asuhan keperawatan hidrosefalus

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hydrocephalus telah dikenal sejak zaman Hypocrates, saat itu hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi di dunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi faktor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita Hydrocephalus. Dan Hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, rung subdural. Hydrocephalus menyerang satu dari setiap lima ratus kelahiran hidup, sehingga menjadikannya salah satu cacat pertumbuhan yang umum, bila dibandingkan dengan sindrom Down dan tuli. Menurut situs NIH, ada sekitar tujuh ratus ribu anak-anak dan orang dewasa yang hidup dengan gangguan hydrocephalus. Terdapat lebih dari 180 sebab-sebab terjadinya hidrocephalus, salah satu yang paling umum adalah pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran prematur. Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki.. Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengobati hydrocephalus adalah dengan melakukan 1

Upload: sabdi-mustapha

Post on 22-Dec-2015

170 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

merupakan suatu penanganan keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan hidrosefalus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hydrocephalus telah dikenal sejak zaman Hypocrates, saat itu hydrocephalus dikenal

sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang maka

mengakibatkan polusi di dunia semakin meningkat pula yang pada akhirnya menjadi faktor

penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap

penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara

umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita

Hydrocephalus. Dan Hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan

keperawatan yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam

ventrikel serebral, ruang subaracnoid, rung subdural. Hydrocephalus menyerang satu dari setiap

lima ratus kelahiran hidup, sehingga menjadikannya salah satu cacat pertumbuhan yang umum,

bila dibandingkan dengan sindrom Down dan tuli. Menurut situs NIH, ada sekitar tujuh ratus ribu

anak-anak dan orang dewasa yang hidup dengan gangguan hydrocephalus. Terdapat lebih dari 180

sebab-sebab terjadinya hidrocephalus, salah satu yang paling umum adalah pendarahan otak yang

berhubungan dengan kelahiran prematur. Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki..

Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengobati hydrocephalus adalah dengan melakukan

otak shunt. Hal ini sudah dikenal sejak tahun 1960. (Suriadi dan Yuliani, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Hydrocephalus ?

2. Apa klasifikasi Hydrocephalus ?

3. Bagaimana fisiologi CSF?

4. Bagaimana etiologi Hydrocephalus ?

5. Bagaimana patofisiologi Hydrocephalus ?

6. Apa manifestasi klinis Hydrochepalus ?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada Hydrocephalus ?

8. Bagaimana penatalaksanaan Hydrocephalus ?

9. Bagaimana Web Of Cause Hydrocephalus ?

10. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?

11. Bagaimana dampak hospitalisasai penderita Hydrocephalus dan keluarganya ?

1

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memahami dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang fisiologi CSF

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus

5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Hydrocephalus

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus

7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus

8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus

9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Hydrocephalus

10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan Hydrocephalus

11. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang dampak hospitalisasi anak penderita

Hydrocephalus dan keluarganya

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah:

Memahami dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi

sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang

subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang

dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF

lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular

(nining,2008).

Gambar : Anak dengan hidrocephalus

2.2 Klasifikasi Hydrocephalus

2.2.1 Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital

Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;

Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil

Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga

pertumbuhan sel otak terganggu.

3

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah

penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya

tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu

oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital

dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan

prognosanya.

2.2.2 Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi

dalam dua bagian yaitu :

1. Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas

CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada

aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat

sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena

dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien

memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk

mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya

terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan

darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –

gejala peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat

aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada

sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya

CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan

malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)

ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem

ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system

4

ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 –

18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala

kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat

pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan

serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan

tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini

berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada

beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.3 Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis

a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di

perbaharui setiap 8 jam.Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 /

menit. CSF di bentuk oleh PPA;

1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)

2). Parenchym otak

3). Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke

tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen

Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui

satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang

keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir ke superior dalam rongga

subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di

supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana

terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

5

2.4 Etiologi

2.4.1 Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono( 1998) :

1. Sebab-sebab Prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus

kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi

( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien

banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus

idiopatik.

2. Sebab-sebab Postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan

kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah

tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok lesi

masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen

magmum.

b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala,

ruptura malformasi vaskuler.

c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari

fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan

karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak

d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional seperti

akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani, trombosis jugularis.

2.4.2 Penyebab sumbatan aliran CSF

Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak – anak :

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:

1. Kelainan bawaan

a. Stenosis Aquaductus sylvii

merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat

berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.

Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan

pertama setelah lahir.

6

b. Spina bifida dan cranium bifida

Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis

dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen

magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

c. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus

obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista

yang besar di daerah losa posterior.

d. Kista Arachnoid

Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

e. Anomali pembuluh darah

2. Infeksi

Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi

ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.

3. Perdarahan

4. Neoplasma

Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap

aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:

a.Tumor ventrikel III.

b.Tumorfossa posterior.

c. Pailloma pleksus khoroideus.

d. Leukemia, limfoma.

5. Degeneratif.

Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe.

6. Gangguan vaskuler.

a.Dilatasi sinus dural.

b. Trombosis sinus venosus.

c. Malformasi V. Galeni.

d. Ekstaksi A. Basilaris.

e. Arterio venosusmalformasi.

7

2.5 Patofisiologi

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi

(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)

sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,

ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis

ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.

Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah

mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat

merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan

penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura

kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela

anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis

aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada

ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan

dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan

terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan

fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe

hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya

tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi

masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral

menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak

komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total

akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada

didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah

dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

2.6 Manifestasi Klinis

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan

menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel

lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital

8

tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang

tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta

rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah

dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT

scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada

ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada

tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi

optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi

retardasi mental dan fisik.

1. Bayi :

1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras,

sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :

a. Muntah

b. Gelisah

c. Menangis dengan suara ringgi

d.Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan

dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.

4. Peningkatan tonus otot ekstrimitas

5. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas

6. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas Iris

7. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

8. Strabismus, nystagmus, atropi optic

9. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

2. Anak yang telah menutup suturanya ;

Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :

1. Nyeri kepala

2. Muntah

3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun

9

5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

6. Strabismus

7. Perubahan pupil

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan

psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang( ,

yaitu :

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-

tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus

klionidalis posterior.

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala

diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan

dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu

senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan

terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala

melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun

waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh

karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura

tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat

tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras

masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada

anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang

dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan

10

mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini

telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat

menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada

penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem

ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem

ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel

lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak

yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena

terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem

ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik

scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh

2.8 Penatalaksanaan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang

berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah

secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip

pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan

tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat

pembentukan cairan serebrospinal.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,

yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

a. Drainase ventrikule-peritoneal

b. Drainase Lombo-Peritoneal

c. Drainase ventrikulo-Pleural

11

d. Drainase ventrikule-Uretrostomi

e. Drainase ke dalam anterium mastoid

f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui

kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan

serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter

harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi

sekunder dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis

lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan

pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul

kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang

pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam

di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.

5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon

yang awet, lentur, tidak mudah putus.

Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:

1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi

lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

2. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain

Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.

Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

b. “Lumbo Peritoneal Shunt”

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka

atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

Teknik Shunting:

1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya

ditempatkan setinggi foramen Monroe.

2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.

12

3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe

bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup

berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm,

H2O.

4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung

melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).

5. Ventriculo-Peritneal Shunt

a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.

Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan

adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.

Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan

CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

2.9 Komplikasi

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004):

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu

2.10 Prognosa

Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya

anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan

malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan

bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi

akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang

bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis

yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal,

13

dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan

meningomilokel lebih buruk.

2.11 Dampak Hospitalisasi Anak Penderita Hydrocephalus dan keluarganya

Reaksi Hospitalisasi

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan

anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan

koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena

perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

a. Reaksi anak pada hospitalisasi :

1. Masa bayi(0-1 th)

Dampak perpisahan

Pembentukan rasa P.D dan kasih saying. Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas

a. Menangis keras

b. Pergerakan tubuh yang banyak

c. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2.Masa todler (2-3 th)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.

a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain

b. Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih,

apatis

c. Pengingkaran/ denial

d. Mulai menerima perpisahan

e. Membina hubungan secara dangkal

f. Anak mulai menyukai lingkungannya

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

- Menolak makan

- Sering bertanya

- Menangis perlahan

- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

14

Perawatan di rumah sakit :

a. Kehilangan kontrol

b. Pembatasan aktivitas

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut

sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga,

kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada

perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik.

Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal

5.Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya Saat MRS cemas karena

perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol

Reaksi yang muncul :

a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan

b. Tidak kooperatif dengan petugas

Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :

a. bertanya-tanya

b. menarik diri

c. menolak kehadiran orang lain

b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:

1. Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi kehilangan anak yang dicintainya:

1. Prosedur yang menyakitkan

2. Informasi buruk tentang diagnosa medis

3. Perawatan yang tidak direncanakan

4. Pengalaman perawatan sebelumnya

2. Perasaan sedih:

Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain.

15

3. Perasaan frustasi :

Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak

tindakan.

Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS:

Marah, cemburu, benci, rasa bersalah

16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada Gangguan Hidrocephalus

3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data

1. Data demografi

1) Nama

2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant

3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki

4) Suku/ bangsa

5) Agama

6) Pendidikan

7) Pekerjaan

8) Alamat

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran

prematur

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Antrenatal : Perdarahan ketika hamil

Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir

Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma

4. Riwayat penyakit keluarga

2. Pengkajian persistem

B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi

B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat

pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan

perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang

B4 (Bladder) : Oliguria

B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan

B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas

17

3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak yang antara 0-

3 bulan.

No Bayi Normal Bayi Hidrosefalus

1. Mengangkat kepala setinggi 45 0 sulit mengangkat dan menahan kepalanya

ke atas bahkan kesulitan menggerakkan

kepala

2. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah tidak dapat menatap ke atas, memiliki

penglihatan ganda, alis mata dan bulu

mata ke atas sehingga sclera telihat

seolah – olah di atas Iris

3. Melihat dan menatap wajah anda. Tidak mampu menatap dengan

pandangan yang jelas,tidak dapat

menatap ke atas

4. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan

mengoceh.

Tidak ada tanda-tanda untuk bicara

5. Suka tertawa keras Diam,muram

6. Bereaksi terkejut terhadap suara keras Tidak ada respon terhadap stimulus

apapun

7. Membalas tersenyum ketika diajak

bicara/tersenyum.

Tidak menunjukkan reaksi

8. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, kontak

Kurang bisa mengenali orang terdekat.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan

serebrospinal.

Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK

Kriteria Hasil:

Kesadaran Komposmetis

Tidak terjadi nyeri kepala

TTV normal

18

Intervensi Rasional

1. Observasi ketat tanda-tanda

peningkatan TIK (Nyeri kepala,

muntah, lethargi, lelah, apatis,

perubahan personalitas, ketegangan dari

sutura cranial dapat terlihat pada anak

berumur 10 tahun, penglihatan ganda,

kontruksi penglihatan perifer

strabismus, Perubahan pupil)

2. Pantau terus tingkat kesadaran anak

3. Pantau terus adanya perubahan TTV

4. Berkolaborasi dengan dokter untuk

melakukan pembedahan, untuk

mengurangi peningkatan TIK

1. Untuk mengetahui secara dini

peningkatan TIK

2. Penurunan keasadaran menandakakan

adanya peningkatan TIK

3. Untuk mengetahui kondisi aliran

darah dan aliran oksigen ke otak

4. Dengan dilakukan pembedahan,

diharapkan cairan cerebrospinal

berkurang, sehingga TIK menurun,

tidak terjadi penekanan pada lobus

oksipitalis dan tidak terjadi

pembesaran pada kepala

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena

meningkatnya TIK

Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak

Kriteria Hasil :

Penurunan visus tidak bertambah lebih parah

Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya

Intervensi Rasional

1. Mempertahankan visus agar tidak

terjadi penurunan visus yang lebih

parah

a. Membantu ADL pasien

b. Membantu orientasi tempat

c. Berikan tempat yang nyaman dan

aman ( pencahayaan terang, bed

plang dll dipasang agar tidak

1. Ketidakmampuan dalam penglihatan

tidak bertambah parah, klien tidak

mengalami disorientasi tempat, Klien

merasa nyaman dan aman

2. Klien tidak banyak bergantung pada

orang lain

19

cedera )

2. Membantu pasien untuk mengenali

sesuatu dengan kondisi penglihatan

yang terganggu

3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya

Kriteria Hasil :

Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang

Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan perubahan pola

hidup yang dibutuhkan

Intervensi Rasional

1. Beri kesempatan orang tua untuk

mengekspresikan kesedihannya

2. Beri kesempatan orang tua untuk

bertanya mengenai kondisi anaknya

3. Jelaskan tentang kondisi penderita,

prosedur, terapi dan prognosanya.

4. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu

dengan contoh bila keluarga belum

mengerti

1. Keluarga dapat mengemukakan

perasaannya sehinnga perasaan

orang tua dapat lebih lega

2. Pengetahuan orang tua bertambah

mengenai penyakit yang di derita

oleh anaknya sehinnga kecemasan

orang tua dapat berkurang

3. Pengetahuan kelurga bertambah dan

dapat mempersiapkan keluarga

dalam merawat klien post operasi

4. Keluarga dapat menerima seluruh

informasi agar tidak menimbulkan

salah persepsi

4. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk

Tujuan : Jalan nafas tetap efektif

Kriteria Hasil :

Anak tidak sesak napas

Tidak terdapat ronchi

20

Tidak retraksi otot bantu pernapasan

Pernapasan teratur, RR dalam batas normal

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala

Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Kriteria Hasil :

Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan

tahapan usia

Intervensi Rasional

1. Memberikan diet nutrisi untuk

pertumbuhan

2. Memberikan stimulasi atau rangsangan

untuk perkembangan kepada anak

1. Mempertahankan berat badan agar tetap

stabil

2. Agar perkembangan klien tetap optimal

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt

Tujuan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )

Kriteria Hasil:

TD dalam batas normal

Tidak terdapat perdarahan

Tidak terdapat kemerahan

21

Intervensi Rasional

1. Posisikan klien posisi semifowler

2. Pemberian oksigen

3. Observasi pola dan frekuensi napas

4. Auskultasi suara napas

1. Klien merasa nyaman dan tidak

merasa sesak napas

2. Suplai oksigen klien dapat tercukupi

sehingga klien tidak mengalami

hipoksia

3.Untuk mengetahui ada tidaknya

ketidakefektifan pola napas

4. Untuk mengetahui adanya kelainan

suara

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu

makan menurun, ketidakstabilan, perubahan

warna kulit )

2. Lakukan rawat luka

3. Pantau asupan nutrisi

4.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

1. Mengetahui penyebab terjadinya in

feksi

2. Mencegah timbulnya ifeksi

3. Asupan nutrisi dapat membantu

menyembuhkan luka

4. Antibiotik dapat mencegah

timbulnya infeksi

3.2.1 Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

Fokus intervensi keperawatan pada hospitalisasi adalah:

1) meminimalkan stressor

2) memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota

keluarga

3) mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress

Dapat dilakukan dengan cara :

a. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan

b. Mencegah perasaan kehilangan kontrol

c. Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

2. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan

a. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak

b. Modifikasi ruang perawatan

c. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah

d. Surat menyurat, bertemu teman sekolah

3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

a. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.

b. Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan

c. Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain

d. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan 22

kegiatan

4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

a. Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan

rasa nyeri

b. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak

c. Menghadirkan orang tua bila memungkinkan

d. Tunjukkan sikap empatie. Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan

yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan

psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka

5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

a. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar

b. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak

c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri

d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi

e. Memberi support kepada anggota keluarga.

6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

a.Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak

b. Mengorientasikan situasi rumah sakit.

Pada hari pertama lakukan tindakan :

a. Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya

b. Kenalkan pada pasien yang lain.

c.Berikan identitas pada anak.

d. Jelaskan aturan rumah sakit.

23

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi

sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem

ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi

CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat

berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan

terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF

hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

Hidrochepalus komunikan

Hidrochepalus non-komunikan

Hidrochepalus bertekanan normal

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai

ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.

2. Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang

mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan

ini perlu.

24

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Rita Yuliani. 2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta:CV Sagung Seto

Hudak & Gallo. 1996.Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta:EGC

Cecily LB & Linda AS. 2000.Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta:EGC

Suzanne CS & Brenda GB. 1999.Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta:EGC

Farinqhusyank. 2008. Hydrocephalus. Indoskripsi.com.Tanggal akses 12 Oktober 2009 pukul

09.10 WIB

Harnawartiaji. 2008. Reaksi Hospitalisasi. Indoskripsi.com.Tanggal akses 12 Oktober 2009 pukul

09.30 WIB

www.ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html.Tanggal akses 12

Oktober 2009 pukul 09.45 WIB

afiyahhidayati.wordpress.com/2009/02/.../askep-hidrosefalus/. Tanggal akses 17 November 2009

pukul 13. 15 WIB

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III. Jakarta : EGC

Carpenito, Linda Juall.2000. Nursing Diagnosis (application to clinical practice) edisi 8 .New

York: Lippincott

Carpenito, Linda Juall.2006.Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

25