asuhan kebidanan pada bayi patologi ny.s umur 1 … · asuhan kebidanan pada bayi patologi ny.s...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGI NY.S
UMUR 1 HARI DENGAN IKTERUS DERAJAT II
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Disusun Oleh :
Arin Listiawati
NIM B13 097
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III
Kebidanan
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYIPATOLOGI NY.S UMUR 1
HARIDENGANIKTERUS DERAJATIIDIRSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
Diajukan Oleh:
Arin Listiawati
B13 097
Telah diperiksa dan disetujui
Padatanggal AO|^>
li
Pembimbing
Eni Rumiyati, SST NIK 200682019
p
Eni Rumiyati, SST
NIK. 200682019
Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes
NIK 201083059
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGI NY.S UMUR 1
HARIDENGANIKTERUS DERAJATIIDIRSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Arin Listiawati
B13 097
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
dilfaull Kebidanan
Siti Nurjatnah, 1! ST.,M.Keb
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Patologi Ny S
Umur 1 Hari dengan Ikterus Derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Eni Rumiyati,SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Dr. Wiwik Irawati, M.Kes, selaku Direktur RSU Assalam Gemolong Sragen,
yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam mengambil data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Teman-temanmahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu hingga
tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi perbaikan. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
vi
Program D III Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016 Arin Listiawati B13097
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGI NY.S UMUR 1 HARI
DENGAN IKTERUS DERAJAT II DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
xiii + 63 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan data Human Development Report tahun 2010,
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran hidup
(Suryani dan Tiurna, 2014). AKB dapat disebabkan oleh asfiksia, ikterus,
hipotermi, tetanus neonatorum, infeksi / sepsis, trauma lahir, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), sindrom gangguan pernafasan dan kelainan konginetal (Dinkes
Jateng, 2012). Ikterus adalah warna kuning yang dapat terliahat pada sklera,
selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin (Marmi, 2014).
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan.
Tujuan Studi Kasus : Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi ikterus dengan
menggunakan pendekatan 7 langkah manajeman kebidanan menurut Hellen
Varney.
Metodologi penelitian : Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu deskriptif observasional yang berlokasi di RSU Assalam Gemolong
Sragen dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan Bayi dengan Ikterus
Derajat II yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam
sekali, menjemur bayi setiap pagi pukul 07.00-08.00 ± 30 menit, menjaga
kehangatan, memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi, mengobservasi reflek
menghisap bayi, mengobservasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali, berkolaborasi
dengan dr. Sp.A untuk pemberian terapi, mengobservasi kadar bilirubin selama 4
hari dengan hasil keadaan bayi baik, kadar bilirubin turun dan daya hisap bayi
baik.
Kesimpulan : Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada bayi patologi dengan
ikterus tidak ada kesenjangan antara teori dan pelaksanaan Studi Kasus selama 4
hari bayi dalam keadaan baik.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, bayi patologi, ikterus derajat II.
Kepustakaan : 26 literatur ( tahun 2007 s/d 2015)
vii
MOTTO
1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Al-
insyiroh : 6).
2. Tak ada perjuangan, takkan pernah ada kemajuan. Jika kemajuan tak pernah
datang, maka jangan berharap keberhasilan hadir menjemput hidupmu.
3. Kecerdasan bukan sekedar pintar, karena inti dari kecerdasan adalah ketekunan
(Vini Septia Hapsari).
4. Bukanlah masalah jika harus menyerah dengan orang lain. Tetapi akan menjadi
permasalahan besar jika kamu menyerah terhadap diri sendiri.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap
urusanku.
2. Bapak dan ibuku tercinta yang telah memberikan do’a, semangat serta kasih
sayang selama ini.
3. Adikku dan keluarga besarku yang telah memberikan dukungan kepadaku.
4. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tilis ilmiah ini.
5. Almamater tercint
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Arin Listiawati
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 17 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Peleman 07/
03 Peleman, Gemolong, Sragen
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 1 Peleman LULUS TAHUN 2007
2. SMP N 2 Gemolong LULUS TAHUN 2010
3. SMA Muhammadiyah 2 Gemolong LULUS TAHUN 2013
4. Prodi DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN
TAHUN 2013
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
INTI SARI ............................................................................................................. vi
CURICULUM VITAE ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................... 3
1. Umum ............................................................................................................. 3
2. Khusus ............................................................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................................... 7
1. Bayi Baru Lahir (BBL) .................................................................................. 7
2. Ikterus ............................................................................................................. 9
3. Ikterus Derajat II .......................................................................................... 14
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................................. 16
1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar ............................................................ 16
2. Langkah II Interpretasi Data ........................................................................ 24
3. Langkah III DiagnosaPotensial .................................................................... 26
4. Langkah IV Antisipasi ................................................................................. 26
5. Langkah V RencanaTindakan ...................................................................... 26
6. Langkah VI Pelaksanaan .............................................................................. 27
7. Langkah VII Evaluasi .................................................................................. 27
x
C. Landasan Hukum..................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ..................................................................................... 32
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................................. 32
C. Subyek Studi Kasus ................................................................................. 32
D. Waktu Studi Kasus ............................................................................................. 33
E. Instrumen Studi Kasus ....................................................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 33
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan .................................................................... 36
H. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Rumus Kramer ............................................................................ 14
Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterus ............................................................... 15
xii
Halaman
......... 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bayi Ikterus menurut Kramer
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian
2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
6. Surat Permohonan Menjadi Responden
7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
8. Format Askeb Bayi Baru Lahir
9. Lembar Observasi
10. Satuan Acara Penyuluhan
11. Leaflet
12. Dokumentasi Studi Kasus
13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap bulan lebih dari 400 bayi (usia 0-11 bulan) di Indonesia
meninggal dunia. Berdasarkan data Human Development Report tahun 2010,
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran
hidup (Suryani dan Tiurna, 2014). Untuk target Millenium Development
Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2012).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinkes Jateng, 2012).
AKB di daerah Sragen tercatat 90 kematian per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2015). AKB dapat disebabkan oleh asfiksia, ikterus, hipotermi,
tetanus neonatorum, infeksi / sepsis, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), sindrom gangguan pernafasan dan kelainan konginetal (Dinkes
Jateng, 2012).
2
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terliahat pada sklera, selaput
lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin (Marmi, 2014).
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir
dapat merupakan suatu gejala fisiologi atau dapat merupakan hal yang
patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis,
penyumbat saluran empedu dan sebagainya (Prawirohardjo, 2009).
Setiap bayi dengan ikterus yang ditemukan dalam 24 jam pertama
kehidupan bayi atau bila kadar billirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam
24 jam,kemungkinan mengalami ikterus patologi dan bila kadar billirubin
lebih dari 5 mg/dl ikterus akan terlihat dengan kasat mata. Dalam keadaan
tersebut penatalaksanaan ikterus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk
ikterus dapat dihindari (Rukiyah dan Yulianti, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSU Assalam
Gemolong Sragenpada tanggal 6 November 2015 di peroleh data dari rekam
medik terdapat jumlah kelahiran selama 1 tahun dari bulan Oktober 2014
sampai dengan Oktober 2015 jumlah bayi baru lahir sebanyak 1.273 bayi,
bayi normal sebanyak 884 (69,44%), BBLR sebanyak 132 (10,36%), bayi
dengan asfiksi sebanyak 123 (9,66%), bayi dengan ikterus sebanyak 49
(3,84%), bayi dengan caput succsedeneum sebanyak 39 (3,09%) dan bayi
dengan makrosomia sebanyak 37 (2,90%) dan bayi dengan tetanus sebanyak
9 (0,70%).
3
Jumlah bayi dengan ikterus sebanyak 49 (3,84%) terdiri dari ikterus
derajat I sebanyak 17 (34,69%), ikterus derajat II sebanyak 12 (24,48%),
ikterus derajat III sebanyak 11 (22,44%), ikterus derajat IV sebanyak 9
(18,36%).
Mengingat angka kejadian ikterus derajat II yang masih terjadi dan
komplikasi yang ditimbulkan apabila bayi tidak segera ditangani akan
menjadi kern ikterus dan menyebabkan kematian. Maka mahasiswa tertarik
mengambil kasus “Asuhan Kebidanan pada Bayi Patologi Ny.S Umur 1 hari
dengan Ikterus Derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen” dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Patologi Ny.S Umur 1 hari
dengan Ikterus Derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, kerampilan, dan
pengalaman nyata penulisdalam melaksanakan asuhan kebidanan pada
bayi patologi Ny.S umur 1 hari dengan ikterus derajat II melalui
pendekatan manajemen 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
4
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian pada bayi patologi Ny.S umur 1 hari
dengan ikterus derajat II
2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada bayi patologi Ny.S umur 1 hari
dengan ikterus derajat II
3) Mengidentifikasikan diagnosa potensial pada bayi patologi Ny.S
umur 1 hari dengan ikterus derajat II
4) Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada bayi patologi
Ny.S umur 1 hari dengan ikterus derajat II
5) Mengidentifikasikan rencana tindakan asuhan kebidanan pada
bayi patologi Ny.S umur 1 hari dengan ikterus derajat II
6) Menerapkan rencana tindakan yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan pada bayi patologi Ny.S umur 1 hari
dengan ikterus derajat II
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada bayi patologi Ny.S
umur 1 hari dengan ikterus derajat II
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
bayi patologi Ny.S umur 1 hari dengan ikterus derajat II termasuk
faktor pendukung dan penghambat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri Sendiri
5
Untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan, ketrampilan mahasiswa
dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan
ikterus derajat II serta mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
penanganan kasus pada bayi dengan ikterus derajat II.
2. Bagi Profesi
Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan
kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat II.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai pedoman untuk meningkatkan mutu layanan asuhan
kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat II.
b. Pendidikan
Sebagai tambahan atau menambah referensi tentang asuhan
kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat II.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Preni Yunitasari (2014), dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
pada Bayi Ny.S dengan Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Dr.
Moewardi” muncul pada hari pertama, dengan hasil asuhan selama 5 hari
dengan tindakan observasi keadaan bayi, pemberian ASI, jaga kehangatan
suhu inkubator 32oC, didapat kadar bilirubin turun10,25 mg% menjadi
5,30 mg% dan keadaan umum baik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORIMEDIS
1. Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Definisi
1) Neonatus adalah fase awal ketika seseorang manusia lahir ke
bumi (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2011).
2) Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari (Marmi, 2014).
3) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2013).
b. Ciri - ciri bayi normal
Menurut Dewi (2013), ciri-ciri bayi normal adalah :
1) Lahir aterm antara 37-40 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram
3) Panjang badan 48-52 cm
4) Lingkar dada 30-38 cm
5) Lingkar kepala 33-35 cm
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 kali /menit
8) Pernafasan 40-60 kali /menit
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
11) Kuku agak panjang dan lemas
12) Nilai APGAR > 7
13) Gerak aktif
14) Bayi lahir langsung menangis kuat
15) Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dan baik
16) Reflek scucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
17) Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik
18) Genetalia
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minor dan mayor
19) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan
c. Klasifikasi bayi baru lahir
8
Menurut Marmi (2014), klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan masa
gestasi :
1) Kehamilan cukup bulan (term atau aterm) : masa gestasi 37-42
minggu (259-294 hari)
2) Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37
minggu (259 hari)
3) Kehamilan lewat waktu (postterem) : masa gestasi lebih dari 42
minggu (294 hari)
d. Kebutuhan bayi baru lahir
Menurut Marmi (2014), kebutahan bayi baru lahir yaitu :
1) Pemberian nutrisi atau ASI
2) Personal hygine
3) Kehangatan bayi
4) Istirahat atau tidur
5) Keamanan bayi 2. Ikterus
a. Pengertian
Ikterus adalah perubahan warna kulit menjadi kuning karena
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Maryanti dkk, 2011).
b. Macam-macam ikterus
Menurut dr.Arief dan Kristyanasari (2009), ikterus ada 2 macam
yaitu:
1) Ikterus fisiologis ialah :
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga
9
b) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5mg% per
hari
d) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
2) Ikteruspatologi ialah :
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan
c) Peningkatan kadar bilirubin lebih dari 5mg% per hari
d) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
e) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
c. Etiologi
MenurutArief dan Kristiyanasari (2009), etiologi ikterus adalah :
1) Produksi bilirubin yang berlebihan
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme
4) Gangguan dalam ekresi
d. Tanda dan gejala ikterus
Menurut Marmi (2014), tanda gejala ikterus yaitu :
10
1) Sclera, puncak hidung, mulut, dada, perut dan ekstremitas
berwarna kuning
2) Latergi
3) Kemampuan menghisap turun
e. Patofisiologi ikterus
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), patofisiologi ikterus adalah :
1) Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari
pemecahan hemoglobin oleh kerja oksigenasi, biliverdin
reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem
retikuloendotelial.
2) Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi
diambil oleh protein intraseluler “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya
ikatan protein.
3) Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau
terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin
diphosphoglucuronic Acid (UPGA) glukuronil transferase
menjadi bilirubin mono dandiglucuronida yang polar, larut
dalam air (bereaksi direk)
4) Bilirubin yang terkonjungasi yang larut dalam air dapat
dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk
dalam empedu melalui membrane kanalikular. Kemudian ke
sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
11
urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin
diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
5) Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi
indirek).
6) Pada bayi dengan hiperbilirubin kemungkinan merupakan hasil
dari difisiensi atau tidak aktifnya glukoronil transferase.
Rendahnya pengambilan dalam kemungkinan karena penurunan
protein hepatiksejalan dengan penurunan aliran darah hepatik.
7) Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil
dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol
atau asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI. Terjadi 4
sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin
tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama
minggu ke 2 sampai 3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu
dan menurun pada usia 10 minggu. Jika pemberian ASI
dilanjutkan, hiperbilirubin akan menurun berangsur-angsur dapat
menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih
rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum
akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam
beberapa hari. Penghentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan
penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan
bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat
12
dimulai lagi dan hiperbilirubin tidak kembali ke kadar yang
tinggi seperti sebelumnya.
8) Bilirubin yang patologis tampak dalam 24 jam pertama
kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis
muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.
f. Penilaian kadar bilirubin
Menurut Marmi (2014), Paling baik pengamatan dilakukan dalam
cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati
untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi.darah.
menentukan derajat ikterus secara klinis menurut (Kramer) :
Pembagian derajat ikterus dan daerah kulit bayi yang berwarna
kuning untuk penerapan rumus Kramer (Marmi, 2014).
Gambar 2.1
13
3. Ikterus Derajat II
a. Pengertian
Ikterus derajat II adalah kulit bayi kuning pada kepala, leher dan
badan bagian atas, kadar bilirubin kira-kira 9 mg% (Prawirohardjo,
2009).
b. Penyebab ikterus derajat II
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), penyebab ikterus derajat II
yaitu :
1) Produksi bilirubin yang berlebihan
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme
4) Gangguan dalam eksresi
c. Batasan ikterus derajat II
Menurut Prawirohardjo (2009), batasan ikterus derajat II yaitu pada
kepala, leher dan badan bagian atas.
Tabel 2.1 Tabel Rumus Kramer
Daerah (Gambar) Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg%)
1 Kepala dan Leher 5
Daerah 1 (+)
2 Badan bagian atas 9
Daerah 1,2 (+)
3 Badan bagian bawah dan
tungkai 11
Daerah 1,2,3 (+)
4 Lengan dan kaki di bawah 12
dengkul
Daeah 1,2,3 (+)
5 Tungkai dan kaki >12,5 Sumber : Marmi, (2014).
14
d. Penanganan ikterus derajat II
Menurut Marmi (2014), penanganan ikterus meliputi:
1) Berikan ASI untuk nutrisi bayi
2) Melakukan terapi sinar (phototherapy) 4-6 jam sekali Tabel
2.2 Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar
bilirubin
Sebelum dan sesudah transfusi tukar —► beri terapi sinar + bila tidak
berhasil transfusi tukar
Bilirubin <5 mg% selalu observasi Bilirubin >5 mg % penyebab ikterus perlu
disel
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang dilakukan
oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
metode pemecahan masalah (Nurhayati dkk, 2012).
2. Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
(mg%) <24jam 24-28 jam 49-72 jam >72 jam
<5 5-9 Terapi sinar bila
hemolisis
Pemberian makanan yang tinggi Kalori cukup
10-14 Transfer tukar^bila hemolisis
Terapi sinar
15-19 Tranfusi tukar Transfusi tukar bila hemolisis
Terapi sinar
>20 Tranfusi tukar
Sumber : Marmi (2014).
15
Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir Varney karena metode
dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga
memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.
Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Pengkajian Data
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Semua
data dikumpulkan dari sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien
(Sari, 2012).
Proses pengumpulan data mencakup data subjektifdan objektif
sebagai berikut : a. Data Subj ektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada klien atau dari keluarga dan
tenaga kesehatan (Sari, 2012).
1) Biodata menurut Sondakh (2013), meliputi :
a) Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan
b) Umur bayi : untuk mengetahui nama bayi
16
c) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui usia neonatus
2) Keluhan utama pada masuk
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus bayi dengan ikterus derajat II
keluhan utama yaitu sclera, puncak hidung, dan dada berwarna
kuning, latergi, kemampuan menghisap menurun (Marmi, 2014).
3) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Astuti (2012), riwayat kehamilan sekarang meliputi :
a) HPHT
Untuk mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi
terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi lahir.
d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi
e) Nama orang tua : untuk memudahkan memanggil atau
menghindari kekeliruan
f) Umur : untuk mengetahui apakah ibu beresiko
tinggi atau tidak
g) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang
dianut ibu
h) Pendidikan : untuk memudahkan pemberian KIE
i) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial
ekonomi
j) Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan
kunjungan rumah
17
b) HPL
Untuk membantu penetapan tanggal kelahiran bayi.
c) Keluhan-keluhan pada kehamilan
Untuk mengetahui masalah apa saja yang pernah dirasakan.
d) ANC
Untuk mengethui asuhan apa saja yang pernah klien dapatkan
dan bagaimana pengaruh terhadap kehamilannya.
e) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang telah didapat
klien dan berguna bagi kehamilannya.
f) Imunisasi TT
Untuk mengetahui klien sudah mendapatkan imunisasi TT
atau belum.
4) Riwayat persalinan ini
Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan dan proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
5) Riwayat kesehatan
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), meliputi :
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahuikemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut dan kronis, penyakit kronis seperti
jantung, diabetes militus, hipertensi, asma.
18
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya. b. Data objektif
Pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, dan data penunjang yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium (Sari, 2012).
19
1) Riwayat pemeriksaan khusus (Apgar Score) Tabel 2.3 Nilai Apgar
Bayi Baru Lahir
2) Menurut Sondakh (2013), pemeriksaan fisik umum yang dikaji
maliputi :
a) Keadaan umum : untuk mengetahui data ini, bidan perlu
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, hasil
pengamatan akan dilaporkan dengan kriteria baik dan lemah
(Sulistyawati, 2009). Pada kasus ikterus keadaan umum bayi
lemah (Marmi, 2014)
b) Suhu :normal (36,5-37° C)
c) Pernafasan : normal (40-60 kali/menit)
d) Nadi :normal (130-160 kali/menit)
Tanda 0 1 2 Appearance Seluruh Tubuh Seluruh tubuh (warna kulit) tubuh biru
atau pucat kemerahan, ekstermitas
kemerahan
Pulse (denyut jantung)
Tidak ada <100 >100
Grimace
(Refleks)
Tidak bereaksi Sedikit
gerakan
Reaksi melawan, menangis
Actifity (tonus otot)
Lumpuh Ekstrimitas sedikit fleksi
Gerakan aktif, ekstrimitas fleksi dengan baik
Respiratory Effort (usaha bernafas)
Tidak ada Lambat, tidak teratur
Menangis kuat
Sumber : Marmi (2014).
20
3) Pemeriksaan fisik sistematis yang dikaji meliputi :
a) Kepala : adakah caput succedaneum,chepal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup (Sondakh, 2013).
Pada kasus ikterus derajat II kepala terlihat
kuning (Prawirohardjo, 2009).
b) Muka : warna kulit merah (Sondakh, 2013). Pada
kasus ikterus derajat II muka terlihat kuning
(Prawirohardjo, 2009).
c) Mata : skleraputih, tidak ada perdarahan
subconjungtiva (Sondakh, 2013). Pada kasus
ikterus derajat II mata terlihat kuning
(Prawirohardjo, 2009).
d) Hidung : lubangsimetris, bersih, tidak ada sekret
(Sondakh, 2013). Pada kasus ikterus derajat II
hidung terlihat kuning (Prawirohardjo, 2009).
e) Mulut : reflek menghisap baik atau tidak, tidak ada
palotoskisis (Sondakh, 2013). Pada kasus ikterus
derajat II mulut terlihat kuning
(Prawirihardjo, 2009).
f) Telinga : simetris, tidak ada serumen (Sondakh, 2013).
Pada kasus ikterus derajat II telinga terlihat
kuning (Prawirohardjo, 2009).
21
g) Leher
h) Dada
i) Tali pusat
j) Abdomen
k) Genetalia
l) Anus
m) Ekstermitas
tidak ada pembesaran kelemnjar tiroid,
pembesaran bendungan vena jugularis (Sondakh,
2013). Pada kasus ikterus derajat II leher terlihat
kuning (Prawirohardjo, 2009). simetris, tidak ada
retraksi dada (Sondakh, 2013). Pada kasus
ikterus derajat II dada terlihat kuning
(Prawirohardjo, 2009). bersih, tidak ada
perdarahan, terbungkus kasa (Sondakh, 2013).
simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi
(Sondakh, 2013).
untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi
perempuan, labia mayora sudah menutupi labia
minora (Sondakh, 2013). tidak terdapat atresia
ani (Sondakh, 2013). tidak terdapat polidaktili dan syndaktili (Sondakh, 2013).
4) Pemeriksaan reflek
Menurut Sondakh (2013), meliputi :
a) Refleks moro/terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan
tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
22
b) Refleks grasping/ menggenggam
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa,
maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa
c) Refleks rooting/mencari
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan
menoleh dan mencari sentuhan itu.
d) Refleks sucking/menghisap
Apabila bayi diberi dot/puting, maka ia akan berusaha untuk
menghisap. Reflek sucking pada bayi ikterus lemah (Marmi,
2014)
e) Tonick neck refleks
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), maka ia
akan berusaha mengangkat kepalanya.
5) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Dewi (2013), meliputi :
a) Berat badan : berat badan bayi normal 2500-4000 gr
b) Panjang badan : panjang badan bayi normal 48-52 cm
c) Lingkar kepala : lingkar kepala bayi normal 33-35 cm
d) Lingkar dada : lingkar dada normal 30-38 cm
e) Lingkar lengan atas : lingkar lengan atas normal 11-12 cm
6) Nutrisi
Kebutuhan hari minum pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah
23
30 cc/kgBB untuk hari berikutnya (Sondakh, 2013). Pada kasus
ikterus derajat II kebutuhan nutrisi bayi yaitu ASI (Marmi, 2014).
7) Eliminasi
BAB berwarna hitam kehijauan, konsistensi lembek dan urin
berwarna kuning (Sondakh, 2013).
8) Pemeriksaan penunj ang
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang (Sondakh, 2013). Pada
kasus ikterus derajat II dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin
(Maryunani dan Puspita, 2013).
Langkah II : Interpretasi Data
Menurut Muslihatun dkk (2009), interpretasi data yaitu melakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi
berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidananadalah menggabungkan dan menghubungkan data
satu dengan lainnya sehingga menggambarkan suatu fakta (Nurhayati
dkk, 2012).
Diagnosa Kebidanan : Bayi Patologi Ny.X umur X jam jenis kelamin X
, dengan Ikterus derajat II
Data Subj ektif :
a. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal ...
24
b. Ibu mengatakan bayinya kuning pada muka, leher sampai badan
bagian atas
c. Ibu mengatakan kemampuan menghisap bayinya menurun Data
Objektif :
a. Pengkajian fisik secara inspeksi merupakan proses observasi
dengan menggunakan mata (Priharjo, 2007). Pada kasus ikterus
derajat II terlihat kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan
bagian atas (Prawirihardjo, 2009).
b. Pemeriksaan reflek lemah, yaitu refleks sucking (Marmi, 2014).
c. Bayi latergi atau lemah (Marmi, 2014).
d. Pemeriksan laboratorium pada kasus ikterus derajat II kadar
bilirubin 9 mg% (Maryunani dan Puspita, 2013).
2. Masalah
Masalah adalah suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata atau
potensial dan membutuhkan tindakan (Nurhayati dkk, 2012). Masalah
yang sering dijumpai pada bayi dengan ikterus derajat II adalah latergi
atau lemah, kemampuan menghisap turun ( Marmi, 2014).
3. Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Sari, 2012).
Kebutuhan bayi ikterus derajat II yaitu pemberian ASI untuk memenuhi
nutrisi bayi (Marmi, 2014).
Langkah III : Diagnosa Potensial
25
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Masalah potensial pada bayi dengan ikterus derajat II apabila kadar bilirubin
semakin meningkat maka akan terjadi ikterus derajat III (Marmi, 2014).
Langkah IV : Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Antisipasi yang dilakukan yaitu penanganan segera pada ikterus
derajat II agar tidak menjadi ikterus derajat III yaitu pemberian ASI dan
melakukan terapi sinar (phototherapy) 4-6 jam sekali pada bayi (Marmi,
2014).
Langkah V : Perencanaan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya (Muslihatun dkk, 2009).
Menurut Marmi (2014), perencanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan
ikterus derajat II yaitu :
1. Pemberian ASI untuk nutrisi bayi
2. Lakukan terapi sinar (phototherapy) 4-6 jam sekali
26
Langkah VI : Pelaksanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan
aman (Muslihatun dkk, 2009).
Menurut Marmi (2014), pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan
ikterus derajat II yaitu :
1. Memberikan ASI untuk kebutuhan bayi
2. Melakukan terapi sinar (phototherapy) 4-6 jam sekali
Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif (Muslihatun dkk, 2009).
Setelah diberikan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah kadar
bilirubin turun, daya hisap baik dan tidak lemah (Marmi, 2014)
DATA PERKEMBANGAN
Pendokumentasian data perkembangan menggunakan SOAP (Walyani,
2015).
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui
anamnesa O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
27
data fokus untuk mendukung assesment.
A : Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan perdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan.
1) Diagnosa/masalah
2) Antisipasi masalah lain atau diagnosa potensial P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment
C. LANDASAN HUKUM
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indomesia No
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik
Kebidanan, yaitu :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, bewewenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Pasal
11
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pras sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaiman
28
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal untuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, insiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi
baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan
h. Pemberian surat keterangan kematian
29
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif
yaitu penilaian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antar variabel,
tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan
jawaban di mana, kapan, berapa banyak dan siapa (Hidayat, 2010). Studi
kasus ini menggambarkan tentang asuhan kebidanan pada bayi patologi Ny.S
umur 1 hari dengan ikterus derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Lokasi penelitian
ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2012). Lokasi dalam pengambilan kasus ini dilakukan di ruang Perinatologi
RSU Assalam Gemolong Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah sasaran yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti (Arikunto, 2013). Subjek studi kasus ini adalah bayi Ny S umur 1 hari
dengan ikterus derajat II.
30
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
tahap penelitian (Nursalam, 2013). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal
27 Februari 2016 - 1 Maret 2016.
E. Instrument Studi Kasus
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrument yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan data
perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada studi kasus ini dengan cara pengambilan data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti (Hidayat,
2010). Data primer diperoleh dari :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata
(Priharjo, 2007). Pada kasus bayi dengan
31
ikterus derajat II yaitu melihat kulit bayi kuning di kepala, leher
dan badan bagian atas.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ (Priharjo, 2007). Pada kasus bayi dengan
ikterus derajat II palpasi di lakukan pada abdomen untuk
mengetahui ada massa atau tidak.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ
atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang
ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah
jaringan (Priharjo, 2007). Pada kasus ikterus derajat II tidak
dilakukan pemeriksaan perkusi.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran.
Stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-
paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan darah dan
denyut nadai (Priharjo, 2007). Pada kasus bayi dengan ikterus
derajat II pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui denyut
32
jantung bayi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2010). Pada kasus ini
wawancara atau tanya jawab akan dilakukan dengan keluarga pasien
dan bidan di RSU Assalam Gemolong Sragen.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung secara responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Hidayat, 2010). Pada kasus ikterus derajat II yang akan diobservasi
yaitu kadar bilirubin.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
dan data sudah ada (Hidayat, 2010). Data sekunder diperoleh dari :
a. Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengambil data dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat
berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film dokumenter
(Hidayat, 2010). Pada kasus ini pengambilan data bayi dengan
ikterus dari rekam medik.
b. Studi kepustakaan
33
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoretis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2010). Studi kepustakaan ini
diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan ikterus yaitu buku
referensi tahun 2005-2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Untuk mendapatkan data dalam studi kasus ini, menggunakan alat dan
bahan sebagai berikut :
1. Alat dan bahan untuk wawancara :
a. Format pengkajian bayi baru lahir
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan dan observasi :
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Jam tangan
3. Alat untuk dokumentasi
a. Buku catatan rekam medik (RM)
b. Bolpoint
H. Jadwal Penelitian
Menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
34
proposal penelitia, sampai dengan penulisan laporan peneltian, beserta waktu
berjalan atau berlangsungnya setiap kegiatan (Notoatmodjo, 2012). Jadwal
terlampir.
35
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGI NY.S UMUR 1 HARI
DENGAN IKTERUS DERAJAT II DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN
A. TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.15 WIB
A. IDENTITAS BAYI
1. Nama Bayi : By. Ny.S
2. Umur : 1 hari
3. Tanggal/Jam Lahir : 26 Februari 2016/10.10WIB
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. BB/PB : 3600 gram/48 cm
IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH
1. Nama : Ny.S Nama : Tn.A
2. Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Ngaseman RT 20/2 Gemolong, Sragen
36
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
PADA IBU
1. Riwayat kehamilan Sekarang
a. HPHT :Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 21 Mei
2015
b. HPL :Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 26 Februari
2016
c. Keluhan-keluhan pada
1) Trimester I : Ibu mengatakan mual, muntah
2) Trimester II : Ibu mengatakan tidah ada keluhan
3) Trimester III : Ibu mengatakan kakinya bengkak
d. ANC : Ibu mengatakan periksa kehamilan ke bidan 10
kali, teratur
e. Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan sudah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan
tanda bahaya kehamilan trimester 3
f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan imunisasi TT 1 kali, saat akan
menikah
2. Riwayat persalinan ini
a. Tempat Persalinan : RSU Assalam Gemolong Sragen.
b. Penolong : dr.Sp.OG.
c. Jenis Persalinan : SC.
d. Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Ibu terjadi PEB.
37
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit saat hamil :
Ibu mengatakan tidak sakit apapun seperti demam, batuk, flu
b. Riwayat penyakit sistematik :
c. Riwayat penyakit keluarga :
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak sakit dada bagian kiri dan
tidak mudah lelah saat beraktivitas ringan 2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak nyri pinggang bagian kiri dan
kanan,tidak sakit saat BAK
3) Asma : Ibu mengatakan tidak sesak nafas berkepanjangan
4) TBC : Ibu mengatakan tidak batuk lebih dari 2 minggu
5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak mengalami perubahan warna
kulit, kuku, mata menjadi kuning dan warna BAK
tidak seperti teh
6) DM : Ibu mengtakan tidak sering lapar dan haus di malam
hari, tidak sering BAK lebih dari 3 kali di malam
hari
7) Hipertensi : Ibu mengatakan memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg dan pusing menetap saat kehamilan
trimester III
8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai
mengeluarkan busa dari mulut
9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit lain
38
Ibu mengatakan dari keluarga ibu tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, DM, jantung dan tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, hepatitis.
d. Riwayat keturunan kembar :
Ibu mengatakan dari kedua keluarga tidak memiliki riwayat
keturunan kembar.
e. Riwayat operasi :
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI
1. Riwayat Pemeriksaan Khusus (Apgar Score)
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : lemah
NILAI
JUMLA
ASPEK YANG
(Menit)
DINILAI 0 1 2 0 5 10
Denyut jantung Tidak teraba <100 x/menit >100 x/menit 2 2 2
Pernafasan Tidak Lambat, tidak Teratur dan 2 2 2
bernafas teratur menangis
Tonus otot Terkulai Sikap anggota Menggerakkan 1 2 2
ditekuk anggota
Reflek Tidak ada Muka menyeringai
Menangis keras 1 1 2
Warna kulit Badan Anggota Merah muda 2 2 2
pucat/biru badan biru
Jumlah
8 9 10
39
n. Genetalia : Normal, testis sudah turun kedalam skrotum, penis
berlubang
o. Anus : Normal, berlubang
b. Suhu : 36,20C
c. Pernafasaan : 44x/menit
d. Nadi : 130x/menit 3. Pemeriksaan Fisik Sistematis
a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, tidak ada cepal
hematoma, rambut hitam
b. Ubun-ubun : Berdenyut
c. Muka : Tidak oedema dan tampak kuning
d. Mata : Simetris, sklera kuning
e. Telinga : Simetris, tampak kuning
f. Mulut : Tidak ada labioskisis dan labiopalatoskisis, tampak
kering
g. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan, tampak kuning
h. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tampak kuning
i. Dada : Simetris, tampak kuning
j. Perut : Normal, tidak ada benjolan, pada bagian pusat keatas
tampak kuning
k. Tali pusat : Bersih, tidak kemerahan, tidak berbau busuk dan
tidak keluar cairan atau darah
l. Punggung : Normal, tidak ada spina bifida
m. Ekstremitas : Normal, tidak polidaktili
40
4. Reflek
a. ASI : Bayi disusui ibu 2 kali
b. PASI : Tidak diberikan
a. Reflek Moro : Baik, bayi seperti memeluk saat dikejutkan
b. Reflek Rooting : Baik, bayi menoleh saat jari pemeriksa di
letakan ditepi bibir bayi
c. Reflak Sucking : Lemah, bayi menghisap lemah saat diberi
rangsangan
d. Reflek Grasping : Baik, bayi dapat menggengam saat diberi
rangsangan
e. Reflek Babinski : Baik, telapak kaki bayi menekuk saat diberi
rangsangan goresan
f. Reflek Tonic neck : Baik, bayi bila diangkat maka akan berusaha
mengangkat kepalanya 5. Antropometri
a. Lingkar kepala : 33 cm
b. Lingkar dada : 34 cm
c. LLA : 11 cm
d. BB/PB : 3600 gram/48 cm
6. Nutrisi
41
2. Pernafasan : 40x/menit
7. Eliminasi
a. Urine : BAK 3 kali, warna kuning jernih
b. Mekonium : BAB 1 kali, warna kehitaman, konsistensi lembek
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.35 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Bayi Ny. S umur 1 hari jenis kelamin laki-laki, lahir SC dengan ikterus
derajat II Data Dasar :
Data Subj ektif
1. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 26 Februari 2016
2. Ibu mengatakan bayinya malas minum ASI
3. Ibu mengatakan bayinya tampak kuning Data Objektif
1. Keadaan umum : lemah
3. Nadi : 130x/menit
4. Suhu : 36,20C
No Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Bilirubin direk 0,7 0,1-0,4 Mg/dl
2 Bilirubin indirek 9,02 0,3-1,1 Mg/dl
3 Bililubin total 9,72 11,70 Mg/dl
Golongan darah A+
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 Februari 2016
42
5. Inspeksi : Kepala, leher dan badan bagian atas bayi tampak kuning
6. Reflek suching : Lemah
7. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 27 Februari 2016
Bilirubin direk 0,7 mg/dl
Bilirubin indirek 9,02 mg/dl
Bilirubin total 9,72 mg/dl
B. MASALAH
Ibu mengatakan bayinya tidak mau menyusu dan lemah
C. KEBUTUHAN
Memberikan ASI sesering mungkin untuk memenuhi nutrisi bayi
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Ikterus derajat III
IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA
1. Memberikan ASI sesering mungkin
2. Melakukan terapi sinar (phototherapi) selama 6 jam/hari
3. Berkolaborasi dengan dr. Sp.A untuk pemberian terapi
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.45 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali
3. Jemur bayi setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30 menit
43
4. Jaga kehangatan bayi
5. Berikan ASI sesuai kebutuhan bayi
6. Observasi reflek menghisap bayi
7. Observasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali
8. Kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk pemberian terapi
9. Observasi kadar bilirubin
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.50 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayinya mengalami hiperbilirubin
atau penyakit kuning saat ini bayinya akan dipasang infus dan diberikan
terapi untuk menangani penyakitnya
2. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali
3. Menjemur bayi setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30 menit
4. Menjaga kehangatan bayi dengan meletakan pada inkubator dengan suhu
320C, memberikan selimut dan topi
5. Memberikan ASI untuk memenuhi nutrisi bayi menggunakan botol atau
menyusukan ke ibu langsung
44
Respirasi
6. Mengobservasi reflek menghisap bayi
7. Mengobservasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali
8. Melakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk pemberian terapi
a. Memasang infus D 'A NS, 8 tetes per menit
b. Memberikan injeksi vicillin 150 mg 2x1 per infus
c. Memberikan obat oral caviplex 1x2 tetes
d. Melakukan fototerapi selama 6 jam pada pukul 09.00 -15.00 WIB
dengan prosedur :
1) Pakaian bayi dilepas
2) Kedua mata bayi ditutup menggunakan kassa dan dihepavik
3) Alat genetalia bayi di tutup menggunakan pempres
9. Mengobservasi kadar bilirubin dengan pemeriksaan inspeksi dan
merencanakan cek kadar bilirubin pada tanggal 28 Februari 2016
VII. EVALUASI
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 15.05 WIB
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan bayi dan setuju bayinya di
pasang infus dan diberi terapi
2. Keadaan umum bayi : sedang
Suhu : 36,60C
Nadi : 130x/menit
: 40x/menit
45
3. Bayi belum dijemur dan rencana akan dijemur pada tanggal 28 Februari
2016
4. Suhu bayi sudah terjaga pada inkubator dengan suhu 320C, bayi dipakaikan
selimut dan topi
5. Bayi sudah menyusu ke ibu dan bayi menyusu dengan botol habis ± 30 cc
6. Reflek menghisap bayi masih lemah
7. Bayi sudah BAK 2 kali kuning jernih dan BAB 1 kali konsistensi lembek,
warna hijau hitaman
8. Terapi sudah diberikan yaitu infus D H NS, 8 tetes per menit, injeksi
vicillin 150 mg diberikan pukul 08.55 WIB,obat oral caviplex 1x2 tetes
diberikan pukul 11.00 WIB dan fototerapi selama 6 jam telah diberikan
9. Bayi masih tampak kuning pada bagian kepala, leher dan dada bagian atas,
cek laboratorium kadar bilirubin akan dilaksanakan lagi tanggal 28
Februari 2016.
46
Tanggal : 28 Februari 2016 Pukul : 07.10 WIB
DATA PERKEMBANGAN I
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali
3. Nadi
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya masih malas minum ASI dan baru menyusu 1 kali
2. Ibu mengatakan bayinya masih tampak kuning
3. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali, kuning jernih dan BAB 1 kali,
konsistensi lembek, warna hijau kehitaman
4. Bayi minum ASI ± 45 cc lewat botol
O : Objektif
1. Keadaan umum: Sedang
2. Suhu : 370C
: 128x/menit
4. Respirasi : 38x/menit
5. Inspeksi : kepala, leher dan badan bagian atas masih tampak kuning
6. Reflek sucking: lemah
7. Terpasang infus pada tangan kiri, infus D A NS 8 tpm
A : Assesment
Bayi Ny. S umur 2 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir SC dengan ikterus derajat
II
47
dipakaikan selimut dan topi
P : Planning
Tanggal : 28 Februari 2016 Pukul : 07.20WIB
48
dipakaikan selimut dan topi
Pukul : 15.05 WIB
Suhu
Nadi
2. Menjemur bayi setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30 menit
3. Menjaga kehangatan bayi dengan ditempatkan pada inkubator dengan suhu
320C, memberikan selimut dan topi
4. Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi menggunakan botol atau menyusu
ke ibu langsung
5. Mengobservasi reflek menghisap bayi
6. Mengobservasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali
7. Memberian terapi sesuai advis dokter :
a. Infus D 'A NS, 8 tetes per menit
b. Memberikan injeksi vicillin 150 mg per infus pukul 08.00 WIB
c. Memberikan obat oral caviplex 1x2 tetes pukul 11.00 WIB
d. Melakukan fototerapi selama 6 jam pada pukul 09.00-15.00 WIB
8. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk mengobservasi
kadar bilirubin bayi
EVALUASI
Tanggal : 28 Februari
2016
1. Keadaan umum bayi : Baik
: 37,20C
: 128x/menit
Respirasi : 38x/menit
2. Bayi sudah dijemur dibawah matahari
49
dipakaikan selimut dan topi
3. Suhu bayi sudah terjaga pada inkubator dengan suhu 320C, bayi
50
dipakaikan selimut dan topi
4. Bayi sudah menyusu ke ibu dan diberi ASI lewat botol ± 45 cc
5. Reflek menghisap bayi masih lemah
6. Bayi sudah BAK 3 kali kuning jernih dan BAB 1 kali lembek, warna hijau
hitaman
7. Terapi sudah diberikan yaitu infus D H NS, 8 tetes per menit, injeksi
vicillin 2x150 mg ,obat oral caviplex 1x2 tetes dan fototerapi selama 6 jam
8. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28 Februari 2016
Bilirubin direk 0,6 mg%
Bilirubin indirek 8,50 mg%
Bilirubin total 9,10 mg%
Bayi masih tampak kuning pada bagian kepala, leher dan dada bagian atas
Tanggal : 29 Februari 2016 Pukul : 07.05 WIB
51
DATA PERKEMBANGAN II
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya sudah minum ASI dan baru menyusu 2 kali
2. Ibu mengatakan bayinya masih tampak kuning
3. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 2 kali, kuning jernih dan BAB 1 kali,
konsistensi lembek, warna hijau kehitaman
4. Bayi minum ASI ± 60 cc lewat botol O : Objektif
1. Keadaan umum: Baik
2. Suhu : 37,20C
3. Nadi : 130x/menit
4. Respirasi : 38x/menit
5. Inspeksi : kepala dan leher masih tampak kuning
6. Reflek sucking: cukup baik
7. Terpasang infus pada tangan kiri, infus D A NS 8 tpm
A : Assesment
Bayi Ny. S umur 3 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir SC dengan ikterus derajat
I
P : Planning
Tanggal : 29 Februari 2016 Pukul : 07.25 WIB
52
Pukul : 15.05 WIB
Suhu
Nadi
2. Menjemur bayi setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30 menit
3. Menjaga kehangatan bayi dengan ditempatkan pada inkubator dengan suhu
320C, memberikan selimut dan topi
4. Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi menggunakan botol atau menyusu
ibu langsung
5. Mengobservasi reflek menghisap bayi
6. Mengobservasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali
7. Memberian terapi sesuai advis dokter :
a. Infus D H NS, 8 tetes per menit
b. Memberikan injeksi vicillin 150 mg per infus pukul 08.00 WIB
c. Memberikan obat oral caviplex 1x2 tetes pukul 11.00 WIB
d. Melakukan fototerapi selama 6 jam pada pukul 09.00-15.00 WIB
8. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk mengobservasi
kadar bilirubin bayi
EVALUASI
Tanggal :29
Februari2016
1. Keadaan umum bayi : Baik
: 37,20C
: 128x/menit
Respirasi : 38x/menit
2. Bayi sudah dijemur dibawah matahari
53
3. Suhu bayi sudah terjaga pada inkubator dengan suhu 320C, bayi
54
4. Bayi sudah menyusu ke ibu dan diberi ASI ± 60 cc lewat botol
5. Reflek menghisap bayi baik
6. Bayi sudah BAK 3 kali kuning jernih dan BAB 2 kali lembek, warna hijau
hitaman
7. Terapi sudah diberikan yaitu infus D H NS, 8 tetes per menit, injeksi
vicillin 150 mg per infus pukul 08.00 WIB,obat oral caviplex 1x2 tetes
pukul 11.00 WIB dan fototerapi selama 6 jam telah diberikan
8. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 Februari 2016
Bilirubin direk 0,5 mg%
Bilirubin indirek 5,00 mg%
Bilirubin total 5,50 mg%
Bayi masih tampak kuning pada bagian kepala dan leher
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 08.00 WIB
55
Bilirubin total 3,51 mg%
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya sudah minum ASI dengan baik dan baru menyusu
3 kali
2. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kuning lagi
3. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 3 kali, kuning jernih dan BAB 1 kali,
konsistensi lembek, warna hijau kehitaman
4. Bayi minum ASI ± 80 cc lewat botol O : Objektif
1. Keadaan umum: Baik
2. Suhu : 37,40C
3. Nadi : 128x/menit
4. Respirasi : 38x/menit
5. Inspeksi : Bayi sudah tidak tampak kuning
6. Reflek sucking: Baik
7. Terpasang infus pada tangan kiri, infus D 'A NS 8 tpm
8. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 1 Maret
2016 Bilirubin direk 0,4 mg%
Bilirubin indirek 3,11 mg%
56
A : Assesment
Bayi Ny. S umur 4 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir SC, dengan riwayat
ikterus
P : Planning
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 08.10 WIB
1. Memeriksa keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi
2. Mengobservasi BAB dan BAK bayi
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
4. Memberikan KIE tentang ASI Ekslusif
5. Menganjurkan ibu menjemur bayinya setiap pagi pukuk 07.00-08.00 WIB
selama ± 30 menit dan melepas semua pakaian bayi
6. Memberikan KIE tentang perawatan bayi sehari-hari
7. Memberikan KIE tentang imunisasi
8. Mengingatkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya yaitu imuisasi BCG
kebidan terdekat
9. Menyampaikan advis dr.Sp.A bahwa bayinya sudah boleh pulang
10. Melepas infus pada bayi
11. Memberikan terapi vicillin 150 mg 2x1 dalam bentuk puyer dan caviplex
1x2 tetes untuk diminumkan di rumah
57
EVALUASI
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 10.20 WIB
1. Keadaan umum: Baik
Suhu : 37,50C
Nadi : 128x/menit
Respirasi : 38x/menit
2. Bayi BAB 1 kali,lembek, warna hijau kehitaman dan BAK 1 kali kuning
jernih
3. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan bayi sudah di susui 2
kali
4. Ibu sudah paham tentang ASI Eksklusif
5. Ibu bersedia menjemur bayinya setiap pagi
6. Ibu sudah paham tentang perawatan bayi sehari-hari dan mau
menerapkannya
7. Ibu sudah paham tentang imunisasi untuk bayinya
8. Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya
9. Ibu sudah mengetahui bahwa bayinya sudah boleh pulang
10. Infus sudah dilepas
11. Terapi obat sudah diberikan
58
B. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan kebidanan bayi patologi pada bayi Ny.S
umur 1 hari dengan ikterus derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen yang
dilakukan dengan melaksanakan penerapan asuhan kebidanan dikaitkan
antara teori yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan
manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau
tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan, penulis uraikan
sebagai berikut :
1. Pengakajian
Pada tahap pengkajian data subjektif ibu mengatakan bayinya
malas minum dan pada kepala, leher dan dada bagian atas nampak kuning.
Pengkajian data objektif dengan inspeksi bayi tampak kuning pada kepala,
leher dan dada bagian atas, hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin total
9,72 mg%, bilirubin direk 0,7 mg%, bilirubin indirek 9,02 mg%.
Menurut Prawiroharjo (2009), ikterus derajat II adalah bagian
tubuh bayi tampak kuning dimulai dari kepala, leher dan dada bagian atas
dan kadar bililubin 9 mg%. Pengkajian pada kasus bayi Ny. S dengan
ikterus derajat II pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik lapangan.
59
2. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi data didapatkan bayi Ny.S umur 1 hari,
jenis kelamin laki-laki, lahir SC dengan ikterus derajat II. Kulit tampak
kuning pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Reflek menghisap lemah.
Kasus bayi Ny.S dengan ikterus derajat II terjadi masalah latergi atau
lemah dan kemampuan menghisap turun atau malas menyusu. Kebutuhan
pada kasus ini adalah memberikan ASI sesering mungkin untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), ikterus patologis adalah
ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Masalah yang
dijumpai pada ikterus adalah letargi atau lemah dan kemampuan
menghisap turun (Marmi, 2014). Kebutuhan bayi dengan ikterus adalah
memberikan ASI untuk nutrisi bayi (Marmi, 2014). Pada kasus bayi Ny. S
dengan ikterus derajat II pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus bayi Ny. S dengan ikterus derajat II diagnosa
potensialnya tidak terjadi karena tindakan segera yang dilakukan dengan
cepat dan tepat.
Menurut Marmi (2014), masalah potensial pada kasus bayi ikterus
derajat II akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat yang
60
akan menyebabkan terjadinya ikterus derajat III. Pada kasus bayi Ny. S
dengan ikterus derajat II pada tahap ini ada kesenjangan antara teori dan
praktik lapangan yaitu tidak terjadi ikterus derajat III
4. Antisipasi Segera
Pada kasus ikterus derajat II antisipasi segera adalah pemberian
ASI sesering mungkin, melakukan fototerapi 4-6 jam sekali dan
berkolaborasi dengan dokter Sp.A.
Menurut Marmi (2014), antisipasi ikterus derajat II adalah
pemberian ASI untuk kebutuhan nutrisi bayi, melakukan fototerapi 4-6
jam. Pada kasus bayi Ny. S dengan ikterus derajat II pada tahap ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.
5. Rencana Tindakan
Pada langkah perencanaan pada bayi Ny.S dengan ikterus derajat II
adalah beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali, jemur bayi setiap pagi
pukul 07.00-08.00 kurang lebih 30 menit, jaga kehangatan, berikan ASI
sesuai kebutuhan bayi, observasi reflek menghisap bayi, observasi BAK
dan BAB bayi 2 jam sekali, kolaborasi dengan dr. Sp.A untuk pemberian
terapi, observasi kadar bilirubin.
Menurut Menurut Marmi (2014), perencanaa tindakan ikterus
61
derajat II adalah pemberian ASI untuk kebutuhan nutrisi bayi, melakukan
fototerapi 4-6 jam. Pada kasus bayi Ny. S dengan ikterus derajat II pada
tahap ini ada kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yaitu jemur
bayi dibawah matahari setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30 menit.
6. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
Menurut Menurut Marmi (2014), pelaksanaan tindakan ikterus
derajat II adalah pemberian ASI untuk kebutuhan nutrisi bayi, melakukan
fototerapi 4-6 jam. Pada kasus bayi Ny. S dengan ikterus derajat II pada
tahap ini ada kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yaitu
menjemur bayi dibawah matahari setiap pagi pukul 07.00-08.00 WIB ± 30
menit.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan pada bayi ikterus derajat II selama 4 hari
didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, kadar bilirubin turun dan daya
hisap baik.
Menurut Menurut Marmi (2014), evaluasi dari asuhan bayi ikterus
derajat II adalah kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, kadar bilirubin menurun
dan bayi sudah tidak nampak kuning. Pada kasus bayi Ny. S dengan
ikterus derajat II pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik lapangan.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan kebidanan pada bayi patologi Ny.S umur 1 hari dengan
ikterus derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus bayi Ny.S, ibu mengatakan bayinya malas
minum dan pada kepala, leher dan dada bagian atas nampak kuning.
Dengan hasil bilirubin total 9,72 mg%, bilirubin direk 0,7 mg%,
bilirubin indirek 9,02 mg%.
2. Pada tahap interpretasi data didapatkan bayi Ny.S umur 1 hari, jenis
kelamin laki-laki, lahir SC dengan ikterus derajat II. Masalah yang
sering muncul yaitu kemampuan menghisap bayi turun atau malas
menyusu. Kebutuhan pada kasus ini adalah memberikan ASI sesering
mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Diagnosa potensial tidak muncul karena penanganan yang cepat dan
tepat
4. Pada kasus ikterus derajat II antisipasi segera adalah pemberian ASI
sesering mungkin, menjemur bayi dibawah sinar matahari pukul
07.00-08.00 selama kurang lebih 30 menit, melakukan fototerapi 6 jam
dan berkolaborasi dengan dokter Sp.A.
5. Pada langkah perencanaan pada bayi Ny.S dengan ikterus derajat II
adalah beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi
63
keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi 4 jam sekali, jemur bayi
setiap pagi pukul 07.00-08.00 kurang lebih 30 menit, jaga kehangatan,
berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, observasi reflek menghisap bayi,
observasi BAK dan BAB bayi 2 jam sekali, kolaborasi dengan dr.
Sp.A untuk pemberian terapi, observasi kadar bilirubin.
6. Langkah pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat.
7. Setelah dilakukan asuhan pada bayi ikterus derajat II selama 4 hari
didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, kadar bilirubin turun dan
daya hisap baik.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, peulis ingin memberikan saran agar peningkatan
mutu layanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir lebih baik lagi,
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bidan lebih meningkatkan pemberian pelayanan tentang
asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus agar bayi terhindar dari
masalah potensial, dengan melatih ibu dalam pemberian ASI dan cara
menyusui yang benar.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat menyelesaikan renovasi ruang
perinatologi, agar penatalaksanaan bayi dengan ikterus bisa efektif.
64
3. Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan bagi ibu selalu memberikan ASI sesering mungkin, selalu
menjemur bayi dipagi hari dan menjaga kebersihan bayi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogyakarta :Nuha Medika.
Arief, ZR. Kristyanasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta :
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, H, P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta :Rohima
Prees.
Dewi, V, N, L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.
Dinkes Jawa Tengah. 2012. Angka Kematian Bayi dan Balitahttp://www.profil kesehatan
jawa tengah.com. Diakses 10 November 2013
DinkesJateng. 2015. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3. Jateng :Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/ di akses pada tanggal 25
November 2015.
Hidayat, A, A, A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta :
Salemba Medika.
. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika.
Jitowiyono, S. Kristiyanasari, W. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus danAnak.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Kepmenkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1464/Per/X/2010.
Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Marmi. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Maryanti, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : CV. TransInfo Media.
Maryunani, A. Puspita, E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Meilya, E. Wahyuningsih, E. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC
Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
66
Nurhayati, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Tridasa Printer.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian FisikKeperawatan. Jakarta : EGC.
Rukiyah, A, Y. Yulianti, L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Sari, R, N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sondakh, J, J, S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta : Erlangga.
Suriadi. Yuliani, R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Suryani, R. Tiurna, R. 2014. Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta :Dunia
Cerdas.
Walyani, E, S. 2015. Asuhan Kebidan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.