asuhan kebidanan komprehensif pada ibu post partum dengan endometritis423
DESCRIPTION
askebTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1PENGERTIAN
Endometritis adalah peradangan pada lapisan endometrium uterus. (Rivlin, 2011). Endometritis adalah infeksi endometrium, desidua, dan miometrium uterus setelah pelahiran (Morgan, Geri. 2009).
Endometritis adalah radang endometrium (Prawirohardjo, 2005).
2.2ETIOLOGIEndometritis adalah penyakit yang disebabkan oleh polimikroba, rata-rata 2-3 organisme. Dalam banyak kasus, muncul dari infeksi ascending dari organisme yang ditemukan di flora normal vagina (Rivlin, 2011).
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran genital pascapartum adalah:
1. Aerob:
Streptokokus grup A, B dan D
Enterokokus
Bateri gram-negatif Escherchia coli, Klebsiella dan Proteus
Staphylococcus aureus
Gardnerella vaginalis
2. Anaerob:
Spesies peptokokus Spesies peptostreptokokus
Golongan bacteroides fragilis
Spesies klostridium
Spesies fusobakterium
Spesies mobiluncus3. Lain-lain:
Spesies mycoplasma
Chlamydia tracomatis
Neisseria gonorrhoeae
(Leveno, 2009)
2.3FAKTOR RESIKO
Biasa terjadi pada wanita usia produktif (15 - 44 tahun)
Wanita yang bekerja di tempat pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan, sering terpapar dengan pestisida (wanita yang sering terpapar toksin dari lingkungan) Wanita yang mempunyai siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
Spotting sebelum menstruasi
(Gangguan menstruasi dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh merespon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium)
(Scott, R James. 2002)
Dapat terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil (Thomson Reuters. 2011)
Persalinan dengan seksio sesaria
Partus lama dan / PROM
Pemeriksaan cerviks yang sering
Plasenta manual
Infeksi dasar: chorioamnionitis & bacterial vaginosis
Setelah persalinan spontan, abortus spontan atau abortus elektif
Adanya benda asing
Faktor resiko lain yang berkontribusi, termasuk:
Anemia
Obesitas
Diabetes
Malnutrisi
Status imun
Sosial ekonomi rendah
Operator tidak punya pengalaman dan / keterampilan
Waktu operasi lebih dari 1 jam
General anastesi (Queenan et al, 2005).2.4KLASIFIKASI
1. Endometritis Akut
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan hiperemi dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting adalah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut.
Infeksi postabortum dan postpartum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas implantasi plasenta, yang merupakan porte dentree bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus yang tidak steril dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, ke tuba dan ovarium dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut adalah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD ke dalam uterus dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis tetap terbatas pada endometrium atau menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid (Prawirohardjo, 2005).
2. Endometritis Kronik
Endometritis kronik tidak seberapa sering ditemukan, oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala klinis endometritis kronik adalah leukorea dan menoragia. Endometritis kronik ditemukan pada:
Tuberkulosis
Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
Pada polip uterus dengan infeksi
Pada tumor ganas uterus
Pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik
(Prawirohardjo, 2005).
2.5 PATOGENESIS.Bakteri secara normal mengkoloni seviks, vagina, perineum dan saluran cerna. Meskipun virulensinya rendah, namun berbagai bakteri ini menjadi patogenik jika terdapat jaringan yang mengalami devitalisasi dan hematom yang pasti ada dalam persalinan. Infeksi pascapartum bersifat polimikroba (biasanya dua hingga tiga spesies) dan terjadi di tempat insisi atau implantasi plasenta (Leveno, 2009).
Infeksi endometrium, atau desidua, biasanya hasil dari infeksi melalui saluran kelamin. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut ditandai oleh adanya neutrofil dalam kelenjar endometrium. Pada kasus nonobstetric, penyakit radang panggul dan invasif prosedur ginekologi adalah prekursor yang paling umum untuk endometritis akut. Pada kasus obstetri, infeksi postpartum merupakan masalah yang umum.Endometritis kronis ditandai oleh adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium. Endometritis kronis pada populasi obstetri biasanya dikaitkan dengan produk konsepsi tertahan setelah melahirkan atau aborsi elektif. Pada populasi nonobstetric, endometritis kronis terlihat dengan adanya infeksi (misalnya klamidia, TBC, vaginosis bakteri) dan adanya alat kontrasepsi dalam rahim (Zieve, 2011).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau desidua, dengan ekstensi ke dalam miometrium dan jaringan parametrium. Endometritis biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran bawah kelamin. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan dengan adanya neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium.
Pada populasi nonobstetric, PID dan prosedur ginekologi invasif adalah prekursor paling umum untuk endometritis akut. Pada populasi obstetri, infeksi postpartum adalah masalah yang paling umum. Endometritis kronis di bidang kebidanan biasanya terkait dengan hasil konsepsi tertahan setelah melahirkan atau aborsi elektif. Pada populasi nonobstetric, endometritis kronis dapat dilihat dari infeksi, seperti klamidia, tuberkulosis, dan vaginosis bakteri, dan adanya suatu alat kontrasepsi (Zieve, 2011).Ketidaksterilan alat-alat yang digunakan dalam menolong persalinan menyebabkan bakteri dan ogranisme masuk dan menginfeksi organ reproduksi, infeksi dapat menyebar melalui jaringan limfa dan dinding uterus (Stright, 2004)
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberkulosis genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkol pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus incompletus terdapat sisa-sisa desidua dan villikorialis yang tertinggal dalam uterus dapat menyebabkan radang endpmetrium yang menahun.
Pada partus dengan sisa plasenta yang masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang disebut polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi terus menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor di dalam cavum uteri (Prawirohardjo, 2005).
Infeksi gonorhoe mulai sebagai servicitis akuta, dan radang menjalar keatas dan menyebabkan endometris akuta.Infeksi post abortus dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada cervik uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan pusat masuknya bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus tidak steril dapat membawa kuman-kuman kedalam uterus.Abortus septik dan sepsis puerperalis cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh darah dan limfe menjalar ke parametrium, ke tuba dan ovarium, dan peritonium di sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini mirip oleh gejala-gejala penyakit dalam. Penderita panas tinggi, nyeri, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah disekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain endometritis akuta adalah tindakan yang dilakukan dalam utterus diluar partus atau abortus, seperti kuretase, memasukkan radium ke dalam uterus, mamasukkan IUD (Intra Uterin Device) ke dalam uterus, dsb (Prawirohardjo, 2005).2.6GAMBARAN KLINIS
Infeksi uterus harus menjadi perhatian utama pada wanita pasca partum dengan demam. Biasanya timbul rabas vagina (lokia) yang berbau, banyak dan bersemu darah. Sering terdapat nyeri tekan abdomen dan parametrium uterus sewaktu pemeriksaan bimanual. Ketajaman pemeriksaan nyeri tekan uterus akibat metritis mungkin tersamar oleh nyeri tekan yang biasanya berkaitan dengan insisi sesar. Demam ibu pascapartum (pascaoperasi), tanpa kasa lain yang jelas, harus dianggap sebagai endometritis (Leveno, 2009).2.7TANDA GEJALA
Nyeri kepala Discharge Perdarahan biasanya setelah 48 jam setelah persalinan Nyeri abdomen (Petersen E.Eiko. 2006) Anoreksia, mual/muntah
Haus (Jody Ehrhardt. 2010) Wanita dengan endometritis akan sangat lelah dan lesu (University of Maryland Medical Center: Endometritis. 2010) Nyeri ketika berhubungan seksual (Reuters, Thomson. 2011)
Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar atau buang air kecil
Terdapat darah pada feces
Diare, konstipasi dan kolik
Pernafasan cepat dan dangkal Suhu 38C atau lebih jika terjadi terus menerus, di luar 24 jam pasca partum(Scott, R James. 2002) Suhu tubuh sering kali rendah selama beberapa hari, kemudian meningkat tajam.
Menggigil mengindikasikan infeksi yang berat.
Takikardia antara 100 denyut/ menit dan 140 denyut/ menit, bergantung pada berat infeksi.
Tanda dan gejala pada uterus
Nyeri tekan yang meluas secara lateral Nyeri yang rekuren atau lama setelah kelahiran Subinvolusi Distensi abdomen ringan Abnormalitas lochea Mungkin jumlahnya sedikit dan tidak berbau bila infeksi anaerob Mungkin cukup banyak, berbau busuk, berdarah, seropurulen, sedikit bila infeksi aerob
Awitan biasanya 3-5 hari setelah pelahiran kecuali disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus. Selanjutnya awitan terjadi lebih awal dan lebih cepat muncul.
Peningkatan sel darah putih lebih dari biasanya saat pascapartum, lebih dari 25.000/ mm3(Morgan, Geri. 2009)2.8DIAGNOSATes yang dapat dilakukan:
Kultur dari serviks untuk clamidia, gonore dan organisme lain
Biopsi endometrium
ESR (sedimen rate) Laparoskopi
WBC (white blood count) Uji mikroskopis lendir
(Zieve, 2011)2.9
PENATALAKSANAAN
Sifat polimikroba dari infeksi ini mengharuskan pemberian regimen antimikroba spektrum luas dalam pengobatan endometritis setelah pelahiran pervaginam atau sesar. Beberapa regimen yang berbeda dapat digunakan. Di Parkland Hospital, regimen yang digunakan adalah klindamisin plus gentamisin dan sudah memadai bagi 95 persen wanita. Beberapa kasus yang gagal berespon berkaitan dengan Enterococcus dan secara empiris ditambahkan ampisilin jika tidak ada respon klinis setelah 72 jam pemberian klindamisin plus gentamisin. Jika demam menetap, penyulit endometritis perlu disingkirkan dengan pemeriksaan panggul dan pemeriksaan pencitraan. Tanpa penyulit tersebut, wanita endometritis diberi antibiotik intravena sampai afebris selama 24 jam, pada saat tersebut pasien dipulangkan tanpa terapi oral. Hal ini biasanya memerlukan waktu 2 sampai 3 hari dan jarang menyebabkan pasien perlu dirawat ulang atas indikasi infeksi uterus (Leveno, 2009).
A. Bila riwayat/ tanda/ gejala sesuai dengan endometritis:
1. Lakukan pemeriksaan spekulum steril
Observasi ciri dan bau lokea
Dapatkan kultur serviks bila perlu dan singkirkan dugaan IMS
2. Lakukan pemeriksaan bimanual steril:
Kaji uterus untuk memeriksa adanya nyeri tekan yang tidak biasa
Kaji uterus untuk mengetahui adanya penonjolan
3. Lakukan hitung darah lengkap bila terjadi demam
4. Terapi antibiotik menunda hasil kultur:
Ampisilin 500 mg peroral 4 kali/hari selama 10 hari bila tidak alergi
Bila alergi penisilin dan tidak menyusui, berikan doksisiklin 100 mg/ oral setiap 12 jam sekali selama 7 hari
Bila alergi penisilin dan menyusui, Keflex 500 mg peroral 4 kali perhari selama 7 hari
5. Bila uterus lunak dan/ atau perdarahan berlebihan, resepkan metergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Jangan berikan metergin bila pasien menderita hipertensi.
6. Anjurkan pasien untuk mengukur suhu tubuh 4 kali perhari untuk minggu berikutnya. Suhu tubuh harus dibawah 38 C setelah 48 jam pemberian antibiotik.
7. Anjurkan pasien untuk minum 3 liter cairan tiap hari dan meningkatkan istirahat.
8. Dapatkan hasil kultur, baik awal maupun akhir. Pasien perlu antibiotik yang sensitif terhadap organisme. Pantau keamanan antibiotik selama menyusui.
9. Anjurkan pasien untuk melapor bila gejala tidak mereda dalam 24 jam, atau bila gejla bertambah buruk. Bila tidak ada perbaikan signifikan dalam 2 atau 3 hari, pasien mungkin memerlukan rawat inap untuk mendapatkan pengobatan. Bila tidak, tindak lanjut melalui telepon atau kunjungan klinik selama 3 hari.
B. Konsultasikan dengan dokter pada situasi berikut:
1. Gejala tidak teratasi atau bertambah buruk dalam 24 jam
2. Suhu tubuh tidak turun dari 37,8 C setelah 48 jam pemberian antibiotik.
C. Pencegahan dan deteksi dini endometritis
1. Anjurkan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan.
2. Cegah atau obati anemia.
3. Usahakan untuk menghindari kelelahan yang berlebihan saat persalinan
4. Bila ketuban telah pecah:
Konfirmasi dengan pemeriksaan spekulum steril kecuali pada persalinan aktif.
(Morgan, Geri, 2009)2.10KOMPLIKASI
Komplikasi potensial dari postpartum endometritis adalah:
Tromboplebitis septik
Peritonitis pelvik
Sepsis / syok septik
Berkembang menjadi abses pelvis
Infertilitas di masa depan
Nyeri pelvik kronis (Queenan et al, 2005).BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM DENGAN ENDOMETRITISNo. Register
:135.79Tanggal MRS
:24 Oktober 2013
Tanggal Pengkajian:24 Oktober 2013
Jam
:09.00 WIB
Tempat
:Rumah Sakit Cepaka-Kediri
Ruang
:TanjungI. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama Ibu: Ny. Denis
Nama Suami: Tn. DanaUmur
: 35 Tahun
Umur
: 40 Tahun
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan : S1
Pendidikan: S1
Pekerjaan: Swasta
Pekerjaan: Swasta
Penghasilan: R. 2.000.000,-/blnPenghasilan:Rp. 3.500.000,-/bln
Alamat Rumah : Perumahan Permata Hijau, Blok D No.12, Kota Kediri
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak 2 hari yang lalu perutnya bagian bawah terasa nyeri, nafsu makan menurun dan mengalami demam. Ibu masih mengeluarkan darah dari kemaluannya, jumlahnya banyak dan berbau menyengat sejak 2 hari yang lalu.3. Alasan Kunjungan Saat Ini
Kunjungan pertama
4. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 13 tahunLama haid: 8 hari
Banyaknya: 2x ganti pembalut
Siklus
: 21 hari
Teratur/Tidak: Teratur
Dismenorhoe: ya, kadang - kadang
Fluor Albus: Ada
Jumlah
: Sedikit
Warna/ Bau: Jernih/ tidak berbau
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Saat Ini
Ibu mengatakan melahirkan di Rumah Sakit Sejahtera-Kediri dengan usia kehamilan 9 bulan. Ketuban pecah tanggal 20 Oktober 2013 terlebih dahulu sebelum ada dorongan untuk meneran. Selang 1 hari dari pecahnya ketuban, tanggal 21 Oktober 2013 bayi lahir dengan berat badan 2700 gram. Plasenta tidak lahir dengan normal setelah ditunggu 30 menit, dilakukan pelepasan plasenta dengan memasukkan tangan bidan ke jalan lahir.
6. Pola Makan dan Minum Saat ini
Makan:1-2x sehari (nasi, sayur, tahu, tempe, ikan,buah), nafsu makan berkurang 2 hari ini
Minum:air putih 8 gelas/ hari, ibu sering merasa haus7. Pola Istirahat dan Aktifitas saat ini
Istirahat: jarang pada siang hari
Tidur: 7 jam/hari tetapi ibu sering terbangun untuk menyusui bayinya
Aktifitas: Aktifitas ibu sehari-hari sejak melahirkan hanya mengasuh bayinya. Ibu menyusui bayinya sendiri, namun 2 hari ini ibu jarang menyusui dan memberikan susu formula pada bayinya. Ibu belum beraktivitas kembali sebagai ibu rumah tangga, ibu merasa lelah dan lesu.
8. Pola Eliminasi
BAB:
Setelah melahirkan ibu BAB 1 kali, konsistensi keras, nyeri sebelum dan saat BAB dan ada sedikit darah
BAK: 3-4x/hari (warna kuning jernih, bau khas, nyeri saat BAK)
9. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan
:KB IUD
Rencana Kontrasepsi yang akan di gunakan:belum ada rencana
10. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
NoTgl/Bln
PersTempat
PersUKJenis
PersPenolongPenyulit Kehamilan/ PersalinanAnakNifas
JkBBPB
1.7 Februari 2008BPS9blSpontBidanTidak adaL3000gr48
Normal
2.16 Oktober 2013RS9blSpontBidanPlasenta manualP2700gr49Terjadi infeksi
11. Riwayat Penyakit Yang Sedang Diderita:
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu. Darah yang keluar dari kemaluannya masih banyak dan berbau.
12. Riwayat Penyakit Yang Lalu
:
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang lalu seperti DM, hipertensi dan lain-lain
13. Riwayat Penyakit Keturunan
:
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, seperti DM, hipertensi dan lainnya.
14. Perilaku Kesehatan
Minum alkohol
: tidak pernah
Obat-obatan, jamu
: tidak pernah
Merokok, minum kopi dan sirih: tidak pernah
Ganti pakaian dalam
: 2-3x sehari
15. Keadaan Psikososial
Hubungan dengan keluarga: Baik, periksa ke rumah sakit diantar suami
Hubungan dengan masyarakat : Baik, ibu mampu berkomunikasi dengan baik dengan tenaga kesehatan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Emosional: Stabil
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Suhu tubuh
: 38,5C
Nadi
: 90 x/menit
Pernafasan
: 22 x/menit
Tinggi badan
: 155 cm
BB
: 50 kg
2. Pemeriksaan Khusus
A. Inspeksi
Kepala: warna rambut hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.Muka: tidak pucat
Mata : Konjunctiva: Merah muda (ka/ki)Sklera
: Putih keabuan (ka/ki)
Kelopak mata: Tidak oedema (ka/ki)
Hidung: simetris, tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip.Mulut dan gigi: lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak epulis.Telinga : Tidak ada serumen ka/ki.Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tiroid dan vena jugularis
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe ka/ki.Dada : Payudara simetris ka/ ki, puting susu menonjol ka/ki, areola hiperpigmentasi, tidak ada benjolan ka/ki, ASI keluar ka/kiAbdomen : Terdapat nyeri tekan pada bagian perut bawah, tidak ada luka bekas operasi
Punggung : Posisi tulang belakang: normal Ekstremitas : simetris ka/ki, tidak oedema ka/ki, tidak ada varises ka/ki.Anogenital : Pengeluaran pervaginam : adanya darah,banyak (1 softex) dan berbau tidak enak, warna merahB. Palpasi
TFU : TFU setinggi pusat, lembek dan terdapat nyeri tekan pada perut bag. bawah.
C. Perkusi : Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Terdapat nyeri goyang pada uterus.4. Pemeriksaan LaboratoriumHemoglobin : 10,8 gr/dl
Leukosit: 30.000 sel/mm3Swab Vaginal: Lochea : terdapat bakteri Staphylococcus aureus5. Kesimpulan
P2002 ibu post partum hari ke-4 dengan endometritis akut
II.INTERPRETASI DATA DASARData DasarDx/Mx/Keb
Tanggal 24 Oktober 2013 jam 09.40 WIB
DS :
Ibu mengatakan melahirkan di Rumah Sakit Sejahtera-Kediri dengan usia kehamilan 9 bulan. Ketuban pecah tanggal 20 Oktober 2013 terlebih dahulu sebelum ada dorongan untuk meneran. Selang 1 hari dari pecahnya ketuban, tanggal 21 Oktober 2013 bayi lahir dengan berat badan 2700 gram. Plasenta tidak lahir dengan normal setelah ditunggu 30 menit, dilakukan pelepasan plasenta dengan memasukkan tangan bidan ke jalan lahir.
DO :
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Emosional: Stabil
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Suhu tubuh
: 38,5C
Nadi
: 90 x/menit
Pernafasan
: 22 x/menit
Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada bagian perut bawah, tidak ada luka bekas operasi
TFU : TFU setinggi pusat, lembek dan terdapat nyeri tekan pada perut bag. bawah.
Pengeluaran pervaginam : adanya darah,banyak (1 softex) dan berbau tidak enak, warna merah
Pemeriksaan Dalam
Terdapat nyeri goyang pada uterus.
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit: 30.000 sel/mm3Swab Vaginal: Lochea : terdapat bakteri Staphylococcus aureusP2002 ibu post partum hari ke-4 dengan endometritis akut
III.INTERVENSI
Dx/Mx/KebIntervensiRasional
Tanggal 24 Oktober 2013 jam 10.05 WIB
P2002 ibu post partum hari ke-4 dengan endometritis akutTujuan :
Endometritis dapat teratasi dan tidak terjadi komplikasi
Kriteria Hasil :
KU : Baik
Nadi : 60-80 x/menit
RR : 16-20x/menit
Suhu : 36,5-37,5oC
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Pengeluaran Pervaginam : Sesuai dengan masa nifas dan tidak berbau
Tidak terjadi sub involusi
Intervensi :
1. Beritahu kondisi ibu yang sebenarnya kepada pasien dan keluarga2. Berikan informed choice dan inform consent3. Kolaborasi dengan dr.obgyn untuk pemberian terapi :
MRS
Pasang infuse, pemberian antibiotik spectrum luas dan analgesik
Observasi TTV (terutama suhu dan nadi)
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup5. Anjurkan ibu untuk makan yang bergizi dan minum air 3 liter/hari1. Pasien dan keluarga mengetahui kondisi yang terjadi dan lebih kooperatif terhadap intervensi yang akan diberikan
2. Bukti untuk persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan serta menjadi pelindung terhadap tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
3. Penanganan yang tepat dapat menjadi pencegahan terhadap dehidrasi dan pencegahan infeksi dan pemantauan keadaan umum.4. Saat beristirahat, sel-sel dalam tubuh dapat membelah dengan optimal sehingga perbaikan imunitas dapat terjadi lebih cepat
5. Makanan yang bergizi banyak mengandung protein dimana meningkatkan immunoglobulin yang dapat melawan bakteri Staphylococcus aureus sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat.
IV.IMPLEMENTASI
Tanggal / Pukul : 24 Oktober 2013 / 10.15 WIB
Dx: P2002 ibu postpartum hari ke-4 dengan endometritis akut
1. Memberitahukan kondisi ibu yang sebenarnya kepada pasien dan keluarga, bahwa ibu mengalami infeksi pada rahimnya yang dikarenakan oleh bakteri. Keadaan bisa membaik jika ibu patuh terhadap anjuran dari petugas kesehatan.
2. Memberikan informed choice untuk menentukan pilihan alternatif penatalaksanaan yang diberikan dan menandatangani lembar persetujuan sebagai pertanda setuju untuk diberikan asuhan
3. Melakukan kolaborasi dengan dr.obgyn untuk pemberian terapi
Mengantarkan pasien menuju ruang rawat inap
Memasang infuse RL dengan tetesan 24 tpm
Memberikan antibiotik spektrum luas dan analgesik (Ampisilin 500 mg per oral 4 kali/hari)
Melakukan observasi TTV setiap 6 jam (observasi terlampir)
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan meminta keluarga untuk menjaga kondisi kamar tetap tenang sehingga nyaman untuk beristirahat.
5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi yang telah disediakan oleh rumah sakit dan menghabiskannya serta menganjurkan ibu untuk minum air sebanyak 3 liter setiap hari.
V.EVALUASI
Tanggal / Pukul : 26 Oktober 2013 / 08.00 WIB
S:
Ibu mengatakan masih merasakan nyeri perutnya tetapi sudah agak berkurang
O:
KU: cukup
N: 81 x/menit
RR: 20 x/menit
TD: 120/80 mmHg
S: 37,8 oC
Abdomen: Nyeri tekan perut bagian bawah
TFU: 2 jari dibawah pusat
Pengeluaran Pervaginam : darah berwarna merah berbau tidak enak sebanyak setengah softek (25 cc)
Hasil Lab: Leukosit: 11.000 /mL
Bakteri: Staphylococcus aureus
A:
P2002 Ibu Postpartum hari ke-5 dengan endometritis akut
P:
Lanjutkan advice dokter : pemberian antibiotika ampisilin setiap 6 jam sekali
Melakukan observasi suhu tiap 6 jam
Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat
Menganjurkan makan makanan bergizi dan banyak minum air
Merencanakan pulang jika kondisi ibu semakin membaik
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Geri Morgan (2009) endometritis adalah infeksi endometrium, desidua dan miometrium uterus setelah persalinan. Sedangkan endometritis akut memiliki tanda gejala penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah dan uterus serta daerah disekitarnya nyeri pada perabaan. Selain itu, ditemukan pula bakteri jenis staphylococcus aureus dalam pemeriksaan laboratorium lochea.
Data yang ditemukan dalam pengkajian pun sudah sesuai dengan tanda gejala yang disebutkan dalam teori yakni nafsu makan yang kurang, ibu juga merupakan akseptor KB IUD dan pada saat persalinan juga dilakukan plasenta manual karena plasenta tidak bisa lahir secara normal setelah 30 menit bayi lahir. Hal - hal tersebut juga meupakan faktor penyebab terjadinya endometritis.
Penanganan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu meliputi:
1. Pemberian terapi antibiotik
Ampisilin 500 mg peroral 4 kali/hari selama 10 hari bila tidak ada alergi
Bila alergi penisilin dan tidak menyusui berikan doksisiklin 100 mg/oral setiap 12 jam sekali selama 7 hari
Bila alergi penisilin dan menyusui, keflex 500 mg peroral 4 kali perhari selama 7 hari
2. Mengukur suhu tubuh pasien setiap 4 kali per hari. Suhu tubuh harus dibawah 38 oC setelah 48 jam diberikan antibiotik
3. Menganjurkan pasien untuk minum 3 liter cairan tiap hari dan meningkatkan istirahat
4. Memantau keamanan antibiotik selama menyusui
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan hiperemi dan pada pemeriksaan makroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting adalah infeksi pada abortus dan partus. Infeksi postabortum dan postpartum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas implantasi plasenta, yang merupakan porte d'entree bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunkan pada abortus dan partus yang tidak steril dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus. Selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. Sally P2002 dengan endometritis akut mengacu pada tujuan yang ada, yaitu mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata, serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah endometritis akut, maka ditentukan adanya suatu masalah/diagnosa kebidanan, dari diagnosa tersebut dapat dilakukan implementasi atau pelaksanaan sehingga masalah kebidanan yang terjadi pada kasus tersebut dapat diselesaikan.
B.SARAN
1. Bagi Pasien
Jika pasien merasakan ada tanda dan gejala seperti yang telah dijelaskan di atas, segera datang ke rumah sakit atau tenaga medis yang terlatih sehingga bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan menghasilkan prognosa yang baik pula
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam melakukan asuhan terhadap pasien dengan endometritis akut, bidan tidak bisa bekerja sendiri, harus melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dan laboratorium, sehingga diperoleh diagnosa yang tepat dan penanganan yang sesuai dengan prosedur penatalaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, Geri. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGCJody Ehrhardt. 2010. Symptoms of Endometritis Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC
Petersen E.Eiko.2006. infections in obstetrics and gynecology Textbook and Atlas. Stuttgart.Georg Thieme Verlag
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SPQueenan,John T et al. 2005. Protocols for High-Risk Pregnancies. India. Black Well Publishinghttp://emedicine.medscape.com/article/254169overview#aw2aab6b2b3aaReuters,Thomson.2011.Endometritis:MicromedexUniversity of Maryland Medical Center.2010.Endometritishttp://www.nlm.nih.gov/ medlineplus/ency/article/001484.htm23