asuhan keperawatan

75
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIPERTENSI PULMONAL BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi pulmonal (Pulmonary hypertension) atau yang disebut hipertensi paru, barangkali belum familiar di telinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya, angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat dibanding laki-laki. Pada kasus hipertensi pulmonal primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik. Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim.(wanita ) Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik. Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain karena faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi paru kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik. endala lain adalah banyak

Upload: viannyrefania

Post on 31-Oct-2015

285 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIPERTENSI PULMONAL

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Hipertensi pulmonal (Pulmonary hypertension) atau yang disebut hipertensi paru, barangkali belum familiar di telinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya, angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat dibanding laki-laki. Pada kasus hipertensi pulmonal primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik.

Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim.(wanita ) Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik.

Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain karena faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi paru kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik. endala lain adalah banyak gejala yang dikaitkan dengan hipertensi paru ternyata tidak spesifik mengarah pada hipertensi paru, sehingga tak heran diagnosis penyakit ini kian sulit saja.

Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai hipertensi pulmonal yang kurang diketahui oleh masyarakat, khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien hipertensi pulmonal. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien hipertensi pulmonal.

 

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori dari hipertensi pulmonal?2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi pulmonal?

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN

 

 

1.3  Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

   Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi pulmonal

 

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi pulmonal.

2. Mengetahui dan memahami etiologi hipertensi pulmonal.

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertensi pulmonal.

4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien   dengan hipertensi pulmonal.

Pmx diagnostik?

5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi pulmonal.

  6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari hipertensi pulmonal, meliputi :

1. Pengkajian2. Diagnosa keperawatan3. Perencananaan Intervensi Keperawatan4. WOC

 

1.4  Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pulmonal, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

 

BAB 2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Definisi Hipertensi Pulmonal

 

Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan penyakitnya. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.

Awalnya PH diklasifikasikan menjadi hipertensi pulmonal idiopatik (IPAH, atau hipertensi pulmonal primer) dan PH sekunder.

1. Primer

Merupakan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini paling sering terjadi pada usia 20 tahun sampai 40 tahun. Dan biasanya fatal dalam 5 tahun diagnosis. Hipertensi pulmonal primer lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampai timbulnya gejala sekitar 2-3 tahun.

1. Sekunder

Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau jantung yang diderita oleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.

Namun kemudian diketahui bahwa beberapa hipertensi pulmonal sekunder sangat mirip dengan IPAH dalam hal gambaran histopatologis, natural history, dan respon terhadap terapi. Jadi, berdasarkan mekanisme penyakitnya, WHO kemudian membagi hipertensi pulmonal menjadi 5 kelas

1.                                            I.            Hipertensi Arteri Pulmonal (PAH). Gambaran hemodinamik kelompok ini adalah:

Mean pulmonary artery pressure (MPAP) >25 mmHg pada istirahat, atau  > 30 mmHg pada aktivitas fisik, dan  

Pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 15 mmHg, dan

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN

Peningkatan tahanan vaskular pulmonal dan gradien transpulmonal (gradien tekanan  tekanan diastolik arteri pulmonal dan PCWP)

1.                                         II.            Hipertensi Vena Pulmonal. Kelompok ini disebabkan oleh kelainan pada atrium kiri, ventrikel kiri atau katup jantung kiri.

2.                                      III.            Hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru-paru atau hipoksemia. Penyebabnya antara lain  penyakit paru interstitial, PPOK, sleep-disordered breathing, kelainan hipoventilasi alveoli, dan  sebab-sebab lain dari hipoksemia.

3.                                      IV.            Hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit trombotik dan embolik kronis. Pada kelompok ini penyebab PH adalah oklusi trombus di proksimal atau distal pembuluh darah paru (misalnya penyakit tromboembolik kronis), atau emboli pulmonal nontrombotik (misalnya schistosomiasis).

4.                                         V.            Hipertensi Pulmonal pada kelompok ini disebabkan oleh inflamasi, obstruksi mekanis, atau kompresi ekstrinsik pada pembuluh darah paru (misalnya pada sarcoidosis, histiocytosis X, dan fibrosing mediastinitis).

2.2 Etiologi

1. Hipertensi pulmonal pasif

Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena pulmonalis, maka tekan dalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiap kenaikan tekanan dalam vena pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikel kiri yang hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.

1. Hipertensi pulmonal reaktif

Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada beberapa penderita terjadi vasokonstriksi arteriol  pulmonal yang aktif. Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi terhadap pengaliran darah melalui paru bertambah besar dan tekanan dalam arteri pulmonalis meningkat, misal pada penderita dengan stenosis mitral yang berat dan kadang-kadang pada penderita dengan insufisiensi mitral atau dengan gagal jantung kiri. Faktor penyebab ini dihubungkan pula dengan faktor familial.

1. Aliran darah dalam paru yang meningkat

Peningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi pembuluh darah paru dan terbukanya lubang saluran yang sebelumnya telah menutup, maka dapat berlangsung tanpa terjadi peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya sampai lebih 3 kali yang normal, maka akan diperlukan tekanan yang lebih besar dalam paru agar pengaliran darah dapat berlangsung.

1. Vaskularisasi paru yang berkurang

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN

Bila dua pertiga atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi maka diperlukan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada aliran yang adekuat, misalnya pada kelainan dengan embolus paru yang berulang-ulang sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru. Pada penyakit paru yang luas seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan pada hipertensi pulmonal idiopatik.

 

2.3 Komplikasi

1. Gagal jantung kanan

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama- kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas

1. Gagal Nafas

2.4 Manifestasi Klinis

            Gejala yang timbul biasanya berupa :

1. sesak nafas yang timbul secara bertahap

Untuk meningkatkan secara bertahap atau mendadak nafas dan kebutuhan udara bagi tubuh, pasien mengalami nafas pendek dan haus udara. Terjadi hiperventalasi (napas cepat dan dalam)

1. kelemahan2. batuk tidak produktif3. pingsan atau sinkop

Pasien mengeluh berkunang-kunang, telinganya mendenging atau sering pingsan. Munculnya memar-memar menunjukkan episode sinkope. Wajah pasien merah panas dan merasa lemah lesu.

1. edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)

Pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki, terutama pada pagi hari dan sore hari mengalami perbaikan. Pemasukan garam menyebabkan retensi cairan. Terjadi selisih berat badan antara oedema dan tidak.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN

1. gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)

            Tanda hipertensi pulmonal berupa :

1. Distensi vena jugularis 2. Impuls ventrikel kanan dominan 3. Komponen katup paru menguat.

d.  S3 jantung kanan

1. Murmur trikuspid 2. Hepatomegali

Kelainan hepatomegali terjadi karena peningkatan kerja jantung kanan untuk memompakan darah ke paru melalui resistensi arteri pulmonal yang meningkat, sehingga terjadi hipertrofi dan dilatasi dari ventrikel kanan

Karena pada hipertensi pulmonal, curah jantung berkurang maka terjadi penimbunan darah yang abnormal dalam ventrikel kanan sehingga kemungkinan untuk mengalami gagal jantung kanan dapat terjadi setiap saat. Kelelahan, dispnoe, angina pektoris, kejang dan sinkop merupakan gejala yang umumnya ditemukan. Edema biasanya terlihat pada keadaan yang lanjut, sedangkan hemoptisis terjadi akibat adanya infark atau robeknya pembuluh darah yang abnormal dalam paru. Pada pemeriksaan fisis ditemukan anggota gerak yang dingin, sianosis perifer, nadi dengan amplitudo yang kecil, tekanan vena jugularis meningkat, aktivitas daerah jantung kanan bertambah, komponen pulmonal bunyi jantung II mengeras, terdengar pula “pulmonary ejection click” dan bising sistolik ejeksi, bising pansistolitik pada daerah tricuspid, bising mid-diastolik pada sisi tulang sternum sebelah kiri dan terdapatnya irama derap atrium pada daerah tricuspid.

 

2.5 Patofisiologi

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.

 

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN

Pemeriksaan Non Invasif

Pertama kali mencurigai klinis hipertensi pulmonal, harus melakukan pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk mengeklusi tipe lain penyebab hipertensi pulmonal,di samping untuk menentukan beratnya atau prognosis.Baru-baru ini suatu konsensus merekomendasikan pemeriksaan untuk hipertensi pulmonal.

1. Ekokardiograf

Pada pasien yang secara klinis dicurigai hipertensi pulmonal, untuk diagnosis sebaiknya dilakukan ekokardiografi. Ekokardiografi dapat mendeteksi kelainan katup, disfungsi ventrikel kiri, shunt jantung. Untuk menilai tekanan sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada regurgitasi trikuspid. Bila pada pasien dengan hipertensi pulmonal tidak ada regurgitasi trikuspid untuk menilai tekanan ventrikel kanan secara kuantitatif, dapat dipakai nilai kualitatif. Tanda-tanda kualitatif tersebut  yaitu pembesaran atrium dan ventrikel kanan serta septum yang cembung atau rata. Adanya efusi perikard menunjukkan beratnya penyakit dan prognosis yang kurang baik.

1. Tes berjalan 6 menit

Pemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal untuk keterbatasan fungsional klien hipertensi pulmonal adalah dengan tes ketahanan berlajan 6 menit (6WT). Ini digunakan sebagai pengukur kapasitas fungsional klien dengan sakit jantung, memiliki prognostik yang signifikan dan telah digunakan secara luas dalam penelitian untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal yang diterapi. 6WT tidak memerlukan ahli dalam penilaian.   

1. Tes fungsi paru

Pengukuran kaasitas vital paksa (FVC) saat istirahat, volume ekspirasi paksa 1 detik (FEV1), ventilasi volunter maksimum (MW), kapasitas difusi karbon monoksida, volume alveolar efektif, dan kapasitas paru total adalah komponen penting dalam pemeriksaan Hhipertensi pulmonal, yang dapat mengidentifikasi secara significan obstruksi saluran atau defek mekanik sebagai faktor kontribusi hipertensi pulmonal. Tes fungsi paru juga secara kuantitatif menilai gangguan mekanik sehubungan dengan penurunan volume paru pada HP.

 

1. Radiografi Torak (Ro Torak)

Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu diagnosis atau membantu menemukan penyakit lain yang mendasari hipertensi pulmonal. Gambaran khas foto toraks pada hipertensi pulmonal ditemukan bayangan hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto toraks lateral pembesaran ventrikel kanan.

 

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN

1. Elektrokardiografi

Gambaran tipikal EKG pada klien HP sering menunjukkan pembesaran atrium dan ventrikel kanan, terkadang dapat memperkirakan tekanan arteri pulmonal,  strain ventrikel kanan ,dan pergeseran aksis ke kanan, yang juga memliki nilai prognostik. Elektrokardiogram menunjukkan perubahan hipertrofi ventrikel kanan (panah panjang) dengan regangan pada pasien dengan hipertensi pulmonal primer. Deviasi sumbu kanan (pendek panah), peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II (panah hitam), dan tidak lengkap blok cabang berkas kanan (panah putih) yang sangat spesifik tetapi tidak memiliki kepekaan untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel kanan.

 

 

1. CT Scan Resolusi Tinggi

CT Scan dilakukan hanya untuk membedakan apakah termasuk hipertensi pulmonal primer atau hipertensi pulmonal sekunder. Tanpa zat kontras untuk menilai parenkim paru seperti bronkiektasi, emfisema, atau penyakit interstisial. Dengan zat kontras untuk mendeteksi dan melihat penyakit tromboemboli paru.

 

Pemeriksaan Invasif

1. Kateterisasi jantung

Kateterisasi jantung dapat mengukur dengan tepat tekanan di ventrikel kanan dan mengukur resistensi pembuluh darah di paru.  Tes vasodilator dengan obat kerja singkat (seperti : adenosin, inhalasi nitric oxide atau epoprosteno) dapat dilakukan selama kateterisasi, respons vasolidatif positif bila didapatkan penurunan tekanan arteri pumonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya 20% dari tekanan awal.

Kateterisasi jantung kanan dengan mengukur hemodinamik pulmonal adalah gold standart untuk konfirmasi PAH. Dengan definisi hipertensi pulmonal adalah tekanan PAP ≥25 mHg pada saat istirahat, atau ≥30 mmHg pada saat aktivitas. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk prosnotik hipertensi pulmonal.

Pengukuran Kateterisasi Jantung pada Klien PAH

Systemic arterial pressure (BP) and heart rate (HR) Right arterial pressure (RAP) Right ventrikuler pressure (RVP) Pulmonaly artery pressure (PAP)

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN

Pulmonaly capillary wedge pressure (PCWP) Cardiac output and index Pulmonaly vasoreactivity Sistemic and pulmonaly arteril oxygen saturation

Hemodinamik adalah prognostik untuk hipertensi pulmonal primer, nilai prognostik pengukuran hemodinamik bila RAP < 10 mmHg, angka harapan hidup 50 bulan bila tidak mendapat terapi vasodilator sedangkan bila RAP ≥ 20mmHg harapan hidupnya kurang dari 3 bulan.

1.  Tes vasodilator

Vasoreaktivitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal, klien yang respon dengan vasodilator terbukti memperbaiki survival dengan mengunakan blok kanal kalsium (CCB) jangka panjang. Definisi respon adalah penurunan rata-rata tekanan arteri pulmonal < 10 mmHg dengan penignkatan kardiak output. Tujuan primer  tes vasodilator adalah untuk menentukan apakah klien bisa diterapi dengan CCB oradenganzl.

1. Biopsi paru

Jarang dilakukan karena riskan pada klien hipertensi pulmonal, biopsi paru di indikasikan bila klien yang diduga hipertensi pulmonal primer dengan pemeriksaan standar tidak kuat untuk diagnosis definitif.

 

Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.

1). Obat-obatan vasoaktif

Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal

Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis Kalsium

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN

dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi platelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.

Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%) dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja sebagai vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban ventrikel kanan, menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi olahraga dan meningkatkan harapan hidup.

 

1. Terapi bedah

Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih selama 5 tahun.

Atrial septosotomi

Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan ventrikel kanan yang berat. Tujuan prosedur ini adalah dekompresi overload jantung kanan dan perbaikan output sistemik ventrikel kiri. Septastotomi atrial harus dilakukan pada. fasilitas yang memadai dan operator yang berpengalaman

Thromboenarterectomy pulmonary

Menjadi pilihan pengobatan pada pasien hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit tromboembolik kronik. Dilakukan melalui median stertonomi pada cardiopulmonary baypass. Secara keseluruhan angka kematian terus membaik dan kini kirang dari 5%.

 

1. Transplantasi paru-paru

Hipertensi pulmonal primer biasanya progresif dan akhirnya berakibat fatal. Tranplantasi paru adalah suatu pilihan pada beberapa pasien lebih muda dari 65 tahun yang memiliki hipertensi pulmonal yang tidak merespon manajemen medis. Menurut AS tahun 1997 transplantasi laporan registri, 24 penerima transplantasi paru-paru dengan hipertensi pulmonal primer memiliki tingkat ketahanan hidup dari 73 persen pada satu tahun, 55 persen di tiga tahun dan 45 persen pada lima tahun. Pengurangan langsung tekanan arteri paru-paru dikaitkan dengan perbaikan dalam fungsi ventrikel kanan. Kambuhnya hipertensi pulmonal primer setelah transplantasi paru-paru belum dilaporkan.

 

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI PULMONAL

 

3.1 Pengkajian

1. 1.      Identitas / biodata klien 

Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan dengan klien.

1. Keluhan utama

Dispnea, nyeri dada substernal

1. Riwayat kesehatan sekarang

Sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Dispnea saat aktivitas, fatique dan sinkop.

1. Riwayat kesehatan dahulu

      Gagal jantung kiri, HIV, peny autoimun, sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan, peny    tiroid, PPOK, peny paru intertisial, sleep apnea, emfisema

1. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan surve umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi kerusakan organ.

1. Otak – sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas, enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma)

2. Mata – retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur

3. Jantung – gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)4. Ginjal – penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan,

penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.

 

1. 5.      Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal

1).    Pernafasan B1 (breath)

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN

- sesak nafas yang timbul secara bertahap

- kelemahan

- batuk tidak produktif

- gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis

- nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)

2).     Kardiovaskular B2 (blood)

- tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu

- gagal jantung kanan

- oksigen yang kurang dari normal

- edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)

- distensi vena jugularis

- hepatomegali

3).    Persyarafan B3 (brain)

- pusing

4).    Perkemihan B4 (bladder)

normal

5).    Pencernaan B5 (bowel)

normal

6).    Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

- penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas

- kelemahan

 

3.2 Diagnosis Keperawatan

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada hipertensi pulmonal antara lain:

1. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru

1. Kelebihan volume cairan b.d edema perifer2. Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular 3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

 

3.3  Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru

Tujuan             : Tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respon sesak napas

Kriteria Hasil   : a. Secara subjectif klien menyatakan penurunan sesak napas

  b. Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas, analisa gas darah dalam batas normal

 

 

No Intervensi Rasional1. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat

sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku

Perubahan warna kulit, membrane mukosa dapat mengindikasikan gangguan perfusi gas ke jaringan terganggu.

2. Berikan tambahan oksigen Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas

3. Pantau saturasi (oksimetri), PH, BE, HCO3

dengan analisa gas darahUntuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas

4. Koreksi keseimbangan asam basa Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi penapasan

 

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil        : a.  Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN

                           c. Wajah pasien tampak rileks

                          d. Tanda-tanda vital normal

No Intervensi Rasional1. Tingkatkan istirahat yang adekuat Istirahat dapat menurunkan tingkat nyeri2. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa

sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Massase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan menurunkan sensasi nyeri

3. Anjurkan tindakan pengurangan nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya, teknik relaksasi,atau distraksi)

Teknik relaksasi,atau distraksi dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri dan dapat meningkatkan produksi endorfin dan enkafalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri.

4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Analgesik dapat menurunkan tingkat nyeri

 

1. Kelebihan volume cairan b.d edema perifer

    Tujuan             : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemis

    Kriteria Hasil   : a. Edema ekstremitas berkurang

                              b. Produksi urine > 600 ml/hari

 

No Intervensi Rasional1. Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan

gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan output urin

2. Bantu posisi yang membantu drainase ekstremitas, lakukan latihan gerak pasif

Meningkatkan aliran balik vena dan mendorong berkurangnya edema perifer

3. Kolaborasi berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung

4. Kolaborasi berikan diuretik, contoh : furosemid, sprinolakton, hidronolakton

Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN

risiko terjadinya edema paru

 

1. Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular

    Tujuan             : Penurunan curah jantung dapat teratasi dan TTV dalam batas normal

    Kriteria Hasil   : a. Tidak ditemukan dyspnea

                              b. Turgor kulit bagus

                              c. Sirkulasi dan perfusi menjadi lebih baik

 

No Intervensi Rasional1. Istirahatkan klien dengan tirah baring

optimalIstirahat dapat mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen

2. Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30cm

Dengan posisi kepala yang lebih tinggi dapat mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung yang dapat mengurangi kongesti paru

3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan indikasi

Meningkatkan sediaan oksigen dapat melawan efek hipoksia/iskemia

4. Kolaborasi berikan antikoagulan, contoh heparin dosis rendah, Warfarin (Coumadin)

Antikoagulan dapat mencegah pembentukan trombus/emboli perifer

 

1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, energi pasien dapat dihemat

Kriteria Hasil  : Pasien tidak mengalami kondisi yang abnormal setelah melakukan aktivitas

 

No Intervensi Rasional1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan

berikan aktivitas senggang yang tidak beratIstirahat dapat menurunkan kerja miokardium dan konsumsi oksigen

2. Pertahankan klien tirah baring sementara Tirah baring dapat mengurangi beban jantung

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN

sakit akut

 3. Pertahankan penambahan oksigen sesuai

programPenambahan oksigen meningkatkan oksigenasi jaringan

 DOWNLOAD : WOC HIPERTENSI PULMONAL

BAB 4

PENUTUPAN

 

4.1 Kesimpulan

            Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.

            Penyebab hipertensi pulmonal terdiri dari hipertensi pulmonal primer dan hipertensi pulmonal sekunder. hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.

 

4.2 Saran

1. Seorang perawat hendaknya memberikan suatu health education kepada masyarakat agar hipertensi pulmonal dapat terminimalisir

2. Masyarakat hendaknya berperilaku hidup sehat sehingga memungkinkan  penyakit-penyakit khususnya hipertensi pulmonal bisa dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti terhadap bahaya penyakit khususnya penyakit hipertensi pulmonal

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Latief, abdul dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIPERTENSI PULMONAL

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Hipertensi pulmonal (Pulmonary hypertension) atau yang disebut hipertensi paru, barangkali belum familiar di telinga. Padahal ini adalah jenis penyakit fatal yang menyerang banyak orang pada usia produktif. Sedihnya, angka kejadian pada perempuan dua setengah kali lipat dibanding laki-laki. Pada kasus hipertensi pulmonal primer, penyakit ini diturunkan, atau terkait faktor genetik.

Meski diakui, meluasnya penyakit hipertensi pulmonal saat ini kurang diketahui, namun diperkirakan sekitar 1-2 juta orang per tahun terdiagnosis menderita penyakit ini. Bahkan, angka yang sebenarnya diprediksi lebih tinggi mengingat diagnosis penyakit ini masih minim.(wanita ) Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi pulmonal kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik.

Di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, hipertensi pulmonal kurang terdiagnosis dan kurang pengobatan antara lain karena faktor kurangnya kesadaran mengenai penyakit ini. Mereka yang menderita hipertensi paru kebanyakan tidak terobati. Bahkan penderita tidak sadar bahwa mereka terkena penyakit berbahaya ini, tidak tahu tentang pengobatan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan memberi kualitas hidup yang lebih baik. endala lain adalah banyak gejala yang dikaitkan dengan hipertensi paru ternyata tidak spesifik mengarah pada hipertensi paru, sehingga tak heran diagnosis penyakit ini kian sulit saja.

Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai hipertensi pulmonal yang kurang diketahui oleh masyarakat, khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien hipertensi pulmonal. Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien hipertensi pulmonal.

 

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori dari hipertensi pulmonal?2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi pulmonal?

 

 

1.3  Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

   Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi pulmonal

 

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi pulmonal.

2. Mengetahui dan memahami etiologi hipertensi pulmonal.

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertensi pulmonal.

4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien   dengan hipertensi pulmonal.

Pmx diagnostik?

5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi pulmonal.

  6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari hipertensi pulmonal, meliputi :

1. Pengkajian2. Diagnosa keperawatan3. Perencananaan Intervensi Keperawatan4. WOC

 

1.4  Manfaat

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pulmonal, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Definisi Hipertensi Pulmonal

 

Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan penyakitnya. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891.

Awalnya PH diklasifikasikan menjadi hipertensi pulmonal idiopatik (IPAH, atau hipertensi pulmonal primer) dan PH sekunder.

1. Primer

Merupakan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini paling sering terjadi pada usia 20 tahun sampai 40 tahun. Dan biasanya fatal dalam 5 tahun diagnosis. Hipertensi pulmonal primer lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampai timbulnya gejala sekitar 2-3 tahun.

1. Sekunder

Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau jantung yang diderita oleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.

Namun kemudian diketahui bahwa beberapa hipertensi pulmonal sekunder sangat mirip dengan IPAH dalam hal gambaran histopatologis, natural history, dan respon terhadap terapi. Jadi, berdasarkan mekanisme penyakitnya, WHO kemudian membagi hipertensi pulmonal menjadi 5 kelas

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN

1.                                            I.            Hipertensi Arteri Pulmonal (PAH). Gambaran hemodinamik kelompok ini adalah:

Mean pulmonary artery pressure (MPAP) >25 mmHg pada istirahat, atau  > 30 mmHg pada aktivitas fisik, dan  

Pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 15 mmHg, dan Peningkatan tahanan vaskular pulmonal dan gradien transpulmonal (gradien tekanan 

tekanan diastolik arteri pulmonal dan PCWP)

1.                                         II.            Hipertensi Vena Pulmonal. Kelompok ini disebabkan oleh kelainan pada atrium kiri, ventrikel kiri atau katup jantung kiri.

2.                                      III.            Hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru-paru atau hipoksemia. Penyebabnya antara lain  penyakit paru interstitial, PPOK, sleep-disordered breathing, kelainan hipoventilasi alveoli, dan  sebab-sebab lain dari hipoksemia.

3.                                      IV.            Hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit trombotik dan embolik kronis. Pada kelompok ini penyebab PH adalah oklusi trombus di proksimal atau distal pembuluh darah paru (misalnya penyakit tromboembolik kronis), atau emboli pulmonal nontrombotik (misalnya schistosomiasis).

4.                                         V.            Hipertensi Pulmonal pada kelompok ini disebabkan oleh inflamasi, obstruksi mekanis, atau kompresi ekstrinsik pada pembuluh darah paru (misalnya pada sarcoidosis, histiocytosis X, dan fibrosing mediastinitis).

2.2 Etiologi

1. Hipertensi pulmonal pasif

Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena pulmonalis, maka tekan dalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiap kenaikan tekanan dalam vena pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikel kiri yang hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.

1. Hipertensi pulmonal reaktif

Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada beberapa penderita terjadi vasokonstriksi arteriol  pulmonal yang aktif. Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi terhadap pengaliran darah melalui paru bertambah besar dan tekanan dalam arteri pulmonalis meningkat, misal pada penderita dengan stenosis mitral yang berat dan kadang-kadang pada penderita dengan insufisiensi mitral atau dengan gagal jantung kiri. Faktor penyebab ini dihubungkan pula dengan faktor familial.

1. Aliran darah dalam paru yang meningkat

Peningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi pembuluh darah paru dan terbukanya lubang saluran yang sebelumnya telah menutup, maka dapat berlangsung tanpa

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN

terjadi peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya sampai lebih 3 kali yang normal, maka akan diperlukan tekanan yang lebih besar dalam paru agar pengaliran darah dapat berlangsung.

1. Vaskularisasi paru yang berkurang

Bila dua pertiga atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi maka diperlukan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada aliran yang adekuat, misalnya pada kelainan dengan embolus paru yang berulang-ulang sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru. Pada penyakit paru yang luas seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan pada hipertensi pulmonal idiopatik.

 

2.3 Komplikasi

1. Gagal jantung kanan

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama- kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas

1. Gagal Nafas

2.4 Manifestasi Klinis

            Gejala yang timbul biasanya berupa :

1. sesak nafas yang timbul secara bertahap

Untuk meningkatkan secara bertahap atau mendadak nafas dan kebutuhan udara bagi tubuh, pasien mengalami nafas pendek dan haus udara. Terjadi hiperventalasi (napas cepat dan dalam)

1. kelemahan2. batuk tidak produktif3. pingsan atau sinkop

Pasien mengeluh berkunang-kunang, telinganya mendenging atau sering pingsan. Munculnya memar-memar menunjukkan episode sinkope. Wajah pasien merah panas dan merasa lemah lesu.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN

1. edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)

Pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki, terutama pada pagi hari dan sore hari mengalami perbaikan. Pemasukan garam menyebabkan retensi cairan. Terjadi selisih berat badan antara oedema dan tidak.

1. gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)

            Tanda hipertensi pulmonal berupa :

1. Distensi vena jugularis 2. Impuls ventrikel kanan dominan 3. Komponen katup paru menguat.

d.  S3 jantung kanan

1. Murmur trikuspid 2. Hepatomegali

Kelainan hepatomegali terjadi karena peningkatan kerja jantung kanan untuk memompakan darah ke paru melalui resistensi arteri pulmonal yang meningkat, sehingga terjadi hipertrofi dan dilatasi dari ventrikel kanan

Karena pada hipertensi pulmonal, curah jantung berkurang maka terjadi penimbunan darah yang abnormal dalam ventrikel kanan sehingga kemungkinan untuk mengalami gagal jantung kanan dapat terjadi setiap saat. Kelelahan, dispnoe, angina pektoris, kejang dan sinkop merupakan gejala yang umumnya ditemukan. Edema biasanya terlihat pada keadaan yang lanjut, sedangkan hemoptisis terjadi akibat adanya infark atau robeknya pembuluh darah yang abnormal dalam paru. Pada pemeriksaan fisis ditemukan anggota gerak yang dingin, sianosis perifer, nadi dengan amplitudo yang kecil, tekanan vena jugularis meningkat, aktivitas daerah jantung kanan bertambah, komponen pulmonal bunyi jantung II mengeras, terdengar pula “pulmonary ejection click” dan bising sistolik ejeksi, bising pansistolitik pada daerah tricuspid, bising mid-diastolik pada sisi tulang sternum sebelah kiri dan terdapatnya irama derap atrium pada daerah tricuspid.

 

2.5 Patofisiologi

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN

oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.

 

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Non Invasif

Pertama kali mencurigai klinis hipertensi pulmonal, harus melakukan pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk mengeklusi tipe lain penyebab hipertensi pulmonal,di samping untuk menentukan beratnya atau prognosis.Baru-baru ini suatu konsensus merekomendasikan pemeriksaan untuk hipertensi pulmonal.

1. Ekokardiograf

Pada pasien yang secara klinis dicurigai hipertensi pulmonal, untuk diagnosis sebaiknya dilakukan ekokardiografi. Ekokardiografi dapat mendeteksi kelainan katup, disfungsi ventrikel kiri, shunt jantung. Untuk menilai tekanan sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada regurgitasi trikuspid. Bila pada pasien dengan hipertensi pulmonal tidak ada regurgitasi trikuspid untuk menilai tekanan ventrikel kanan secara kuantitatif, dapat dipakai nilai kualitatif. Tanda-tanda kualitatif tersebut  yaitu pembesaran atrium dan ventrikel kanan serta septum yang cembung atau rata. Adanya efusi perikard menunjukkan beratnya penyakit dan prognosis yang kurang baik.

1. Tes berjalan 6 menit

Pemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal untuk keterbatasan fungsional klien hipertensi pulmonal adalah dengan tes ketahanan berlajan 6 menit (6WT). Ini digunakan sebagai pengukur kapasitas fungsional klien dengan sakit jantung, memiliki prognostik yang signifikan dan telah digunakan secara luas dalam penelitian untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal yang diterapi. 6WT tidak memerlukan ahli dalam penilaian.   

1. Tes fungsi paru

Pengukuran kaasitas vital paksa (FVC) saat istirahat, volume ekspirasi paksa 1 detik (FEV1), ventilasi volunter maksimum (MW), kapasitas difusi karbon monoksida, volume alveolar efektif, dan kapasitas paru total adalah komponen penting dalam pemeriksaan Hhipertensi pulmonal, yang dapat mengidentifikasi secara significan obstruksi saluran atau defek mekanik sebagai faktor kontribusi hipertensi pulmonal. Tes fungsi paru juga secara kuantitatif menilai gangguan mekanik sehubungan dengan penurunan volume paru pada HP.

 

1. Radiografi Torak (Ro Torak)

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN

Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu diagnosis atau membantu menemukan penyakit lain yang mendasari hipertensi pulmonal. Gambaran khas foto toraks pada hipertensi pulmonal ditemukan bayangan hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto toraks lateral pembesaran ventrikel kanan.

 

1. Elektrokardiografi

Gambaran tipikal EKG pada klien HP sering menunjukkan pembesaran atrium dan ventrikel kanan, terkadang dapat memperkirakan tekanan arteri pulmonal,  strain ventrikel kanan ,dan pergeseran aksis ke kanan, yang juga memliki nilai prognostik. Elektrokardiogram menunjukkan perubahan hipertrofi ventrikel kanan (panah panjang) dengan regangan pada pasien dengan hipertensi pulmonal primer. Deviasi sumbu kanan (pendek panah), peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II (panah hitam), dan tidak lengkap blok cabang berkas kanan (panah putih) yang sangat spesifik tetapi tidak memiliki kepekaan untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel kanan.

 

 

1. CT Scan Resolusi Tinggi

CT Scan dilakukan hanya untuk membedakan apakah termasuk hipertensi pulmonal primer atau hipertensi pulmonal sekunder. Tanpa zat kontras untuk menilai parenkim paru seperti bronkiektasi, emfisema, atau penyakit interstisial. Dengan zat kontras untuk mendeteksi dan melihat penyakit tromboemboli paru.

 

Pemeriksaan Invasif

1. Kateterisasi jantung

Kateterisasi jantung dapat mengukur dengan tepat tekanan di ventrikel kanan dan mengukur resistensi pembuluh darah di paru.  Tes vasodilator dengan obat kerja singkat (seperti : adenosin, inhalasi nitric oxide atau epoprosteno) dapat dilakukan selama kateterisasi, respons vasolidatif positif bila didapatkan penurunan tekanan arteri pumonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya 20% dari tekanan awal.

Kateterisasi jantung kanan dengan mengukur hemodinamik pulmonal adalah gold standart untuk konfirmasi PAH. Dengan definisi hipertensi pulmonal adalah tekanan PAP ≥25 mHg pada saat istirahat, atau ≥30 mmHg pada saat aktivitas. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung kiri dan memberikan informasi penting untuk prosnotik hipertensi pulmonal.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN

Pengukuran Kateterisasi Jantung pada Klien PAH

Systemic arterial pressure (BP) and heart rate (HR) Right arterial pressure (RAP) Right ventrikuler pressure (RVP) Pulmonaly artery pressure (PAP) Pulmonaly capillary wedge pressure (PCWP) Cardiac output and index Pulmonaly vasoreactivity Sistemic and pulmonaly arteril oxygen saturation

Hemodinamik adalah prognostik untuk hipertensi pulmonal primer, nilai prognostik pengukuran hemodinamik bila RAP < 10 mmHg, angka harapan hidup 50 bulan bila tidak mendapat terapi vasodilator sedangkan bila RAP ≥ 20mmHg harapan hidupnya kurang dari 3 bulan.

1.  Tes vasodilator

Vasoreaktivitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal, klien yang respon dengan vasodilator terbukti memperbaiki survival dengan mengunakan blok kanal kalsium (CCB) jangka panjang. Definisi respon adalah penurunan rata-rata tekanan arteri pulmonal < 10 mmHg dengan penignkatan kardiak output. Tujuan primer  tes vasodilator adalah untuk menentukan apakah klien bisa diterapi dengan CCB oradenganzl.

1. Biopsi paru

Jarang dilakukan karena riskan pada klien hipertensi pulmonal, biopsi paru di indikasikan bila klien yang diduga hipertensi pulmonal primer dengan pemeriksaan standar tidak kuat untuk diagnosis definitif.

 

Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.

1). Obat-obatan vasoaktif

Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN

mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hipertensi pulmonal

Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator, tetapi juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi platelet, mencegah cedera sel endotel dan memperbaiki cedera sel endotel.

Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%) dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja sebagai vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban ventrikel kanan, menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi olahraga dan meningkatkan harapan hidup.

 

1. Terapi bedah

Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih selama 5 tahun.

Atrial septosotomi

Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan ventrikel kanan yang berat. Tujuan prosedur ini adalah dekompresi overload jantung kanan dan perbaikan output sistemik ventrikel kiri. Septastotomi atrial harus dilakukan pada. fasilitas yang memadai dan operator yang berpengalaman

Thromboenarterectomy pulmonary

Menjadi pilihan pengobatan pada pasien hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit tromboembolik kronik. Dilakukan melalui median stertonomi pada cardiopulmonary baypass. Secara keseluruhan angka kematian terus membaik dan kini kirang dari 5%.

 

1. Transplantasi paru-paru

Hipertensi pulmonal primer biasanya progresif dan akhirnya berakibat fatal. Tranplantasi paru adalah suatu pilihan pada beberapa pasien lebih muda dari 65 tahun yang memiliki hipertensi pulmonal yang tidak merespon manajemen medis. Menurut AS tahun 1997 transplantasi laporan registri, 24 penerima transplantasi paru-paru dengan hipertensi pulmonal primer memiliki tingkat

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN

ketahanan hidup dari 73 persen pada satu tahun, 55 persen di tiga tahun dan 45 persen pada lima tahun. Pengurangan langsung tekanan arteri paru-paru dikaitkan dengan perbaikan dalam fungsi ventrikel kanan. Kambuhnya hipertensi pulmonal primer setelah transplantasi paru-paru belum dilaporkan.

 

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI PULMONAL

 

3.1 Pengkajian

1. 1.      Identitas / biodata klien 

Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan dengan klien.

1. Keluhan utama

Dispnea, nyeri dada substernal

1. Riwayat kesehatan sekarang

Sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Dispnea saat aktivitas, fatique dan sinkop.

1. Riwayat kesehatan dahulu

      Gagal jantung kiri, HIV, peny autoimun, sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan, peny    tiroid, PPOK, peny paru intertisial, sleep apnea, emfisema

1. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan surve umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi kerusakan organ.

1. Otak – sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas, enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma)

2. Mata – retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur

3. Jantung – gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)4. Ginjal – penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan,

penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN

 

1. 5.      Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal

1).    Pernafasan B1 (breath)

- sesak nafas yang timbul secara bertahap

- kelemahan

- batuk tidak produktif

- gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis

- nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)

2).     Kardiovaskular B2 (blood)

- tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu

- gagal jantung kanan

- oksigen yang kurang dari normal

- edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)

- distensi vena jugularis

- hepatomegali

3).    Persyarafan B3 (brain)

- pusing

4).    Perkemihan B4 (bladder)

normal

5).    Pencernaan B5 (bowel)

normal

6).    Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

- penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN

- kelemahan

 

3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada hipertensi pulmonal antara lain:

1. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru

1. Kelebihan volume cairan b.d edema perifer2. Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular 3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

 

3.3  Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru

Tujuan             : Tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respon sesak napas

Kriteria Hasil   : a. Secara subjectif klien menyatakan penurunan sesak napas

  b. Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas, analisa gas darah dalam batas normal

 

 

No Intervensi Rasional1. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat

sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku

Perubahan warna kulit, membrane mukosa dapat mengindikasikan gangguan perfusi gas ke jaringan terganggu.

2. Berikan tambahan oksigen Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas

3. Pantau saturasi (oksimetri), PH, BE, HCO3

dengan analisa gas darahUntuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas

4. Koreksi keseimbangan asam basa Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi penapasan

 

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paru

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil        : a.  Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

                           c. Wajah pasien tampak rileks

                          d. Tanda-tanda vital normal

No Intervensi Rasional1. Tingkatkan istirahat yang adekuat Istirahat dapat menurunkan tingkat nyeri2. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa

sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Massase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan menurunkan sensasi nyeri

3. Anjurkan tindakan pengurangan nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya, teknik relaksasi,atau distraksi)

Teknik relaksasi,atau distraksi dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri dan dapat meningkatkan produksi endorfin dan enkafalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri.

4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Analgesik dapat menurunkan tingkat nyeri

 

1. Kelebihan volume cairan b.d edema perifer

    Tujuan             : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemis

    Kriteria Hasil   : a. Edema ekstremitas berkurang

                              b. Produksi urine > 600 ml/hari

 

No Intervensi Rasional1. Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan

gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan output urin

2. Bantu posisi yang membantu drainase ekstremitas, lakukan latihan gerak pasif

Meningkatkan aliran balik vena dan mendorong berkurangnya edema perifer

3. Kolaborasi berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN

meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung

4. Kolaborasi berikan diuretik, contoh : furosemid, sprinolakton, hidronolakton

Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru

 

1. Penurunan curah jantung b.d kerusakan ventrikular

    Tujuan             : Penurunan curah jantung dapat teratasi dan TTV dalam batas normal

    Kriteria Hasil   : a. Tidak ditemukan dyspnea

                              b. Turgor kulit bagus

                              c. Sirkulasi dan perfusi menjadi lebih baik

 

No Intervensi Rasional1. Istirahatkan klien dengan tirah baring

optimalIstirahat dapat mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen

2. Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30cm

Dengan posisi kepala yang lebih tinggi dapat mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung yang dapat mengurangi kongesti paru

3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan indikasi

Meningkatkan sediaan oksigen dapat melawan efek hipoksia/iskemia

4. Kolaborasi berikan antikoagulan, contoh heparin dosis rendah, Warfarin (Coumadin)

Antikoagulan dapat mencegah pembentukan trombus/emboli perifer

 

1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, energi pasien dapat dihemat

Kriteria Hasil  : Pasien tidak mengalami kondisi yang abnormal setelah melakukan aktivitas

 

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN

No Intervensi Rasional1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan

berikan aktivitas senggang yang tidak beratIstirahat dapat menurunkan kerja miokardium dan konsumsi oksigen

2. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut

 

Tirah baring dapat mengurangi beban jantung

3. Pertahankan penambahan oksigen sesuai program

Penambahan oksigen meningkatkan oksigenasi jaringan

 DOWNLOAD : WOC HIPERTENSI PULMONAL

BAB 4

PENUTUPAN

 

4.1 Kesimpulan

            Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.

            Penyebab hipertensi pulmonal terdiri dari hipertensi pulmonal primer dan hipertensi pulmonal sekunder. hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan neuromuskular.

 

4.2 Saran

1. Seorang perawat hendaknya memberikan suatu health education kepada masyarakat agar hipertensi pulmonal dapat terminimalisir

2. Masyarakat hendaknya berperilaku hidup sehat sehingga memungkinkan  penyakit-penyakit khususnya hipertensi pulmonal bisa dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti terhadap bahaya penyakit khususnya penyakit hipertensi pulmonal

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN

Latief, abdul dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI HEART DISEASE

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk golongan

penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk

mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak terkontrol

akan menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang berhubungan dengan sistem-sistem

tersebut. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit

kardiovaskuler secara premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya

atau disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil

hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat

mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti.

Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat

mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu

gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini

karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat

menyebabkan syok, gagal ginjal, gangguan retina mata.

Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat menyebakan bermacam-

macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler koroner, dan sistem konduksi dari jantung.

Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner,

kelainan system konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang biasanya

secara klinis tampak sebagai angina atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial fibrilasi), dan

gagal jantung kongestif (CHF).

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN

B.     Rumusan masalah

1.      Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi Heart Disease?

2.      Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien  dengan Hipertensi Heart

Disease?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui Konsep Dasar  Penyakit dari Hipertensi Heart Disease

2.      Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan  Hipertensi Heart Disease

D.    Metode Penulisan

1.      Metode Penelusuran melalui internet

2.      Metode Kajian Pustaka

BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Penyakit

A.Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim

Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,

hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila

tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan

diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

 Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah

suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah

(Mansjoer,2000 : 144)

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN

 Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan

diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata

tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)

 Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior

(Mansjoer, 2000 : 144)

Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit

jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,

penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan

tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

A.    Etiologi/Penyebab

  Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany

Gunawan, 2001 )

1.      Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

2.       Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

         Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.

          Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

          Stress karena Lingkungan.

         Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh

darah.

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN

  Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan

pada :

         Elastisitas dinding aorta menurun

          Katub jantung menebal dan menjadi kaku

         Kemampuan jantung memompa darah menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

          Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

         Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

  Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah

menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

       Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

       Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

        Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

       Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

       Kegemukan atau makan berlebihan

       Stress

       Merokok

       Minum alkohol

      Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

a. Ginjal

      Glomerulonefritis

      Pielonefritis

      Nekrosis tubular akut

      Tumor

b. Vascular

      Aterosklerosis

      Hiperplasia

      Trombosis

       Aneurisma

      Emboli kolestrol

      Vaskulitis

c. Kelainan endokrin

      DM

      Hipertiroidisme

      Hipotiroidisme

d. Saraf

      Stroke

      Ensepalitis

      SGB

e. Obat – obatan

      Kontrasepsi oral

      Kortikosteroid

B.     Patofisiologi

Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang

terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan

beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan

lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-

adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN

belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi

berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.

Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).

Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti

pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut

terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah

koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio

antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini

diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),

peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-

hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan

penyakit  jantung  koroner.

  Faktor Koroner

Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga

meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik

sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.

Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu:

 1) penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh

darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi

garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan

mengakibatkan tahanan perifer;

 2) hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot

jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot

yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.

Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun

tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN

C.    Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )

1.  Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain

penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2.  Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D.    Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth

Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood

Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :

N Kategor Sistolik(mmH Diastolik(mmH

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN

o i g) g)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High

Normal

130 – 139 85 – 89

4. Hiperten

si

Grade 1

(ringan)

140 – 159 90 – 99

Grade 2

(sedang)

160 – 179 100 – 109

Grade 3

(berat)

180 – 209 100 – 119

Grade 4

(sangat

berat)

>210 >120

                                   

E.     Penatalaksanaan

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori—pengobatan

dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan

darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal

kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.

Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :

a.       Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang

menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.

Beberapa diet yang dianjurkan:

         Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN

system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake

sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

         Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum

jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya

dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.

         Diet kaya buah dan sayur.

         Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

         Tidak mengkomsumsi Alkohol.

 

b.      Olahraga Teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan

tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa

meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.

Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan

untuk menurunkan tekanan darah.

c.       Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk

menurunkan tekanan darah.

Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan

menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat

badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan

darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.

Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat

meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertesni.

d.      Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai

kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta

blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN

seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi

untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

F.     Pemeriksaan Penunjang

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3.Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi

    ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

7. Foto dada dan CT scan.

G.    Komplikasi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah

komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti

sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi

essensial.

 Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:

pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa

berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:

gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral

(otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan

kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi

serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian

hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya

dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,

merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN

natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan

penderita hipertensi.

Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan

berbagai macam komplikasi antara lain :

a. Stroke

b. Gagal jantung

c. Gagal Ginjal

d. Gangguan pada Mata

I.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

A. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

B. Sirkulasi

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit

cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.

Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur

stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)

pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

C. Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan,

yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot

muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

D. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa

yang lalu).

F. Makanan/cairan

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN

Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol,

mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

 G. Neurosensori

Genjala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan

menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,

penglihatan kabur,epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir,

penurunan keuatan genggaman tangan.

H. Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.

I. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk

dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas tambahan

(krakties/mengi), sianosis.

J. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2.Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

3. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral

4. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih

5. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan

diri

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN

3.      Perencanaan Keperawatan

Dx 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,

iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

diharapkan klien mau

berpartisipasi dalam

aktivitas yang

menurunkan

TD/beban kerja

jantung dengan KH :

- TD dalam rentang

individu yang dapat

diterima

- Irama dan frekuensi

jantung stabil dalam

rentang normal

-Pantau TTD

-Catat keberadaan,kualitas

denyutan sentraldan perifer

-Auskultasi tonus jantung

dan bunyi nafas

-Amati warna

kulit,kelembaban,suhu,dan

-Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan/bidang

masalah vascular.

-Denyutan karotis,jugularis,radialis

dan femolarismungkin

teramati/terpalpasi.Denyut pada

tungkai mungkin

menurun,mencerminkan efek dari

vasokontriksi(peningkatan SVR) dan

kongesti vena.

 -S4 umumnya terdengar pada pasien

hipertensi berat karena adanya

hipermetrofi atrium(peningkatan

volume/tekananatrium)Perkembangan

S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel

dan kerusakan fungsi,adanya

krakles,mengi dapat mengindikasikan

kongesti paru skunder terhadap

terjadinya atau gagal ginjal kronik.

-adanya pucat,dingin,kulit lembab

dan masa pengisian kapiler lambat

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN

masa pengisian kapiler

-Catat edema umum/tertentu

-Berikan lingkungan tenang

dan nyaman,kurangi

aktivitas/keributan

lingkungan .batasi jumlah

pengunjung dan lamanya

tinggal.

-Pertahankan pembatasan

aktivitas seperti istirahat

ditempat tidur/kursi;jadwal

periode istirahat tanpa

gangguan;bantu pasien

melakukan perawatan diri

sesuai kebutuhan.

-Lakukan tindakan-tindakan

nyaman seperti pijatan

punggung dan

leher,miringkan kepala di

tempat tidur.

-Anjurkan tehnik

relaksasi,panduan

imajinasi ,aktivitas

pengalihan.

-Pantau respon terhadap

obat untuk mengontrol

mungkin berkaitan dengan

vasokontriksi atau mencerminkan

dekompensasi/penurunan curah

jantung

-Dapat mengindikasikan gagal

jantung,kerusakan ginjal atau

vascular.

-Membantu untuk menurunkan

rangsang simpatis;meningkatkan

relaksasi

-Menurunkan stress dan ketegangan

yang mempengaruhi tekanan darah

dan perjalanan penyakit hipertensi.

-Mengurangiketidaknyamanan dan

dapat menurunkan rangsang simpatis.

-Dapat menurunkan rangsangan yang

menimbulkan stress,membuat efek

tenang,sehingga menurunkan TD.

-Respon terhadap terapi obat

“stepeed”(yang terdiri atas

diuretic.inhibitorsimpatis dan

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN

tekanan darah vasodilator)tergantung pada individu

dan efek sinergis obat.karena efek

samping tersebut,maka penting untuk

menggunakan obat dalam jumlah

paling sedikit dan dosis paling

rendah.

Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

klien klien mampu

melakukan aktivitas yang

ditoleransi KH :

-Klien berpartisipasi dalam

aktivitas yang

diinginkan/diperlukan

-melaporkan peningkatan

dalam toleransi aktivitas

yang dapat diukur

-menunjukkan penurunan

dalam tanda – tanda

intoleransi fisiologi

-Kaji respon klien terhadap

aktivitas,perhatian frekuensi

nadi lebih dari20 X per menit

di atas frekuensi

istirahat ;peningkatan TD

yang nyata selama/sesudah

aktivitas,dispnea,nyeri

dada;keletihan  dan

kelemahan yang

berlebihan;diaphoresis;pusing

atau pingsan.

-Intruksikan pasien tentang

tehnik penghematan

energi,mis; menggunakan

kursi saat mandi,duduk saat

menyisir rambut atau

menyikat gigi,melakukan

aktifitas dengan perlahan.

-Berikan dorongan untuk

melakukan

aktivitas/perawatan diri

-menyebutkan parameter

membantu dalam mengkaji

respons fisiologi terhadap

stres aktivitas dan bila ada

merupakan indikator dari

kelebihan kerja yang

berkaitan dengan tingkat

aktivitas.

-Tehnik menghemat energi

mengurangi penggurangan

energy juga membantu

keseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.

-kemajuan aktifitas bertahap

mencegah peningkatan kerja

jantung tiba-

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN

bertahap jika dapat

ditoleransi .berikan bantuan

sesuai kebutuhan.

tiba.memberikan bantuan

hanya sebatas kebutuhan

akan mendorong

kemandirian dalam

melakukan aktivitas.

Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

diharapkan nyeri

berkurang dengan KH :

-Klien melaporkan

nyeri/ketidaknyamanan

hilang/terkontrol

-mempertahankan tirah baring selama

fase akut

-berikan tindakan non farmakologi

untuk menghilangkan sakit kepala

mis; kompres dingin pada dahi,pijat

punggung dan leher,tenang,redupkan

lampu kamar lampu kamar,tehnik

relaksasi(panduan imajinasi,diktraksi)

dan aktifitas waktu senggang.

-Hilangkan/minimalkan aktivitas

vasokontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala mis;

mengejan saat BAB,batuk panjang

dan membungkuk.

-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai

kebutuhan

-berikancairan,makanan

-meminimalkan

stimulasi/meningkatkan

relaksasi

-tindakan yang

menurunkan tekanan

vaskuler serebral dan

yang

memperlambat/memblok

respon simpatis efektif

dalam menghilangkan

sakit kepala dan

komplikasinya.

-Aktivitas yang

meningkatkan

vasokontriksi

menyebabkan sakit

kepala pada adanya

peningkatan tekanan

vascular serebral.

-pusing dan penglihatan

kabur sering

berhubungan dengan

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN

lunak,perawatan mulut yang teratur

bila terjadi pendarahan hidung  atau

kompres hidung telah dilakukan untuk

menghentikan pendarahan

-kolaborasi  pemberian obat analgesik,

- kolaberasi pemberian obat

Antiansietas mis;

lorazepanm(ativan),diazepam,(valium)

sakit kepala.pasien juga

dapat mengalami episode

hipotensi postural.

-meningkatkan

kenyamanan

umum.kompres hidung

dapat mengganggu

proses menelan atau

membutuhkan napas

dengan

mulut ,menimbulkan

stagnasi sekresi oral dan

mengeringkan membrane

mukosa.

-munurunkan/

mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsang

system saraf simpatis.

-dapat mengurangi

ketegangan dan

ketidaknyamanan yang

diperberat oleh stress.

Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

nutrisi klien cukup/optimal

sesuai kebutuhan dengan

KH :

- Berat badan klien dalam

-Kaji pemahaman pasien

tentang hubungan langsung

antara hipertensi dan

kegemukan

-kegemukan adalah resiko

tambahan pada tekanan

darah tinggi karena

disproporsi antara kapasitas

aorta dan peningkatan curah

jantung berkaitan dengan

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN

batas ideal

-Bicarakan pentingnya

menurunkan masukan kalori

dan batasi masukan

lemak,garam,dan gula,sesuai

indikasi.

peningkatan massa tubuh.

-Kesalahan kebiasaan

makan makan menujang

terjadinya ateroskerosis dan

kegemukan.

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan

diri

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

terjadi peningkatan

pengetahuan pada klien

dengan KH :

-Klien paham dengan

tentang proses penyakit dan

regimen pengobatan

-Kaji kesiapan dan hambatan

dalam belajar.termasuk orang

terdekat.

-Terapkan dan nyatakan batas

TD normal.jelaskan tentang

hipertensi dan efeknya pada

jantung,pembuluh darah ,ginjal

dan otak.

-kesalahan konsep dan

menyangkal diagnose

karena perasaan sejahtera

yang sudah lama dinikmati

mempengaruhi minat pasien

dan/orang terdekat untuk

mempelajari

penyakit,kemajuan,dan

prognosis.bila pasien tidak

menerima realitas bahwa

membutuhkan pengobatan

continue,maka perubahan

prilaku tidak akan

dipertahankan.

Memberikan dasar untuk

pemahaman tentang

peningkatan TD dan

mengklarisifikasi istilah

medis yang sering

digunakan.pemahaman

bahwa TD tinggi dapat

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN

-Hindari mengatakan TD

normal dan gunakan

istilah”terkontrol dengan baik

“saat menggambarkan tekanan

darah pasien TD pasien dalam

batas yang normal.

terjadi tanpa gejala adalah

ini untuk memungkinkan

pasien melanjutkan

pengobatan meskipun

ketika merasa sehat.

-Karena pengobatan untuk

pasien hipertensi adalah

sepanjang kehidupan,maka

dengan penyampaian

ide”terkontrol”akan

membantu pasien untuk

memahami kebutuhan

untuk melanjutkan 

pengobatan/medikasi.

4. Evaluasi

Dx 1: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard

Dx 2 : Sirkulasi tubuh tidak terganggu

Dx 3:Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Dx 4 :Nutrisi seimbang

Dx5:Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

BAB III

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit

jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,

penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan

tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Ed-3,Jakarta:EGC

Rilantono,L.dkk.2002.Buku Ajar Kardiologi,Jakarta:Universitas Indonesia

Smeltzer,C Suzanne dan Bare,Brenda G.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,Ed-

8,vol.2,Jakarta:EGC

Mansjoer,arif.dkk.2001.Kapita Selekta kedokteran ,Ed-3, jilid I.Jakarta:FKUI Media Aesculapius

www.emedicine.com

Kasus 6

Ny. A 60 tahun sejak 1 tahun terakhir mengatakan sering sakit kepala kadang-kadang suka mimisan. Klien juga mengatakan sejak 10 tahun lalu tekanannya s3=elalu diatas normal. BB 80kg TB 160cm. riwayat keluarga mengatakan ada keluarganya yang menderita tekanan darah tinggi. Klien rutin mengkonsumsi kaptopril 1x1 tab sehari. Tekanan darahnya kadang naik kalau klien sedang banyak masalah. Saat ini klien mengatakan gejala yang dirasakan adalah suka nyeri dada.