asuhan keperawatan hpp

31
ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN POST PARTUM ( HPP ) I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Ear post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai minggu keenam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca persalinan atau HPP. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar, Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan, dan nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan 1

Upload: veronica-aries-dwi-kurniawati

Post on 24-Jul-2015

786 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

ASUHAN KEPERAWATAN

PERDARAHAN POST PARTUM ( HPP )

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi

dalam tiga tahap :Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Ear post partum

period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai minggu

keenam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post

partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late

post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca

persalinan atau HPP.

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar,

Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan,

dan nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian

maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000

kematian maternal tiaptahun (WHO, 2008).

Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan pasca persalinan adalah

perdarahanyang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah

bayi lahir dapatdisebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio

uteri, laserasi jalanlahir, dan gangguan pembekuan darah.

Mengingat masih tingginya angka kematian pada ibu dengan haemoragic post partum

di Indonesia, maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini dan dengan

adanya asuhan keperawatan diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan dalam bidang persalinan sehingga dapat mencegah

dan menangani dengan tepat dan benar untuk setiap kejadian perdarahan post partum.

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

B. TUJUAN

1. UMUM

Mempelajari pengaruh perdarahan pada masa nifas pada ibu dan asuhan

keperawatannya pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas atau haemorragic

post partum.

2. KHUSUS

Mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan pengertian perdarahan pada masa nifas (haemorragic post

partum)

b. Menyebutkan klasifikasi perdarahan pada masa nifas (haemorragic post

partum)

c. Menyebutkan penyebab dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post

partum).

d. Menyebutkan factor predisposisi dari perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

e. Menjelaskan patofisiologi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic

post partum)

f. Menyebutkan gejala – gejala pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

g. Menyebutkan komplikasi pada pasien dengan perdarahan pada masa

nifas(haemorragic post partum)

h. Menguraikan penatalaksanaan pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

i. Menguraikan asuhan keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa

nifas (haemorragic post partum) yang meliputi :

Menguraikan pengkajian pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

Menyebutkan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan tersebut

Menyusun rencana keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa

nifas (haemorragic post partum)

2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

Menguraikan intervensi keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada

masa nifas (hemoragic post partum)

Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan pada asuhan

keperawatan tersebut

II. TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam

setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post

partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam

setelah anak dan plasenta lahir  (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam

24 jam pertamasetelah lahirnya bayi (Williams, 1998)

POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan

yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital

seperti klien mengeluh lemah,limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan

fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, Nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.

HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran

(Marylin E  Dongoes, 2001)

2. KLASIFIKASI PERDARAHAN

a. Perdarahan paska persalinan dini/early HPP/primary HPP adalah perdarahan

berlebihan (600 ml/lebih) dari saluran genitalia yang terjadi 12-24 jam

pertama setelah melahirkan.

b. Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah

perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska

persalinan.

3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

3. ETIOLOGI

Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :

a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :

Perlukaan jalah lahir: ruptur uteri, robekan seviks, vagina dan perineum,

luka episiotomi.

Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,retensi

plasenta, inversio uteri.

Gangguan mekanisme pembekuan darah.

b. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh

sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan

dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

4. FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor

predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah

lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama

hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi

pada waktu persalinan :

a. Trauma Persalinan

Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti

dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan

lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.

b. Atonia Uterus

Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus

diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat

uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.

c. Jumlah darah sedikit

Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi

saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.

4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

d. Kelainan pembekuan darah

Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu

diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

5. PATOFISIOLOGI

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus

masihterbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum

spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan

menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga

perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,

akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang

banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska

persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan

servix, vagina dan perinium.

6. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis bedasarkan penyebab :

a. Atonia Uteri

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan

perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut

nadi cepatdan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Robekan Jalan lahir

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik

Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil

5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

c. Retensio Plasenta

Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik 

Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya Plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung

pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi

fundus tidak berkurang

e. Inversio Uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,

tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri

sedikit atau berat

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.

7. KOMPILIKASI

a. Memudahkan terjadinya :

Anemia yang berkelanjutan

Infeksi puerperium

b. Terjadi necrosis hipofise anterior dan sindrom Sheehan

Kelemahan umum (Asthenia)

Menurunnya berat badan sampai cachexia

Penurunan fungsi seksual

Memudarnya tanda-tanda seks sekunder

Turunnya metabolisme – hipotensi

Amenorea sekunder

c. Kematian perdarahan post partum

6

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

8. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Umum

Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal

Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan

aman

Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan

dengan masalah dan komplikasi

Atasi syok jika terjadi syok 

Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan

pijatan uterus, beri uterotonika 10 ml IV dilanjutkan infus 20 ml dalam

500ml NS/RLdengan tetesan 40 tetes/menit)

Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan

robekan jalan lahir 

Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah

Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk 

Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan

lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya

b. Penatalaksanaan Khusus

1) Atonia uteri

Kenali dan tegakan kerja atonia uteri 

Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,

lakukan pengurutan uterus

Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir 

Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :

- Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui

dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah

telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali

berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan.

7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

- Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara

telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam

vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

- Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan

ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan

kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus

dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis,

penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut

arteri femoralis.

2) Retensio plasenta dengan separasi parsia

Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan

tindakanyang akan diambil

Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi

tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat

Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan

40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per

rektal

Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan

manual plasenta secara hati-hati dan halus

Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia

Lakukan transfusi darah bila diperlukan

Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole

1gr supp/oral)

3) Plasenta inkaserata

Tentukan diagnosis kerja 

Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks

yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk

menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, siapkan infus oksitosin 20

8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

untuk 500 ml NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi

uterus yang mungkin timbul

Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup

untuk melahirkan plasenta

Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta

tampak  jelas

Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan

speculum

Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta

tampak  jelas

Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta

disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten

untuk memegang klem tersebut

Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral

Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah

jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

4) Ruptur uteri

Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan

siapkan laparatomi 

Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,

fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah

sakit rujukan

Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan

memungkinkan, lakukan operasi uterus

Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien

mengkwatirkan lakukan histerektomi

Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen

Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi

9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

5) Sisa plasenta

Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta

setelah dilahirkan 

Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan

bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh

instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret

Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg/hari

selama 10 hari

6) Ruptur perinium dan robekan dinding vagina

Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan

sumber  perdarahan

Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic

Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat

dengan benang yang dapat diserap

Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal

Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi

lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :

- Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga

ujung robekan

- Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul

submukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0

(deton/vierge) hinggake sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan

klem dan jahit dengan benangno 2/0

- Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa

dengan benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur

- Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan

subkutikuler 

10

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

- Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika

untuk terapi

7) Robekan serviks

Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan

mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala

bayi

Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi

terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri

dan kanan porsio

Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek

sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi

lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan

dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua

robekan dapat dijahit

Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus

uteri dan perdarahan paska tindakan

Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda

infeksi

Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah

8 gr% berikan transfusi darah

11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesa

1) Identitas

Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun.

2) Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin,

kesulitan bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

3) Riwayat – riwayat

Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,

riwayat preeklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh

darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam

jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah,

haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,

dan mual.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita

hipertensi, penyakit jantung, dan preeklampsia, penyakit keturunan

hemopilia dan penyakit menular.

4) Pola fungsi kesehatan

Pola Nutrisi dan metabolise

- Nafsu makan menurun 

Pola eliminasi

- Penurunan BAK, konstipasi

12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

Pola kebutuhan cairan dan elektrolit

- Dehidrasi

Pola Aktivitas

- Kelemahan, malaise umum

- Kehilangan produktifitas

- Kebutuhan istirahat dan tidur lebih banyak 

Pola integritas ego

- Cemas dan ketakutan

Pola seksualitas

- Terjadi perdarahan per vagina

- Tinggi fundus uteri menurun dengan lambat

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan umum

Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas.

Sementara kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital

terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardi, peningkatan suhu

dan takipnea.

2) Kepala

Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau

mata berkunang-kunang, berkeringat dingin.

3) Dada

Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.

4) Abdomen

Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.

5) Genitalia

Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan

terdapat robekan serviks.

13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

6) Ekstermitas

Keluar keringat dingin, lemah, malaise, CRT > 3 detik.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan Hb

(<10 mg%), penurunan kadar Ht (normal 37% - 41%) dan peningkatan

jumlah sel darah putuih (SDP).

2) Pada Urinalisis ditemukan kerusakan kandung kemih

3) Pada Sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :

a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih

atau perdarahan post partum

c. Potensial komplikasi : risiko shock hipovolemik 

d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ruptur peritonium dan

robekan dinding vagina 

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

3. RENCANA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum

Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana tindakan:

1) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R : Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan

lidah,suhu kulit

R : Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan

perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulityang

dingin

3) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R : Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan

dalam produksi ASI

4) Tindakan kolaborasi :

Monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan PH

merupakan tanda hipoksia jaringan) 

Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan

transportasi sirkulasi jaringan) 

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih

atau perdarahan post partum

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

Rencana tindakan :

1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap

terlentang

R : Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan

memungkinkan darah ke otak dan organ lain.

2) Monitor tanda vital

R : Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

4) Evaluasi kandung kencing

R : Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan

diatas simpisis.

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

R : Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan

placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri

6) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum

R : Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan

terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /

perineum atau terdapat hematom

7) Tindakan kolaborasi :

Berikan infus atau cairan intravena

R : Cairan intravena mencegah terjadinya shock

Berikan uterotonika (bila perdarahan karena atonia uteri)

R : Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol

perdarahan

Berikan antibiotik 

R : Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena

perdarahan pada subinvolusio

Berikan transfusi whole blood (bila perlu)

R : Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh

c. Potensial komplikasi : Risiko syok hipovolemik 

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik 

Rencana tindakan :

1) Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak 

R : Edema selebral dan vasokontriksi dapat dievaluasi dari tanda

subyektif, tingkah laku dan gangguan retina

2) Kaji tingkat kesadaran klien

R : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan sirkulasi otak 

3) Kaji adanya tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan

nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguri)

16

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

R : Oedema keseluruhan dan vasokontriksi merupakan manivestasi

dan perubahan pada SSP /otak, ginjal, jantung dan paru-paru yang

mendahului status kejang.

4) Pertahankan perhatian terhadap timbulnya kejang

R : Mempersiapkan pertolongan jika timbul gangguan/masalah pada klien

terutama keselamatan/keamanan.

5) Tutup kamar/ruangan, Batasi pengunjung/perawat tingkatkan waktu

istirahat

R : Mengurangi rangsangan lingkungan yang dapat menstimulasi otak dan

dapat menimbulkan kejang

6) Lakukan palpasi rahim untuk mengetahui adanya ketegangan,

cek  perdarahan pervaginam dan catat adanya riwayat medis

R : Mengetahui adanya solusio plasenta terlebih jika dikaitkan dengan

adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit ginjal, jantung yang disebabkan

oleh hipertensi

7) Monitor tanda-tanda adanya persalinan atau adanya kontraksi uterus

R : Kejang dapat meningkatkan kepekaan uterus yang akan

memungkinkan terjadinya persalinan

8) Lakukan pemeriksaan funduskopi

R : Untuk mengetahuia adanya perdarahan yang dapat dilihat dari retina

d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ruptur peritoneum dan

robekan dinding vagina

Tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TTV dalam batas

normal)

Rencana tindakan :

1) Catat perubahan tanda vital

R : Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya infeksi

2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang

lembek, dan nyeri panggul

17

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

R : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,

shock yang tidak terdeteksi

3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R : Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea

yang berkepanjangan

4) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran

nafas, mastitis dan saluran kencing

R : Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5) Tindakan kolaborasi :

Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan)

Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan

untuk keadaan infeksi )

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan

mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar)

R : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

3) Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung

R : Memberikan dukungan emosi

4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang

tidak diketahui

5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

18

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

R : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping

yang tepat

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, dan menilai data yang baru.

Implementasi pada ibu dengan haemorragic post partum dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan asuhan keperawatan pada sub bab sebelumnya.

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:

1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

2) Memodifikasi rencana tidakan keperawatan

3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan. Dari data sebelumnya maka

didapat data evaluasi sebagai berikut:

Kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan tidak adanya

perdarahan berlebih pada vagina dan kadar Hb normal (>10 gr%).

Tanda vital normal dan tidak ada perubahan warna kuku, mukosa bibir,

gusi dan lidah, suhu kulit, jumlah gas darah normal.

Ibu tidak cemas dan takikardia, takipnea dan gemetar. Klien dan

keluarganya menunjukan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan

psikologis dan emosinya.

Tidak ada tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang

lembek, dan nyeri panggul.

19

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

Kesadaran baik dan tidak ada tanda-tanda eklamsi (hiperaktif,

reflek  patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan

oliguri)

Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang

komplikasi dan pengobatan yang dilakukan

20

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN hpp

DAFTAR PUSTAKA

Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta.

JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal , Yayasan

BinaPustaka, Jakarta.

Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit

EGC, Jakarta.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

Anneke. 2009. Perdarahan Post Partum, http://medlinux.blogspot.com., diakses tanggal 8

Desember 2011.

Julianto Pobi.2011 Asuhan Keperawatan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum,

http://julianto10.blogspot.com, diakses tanggal 8 Desember 2011

Lolipopmaniez.2010. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pendarahan Post Partum,

http://pastakyu.wordpress.com, diakses tgl 21 December 2011

Winkjosastro H, Hanada . 2005. Perdarahan Pasca Persalinan ,http://www.geocities.com, 

diakses tanggal 21 Desenber 2011

Setiawan Y. 2008. Perawatan perdarahan post partum,http://www.Siaksoft.net, diakses tanggal

21 Desember 2011

Alhamsyah. 2008. Retensio Plasenta .www.alhamsyah.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Perdarahan Pasca Persalinan, http://.www .

Fkunsri.wordpress.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas

Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008. Perdarahan Post Partum,

http://belibis-a17.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

21