asuhan keperawatan bblr
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal
karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah. (Mochtar, 1998 ).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ),
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr
pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal
di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh
kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi
perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang
beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar
antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %.
Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara
berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 )
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih
besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi
menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik
maupun mental.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari BBLR?
2. Apa saja etiologi dari BBLR?
3. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
4. Apa saja komplikasi dari BBLR?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan BBLR?
7. Bagaimana pemantauan (monitoring) BBLR?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada BBLR?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari BBLR.
2. Mengetahui etiologi dari BBLR.
3. Mengetahui patofisiologi dari BBLR.
4. Mengetahui apa saja komplikasi dari BBLR.
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada BBLR.
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan BBLR.
7. Mengetahui bagaimana pemantauan (monitoring) BBLR.
8. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada BBLR.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang
berat badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak
termasuk bayi – bayi dengan berat badan kuran dari 1000 gram. (Nugroho
Iman Santosa, 1989)
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi
berat lahir rendah dibedakan dalam (Abdul Bari Saifuddin, 2001)
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir1.500 g - 2.500 g.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari
1.500 g.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir kurang
dari 1.000 g.
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam 3 (tiga) kelompok:
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Term : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
minggu lengkap.
3. Post Term : 42 minggu lengkap atau lebih.
3
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra
uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
tersebut (KMK).
Penggolongan derajat prematuritas bayi:
1. Bayi yang sangat prematur (extremly prematur)
a. 24 – 30 mg gestasi.
b. Masa gestasi 24-27 mg masih sukar hidup terutama
dinegara yang blm maju.
c. Masa gestasi 28-30 mg mgk dapat hidup dengan
perawatan intensif yang memerlukan alat-alat canggih
untuk mencapai hasil yang optimum
d. BB 500-1400 gram
e. 0,8% seluruh kelahiran hidup
f. Hampir seluruh kematian neonatal dan defisit neurologis
tidak disebabkan oleh defek atau trauma lahir
g. Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat
tipis.
2. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderatly prematur)
a. Gestasi 31-36 mg
b. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama
c. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari ringan bila
pengelolaan bayi intensif
d. BB >1500 gram – 2500 gram
4
e. Penampilan: kulit tipis, lipatan pada kaki lebih sedikit,
banyak rambut halus, genetalia kurang berkemban.
f. Masa gestasi 37mg
g. Mempunyai sifat prematur dan matur
h. Biasanya berat seperti bayi matur dan dikelola seperti
bayi matur
i. Kadang timbul problem yang dialami seperti bayi
prematur seperti sindroma gawat napas,
hiperbilirubinemia, refleks isap lemah
j. Perlu penanganan lebih seksama
k. Borderline prematur
3. Prosentase Kematian
a. Gestasi kurang dari 24 mg : umumnya meninggal
b. Gestasi 27-28 minggu: survive 50%
c. Gestasi 29 minggu: survive 80%
d. Gestasi 30 minggu: survive 85%
B. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga
cukup bulan ( dismatur ).
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm /
BBLR.
Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
prematur atau BBLR adalah:
a. Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Gizi saat hamil kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
5
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah (perokok).
Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
Faktor pekerja terlalu berat
Primigravida
Ibu muda (<20 tahun)
b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi,
ketuban pecah dini
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda.,
anomali kongenital
d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni
adalah :
Kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar.
Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana.
Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnu.
Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak
terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan.
Lemak subkutan kurang.
6
Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora
belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis
belum turun.
Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih
lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya
tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2. Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah
masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada
janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi
beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
7
tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah
diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur adalah:
1. Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita
penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu,
(tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru
kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
2. Faktor utery dan plasenta
Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari
kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin
Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez,
sifillis).
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah
C. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
8
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan
kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya
hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung
dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan
akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian
atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
9
D. KOMPLIKASI
Penyakit yang terdapat pada bayi BBLR antara lain :
1. Sindrom distest pernafasan, disebut juga penyakit membran
hialin yang melapisi alveolus perut.
2. Aspirasi pnemunia, keadaan ini disebabkan karena repleks
menelan dan batuk pada bayi prematur belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler, adalah perdarahan spontan pada
ventrikel atau lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan
pembentukan membran hialin di paru – paru.
4. Fibroplasia retrolintal, keadaan ini disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbillirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada
bayi prematur belum matang.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
F. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi
10
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan
terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50o C s/d
37,0o C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara
seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram.
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang
cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat
dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah
35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak
ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus
dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi
dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan,
kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini
mungkin.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
11
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan
gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar
bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan
karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif
belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah
sebagai berikut:
Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air
mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat
bayi.
Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan
sesudah memegang seorang bayi.
12
Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua
benda yang berhubungan dengan bayi.
Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang
rawat bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk
membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.
ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter
( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur
adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati.
Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau
mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia.
Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba
minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari
1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung
karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan
menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan
glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000
gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan
5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak
mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan
dalam waktu 12-48 jam.
G. Pemantauan (Monitoring)
13
1. Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari• Bayi
akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir
>1500 gram dapat kehilangan BB sampai 10% dari berat lahir.
Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi.• Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan
berat badan selama 3 bulan seharusnya:
150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya
20-30 gram/hari)
200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram
(misalnya 30-35 gram/hari) Bila bayi sudah mendapat ASI
secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia
lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180ml/kg/hari.
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari.
ü Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari.
2. Tanda kecukupan pemberian ASI
Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam.
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
BB bayi naik
3. Pemulangan penderita
Bayi suhu stabil Toleransi minum per oral baik, diutamakan
pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara menetek
dapat diberikan dengan alternative cara pemberian minum yang
lain. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
H. Asuhan Keperawatan pada BBLR
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal
14
Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
Kehamilan ganda ( gemeli)
Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta
previa dll
Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
b. Riwayat Kelahiran
Gestasi : 24- 37 minggu
BB : < 2500 gram
APGAR SKORE
c. Sistem kardiovaskuler
HR : 120-160 x/menit
Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt
ke kiri dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya
atelektasis
d. Sistem gastrointestinal
Abdomen menonjol
Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan
lemah
Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
e. Sistem integumen
Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau
kemerahan
Kulit tipis, transparan, halus dan licin
Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
Terdapat edema umum atau lokal
Kuku pendek
15
Rambut sedikit dan halus
Garis tangan sedikit dan halus
f. Sistem muskuloskeletal
Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang,
telinga halus dan lunak
Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
Reflek kurang dan letargi
g. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura
mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka
lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi
dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi
lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada
gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke
32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
minggu 24 dan 37.
h. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,
tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-
60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis
mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
i. Keamanan
16
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin
lemah.Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.. Ekstremitas mungkin
tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua
atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
j. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan
BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan
berat badan extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
3. Rencana Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
17
INTERVENSI RASIONAL
Kumpulkan data yang berkaitan
dengan kegawatan nafas
Riwayat ibu atas penggunaan obat
atau kondisi tidak normal selama
kehamilan dan proses persalinan
Waspada episode apnea yang
berlangsung lebih dari 20 detik
deteksi deteksi dini dalam menentukan
tindakan selanjutnya
Memberi bantuan pernafasan seperti
oksigen
membantu mencukupi supplai
oksigen
Pantau kajian gas darah untuk
mengetahui asidosis pernafasan
metabolik
deteksi dini untuk mencegah
hipoksia
b. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
Tujuan : tidak terjadi hipotermia/hypertermia
INTERVENSI RASIONAL
Monitor suhu minimal tiap 2 jam Untuk memonitor suhu tbuh
Jaga temperatur ruang perawatan 25
C
ruangan yang terlalu panas
menyebabkan perpindahan panas
secara infeksi
Ukur suhu rektal terlebih dulu,
kemudian suhu aksila setiap 2
jam/setiap kali diperlukan
deteksi dini dalam menentukan
tindakan selanjutnya
Lakukan prosedur penghangatan
setelah bayi lahir
mencegah pengeluaran suhu lewat
evaporasi
Ganti pakaian atau linen tempat
tidur bila basah,pertahankan kepala
bayi tetap tertutup
Menurunkan kehilangan panas
melalui evaporasi
18
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.
Tujuan : Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan statusnya gizi bayi
INTERVENSI RASIONAL
Awasi reflek menghisap bayi dan
kemampuan menelan
kemampuan menghisap dan
menelan yang lemah dapat
menyebabkan kebutuhan nutrisi
tidak terpenuhi
Awasi dan hitung kebutuhan kalori
bayi
mengetahui kebutuhan kalori yang
dibutuhkan bayi.
Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam
dengan kenaikan 30 cc/hari,di
pertahankan pada hari ke-7 sampai 1
bulan
ASI mengandung zat gizi yang
diperlukan tubuh
Timbang bayi setiap hari,bandingkan
berat badan dengan asupan kalori
yang diberikan.
Mengetahui perkembangan dan
kemungkinan terjadinya penurunan
BB yang pathologis
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan
berat badan extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
INTERVENSI RASIONAL
Timbang berat badan tiap hari. Berat badan adalah indicator paling
sensitive dari keseimbangan cairan.
Bandingkan masukan dan haluaran
caiaran setiap sip dan keseimbangan
kumulatif setiap periode 24 jam.
Berat badan adalah indicator paling
sensitive dari keseimbangan cairan.
Evaluasi turgor kulit, membrane
mukosa, keadaan fontanel anterior.
Cadangan cairan dibatasi pada bayi
praterm.
19
Berikan ASI/PASI tiap 2 jam
sebanyak 35 cc lewat sonde.
Pemberian ASI/PASI tiap 2 jam
dapat memenuhi kebutuhan caiarn
dalam tubuh bayi.
Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi : Ht.
Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas nilai normal (45 – 53%).
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
Tujuan : tidak terjadi infeksi
INTERVENSI RASIONAL
Inspeksi kulit, perhatikan area
kemerahan atau tekanan.
Mengidentifikasi area potensial
kerusakan dermal yang adapat
mengakibatkan sepsis
Berikan perawatan mulut dengan
menggunakan gliserin.
Membantu mencegah kekeringan
dan pecah pada bibir berkenaan
dengan tidak adanya masukan oral.
Berikan latihan rentan gerak,
perubahan posisi rutin dan bantal
yang terbuat dari bahan yang
lembut.
Membantu mencegah kemungkinan
nekrosis berhubungan dengan
edema dermis.
Memandikan bayi dengan
menggunakan air hangat dan sabun
Mandi sering menggunakan sabun
atau pelembab dapat meningkatkan
Ph kulit, menurunkan plora normal
dan pertahanan / melindungi
pathogen infasif.
Berikan zalp Antibiotik pada
hidung, mulut dan bibir bila pecah /
teriritasi.
Meningkatkan pemulihan pecah –
pecah iritasi dan dapat membantu
mencegah infeksi.
20
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
Tujuan :selama perawatan tidak terjadi komplikasi/infeksi
Hasil yang diharapkan :tidak ada tanda tanda infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan cara mencuci tangan Mencuci tangan adalah praktik yang
paling penting untuk mencegah
kontaminasi silang serta mengontrol
infeksi dalam ruangan perawatan
Kaji bayi terhadap tanda-tanda
infeksi seperti ketidakstabilan suhu
(Hipotermia dan
Hipertermia),Letargi atau
perubahan perilaku distress
pernapasan
Bermanfaat dalam mendiagnosis
infeksi
lakukan perawatan tali pusat sesuai
dengan protocol Rumah Sakit
Penggunaan bethadine dan berbagai
anti mikroba yang membantu
mencegah klonisasi
Gunakan tehnik aseptic selama
penghisapan, pemasangan NGT dll.
Menurunkan kesempatan untuk
masuknya bakteri yang dapat
mengakibatkan infeksi pernafasan.
Gunakan antiseptic sebelum
membantu dalam prosedur invasi
Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial dari prosedur invasi.
Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi : jumlah trombosit
Sepsis menyebakan jumlah
trombosit menurun tetapi pada bayi
pra term rentan trombosit normal
mungkin hanya 60.000. mm3
21
BAB III
KESIMPULAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan
sesuai.
2. Dismaturitas / Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)/Bayi
kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin dan
tidak sesuai dengan usia kehamilan.. Sedangkan Bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah
( BBLSR ).
Penatalaksanaan BBLR yaitu dengan cara penanganan bayi,
pelestarian suhu tubuh, inkubator, pemberian oksigen, pencegahan infeksi
dan pemberian makanan. Selain itu beberapa hal yag perlu dipantau adalah
kenaikan BB, tanda kecukupan pemberian ASI dan pemulangan
penderita/bayi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Jitowiyono, Sugeng. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.
Yogyakarta. Nuha Medika.
Yayan Pieter. Laporan Pendahuluan Bayi Berat Lahir Rendah 4 November 2013
di 08:30. http://yayannerz.blogspot.com/2013/11/laporan-
pendahuluan-bayi-berat-lahir.html.
Yongki putra. Asuhan Keperawatan Bayi Dengan BBLR. 28 Oktober 2013 di 01:39.
http://yongke-putra.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-bayi-
dengan-bblr.html
Ferli. Laporan Pendahuluan BBLR. 25 Januari 2013 di 19:40.
http://keperawatanbinahusada7nersferlyplg.blogspot.com/2012/01/lap
oran-pendahuluan-bblr.html5
23