asuhan keperawatan

49
Asuhan Keperawatan : Sindrome Steven Jonson BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma steven jhonson merupakan gangguan kulit yang berpotensial fatal dan kebanyakan terjadi eritenma multiforme (Smeltzer, 2008, hlm.1972). Sindroma Steven Johnson terjadi 1 sampai 7 kasus per 1 juta penduduk dunia setiap tahun. Sindroma ini dapat terjadi pada setiap ras, bahkan juga dapat terjadi pada anjing, kucing, dan kera. Angka kematian Sindroma Steven Johnson, yaitu sekitar 15 % (Gustiawan, 2010, http://sabdaspace.com, diunduh tgl 20 Oktober 2011) Sindroma Steven Johnson jarang terjadi. Di indonesia kejadian Sindroma Steven Johnson adalah kasus yang langka dan hanya 1 dari 2000 orang yang menkonsumsi antibiotik penissilin yang terkena Sindroma Steven Johnson. Berdasarkan data yang didapat dari bagian medical record RSUD Dr Soedarso Pontianak, jumlah penderita Sindroma Steven Johnson dari bulan januari sampai april 2010 tidak ada, namun penderita yang mengalami penyakit kulit dari bulan Januari sampai April 2010 sebanyak 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki 71,86 % dan perempuan

Post on 28-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

stevent johnson

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan : Sindrome Steven Jonson

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sindroma steven jhonson merupakan gangguan kulit yang berpotensial fatal dan

kebanyakan terjadi eritenma multiforme (Smeltzer, 2008, hlm.1972). Sindroma Steven

Johnson terjadi 1 sampai 7 kasus per 1 juta penduduk dunia setiap tahun. Sindroma ini dapat

terjadi pada setiap ras, bahkan juga dapat terjadi pada anjing, kucing, dan kera. Angka

kematian Sindroma Steven Johnson, yaitu sekitar 15 % (Gustiawan,

2010, http://sabdaspace.com, diunduh tgl 20 Oktober 2011)

Sindroma Steven Johnson jarang terjadi. Di indonesia kejadian Sindroma Steven

Johnson adalah kasus yang langka dan hanya 1 dari 2000 orang yang menkonsumsi antibiotik

penissilin yang terkena Sindroma Steven Johnson. Berdasarkan data yang didapat dari bagian

medical record RSUD Dr Soedarso Pontianak, jumlah penderita Sindroma Steven Johnson

dari bulan januari sampai april 2010 tidak ada, namun penderita yang mengalami penyakit

kulit dari bulan Januari sampai April 2010 sebanyak 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki

71,86 % dan perempuan 28,14 %. (Masdin, 2010, http://pajjakadoi.co.id, diunduh tgl 20

Oktober 2011).

Dari masalah di atas, keterlibatan tim kesehatan lah yang bisa dianggap mampu

memberikan solusi dari masalah tersebut dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

kerjasama antara tiap tim kesehatan. Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang

Page 2: Asuhan Keperawatan

memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga

fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperwatan

terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,

perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi

edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan

dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari Syndrom Steven

Johnsontersebut. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan seorang perawat

dapat melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif berdasarkan teori yang telah

diterima dan kebutuhan dari pemulihan kondisi pasien. Perawat sebagai salah satu pelaksana

asuhan keperawatan yang akan memberikan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya

komplikasi yang akan muncul pada klien.

B.    Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :

1.      Memberi gambaran dan ilmu pengetahuan tentang konsep dasar penyakit steven johnson

2.      Agar mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit steven

johnson dengan baik dan benar

C.    Metode Penulisan

Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui

pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan

metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah mencerna materi ini.

D.    Sistematika Penulisan

            Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :

Page 3: Asuhan Keperawatan

Bab I  :       Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika

Penulisan.

Bab II :       Tinjauan Teoritis terdiri dari Anatomi Fisiologi Sistem Imun (Definisi Sistem Imun,

Mekanisme Pertahanan Sistem Imun, Stadium Respon Imun dan Faktor yang mempengaruhi

Fungsi Respon Imun), Konsep Dasar Penyakit Steven Johnson (Pengertian, etiologi, tanda

dan gejala, prognosis penyakit,patofisiologi,  pemeriksaan penunjang, komplikasi dan

penatalaksanaan), dan Asuhan Keperawatan Steven Johnson (Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan dan Evaluasi).

BAB III:    Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

                         DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi Sistem Imun

Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi

dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan

parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan

molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi

tumor.

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis

yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan

bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,

serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan

Page 4: Asuhan Keperawatan

melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan

patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.

Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem

ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B.    Fisiologi Sistem imun

1.        Mekanisme Pertahanan Sistem Imun

Ketika tubuh diserang atau diinvasi oleh bakteri atau virus atai mikroorganisme

patogen lainnya, maka ada 3 macam cara yang dilakukan tubuh untuk mempertahankan

dirinya sendiri. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

a.       Respon Imun Fagositik, meliputi sel-sel darah putih (granulosit dan makrofag) yang dapat

memakan partikel-partikel asing. Sel-sel ini bergerak ketempat serangan dan kemudian

menelan serta menghancurkan mikroorganisme penyerang tersebut.

b.      Respon Humoral, yang kadang-kadang bekerja sebagai antibodi. Mulai bekerja dengan

terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi sel-sel plasma yang

menghasilkan antibodi. Antibodi ini merupakan protein yang sangat spesifik yang diangkut

dalam aliran darah dan memilki kemampuan untuk melumpuhkan penyerangnya.

c.       Respon Imun Seluler, juga melibatkan limfosit disamping mengubah dirinya menjadi sel

plasma, juga dapat mengubah sel menjadi sel-sel T sitotoksik khusus yang dapat menyerang

mikroorganisme patogen itu sendiri. (Smeltzer,2002. Hlm. 1690).

2.      Stadium Respon Imun

Ada empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respon imun, keempat stadium

ini adalah : stadium pengenalan, proliferasi, respon dan efektor. Yang akan disampaikan

Page 5: Asuhan Keperawatan

disini adalah tinjauan keempat stadium ini, yang diikuti dengan uraian tentang imunitas

humoral, imunitas seluler, dan sistem komplemen (Smeltzer, 2002. Hlm: 1691-1694)

a.    Stadium Pengenalan

Dasar setiap reaksi imun adalah pengenalan (recognition) yang merupakan tahap yang

pertama dan paling penting. Tahap atau stadium ini merupakan kemempuan dari sistem

imunitas untuk mengenali antigen sebagai unsur yang asing atau bukan bagian dari dirinya

sendiri dan dengan demikian merupakan kejadian pendahulu dari sistem imun.

Surveilans oleh Nodus Limfatikus dan Limfosit. Tubuh akan melaksanakan tugas

pengenalan atau recognition dengan menggunakan nodus limfatikus dan limfosit sebagai

pengawas (surveilans).

Limfosit Bersirkulasi. Ada limfosit yang terdapat dalam nodus limfatikus sendiri dan ada

pula limfosit yang beredar dalam darah. Jumlah limfosit dalam tubuh menambah massa sel

dengan jumlah yang mengesankan. Sebagian limfosit yang beredar dapat bertahan hidup

selama sepuluh tahun. Sebagian dari sel  yang berukuran kecil dan bersifat keras ini akan

mempertahankan sirkuit soliternya sepanjang hidup orang tersebut.

b.      Stadium Proliferasi

Limfosit yang beredar dan mengandung pesan antigenik akan kembali ke nodus

limfatikus terdekat. Begitu berada didalam nodus limfatikus, limfosit telah disensitisasi akan

menstimulasi sebagian limfosit nonaktif (dormant) yang menghuni nodus tersebut untuk

membesar, membelah diri, mengadakan proliferasi, dan berdiferensiasi menjadi limfosit T

atau B. Pembesaran nodus limfatikus dalam leher yang menyertai sakit leher merupakan

salah astu contoh dari respon imun.

c.    Stadium Respons

Page 6: Asuhan Keperawatan

Dalam stadium respons, imun yang sudah berubah akan berfungsi dengan cara humoral

dan seluler.

Respons Humoral Inisial. Produksi antibodi oleh limfosit B sebagai reaksi terhadap suatu

antigen spesifik akan memulai respons humoral. Humoral mengacu kepada kenyataan bahwa

antibodi dilepas kedalam aliran darah dan dengan demikian akan berdiam didalam plasma

atau fraksi darah yang berupa cairan.

Respons Seluler Inisial. Limfosit yang sudah disensitisasi dan kembali ke nodus

limfatikus akan bermigrasi kedaerah nodus limfatikus (yang bukan  daerah yang mengandung

limfosit yang sudah diprogram untuk menjadi sel-sel plasma) tempat sel-sel tersebut

menstimulasi limfosit yang berada dalam nodus ini untuk menjadi sel-sel yang kan

menyerang langsung mikroba dan bukan menyerangnya lewat kerja antibodi.

d.      Stadium Efektor

Dalam stadium efektor, antibodi dari respons humoral atau sel T sitotoksik dari respons

seluler akan menjangkau antigen dan terangkai dengan antigen tersebut pada permukaan

objek yang asing.

3.      Faktor yang mempengaruhi Fungsi Sistem Imun

Seperti halnya sistem imun yang lain, sistem imun akan berfungsi pada taraf yang

dikehendaki menurut fungsi sistem tubuh yang lain dan faktor-faktor yang ada hubungannya

seperti usia, jenis kelamin, nutrisi, penyakit, serta berbagai pengaruh dari luar (Smeltzer,

2002. Hlm.1698-1700).

a.         Usia

Page 7: Asuhan Keperawatan

Orang yang berada pada kedua ujung rentang usia akan lebih besar kemungkinannya

untuk menghadapi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi sistem imun

ketimbang orang-orang yang berusia ditengah rentang tersebut.

Penurunan fungsi berbagai sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga

turut menimbulkan gangguan imunitas.

b.        Jenis Kelamin

Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui dengan

baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktivitas limfosit T

(khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi

interleukin-2 (IL-2) dan aktivitas sel supresor. Estrogen cenderung menggalakkan imunitas

(immunoenhancing) sedangkan androgen bersifat imunosupresif.

c.         Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem imun yang optimal.

Gangguan fungsi imun disebabkan oleh defesiensi protein kalori dapat terjadi akibat

kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein. Vitamin juga

membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.   

d.        Faktor Psikoneuro-imunologik

Bukti dari hasil observasi klinik dan berbagai penelitian pada manusia serta hewan

menunjukkan bahwa respon imun secara parsial diatur dan dimodulasi oleh pengaruh

neuroendokrin (Terr,1991).

Dilain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan endokrin,

termasuk prilaku. Jadai interaksi sistem saraf dan sistem imun tampaknya bersifat dua arah.

Page 8: Asuhan Keperawatan

e.         Obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun yang

tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat utama yang memilki

potensi untuk menyebabkan imunosupresi : antibiotik, kortikosteroid, obat anti inflamasi

nonsteroid (NSAID) dan preparat sitotoksik.

C.    Konsep Dasar Penyakit Steven Johnson

1.      Pengertian sindrom steven jhonson

Sindroma Steven Johnson adalah penyakit kulit akut berat, terdiri dari erupsi kulit,

kelainan mukosa dan lesi pada mata (Siregar, 2005,hlm.141).

Sindroma Steven Johnson adalah gangguan kulit yang berpotensial fatal dan

kebanyakan terjadi eritenma multiforme (Smeltzer, 2008, hlm.1972).

Sindroma Steven Johnson (SSJ) adalah penyakit kulit yang berpotensi menyebabkan

kematian dan sebagian besar disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap obat.

Sindroma Steven Johnson juga bisa disebabkan infeksi (biasanya infeksi virus), penyakit

keganasan, radiasi, dan idiopatik. (Gustiawan, 2010,http://sabdaspace.com, diunduh tgl 20

Oktober 2011)

Kesimpulan dari pengertian diatas, bahwa Sindroma Steven Johnson merupakan

gangguan kulit dengan tanda eritema, vesikel atau bula, kelainan mukosa dan lesi pada mata

yang berakibat fatal bagi penderitanya.

2.      Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui, salah satu penyebabnya adalah alergi obat secara

sistemik, diantaranya penicillin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin

Page 9: Asuhan Keperawatan

dan antipiretik / analgetik. Selain itu dapat diakibatkan infeksi bakteri, virus, jamur, parasit,

neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi, dan makanan. (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601)

3.      Tanda dan gejala

Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai

pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai buruk sampai

kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal

berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven

Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :

a.       Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi

erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan

berat kelainannya generalisata.

b.      Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%), orifisium

genitalia eksterna  (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).

c.       Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis

purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.

Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

4.      Patofisiologi

Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson

disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan

gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan

permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat menyebabkan

adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium alveolar yang

menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo sehingga penurunan

Page 10: Asuhan Keperawatan

comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan gangguan pengembangan paru

sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dengan penyakit hipoksemia dan

hiperkpnia denga melakukan tindakan primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik

seperti resiko infeksi dan resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah

yaitu  gangguan endothelium kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan

tahanan nafas dan kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak

efektif.

5.      Komplikasi

Menurut mansjoer, A (2000,hlm.137) komplikasi yang dapat terjadi pada klien

dengan Sindrom Steven Johnson yaitu bronkopneumonia, sepsis, kehilangan cairan atau

darah, gangguan keseimbangan atau elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan

lakrimasi.

6.      Penatalaksanaan

a.       Farmakologi

Menurut Siregar (2005, hlm.141) menjelaskan penatalaksanaan klien dengan Sindrom Steven

Johnson sebagai berikut :

1)      Umum :

a)      Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan intravena

b)      Jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan O2 dan CO2.

2)      Khusus sistemik

a)      Kortikosteroid dosis tinggi, Prednisone 80-200 mg (live saving) secara perenteral / per oral,

kemudian turunkan perlahan-lahan

Page 11: Asuhan Keperawatan

b)      Pada kasus berat diberi Deksametason IV, dosis 4x5 mg selama 3-10 hari. Jika keadaan

umum membaik, penderita dapat menelan, maka obat diganti dengan Prednisone (dosis

ekivalen). Pada kasus ringan diberikan Prednisone 4x5 mg-4x20 mg/ hari, dosis diturunkan

secara bertahap jika telah terjadi penyembuhan

c)      Pengobatan lain : ACTH( (Sintetik) 1 mg, Obat Anabolic, KCL ( Kalium Klorida) 3x500 mg

Antibiotic, Obat Hemostatik (Adona) dan Antihistamin.

3)      Topikal

a)      Vesikel dan bula yang belum pecah diberi bedak salisil 2%

b)      Kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1%

c)      Kelainan mulut yang berat diberikan kompres asam borat 3%

d)     Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid.

(Siregar, 1996; hal, 164)

7.      Prognosis penyakit

Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven

Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya

penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang

dinamakan angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur

lebih dari 40 tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih

dari 252 mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan,

2010,http://sabdaspace.com, akses tgl 20 Oktober 2010).

Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara

sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat

purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura

Page 12: Asuhan Keperawatan

dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan

serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan

biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan

pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak  serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,

sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.

Page 13: Asuhan Keperawatan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

SINDROM STEVEN JHONSON

Asuhan keperawatan klien dengan Sindroma Steven Johnson secara teoritis :

A.    Pengkajian

Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) pengkajian pasien dengan Sindrom Steven

Johnson diantaranya melakukan pangkajian fisik dengan penekanan khusus pada manifestasi

kulit terhadap :

1.      Adanya eritema, area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah yang

teroksigenasi pada vaskularisasi dermal

2.      Adanya area yang melepuh dan perkembangannya ditubuh

3.      Pengeluaran cairan pada bulla (lepuhan) baik jumlah, warna dan bau

4.      Pada area mulut adakah terdapatnya bula atau lepuhan dan lesi arosive serta adanya rasa

gatal, rasa terbakar dan kekeringan dimata.

5.      Kemampuan klien dalam menelan dan minum serta berbicara secara nornal juga ditentukan

6.      TTV dan perhatian khusus terhadap adanya demam, pernafasan yang cepat, dalam, ritme, dan

batuk

7.      Karakteristik dan banyaknya sekret dalam rongga pernafasan diobservasi

8.      Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi dan kelemahan yang

berlebihan serta fatigue sering muncul mengingat faktor-faktor tersebut merupakan proses

Page 14: Asuhan Keperawatan

nikrosis epidermal, peningkatan metabolisme, dan kemungkinan adanya pengelupasan

mukosa pada gastrointestinal dan pernafasan.

9.      Adanya pemasukan intra vena dilihat adanya tanda-tanda lokal infeksi

10.  Berat badan tiap hari

11.  Pasien ditanya gambaran fatigue, dan tingkat nyeri

12.  Melakukan evaluasi terhadap adanya kecemasan serta koping mekanisme yang digunakan

serta strategi koping dapat dikenali.

B.     Diagnosa keperawatan

Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975)  diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan

pada pasien dengan Sindrom Steven Johnson meliputi :

a.       Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal

b.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan

c.       Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit

d.      Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

e.       Gangguan persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtivitis

Page 15: Asuhan Keperawatan

C.   

Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) , adapun rencana asuhan yang dapat disusun

berdasarkan diagnosa dengan pasien sindrom steven johson diatas sebagai berikut :Rencana Asuhan Keperawatan

N

o

Dx. Keperawata

n

Tujuannya Intervensi Rasional

1. Gangguan

integritas kulit

b.d. inflamasi

dermal dan

epidermal

Setelah dilakukan

perawatan kulit

selama 3x24 jam

dengan kriteria

hasil :

Ds: --

Do :

       Menunjukkan kulit

       Jaringan kulit yang

utuh

       Observasi kulit

setiap hari catat

turgor sirkulasi

dan sensori serta

perubahan

lainnya yang

terjadi.

       Gunakan

pakaian tipis dan

alat tenun yang

lembut.

       Jaga kebersihan

alat tenun.

       Kolaborasi

dengan tim

       Menentukan garis dasar

dimana perubahan pada

status dapat

dibandingkan dan

melakukan intervensi

yang tepat.

       Menurunkan iritasi garis

jahitan dan tekanan dari

baju, membiarkan insisi

terbuka terhadap udara

meningkat proses

penyembuhan dan

menurunkan resiko

infeksi

        Untuk mencegah infeksi

       Untuk mencegah infeksi

Page 16: Asuhan Keperawatan

medis. lebih lanjut

2. Gangguan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d.

kesulitan

menelan

Setelah dilakukan

pemenuhan nutrisi

selama 3x24 jam

dengan kriteria

hasil :

Ds : --

Do :

       Menunjukkan

berat badan stabil

       Peningkatan berat

badan

       Kaji kebiasaan

makanan yang

disukai/tidak

disukai.

        

       Berikan

makanan dalam

porsi sedikit tapi

sering.

       Hidangkan

makanan dalam

keadaan hangat.

       Kerjasama

dengan ahli gizi.

       Memberikan

pasien/orang terdekat

rasa kontrol,

meningkatkan partisipasi

dalam perawatan dan

dapat memperbaiki

pemasukan.

       Membantu mencegah

distensi

gaster/ketidaknyamanan

       Meningkatkan nafsu

makan

        

       Kalori protein dan

vitamin untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan

metabolik,

mempertahankan berat

badan dan mendorong

regenerasi jaringan.

3. Gangguan rasa

nyaman, nyeri

Setelah dilakukan

perawatan

       Kaji keluhan

nyeri, perhatikan

       Nyeri hampir selalu ada

pada beberapa derajat

Page 17: Asuhan Keperawatan

b.d. inflamasi

pada kulit.

pemenuhan rasa

nyaman selama

3x24 jam dengan

kriteria hasil :

Ds :

       Klien melaporkan

nyeri berkurang

Do :

       Menunjukkan

ekspresi

wajah rileks

       Postur tubuh rileks

lokasi dan

intensitasnya.

       Berikan tindakan

kenyamanan

dasar ex: pijatan

pada area yang

sakit.

       Pantau TTV.

       Berikan

analgetik sesuai

indikasi.

beratnya keterlibatan

jaringan

       Meningkatkan relaksasi,

menurunkan tegangan

otot dan kelelahan umum

       Metode IV sering

digunakan pada awal

untuk memaksimalkan

efek obat

       Menghilangkan rasa

nyeri

4. Gangguan

intoleransi

aktivitas b.d.

kelemahan fisik

Setelah dilakukan

latihan aktivitas

selama 3x24 jam

dengan kriteria

hasil :

Ds :

       Klien

melaporkanpening

katan toleransi

aktivitas

Do : --

       Kaji respon

individu

terhadap

aktivitas

       Bantu klien

dalam memenuhi

aktivitas sehari-

hari dengan

tingkat

keterbatasan

yang dimiliki

       Rasional: mengetahui

tingkat kemampuan

individu dalam

pemenuhan aktivitas

sehari-hari

       Rasional: energi yang

dikeluarkan lebih

optimal

       Rasional: energi penting

untuk membantu proses

Page 18: Asuhan Keperawatan

klien

       Jelaskan

pentingnya

pembatasan

energy

       Libatkan

keluarga dalam

pemenuhan

aktivitas klien

metabolisme tubuh

       Rasional: klien

mendapat dukungan

psikologi dari keluarga

5. Gangguan

persepsi sensori:

kurang

penglihatan b.d

konjungtifitis

Setelah dilakukan

perawatan persepsi

sensori  selama

3x24 jam dengan

kriteria hasil :

Ds :

       Menyadari

hilangnya

penglihatan secara

permanen

Do :

       Kooperatif dalam

tindakan

       Kaji dan catat

ketajaman

pengelihatan

       Kaji deskripsi

fungsional apa

yang dapat

dilihat/tidak.

       Sesuaikan

lingkungan

dengan

kemampuan

pengelihatan

       Kaji jumlah dan

tipe rangsangan

       Rasional: Menetukan

kemampuan visual

       Rasional: Memberikan

keakuratan thd

pengelihatan dan

perawatan.

       Rasional: Meningkatkan

self care dan mengurangi

ketergantungan.

       Rasional: Meningkatkan

rangsangan pada waktu

kemampuan

pengelihatan menurun.

Page 19: Asuhan Keperawatan

yang dapat

diterima klien.

Page 20: Asuhan Keperawatan

D.    Pelaksanaan Keperwatan ( implementasi )

Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperwatan secara nyata berupa

serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang

optimal.

      Apabila tindakan keperawatan dilakukan bersama dengan pasien dan atau keluarga

hendaknya penjelasan diberikan terlebih dahulu mencakup tindakan yang akan dilakukan dan

bantuan yang diharapkan dari pasien atau keluarganya. Juga apabila tindakan keperawatan

dilakukan oleh beberapa orang tenaga perawat hendaknya tindakan yang akan dilakukan

didiskusikan terlebih dahulu.

Adapun pelaksanaan yang dilakukan pada pasien yang sindrom steven jhonson adalah

disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah dibuat berdasarkan prioritas yag timbul.

E.     Evaluasi Keperawatan

     Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu  kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberi nilai terhadap suatu (orang,

benda, fakta).

     Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses keperawatan,

mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan perkembangan pasien

terhadap pencapaian tujuan.

     Dari masalah yang timbul pada pasien dengan sindrom steven jhonson, maka hasil yang

diharapkan pasien akan :

1.             Menunjukkan keadaan kulit normal

2.             Menunjukkan berat badan stabil

3.             Menunjukka keadaan nyeri berkurang

Page 21: Asuhan Keperawatan

4.             Menunjukkan toleransi aktivitas.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh

manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila

pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka

akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom

Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut

berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi

virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan

mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium,

dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan

tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.

Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan

adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistem

pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka

dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan

berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal

Page 22: Asuhan Keperawatan

dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan,

gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d

kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.

B.    Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak

meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1.      Pasien

Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson

hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan

keperawatan.

2.      Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis

maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan

keperawatan.

3.      Rumah Sakit

Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita

steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat

melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit

steven johnson.

Page 23: Asuhan Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.(1998). Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC

Doenges. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Ignatavicius, Workman.(2006). Medical Surgical Nursing, critical thinking in client care, fourth

edition, volume 2, Upper Saddle River, By Prentice Hall.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C.(2008). Textbook of Medical Surgical Nursing, Philadelphia : By. Lippicott-

Raven Publishers

Smeltzer, Suzanne C.(2001). Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Volume 2, alih

bahasa Agung Waluyo. Jakarta : EGC

 Smeltzer, Suzanne C. (2002). Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 volume 3, alih

bahasa oleh Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Siregar. (2005). Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC

Gustiawan, 2010, http:/sabdaspace.com, akses tgl 20 Oktober 2010.

Page 24: Asuhan Keperawatan

Lampiran 1

CONTOH KASUS

Klien Ny.S (30 tahun) masuk kerumah sakit dengan gangguan sindron steven

johnson. Klien mengatakan nyeri pada sendi, nyeri saat menguyah terutama saat membuka

mulut. Belum mandi selama 11 hari. Tubuh pasien melepuh, konjungtiva pucat, makan 4

gelas promina ukuran 15o cc(600 cc)/hari.Hb 9,0 gr/dl. Balutan infus belum diganti selama 3

hari. TD 100/80 mmHg, S 36,90c, N 82x/menit, dan RR 18x/menit. Keluarga mengatakan

pasien hanya tamat SD dan tidak bisa membaca.

A.           PENGKAJIAN

1.        Indentitas klien

Nama                      : TN. I

Umur                      : 57 Tahun

Jenis Kelamin         : Laki-Laki

Agama                    : Islam

Bangsa / Suku         : Indonesia/ Melayu

Pendidikan             : Smp

Page 25: Asuhan Keperawatan

Pekerjaan                : Swasta(Pabrik Besi)

Status Perkawinan   :Sudah Kawin

Alamat                    :Jalan.Tanjung Raya II, Gg. Karya Bakti

Ruangan,                : Mawar

Nomor registrasi    : 010792180611

Tanggal masuk        : 25 oktober 2011

Tanggal Pengkajian: 26 oktober 2011

Diagnosa Medis      : glaukoma

 Penanggung jawab: istri Tn.I

2.         Riwayat kesehatan  masa lalu

Penyakit waktu  kecil, atau apakah pernah

menderita penyakit mata dan  apakah pasien

mempunyai riwayat sakit pada saat melihat.

3.         Anamnesis riwayat  kesehatan sekarang

Pengkajian difokuskan pada gejala sekarang,

apakah  pasien mengeluh sakit kepala, mual

Page 26: Asuhan Keperawatan

muntah, melihat lingkaran seperti pelangi pada

mata, nyeri sekitar mata.

4.          Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada pasien apakah ada anggota

keluarga yang menderita penyakit glaukoma atau

penyakit lainnya yang berhubungan dengan

penglihatan.

5.         Struktur keluarga / genogram

Untuk mengetahui faktor – faktor kesehatan keluarga dilihat dari strukturnya, contoh genogram adalah sebagai berikut :

 

:

Keterangan :          

        :  Meninggal

Page 27: Asuhan Keperawatan

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Klien

6.         Data nutrisi

Dalam menentukan data nutrisi hal-hal yang harus

diperhatikan:

A = BB : 80 kg, TB : 173, LILA : 40 cm,

B  = Hb : 10 mmHg,

C =  Rambut klien tampak berminyak dan kering,kulit

klien tampak kering, mata klien tampak keruh

pada retina dan berlendir, berat badan klien sesuai

dengan usianya, mukosa klien pink kemerahan

dan lembab

D = Porsi makan klien 2 sendok nasi, klien tidak nafsu

makan, mual dan muntah pada saat makan.

Page 28: Asuhan Keperawatan

7.         Pemeriksaaan fisik

Perawaat melakukan pemeriksaan fisik pada

klien, hal – hal yang bisa diperhatikan:

a.       keadan umum                                   : klien

tampak meringis nyeri

b.      Tingkat kesadaran klien                 : COMPOS

METIS

c.       TTV                                                         : Suhu   :

37,5 C, Nadi : 80

X/menit,                                      TD : 130/80 X/

menit, RR : 22 X/menit

d.       BB : 80 Kg            TB : 173 cm

e.      Sistem Sensori Persepsi

1)             Sistem penglihatan:

a)      Visus sangat menurun

b)      TIO : 40 mmHg

Page 29: Asuhan Keperawatan

c)       Mata merah

d)      Kornea keruh

e)      Bilik mata depan dangkal

f)       Rincian iris tidak tampak

g)      Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap

sinar

h)      Diskus optikus terlihat merah dan bengkak

2)             Sistem pernapasan :

I        : bentuk thoraks klien simetris antara kiri dan

kanan, tidak terdapat kelainan pada thorak, tidak

terdapat distress pernafasan,

P       : tidak terdapat kelainan bunyi pada thorak

P       :tidak terdapat benjolan pada thorak, tidak ada

perbedaan getaran antara kiri dan kanan.

A : tidak ada terdapat bunyi yang abnormal pada

saat di auskultrasi.

3)      Sistem kardiovaskuler

Page 30: Asuhan Keperawatan

Pada saat pemeriksaan fisik tidak ada masalah

mengenai jantung klien, dan tidak ada

keabnormalan pada jantung klien

4)      Abdomen

I = tidak ada kelain pada abdomen klien

A = tidak terdengar bising usus yang abnormal.

P = tidak terdapat masalah pada sat di perkusi

P = pada saat palsasi ginjal, klien tidak mengalami

sakit, dan tidak terdapat kelain pada sat dipalsasi.

8.        Pola eliminasi

Klien mengatakan pola eliminasinya sebelum sakit dan saat sakit tidak ada mengalami

gangguan, BAB nya 1 kali sehari dan BAK nya 6 kali sehari.

9.        Pola kebersihan

a.          mandi

Sebelum sakit klien mengatakan dia mandi 1 hari 3 kali.dan pada saat di rumah sakit

klien mengatakan 2 hari 1 kali.

a.         Gosok gigi

Sebelum sakit  klien mengatakan dia menggosok gigi 1 hari 3 kali. Saat sakit klien

mengatakan dia menggosok gigi 2 hari sekali.

Page 31: Asuhan Keperawatan

10.    Pola aktifitas

Klien memiliki kebiasaan 1 minggu sekali berolahraga jalan pagi.

11.    Data psikologis

a.       Status emosi : klien tampak tenang emosinya teratur dan kadang-kadang klien tampak

gelisah.

b.      konsep diri

klien seorang kepala rumah tangga yang masih diperdulikan oleh keluarga.

c.       Gaya komunikasi

Klien berkomunikasi dengan bahasa melayu dan perawat mengerti.

d.      Interaksi sosial

Klien mau bergaul dengan pasien lain diruangannya.

12.    Data sosial

a.       Pendidikan dan pekerjaan

Pasien tamat SMP dan pekerjaan pasien swasta (pabrik besi)

b.      Hubungan sosial.

Klien dalam berinteraksi sangat cepat.

c.       Faktor sosial kultural

Semua tindakan perawat tidak ada yang bertentangan dengan klien.

d.      Gaya hidup

Pasien memiliki kebiasaan merokok dan makan makanan yang instan.

Page 32: Asuhan Keperawatan

13.    Data spiritual

Pasien mengatakan bahwa dirinya sholat 5 waktu dan selama dirumah sakit klien hanya

sholat 3 waktu dengan kondisi duduk karena kesulitan dalam beraktifitas.

14.    Data penunjang

Tonometri : tekanannya 40 mmHg

1.      Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit; kerusakan mukosa mulut dan bibir

b.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipersensitivitas

c.       Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

Page 33: Asuhan Keperawatan

2.      Rencana Asuhan Keperawatan

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN &

KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1.    Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

penyakit; kerusakan

mukosa mulut dan

bibir.

Ds : Nyeri

hilang/berkurang

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam dengan

kriteria hasil :

Ds :

  Klien mengatakan

tidak nyeri lagi pada

saat membuka mulut

  Klien mengatakan

tidak nyeri lagi pada

saat mengunyah

  Klien mengatakan

badannya terasa

segar setelah mandi

  Klien mengatakan

mulutnya terasa

enak

1.      Kaji karakteristik

nyeri

2.      Kaji kemampuan

klien untuk

membuka mulut

3.      Istirahatkan

daerah sekitar

mulut jika terjadi

nyeri

4.      Ajarkan teknik

relaksasi pada

saat nyeri datang

5.      Observasi TTV

6.      Bantu klien untuk

memenuhi

kebutuhan dasar :

mandi, cuci

rambut, dan oral

hygiene

7.      Kolaborasi

1.      Mengetahui berat

ringannya nyeri

2.      Mengetahui sejauh

mana rasa nyeri

timbul pada saat

membuka mulut

3.      Membantu

mengatasi rasa

nyeri

4.      Merelaksasikan

dan mengurangi

rasa nyeri

5.      Mengetahui

keadaan umum

klien

6.      Membuat klien

merasa nyaman

dengan

terpenuhinya

kebutuhan dasar

Page 34: Asuhan Keperawatan

Do :

 Klien tidak meringis

lagi pada saat

membuka mulut

 Klien tidak meringis

lagi pada saat

menggerakkan

mulut

 Luka pada rongga

mulut berkurang dan

mengering

 Tidak terdapat

stomatitis pada bibir

 Klien tidak lemah lagi

 Konjungtiva dan

mukosa mulut tidak

pucat

 TTV dalam batas

normal :

  TD : 120/90 mmHg

  S : 36-370c

  N : 60-100x/menit

  RR : 16-24x/menit

dengan tim medis

dalam

memberikan

analgetik

7.      Analgetik sebagai

obat anti nyeri

Page 35: Asuhan Keperawatan

2.    Kerusakan

integritas kulit

berhubungan denga

n hipersensitivitas

Integritas kulit

membaik setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

3x24 jam dengan

kriteria hasil :

Ds :

  --

Do :

  Tidak terdapat bula

dikedua lengan atas

  Terdapat penumbuhan

jaringan baru

  Luka diwajah mulai

mengering

1.      Kaji keadaan

umum dan

integritas kulit

klien

2.      Observasi adanya

tanda-tanda

infeksi

3.      Hindari lesi

akibat tekanan

4.      Berikan diit

TKTP

5.      Mempercepat

memberikan

kompres betadin

cair dan NaCl 0,9

%

1.      Mengetahui

keadaan umum

dan integritas kulit

klien

2.      Mengetahui tanda-

tanda infeksi pada

luka

3.      Mencegah

penyebaran atau

meluasnya luka

4.      Mempercepat

proses

pertumbuhan

jaringan baru kulit

yang luka

5.      Sebagai anti septic

agar tidak terjadi

peluasan infeksi

3.    Kurang

pengetahuan

tentang penyakit

berhubungan

dengan kurang

Klien mengetahui

dan memahami

tentang proses

penyakitnya setelah

dilakukan tindakan

1.      Kaji pengetahuan

klien tentang

penyakit

2.      Lakukan penkes

tentang proses

1.      Mengetahui

pengetahuan klien

2.      Agar klien

mengetahui dan

memahami proses

Page 36: Asuhan Keperawatan

terpaparnya

informasi.

keperawatan selama

1x30 menit dengan

kriteria hasil :

Ds :

  Klien mengatakan

sudah mengetahuin

tentang proses

penyakitnya

Do :

Klien tampak senang

dan mengerti

penyakit klien penyakitnya

Page 37: Asuhan Keperawatan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan karunianya kami dapat mengerjakan makalah Sistem Hematologi dan

Imunitas.  Penyusunan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan Syndrom Steven Johnson. Dan

kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Florensa, S.Kep.

selaku dosen pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa

kesulitan, namun karena bantuan dan kerja sama dengan dosen pembimbing, serta teman-

teman sekelompok akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Oleh karena itu kami ingin

mengucapkan terima kasih. Jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami mohon

maaf yang sebesar-besarnya.

                                                                              Pontianak, Oktober  2010

                                                                                               

                                                                                                            Penyusun

Page 38: Asuhan Keperawatan

i

  

MAKALAH  SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNITAS

” ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SYNDROM STEVEN JOHNSON ”

DOSEN PEMBIMBING:

IBU NS.  FLORENSA  S.KEP

Tugas Individu

MUAMMAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

PRODI SI KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2010-201I

Diposkan 17th April 2013 oleh Ners AmmaR