asuhan keperawatan herpes zoster

11
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER Definisi Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster. ETIOLOGI Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air). Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan limfoma. Cara penularan : Kontak langsung dengan lesi aktif Sekresi pernafasan. Umur: Dewasa lebih sering dibanding anak-anak. Jenis kelamin : pria = wanita Musim/iklim : tidak tergantung musim. PATOFISIOLOGI MANIFESTASI KLINIK Gejala prodromal (80%) : nyeri, demam. Kelainan kulit: Lesi : Eritema papula dan vesikula bula.

Upload: sulfikar-aferil-praditya

Post on 30-Jun-2015

1.642 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

Definisi

Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus

varicella zoster.

ETIOLOGI

Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air).

Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti

leukemia dan limfoma.

Cara penularan :

Kontak langsung dengan lesi aktif

Sekresi pernafasan.

Umur:

Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.

Jenis kelamin : pria = wanita

Musim/iklim : tidak tergantung musim.

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI KLINIK

Gejala prodromal (80%) : nyeri, demam.

Kelainan kulit:

Lesi : Eritema papula dan vesikula bula.

Isi lesi : jernih keruh dapat bercampur darah.

Lokasi : bisa di semua tempat, paling sering unilateral pada servikal IV dan lumbal II.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

MANIFESTASI KLINIK

Bila menyerang wajah, yang dipersarafi N.V disebut herpes zoster frontalis.

Bila menyerang cabang optalmikus disebut herpes zoster oftalmik.

Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis.

Bila menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster lumbalis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tzanck’s smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung

badan inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.

Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.

KOMPLIKASI

Sikatriks

Neuralgia pascaherpetik

PENATALAKSANAAN MEDIK

☺ Istirahat

☺ Analgetik

☺ Asiklovir, famsiklovir, valasiklovir:

5 x 800 mg/hari selama 7 hari, paling

lambat 72 jam setelah lesi muncul.

Kriteria:

- umur > 60 thn.

- umur < 60 thn, lesi luas dan akut.

- segala umur, lesi oftalmikus.

- aktif menyerang leher, alat gerak

dan perineum (lumbal-sakral).

Nursing Intervention

Berikan dan kaji keefektifan obat yang

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

diberikan.

Kompres dingin, gunakan antipruritus

dingin.

Jaga agar vesikel tidak pecah,

dengan bedak salisil 2%.

Ajarkan pasien dan keluarga tentang

cara penularan dan pencegahan.

Ajarkan tentang pencegahan infeksi sekunder

Berikan suport emosional tentang intervensi yang berkelanjutan.

Pemeriksaan Mata

• Vision acuity test

• Slit lamp

• Ophthalmoscope

• Tonometry

Ada 3 jenis utama katarak berdasarkan lokasi yang terkena.

– Cortical

– Nuclear

– Posterior subcapsular

Cortical cataract

Paliing sering, berhubungan dengan usia.

Tdd dari 4 tahap:

Incipient stage

• Perubahan korteks pada bagian perifer.

• Pola kekeruhan radical.

Intumescent stage

Lensa menyerap air, menjadi bengkak

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

Anterior chamber menjadi dangkal

Mature stage

• Cairan keluar dan lensa mengkerut.

• Seluruh protein lensa menjadi keruh

Hypermature Stage

• Suatu katarak yang sangat matur bisa menyebabkan pencairan pada korteks lensa. Cairan ini

bisa keluar dari kapsul yang utuh, sehingga lensa dan kapsul mengkerut.

Nuclear cataract

• Terjadi saat dini (setelah middle age)

• Gejala paling awal adalah rabun jauh

• Gejala lain adalah sukar membedakan warna atau monocular diplopia.

Posterior subcapsular cataract

• Lokasi pada korteks, dekat dengan kapsul posterior bagian tengah.

• Gejala yang paling sering adalah silau dan penurunan penglihatan pada kondisi cahaya terang.

Congenital Cataract

Sudah terjadi pada saat lahir atau beberapa waktu setelah lahir.

Etiology

• Intra-uterine

Infeksi virus

Maternal ingestion of Thalidomide, steroids.

• Hereditary

autosomal dominant

recessive X-linked

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

Pengobatan Cataract

• Surgery merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak. Akan tetapi, bila gejala katarak

ringan, bisa dibantu dengan menggunakan kacamata..

• Pembedahan dilakukan bila katarak sudah menyebabkan gangguan penglihatan dalam

melakukan akivitas sehari-hari.

ECCE+IOL

• Extracapsular cataract extraction merupakan metode yang paling dianjurkan pada pembedahan

katarak.

• Kapsul lensa bagian belakang tidak diangkat.

• Intra Ocular Lens ditanam di kantong kapsul.

Intraocular Lens

• IOL adalah lensa yang tipis, transparan, convex yang terbuat dari polimer yang diselipkan pada

saat pembedahan

Keuntungan IOL

• Pasien tidak menggunakan kacamata untuk melihat jauh.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

• Bayangan jernih tanpa distorsi

• Dapat segera melihat setelah pembedahan.

Phacoemulsification

• Phacoemulsification or phaco berarti getaran ultra-sonic yang menyebabkan lensa menjadi larut

dan diaspirasi melalui insisi yang hanya 3mm.

• small-incision cataract surgery.

Komplikasi

• Kekeruhan pada kapsul posterior

• Cystoid macular edema

• Glaucoma

• Hyphema

• Ptosis

• Infeksi

• Retinal detachment

• Dislokasi lensa

Nursing Diagnoses

• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien

mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.

• Ketakutan/ ansietas b/d kerusakan sensori dan kurang pemahaman mengenai perawatan pasca

operasi, pemberian obat.

• Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.

• Resiko cedera b/d komplikasi pasca operasi spt; pendarahan atau peningkatan tekanan intra

okuler.

• Defisit perawatan diri b/d kelemahan visual dan perawatan mata pasca operasi.

• Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)

• Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya

informasi atau kesalahan interpretasi informasi.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien

mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.

Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan

visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.

Kriteria Hasil:

– Visus meningkat

– Respon verbal peningkatan penglihatan

Intervensi

Mandiri: 1. kaji ketajaman penglihatan klien

2. berikan pencahayaan yg plg sesuai dgn klien

3. cegah glare atau sinar yg menyilaukan

4. letakkan brg2 pd tempat yang konsisten

5. gunakan materi dgn tulisan besar dan kontras

Kolaborasi : pembedahan

c. Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.

Tujuan: Klien tidak mengalami cedera akibat jatuh.

Kriteria Hasil:

- Pasien mengenal lingkungan

- Pasien tidak jatuh selama perawatan

Intervensi:

• kurangi resiko bahaya dari lingkungan klien.

• beritahu klien utk mengubah posisi secara perlahan.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

• beritahu klien utk tdk meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi.

• dorong klien utk menggunakan peralatan adaftif (tongkat atau walker) untuk ambulasi sesuai

kebutuhan.

• tekankan pentingnya utk menggunakan pelindung mata saat melakukan aktifitas beresiko

tinggi.

g.Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya

informasi atau kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria Hasil:

- Respon verbal memahami proses penyakit dan pengobatan

- Menunjukkan tindakan yang kooperatif

Intervensi :

• kaji informasi ttg kondisi individu, prognosis, tipe prosedur atau lensa.

• tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.

• informasikan pasien utk menghindari tetes mata yg dijual bebas.

• diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara obat, mata dan masalah medis pasien.

• dorong pemasukan cairan adekuat, makanan berserat/kasar, gunakan pelunak feses yg dijual

bebas, bila diindikasikan.

• identifikasi tanda/gejala yg memerlukan upaya evaluasi medis.