang. Mengingat kondisi bangunan yang tidak memenuhi standar, sejak tahun 1981 dipindahkan ke Jl.A Yani Km.21,7. Kelurahan Landasan Tengah Banjarbaru dan diberi nama Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera.Data Sub Sistem

1) Lingkungan Fisik/Wisma

Denah Panti Sosial Tresna Werdha:

Wisma berukuran 10 x 12 m2 Wisma ditempati 9 orang lansia laki-laki Penerangan: wisma diterangi oleh lampu listrik serta jendela yang bisa dibuka sehingga cahaya dapat masuk saat siang hari

Sirkulasi: keadaan sirkulasi udara baik dengan terbukanya jendela serta ventilasi yang baik

Denah Wisma Flamboyan:

halaman depan Kepadatan: dengan perhitungan Luas wisma 120 m2, maka tiap orang mempunyai luas wilayah yaitu 13,33 m2. Kepadatan ini tidak menimbulkan stessor bagi penghuni wisma.

Keadaan got tergenang saat turuh hujan

Keadaan rumput di sekitar wisma sangat sedikit dan kurang terawat Fasilitas Wisma: Kamar mandi/WC licin

Batas Wilayah:

Kiri: wisma MawarDepan

: jalan dan wisma AnggrekKanan: wisma CempakaBelakang: tembok pembatas

Kondisi geografis: dulunya merupakan daerah rawa, kondisi lembab

2) Pendidikan

Pendidikan yang didapat di PSTW:Senin:Yaasinan

Selasa:Maulid Habsy/ BTA

Rabu:Ceramah agama dan pemeriksaan kesehatan

Kamis:Bimbingan sosial/Gotong royong

Jumat:Senam

Sabtu:Bimbingan sosial/Dinamika kelompok

Minggu:Istirahat

Pendidikan keagamaan yang biasanya didapatkan oleh para penghuni wisma meliputi ceramah agama dan Maulid Habsy. Biasanya disampaikan oleh penceramah atau Ustadz yang sengaja didatangkan oleh pihak panti.

Pendidikan kesehatan yang biasanya didapat adalah mengenai masalah lansia yang sering terjadi seperti risiko jatuh, hipertensi dan menggosok gigi yang benar. Biasanya disampaikan oleh mahasiswa yang praktik di Wisma Flamboyan. Pihak yang memberikan pendidikan biasanya adalah: mahasiswa praktik Kegiatan mengisi waktu luang: Olahraga, BTL, Pengajian Fasilitas pendidikan: mushola dan ruang keterampilan

Bahasa yang digunakan: Jawa dan Banjar

3) Keamanan dan Transportasi Keamanan dan keselamatan: keamanan terjaga dengan adanya tembok pembatas, pos satpam yang dijaga 24 jam Halaman wisma dan lantai di wisma licin, banyak ditumbuhi lumut

Di wisma tidak ada keset di wisma

Sebagian besar lansia tidak menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar wisma

Dari semua lansia hanya ada seorang penghuni yang terlihat menggunakan tongkat saat beraktivitas

Sebagian besar penghuni wisma berjalan dengan lambat, tanpa alat bantu, tampak gaya berjalan yang aneh Transportasi: aktivitas keseharian dengan berjalan kaki sedangkan apabila ada agenda di luar panti maka menggunakan transportasi seperti mobil dan angkutan kota

4) Politik dan Kebijakan Pemerintah Penanganan Usaha kesejahteraan sosial untuk lansia terlantar merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Salah satu usaha pemerintah dalam penanganan lansia terlantar adalah melalui program pelayanan dalam Panti Sosial Tresna Werda, dengan harapan lansia dapat menikmati hidupnya dengan rasa aman, tentram lahir dan batin. Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera berada di bawah dinas sosial Provinsi Kalimantan Selatan.

Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera menyediakan professional dari berbagai latar belakang profesi untuk menunjang kesehatan lansia di dalamnya.

Landasan Hukum Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera:

UU No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut

UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

PP No.43 tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia Peraturan Gub. KalSel No.8 tahun 2008 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana teknis dinas dan badan Prov. Kalimantan Selatan Peraturan Gub. KalSel No.031 tahun 2009 tentang unsure-unsur organisasi Dinas Sosial dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan dinas Prov. Kalimantan Selatan

5) Pelayanan Kesehatan yang Tersedia

Petugas pelayanan kesehatan yang tersedia di PSTW Budi sejahtera meliputi dokter berjumlah 1 orang dan perawat berjumlah 3 orang.

Pelayanan kesehatan: terdapat poliklinik yang mengadakan pemeriksaan kesehatan setiap hari rabu Dari hasil pengamatan tentang data pengunjung dari tiga bulan terakhir didapatkan data dari semua lansia di Wisma Flamboyan hanya 22.22 % yang rutin memeriksakan kesehatan di poliklinik.

Pelayanan IGD: mempunyai akses ke RSUD Ulin Banjarmasin sebagai rujukan tingkat provinsi

Bekerjasama juga dengan Puskesmas Landasan Ulin

Fasilitas sosial: Pasar Ulin jarak 5 KM dan toko terdapat di sekitar PSTW

Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan masalah kesehatan yang paling sering dialami para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoKeluhan yang Sering dialamiFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Nyeri sendi

Hipertensi

Katarak

Inkontinensia3

6

-

-33.33 %

66.67 %

-

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 % ) mempunyai keluhan yang paling sering dirasakan adalah Hipertensi dan sebagian kecil (33.33%) mempunyai keluhan yang dirasakan yaitu nyeri sendi.

Tabel 8. Distribusi frekuensi mengalami nyeri sendi/kaku/kesemutan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri sendi/kaku/kesemutanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang3

-

5

133.33 %

-

55.56 %

11.11 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56%) kadang-kadang mengalami nyeri sendi/kaku/kesemutan dan hampir setengahnya (33.33 %) selalu mengalami nyeri sendi/kaku/kesemutan.

Tabel 9. Distribusi frekuensi perasaan nyeri yang dirasakan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPerasaan nyeri yang dirasakanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.Nyeri tumpul dan menyebar

Nyeri seperti terbakar

Nyeri seperti ditusuk-tusuk1

-

811.11 %

-

88.89 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (88.89%) merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Tabel 10. Distribusi frekuensi bagian tubuh yang mengalami nyeri para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoBagian tubuh yang mengalami nyeriFrekuensiProsentase

1.

2.

3.Pinggang

Lutut

Pergelangan kaki2

2

522.22 %

22.22 %

55.56 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengalami nyeri di pergelangan kaki.

Tabel 11. Distribusi frekuensi derajat nyeri yang dirasakan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoDerajat nyeriFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Ringan (1-3)

Sedang (4-6)

Berat Terkontrol (7-9)

Berat Tidak Terkontrol (10)1

6

2

-11.11 %

66.67 %

22.22 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami nyeri derajat sedang.

Tabel 12. Distribusi frekuensi mengalami nyeri pada pagi hari para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri pada

pagi hariFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami nyeri pada pagi hari.Tabel 13. Distribusi frekuensi mengalami nyeri pada malam hari para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri pada

malam hariFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak3

633.33 %

66.67 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil lansia di Wisma Flamboyan (33.33 %) mengalami nyeri pada malam hari.

Tabel 14. Distribusi frekuensi mengalami nyeri pada saat merubah posisi para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri pada

saat merubah posisiFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami nyeri pada saat lansia merubah posisi.Tabel 15. Distribusi frekuensi mengalami nyeri pada saat beraktivitas para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri pada

saat beraktivitasFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami nyeri pada saat lansia beraktivitas.Tabel 16. Distribusi frekuensi mengalami nyeri pada saat bangun tidur para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMengalami nyeri pada

bangun tidurFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami nyeri pada saat lansia bangun tidur.

Tabel 17. Distribusi frekuensi mengalami terpeleset para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPernah terpelesetFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak5

455.56 %

44.44 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) pernah mengalami terpeleset.

Tabel 18. Distribusi frekuensi kejadian terpeleset para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoKejadian terpelesetFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Tidak pernah

1 kali

2 -3 kali

> 3 kali4

-

5

-44.44 %

-

55.56 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) pernah mengalami terpeleset sebanyak 2 sampai 3 kali.

Tabel 19. Distribusi frekuensi penggunaan tongkat saat beraktivitas para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPenggunaan tongkatFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak1811.11 %88.89 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh lansia di Wisma Flamboyan (100 %) tidak menggunakan tongkat saat beraktivitas baik di dalam maupun di luar wisma.

Tabel 20. Distribusi frekuensi riwayat stroke para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoRiwayat StrokeFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak5

455.56 %

44.44 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) pernah mengalami stroke.

Tabel 21. Distribusi frekuensi mengalami pandangan mata kabur para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoPandangan mata kaburFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mempunyai pandangan mata kabur.

Tabel 22. Distribusi frekuensi mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoTengkuk tegang/sakit kepala berat/pusingFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.

5.Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah-

6

2

1

--

66.67 %

22.22 %

11.11 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) sering mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing.

Tabel 23. Distribusi frekuensi lama keluhan tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing dirasakan para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoLama keluhan tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing dirasakanFrekuensiProsentase

1.

2.

3.< 1 tahun

1 5 tahun

> 5 tahun-

3

6-

33.33 %

66.67 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing lebih dari 5 tahun.

Tabel 24. Distribusi frekuensi usaha mengatasi tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoUsaha mengatasi tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusingFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.Berobat ke poliklinik

Beli obat di warung

Dibawa istirahat

Didiamkan saja1

2

2

411.11 %

22.22 %

22.22 %

44.45 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.45 %) mendiamkan saja apabila mereka mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing.

Tabel 25. Distribusi frekuensi tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing mengganggu tidur para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoTengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing mengganggu tidurFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak5

455.56 %

44.44 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengalami gangguan tidur akibat tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing dan sebagiannya (44.44 %) mengatakan tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing tidak mengganggu tidur.Tabel 26. Distribusi frekuensi makan tinggi akan kadar garam para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMakan tinggi akan kadar garamFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan sering makan makanan yang tinggi akan kadar garam.

Tabel 27. Distribusi frekuensi memeriksakan tekanan darah pada petugas para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMemeriksakan tekanan darah pada petugasFrekuensiProsentase

1.

2.

3.

4.

5.Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah-

-

2

7

--

-

22.22 %

77.78 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) jarang untuk memeriksakan tekanan darah pada petugas dan sebagian kecil (22.22 %) kadang-kadang memeriksakan tekanan darah pada petugas.Tabel 28. Distribusi frekuensi BAK tidak terkontrol para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoBAK tidak terkontrolFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak4

544.44 %

55.56 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengalami BAK tidak terkontrol dan sebagian besar (55.56 %) masih bisa mengontrol BAK.

Tabel 29. Distribusi frekuensi BAK tidak terkontrol dalam sehari para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoBAK tidak terkontrol dalam sehariFrekuensiProsentase

1.

2.

3.1 kali

2 5 kali

> 5 kali5

4

-55.56 %

44.44 %

-

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengalami BAK tidak terkontrol sebanyak 2 sampai 5 kali dalam sehari.Tabel 30. Distribusi frekuensi BAK sembarang tempat para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoBAK sembarang tempatFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak1

811.11 %

88.89 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil lansia di Wisma Flamboyan (11.11 %) melakukan BAK di sembarang tempat.Tabel 31. Distribusi frekuensi BAK tidak terkontrol saat batuk para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoBAK tidak terkontrol saat batukFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak6

366.67 %

33.33 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengalami BAK tidak terkontrol saat batuk.Tabel 32. Distribusi frekuensi mendapatkan senam untuk melatih BAK yang tidak terkontrol para lansia di Wisma Flamboyan tanggal 31 Desember 2012NoMendapatkan pelatihan untuk mengontrol BAKFrekuensiProsentase

1.

2.Ya

Tidak-

9-

100 %

Jumlah9100 %

Sumber : Survey Mahasiswa Ners Ilmu Keperawatan UNLAM Kelompok C terhadap 9 orang lansia di di Wisma Flamboyan PSTW Banjarbaru

Interpretasi : Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh lansia di Wisma Flamboyan (100 %) mengatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk mengontrol BAK.6) Sistem Komunikasi

Dari hasil pengkajian yang dilakukan terlihat komunikasi diantara beberapa lansia masih efektif, namun ada juga beberapa lansia yang mengalami keterbatasan komunikasi karena keterbatasan pendengaran yang mereka alami. Sarana komunikasi: telepon, surat kabar, fax, dan email

Cara menyebarkan informasi di PSTW: melalui poster yang ditempel di dinding/Mading di sekitaran Aula.

7) Sistem Ekonomi

Tidak ada sistem ekonomi yang berlangsung di PSTW. Tidak terdapat fasilitas ekonomi di dalam panti. Lansia di panti hanya melakukan aktifitas misal kerajinan tangan hanya untuk mengisi waktu luang. Keterampilan seperti menjahit, menyulam, merajut untuk lansia perempuan sedangkan berkebun dan keterampilan tangan untuk lansia laki-laki dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang.8) Rekreasi

Kebiasaan rekreasi: pernah rekreasi ke Bincau dengan para pengasuh Rekreasi yang biasa dilakukan di Wisma adalah menonton TV bersama

Fasilitas rekreasi: televisi

B. ANALISA DATA

Analisa Data Dan Perumusan Diagnosa Keperawatan DataEtiologiMasalah Keperawatan

SubyektifObyektif

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan sering mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing.

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing lebih dari 5 tahun.

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan mengalami gangguan tidur akibat tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan sering makan makanan yang tinggi akan kadar garam.

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan jarang untuk memeriksakan tekanan darah pada petugas Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan 66,67 % mengalami hipertensi

Dari hasil observasi terlihat masakan yang disajikan mengandung bayak akan kadar garam Dari hasil pengamatan tentang data pengunjung dari tiga bulan terakhir didapatkan data dari semua lansia di Wisma Flamboyan hanya 22.22 % yang rutin memeriksakan kesehatan di poliklinik.

Nyeri akut (hipertensi)

Penghuni wisma mengatakan halaman rumah dan lantai licin

Lansia mengatakan harus pelan-pelan saat berjalan Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56%) mengatakan kadang-kadang mengalami nyeri sendi/kaku/kesemutan Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (88.89%) mengatakan merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan mengalami nyeri di pergelangan kaki

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami nyeri pada saat lansia merubah posisi

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami nyeri pada saat lansia beraktivitas

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami terpeleset

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami terpeleset sebanyak 2 sampai 3 kali

Seluruh lansia di Wisma Flamboyan (88.89 %) mengatakan tidak menggunakan tongkat saat beraktivitas baik di dalam maupun di luar wisma

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami stroke

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mempunyai pandangan mata kabur Halaman wisma dan lantai di wisma licin, banyak ditumbuhi lumut

Di wisma tidak ada keset di wisma

Sebagian besar lansia tidak menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar wisma

Dari semua lansia hanya ada seorang penghuni yang terlihat menggunakan tongkat saat beraktivitas

Sebagian besar penghuni wisma berjalan dengan lambat, tanpa alat bantu, tampak gaya berjalan yang aneh

Risiko Cidera

Hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol Hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol sebanyak 2 sampai 5 kali dalam sehari

Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol saat batuk

Seluruh lansia di Wisma Flamboyan (100 %) mengatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk mengontrol BAK Sebagian besar kamar penghuni wisma berbau pesing

Inkontinensia Urine

C. PRIORITAS MASALAH

Skoring Prioritas Masalah (1)Kriteriabobot (B)

(1-10)MasalahSkala

(S)

(1-10)RasionalPeringkat Masalah

(B x S)

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah di lingkungannya

2. Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah

3. Kemampuan perawat untuk menyelesaikan masalah keperawatan

4. Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah

5. Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah

6. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah88

8

8

7

7Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garam

8

8

8

8

7

7Dengan kesadaran yang dimiliki oleh lansia ditunjang dengan motivasi untuk berubah maka masalah akan mudah ditangani, keberadaan dan kemampuan perawat dan ahli untuk membantu terciptanya kesehatan lansia yang lebih baik.6464

64

64

49

49

Total: 354

*skor maximal : 600

Skoring Prioritas Masalah (2)Kriteriabobot (B)

(1-10)MasalahSkala

(S)

(1-10)RasionalPeringkat Masalah

(B x S)

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah di lingkungannya

2. Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah

3. Kemampuan perawat untuk menyelesaikan masalah keperawatan

4. Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah

5. Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah

6. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah8

8

8

7

7

7Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerak8

8

8

7

7

7Dengan kesadaran yang dimiliki oleh lansia ditunjang dengan motivasi untuk berubah maka masalah akan mudah ditangani, keberadaan dan kemampuan perawat meskipun keberadaan ahli terbatas masih dapat membantu terciptanya kesehatan lansia yang lebih baik.64

64

64

49

49

49

Total: 339

*skor maximal : 600

Skoring Prioritas Masalah (3)

Kriteriabobot (B)

(1-10)MasalahSkala

(S)

(1-10)RasionalPeringkat Masalah

(B x S)

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah di lingkungannya

2. Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah

3. Kemampuan perawat untuk menyelesaikan masalah keperawatan

4. Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah

5. Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah

6. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah8

7

8

7

7

7Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurun8

7

8

7

7

7Dengan kesadaran yang dimiliki oleh lansia meskipun motivasi untuk berubah masih kurang, masalah akan masih mudah ditangani dengan keberadaan dan kemampuan perawat dan ahli untuk membantu terciptanya kesehatan lansia yang lebih baik.64

49

64

49

49

49

Total: 324

*skor maximal : 600

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITASa. Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamb. Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerakc. Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurun

E. PERENCANAAN KEPERAWATANNoDiagnosa KeperawatanTujuanSasaranStrategi

1.Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamSetelah mendapatkan tindakan perawatan selama 6 hari perawatan, lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera mengalami penurunan tingkat nyeri yang diakibatkan hipertensi, dengan kriteria hasil:1. Memahami mengenai hipertensi2. Menggunakan metode nonfarmakologi untuk memanajemen nyeri akibat hipertensi

3. Menggunakan alternatif pengobatan herbal untuk menangani hipertensiLansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera KIE dan pelatihan

Rencana KegiatanHari, TanggalTempatEvaluasi

KriteriaStandar

1. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensiKamis, 3 Januari 2012

Wisma Flamboyan PSTW Budi SejahteraVerbal:

1. Lansia mengidentifikasi pengertian hipertensi2. Lansia mengidentifikasi penyebab hipertensi

3. Lansia mengidentifikasi tanda dan gejala hipertensi

4. Lansia mengidentifikasi pencegahan hipertensi

5. Lansia mengidentifikasi pengobatan hipertensi1. 75% lansia dapat mengidentifikasi pengertian hipertensi2. 75% lansia dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi

3. 75% lansia dapat mengidentifikasi tanda dan gejala hipertensi

4. 75% lansia dapat mengidentifikasi pencegahan hipertensi

5. 75% lansia dapat mengidentifikasi pengobatan hipertensi

2. Ajarkan kepada lansia tentang teknik manajemen nyeri:

a. Teknik distraksi

b. Teknik relaksasiKamis, 3 Januari 2012Wisma Flamboyan PSTW Budi SejahteraVerbal:

Lansia menyebutkan macam-macam teknik manajemen nyeri

Psikomotor:

Lansia menerapkan teknik manajemen nyeri75% lansia dapat menyebutkan macam-macam teknik manajemen nyeri

75% lansia dapat menerapkan teknik manajemen nyeri yang diajarkan

3. Terapi Modalitas Keterampilan dengan bertanam tanaman sirih merah (tanaman obat antihipertensi)Jumat, 4 Januari 2013Halaman Wisma Flamboyan PSTW Budi SejahteraVerbal:

1. Lansia menyebutkan manfaat tanaman sirih merah sebagai obat herbal untuk hipertensi

2. Lansia menyebutkan cara pengolahan tanaman sirih merah sebagai obat herbal untuk hipertensi

Psikomotor:

Lansia menanam tanaman sirih merah1. 75 % dapat menyebutkan manfaat tanaman sirih merah sebagai obat herbal untuk hipertensi

2. 75 % dapat lansia menyebutkan cara pengolahan tanaman sirih merah sebagai obat herbal untuk hipertensi

Semua lansia menanam tanaman sirih merah

NoDiagnosa KeperawatanTujuanSasaranStrategi

2.Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerakSetelah mendapatkan tindakan perawatan selama 6 hari perawatan, lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera mengalami penurunan/tidak mengalami resiko jatuh, dengan kriteria hasil:1. Memahami mengenai risiko cidera (jatuh)

2. Tidak terjadi jatuh3. Lingkungan wisma menjadi amanLansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera KIE dan pelatihan

Rencana KegiatanHari, TanggalTempatEvaluasi

KriteriaStandar

1. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai risiko jatuh2. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang tidak licin3. Tekankan pada klien untuk berjalan perlahan4. Anjurkan klien untuk mengunakan alat bantu, jika perluKamis, 3 Januari 2012Wisma Flamboyan PSTW Budi SejahteraVerbal:

1. Lansia mengidentifikasi mengenai risiko jatuh

Psikomotor:

1. Lansia memakai alas kaki yang tidak licin

2. Lansia berjalan dengan perlahan

3. Lansia menggunakan alat bantu berjalan1. 75% lansia dapat mengidentifikasi mengenai risiko jatuh1. 75% lansia memakai alas kaki yang tidak licin

2. Semua lansia berjalan dengan perlahan

3. Lansia menggunakan alat bantu berjalan, jika perlu

NoDiagnosa KeperawatanTujuanSasaranStrategi

3.Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurunSetelah mendapatkan tindakan perawatan selama 6 hari perawatan, lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera mengalami peningkatan kemampuan dalam mengontrol BAK, dengan kriteria hasil:

1. Lansia memahami konsep inkontinensia

2. BAK secara tidak terkontrol menjadi minimalLansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera KIE dan pelatihan

Rencana KegiatanHari, TanggalTempatEvaluasi

KriteriaStandar

1. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai inkontinensia urine2. Lakukan pengajaran mengenai senam Kegel untuk mengontrol BAKSabtu, 5 januari 2013Wisma Flamboyan PSTW Budi SejahteraVerbal:

1. Lansia mengidentifikasi mengenai inkontinensia urinePsikomotor:

2. Lansia menerapkan senam Kegel untuk mengontrol BAK1. 75% lansia dapat mengidentifikasi mengenai inkontinensia urine

2. 75% lansia dapat menerapkan senam Kegel untuk mengontrol BAK

F. PELAKSANAAN

NoDiagnosa KeperawatanHari/TglImplementasiEvaluasi

1.

Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamKamis, 3 Januari 20121. Memberikan penjelasan mengenai hipertensi

2. Mengajarkan kepada lansia tentang teknik manajemen nyeri pada kasus hipertensi:

a. Teknik distraksi

b. Teknik relaksasiS:

Lansia mengatakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Lansia mengatakan perasaan pusing merupakan tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan hipertensi

Lansia mengatakan untuk memanajemen nyeri secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan teknik distraksi dan relaksasi

O:

Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang diberikan pemateri

77.78 % lansia dapat mengulang kembali mengenai materi hipertensi berupa pengertian, penyebab dan tanda gejala 77.78 % lansia dapat mempraktikkan penggunaan teknik distraksi dan relaksasi

A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi berikutnya Mengingatkan lansia untuk selalu menggunakan teknik distraksi dan relaksasi saat merasa pusing akibat hipertensi

2.Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerakKamis, 3 Januari 20121. Melakukan pendidikan kesehatan mengenai risiko jatuh

2. Menganjurkan klien untuk memakai alas kaki yang tidak licin

3. Menekankan pada klien untuk berjalan perlahan4. Menganjurkan klien untuk mengunakan alat bantu, jika perluS:

Lansia mengatakan bahwa kejadian jatuh sangat berbahaya bagi diri mereka.

Lansia mengatakan lantai licin, kelemahan pada sendi, cahaya yang kurang merupakan penyebab utama jatuh pada lansia.

Lansia mengatakan untuk menghindari kejadian jatuh dapat dilakukan dengan selalu memakai alas kaki yang tidak licin, berjalan secara perlahan dan menggunakan tongkat sebagai alat bantu saat beraktivitas.

O:

Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang diberikan pemateri

77.78 % lansia dapat mengulang kembali mengenai materi risiko jatuh berupa pengertian, penyebab dan akibat yang akan terjadi seandainya kejadian jatuh terjadi

Sebagian besar lansia mulai mempraktikkan cara berjalan perlahan untuk menghindari kejadian jatuh pada lantai yang licin.

A:Masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi berikutnya Mengingatkan lansia untuk selalu memakai alas kaki yang tidak licin, memakai tongkat saat beraktivitas apabila merasakan sendinya lemah dan menimbulkan risiko jatuh.

3.Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurunKamis, 3 Januari 20121. Melakukan pendidikan kesehatan mengenai inkontinensia urine

2. Melakukan pengajaran mengenai senam Kegel untuk mengontrol BAKS:

Lansia mengatakan inkontinensia disebut juga merembes, beser atau BAK tidak terkontrol

Lansia mengatakan memahami mengenai manfaat dari senam Kegel yang telah dilaksanakan

Lansia mengatakan akan membiasakan melatih kekuatan menahan BAK sehingga tidak BAK disembarang tempat lagi karena ketidakmampuan menahan BAK dengan baik.

O:

Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang diberikan pemateri

77.78 % lansia dapat mengulang kembali mengenai materi inkontinensia urine berupa pengertian, penyebab dan tanda gejala

77.78 % lansia dapat mempraktikkan senam Kegel dengan hitungan 5 sampai 10 detik setiap pengulangan hitungan.A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi berikutnya Mengingatkan lansia untuk selalu melatih kemampuan menahan BAK dengan senam Kegel sehingga tidak terjadi lagi BAK yang tidak terkontrol pada masing-masing lansia.

4.Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamJumat, 4 Januari 2013Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensiS:

Lansia mengatakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Lansia mengatakan perasaan pusing, tengkuk sakit, keluar darah di hidung dan muka memerah merupakan tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan hipertensi

Lansia mengatakan macam-macam tanaman herbal antihipertensi diantaranya mentimun, labu siang, sirih merah, buah pisang dan buah manggis dan buah sirsak.

O:

Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang diberikan pemateri

88.89 % lansia dapat mengulang kembali mengenai materi hipertensi berupa pengertian, tanda gejala dan macam-macam tanaman herbal untuk obat hipertensi

88.89 % lansia dapat memilih gambar-gambar dari macam-macam tanaman herbal antihipertansi

A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi berikutnya

Mengingatkan lansia untuk selalu menggunakan obat antihipertensi dari tanaman herbal yang banyak tersedia di alam dan mempunyai efek samping sedikit.

5.Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamSabtu, 5 januari 2013Terapi Modalitas Keterampilan dengan bertanam tanaman sirih merah (tanaman obat antihipertensi)S:

Lansia mengatakan bahwa sirih merah dapat diberikan untuk hipertensi yang dialami lansia.

Lansia mengatakan mengerti mengenai cara pengolahan sirih merah sebagai obat anti hipertensi yang aman dan tidak mempunyai efek samping.

Lansia mengatakan merasa senang bisa menanam tanaman herbal sebagai obat hipertensi yang dapat mereka gunakan apablia nanti merasa pusing atau sakit tengkuk akibat hipertensi.

O:

Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang diberikan pemateri

88.89 % lansia dapat mengulang kembali mengenai cara pengolahan sirih merah sebagai obat herbal anti hipertensi Lansia mampu melakukan keterampilan menanam sirih merah sebagai tanaman herbal antihipertensi.A:

Masalah teratasi

P:

Hentika intervensi Mengingatkan lansia untuk selalu menjaga tanaman dan memanfaatkan sirih merah sebagai obat herbal anti hipertensi.

G. CATATAN PERKEMBANGANNoDiagnosa KeperawatanHari/TglImplementasiCatatan Perkembangan

1.

Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamJumat, 4 Januari 20131. Mengkaji tanda vital lansia Wisma Flamboyan2. Menanyakan apakah lansia menggunakan teknik distraksi dan relaksasi saat mengalami pusing atau sakit tengkuk akibat hipertensi.S:

Lansia mengatakan perasaan pusing merupakan tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan hipertensi

Lansia mengatakan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi saat merasa pusing dan sakit tengkuk dirasakan.O:

Tekanan darah penghuni Wisma flamboyan:1. Tn.Ardiansyah: 160/90 mmHg2. Tn.Gazali: 150/100 mmHg3. Tn.Ahmad Umar: 150/100 mmHg4. Tn.Budiansyah: 170/100 mmHg5. Tn.Supomo: menolak6. Tn.Hasan: 140/100 mmHg7. Tn.Yusran: 150/100 mmHg8. Tn.Agus Pahrin: 140/90 mmHg

9. Tn.Umar: 140/90 mmHgA:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari selanjutnya. Mengingatkan lansia untuk selalu menggunakan teknik distraksi dan relaksasi

2.Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerakJumat, 4 Januari 20131. Menanyakan apakah klien memakai alas kaki yang tidak licin saat beraktivitas2. Menanyakan pada klien apakah sudah berjalan perlahan saat berpindah3. Menyarankan klien untuk mengunakan tongkat misalkan merasa susah untuk berpindahS:

Lansia mengatakan memakai sendal apabila ingin beraktivitas di luar wisma Lansia mengatakan sudah mengepel lantai sehingga tidak licin lagi, dalam wisma mempunyai cahaya yang cukup sehingga jauh dari kejadian jatuh pada lansia. Lansia mengatakan menggunakan tongkat sebagai alat bantu saat beraktivitas.

O:

Sebagian besar lansia terlihat menggunakan sendal saat beraktivitas di luar wisma Seorang lansia tetap menggunakan tongkat sebagai alat bantu beraktivitas Sebagian besar lansia mulai mempraktikkan cara berjalan perlahan untuk menghindari kejadian jatuh pada lansia.

A:

Masalah teratasi

P:

Mengingatkan lansia untuk selalu memakai alas kaki yang tidak licin, memakai tongkat saat beraktivitas apabila merasakan sendinya lemah dan menimbulkan risiko jatuh.

Memberikan lingkungan yang aman agar tidak terjadi kejadian jatuh pada lansia.

Menyarankan lansia agar tetap berjalan dengan perlahan agar terhindar dari kejadian jatuh.

3.Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurunJumat, 4 Januari 20131. Menanyakan apakah ada yang mengalami inkontinensia urine

2. Menanyakan apakah lansia mengggunakan senam Kegel untuk mengontrol BAKS:

Lansia mengatakan ada beberapa dari mereka yang masih mengalami inkontinensia urine atau BAK tidak terkontrol

Lansia mengatakan mulai melatih penggunaan senam Kegel untuk mengontrol kemampuan lansia dalam menahan BAK yang tidak terkontrol.O:

Sebagian besar lansia dapat mempraktikkan kembali bagaimana cara melakukan senam Kegel. Sebagian besar lansia dapat mempraktikkan senam Kegel dengan hitungan 5 sampai 10 detik setiap pengulangan hitungan.

A:

Masalah teratasi

P:

Menanyakan kembali apakah ada yang mengalami inkontinensia urine

Menanyakan apakah lansia mengggunakan senam Kegel untuk mengontrol BAK Mengingatkan lansia untuk selalu melatih kemampuan menahan BAK dengan senam Kegel sehingga tidak terjadi lagi BAK yang tidak terkontrol pada masing-masing lansia.

NoDiagnosa KeperawatanHari/TglImplementasiCatatan Perkembangan

1.

Nyeri akut (hipertensi) pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan proses penuaan dan tingginya asupan garamSabtu, 5 Januari 20131. Mengkaji tanda vital lansia Wisma Flamboyan

2. Menanyakan apakah lansia menggunakan teknik distraksi dan relaksasi saat mengalami pusing atau sakit tengkuk akibat hipertensi.

3. Mengingatkan lansia untuk selalu menggunakan teknik distraksi dan relaksasiS:

Lansia mengatakan perasaan pusing dan sakit tengkuk merupakan tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan hipertensi

Lansia mengatakan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi saat merasa pusing dan sakit tengkuk dirasakan.

O:

Tekanan darah penghuni Wisma flamboyan:

1. Tn.Ardiansyah: 170/100 mmHg

2. Tn.Gazali: 140/90 mmHg

3. Tn.Ahmad Umar: 140/100 mmHg

4. Tn.Budiansyah: 150/90 mmHg

5. Tn.Supomo: menolak

6. Tn.Hasan: 140/90 mmHg

7. Tn.Yusran: 150/90 mmHg

8. Tn.Agus Pahrin: 120/90 mmHg

9. Tn.Umar: 140/100 mmHgA:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari selanjutnya.

Mengingatkan lansia untuk selalu menggunakan teknik distraksi dan relaksasi

2.Risiko Cidera pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kemunduran fisik berupa menurunnya fleksibilitas dan terbatasnya gerakSabtu, 5 Januari 20131. Menanyakan apakah klien memakai alas kaki yang tidak licin saat beraktivitas

2. Menanyakan pada klien apakah sudah berjalan perlahan saat berpindah3. Menyarankan klien untuk mengunakan tongkat misalkan merasa susah untuk berpindahS:

Lansia mengatakan selalu memakai sendal apabila ingin beraktivitas di luar wisma

Lansia mengatakan selalu mengepel lantai sehingga tidak licin lagi, dalam wisma mempunyai cahaya yang cukup sehingga jauh dari kejadian jatuh pada lansia.

Lansia mengatakan menggunakan tongkat sebagai alat bantu saat beraktivitas.

O:

Sebagian besar lansia selalu terlihat menggunakan sendal saat beraktivitas di luar wisma

Seorang lansia selalu menggunakan tongkat sebagai alat bantu beraktivitas

Sebagian besar lansia selalu mempraktikkan cara berjalan perlahan untuk menghindari kejadian jatuh pada lansia.

A:

Masalah teratasi

P:

Mengingatkan lansia untuk selalu memakai alas kaki yang tidak licin, memakai tongkat saat beraktivitas apabila merasakan sendinya lemah dan menimbulkan risiko jatuh.

Memberikan lingkungan yang aman agar tidak terjadi kejadian jatuh pada lansia.

Menyarankan lansia agar tetap berjalan dengan perlahan agar terhindar dari kejadian jatuh.

3.Inkontinensia urine pada lansia di Wisma Flamboyan PSTW Budi Sejahtera berhubungan dengan kelemahan otot perkemihan, Penurunan rangsangan perasa untuk berkemih dan Kemampuan otak untuk mengontrol pusat perkemihan menurunSabtu, 5 Januari 20131. Menanyakan apakah ada yang mengalami inkontinensia urine

2. Menanyakan apakah lansia mengggunakan senam Kegel untuk mengontrol BAKS:

Lansia mengatakan masih ada beberapa dari mereka yang mengalami inkontinensia urine atau BAK tidak terkontrol

Lansia mengatakan selalu melatih penggunaan senam Kegel untuk mengontrol kemampuan lansia dalam menahan BAK yang tidak terkontrol.

O:

Sebagian besar lansia selalu mempraktikkan kembali bagaimana cara melakukan senam Kegel.

Sebagian besar lansia dapat mempraktikkan senam Kegel dengan hitungan 5 sampai 10 detik setiap pengulangan hitungan.

A:

Masalah teratasi

P:

Menanyakan kembali apakah ada yang mengalami inkontinensia urine

Menanyakan apakah lansia mengggunakan senam Kegel untuk mengontrol BAK

Mengingatkan lansia untuk selalu melatih kemampuan menahan BAK dengan senam Kegel sehingga tidak terjadi lagi BAK yang tidak terkontrol pada masing-masing lansia.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Nyeri akut (hipertensi) pada lansia

Dari analisa data tentang nyeri kepala, pusing dan sakit pada tengkuk akibat hipertensi didapatkan sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan sering mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing, sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing lebih dari 5 tahun, sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan mengalami gangguan tidur akibat tengkuk tegang/sakit kepala berat/pusing, sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan sering makan makanan yang tinggi akan kadar garam, sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan jarang untuk memeriksakan tekanan darah pada petugas, Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan 66,67 % mengalami hipertensi, dari hasil observasi terlihat masakan yang disajikan mengandung bayak akan kadar garam, dari hasil pengamatan tentang data pengunjung dari tiga bulan terakhir didapatkan data dari semua lansia di Wisma Flamboyan hanya 22.22 % yang rutin memeriksakan kesehatan di poliklinik.Dari latar belakang tersebut di atas, kami selaku mahasiswa program studi ilmu keperawatan memberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensi, diharapkan dengan melakukan kegiatan ini lansia dapat mengenal pengertian, penyebab dan tanda gejala pada hipertensi yang mereka alami. Pemberian materi mengenai tanaman herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi juga diharapkan akan mengenalkan lansia kepada sumber daya yang sebenarnya terdapat di alam namun pemanfaatannya masih kurang. Kegiatan TAK tentang tanaman herbal juga nantinya akan dilanjutkan dengan terapi modalitas keterampilan bertanam sirih merah yang mempunyai manfaat untuk menurunkan tekanan darah.Selain memberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensi, kami juga mengajarkan kepada lansia tentang teknik manajemen nyeri yaitu teknik distraksi dan teknik relaksasi, diharapkan dengan pengajaran ini lansia dapat memanajemen nyeri yang mereka rasakan secara mandiri tanpa menggunakan obat farmakologi terlebih dahulu. Sesuai penggunaannya juga teknik distraksi dan relaksasi tidak mempunyai efek samping seperti menggunakan obat-obatan farmakologi pada umumnya.Selanjutnya selain memberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensi serta mengajarkan kepada lansia tentang teknik manajemen nyeri yaitu teknik distraksi dan teknik relaksasi, kami juga mengajarkan kepada lansia mengenai terapi modalitas keterampilan dengan bertanam tanaman sirih merah (tanaman obat antihipertensi), diharapkan dengan pemberian bekal keterampilan bertanam tanaman herbal untuk obat hipertensi berupa sirih merah yang mengandung atau berkhasiat dalam menurunkan tekanan darah dapat memberikan pengetahuan serta kemampuan lansia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk pengobatan hipertensi sebelum menggunakan obat-obatan farmakologi.Secara empiris, selain kencing manis, herbal sirih merah sering dimanfaatkan sebagai obat alternatif ambeien, peradangan, kanker, asam urat, hipertensi (darah tinggi), hepatitis, kelelahan danmaag. Senyawa fitokimia yang terkandung dalam teh sirih merah yakni alkoloid, saponin, tanin, dan flavonoid. Menurut Ivorra, M.D dalam buku A Review of Natural Product and Plants as Potensial Antidiabetic, senyawa aktif alkaloid teh sirih dan flavonoid teh merah memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Hara (1993) menyatakan senyawa tannin herbal sirih dan saponin dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Sirih merahyang memiliki nama latinPiper Crocatum adalah tanaman asli Indonesia yang masuk dalam keluargapiperaceae.

Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fito-kimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes militus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, kanker, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di dalam daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, pcymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada.Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan sebagai obat antiseptik untuk menghilangkan bau mulut dan keputihan. Eugenol bisa mengurangi rasa sakit, dan tanin mengatasi sakit perut. Dalam tradisi pengobatan di jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia,daun sirih merah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan, seperti bau mulut, keputihan, dan ambien. Kandungan Alkoloid pada tanaman daun sirih merah berfungsi sebagai antimikroba.B. Risiko Cidera pada lansia

Dari analisa data tentang risiko cidera akibat jatuh, didapatkan sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan mengatakan halaman rumah dan lantai licin dan harus pelan-pelan saat berjalan, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56%) mengatakan kadang-kadang mengalami nyeri sendi/kaku/kesemutan, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (88.89%) mengatakan merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan mengalami nyeri di pergelangan kaki, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami nyeri pada saat lansia merubah posisi, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami nyeri pada saat lansia beraktivitas, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami terpeleset, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami terpeleset sebanyak 2 sampai 3 kali, Seluruh lansia di Wisma Flamboyan (88.89 %) mengatakan tidak menggunakan tongkat saat beraktivitas baik di dalam maupun di luar wisma, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (55.56 %) mengatakan pernah mengalami stroke, Sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mempunyai pandangan mata kabur, dari pengamatan langsung halaman wisma dan lantai di wisma licin, banyak ditumbuhi lumut. Di dalam wisma tidak ada keset di wisma, Sebagian besar lansia tidak menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar wisma, Dari semua lansia hanya ada seorang penghuni yang terlihat menggunakan tongkat saat beraktivitas, Sebagian besar penghuni wisma berjalan dengan lambat, tanpa alat bantu, tampak gaya berjalan yang aneh.

Dari latar belakang tersebut di atas, kami selaku mahasiswa program studi ilmu keperawatan memberikan pendidikan kesehatan mengenai risiko jatuh, menganjurkan klien untuk memakai alas kaki yang tidak licin, menekankan pada klien pentingnya untuk berjalan perlahan dan menganjurkan klien untuk mengunakan alat bantu, jika perlu. Diharapkan dengan apa yang kami lakukan dapat mengurangi angka kejadian jatuh pada lansia di Wisma Flamboyan.Jatuh merupakan salah satu masalah pada lansia, penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan sensorik, kognitif, sistem syaraf pusat) di dukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya. Jatuh sering mengakibatkan mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan berubah memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian, oleh karena itu harus di cegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang, dengan cara identifikasi faktor resiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, serta mengatur atau mengatasi faktor situasional. Pada prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama dari pada mengobati akibatnya.

C. Inkontinensia urine pada lansia

Dari analisa data tentang inkontinensia urine hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol, hampir setengah lansia di Wisma Flamboyan (44.44 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol sebanyak 2 sampai 5 kali dalam sehari, sebagian besar lansia di Wisma Flamboyan (66.67 %) mengatakan mengalami BAK tidak terkontrol saat batuk, seluruh lansia di Wisma Flamboyan (100 %) mengatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk mengontrol BAK.

Dari latar belakang tersebut di atas, kami selaku mahasiswa program studi ilmu keperawatan memberikan pendidikan kesehatan mengenai inkontinensia urine dan melakukan pengajaran mengenai senam Kegel untuk mengontrol BAK. Diharapkan dengan apa yang kami lakukan dapat mengurangi angka kejadian inkontinensia yang terjadi pada penghuni Wisma Flamboyan. Pengajaran mengenai senam Kegel juga diharapkan dapat sedikit demi sedikit melatih kemampuan menahan BAK para lansia di wisma.Otot dasar panggul terdiri dari tiga lembaran otot yang masing-masing menempel pada Bladder (Kandung kemih), vagina dan rectum (Bent, Alfred E., 2008). Bagian akhir dari urethra disokong secara adekuat oleh endopelvic fascia dan kontraksi musculus levator ani bekerja mengatur suplai saraf secara normal. Senam otot dasar panggul ini mampu menguatkan muskulus levator ani, menjaga lapisan endopelvic dan keutuhan saraf yang dapat meningkatkan kesadaran dari otot dasar panggul untuk menyesuaikan transmisi dari tekanan abdominal, serta meningkatkan kemampuan otot tersebut dalam menyokong bladder, vagina, dan rectum yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan tahanan pada sphincter urethra sehingga mampu meningkatkan periode kontinen terhadap urine.Selain itu tujuan terapetik lainnya dari latihan Kegel ini adalah untuk mengajarkan perineal lockatau bagaimana caranya mengunci perineum. Dimana kemampuan dari perineum untuk mengunci spincternya,dan kemampuan otot levator ani untuk berkontraksi terus mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia dan proses degeneratif. Oleh karena itu senam Kegel tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan, ketegangan serta mencegah terjadinya atropi (Cammu, H et al.,2000).Latihan otot dasar panggul (senam Kegel) ditemukan sebagai salah satu manajemen non pembedahan yang terbukti efektif untuk mengatasi jenis inkontinensia stress dan Inkontinensia Urge(Yoon, Hae S et al.,2002).Karena inkontinensia Stress itu sendiri bisa terjadi akibat adanya kelemahan otot pelvis dan kelemahan sphincter sehingga tidak mampu untuk menahan reflek berkemih ketika terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Sedangkan pada inkontinensia Urge terjadi akibat adanya ketidak mampuan untuk menahan keluarnya urin ketika rangsangan untuk berkemih tersebut datang secara tiba-tiba.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa Kegel excercises secara signifikan dapat meningkatkan kekuatan dan ketegangan pada otot dasar panggul setelah 5 sampai 6 minggu dilakukan dengan jumlah latihan sebanyak 50-60 kali secara teratur, dimana jumlah latihan kontraksi otot panggul sebanyak 24 sampai 160 kali setiap harinya sangat disarankan (E.Bent, Alfred.,2008). Pada jenis Stress inkontinensia, pelatihan otot dasar panggul sebaiknya dilakukan sedikitnya selama tiga bulan dan merupakan tata laksana lini pertama yang aman dan efektif. Sedangkan pada Urge inkontinensia atau kombinasi pelatihan ini sebaiknya dilakukan paling sedikit 6 bulan (Iman S, Budi.,2008).Walaupun tingkat kesembuhan inkontinensia dengan intervensi Kegel exercise masih rendah, yakni hanya 12,5% namun dari observasi yang telah dilakukan pada berbagai kasus inkontinensia didapatkan bahwa senam Kegel dapat meningkatkan durasi waktu kontraksi dan tegangan rata-rata otot pelvis (panggul), yang mengindikasikan bahwa terjadi perkembangan dan penyesuaian yang baik pada otot dasar panggul dengan intervensi tersebut(Yoon, Hae S et al.,2002). Alfred E.Bent (2008) mengungkapkan bahwa tingkat keefektivan senam kegel dalam meningkatkan kekuatan otot panggul setelah 16,6 bulan latihan yakni mencapai 45% dimana kombinasi antara senam Kegel dengan stimulasi elektrik juga dilaporkan dapat menurunkan periode miksi dan nokturia.BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan pengkajian lansia di Wisma Flamboyan Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru diperoleh jumlah total lansia sebanyak 9 orang.

2. Dari analisa masalah yang muncul didapatkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut (hipertensi), risiko jatuh dan inkontinentia urine.3. Intervensi keperawatan komunitas pada lansia dengan nyeri akut (hipertensi) diwujudkan dalam kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) mengenai hipertensi dan pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat antihipertensi, mengajarkan lansia tentang teknik manajemen nyeri yaitu teknik distraksi dan teknik relaksasi serta mengajarkan kepada lansia mengenai terapi modalitas keterampilan dengan bertanam tanaman sirih merah (tanaman obat antihipertensi). 4. Intervensi keperawatan komunitas pada lansia dengan risiko jatuh diwujudkan dalam kegiatan pendidikan kesehatan mengenai risiko jatuh, menganjurkan klien untuk memakai alas kaki yang tidak licin, menekankan pada klien pentingnya untuk berjalan perlahan dan menganjurkan klien untuk mengunakan alat bantu.5. Intervensi keperawatan komunitas pada lansia dengan inkontinentia urine diwujudkan dalam pengajaran mengenai senam Kegel untuk mengontrol BAK.B. SaranBagi Panti1. Sosialisasi dan penyuluhan lebih lanjut mengenai hipertensi dan faktor prnyebab hipertensi.2. Sosialisasi mengenai pencegahan risiko jatuh dan meminimalkan lingkungan yang mencetus kejadian jatuh pada lansia.3. Pelatihan senam Kegel rutin untuk lansia dalam mengatasi masalah inkontinensia yang terjadi.Bagi LansiaMenjaga pola makan untuk menghindari hipertensi, menjaga lingkungan agar tetap jauh terhindar dari risiko jatuh dan melatih senam kegel untuk mengontrol BAK.DAFTAR PUSTAKA

Bianca. 1980. Mental Health Nursing: An Ecological Prospective. USA: Mosby Company.

Darmodjo. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 8. Jakarta: FKUI.

Gallo, Joseph J. 1998. Buku Saku Gerontologi. Alih bahasa oleh James Veldman. Jakarta: EGC.

Hadywinoto dan Setiabudi. 1999. Panduan Gerontology Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Lucille a Joel, Collin Doris L. 1978. Physchiatric Nursing: Theory Application. USA: Mc. Graw Hill Community.

Lumbantobiry.2001. Neurogeriatry. Jakarta: FKUI.

Nugroho. 2000. Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta: Airlangga.

Sidharta dan Mardjono. 1994. Neurology Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Ader, Felten DL, Cohen N (1991) Psychoneuroimmunology, Academic Press Inc. 2nd edition. New York

Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia dim Usia Senja, Medi Media, Jakarta

Kozier, Barbara (1991) Fundamentals of Nursing, Concepts, Pocess and Practice, 2th edition, Addison Wesley Co. California

Lueckenote A.G (1996) Gerontologic Nursing, Mosby Year Book Co. Inc, Missourri

Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta

Setyabudhi T, Hadiwinoyo (1999) Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai A