asuhan keperawatan dengan anomali kongenital
TRANSCRIPT
![Page 1: Asuhan Keperawatan Dengan Anomali Kongenital](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071710/55cf92e9550346f57b9a5dfd/html5/thumbnails/1.jpg)
2.2 Asuhan Keperawatan dengan Anomali Kongenital
2.2.1 Asuhan Keperwatan dengan Agenesis Bilateral atau Unilateral
1. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik :
Pada Agenesis Bilateral saat bayi dilahirkan, pada pemeriksaan fisik B1 ( Breath )
didapatkan adanya hipoplasia paru, hipoksia, sindrom gawat napas ( ARDS ),
terkadang didapatkan tangisan bayi lemah dan tidak bernapas, takipneanapas
cuping hidung.
B2 ( Blood ) : cacat jantung kongenital, pada auskultasi ditemukan gangguan
irama jantung, sianosis.
B3 ( Brain ) terdapat kelainan wajah yaitu letak telinga yang rendah, dahi lebar,
mata yang berjauhan, dan hidung melengkung seperti burung betet, hidrosefalus,
penurunan kesadaran, tidak berespon kecuali dirangsang nyeri.
B4 ( Bladder )
Terdapat kelainan pada saluran cerna yaitu atresia bilier, fistula esofagus.
B5 ( Bowel )
Tidak adanya miksi pada saat lahir dikarenakan pengaruh oligohidramnion dalam
kandungan ibu.
B6 ( Bone )
Warna kulit bayi keabu – abuan, pucat saat bayi menangis, hipotonia, kelemahan.
Pemeriksaan Penunjang :
Pada USG didapatkan keadaan oligohidramnion. Serta tidak adanya ginjal atau
keabnormalan ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Cedera (trauma lahir) berhubungan dengan trauma lahir akibat
oligohidramnion.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoplasia paru
c. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ketakutan ibu
terhadap kematian bayi
![Page 2: Asuhan Keperawatan Dengan Anomali Kongenital](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071710/55cf92e9550346f57b9a5dfd/html5/thumbnails/2.jpg)
3. Intervensi
1) Diangnosa: Risiko cedera (trauma lahir) berhubungan dengan trauma
lahir akibat oligohidramnion.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses persalinan
diharapkan tidak ada risiko cedera.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada fraktur, memar, dan laserasi
b. Tidak ada komplikasi dari cedera lahir yang terjadi
Intervensi:
a. Kaji adanya kelainan pada wajah (Sindroma Potter) akibat
oligohidramnion
R: untuk memastikan adanya agenesis ginjal beserta jenisnya.
b. Kaji kepala
R: untuk mendeteksi komplikasi dari agenesis ginjal.
c. Kaji tangisan
R: tangisan melengking dapat mengindikasikan trauma lahir atau
hipoksia pada bayi.
d. Kaji bahu dan ekstremitas
R: adanya penampilan atau postur asimetris.
e. Kaji kulit
R: adanya sianosis dapat menandakan kelainan bawaan lahir pada bayi.
f. Beritahu orang tua bahwa bayi yang dilahirkan umumnya mengalami
kelainan pada wajah dan adanya cacat bawaan lahir
R: dengan mempersiapkan orang tua terhadap setiap kemungkinan
penyimpangan dari normal akan membantu mereka beradaptasi
terhadap penampilan bayi dan memampukan orang tua mengatasi
cedera lain yang lebih serius.
g. Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran
R: mengurangi ansietas dan mengutarakan kekhawatiran serta
mengungkapkan perasaan.
2) Diagnosa: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoplasia
paru.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan pertukaran gas dapat terkontrol.
![Page 3: Asuhan Keperawatan Dengan Anomali Kongenital](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071710/55cf92e9550346f57b9a5dfd/html5/thumbnails/3.jpg)
Kriteria hasil:
a. Tidak ada dispnea, pernapasan cuping hidung, dan sianosis.
b. Frekuensi pernapasan dalam batas normal untuk neonatus
c. Tidak ada irama pernapasan abnormal
Intervensi:
a. Kaji AGD sesuai indikasi
R: untuk mendeteksi abnormalitas yang menandakan kurangnya
oksigenasi atau peningkatan konsumsi oksigen, hipoksia.
b. Kaji pernapasan
R: retraksi, takipnea (lebih dari 60x/menit), dan pernapasan cuping
hidung dapat mengindikasikan gangguan pernapasan.
c. Kaji nilai Apgar pada menit ke-1, ke-5, dan ke-10 setelah kelahiran
R: nilai apgar antara 7 dan 10 pada menit ke-1 dan ke-5 dianggap
normal, nilai kurang dari 7 mengindikasikan perlunya intervensi.
d. Berikan oksigen pada neonatus sesuai program
R: untuk memastikan pengiriman oksigen ke paru secara adekuat guna
mencegah hipoksia jaringan.
e. Pantau warna
R: untuk mendeteksi tanda hipoksia atau gangguan oksigenasi (pucat
dan sianosis)
3) Diagnosa: Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ketakutan
ibu terhadap kematian bayi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan ketakutan orang tua dapat teratasi.
Kriteria hasil:
a. Dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan menyangkut
asuhan bayi.
b. Melaporkan keadekuatan sistem dukungan (mis. Keluarga, finansial,
masyarakat)
Intervensi:
a. Kaji perasaan tentang kondisi bayi dan pengaruhnya terhadap keluarga
R: untuk mengidentifikasi masalah yang membutuhkan intervensi
b. Kaji sistem dukungan keluarga
![Page 4: Asuhan Keperawatan Dengan Anomali Kongenital](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071710/55cf92e9550346f57b9a5dfd/html5/thumbnails/4.jpg)
R: dukungan keluarga yang buruk selama krisis menyebabkan pemberi
asuhan lebih sulit mempertahankan kesehatan fisik dan emosional diri
sendiri.
c. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi bati dan rencana
perawatan
R: bagi kebanyakan individu mendapatkan informasi adalah cara
efektif untuk mengurangi ketakutan dan memfasilitasi koping yang
efektif.
d. Dengarkan dengan penuh perhatian komentar negatif dan perasaan
putus asa serta kehilangan kendali
R: mendengarkan secara terapeutik mendorong rasa percaya yang
diperlukan ketika membantu ibu yang merasa dirinya memiliki sedikit
atau tidak ada kendali terhadap situasi, atau ibu yang memiliki asumsi
keliru bahwa bayio sakit karena kesalahannya.