asuhan keperawatan gerontik dengan immobility and functional mobility

48
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN IMMOBILITAS A. KONSEP LANSIA 1. Proses Menua Pada Lansia Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati daalm mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat(healty aging). Penuaan itu sesuai dengan kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh factor endogen, perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh. Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan. Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor endogen sehingga dikenal dengan factor risiko. Factor risiko tersebut dapat menyebabkan terjadinya penuaan patologis(pathological aging). Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi

Upload: reza-syahbandi-jasma-wijaya

Post on 14-Sep-2015

72 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Gerontik

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN IMMOBILITASA. KONSEP LANSIA1. Proses Menua Pada Lansia

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati daalm mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat(healty aging). Penuaan itu sesuai dengan kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh factor endogen, perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh. Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor endogen sehingga dikenal dengan factor risiko. Factor risiko tersebut dapat menyebabkan terjadinya penuaan patologis(pathological aging). Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang.

2. Pengertian lansiaUsia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat(2), (3), (4) UU no.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

3. Klasifikasi lansiaLima klasifikasi lansia

a) Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003)

d) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang /jasa(Depkes RI,2003).

e) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003).

4. Karakteristik lansiaMenurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat(2), (3), (4) UU no.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan).

b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit , dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive.

c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

5. Tipe lansiaBeberapa tipe lansiabbergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental social, dan ekonominya (Nugroho,2000).

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan

b) Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja

e) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

B. KONSEP PENYAKIT1. DEFINISIMobilitas Fungsional adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.Imobilisasi adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas( nanda, 2005:131)Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)

2. PENYEBABBerbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai contoh:a) Gangguan sendi dan tulang:Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan menghambat pergerakan (mobilisasi)

b) Penyakit saraf:Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarapc) Penyakit jantung atau pernafasand) Gangguan penglihatane) Masa penyembuhanf) Fraktur

3. BATASAN KARAKTERISTIKKetidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi

a) Keengganan untuk melakukan pergerakan

b) Keterbatasan rentang gerak

c) Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot

d) Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan medis

e) Gangguan koordinasi

f) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin

g) Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik kasar

h) Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik halus.4. IMOBILITAS YANG TERJADI PADA TULANG LANSIASistem atau organ

Perubahan morfologikPerubahan fungsionalKeadaan patologis

TulangOsteoporosis :penipisan trabekulae dan melebarnya rongga tulangAsimtomatik atau nyeri punggung ringan, kifosis, bungkuk dan tinggi badan menurunOsteoporosis :meningkat, nyeri punggung berat, kifosis dan fraktur(densitas tulang tak cukup).

Osteomalasia: kurangnya penulangan pada matriks tulang normal, nyeri tulang, miopati, fraktur penyakit paget( osteitis deformans), tonjolan tulang jari kaki, sub-luksasi sendi tangan atau kaki, telapak kaki nyeri dan masalah kaki lain

5. KLASIFIKASI KERUSAKAN MOBILITAS FISIK PADA LANSIAa) Osteoporosis

b) Osteomalasia

c) Penyakit paget tulang

d) Penyakit keganasan tulang

e) Osteomielitis akutf) Fraktur( fraktur leher femur, fraktur colles, fraktur columna fertebralis)g) Arthritis rheumatoid.6. MANIFESTSI KLINISDampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifanEfekHasil

Penurunan konsumsi oksigen maksimum

Penurunan fungsi ventrikel kiri

Penurunan volume sekuncup

Perlambatan fungsi usus

Pengurangan miksi

Gangguan tidur Intoleransi ortostatik

Peningkatan denyut jantung, sinkop

Penurunan kapasitas kebugaran

Konstipasi

Penurunan evakuasi kandung kemih

Bermimpi pada siang hari, halusinasi

7. KOMPLIKASI IMOBILISASIImobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:

a) Infeksi saluran kemih

b) Sembelit

c) Infeksi paru

d) Gangguan aliran darah

e) Luka tekansendi kaku

f) Intoleransi aktivitas

g) Penurunan kekuatan dan ketahanan

h) Nyeri dan rasa tidak nyaman

i) Gangguan persepsi atau kognitif

j) Gangguan neuromuskuler

k) Depresi

l) Ansietas berat.

Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dn psikologis dari imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.8. PATOFISIOLOGIMobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:a) Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.b) Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.c) Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .d) Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.e) Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.f) Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.g) Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.h) Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.i) Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.2) CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.

3) MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraankhusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombangradio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.

4) Pemeriksaan Laboratorium:

Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat , kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot.

10. PENATALAKSANAANa) Pencegahan primerPencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan1. Hambatan terhadap latihanBerbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung2. Pengembangan program latihanProgram latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.3. Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;

4. KeamananKetika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.b) Pencegahan sekunderSpiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik

c) Pencegahan tersierUpaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman11. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIKPengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi.C. KONSEP KEPEAWATAN 1. PENGKAJIANTanggal pengkajian : jam:a) Data biografiTerdapat : Nama, Tempat &tanggal lahir , Pendidikan terakhir , Agama, Status, TB/BB, Penmpilan, Ciri-ciri tubuh, Alamat, Orang yang dekat dihubungi, Hubungan dengan usila, Alamat.

b) Riwayat keluargad) Genogram :Keterangan :

e) Riwayat Pekerjaan :Terdapat Pekerjaan saat ini, Alamat pekerjan, Jarak dari rumah, Alat transportasi, Pekerjaan sebelumnya, Berapa jarak dari rumah, Sumber sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan.

f) Riwayat Lingkungan HidupTipe tempat tinggal, Jumlah kamar, Kondisi tempat tinggal, Jumlah orang yang tinggal dirumah, Derajat privasi, Tetangga terdekat, Alamat / telpon.g) Riwayat rekreasi

Hobby/minat, Keanggotaan organisasi, Liburan perjalanan.

h) Sistem pendukung

Perawat /bidan/dokter/fisioterapi, jarak dari rumah, pelayanan kesehatan dirumah, makanan yang dihantarkan, perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga, dll.

i) Diskripsi Kekhususan

Kebiasaan ritual, dll.

j) Status KesehatanStatus kesehatan umum selama setahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan utama (provocative/palliative, quality/quantity, region, severity scale, timming. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.k) Keluhan UtamaKeluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian.l) Penatalaksanaan masalah kesehatan :Tindakan yang dilakukan klien saat sakit.Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di pelayanan kesehatan.

m) Pola persepsi pemeliharaan kesehatanSelama ini klien tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan seperti merokok atau minum-minuman keras.n) Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan , serta cuaca yang extrim.

o) Penyakit yang diderita : penyakit keturunan seperti Hipertensi, dan mempunyai riwayat penyakit stroke

p) Pola aktifitas Hidup sehari hari

Kemampuan Perawatan DiriIndependenBantuan AlatBantuan orang lainBantun orang lain & peralatanDependent

1. makan /minum

2. mandi

3. Berpakaian

4. Ke WC

5. Transfering/pindah

6. Ambulasi

q) Kategori tingkat kemampuan aktivitasTINGKAT AKTIVITAS/MOBILITASKATEGORI

0Mampu merawat sendiri secara penuh

1Memerlukan penggunaan alat

2Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan

4Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

r) Rentang gerak (range of motion-ROM)GERAK SENDIDERAJAT RENTANG NORMAL

BahuAdduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.180

SikuFleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.150

Pergelangan tanganFleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.80-90

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi80-90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin70-90

Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.0-20

Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak tangan menghadap ke atas.30-50

Tangan dan jari

Tangan dan jariFleksi: buat kepalan tangan90

Ekstensi: luruskan jari90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin30

Abduksi: kembangkan jari tangan20

Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi20

Fleksi: buat kepalan tangan90

Ekstensi: luruskan jari90

Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin30

Abduksi: kembangkan jari tangan20

s) Derajat kekuatan ototSKALAPERSENTASE KEKUATAN NORMAL (%)KARAKTERISTIK

00Paralisis sempurna

110Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

225Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan

350Gerakan yang normal melawan gravitasi

475Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

5100Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh

t) KATZ INDEXAKTIVITAS

KEMANDIRIAN(1 poin)TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun didampingiKETERGANTUNGAN(0 poin)Denganpemantauan, perintah, pendampingan personal atau perawatan total

MANDI

(1 poin)Sanggup mandi sendiri tanpa bantuan, atau hanya memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu (punggung, genital, atau ekstermitas lumpuh)(0 poin)Mandi dengan bantuan lebih dari satu bagian tuguh, masuk dan keluar kamar mandi. Dimandikan dengan bantuan total

BERPAKAIAN

(1 poin)Berpakaian lengkap mandiri. Bisa jadi membutuhkan bantuan unutk memakai sepatu(0 poin)Membutuhkan bantuan dalam berpakaian, atau dipakaikan baju secara keseluruhan

TOILETING

(1 poin)Mampu ke kamar kecil (toilet), mengganti pakaian, membersihkan genital tanpa bantuan(0 poin)Butuh bantuan menuju dan keluar toilet, membersihkan sendiri atau menggunakan telepon

PINDAH POSISI

(1 poin)Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi tanpa bantuan. Alat bantu berpindah posisi bisa diterima(0 poin)Butuh bantuan dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi, atau dibantu total

KONTINENSIA

(1 poin)Mampu mengontrol secara baik perkemihan dan buang air besar(0 poin)Sebagian atau total inkontinensia bowel dan bladder

MAKAN

(1 poin)Mampu memasukkan makanan ke mulut tanpa bantuan. Persiapan makan bisa jadi dilakukan oleh orang lain.(0 poin)Membutuhkan bantuan sebagian atau total dalam makan, atau memerlukan makanan parenteral

AKTIVITAS

KEMANDIRIAN(1 poin)TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun didampingiKETERGANTUNGAN(0 poin)Denganpemantauan, perintah, pendampingan personal atau perawatan total

Total Poin :6 =Tinggi (Mandiri);4 = Sedang;