asuhan kebidanan komprehensif (continuity of …...akhir penulisan laporan tugas akhir ini. 5....
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY “T” KECAMATAN TENGGARANG KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : Ayu Amalia
NIM. 14.01.0260
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA BONDOWOSO
2017
i
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY “T” KECAMATAN TENGGARANG KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : Ayu Amalia
NIM. 14.01.0260
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA BONDOWOSO
2017
ii
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY “T” KECAMATAN TENGGARANG KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Dharma Praja
Oleh : Ayu Amalia
NIM. 14.01.0260
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA BONDOWOSO
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya tulis
ini, adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Tugas Akhir
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Bondowoso, 13 September 2017
Yang Membuat Pernyataan,
Ayu Amalia NIM. 14.01.0260
Mengetahui,
Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Pembimbing II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP. 19670325198801 2 001
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir (LTA) Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity
Of Care/CoC) pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso yang disusun oleh Ayu Amalia NIM 14.01.0260 telah kami setujui
untuk diseminarkan dihadapan tim penguji Laporan Tugas Akhir Akademi
Kebidanan Dharma Praja Bondowoso pada tanggal 13 September 2017
Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Bondowoso, 13 September 2017
Pembimbing II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP. 19670325198801 2 001
Mengetahui, Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso
Ketua Program Studi,
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
v
LEMBAR PENGESAHAN I
Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity Of
Care/CoC) pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso disusun oleh Ayu Amalia NIM 14.01.0260 telah di seminarkan pada
tanggal 13 September 2017 dihadapan tim penguji Laporan Tugas Akhir Akademi
Kebidanan Dharma Praja Bondowoso, dan telah diperbaiki.
Bondowoso, 13 September 2017
Mengesahkan,
Tim Penguji
Ketua Penguji
Miftahus Saadah, SST.MPH NIK. 0727018801
Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Pembimbing II
Tjatur Kartika. N, SST. NIP.19670325198801 2 001
74115180789
Mengetahui,
Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso
Ketua Program Studi,
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
vi
LEMBAR PENGESAHAN II
Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity Of
Care/CoC) pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso disusun oleh Ayu Amalia NIM 14.01.0260 telah di seminarkan pada
tanggal 13 September 2017 dihadapan tim penguji Laporan Tugas Akhir Akademi
Kebidanan Dharma Praja Bondowoso, dan telah diperbaiki.
Bondowoso, 13 September 2017
Mengesahkan,
Tim Penguji
Ketua Penguji
Miftahus Saadah, SST.MPH NIK. 0727018801
Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Pembimbing II
Tjatur Kartika. N, SST. NIP.19670325198801 2 001
74115180789
Mengetahui,
Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso
Direktur,
Mohammad Jupri, S.Kom NIK. 074115260179
vii
RINGKASAN
AYU AMALIA
Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity Of Care) pada Ny "I" di BPM
Ny"T" Kabupaten Bondowoso, Program studi D-III Akademi Kebidanan Dharma
Praja Bondowoso.
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan
yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso menunjukkan bahwa
jumlah AKI mengalami kenaikan. Mulai tahun 2015 jumlah kematian ibu sebesar
19 orang atau 187,95 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2016 jumlah
kematian ibu mencapai 20 orang atau 195,81 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab tingginya kematian ibu tersebut disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas. Cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI yaitu
dengan menggunakan upaya kesehatan berkelanjutan atau Continuity Of Care
(COC). COC bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenanga profesional
kesehatan. Pendekatan yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini adalah
pendekatan langsung kepada pasien dengan usia kehamilan 37-38 minggu dengan
kategori normal, kemudian melahirkan dengan kategori normal (spontan atau
belakang kepala), memasuki masa nifas normal (tidak ada demam, tanda infeksi,
dan perdarahan), memantau perawatan bayi baru lahir hingga neonatus, sampai
ibu memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi. Adapun jenis pendekatan yang
penulis gunakan adalah pendekatan studi kasus. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan kehamilan pada Ny "I" tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus yaitu asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidanan persalinan, asuhan
kebidanan nifas, asuhan kebidanan neonatus, dan keluarga berencana (KB).
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah,
rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini sebagai persyaratan Pendidikan Akademik dalam menyelesaikan
program D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Bapak Mohammad Jupri, S.Kom selaku Direktur Akademi Kebidanan
Dharma Praja Bondowoso yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Ibu Fany Yanuarti, SST,.M.Keb. sebagai ketua program studi di Akademi
Kebidanan Dharma Praja Bondowoso.
3. Ibu Miftahus Saadah, SST.MPH selaku Ketua Penguji yang telah membeikan
arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
4. Ibu Fany Yanuarti, SST., M.Keb. selaku Pembimbing I dan Ibu Tjatur
Kartikaningsih, SST. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dari awal hingga
akhir penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.
Besar harapan kami semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi penulis
selanjutnya dan juga diharapkan mampu mencapai tujuan yaitu memberikan
konstribusi bagi kemajuan program kesehatan. Namun demikian penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi
kesempurnaan diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk
menyempurnakannya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER DEPAN .......................................................................................... i
COVER DALAM ......................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN I ....................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN II ..................................................................... vi
RINGKASAN. .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH .................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 3
1.4 Manfaat........................................................................................ 4
1.4.1 Institusi Pendidikan ........................................................... 4
1.4.2 Lahan Praktik ..................................................................... 4
1.4.3 Penyusun ............................................................................ 4
1.4.4 Klien ................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Kehamilan .................................................. 5
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ................... 25
2.3 Konsep Dasar Teori Persalinan ................................................... 41
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan .................... 50
x
2.5 Konsep Dasar Teori Masa Nifas ................................................. 62
2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Nifas ............................ 69
2.7 Konsep Dasar Teori Neonatus (Bayi Baru Lahir) ....................... 74
2.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Neonatus ...................... 81
2.9 Konsep Dasar Teori KB (Pelayanan Kontrasepsi) ...................... 87
2.10 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB ................ 94
BAB 3 METODE PENDEKATAN STUDI KASUS
3.1 Jenis Pendekatan ......................................................................... 99
3.2 Kerangka Operasional ................................................................. 99
3.3 Subjek Studi Kasus...................................................................... 101
3.4 Fokus Studi .................................................................................. 101
3.5 Definisi Operasional .................................................................... 101
3.6 Kriteria Subjek ............................................................................ 102
3.7 Instrumen Penelitian .................................................................... 103
3.8 Lokasi dan Waktu........................................................................ 103
3.9 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 103
3.10 Etika Studi Kasus ........................................................................ 104
BAB 4 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan .......................................... 105
4.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan ........................................... 116
4.3 Asuhan Kebidanan Pada Nifas ................................................... 124
4.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir .................................. 130
4.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana ........................... 134
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kehamilan. .................................................................................. 138
5.2 Persalinan ................................................................................... 141
5.3 Nifas. ........................................................................................... 143
5.4 Bayi Baru Lahir .......................................................................... 144
5.5 KB .............................................................................................. 146
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 147
6.2 Saran ........................................................................................... 148
xi
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................. 149
LAMPIRAN. ................................................................................................. 151
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks massa tubuh ................................................. 17
Tabel 2.2 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri terhadap umur kehamilan .......... 18
Tabel 2.3 Skrining Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) .................................. 19
Tabel 2.4 Klasifikasi Anemia ...................................................................... 36
Tabel 2.5 Klasifikasi Protein Urin ............................................................... 37
Tabel 2.6 Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan dan Masalah pada Ibu
Hamil ........................................................................................... 38
Tabel 2.7 Penatalaksanaan intranatal care ................................................... 54
Tabel 2.8 Penapisan Persalinan. .................................................................. 61
Tabel 2.9 Involusi Uterus ............................................................................ 71
Tabel 2.10 Penatalaksanaan untuk 6-48 jam post partum ............................. 72
Tabel 2.11 Penatalaksanaan untuk 3-7 Hari post partum .............................. 73
Tabel 2.12 Penatalaksanaan untuk 2 Minggu post partum ............................ 73
Tabel 2.13 Penatalaksanaan untuk 6 Minggu post partum ............................ 73
Tabel 2.14 Kebutuhan Tidur Bayi. ................................................................ 80
Tabel 2.15 Jadwal Imunisasi ......................................................................... 80
Tabel 2.16 Penatalaksanaan bayi baru lahir .................................................. 86
Tabel 2.17 Penatalaksanaan bayi baru lahir normal usia 3-7 hari ................. 86
Tabel 2.18 Penatalaksanaan bayi baru lahir normal usia 8-28 hari ............... 87
Tabel 2.19 Penatalaksanaan pada akseptor KB PIL ...................................... 98
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Operasional ............................................................ 100
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Operasional .................................................. 97
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan...................................................................... 151
Lampiran 2 Curriculum Vitae .................................................................... 152
Lampiran 3 Pernyataan Kesediaan Membimbing I.................................... 153
Lampiran 4 Pernyataan Kesediaan Membimbing II. ................................. 154
Lampiran 5 Permohonan Ijin Penelitian . .................................................. 155
Lampiran 6 Bakesbang .............................................................................. 156
Lampiran 7 Surat Ijin Dari Dinas Kesehatan . ........................................... 157
Lampiran 8 Permohonan Persetujuan Menjadi Responden. ...................... 158
Lampiran 9 Lembar Persetujuan Responden . ........................................... 159
Lampiran 10 Buku KIA . ............................................................................. 160
Lampiran 11 Data Diri Pasien. ..................................................................... 161
Lampiran 12 Lembar Antenatal Care (ANC). .............................................. 162
Lampiran 13 KSPR . .................................................................................... 166
Lampiran 14 Lembar Penapisan. ................................................................. 167
Lampiran 15 Partograf . ............................................................................... 168
Lampiran 16 Lembar Intranatal Care (INC). .............................................. 170
Lampiran 17 Bayi Baru Lahir (BBL). .......................................................... 171
Lampiran 18 MTBM. ................................................................................... 172
Lampiran 19 Jadwal Imunisasi. ................................................................... 178
Lampiran 20 Kartu Menuju Sehat (KMS). .................................................. 179
Lampiran 21 Lembar Postnatal Care (PNC). .............................................. 180
Lampiran 22 Lembar Penapisan KB. ........................................................... 182
Lampiran 23 ABPK ..................................................................................... 183
Lampiran 24 Kartu Peserta KB. ................................................................... 184
Lampiran 25 Lembar Konsultasi Pembimbing I. ......................................... 185
Lampiran 26 Lembar Konsultasi Pembimbing I. ......................................... 186
Lampiran 27 Lembar Konsultasi Pembimbing II. ....................................... 187
Lampiran 28 Lembar Pengajuan Ujian. ....................................................... 188
Lampiran 29 Lembar Revisi Ketua Penguji . ............................................... 189
xv
Lampiran 27 Lembar Revisi Anggota Penguji I . ........................................ 190
Lampiran 28 Lembar Revisi Anggota Penguji II . ....................................... 191
Lampiran 29 Dokumentasi Kegiatan. .......................................................... 192
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang :
% : Prosentase
> : Lebih dari
< : Kurang dari
/ : Atau
: : Bagi
≥ : Lebih dari sama dengan
X0 : Derajat
“…..” : Tanda kutip
Gr : gram
Daftar Singkatan :
ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
AKB : Angka Kematian Bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APGAR : Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory
APD : Alat Pelindung Diri
ASI : Air Susu Ibu
BB : Berat Badan
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPM : Bidan Praktik Mandiri
COC : Continuity Of Care
CPD : Cephalo Pelvic Disproportion
xvii
DDTK : Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
DJJ : Denyut Jantung Janin
DM : Diabetes Mellitus
DMPA : Depomendroksi Progesteron
DTT : Dekontaminasi Tingkat Tinggi
HB : Hemoglobin
HCG : Human Chorionic Gonadotropin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
IM : Intramuskuler
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMS : Infeksi Menular Seksual
IMT : Indeks Masa Tubuh
INC : Intranatal Care
IUD : Intra Uterine Device
IUGR : Intra Uteri Growth Retardation
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan Energi Kronik
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KU : Keadaan Umum
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenore Laktasi
MOP : Metode Operatif Pria
MOW : Metode Operatif Wanita
MTBM : Manajemen Terpadu Bayi Muda
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
NCB : Neonatus Cukup Bulan
OUE : Ostium Uteri Eksternum
OUI : Ostium Uteri Internum
PX : Prosesus Xifoideus
PAP : Pintu Atas Panggul
xviii
PMS : Penyakit Menular Seksual
PNC : Postnatal Care
PUS : Pasangan Usia Subur
RH : Rhesus
SC : Sectio Caesaria
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
SOAP : Subjektif, Objektif, Analisis, dan Penatalaksanaan
TBC : Tuberculosis
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TT : Tetanus Toksoid
UUB : Ubun-Ubun Besar
UUK : Ubun-Ubun Kecil
USG : Ultrasonografi
VDRL : Veneral Disease Research Lab
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan
yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu, Pemantauan dan
perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat
penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat
penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan
pelayanan kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas, 2013).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan petugas
kesehatan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan
laboratorium sederhana dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif
mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah
asuhan kebidanan kehamilan (Antenatal Care), asuhan kebidanan persalinan
(Intranatal Care), asuhan kebidanan masa nifas (Postnatal Care), dan asuhan bayi
baru lahir (Neonatal Care) (Varney, 2006).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2015 yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi.
Disamping itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi di Indonesia.
Hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa AKB mencapai 25,5
kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. Selama beberapa tahun terakhir, AKB
Indonesia berangsur-angsur mengalami penurunan. Pemerintah Indonesia
menargetkan penurunan AKI dan AKB melalui upaya tindak lanjut transisi
Millenium Development Goals (MDGs) menuju Sustainable Development Goals
(SDGs). Hingga akhir tahun 2015, Indonesia belum berhasil mencapai target
MDGs salah satunya yaitu Penurunan AKI dan Penurunan Angka Kematian Balita
(AKBa) (SDGs, 2015).
2
Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Timur sudah berada di bawah
target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, sebesar 102 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Secara rinci, data laporan kematian Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota melaporkan tahun 2011 sebesar 101,4 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2013
sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup. Namun demikian, karena jumlah
penduduk Jatim sangat besar yaitu 38 juta jiwa, maka dari nilai absolut jumlah
kematian ibu di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 mengalami penurunan yang
cukup bermakna, dari 642 kematian menjadi 291 kematian hingga Agustus 2014.
Penyebab terbanyak kematian ibu hamil adalah preeklampsia dan sebagian besar
juga diakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan keluarga untuk membawa
ibu hamil berisiko tinggi ke pusat rujukan (KemenKes RI, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso menunjukkan
bahwa jumlah AKI dan AKB mengalami kenaikan. Mulai tahun 2015 jumlah
kematian ibu mencapai 19 orang dan jumlah kematian bayi mencapai 167 orang,
pada tahun 2016 jumlah kematian ibu mencapai 20 orang atau 195,81/100.000 per
kelahiran hidup dan jumlah kematian bayi mencapai 178 orang atau 17,42 per
1000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya kematian ibu tersebut disebabkan oleh
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Dinkes Bondowoso, 2015-2016).
Berdasarkan data AKI di Puskesmas Tenggarang pada tahun 2016
menyumbangkan 1 angka kematian ibu. Penyebab terjadinya AKI tertinggi yaitu
Pre eklamsi, sedangkan AKB menyumbangkan 8 angka kematian yang
disebabkan karena Asfiksia dan Balita 1 kematian karena cacat bawaan.
Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB dengan menerapkan
unsur pelayanan kesehatan mencangkup pengawasan kehamilan, peningkatan gizi
hamil, pelaksanaan program KB, imunisasi ibu, dan meningkatkan sistem rujukan
(Manuaba, 2012). Cara lain yang bisa dilakukan ialah dengan menggunakan
upaya kesehatan berkelanjutan atau Continuity of Care (COC).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat laporan tugas
akhir yang berisi Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.“I” di Bidan Praktik
Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso Tahun
2017.
3
1.2 Batasan masalah
Batasan asuhan kebidanan yang akan di berikan pada Ny.“I” di Bidan
Praktik Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Tahun 2017 yaitu mulai dari kehamilan TM III fisiologis, ibu bersalin, ibu nifas,
bayi baru lahir dan KB dengan menggunakan manajemen kebidanan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif
secara berkesinambungan dan mendokumentasikannya sejak masa hamil
sampai masa nifas hingga keikutsertaan dalam ber KB sesuai dengan
metode varney dan SOAP pada Ny.“I” di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny
“T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.“I” di Bidan Praktik
Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso Tahun 2017 yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney dan SOAP.
2. Melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.“I” di Bidan Praktik
Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso Tahun 2017 yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney dan SOAP.
3. Melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny."I" di Bidan Praktik
Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso Tahun 2017 yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney dan SOAP.
4. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny."I" di Bidan
Praktik Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang Kabupaten
Bondowoso Tahun 2017 yang didokumentasikan dengan pendekatan
Varney dan SOAP.
4
5. Melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana (KB) pada Ny."I" di
Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny “T” di Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso Tahun 2017 yang didokumentasikan dengan
pendekatan Varney dan SOAP.
1.4 Manfaat
1.4.1 Institusi pendidikan
Memberikan tambahan kepustakaan dan pengetahuan tentang asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
1.4.2 Lahan praktik
Dapat meningkatkan kualitas pekayanan kesehatan yang lebih bermutu
dalam asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
1.4.3 Penyusun
Dapat membandingkan antara teori dengan kasus dan mendapat
pemahaman mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus, dan KB.
1.4.4 Klien
Klien mendapat pelayanan sesuai dengan asuhan kebidanan pada masa
kehamilan, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam tiga trimester, yaitu trimester I
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester II dari bulan keempat sampai 6
bulan, trimester III dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan adalah hasil pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya
perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan
(Maulana, 2008).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyumbatan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari
ovulasi, pelepasan ovum, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).
2.1.2 Klasifikasi Usia Kehamilan
Menurut Asrinah (2010), dalam buku berjudul asuhan kebidanan masa
kehamilan mengemukakan bahwa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yaitu:
1. Trimester I usia 0-12 minggu. Pada trimester pertama sering dikatakan
sebagai masa penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan
hamil.
2. Trimester II usia kehamilan 13-27 minggu. Pada trimester kedua kehamilan
biasanya sudah jelas, wanita dan keluarganya sudah mengatur waktunya
untuk kehamilan dan kunjungan pertama dan keduanya sudah lengkap.
6
3. Trimester III usia kehamilan 28-40 minggu. Trimester ini disebut trimester
terakhir kehamilan. Janin ibu sedang berada di dalam tahap penyempurnaan
dan akan semakin bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim.
2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kehamilan
Perubahan anatomi dan fisiologis pada kehamilan antara lain:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar
dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan
semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Selama kehamilan
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung
janin, plasenta, dan cairan amnion. Pembesaran uterus meliputi
peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang
sangat terbatas (Prawirohardjo, 2014).
b. Serviks
Serviks merupakan bagian paling bawah dari uterus. Panjang serviks
sekitar 2,5-3 cm dan 1 cm menonjol ke vagina. Ujung dari serviks yang
menonjol ke vagina disebut portio. Pada wanita yang pernah melahirkan
(multipara) portio sedikit terbuka. Serviks terdapat saluran yang di sebut
kanalis servikalis yang terdiri dari 2 muara yaitu Ostium Uteri Eksternum
(OUE) dan Ostium Uteri Internum (OUI). Menjelang persalinan terjadi
penurunan konsentrasi kolagen sehingga menjadikan serviks lebih lunak
dan lebih mudah membuka atau meregang untuk dapat mengeluarkan
kepala bayi (Prawirohardjo, 2009).
c. Vagina dan Perineum
Dinding Vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan
meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan
hipertrofi dari sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah
panjangnya dinding vagina. Papila mukosa juga mengalami hipertrofi
7
dengan gambaran seperti paku sepatu. Peningkatan volume sekresi
vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal,
dan PH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi
asam laktat glikogen yang di hasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidophilus (Prawirohardjo, 2014).
2. Kulit
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (Linea alba)
akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan
leher yang disebut dengan cloasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan
daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang
berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah
persalian (Prawirohardjo, 2014).
3. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan
vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih
besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna
kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi (Prawirohardjo, 2014).
4. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular, diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah
12,5 kg (Prawirohardjo, 2014).
5. Sistem Respirasi
Pada kehamilan 32 minggu ke atas kebanyakan wanita hamil mengalami
gangguan sesak nafas, hal tersebut terjadi karena usus-usus tertekan uterus
yang membesar ke arah diafragma. Sehingga kebanyakan wanita mengalami
10 derajat kesulitan bernafas (Hanifa, 2014).
8
6. Sistem Perkemihan
Pada akhir kehamilan kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul
ehingga menimbulkan keluhan seperti sering berkemih. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terisi penuh (Prawirohardjo, 2009).
7. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar 135%.
Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam
kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat
berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat
kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun.
Hal ini juga di temukan pada ibu-ibu yang menyusui (Prawirohardjo, 2014).
8. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas,
serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus besar. Gusi akan
lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa
menyebabkan perdarahan (Prawirohardjo, 2014).
2.1.4 Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada ibu hamil:
1. Perubahan Psikologis Trimester I
a. Kadang muncul penolakan kecemasan dan kesedihan bahkan kadang ibu
berharap agar dirinya tidak hamil saja.
b. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
c. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
9
2. Perubahan Psikologis Trimester II
a. Ibu merasa sehat tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang
tinggi.
b. Merasakan gerakan anak.
c. Menuntut perhatian dan cinta.
d. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang
lain yang baru menjadi ibu.
3. Perubahan Psikologis Trimester III
a. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
b. Khawatir bayi dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
c. Merasa kehilangan perhatian.
d. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
2.1.5 Kebutuhan ibu hamil
Kebutuhan-kebutuhan ibu pada saat hamil diantaranya:
1. Kebutuhan Energi atau Nutrisi
a. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan
pertumbuhan janinnya. Bisa didapat dari nabati maupun hewani. Sumber
Menurut Widyakarya pangan dan gizi VI 2004 menganjurkan
penambahan 17 gram tiap hari. Kebutuhan protein bisa didapat dari
nabati dan hewani. Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan,
telur, susu. Sedangkan sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-
kacangan protein digunakan untuk pembentukan jaringan baru baik
plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukan
cadangan darah dan persiapan masa menyusui.
b. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin
selama dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan
sumber tenanga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu,
lemak disimpan persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan
meningkat pada kehamilan trimester III.
10
c. Asam folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting
dalam perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah
neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan prematur, anemia,
cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan
pertumbuhan janin terganggu.
d. Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi,
membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta
mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan sekresi hormon.
Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram perhari. Sumber
kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, dan sayuran hijau.
e. Air
Air berfungsi untuk membantu sistem pencernaan makanan dan
membantu proses transfortasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi
dan cairan pada membran sel. Air menjaga keseimbangan sel, darah,
getah bening, cairan vital tubuh lainnya. Air menjaga keseimbangan suhu
tubuh, karena itu dianjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari.
2. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh ibu hamil harus dijaga selama kehamilan. Karena
perubahan anatomi dan sistem metabolisme dapat meningkatkan pengeluaran
keringat dan tubuh menjadi lebih lembab dan mudah terinfeksi oleh
mikroorganisme sehingga menyebabkan berbagai gangguan fisik dan
psikososial.
3. Pakaian
Hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil:
a. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat
b. Pakaian bra yang menyokong payudara
c. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan ketat di daerah perut
d. Pakaian dalam harus selalu bersih
e. Memakai sepatu dengan hak rendah
11
4. Eliminasi
Kebutuhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering Buang Air Kecil (BAK). Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks
terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh
pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan
tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam
keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan
kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika sudah mengalami
dorongan, segeralah untuk Buang Air Besar (BAB) agar tidak terjadi
konstipasi.
Sering Buang Air Kecil (BAK) merupakan keluhan yang umum dirasakan
oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi
fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus
yang mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan
pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan
pada kantong kemih.
Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat
tidak dianjurkan, karena ada penyebab dehidrasi.
5. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut:
a. Sering abortus dan kelainan prematur.
b. Perdarahan pervaginam.
c. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu pertama
kehamilan.
d. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin.
6. Mobilisasi, bodi mekanik
Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah
lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser lebih kebelakang dibanding sikap
12
tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari perubahan ini
adalah rasa pegal dipunggung dan kram kaki ketika tidur malam. Untuk
mencegah dan mengurangi keluhan ini, dibutuhkan sikap tubuh yang baik
diantaranya:
a. Posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak lurus
dan pastikan beban terfokus pada lengan.
b. Tidur dengan posisi kaki ditinggikan
c. Duduk dengan posisi punggung tegak
d. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantian
untuk mengurangi ketegangan otot).
7. Senam Hamil
Senam hamil merupakan bukan keharusan. Namun, dengan melakukan
senam hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu kelancaran
proses persalinan, antaralain dapat melatih perfasan, relaksasi, menguatkan
otot-otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar.
Tujuan senam hamil yaitu memberi dorongan serta melatih jasmani dan
rohani ibu secara bertahap, agar ibu mampu menghadapi persalinan dengan
tenang, sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah.
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur:
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Mengurangi pembengkakan
c. Memperbaiki keseimbangan otot
d. Mengurangi resiko gangguan gastrointestina termasuk gangguan sembelit
e. Mengurangi kram atau kejang kaki
f. Menguatkan otot perut
8. Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat
pada perut, terjadi perubahan sikap tubuh. Tidak jarang ibu akan mengalami
kelelahan. Oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil.
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahat terutama saat
hamil tua. Posisi terbaring miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi
uteri dan oksigenasi pada janin. Selama periode istirahat yang singkat,
13
seorang perempuan bisa mengambil posisi terlentang dengan kaki
disandarkan pada dinding untuk meningkatkan aliran vena dari kaki dan
mengurangi edema kaki serta varises vena.
9. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk memproduksi imunitas aktif buatan
pada manusia untuk melindungi diri melawan dan mencegah penyakit
tertentu dengan memasukkan suatu zat kedalam tubuh melalui penyuntikan
atau secara oral (Rukiyah dkk, 2010) Imunisasi selama kehamilan sangat
penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan
kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tenanus
Toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus. Imunasi Tetanus Toxoid
(TT) pada ibu hamil harus terlebih dahulu ditentukan status kekebalan atau
imunisasinya.
Selama kehamilan, bila ibu berstatus T0, hendaknya ia mendapatkan
minimal dua dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 1 Bulan, dan bila
memungkinkan, untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya).
Sedangkan untuk perlindungan selanjutnya dapat diberikan TT4 setelah 12
bulan dari TT3 dan TT5 setelah 12 bulan TT4.
2.1.6 Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan antisipasi dalam kehamilan
dalam kehamilan lanjut yaitu:
1. Perdarahan
a. Plasenta previa
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa
menutupi seluruh atau sebagian dari Ostium Uteri Internum (OUI)
(Prawirohardjo, 2011).
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasi yang normal pada lapisan desisua
endometrium sebelum waktunya yaitu sebelum anak lahir, yang ditandai
dengan keluarnya darah kehitaman dan nyeri pada abdomen
(Prawirohardjo, 2011).
14
2. Sakit Kepala Hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat, sakit kepala menetap, dan sakit kepala yang tidak hilang dengan
istirahat (Nany, 2011).
3. Pandangan Kabur
Masalah visual yang mengidentifikasi keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau
terbayang, melihat bintik-bintik (spot) dan berkunang-kunang. Hal tersebut
bisa jadi merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya preeklmpsia
berat yang mengarah pada eklampsia (Prawirohardjo, 2009)
4. Bengkak pada Muka dan Tangan
Bengkak dapat menunjukkan masalah serius apabila muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai keluhan fisik lainnya
seperti sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan lain-lain. Hal ini merupakan
pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklampsia (Prawirohardjo, 2009).
5. Keluar Cairan Pervagina
Jika ibu mengeluarkan cairan tidak terasa, berbau amis, dan warna putih
keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Ibu harus dapat membedakan
antara urine dengan air ketuban, jika kehamilan belum cukup bulan, waspada
terjadinya persalian preterm dan komplikasi intrapartum (Sulistyawati, 2009).
6. Gerakan janin berkurang
Kesejahteraan janin dapat diketahui dari kekreatifan gerakannya.
Minimal 10 kali dalam 24 jam, jika kurang dari itu maka waspada akan
gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin
(Prawirohardjo, 2009).
Jika terjadi salah satu dari tanda bahaya kehamilan segera untuk periksa
ketempat pelayanan kesehatan terdekat.
Pencegahan penyulit kehamilan dapat dilakukan dengan mengetahui hal-
hal sebagai berikut:
a. 3 Terlambat
Menurut sarwono (2007), adapun kriteria 3 terlambat (the three delay
models) yaitu:
15
1) Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalian
(T1)
Merupakan keterlambatan dalam mengambil keputusan untuk
mencari perawatan kesehatan apabila terjadi komplikasi obstetrik.
Keadaan ini terjadi karena berbagai alasan, termasuk didalamnya
adalah keterlambatan dalam mengenali adanya resiko tinggi yang
disebabkan oleh taraf pendidikan rendah. Rendahnya pengetahuan ibu
dan keluarga tentang tanda bahaya pada kehamilan mendasari
pelaksanaan sistem rujukan yang masih kurang. Disebut terlambat,
apabila keputusan yang diambil untuk dirujuk dalam waktu >30 menit.
2) Terlambat dalam mencapai fasiltas (transportasi ke rumah sakit atau
puskesmas karena jauh) (T2)
Hal ini terjadi akibat keterlambatan untuk mencapai fasilitas
kesehatan dan umumnya terjadi akibat kesulitan transportasi.
Beberapa desa memiliki pilihan transportasi yang sangat terbatas dan
fasilitas yang buruk. Keadaan geografis dilapangan mengakibatkan
banyak rumah sakit rujukan tidak dapat dicapai dalam waktu dekat.
Disebut terlambat apabila waktu yang diperlukan untuk mencapai
tempat pelayanan kesehatan rujukan >2 jam.
3) Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat
difasilitas pelayanan (kurang lengkap atau tenanga medis kurang)
(T3).
Seringkali para ibu harus menunggu selama beberapa jam ditempat
pelayanan kesehatan rujukan karena manajemen staf yang buruk,
kebijakan pembayaran kesehatan yang menyulitkan, kesulitan dalam
memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan dan
obat penting dan ruang operasi. Pelaksanaan sistem pelayanan
kebidanan yang baim didasarkan pada regionalisasi pelayanan
perinatal, dimana ibu hamil harus mempunyai kesempatan pelayanan
operatif dalam waktu tidak lebih dari 1 jam dan bayi harus dapat
segera dilahirkan. Disebut terlambat apabila penderita mendapat
pelayanan setelah >30 menit tiba ditempat rujukan.
16
b. 4 Terlalu
Menurut BKKBN (2007), 4 Terlalu diantaranya:
1) Terlalu Muda (Primi Muda)
Ibu hamil pertama pada usia kurang dari 20 tahun. Dimana kondisi
panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi yang belum
siap menghadapi kehamilan dan menjalan peran sebagai ibu.
2) Terlalu Tua (Primi Tua)
Ibu hamil pertama pada usia ≥35 tahun. Pada usia ini organ
kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar
mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
3) Terlalu Sering (perbedaan usia anak sangat dekat)
Jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 2 tahun
(24 bulan). Kondisi rahim ibu belum pulih, waktu ibu untuk menyusui
dan merawat bayi kurang. Terlalu sering melahirkan bisa memberi
dampak buruk bagi sang ibu. Risiko kematian menjadi lebih
meningkat. Pasalnya, jika terlalu sering melahirkan kemungkinan
kemungkinan terjadi perdarahan saat persalinan. Perdarahan terjadi
akibat kegagalan berkontraksi rahim atau biasa disebut perdarahan
pascapersalinan.
4) Terlalu Banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)
Ibu pernah hamil atau melahirkan lebih dari 4 kali. Kemungkinan
akan di temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding
perut, tampak pada ibu dengan perut yang menggantung.
2.1.7 Pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil
1. Menurut Depkes RI (2009), standar asuhan minimal kehamilan termasuk
dalam "10 T", antara lain :
a. Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan (T1)
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan
kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4-
0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil
sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
17
Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan
berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :
Berat Badan dalam Kilogram (Tinggi dalam meter)2
Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT Rekomendasi kenaikan BB total
Rendah (IMT <19,8) 12,5-18
Normal (IMT 19,8-26,0) 11,5-16
Tinggi (IMT >26,0-29,0) 7,0-11,5
Obesitas (IMT > 29) ≥ 7,0
Gemeli 16-20,5
Sumber: (Prawirohadjo, 2013)
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya
gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan ibu hamil
dilakukan untuk deteksi faktor resiko terhadap kehamilan. Jika kurang
dari 145 cm resiko (Cephalo Pelvic Disproportion) CPD atau panggul
sempit.
b. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) (T2)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK). KEK disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
18
c. Ukur Tekanan Darah (T3)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah, dan atau proteinuria) Tekanan darah yang
normal 110/80-120/80 mmHg.
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan
umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
setelah kehamilan 24 minggu.
Tabel 2.2 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri terhadap umur kehamilan
Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan
1/3 diatas simpysis atau 3 jari atas simpysis 12 minggu
1/2 simpysis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simpysis atau 3 jari bawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari atas pusat 28 minggu
1/2 pusat-procesus xipoideus 32 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
Sumber: (Prawirohadjo, 2013)
e. Tentukaan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
19
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ
cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) (T6)
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan
terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki
status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi
tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak perlu
diberikan imunisasi lagi.
Tabel 2.3 Skrining Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Riwayat Imunisasi Ibu Imunisasi
yang didapat Status Imunisasi
Imunisasi Dasar Lengkap DPT Hb1 DPT Hb2 DPT Hb3
T1 dan T2
Anak Sekolah Kelas 1 SD DT T3
Kelas 2 SD Td T4
Kelas 3 SD Td T5
Calon Pengantin masa hamil
TT
- Jika ada status T diatas yang tidak terpenuhi
- Lanjutkan urutan T yang belum terpenuhi
- Perhatikan Interval pemberian
Sumber: Midwifery Update (2016)
g. Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Besi/Fe) (T7)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama.
20
h. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
3) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia.
4) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali
pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
5) Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan
darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. ibu hamil
di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria
apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan
ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya
21
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
7) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis
tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut
diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya di fasilitas rujukan.
i. Tatalaksana/Penanganan kasus (T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan..
j. Temu wicara/Konseling (T10)
Temu wicara dan konseling dilakukan setiap kunjungan antenatal
yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup sehat, peran suami/keluarga
dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi,
asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular,
penawaran untuk melakukan test dan konseling HIV, inisiasi menyusui
dini (IMD), dan pemberian ASI eksklusif, KB paska persalinan,
imunisasi dan peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Pantiawati & Suryono, 2010).
2. Jadwal Kunjungan Ulang
Berikut ini merupakan jadwal pelaksanaan Kunjungan Neonatus (KN)
dan Kunjungan Nifas (KF),
22
a. Kunjungan Neonatal (KN)
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu
6 jam-48 jam setelah bayi lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
3-7 hari setelah bayi lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu
8-28 hari setelah lahir.
b. Kunjungan Masa Nifas
1) Kunjungan (KF 1) dilakukan 6-8 jam setelah persalinan.
2) Kunjungan (KF 2) dilakukan 6 hari setelah persalinan.
3) Kunjungan (KF 3) dilakukan 2 minggu setelah persalinan.
4) Kunjungan (KF 4) dilakukan 6 minggu setelah persalinan.
3. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun
janin yang dikandungnya berada dalam risiko kematian. Angka kejadian
kehamilan risiko tinggi kurang lebih 20% dari semua kehamilan.
Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil risiko
tinggi dengan menggunakan KSPR berupa kartu skor yang digunakan
sebagai alat skrining antenatal.
a. Menurut Firaya, dkk (2012), manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati
(KSPR):
1) Menemukan faktor risiko bumil
2) Menentukan kelompok risiko bumil
3) Alat pencatat kondisi bumil
b. Menurut Prawirohardjo (2008), fungsi Skor Poedji Rochjati (KSPR)
1) Melakukan skrining atau deteksi dini risiko tinggi ibu hamil
2) Pemberdayaan ibu hamil, suami dan keluarga:
a) Sarana KIE untuk mudah disampaikan dan diterima
b) Kebutuhan upaya untuk persalian aman
c) Pengambilan keputusan bersama
3) Alat peringatan dini bagi tenaga kesehatan seperti lampu lalu
lintas waspada
23
c. Menurut Prawirohardjo (2008), cara pemberian skor:
1) Skor 2
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
2) Skor 4
a) Ibu hamil dengan penyakit anemia, malaria, tuberculosa paru,
payah jantung, penyakit menular seksual
b) Pre eklampsia ringan: bengkak pada muka/tungkai dan
tekanan darah tinggi
c) Hamil kembar/gemelli
d) Kembar air/hidramnion
e) Bayi mati dalam kandungan
f) Hamil lebih bulan (serotinus)
3) Skor 8
a) Bekas operasi sesar
b) Letak sungsang
c) Letak lintang
d) Perdarahan dalam kehamilan ini
e) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia
d. Menurut Poedji Rochjati (2008), Faktor risiko pada ibu hamil
dikelompokkan menjadi:
1) Kelompok faktor risiko I (ada potensi risiko)
a) Terlalu muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang
b) Primi tua primer
c) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
d) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
e) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
f) Terlalu cepat punya anaki, anak terkecil usia kurang 2 tahun
g) Grande multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
h) Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
i) Terlalu pendek
j) Tinggi badan ≤145
24
k) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah
melahirkan normal
l) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu
m) Pernah melahirkan dengan:
(1) Tarikan tangan/vakum
(2) Uri dikeluarkan oleh penolong
(3) Pernah diinfus/transfusi pada pendarahan post partum
n) Bekas operasi sesar
2) Kelompok faktor risiko II (ada risiko)
a) Ibu hamil dengan penyakit:
(1) Anemia: pucat, lemas badan lekas lelah
(2) Malaria: panas tinggi, keringat dingin, sakit kepala
(3) Tuberculosa paru
(4) Payah jantung
(5) Penyakit lain : HIV/AIDS, penyakit menular seksual
(6) Pre eklampsia ringan: bengkak pada muka/tungkai dan
tekanan darah tinggi
(7) Hamil kembar/gemelli
(8) Kembar air/hidramnion
(9) Bayi mati dalam kandungan
(10) Hamil lebih bulan (serotinus)
(11) Letak sungsang
(12) Letak lintang
3) Kelompok faktor risiko III (ada gawat darurat), menurut Firaya,
dkk (2012), antara lain:
a) Perdarahan dalam kehamilan ini : Mengeluarkan darah pada
waktu hamil, sebelum kelahiran bayi
b) Pre eklamsia berat dan atau eklamsia
e. Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo (2008), kelompok resiko berdasarkan
jumlah skor pada tiap kotak, ada 3 kelompok resiko:
25
1) Kehamilan risiko rendah (KRR)
Jumlah skor 2 dengan kode warna hijau, selama hamil tanpa
faktor resiko, rencana bersalin boleh ditolong oleh bidan dan
tempat persalinan di BPM atau dipolindes
2) Kehamilan resiko tinggi (KRT)
Jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning, selama hamil
terdapat faktor resiko terjadinya komplikasi pada persalinan lebih
besar, rencana bersalin boleh di tolong oleh bidan atau dokter dan
tempat persalinan di polindes, puskesmas, atau rumah sakit.
3) Kehamilan resiko sangat tinggi (KRST)
Jumlah skor sama dengan atau lebih 12 dengan kode warna
merah, ibu hamil dengan resiko ganda atau lebih yang dapat
mengancam nyawa ibu atau janin, rencana bersalin hanya boleh
ditolong oleh dokter dan tempat persalinan di Rumah Sakit.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “. . . “ G. . . P . . . HAMIL . . . MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
DENGAN . . . .
Tanggal/Waktu pengkajian : Untuk mengetahui tanggal pengkajian
Tempat pengkajian : Untuk mengetahui tempat pengkajian
Petugas : Untuk mengetahui identitas pengkaji
I. PENGKAJIAN
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi data yang akurat dan lengkap
dan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
A. Data Subyektif
Data subyektif didapatkan berdasarkan hasil anamnesis yang
dilakukan oleh bidan terhadap klien. Anamnesis adalah pengkajian dalam
rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-
pertanyaan.
1. Biodata
26
Nama : nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu
dengan pasien yang lainnya (Hani dkk, 2010).
Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas (Ambarwati, 2009).
Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Sulistyawati, 2012).
Pekerjaaan : untuk mengetahui pekerjaan ibu, jika pekerjaannya
mengganggu kehamilannya maka disarankan untuk
menghentikan pekerjaannya (Sulistyawati, 2012).
Suku : berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari, sehingga memberikan pelayanan dapat
disesuaikan dengan suku serta kebiasaan yang ada
(Sulistyawati, 2009).
Agama : sebagai dasar dalam memberikan dukungan mental
dan spiritual terhadap pasien dan keluarga
(Sulistyawati, 2009).
Alamat : untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar pasien
dan untuk mempermudah melakukan kunjungan
(Sulistawati, 2012).
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
Misalnya sering merasakan nyeri pada pinggangnya, nyeri perut
bagian bawah, kram pada kakinya, bengkak pada kaki, sering
kencing dan susah tidur semenjak usia kehamilannya bertambah
besar (Sulistyawati, 2012).
27
3. Riwayat kesehatan
Sekarang : untuk mengkaji apabila selama kehamilan ibu menderita
penyakit menahun, menurun, dan menular seperti
jantung, hipertensi, ginjal, DM, TBC, Hepatitis, dan lain-
lain serta dalam proses pengobatan akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan (Mochtar, 2013).
Dahulu : untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
ibu hamil yaitu penyakit menahun seperti jantung,
penyakit menurun seperti hipertensi, DM, penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, PMS baik yang sudah
sembuh atau yang masih dalam penyembuhan dan lain-
lain yang akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan
(Mochtar, 2013).
Keluarga : untuk mengetahui apabila salah satu dari anggota
keluarga baik dari pihak suami ataupun istri yang hidup
serumah atau tidak serumah menderita penyakit menular
yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Bila salah satu keluarga ada yang riwayat kembar
kemungkinan kehamilan bisa kembar (Mochtar, 2013).
4. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Menurut Sulistyawati (2009), Beberapa data yang
harus diperoleh dari riwayat menstruasi ialah sebagai berikut:
a. Menarche adalah usia pertama kali menagalami menstruasi
untuk wanita indonesia pada usia 12-16 tahun.
b. Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi bberikutnya dalam hitungan hari biasanya
sekitar 23-32 hari.
c. Lama : lama ibu yang mengalami menstruasi rata-rata 3-5 hari,
kadang sampai 7 hari
d. Volume/banyaknya darah : data ini berkaitan dengan seberapa
banyak darah menstruasi yang dikeluarkan kadang kita akan
28
kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sehinga dapat
diganti dengan kriteria banyak, sedang dan sedikit atau bisa juga
dengan mengajukan pertanyaan berapa ganti pembalut dalam
sehari.
e. Sifat darah : ciri khas darah yang keluar pada saat menstruasi
yaitu encer atau tidak, warna merah atau merah kecoklatan,
ataupun berbau amis.
f. Disminore : nyeri dibawah perut sebelum dan selama haid dan
sering kali menyebabkan rasa mual.
g. Flour albus : flour albus atau keputihan merupakan keluarnya
secret sebelum dan sesudah menstruasi.
h. Keluhan : apa yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,
misalnya nyeri perut, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah
darah yang banyak, sehingga hal tersebut dapat menunjukkan
kepada diagnosis tertentu.
i. HPHT : hari pertama haid terakhir yang digunakan umtuk
menghitung usia kehamilan.
5. Riwayat obstetri
Ditanyakan kepada ibu, ini merupakan kelahiran anak pertama, ke
dua atau lebih terdiri yang terdiri dari:
a. Kehamilan
Ditanyakan ibu hamil ke berapa (hamil pertama primigravida,
hamil kedua atau berapa kali atau multigravida), umur
kehamilan, masalah, atau komplikasi yang dialami oleh ibu.
b. Persalinan
Ditanyakan kepada ibu jenis persalinan yang lalu, penolong,
tempat dan adanya komplikasi
1) Jenis persalinan : spontan, bantuan (forcep, vakum) atau SC
2) Penolong
a) Tenaga Medis : misal bidan atau dokter
b) Dukun : tidak melakukan pencegahan infeksi,
menganjurkan mengejan tanpa adanya kontraksi
29
sehingga ibu banyak kehilangan tenaga bahkan tidak
dapat mengejan saat kontraksi berlangsung sehingga
menghambat persalinan.
c) Tempat : rentan terjangkit infeksi atau tidak, ibu merasa
nyaman atau tidak.
c. Komplikasi : penyulit atau masalah saat persalinan.
d. Anak
Ditanyakan kepada ibu jumlah anak, berat badan, panjang
badan, tunggal/gemeli, hidup/mati, jenis kelamin dan usia.
e. Nifas
Ditanyakan kepada ibu riwayat nifas dahulu, berapa lama, dan
komplikasi yang mungkin dialami ibu.
f. Laktasi
Ditanyakan kepada ibu apakah ibu pernah menyusui, berapa
lama, dan adakah masalah yang mungkin dialami ibu pada saat
proses menyusui.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah kelahiran
bayinya dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2009).
7. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya
ke tenaga kesehatan. Ibu ditanyakan tentang :
a. Tempat ANC : Posyandu/BPS/Puskesmas/Rumah Sakit
b. Berapa Kali ANC : untuk mengetahui banyaknya periksa hamil
c. Petugas ANC : Nakes/Non Nakes
d. Imunisasi TT : untuk mengetahui status TT Ibu
8. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Menurut (Sulistyawati, 2009), pemenuhan nutrisi selama
hamil, apakah sudah sesuai kebutuhan ibu hamil. Beberapa hal
30
yang perlu ditanyakan pada ibu berkaitan dengan pola makan
yaitu sebagai berikut:
1) Menu : banyak dikaitakan dengan pemenuhan pola diet
seimbang bagi ibu hamil. Jika pengaturan menu makanan
yang dilakukan pasien kurang seimbang, kemungkinan
besar ada komponen gizi yang tidak terpenuhi.
2) Frekuensi : data untuk mengetahui berapa banyak asupan
makanan yang dikonsumsi ibu.
3) Jumlah/porsi : data utuk menunjukkan seberapa banyak
makanan yang ibu makan dalam sekali makan. Sehingga di
dapatkan gambaran total makanan yang ibu makan.
4) Pantangan : penting dikaji untuk mengetahui kemungkinan
adanya pantangan makanan, apakah makanan tersebut justru
sangat mendukung pada masa kehamilannya seperti daging,
ikan atau telur.
5) Minum : untuk mengetahui kebiasaan pasien dalam
memenuhi kebutuhan cairannya selama hamil. Hal yang
perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi cairan yaitu dari
jenis minuman, frekuensi minum, dan jumlah yang
diminum dalam setiap harinya.
b. Pola eliminasi
1) Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati, 2009).
2) Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan
karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik
usus dan pembesaran uterus yang menahannya.
3) Sering kencing merupakan hal umum yang terjadi selama
bulan pertama dan terakhir masa kehamilan karena rongga
perut dipenuhi oleh pembesaran uterus.
31
c. Pola aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, baik dalam
pekerjaannya, maupun dalam melakukan olahraga, sehingga
dapat diketahui apakah aktifitas ibu dapat membahayakan
kehamilannya atau tidak.
d. Pola istirahat
Istirahat merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan
oleh ibu hamil, sehingga perlu dikaji tentang kebiasaan istirahat
ibu supaya diketahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang tidak sesuai tentang pemenuhan kebutuhan
istirahat ibu (Sulistyawati, 2009).
1) Istirahat siang : tidak semua wanita mempunyai kebiasaan
tidur siang, sehingga dapat disampaikan bahwa tidur siang
itu penting untuk menjaga kesehatan selama hamil.
2) Istirahat malam : rata-rata tidur malam normalnya adalah
6-8 jam.
e. Pola seksual
Perlu ditanyakan untuk mengetahui masalah yang terjadi
selama kehamilan, berapa kali dalam seminggu melakukannya.
Sehingga masalah yang mungkin dialami ibu dapat teratasi.
f. Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang
perlu diperhatikan dalam hygiene kehamilan meliputi:
kebersihan mulut, pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit,
muka dan kebersihan pakaian luar dan dalam.
9. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Riwayat pernikahan
Yang perlu dikaji adalah status menikah sah atau tidak,
berapa kali menikah, karena bila melahirkan tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses kehamilanya (Ambarwati, 2009).
32
b. Riwayat psikososial
Yang terdiri dari komunikasi dengan keluarga (bahasa yang
digunakan sehari-hari), hubungan dengan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, adat istiadat (apakah ibu menganut
mitos yang dapat mengganggu kehamilan).
c. Kebiasaan hidup sehat
Tanyakan pada ibu apakah pernah mengkonsumsi jamu,
minum-minuman keras serta obat-obatan terlarang.
d. Rencana persalinan
Untuk mengetahui rencana persiapan persalinan ibu, dari
tempat persalinan, penolong, biaya persalinan, kendaraan yang
akan digunakan, pendonor maupun pendamping pada saat
proses persalinan berlangsung.
B. Data Obyektif
Data obyektif merupakan data yang diambil setelah data subyektif
untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis. Pengkajian data
obyektif didapat melalui hasil pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi) secara berurutan dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Menurut Sulistyawati (2009), untuk mengetahui data ini
dapat dilakukan dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan dapat dilaporkan dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Baik : jika pasien memperlihatkan respon baik terhadap
orang lain maupun lingkungan, serta secara fisik pasien
tidak dalam mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah : pasien di kategorikan dalam keadaan ini apabila
pasien kurang atau tidak memberikan respon baik terhadap
lingkungan maupun orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri.
33
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dengan melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
c. BB : parameter pertumbuhan yang paling sederhana dan mudah
diukur dan diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi
sesaat dan untuk mengetahui kenaikan bb ibu selama hamil, imt
normal (19,8-26 kg/m2)
d. TB : parameter untuk menilai indeks masa tubuh (IMT) ibu dan
untuk menilai status kesehatan ibu. Normalnya tinggi badan ≥
145 cm (jika kurang resiko CPD atau panggul sempit)
e. LILA : normalnya ≥ 23,5 cm (jika kurang disebut dengan KEK)
f. TTV
1) Tekanan darah : biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat
menandakan terjadinya hipertensi gravidarum dan
preeklamsia. Tekanan darah normal yaitu 100-120/60-80
mmHg (Nanny, 2011).
2) Nadi : denyut nadi normal pada orang dewasa 60-100
x/menit.
3) Suhu badan : suhu tubuh wanita hamil normalnya 36,5 –
37,50C.
4) Pernafasan : pernafasan normalnya 16 – 20x/menit.
g. HPL : untuk mengetahui hari perkiraan lahir
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rontok atau tidak, bersih atau kotor, benjolan atau tidak
Wajah : oedema atau tidak, pucat atau tidak, ada
cloasmagravidarum atau tidak
Mata : konjungtiva merah muda atau tidak, sklera putih atau
tidak, palpasi palpebra
34
Hidung : serumen atau tidak, polip atau tidak, epistaksis atau tidak,
pernapasan cuping hidung atau tidak
Gilut : bibir lembab atau tidak, stomatitis atau tidak, caries atau
tidak, ginggivitis atau tidak, baselack atau tidak
Telinga : ada atau tidak serumen, benda asing dan pendarahan.
Leher : pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran vena jugularis ada/tidak
Dada : simetris atau tidak, ronkhi, wheezing ada atau tidak
Payudara : simetris atau tidak, bersih atau tidak, menggantung atau
tegang, hiperpigmentasi ada atau tidak, puting menonjol
atau tidak, tuberculum mongomery ada atau tidak, ada
benjolan atau tidak, nyeri atau tidak, colostrum ada atau
tidak, colostrum ada/tidak.
Ketiak : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : linea alba, linea nigra ada atau tidak, striae livida, striae
albicans ada atau tidak, bekas sc, pusat menonjol atau
datar, kandung kemih kosong atau penuh.
Palpasi Leopold
Leopold I : Mengukur TFU dan bagian yang berada pada fundus
uteri. Kepala, jika teraba bulat, keras, dan melenting.
Bokong, jika teraba tidak terlalu bulat, tidak terlalu
keras, dan kurang melenting.
TFU menurut tanggal tuanya kehamilan
1) Sebelum bulan ke 3 (12 minggu) : 1-2 jari diatas sympisis
2) Akhir bulan ke-4 (16 minggu) : pertengahan sympisis-pusat
3) Akhir bulan ke-5 (20 minggu) : 3 jari dibawah pusat
4) Akhir bulan ke-6 (24 minggu) : setengah pusat
5) Akhir bulan ke-7 (28 minggu) : 3 jari diatas pusat
6) Akhir bulan ke-8 (32 minggu) : pertengahan Px-pusat
7) Akhir bulan ke-9 (36 minggu) : 3 jari dibawah Px
8) Akhir bulan ke-10 (40 minggu) : pertengahan Px-pusat
35
Leopold II : Menentukan apa yang berada pada sisi kanan dan kiri
ibu. Punggung, jika teraba ada tahanan keras
memanjang pada sisi kanan atau ataupun kiri ibu.
Ekstremitas, jika teraba bagian terkecil janin pada
bagian kanan atau kiri ibu
Leopold III : Menentukan apa yang berada pada bagian bawah dan
memeriksa apakah bagian tersebut sudah masuk PAP
atau belum. Kepala, jika teraba bulat, keras, dan
melenting. Bokong, jika teraba tidak terlalu bulat,
tidak terlalu keras, dan kurang melenting
Leopold IV : Menentukan bagian bawah janin sudah masuk PAP
atau tidak dan seberapa jauh masuk PAP.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mengukur
menggunakan kedua tangan
1) Convergent : bagian kecil dari kepala turun
kerongga panggul
2) Sejajar : separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul
3) Divergent : sebagian besar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul
Atau dengan cara lain yaitu dengan perlimaan jari :
1) Periksa luar 5/5 artinya kepala diatas PAP, dan
masih dapat digerakkan.
2) Periksa luar 4/5 artinya kepala sulit digerakkan,
bagian tersebesar kepala belum masuk panggul.
3) Periksa luar 3/5 artinya bagian tersebesar kepala
belum masuk panggul.
4) Periksa luar 2/5 artinya bagian tersebesar kepala
sudah masuk panggul.
5) Periksa luar 1/5 artinya kepala di dasar panggul.
6) Periksa luar 0/5 artinya kepala di perineum.
36
DJJ : mengetahui apakah janin hidup atau mati, apakah DJJ
masih dalam batas normal (120–160 x/menit).
TBJ : menghitung TBJ (TFU (cm) - N) x 155
N : 12 bila kepala belum melewati PAP
N : 11 bila kepala sudah melewati PAP
Punggung : ada atau tidak kelainan vertebrata berupa scoliosis,
lordosis, kyfosis
Ekst. Atas : simetris atau tidak, oedema atau tidak
Ekst. Bawah : simetris atau tidak, oedema atau tidak, varices atau
tidak, reflek patela positif atau negatif
Genetalia : vulva atau vagina bersih atau tidak, oedema atau
tidak, varises atau tidak, pengeluaran darah ada atau
tidak.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Darah
Pemeriksaan darah (Hb) minimal dilakukan 2x selama
hamil, yaitu pada trimester I dan III untuk mengetahui
apakah ibu anemia atau tidak. Menurut Manuaba (2012),
hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut:
Tabel 2.4 Klasifikasi Anemia
Kadar Hb Klasifikasi
> 11gr% Tidak anemia
9-10 gr% Anemia ringan
7-8 gr% Anemia sedang
<7gr% Anemia berat
Sumber :Manuaba, I.A.C dkk. 2012.
37
2) Pemeriksaan urine
a) Protein dalam urin
Menurut Depkes RI (2009), pemeriksaan dilakukan
pada kunjungan pertama dan pada setiap kunjungan
pada akhir trimester II sampai trimester III kehamilan.
Hasilnya antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.5 Klasifikasi Protein Urin
Hasil Klasifikasi
Urin tidak keruh Negatif (-)
Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan halus
Positif 2 (++)
Urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih jelas terlihat
Positif 3 (+++)
Urine sangat keruh dan disertai endapan menggumpal
Positif 4 (++++)
Sumber : Manuaba, 2012.
b) Gula dalam urine
Untuk mengetahui kadar gula dalam urine karena jika ada
glukosa maka kemungkinan ada gejala diabetes mellitus.
c) Pemeriksaan radiologi bila diperlukan
Pemeriksaan USG untuk mengetahui diameter biparietal,
gerakan janin, ketuban, TBJ dan tafsiran kehamilan.
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
Pada angkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Perumusan diagnose atau masalah adalah dengan
menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
1. Data fokus subyektif
Sesuai dengan keluhan utama dan data yang menunjang diagnosa.
2. Data fokus obyektif
Data yang diperoleh sesuai pemeriksaan petugas, yang mendukung data
subyektif, sehingga dapat ditegakkan diagnosa pasti.
38
3. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dari pemeriksaan baik data subyektif, data obyektif dan
pemeriksaan penunjang.
4. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Masalah
sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya.
Tabel 2.6 Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan dan Masalah pada Ibu Hamil
No Diagnosis Kebidanan Masalah 1. Seorang G1 P0 A0 usia kehamilan
12 minggu dengan anemia ringan. - Kadang merasa tidak ingin hamil - Khawatir dengan perkembangan
bayinya karena tidak nafsu makan akibat mual muntah.
2. Seorang G2 P0 A0 usia kehamilan 37 minggu dengan pre-eklampsi ringan.
- Cemas dengan keadaanya, seperti kaki oedem, sering pusing.
- Punggung terasa pegal-pegal. - Sesak napas setiap kali habis
makan. 3. Seorang G3 P0 A2 usia kehamilan
10 minggu dengan kehamilan normal.
- Cemas jika sewaktu waktu terjadi abortus lagi.
4. Seorang G5 P3 A1 usia kehamilan 38 minggu dengan hipertensi.
- Khawatir dengan proses persalinanya.
- Sering sakit perut bagian bawah. Sumber: Sulistyawati (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta:Salemba Medika III. DIAGNOSA POTENSIAL
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
(Soepardan, 2008:100).
Menurut (Sulistyawati, 2009), berikut adalah beberapa diagnosis potensial
yang mungkin ditemukan pada pasien selama kehamilan :
1. Potensial terjadi gangguan perkembangan janin dalam uterus (Intra-Uteri
Growth-Retardation-IUGR)
39
a. Data dasar subjektif:
1) Pasien mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
2) Tidak nafsu makan karena mual dan muntah
b. Data dasar obyektif:
1) Mengalami penurunan BB pada trimester I
2) LILA < 22 cm
3) Hb 9 gr %
2. Potensial terjadi eklamsi
a. Data dasar subjektif :
1) Kehamilan yang pertama
2) Pasien mengeluh pusing dan pandangan mata berkunang-kunang
3) Pusing berat dan tidak hilang-hilang meskipun sudah beristirahat
4) Bengkak di kaki dan wajah
b. Data dasar obyektif :
1) Primigravida
2) Bengkak di wajah dan ekstremitas
3) Tekanan darah 170/110 mmHg
4) Protein urine ++
IV. TINDAKAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya bidan melakukan konsultasi atau penanganan
segera bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai dengan kondisi klien,
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawat klinis
(Soepardan, 2008).
V. RENCANA TINDAKAN
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2009).
Berikut ini contoh rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu hamil
trimester III, yaitu sebagai berikut:
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
40
Persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan memudahkan tindakan
yang akan dilakukan sehingga ibu tenang.
2. Jelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dialami ibu seperti sering
kencing, nyeri perut bagian bawah, kram kaki, nyeri pinggang.
Agar ibu tidak cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini.
3. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.
Deteksi dini terjadinya komplikasi ibu dan janin.
4. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat terapi tablet Fe dan cara
meminumnya.
Untuk mencegah anemia pada ibu.
5. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda mulainya persalinan.
Ibu tau dan tidak cemas saat ada tanda-tanda persalinan.
6. Anjurkan ibu untuk merencanakan persalinan di bidan demi kenyamanan
dan keamanan ibu dan bayi.
Keselamatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik.
7. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi atau
terdapat keluhan, tanda-tanda bahaya kehamilan, atau pun terdapat tanda-
tanda persalinan. Pemantauan kondisi ibu dan janin.
VI. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara
efesien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya
(Soepardan, 2008).
VII. EVALUASI
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan. secara terus
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Wildan, 2008).
41
2.3 Konsep Dasar Teori Persalinan
2.3.1 Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Persalianan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran
dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan
dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan
kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus
meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap
untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan normal adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(Rohani, et al, 2011).
Persalianan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan Uri)
yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar uterus melalui vagina secara
spontan(Manuaba, 1998; Wiknjosastro dkk, 2005), pada akhir kehamilan, uterus
secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis
sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall, 2002).
2.3.2 Etiologi
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal
mula terjadinya proses persalinan, walaupun hingga kini belum dapat diketahui
dengan pasti penyebab terjadinya persalinan.
1) Teori penurunan progesteron
Menurut Prawirohardjo (2007), kadar hormon progesteron akan mulai
menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadinya
kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri
yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat
beberapa kemungkinan yaitu:
a. Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.
b. Adanya penekanan ganglia saraf diserviks dan uterus bagian bawah otot-
otot yang saling bertautan.
42
c. Peregangan serviks pada saat dilatasi atau perdataran serviks yaitu
pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
d. Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami peregangan.
2) Teori peregangan
Ukuran uterus yang makin besar dan mengalami penegangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat
menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada
akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus
berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan
hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.
3) Teori oksitosin interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormone oksitosin. Adanya perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat
sensivitis otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus
yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia
kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain:
1. Kekuatan (power)
Kekuatan untuk mendorong janin dalam persalinan, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan
sekundernya adalah tenanga meneran ibu (Rohani, 2011).
Menurut (Jenny J.S. Sondakh, 2013), dalam bukunya asuhan kebidanan
persalinan dan bayi baru lahir mengemukakan bahwa faktor kekuatan dalam
persalinan dibagi dua, yaitu:
a. Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan
dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang
dipakai untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain
43
frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini dapat
mengakibatkan serviks menipis (efficement) dan berdilatasi sehingga janin
turun.
b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kontraksi volunter, otot-otot diafragma dan abdomen ibu
berkontraksi dan mendorong janin keluar ke jalan lahir sehingga
menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan
sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini berperan penting dalam usaha untuk
mendorong keluar dari uterus dan vagina.
2. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak
yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang
panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak yaitu
segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul,
vagina, dan introitus vagina (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
3. Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan mengenai janin yaitu ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada
plasenta adalah letak, besar dan luasnya (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
4. Posisi ibu (Positoning)
Posisi dapat mempengaruhi adaptasi anatomi fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
(posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok) memberi sejumlah keuntungan.
Salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin dan dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
5. Respons psikologi (psychologi response)
44
Menurut Jenny J.S. Sondakh (2013), dalam bukunya asuhan kebidanan
persalinan dan bayi baru lahir mengemukakan bahwa respons psikologi ibu
dapat dipengaruhi oleh :
a. Dukungan ayah bayi atau pasangan selama proses persalinan
b. Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan
c. Saudara kandung bayi selama persalinan
2.3.4 Tahapan persalinan
Menurut Jenny J.S. Sondakh (2013), dalam bukunya asuhan kebidanan
persalinan dan bayi baru lahir mengemukakan bahwa tahapan persalinan sebagai
berikut:
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala
pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan,
observasi, pemulihan).
1. Kala I (kala pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm
sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam tiga fase:
c. Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm
d. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
e. Fase deselerasi: pembukaan menjadi sangat lambat sekali, dalam waktu 2
jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap
Proses di atas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada
multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada
primigravida, kala I berlangsung 12 jam, sedangkan pada multigravida
8 jam.
2. Kala II (pengeluaran janin)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik
45
b. Menjelang akhir kala II, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
c. Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi :
1) Kepala membuka pintu
2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-
turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala dan
seluruhnya
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan cara:
1) Pegang secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran secara
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan kearah atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, geser kearah bawah perinium ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
3) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
g. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigrvida 1,5-1 jam.
3. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini:
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
46
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial.
Pengeluaran selaput ketuban, selaput janin biasanya lahir dengan mudah,
namun kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian
tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara :
a. Menarik pelan-pelan
b. Memutar atau memilinnya seperti tali
c. Memutar pada klem
d. Manual atau digital
Kala III terdiri dari dua fase yaitu:
a. Fase pelepasan plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain:
1) Schulze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini
merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas
terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian tengah,
kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak
ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta
lahir.
2) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cairan ini lepasnya plasenta mulai
dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
b. Fase pengeluaran plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah:
1) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika
diam atau maju berarti sudah lepas.
47
2) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (cara ini tidak
digunakan lagi).
3) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar
berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas.
Tanda-tanda plasenta lepas adalah rahim menonjol diatas simfisis,
tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar
darah secara tiba-tiba.
4. Kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan)
Kala ini bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar
selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada
persalianan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan
robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan yang
dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih
dari 500 cc, maka sudah di anggap abnormal.
Penting untuk diingat, jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah
bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikanlah 7 pokok penting
berikut:
a. Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan uterotonika, seperti
methergin, atau ermetrin, dan oksitosin.
b. Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.
c. Kandung kemih: harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan
kalau tidak bisa, lakukan kateter.
d. Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan masalah lain.
g. Bayi dalam keadaan baik.
48
2.3.5 Kebutuhan pada masa persalinan :
Menurut Sulisyawati (2010), kebutuhan ibu selama masa persalinan antara lain:
1. Makan dan minum per oral
Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya
pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam
persalinan masa akttif biasanya ibu hanya menginginkan cairan.
2. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman saat persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
(selama tidak da kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada, tangan-lutut
duduk, berdiri, jalan, dan jongkok.
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Selama proses persalinan pasien mengalami poliuri sehingga penting
untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.
b. Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan ada
dorongan untuk buang air besar (BAB). Namun rasa khawatir kadang
lebih mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi
karena pasien tidak tahu mengenai caranya serta khawatir akan respon
orang lain terhadap kebutuhan ini. Dalam kondisi ini penting untuk
keluarga dan bidan untuk menunjukkan respon yang positif dalam hal
kesiapan untuk memberikan bantuan dan meyakinkan pasien bahwa dia
tidak perlu merasa risih untuk melakukannya.
4. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal
persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada
primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah
49
mulai merasa his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam
posisi miring kiri untuk beberapa waktu.
5. Kehadiran pendamping
Kehadiran seorang yang sangat penting dan dapat di percaya sangat
dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani proses bersalin.
6. Pencegahan infeksi
Sebelum melakukan tindakan, petugas harus memperhatikan prinsip
pencegahan infeksi antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan, memakai alat pelindung diri (APD) serta menggunakan
alat-alat yang telah di streril. Hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi
(JNPK-KR, 2010).
2.3.6 Penjahitan robekan perineum
Tujuan menjahit perineum atau episiotomi adalah:
1. Menyatukan kembali jaringan tubuh (aproximasi)
2. Mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (hemostasis)
Pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang secukupnya dan
gunakan sedikit mungkin jahitan. Dianjurkan untuk melakukan penjahitan dengan
tehknik jelujur.
Keuntungan tehnik penjahitan jelujur:
1. mudah dipelajari
2. tidak terlalu nyeri pada ibu
3. menggunakan jahitan lebih sedikit
Derajat robekan:
Derajat 1 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
Derajat 2 : derajat 1 ditambah otot perineum
Derajat 3 : derajat 2 ditambah otot sfingter ani
Derajat 4 : derajat 3 ditambah mukosa rektum
Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan menjahit
derajat 3 dn 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan (Midwifery update 2016).
50
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “... “ G. . . P ... UK ... MINGGU
INPARTU KALA . . . FASE . . . DENGAN . . . .
JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA
Tanggal/Waktu pengkajian : Untuk mengetahui tanggal pengkajian
Tempat pengkajian : Untuk mengetahui tempat pengkajian
Petugas : Untuk mengetahui identitas pengkaji
A. Data Subjektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data subyektif merupakan hasil anamnesa
yang berisi biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan
latar belakang sosial budaya.
1. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien saat ini. Misalnya
pasien merasa kenceng-kenceng, sakit pada bagian pinggangnya, keluar
lendir bercampur darah, keluar cairan ketuban ( Sulistyawati, 2012).
2. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pemenuhan gizi seimbang pada ibu hamil akan meningkatkan kondisi
ibu saat persalinan (Sulistyawati, 2012).
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar dan air kecil meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
keluhan/masalah. Masalah buang air kecil maupun besar dapat
mempengaruhi pada saat proses persalinan.
c. Pola aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu selama proses persalinan berlangsung
misalnya tidur miring kiri, jalan ataupun jongkok.
51
d. Pola istirahat
Merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh ibu hamil,
sehingga perlu dikaji tentang kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui
hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan data yang tidak sesuai
tentang pemenuhan kebutuhan istirahat ibu (Sulistyawati, 2009).
B. Data Obyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data obyektif merupakan hasil
pemeriksaan umum, fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui data ini dapat dilakukan dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).
b. Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dengan melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
c. BB : parameter pertumbuhan yang paling sederhana dan mudah diukur
dan diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Dan
untuk mengetahui kenaikan BB ibu selama hamil, IMT normal (19,8-26
kg/m2)
d. TTV
1) Tekanan darah : biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada kehamilan dapat menandakan terjadinya hipertensi
gravidarum dan preeklamsia (Nanny, 2011). Tekanan darah normal
yaitu 100-120/60-80 mmHg.
2) Nadi : denyut nadi normal pada orang dewasa 60-100 x/menit.
3) Suhu badan : suhu tubuh wanita hamil normalnya 36,5 – 37,50C.
4) Pernafasan : pernafasan normalnya 16–20x/menit
52
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : linea alba, linea nigra ada atau tidak, striae livida, striae
albicans ada atau tidak, bekas sc, pusat menonjol atau
datar, kandung kemih kosong atau penuh.
Palpasi Leopold
Leopold I : mengukur TFU dan bagian yang berada pada fundus uteri.
Kepala, jika teraba bulat, keras, dan melenting. Bokong,
jika teraba tidak terlalu bulat, tidak terlalu keras, dan
kurang melenting.
Leopold II : menentukan apa yang berada pada sisi kanan dan kiri ibu.
Punggung, jika teraba ada tahanan keras memanjangpada
sisi kanan atau ataupun kiri ibu. Ekstremitas, jika teraba
bagian terkecil janin pada bagian kanan atau kiri ibu
Leopold III : menentukan apa yang berada pada bagian bawah dan
memeriksa apakah bagian tersebut sudah masuk PAP atau
belum. Kepala, jika teraba bulat, keras, dan melenting.
Bokong, jika teraba tidak terlalu bulat, tidak terlalu keras,
dan kurang melenting
Leopold IV : menentukan bagian bawah janin sudah masuk PAP atau
tidak dan seberapa jauh masuk PAP. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan mengukur menggunakan kedua tangan.
DJJ : untuk mengetahui apakah janin hidup atau mati, apakah
DJJ masih dalam batas normal (120-160x/menit).
His : kontraksi otot-otot rahim pada saat persalinan
1) Kala I : pada kala I atau kala pembukaan his belum
begitu kuat, datangnya tiap 10-15 menit.
Lambat laun his menjadi bertambah kuat,
interval menjadi lebih pendek, kontraksi kuat
dan lama.
2) Kala II : His menjadi lebih kuat kontraksinya selama
50 detik datang tiap 1-3 menit.
53
3) Kala III : setelah bayi lahir, his berhenti sebentar,
tetapi setelah beberapa menit timbul lagi, hal
ini dinamakan His pelepasan uri sehingga
terletak pada SBR atau bagian atas dari
vagina.
VT : Tanggal . . . . Jam . . . .
Portio teraba lunak/tidak teraba, pembukaan 1-10 cm,
efficement 25%-100%, ketuban pecah/belum dan warna
cairan ketuban jernih/meconium/darah, presentasi
kepala/bokong/ scapula bahu, denominator ubun-ubun
kecil (UUK)/ubun-ubun besar (UUB) dan
dahi/dagu/sacrum/kaki/ lutut/ punggung/ bahu/tangan,
moulage (0-3), hodge (HI-HIV), teraba bagian janin
(terdapat tali pusat/bagian terkecil janin)/tidak.
C. Analisis
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, analisa merupakan diagnosa yang di buat
berdasarkan diagnose nomeklatur kebidanan yang di rumuskan sesuai dengan
kondisi klien, yang dapat diselesaikan dengan menejemen asuhan kebidanan.
Contoh : Ny.“...“ G...P...UK ... Minggu Inpartu Kala... Fase... Dengan.....
(Sesuai Nomenklatur) Janin, Tunggal/Ganda, Hidup/Mati,
Presentasi ....
D. Penatalaksanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, penatalaksanan merupakan rencana
asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien dalam bentuk upaya pencegahan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitaitif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
54
Tabel 2.7 Penatalaksanaan intranatal care
I. MENGENALI TANDA DAN GEJALA KALA II 1 Melihat adanya tanda persalinan kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina c. Perineum tampak menonjol b. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN 2 Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia → tempat datar, rata, bersih, kering dan
hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi. a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi. b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set. 3 Pakai celemek plastik yang bersih. 4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5 Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6 Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air DTT a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang. b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia. c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9. 8 Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
a. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
55
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN 11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya a. Tunggu hingga timbul ada rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan meneran : a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif b. Dukung dan beri semangat pada ibu saat meneran dan perbaiki cara
meneran bila caranya tidak sesuai c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama) d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi e. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk
ibu f. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum) g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (Primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (Multigravida)
14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bagian bokong ibu
17 Buka tutup partus set dan pastikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
56
Lahirnya kepala 19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 meter membuka
vulva maka lindungi perineum dengan 1 tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan lain menahan kepala bayi dalam posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi b. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi c. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut 21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu 22 Setelah bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipariental.
Anjurkan ibu untuk meneran secara kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya badan dan tungkai 23 Setelah kedua bahu lahir, geser kearah bawah perinium ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25 Lakukan penilaian (selintas) a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas kesulitan ? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas, atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26 Keringkan tubuh bayi a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu
27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (bayi kedua)
57
28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (Intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat a. Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dalam wadah yang telah disediakan 32 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau diperut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu ibu.
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III
34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35 Letakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi pada puting susu Mengeluarkan plasenta 37 Lakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekital 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
58
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM 2. Lakukan kateterisasi (aseptika) jika kandung kemih penuh 3. Minta keluarga menyiapkan rujukan 4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya 5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual 38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan plasenta dan tempatkan plasenta pada wadah yang disediakan a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan ekplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil (massase) uterus 39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan masase
IX. MENILAI PERDARAHAN 40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus
41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium. Lakukan penjahitan bila lasereasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN 42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak teerjadi perdarahan
pervaginam 43 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam. a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitas 10-15 menit. Bayi cukup menyusu pada 1 payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi telah berhasil menyusu
44 Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral
59
45 Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan antero lateral a. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan b. Letakkan bayi kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi 46 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervagiman a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 47 Anjurkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kuntraksi 48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49 Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit jam ke 2 pasca persalinan a. Memeriksa temperatur suhu ibu setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50 Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas baik (40-60 kali per menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50C)
Kebersihan dan keamanan 51 Tempatkan semua peralatan bekai pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai
53 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu makanan dan minuman yang diinginkan
55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan 0,5%
56 Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balik bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi 58 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV Sumber : JNPK/KR, 2008
60
E. Pendokumentasian
1. Partograf
Menurut Depkes, RI (2007), partograf adalah alat bantu untuk
memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf
akan membantu penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan bayinya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan pada semua ibu bersalin fase aktif kala I,
semua tempat bersalin dan semua penolong persalinan. Pencatatan selama
fase aktif persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid, para,
abortus, tanggal dan waktu dirawat serta pecahnya selaput ketuban),
kondisi janin (DJJ, warna dan adanya air ketuban serta penyusupan kepala
janin), kemajuan persalinan (pembukaan serviks, penurunan bagian kepala
dan presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak), jam dan waktu
(waktunya mulai fase aktif), kontraksi (frekuensi dalam 10 menit dan
lamanya), obat dan cairan yang diberikan (oksitosin dan obat lain serta
cairan IV yang diberikan), kondisi ibu (nadi, tekanan darah, suhu, dan
produksi urine).
Pencatatan pada lembar belakang partograf digunakan untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir). Bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Lakukan
penilaian dan catat asuhan yang diberikan selama masa nifas terutama
pada kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya komplikasi dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
61
2. Lembar Penapisan Persalinan
Menurut Depkes RI (2010), pada saat memberikan asuhan bagi ibu
bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya
masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetap
waspada pada indikasi yang tertera pada lembar penapisan.
Tabel 2.8 Penapisan Persalinan
Rujuk ibu: Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut: 1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
7. Ikhterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Pre-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
Sumber : Depkes RI, 2010
3. Lembar Observasi
Menurut Depkes RI (2010), jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm,
berarti ibu berada dalam fase laten dan semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat di lembar observasi, yaitu Denyut Jantung Janin
(DJJ), kontraksi, nadi setiap 30 menit dan pembukaan serviks, penurunan
62
kepala, tekanan darah, suhu dan produksi urine setiap 4 jam. Rujuk segera
ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih 8 jam.
2.5 Konsep Dasar Teori Masa Nifas
2.5.1 Pengertian
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis ibu maupun bayimya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2010).
Masa nifas disebut masa postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan kekiri untuh
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, hari kedua ibu diperbolehkan
duduk. Pada hari ketika ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada hari ke empat atau
hari kelima diperbolehkan pulang. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya
mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Mochtar, 2013).
Masa nifas disebut masa postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
2.5.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Fraser (2009), terlepasnya plasenta dari dinding rahim menimbulkan
perubahan fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat, karena disebabkan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh, perubahan menurunnya
kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh, perubahan fisiologis meliputi:
63
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit dibawah umbilikus. Dua hari setelah kelahiran, uterus
mulai mengalami pengerutan hingga kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu
100gram atau kurang (Cunningham, 2014). Perubahan uterus dalam
keselurahannya disebut involusi uteri (Rukiyah, 2010). Selain uterus, serviks
juga mengalami involusi bersamaan dengan uterus, hingga 6 minggu setelah
persalinan serviks menutup (Trisnawati, 2012).
Pada masa nifas dari jalan lahir ibu menegeluarkan cairan mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus (Lochia).
Lochia berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Pengeluaran lochia berlangsung pada hari pertama setelah persalinan
hingga 6 minggu setelah persalinan dan mengalami perubahan warna serta
jumlahnya karena proses involusi (Mansyur, 2014).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu:
a. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai ketiga
postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa
plasenta.
b. Lochia sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh
c. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan.
d. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung dua sampai enam minggu
postpartum (Marmi, 2012, dan Mansyur, 2014).
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi
karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir
(Trisnawati, 2012).
64
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan
kepala janin selama persalinan. Protein dan muncul dalam urine akibat
perubahan otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
4. Perubahan Sistem Muskuluskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali (Mansyur, 2014).
Laktasi Asi baru akan keluar setelah plasenta lepas. Setelah plasenta lepas,
hormon plasenta tersebut tidak di produksi lagi, sehingga air susu pun keluar.
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Rukiyah, 2011).
5. Perubahan Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar
200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan hematokrit dan hemoglobin
pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu
postpartum (Trisnawati, 2012).
6. Perubahan Sistem Endokrin
Human Choironic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum
(Mansyur, 2014).
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan volume darah ibu akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation
cordia pada penderita vitum cordia (Rukiyah, 2010).
8. Perubahan Tanda-Tanda Vital
Pada ibu masa nifas terjadi perubahan tanda-tanda vital, meliputi:
9. Suhu Tubuh
24 Jam setelah melahirkan suhu tubuh naik (37,50C-380C) sebagai dampak
dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan dan
kelelahan (Trisnawati, 2012).
65
10. Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut nadi
normal orang dewasa (60-80x/menit).
11. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi atau
rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklampsia
(Mansyur, 2014).
12. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu postpartum umumnya pernafsan menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010)
2.5.3 Tahapan masa nifas
Menurut Rukiyah (2011), tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu pemulihan smenyeluruh dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna yang berlangsung selama 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun
bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini berlangsung lebih lama sampai
setahun.
2.5.4 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan
kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah,
mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas.
Menurut Midwifery Update (2016), jadwal kunjungan rumah pada masa nifas
meliputi:
1. Kunjungan pertama (6-8 jam postpartum)
2. Kunjungan kedua (6 hari postpartum)
3. Kunjungan ketiga (2 minggu postpartum)
4. Kunjungan keempat (6 minggu postpartum)
66
2.5.5 Perubahan psikologis masa nifas
Perubahan psikologis masa nifas diantaranya ialah:
1. Riwayat Psikososial
Menurut Rubin, yang dikutip oleh Bahiyatun (2010), adaptasi psikososial
ibu nifas dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Perhatian tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya, kemungkinan akan mengulang-ulang waktu
dan pengalaman melahirkan.
Ketidaknyamanan fisik yang di alami ibu pada fase ini seperti mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur, rasa bersalah karena belum bisa menyusui
bayinya, kekecewaan karena mendapatkan apa yang tidak diinginkan
tentang bayinya, kekecewaan karena mendapatkan apa yang tidak
diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin dan kelelahan merupakan
suatu yang tidak dapat dihindari. Petugas kesehatan dapat menganjurkan
suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan
waktu untuk mendengarkan semual hal yang disampaikan agar ibu dapat
melewati fase ini dengan lancar.
b. Taking hold
Periode ini berlangsung selama 3-10 hari postpartum. Pada fase ini
timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas
kesehatan fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan
berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yaitu cara merawat
bayinya, cara menyusui yang benar, mengganti popok, cara merawat luka
jahitan, dan senam nifas.
c. Letting go
Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan, ibu sudah mulai menyesuaikan
67
diri dengan ketergantungan bayinya, dukungan suami dan keluarga masih
terus diperlukan ibu. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehinnga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya
(Suherni, 2009).
2.5.6 Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas
Kebutuhan dasar ibu nifas ialah sebagai berikut:
1. Gizi
Ibu nifas di anjurkan untuk:
a. Makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral.
b. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori per hari pada 6 bulan
pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori per hari dan tahun kedua 400 kalori.
Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kalori per harinya.
c. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak (Suherni, Hesty
Widyasih, Anita Rahmawati, 2009).
2. Ambulasi dini
Setelah persalinan ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus
istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (Early ambulation) adalah mobilisasi
segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari
tempat tidurnya. Ibu postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya
24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan
miring kanan atau kiri, duduk kemudian berjalan (Nugroho, 2014).
3. Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan rasa
nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur
maupun lingkungan. Yang dapat dilakukan ibu untuk menjaga kebersihan
dirinya, yaitu mandi teratur 2x per hari, mengganti pakaian dan alas tempat
68
tidur, menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan
perineum (Nugroho, 2014).
4. Senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik
sperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama, dan otot
dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga
kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah
melahirkan.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan ibu (Suherni, Hesty Widyasih, Anita
Rahmawati, 2009).
5. Program keluarga berencana (KB)
Program keluarga berencana (KB) sebaiknya dilakukan ibu setelah selesai
atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada dasarnya
ibu menyusui ekslusif tidak mengalami ovulasi atau penuh enam bulan dan ibu
belum mendapat haid. Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan,
nasehatkan pasangan untuk menggunakan kontrasepsi ketika mulai aktifitas
seksual, meskipun siklus ibu belum kembali (Nugroho, 2014).
2.5.7 Tanda-Tanda Bahaya pada Masa Nifas
Menurut Buku KIA (2015), beberapa tanda bahaya masa nifas:
1. Perdarahan pervaginam lewat jalan lahir.
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
3. Demam.
4. Bengkak di muka, tangan atau kaki, di sertai sakit kepala dan atau kejang.
5. Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit.
6. Puting lecet.
7. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli
pada bayinya).
69
2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “. . . “ P . . . NIFAS . . . (JAM/HARI/MINGGU) DENGAN . . .
Tanggal/Waktu pengkajian : Untuk mengetahui tanggal pengkajian
Tempat pengkajian : Untuk mengetahui tempat pengkajian
Petugas : Untuk mengetahui identitas pengkaji
A. Data Subyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, data subyektif merupakan hasil anamnesa yang berisi
biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan latar belakang
sosial budaya.
1. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya luka
jahitan perineum atau ibu merasa demam serta lochea berbau tidak sedap
(Mochtar, 2013).
2. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009).
c. Pola aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, apakah ibu sudah mobilisasi
dengan baik atau tidak. Apabila ibu melakukan aktifitas berat atau kurang
mobilisasi maka proses penyembuhan dalam masa nifas tidak dapat berjalan
dengan baik.
70
d. Pola istirahat
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat kesembuhan (Ambarawati, 2009).
e. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009).
f. Pola seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi
syarat secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
B. Data Obyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, data obyektif merupakan hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui data ini dapat dilakukan dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).
b. Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dengan melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
c. TTV
1) Tekanan darah : normal yaitu 100-120/60-80 mmHg. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia
postpartum (Nanny, 2011).
2) Nadi : denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit setelah
partus. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh (Saleha, 2009).
71
3) Suhu badan : suhu tubuh setelah inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Suhu
badan akan kembali normal setelah 2 jam. Bila suhu ibu lebih dari
38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009)
4) Pernafasan : normalnya 16–20x/menit. Pernafasan akan sedikit
meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula
(Saleha, 2009).
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : oedema atau tidak, pucat atau tidak
Mata : konjungtiva merah muda atau tidak, sklera putih atau tidak, palpasi
palpebra
Payudara : simetris atau tidak, bersih atau tidak, menggantung atau tegang,
hiperpigmentasi ada atau tidak, puting menonjol atau tidak,
tuberculum mongomery ada atau tidak, ada benjolan atau tidak,
nyeri atau tidak, colostrum ada atau tidak, ASI ada atau tidak.
Abdomen : striae ada atau tidak, ada bekas SC atau tidak, TFU sesuai masa
nifas atau tidak, kontraksi uterus keras atau lembek, diastasis recti
berapa cm, perut kembung atau tidak.
Menurut Saleha (2009), dalam bukunya mengemukakan tentang involusi
uterus atau perubahan-perubahan pada uterus selama post partum yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.9 Involusi Uterus
Involusi Uterus TFU
Bayi lahir Setinggi pusat
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
Satu minggu Pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu Tak teraba diatas simfisis
Enam minggu Bertambah kecil
Delapan minggu Sebesar normal
Genetalia : Vulva vagina bersih atau tidak, oedema atau tidak, varises atau
tidak, lochea ada atau tidak, ada jahitan perineum atau tidak.
72
C. Analisis
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, analisa merupakan diagnosa yang di
buat berdasarkan diagnose nomeklatur kebidanan yang di rumuskan sesuai
dengan kondisi klien, yang dapat diselesaikan dengan menejemen asuhan
kebidanan.
D. Penatalaksanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, penatalaksanan merupakan rencana
asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada klien dalam bentuk upaya pencegahan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitaitif yang dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Tabel 2.10 Penatalaksanaan untuk 6-48 jam post partum
HARI/JAM KEGIATAN PARAF
1. Gizi a. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi,
cukup kalori, makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.
b. Menganjurkan untuk minum air mineral 3 liter sehari atau segelas setiap selesai menyusui
c. Menganjurkan minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan
d. Memberikan vitamin A 200.000 UI 2. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK untuk
mencegah terjadinya perdarahan. Ibu mengerti 3. Melakukan hubungan bounding antara ibu dan bayinya.
Ibu melakukan bounding 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup apabila
bayinya tidur ibu juga tidur agar stamina ibu tetap terjaga. Ibu istirahat
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya agar nutrisi bayi baik. Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya minimal 2 jam sekali agar kebutuhan nutrisi bayi baik. Ibu mengerti
7. Mengajari ibu cara menyusui yang benar. Ibu mengerti 8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya yaitu dengan cara mengganti pembalut 3-4 kali/hari untuk mencegah terjadinya infeksi. Ibu mengerti
73
Tabel 2.11 Penatalaksanaan untuk 3-7 Hari post partum
HARI/JAM KEGIATAN PARAF
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang keadaannya. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar nutrisi ibu baik. Ibu mengerti dan akan melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama organ genetalia. Ibu mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut 3-4 kali/hari untuk mencegah terjadinya infeksi. Ibu mengerti
Tabel 2.12 Penatalaksanaan untuk 2 Minggu post partum
HARI/JAM
KEGIATAN PARAF
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik. Ibu mengerti.
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi untuk kebutuhan selama masa menyusui. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap meneruskan pola kehidupa sehari-harinya yang sudah dilaksanakan dengan baik. Ibu mengerti
Tabel 2.13 Penatalaksanaan untuk 6 Minggu post partum
HARI/JAM KEGIATAN PARAF
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik. Ibu mengerti.
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memakan makanan yang bergizi untuk kebutuhan selama masa menyusui. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap meneruskan pola kehidupa sehari-harinya yang sudah dilaksanakan dengan baik. Ibu mengerti.
4. Memberikan konseling tentang kontrasepsi agar ibu menggunakan KB yang sesuai. Ibu memilih kontrasepsi yang sesuai.
74
2.7 Konsep Dasar Teori Neonatus (Bayi Baru Lahir)
2.7.1 Pengertian
Menurut M. Sholeh Kosim (2012), bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan berat 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan
cukup bulan dan berat badan bayi antara 2500-4000 gram tanpa tanda-tanda
asfiksia dan penyakit penyerta yang lain (Johnson, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42
miggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar ≥7 dan tanpa cacat
bawaan (Haws, 2007).
2.7.2 Ciri-Ciri Bayi Lahir Normal
Menurut Arief dan Weni (2009), dalam bukunya yang berjudul neonatus dan
keperawatan anak mengemukakan ciri-ciri bayi lahir normal, yaitu sebagai
berikut:
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
2. Pemeriksaan antropometri : berat badan 2500-4000 gr, panjang badan lahir
48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm.
3. Lingkar lengan 11-12 cm.
4. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
5. Pernafasan 40-60 x/menit.
6. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
7. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
8. Kuku agak panjang dan lemas.
9. Gerak aktif.
10. Bayi lahir langsung menangis kuat.
75
11. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
13. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik.
14. Refleks graphs (menggenggam) sudah baik.
15. Genetalia
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
16. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).
2.7.3 Masalah Bayi Baru Lahir
Masalah bayi baru lahir antara lain:
1. Ikterus adalah diskolorisasi kuning pada kulit atau organ lain akibat
penumpukan kadar bilirubin. Pada bayi baru lahir ikterus terbagi menjadi dua
yaitu ikterus fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari ke 2
dan ke 3. Ikterus patologis terjadi pada 24 jam pertama menetap sudah 2
minggu pertama (Muslihatun, 2010). Penatalaksanaan ikterus dengan terus
diberi ASI dan jemur dibawah sinar matahari pagi pukul 7-9 dengan badan
bayi telanjang, mata ditutup (Wahyuni, 2011).
2. Gumoh adalah keluarnya sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat
setelah makanan dicerna dalam lambung. Biasanya disebabkan karena bayi
menelan udara pada saat menyusui. Muntah susu adalah hal yang agak
umum, terutama pada bayi yamg mendapatkan ASI. Gumoh tidak akan
menyebabkan perubahan berat badan secara signifikan (Dewi, 2010).
Penatalaksanaan gumoh yaitu dengan memperbaiki teknik menyusui,
menyendawakan bayi setelah menyusui, dan bayi menyusui dengan bibir
yang mencakup rapat seluruh puting susu ibu (Wahyuni, 2011).
76
3. Perut kembung adalah suatu kondisi kurang nyaman dimana perut atau
abdomen bayi terasa penuh. Menurut Yuliana (2015), penyebab perut
kembung pada bayi sebagai berikut:
a. Sistim pencernaan bayi belum sempurna, sehingga rentan bermasalah
Sejak dilahirkan, bayi sehat memang telah memiliki sistem pencernaan
yang lengkap mulai dari mulut hingga anus. Namun sebagian besar organ-
organ tersebut masih belum mencapai kemampuan optimalnya. Terlebih
bagi bayi yang mulai diberi makanan pendamping ASI, maka pemberian
makanan dan minuman dalam jumlah besar sekaligus akan membuat
sistem pencernaan bayi kewalahan untuk mendorong pergerakan makanan,
gas, serta produk sisa makanan mereka.
b. Tidak cocok dengan susu formula
Tidak sedikit bayi yang mengalami masalah pencernaan akibat tidak cocok
dengan susu formula tertentu, salah satunya yakni ditandai dengan perut
kembung. Hal ini disebabkan adanya intoleransi laktosa pada beberapa
bayi baik karena produksi enzim laktase yang belum sempurna atau
memang tidak bisa memproduksinya. Sehingga laktosa tidak tercerna
dengan baik.
c. Menangis berlebihan
Ketika menangis berlebihan, secara tidak sengaja bayi cenderung menelan
banyak udara ke saluran pencernaan.
d. Penggunaan kipas angin yang kurang bijak
Saat cuaca panas, biasanya bayi akan menangis karena merasa gerah dan
tidak nyaman. Sehingga menyalakan kipas angin agar bayi tidak lagi
rewel. Namun akibatnya, Ini menyebabkan bayi masuk angin yang salah
satunya ditandai dengan gejala perut kembung.
e. Kesalahan teknik menyusui
Menyusui merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan antara ibu dan
bayinya, terlebih bagi bayi muda yang belum mendapatkan makanan
pendamping ASI. Sehingga, tidak jarang kesalahan yang tidak disadari
selama menyusui dapat mengakibatkan kembung pada bayi. Seperti posisi
mulut bayi terhadap puting susu ibu yang kurang tepat sehingga udara ikut
77
masuk ke dalam, kepala bayi terlalu rendah, tidak menyusui saat bayi lapar
sehingga udara masuk, dan sebagainya.
Penatalaksanaan perut kembung pada bayi
1) Menyusui dengan teknik yang benar
Menyusui dengan baik dan benar. Posisi menyusui, usahakan agar kepala
bayi lebih tinggi dari perutnya sehingga ASI dapat segera turun ke bawah
dan udara diatasnya bisa dikeluarkan dengan bersendawa. Mulut bayi
benar-benar melingkupi seluruh bagian puting susu, sehingga udara luar
tidak bisa masuk.
2) Kompreskan kain atau handuk yang telah direndam air hangat di atas perut
bayi.
3) Mengajak bayi bergerak aktif, pijat dengan lembut perut bayi,
tengkurapkan bayi
4) Buat bayi bersendawa
4. Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawah 36,50C-37,50C
(suhu ketiak). Pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit. Gejala
awal hipotermi, apabila suhu dibawah 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Hipotermi disebabkan oleh:
a. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang
dingin, seperti pada waktu menimbang bayi.
c. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
d. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara
karena pintu, jendela terbuka.
Penanganannya yaitu dengan menghangatkan bayi dengan cara ganti
pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering,
memakai topi dan selimut yang hangat atau masukkan bayi dalam inkubator
atau diberi sinar lampu dan menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu
dengan metode kanguru (Muslihatun, 2010).
5. Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi
78
melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya
sebelum lepas.
6. Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7 hari penyakit ini lebih parah
dan angka kematiannya lebih tinggi. Gejalanya yaitu bayi tiba-tiba demam
atau panas, bayi tiba-tiba menetek karena kejang otot rahang dan pharig
(trismus), mulut mencucu seperti mulut ikan, kejang terutama bila terkena
rangsangan cahaya, suara atau sentuhan, kadang-kadang disertai sesak nafas
dan wajah membiru, kaku kuduk, posisi punggung melengkung, kepala
mendongak keatas, sering timbul komplikasi terutama bronkhopneumonia,
asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir atau sekret, serta
sepsis. Penanganan bayi dengan tetanus neonatorum yaitu dengan mengatasi
kejang dengan memberikan suntikan anti kejang, menjaga jalan nafas tetap
bebas dengan membersihkn jalan nafas memasang tongspatula, mencari
tempat masuknya spora tetanus umumnya tali pusat atau telinga, mengatasi
penyebab tetanus dengan memberikan suntikan ATS dan antibiotika,
perawatan adekuat oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
ruangan tenang, sedikit sinar (Muslihatun, 2010).
2.7.4 Kebutuhan pada bayi baru lahir
Menurut Rukiyah (2010), kebutuhan pada bayi baru lahir antara lain :
a. Pemenuhan nutrisi pada bayi
Salah satu yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi bayi baru
lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI
merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung
zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan
bayi (on demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau
sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan
ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah
itu apabila masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya.
Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian
ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan
lunak atau padat yang disebut MP-ASI (Makanan Pendamping ASI).
79
b. Menjaga kebersihan kulit bayi
Memandikan bayi, harus diruang yang hangat, bebas dari hembusan
angin langsung dan tergantung dengan kondisi udara, jangan
memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum
adanya aktifitas dan pembakaran energy dikuatirkan terjadi hipotermi
dan bayi masih kedinginan, prinsip memandikan bayi adalah cepat dan
hati-hati, lembut, membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung
sekaligus.
1) Bagian kepala: lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah
memakai sabun, kemudian lap dengan handuk lalu basahi kepala
dengan air kemudian pakaikan shampo kalau rambut kotor, kemudian
dibilas dan dikeringkan dengan handuk.
2) Bagian tubuh: buka pembungkus, pakaian, popok bayi, kalau bayi BAB,
bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat
dan lembut memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari
leher, dada, perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh
bayi dan celupkan ke bak mandi yang telah diisi air dengan hangat
±370C
3) Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, keringkan dengan
handuk, pakaikan minyak telon dengan dada, perut dan punggung
jangan pakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi dibungkus
agar hangat dan dekapkan ketubuh ibu.
c. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi
Menurut Rukiyah (2010), jika menemukan hal seperti ini harus segera
dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti:
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, normalnya 40-60 kali/menit.
2) Terlalu hangat (>38º c) atau terlalu dingin (<36º c).
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
4) Hisapan bayi saat menyusu lemah, sering muntah, ngantuk berlebihan.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
6) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak bak dalam 24 jam, tinja lembek/encer,
sering bewarna hijau tua, ada lendir atau darah.
80
7) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus.
8) Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, mera, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, pernafasan sulit.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Menurut Rukiyah (2010), dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi
normalnya sering tidur. Neonatus sampai 3 bualan rata-rata tidur sekitar 16
jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan.
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya
usia bayi, pola ini dapat terlihat pada table berikut : Total istirahat tidur
bayi sesuai usia bayi perhari.
Tabel 2.14 Kebutuhan Tidur Bayi
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam 1 tahun 14 jam 2 tahun 13 jam 5 tahun 11 jam 9 tahun 10 jam
Sumber: Rukiyah, 2010
e. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri untuk melawan penyakit tertentu dengan memasukkan
suatu zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
Tabel 2.15 Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari Hbo 1 bulan BCG, Polio 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 4 bulan DPT/HB 2, Polio 4 9 bulan Campak
Sumber : Rochmah, 2012
81
2.7.5 Pelayanan kesehatan neonatus
Menurut Kemenkes (2010), pelayanan kesehatan neonatus adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0
sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 jam-48
jam setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
2.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
Dalam konsep dasar teori asuhan kebidanan neonatus ini menggunakan
standar asuhan kebidanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan dengan pendokumentasian menggunakan SOAP, yaitu
data subjektif (biodata dan anamnesis), objektif (pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang), analisa, dan penatalaksanaan.
Konsep dasar teori asuhan kebidanan neonatus adalah sebagai berikut:
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL USIA . . . (JAM/HARI/MINGGU)
Tanggal/Waktu pengkajian : Untuk mengetahui tanggal pengkajian
Tempat pengkajian : Untuk mengetahui tempat pengkajian
Petugas : Untuk mengetahui identitas pengkaji
82
A. Data Subyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data subyektif merupakan hasil anamnesa
yang berisi biodata, keluhan utama, riwayat prenatal, natal dan postnatal, pola
kebiasaan maupun riwayat psikososial.
1. Identitas bayi
Nama : untuk menghindari kekeliruan (Jenny, 2013).
Umur : untuk mengetahui usia neonatus dan untuk
menginterpretasikan apakah data pemeriksaaan klinis anak
tersebut normal sesuai dengan umurnya (Jenny, 2013).
Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi (Jenny, 2013).
Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi secara pasti (Jenny, 2013).
Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah (Jenny, 2013).
2. Riwayat prenatal
Berupa pemeriksaan kehamilan rutin, tempat periksa, terapi yang
diberikan oleh petugas maupun keluhan yang dialami ibu selama
kehamilan. Riwayat kehamilan yang dapat mempengaruhi BBL adalah
kehamilan yang disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM),
hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC, frekuensi antenatal care
(ANC), keluhan dan pola kebiasaan ibu selama hamil (Jenny, 2013).
3. Riwayat natal
Untuk mengetahui usia kehamilan (37-42 minggu), waktu dan jenis
persalinan (spontan pervaginam/tindakan), penolong persalinan
(bidan/dokter/dukun), keadaan ketuban (waktu pecah/warna/bau/ jumlah),
keadaan bayi (BB/PB), maupun komplikasi yang mungkin ada pada ibu
maupun bayi (Jenny, 2013).
4. Riwayat postnatal
Pemeriksaan meliputi IMD, keadaan tali pusat, mengecek kembali
apakah bayi sudah di beri injeksi vitamin K maupun imunisasi HB
uniject dan melihat adanya komplikasi yang mungkin dialami bayi
(Jenny, 2013).
83
B. Data Obyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data obyektif merupakan hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum: baik
Pemeriksaan KU meliputi:
1) Kesan keadaan sakit : apakah bayi tampak sakit/sehat
2) Ekspresi wajah : apakah bayi terlihat dalam keadaan tidur, bangun
terdiam atau menangis
3) Posisi : apakah bayi tiduran, atau mengambil posisi abnormal
b. TTV
1) Suhu : normal (36,5-370C)
2) Nadi : normal (130-160x/ menit)
3) Pernafasan : normal (40-60x/ menit)
c. Berat Badan : normal (2500-4000 gram)
d. Panjang Badan : normal 48-52 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, warna
rambut hitam/pirang, ubun-ubun datar, ada atau tidak
pembengkakan sutura, ada atau tidak moulage, ada atau tidak
caput succedaneum, ada atau tidak chepal haem.
Lingkar kepala :
Cirkumferensia Mento-oksipitalis : 35 cm
Cirkumferensia Fronto-oksipitalis : 33 cm
Cirkumferensia Bregma-suboksipitalis : 32 cm
Mata : simetris, ada atau tidak secret, sklera jernih/tidak,
konjungtiva merah muda/pucat, klopak mata : oedema,
biasanya tertutup.
Telinga : simetris, daun telinga sejajar dengan mata, ada atau tidak
secret.
84
Hidung : bentuk hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada atau
tidak pergerakan cuping hidung dan pengeluaran lendir.
Mulut : bibir simetris, ada atau tidak sianosis, ada atau tidak
labiopalatozchisis.
Leher : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, tiroid, ada atau
tidak bendungan vena jugularis, ada atau tidak kaku kuduk,
pergerkan aktif atau tidak.
Dada : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan dan retraksi, puting
susu sejajar dan simetris, tidak ada pengeluaran cairan,
lingkar dada 30-36 cm, bunyi nafas vesikuler 40-60x/menit,
dan irama jantung reguler 130-160x/menit.
Abdomen : pusat umbilikus putih kebiruan pada saat lahir dengan dua
arteri dan satu vena, tidak ada perdarahan tali pusat, ada atau
tidak ada benjolan, ada atau tidak asites maupun
meteorismus, ada atau tidak bising usus.
Punggung : simetris, ada atau tidak pembengkakan, ada atau tidak
spinabifida
Genetalia
Wanita : labia mayora : ada atau tidak dan atau menutupi labia minora,
labia minora : ada atau tidak, terbentuk sempurna atau tidak,
klitoris : ada atau tidak, biasanya oedema, meatus uretra : ada
di depan orifisium vagina atau tidak, ada atau tidak verniks
kaseosa diantara labia, perineum : halus atau tidak,
Laki-laki : penis lurus atau tidak, meatus urinarius : ada ditengah dan
diujung gland penis atau tidak, skrotum besar/kecil :
(biasanya skrotum besar, oedema, pigmentasi lebih gelap
pada kulit, perineum : halus atau tidak, testis dapat diraba
atau tidak didalam skrotum.
Ekstermitas Atas dan Bawah : simetris, jari tangan lengkap atau tidak,
oedem atau tidak, gerakan aktif atau tidak. Lingkar Lengan
Atas normalnya 10 cm.
Anus : ditengah atau tidak, ada lubang atau tidak.
85
3. Pemeriksaan neurologis/refleks
a. Reflek glabelar : (+) baik, bayi berkedip pada pemunculan sinar terang
yang tiba-tiba atau pada mengetuk diantara kedua mata.
b. Refleks moro : (+) baik, saat diberi rangsangan, kedua tangan dan kaki
bayi seakan merangkul.
c. Reflek rooting : (+) baik, saat diberi rangsangan pada pipi, bayi
langsung menoleh kearah rangsangan.
d. Refleks sucking : (+) baik, bayi menghisap kuat saat diberi asi.
e. Reflek palmar/grasping : (+) baik, pada saat telapak tangan disentuh
bayi menggenggam.
f. Refleks babinski : (+) baik, dengan melakukan tekanan di telapak kaki
luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan
jari kaki hiperekstensi.
g. Refleks tonick neck : (+) baik, apabila bayi pada posisi terlentang,
tengokkan kepala ke satu sisi, ekstermitas di sisi yang searah kepala
ditengokkan di ekstensikan, tetapi ekstermitas disisi lain difleksikan.
Maka BBL berusaha menegakkan kepala ketika ditengokkan ke
samping.
C. Analisis
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, analisa merupakan diagnosa yang di buat
berdasarkan diagnose nomeklatur kebidanan yang di rumuskan sesuai dengan
kondisi klien, yang dapat diselesaikan dengan menejemen asuhan kebidanan.
Contoh : Bayi “Ny. . .” Usia . . . (Jam/Hari/Minggu) Sesuai Masa Kehamilan
Dengan . . . (Sesuai Nomenklatur) atom.
D. Penatalaksanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, penatalaksanan merupakan rencana
asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien dalam bentuk upaya pencegahan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitaitif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
86
Tabel 2.16 Penatalaksanaan bayi baru lahir
HARI/JAM
KEGIATAN PARAF
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan menerima penjelasan ini.
2. Memberikan salep mata kepada bayi untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Mencegah terjadinya perdarahan dan injeksi Hb Uniject 1 jam setelah penyuntikkan Vit. K untuk mencegah penyakit hepatitis B di paha kanan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya agar terhindar dari hipotermi atau kedinginan. Ibu mengerti dan bersedia melakukan.
5. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar. Ibu mengerti dan bersedia melakukan.
6. Menjelaskan kepada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif setiap 2 jam selama 6 bulan agar pemenuhan gizi bayi tercukupi. Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI.
7. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi sesudah minum ASI agar bayi tidak gumoh. Ibu mengerti dan bersedia melakukan.
8. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu mengganti kassa sesudah mandi/ketika basah dan tidak dibubuhi apapun. Ibu mengerti dan bersedia melakukan.
9. Menjelaskan kepada ibu untuk mengganti popok bayi sesering mungkin untuk mencegah terjadinya ruam popok, ibu mengerti dan bersedia melakukan.
10. Menganjurkan kepada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan bila ada masalah pada bayinya, ibu mengerti dan menerima penjelasan ini.
Tabel 2.17 Penatalaksanaan bayi baru lahir normal usia 3-7 hari
HARI/JAM
KEGIATAN PARAF
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi ibu dalam keadaan sehat. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi seperti mencuci tangan sebelum meneteki bayinya. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayi sperti sering mengganti popok untuk menjegah terjadinya ruam popok. Ibu mengerti.
87
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebutuhan nutrisi bayi seperti memberikan ASI setiap 2-3 jam untuk pemenuhan gizi (120-150 ml/Kg BB). Ibu mengerti.
5. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya bayi baru lahir seperti icterus, muntah, gumoh, diare dan oral trush. Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke petugas kesehatan apabila mendapatkan salah satu tanda diatas. Ibu mengerti
7. Menjelaskan pada ibu tentang imunisasi, tujuan dan manfaat dari imunisasi. Ibu mengerti.
8. Menganjurkan ibu untuk rutin memeriksakan bayinya setiap bulan pada kegiatan posyandu. Ibu mengerti
Tabel 2.18 Penatalaksanaan bayi baru lahir normal usia 8-28 hari
HARI/JAM
KEGIATAN PARAF
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi ibu dalam keadaan sehat. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi sesuai umurnya. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan hanya ASI selama 6 bulan. Ibu mengerti.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya dengan mandi setidaknya 2x/hari. Ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke petugas kesehatan apabila bayi mengalami gangguan kesehatan. Ibu mengerti.
6. Menganjurkan ibu untuk rutin mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan. Ibu mengerti
2.9 Konsep Dasar Teori KB (pelayanan kontrasepsi)
2.9.1 Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim atau seks dan kedua-
88
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Keluaraga berencana (KB) merupakan salah satu usaha dalam membantu
keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik,
sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas (Bahiyatun, 2009).
Keluarga merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah merencanakan program atau cara
untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2.9.2 Tujuan program keluarga berencana (KB)
Tujuan dilaksanakannya program KB membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Menurut Syaifudin, 2009, tujuan program keluarga berencana (KB) yaitu:
a. Memperkecil angka kelahiran.
b. Menjaga kesehatan ibu dan anak.
c. Membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi.
d. Memilih metode kontrasepsi
Memilih metode kontrasepsi menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode
kontrasepsi yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1) Aman atau tidak berbahaya
2) Dapat di andalkan
3) Sederhana
4) Murah
5) Dapat diterima oleh orang banyak
6) Pemakaian jangka lama
2.9.3 Sasaran Program Keluarga Berencana
Sasaran keluarga berencana yaitu:
1. Sasaran langsung yaitu:
Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara
15–44 tahun.
89
2. Sasaran tidak langsung yaitu:
a. Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).
b. Organisasi–organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS
(Suratun, 2008).
2.9.4 Macam-macam kontrasepsi
Macam-macam kontrasepsi antara lain:
1. Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat
antara lain: metode amenore laktasi (MAL), coitus interuptus, metode kalender,
metode lendir serviks, metode suhu basal badan, dan simpotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
2. Metode kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasrnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada
pil dan suntukan atau injeksi sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
3. Metode kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar di bagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
progesteron atau Leunororgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja
1 tahun, LNG-20 mengandung Leunorgestrel (Hartanto, 2002).
4. Metode kontrasepsi mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan metode operatif pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
90
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/ tuba fallopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma,
sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi atau
mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).
2.9.5 Macam-macam Kontrasepsi Hormonal
Macam-macam kontrasepsi hormonal, diantaranya:
1. Kontrasepsi Pil
a. Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang
normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy
(kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa
nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
c. Menurut Sulistiawati (2013), Jenis KB Pil antara lain:
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
d. Menurut Saifuddin (2010), cara kerja KB Pil yaitu:
1) Menekan ovulasi
91
2) Mencegah implantasi
3) Mengentalkan lendir serviks
4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
e. Menurut Handayani (2010), keuntungan KB Pil yaitu:
1) Tidak mengganggu hubungan seksual
2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
3) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
5) Mudah dihentikan setiap saat
6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
f. Menurut Sinclair (2010), Keterbatasan KB Pil yaitu:
1) Amenorhea
2) Perdarahan haid yang berat
3) Perdarahan diantara siklus haid
4) Depresi
5) Kenaikan berat badan
6) Mual dan muntah
7) Perubahan libido
8) Hipertensi
9) Jerawat
10) Nyeri tekan payudara
11) Pusing dan sakit kepala
2. Kontrasepsi Suntik
a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per
tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan
92
dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun
pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
Menurut Affandi (2012) suntikan progestin sangat efektif, aman dapat
dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan
lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi air susu ibu (ASI). Yang tidak boleh menggunakan suntikan progestin
yaitu : hamil atau dicurigai hamil karena resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat
menerima gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, diabetes millitus disertai komplikasi.
b. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu:
1) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Menurut Sulistyawati (2013), cara kerja kontrasepsi suntik yaitu:
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi
ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
93
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
e. Keterbatasan
Menurut Sulistyawati (2013), adapun keterbatasan dari kontrasepsi
Suntik yaitu:
1) Gangguan haid
2) Leukorhea atau Keputihan
3) Galaktorea
4) Jerawat
5) Rambut Rontok
6) Perubahan Berat Badan
7) Perubahan libido
3. Kontrasepsi Implant
a. Menurut Saifuddin (2010), profil kontrasepsi Implant yaitu:
1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
2) Nyaman
3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
7) Aman dipakai pada masa laktasi.
b. Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi Implant yaitu:
1) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
94
3) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c. Menurut Saifuddin (2010), cara kerja kontrasepsi Implant yaitu:
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan ovulasi.
d. Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi Implant yaitu:
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
6) Tidak mengganggu ASI
7) Klien hanya kembali jika ada keluhan
8) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
9) Mengurangi nyeri haid
10) Mengurangi jumlah darah haid
11) Mengurangi dan memperbaiki anemia
12) Melindungi terjadinya kanker endometrium
13) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
14) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
15) Menurunkan kejadian endometriosis.
e. Menurut Saifuddin (2010), keterbatasan kontrasepsi Implant yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya
jumlah darah haid, serta amenorhea.
2.10 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB
Asuhan kebidanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang
95
Standar Asuhan Kebidanan dengan pendokumentasian menggunakan
SOAP, yaitu data subjektif (biodata dan anamnesis), objektif (pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang), analisa, dan
penatalaksanaan.
Konsep dasar teori asuhan kebidanan keluarga berencana adalah sebagai
berikut:
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “. . . “P . . . AKSEPTOR KB . . . (PIL/SUNTIK/IMPLANT/IUD)
Tanggal/Waktu pengkajian : Untuk mengetahui tanggal pengkajian
Tempat pengkajian : Untuk mengetahui tempat pengkajian
Petugas : Untuk mengetahui identitas pengkaji
A. Data Subyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data subyektif merupakan hasil
anamnesa yang berisi biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat
kesehatan dan latar belakang sosial budaya.
1. Keluhan utama
a. Untuk mengetahui keadaan yang dirasakan saat pemeriksaan pada
calon akseptor KB.
b. Untuk menunda atau mengakhiri kehamilan.
2. Riwayat kesehatan
Dalam menggunakan kontrasepsi ibu harus dinyatakan sehat, ada
beberapa kontra indikasi dalam penggunaan kontrasepsi minipil, yaitu
sebagai berikut:
a. Gangguan fungsi hati, karena progesteron menyebabkan aliran
empedu menjadi lambat apabila berlangsung lama saluran empedu
menjadi tersumbat, sehingga cairan empedu di dalam darah
meningkat, hal ini akan menyebabkan warna kuning pada kulit,
kuku dan mata yang menandakan terdapat gangguan fungsi hati
(Affandi, 2012),
96
b. Hipertensi sebagai kontraindikasi KB implan, suntik 3 bulan dan
minipil karena hormon progesteron mempengaruhi tekanan darah,
c. Kanker Payudara. Diduga KB hormonal meningkatkan resiko
kanker payudara (Hartanto, 2013).
3. Riwayat obstetri
Untuk pemasangan IUD pada ibu nullipara masih sulit karena
serviks masih sempit sehingga membutuhkan kolaborasi dengan dokter.
B. Data Obyektif
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, data obyektif merupakan hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui data ini dapat dilakukan
dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil
pengamatan dapat dilaporkan dengan kriteria sebgai berikut
(Sulistyawati, 2009)
b. Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, dengan melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
c. TTV
1) Tekanan darah : nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang
dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata
diastol adalah 60 sampai 90 mmHg. (Prawirohardjo, 2006).
2) Nadi : normalnya 60-80 kali per menit (Hani, 2010).
3) Suhu badan : suhu normal pemeriksaan axila yaitu
36,5°C-37,5°C (Hani, 2010).
4) Pernafasan : pernafasan normal orang dewasa sehat adalah 16-
20x/menit (Hani, 2010).
d. Berat badan : mengetahui berat badan pasien karena merupakan
salah satu efek samping dari penggunaan KB
97
2. Pemeriksaan fisik
Berisi tentang pemeriksaan fisik yang sesuai dengan asuhan kebidanan.
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang yang terdiri
dari:
a. Pemeriksaan inspekullo
Untuk IUD, pada serviks dalam keadaan normal seharusnya serviks
halus dan berwarna merah jambu, serta dilapisi oleh jernih dan
putih, bila ada noda yang warnanya merah dan tidak rata berarti
terdapat erosi.
b. Pemeriksaan dalam
Untuk IUD dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui 4 hal
tumor (teraba benjolan yang tidak wajar), infeksi (ada rasa
sakit/keluar cairan), kehamilan (serviks lunak), letak kedudukan
rahim.
c. Pemeriksaan tes kehamilan
Dilakukan untuk memastikan klien tidak dalam keadaan hamil.
b. Pemeriksaan panggul
Dilakukan untuk menentukan besar posisi uterus, konsistensi dan
mobilitas uterus, untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks
dan tumor pada adneksa atau pada kavum douglas.
C. Analisis
Analisis merupakan diagnosa yang di buat berdasarkan diagnose
nomeklatur kebidanan yang di rumuskan sesuai dengan kondisi klien, yang
dapat diselesaikan dengan menejemen asuhan kebidanan.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanan merupakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien dalam bentuk upaya pencegahan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitaitif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
98
Tabel 2.19 Penatalaksanaan pada akseptor KB PIL
HARI/JAM KEGIATAN PARAF 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini.
Ibu mengerti 2. Menjelaskan kepada ibu tentang KB pil. Ibu
mengerti 3. Memberikan pil KB baru kepada ibu 4. Menganjurkan kepada ibu untuk minum pil tepat
waktu dan secara teratur setiap hari tanpa ada yang terlewatkan. Ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk datang lagi apabila ada keluhan atau jika pil sudah mau habis.
99
BAB 3
METODE PENDEKATAN STUDI KASUS
3.1 Jenis Pendekatan
Jenis Pendekatan yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini adalah
pendekatan langsung kepada pasien hamil yang usia kehamilannya 37-38
minggu dalam kategori normal. Pendekatan studi kasus ini menerapan
Manajemen Asuhan Kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity of
Care (CoC) pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana.
Continuity Of Care (COC) adalah suatu proses dimana klien dan tenaga
kesehatan yang kooperatif terlibat dalam managemen layanan kesehatan
secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualiatas tinggi, biaya
perawatan medis yang efektif. Continuity Of Care awalnya merupakan ciri
tujuan utama pengobatan keluarga yang lebih menitik beratkan kepada
kualitas pelayanan kepada klien. Ini dapat membantu bidan (tenaga
kesehatan) mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan untuk menjadi
advokasi klien.
3.2 Kerangka Operasional
Kerangka Operasional (kerangka kerja) merupakan langkah-langkah
dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya,
yaitu kegiatan sejak awal dilakukannya sebuah penelitian.
Menurut Budiarto (2004), Kerangka Operasional adalah kerangka yang
menyatakan tentang urutan langkah dalam melaksanakan penelitian atau
asuhan kebidanan secara komprehensif berbasis Continuity of Care (CoC).
100
Gambar 3.1 Kerangka Operasional Asuhan kebidanan Komprehensif pada Ny.“I” di BPM Ny. “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Susunan Proposal
Pasien memenuhi syarat untuk dijadikan objek studi
Pemeriksaan kehamilan pada trimester III (minimal 2 kali kunjungan)
Kunjungan nifas dan neonatus
Persalinan dilakukan standart 58 langkah
Mahasiswa melakukan pendekatan ke BPM Ny "T"
Menjelaskan kepada bidan kriteria pasien yang dibutuhkan UK 37-39 minggu
Pendekatan pasien
Skrining menggunakan KSPR dengan cara anamnese dan pemeriksaan
Dilakukan standart 10 T
Inform consent kepada pasien
Kunjungan nifas 4 kali: 1. KF 1 : 6 –8 jam 2. KF 2 : 6 hari 3. KF 3 : 2 minggu 4. KF 4 : 6 minggu
Kunjungan neonatus 3 kali:
1. KN 1 : 6 – 48 jam 2. KN 2 : 3 – 7 hari 3. KN 3 : 8 – 28 hari
MAL
PIL
SUNTIK
IMPLANT
MOW/MOP
Pengambilan keputusan oleh Klien
Konseling KB
Studi pendahuluan
Pengambilan data ke Bankesbang
Mendapatkan surat ijin dari kampus
Pengambilan data ke Dinkes
Ujian proposal
KONDOM
AKDR
101
3.3 Subjek Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat
berarti satu orang, sekelompok masyarakat disuatu daerah. Unit yang menjadi
kasus tersebut secara mendalam dianalisis segi yang berhubungan dengan
kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus
yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus
terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun didalam studi
kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara
mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan
berbagai teknik secara intergratif (Notoadmodjo, Soekidjo 2010).
Studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang
dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman
yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya
dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik (Rahardjo, 2011).
Subjek studi kasus ini adalah Ny.“I” dengan usia kehamilan 37-38
minggu yang mengalami peristiwa kehamilan, bersalin, nifas, bayi yang
dilahirkan atau neonatus dan ibu nifas dengan akseptor keluarga berencana.
3.4 Fokus Studi
Fokus studi merupakan pemusatan perhatian pada apa yang kita teliti
didalam suatu permasalahan, sehingga hasil penelitian sesuai dengan yang
diharapkan.
Fokus studi dalam studi kasus ini berupa asuhan kebidanan kehamilan
(Antenatal Care), asuhan kebidanan persalinan (Intranatal Care), asuhan
kebidanan nifas (Postnatal Care), asuhan kebidanan neonatal, dan asuhan
kebidanan KB secara komprehensif berbasis Continuity of Care (CoC).
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel
102
yang sama. Karena berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana
caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan
konsep yang sama. Dengan demikian ia dapat menentukan apakah tetap
menggunakan prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran
yang baru.
Definisi operasional Laporan Tugas Akhir ini antara lain:
1. Kehamilan trimester III adalah ibu hamil dengan resiko rendah dan usia
kehamilan 37-38 minggu melalui pendekatan Varney dan SOAP.
2. Persalinan adalah ibu bersalin dari kala I sampai kala IV melalui
pendekatan Varney dan SOAP.
3. Nifas adalah ibu nifas dimulai dari 6 jam postpartum sampai minggu ke-6
melalui pendekatan Varney dan SOAP.
4. Neonatus adalah bayi lahir normal usia 0-28 hari melalui pendekatan
Varney dan SOAP.
5. Aksekptor KB adalah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi saat atau
setelah masa nifas melalui pendekatan Varney dan SOAP.
3.6 Kriteria Subjek
Pada dasarnya subjek penelitian adalah yang akan dikenai kesimpulan
hasil penelitian. Oleh karena itu, subjek penelitian ini harus sesuai dengan
permasalahan yang kita angkat dalam penelitian.
Penentuan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan saat
peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.
Caranya yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan.
Kriteria subjek dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Ibu hamil dengan resiko rendah (KSPR) usia kehamilan 37-38 minggu
2. Persalinan normal dan bersedia bersalin di BPM yang sudah di tetapkan.
3. Nifas normal.
4. Bayi baru lahir normal (Neonatus).
5. KB (keluarga berencana)
103
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut
instrumen penelitian.
Berikut beberapa jenis instrumen dalam Laporan Tugas Akhir ini:
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
3. Pemeriksaan Fisik Set
4. Asuhan Persalinan Normal 58 Langkah
5. Lembar Partograf
6. Lembar Penapisan
7. Partus Set
8. Lembar Informed Consent
9. Lembar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTMB)
10. Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK)
11. Kartu KB
3.8 Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
a. BPM Bidan "T" Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
b. Rumah Ny "I" Kecamatan Jambisari Kabupaten Bondowoso
2. Waktu : 25 Januari 2017-07 Februari 2017
3.9 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus
diikuti. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Berikut beberapa Metode Pengumpulan Data yang kami gunakan:
104
1. Primer (Sumber langsung)
Penulis menggunakan data dari sumber langsung dimana data-data
didapat dengan cara wawancara secara langsung kepada klien, serta
observasi langsung melalui cara anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi) pemeriksaan penunjang, dan observasi.
2. Sekunder (Sumber tidak langsung)
Penulisan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan telaah
pustaka dimana pembahasannya didapatkan dari dokumentasi (Buku
KIA), literatur-literatur yang berkaitan dengan judul penulisan yaitu
tentang kehamilan, persalinan, nifas, neonatal dan KB. Dimana sumber
yang didapat berasal dari buku, internet maupun jurnal, dan artikel
ilmiah.
3.10 Etika Studi Kasus
Pelaksanaan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian
adalah manusia maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia
memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang
akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
(Hidayat, 2010)
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan menjadi pasien (informed consent) diberikan
sebelum studi kasus agar pasien mengetahui maksud dan tujuan studi
kasus.
2. Tanpa nama (anonymity)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas pasien, penulis tidak
mencantumkan nama pasien pada lembar pengumpulan data dan cukup
dengan memberikan inisial.
3. Kerahasiaan (confidential)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari pasien dijamin
oleh peneliti
105
BAB 4
LAPORAN PELAKSANAAN
4.1 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny."I" G II P10001 37 minggu Presentasi Kepala
Janin, Tunggal, Hidup, dengan kehamilan normal
Tempat Pengkajian : Puskesmas Tenggarang
Tanggal/Waktu Pengkajian : 25-01-2017/08.30 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura Suku/Bangsa : Madura
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan utama
Hamil anak ke dua dengan usia kehamilan 9 bulan. Datang ke puskesmas
ingin memeriksakan kehamilannya dan melakukan tes laboratorium.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ini kehamilan kedua dengan usia kehamilan 9 bulan. Saat ini tidak
sedang menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, batuk darah,
penyakit kuning, jantung, ginjal dan kurang darah.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya ibu tidak pernah menderita penyakit darah tinggi, kencing
manis, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, serta kurang darah.
106
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarganya maupun suaminya tidak ada yang menderita
penyakit darah tinggi, kencing manis, batuk darah, penyakit kuning,
jantung, ginjal, kurang darah dan tidak ada riwayat keturunan kembar di
dalam keluarganya.
6. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Sifat Darah : Encer, berbau amis
Volume : 3 kali ganti pembalut
Disminore : Sebelum haid
Flour albus : Sesudah menstruasi
HPHT : 13-5-2016
HPL : 20-02-2017
7. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas Laktasi
Ke
UK
Kom
p
Jenis P
ersalinan
Tem
pat P
ersalinan
Penolong
Kom
p
JK
PB
/ BB
H/M
T/G
Usia
Lam
a
Kom
p
Lam
a
Kom
p
1 9
bln -
spontan
BPM Bidan - P 50/3400
H T 6
Th 41 hri
- 6
bln -
HAMIL SAAT INI
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
Tanggal Keluhan TD BB UK TFU Letak Janin
DJJ Hasil
pemeriksaan Lab
Terapi Konseling
22/06/16 Pusing, Mual
100/ 70
50 5
mgg - - -
PP test +
B6 Istirahat cukup
03/07/16 Pilek 100/ 60
49 7
mgg - - -
Hb 13,3 gr/dl
Fe, kalk
Hindari air dingin
09/08/16 Taa 130/ 72
51 12-13 mgg
Balt - - - Fe1, kalk1
Makan sedikit tapi
sering
03/09/16 Taa 120/ 70
51 16-17 mgg
Balt - - - Fe2,
Kalk2 Nutrisi bumil
107
10/110/16 Taa 120/ 70
53 21-22 mgg
14 Se-
pusat letkep + -
Fe3, Kalk3
Istirahat cukup
21/12/16 Pusing 120/ 70
55 27-28 mgg
17 cm
letkep 150x/ mnt
- Fe, kalk
Baca buku KIA
hal 17
08/12/17 Taa 140/ 80
58 29
mgg 20 cm
letkep 140x/ mnt
TT5 Fe, kalk
Linakes, makan ↓
garam
23/12/16 Taa 130/ 80
57 32-33 mgg
26 cm
letkep 146x/ mnt
- Lanjut
kan terapi
Tanda resti bumil
07/01/17 Taa 120/ 80
60 34
mgg 27 cm
letkep 139x/ mnt
- Fe,
Kalk Istirahat cukup
24/01/17 Taa 120/ 80
58 37
mgg 29 cm
letkep 126x/ mnt
- Vit-c Baca buku
KIA hal 8-9
25/01/17 Taa 130/ 70
60 37
Mgg 29 cm
letkep 154x/ mnt
Hb 11,8 gr/dl
Fe, Kalk, Vit-c
Nutrisi bumil
6/02/17 Mules, keluar cairan
120/ 80
61 38-39 Mgg
30 Cm
letkep 136x/mnt
- - Tanda
persalinan
9. Riwayat Kontrasepsi
Setelah melahirkan anak pertamanya ibu menggunakan kb suntik 3
bulan, kemudian ibu berhenti menggunakan kb karena menginginkan
anak kedua.
10. Riwayat Pernikahan
Usia menikah : 18 tahun
Lama menikah : ±10 tahun
Menikah ke- : pertama
Status : Sah
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
NO POLA KEBIASAAN SEBELUM HAMIL SELAMA HAMIL
1. Nutrisi: - Pola makan - Jenis makanan - Nafsu - Alergi Makanan/obat - Pantangan - Pola minum - Jenis minuman
- 3 kali/hari - Nasi, sayur, lauk - Baik - Tidak ada - Tidak ada - 7-8 gelas/hari - Air putih
- 3 kali/har - Nasi, sayur, lauk - Baik - Tidak ada - Tidak ada - 8-9 gelas/hari - Air putih dan susu
108
2. Eliminasi: - Pola BAK
Warna Bau Konsistensi Jumlah
- Pola BAB Warna Konsistensi
- 4 kali/hari - Kuning - Amoniak - Cair - Banyak - 1 kali/hari - Kuning - Lunak
- 7 kali/hari - Kuning - Amoniak - Cair - Sedikit - 1 kali/hari - Kuning - Lunak
3. Istirahat: - Siang - Malam
- 1 jam/hari - 7-8 jam/hari
- 1/2 jam/hari - 5-6 jam/hari
4. Personal Hygine: - Mandi/tempat - Keramas - Gosok gigi - Ganti CD - Tempat BAB
- 2 kali/hari/k.mandi - 3 kali/minggu - 2 kali/hari - 2 kali/ hari - WC pribadi
- 3 kali/hari/k.mandi - 2 kali/minggu - 3 kali/hari - 4 kali/hari - WC pribadi
5. Aktivitas Melakukan pekerjaan rumah tangga
Melakukan pekerjaan rumah tangga
6. Kebiasaan hidup sehat: - Merokok, miras, obat
terlarang - Jamu - Binatang peliharaan
- Tidak pernah
- Tidak pernah - Tidak ada
- Tidak pernah
- Tidak pernah - Tidak ada
12. Riwayat Psikososial Budaya
Sehari-hari ibu menggunakan bahasa madura di lingkungannya.
Berkomunikasi baik dengan keluarga dan suaminya, kehamilan ini dapat
diterima dan diinginkan oleh dirinya , keluarga dan lingkungan. Suami
bertindak sebagai pencari nafkah dan pengambil keputusan, dan keluarga
ini adalah peserta jamkesmas.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD = 120/80 mmHg Nadi = 80 x/menit
S = 36 oC RR = 24 x/menit
BB sekarang : 58 kg
BB sebelum hamil : 49 kg
TB/LILA : 150 cm/24 cm
HPL : 20-02-2017
109
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, rambut tidak rontok, tidak ada ketombe,
dan tidak ada benjolan
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak odema,
tidak anemis
Mata : Sklera putih, conjungtiva merah muda, dan tidak
ada odem palpebra, pupil isohor
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
secret, tidak ada serumen, tidak epistaksis, tidak
ada polip
Mulut/gigi : Tidak ada stomatitis, tidak ada gigi caries, tidak
ada gingivitis, lidah tidak ada bashlack, tidak ada
pembesaran tonsil
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
limfe
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronki,
tidak ada whezing, denyut jantung normal.
Payudara : Payudara simetris, tampak pembesaran payudara,
payudara menggantung, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola mamae, tidak ada
benjolan, tidak ada pembesaran limfe, kolostrum
belum keluar.
Abdomen : Pembesaran memanjang sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka (operasi) pada abdomen, ada
linea nigra,ada linea alba,ada striae livid, ada
striae albicans, pusat mendatar, tidak tampak
gerakan janin.
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xifoid (29 cm),
lunak, tidak melenting, tidak bulat (bokong).
110
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba bagian keras, datar,
memanjang, ada tahanan (PUKA), bagian kiri ibu
teraba benjolan kecil janin (ekstremitas).
Leopold III
Leopold IV
:
:
Teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala)
Kepala belum masuk PAP.
-
TBJ : (29-12) x 155 = 2635 gram
DJJ : 154 x/menit
Punggung : Lordosis
Genetalia : Vulva bersih, tidak ada flour albus, tidak oedem,
tidak ada kondiloma talata, tidak ada peradangan
Anus : Tidak ada hemorrhoid
Eks. Atas : Simetris, tidak odema
Eks. Bawah : Simetris, tidak varises, tidak odem, reflek patella
positif
3. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : TM I UK 7 minggu = 13,3 gr/dl
TM III UK 36 minggu = 11,8 gr/dl
Protein Urine : Negative
Reduksi Urine : Negative
Rapid tes : Negatif
Gol darah : A
II. Identifikasi Data Dasar
Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dengan usia kehamilan 9
bulan, ibu tidak mengeluh apa-apa, datang ke BPM ingin
memeriksakan kehamilannya. HPHT : 13-05-2016
Do : - Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD = 120/80mmHg Nadi = 80 x/menit
S = 365 oC RR = 24 x/menit
BB sekarang : 58 kg
111
TB/LILA : 150 cm/24 cm
- Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak odema,
tidak anemis
Payudara : Payudara simetris, tampak pembesaran
payudara, payudara menggantung, puting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola mamae,
tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
limfe, kolostrum belum keluar.
Abdomen : Pembesaran memanjang sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka (operasi) pada abdomen,
ada linea nigra, ada linea alba, ada striae livid,
ada striae albicans, pusat mendatar, tidak
tampak gerakan janin.
- Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xifoid (29cm),
bokong.
- Leopold II : Bagian kanan ibu teraba bagian keras, datar,
memanjang, ada tahanan (PUKA), bagian kiri
ibu teraba benjolan kecil janin (ekstremitas)
- Leopold III
- Leopold IV
:
:
Teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala)
Kepala belum masuk PAP
-
- TBJ : (29-12) x 155 = 2635 gram
- DJJ : 154 x/menit
Eks. Bawah : Simetris, tidak varises, tidak odem, reflek
patella positif
Dx : Ny” I” GII PI000I 37 minggu Presentasi Kepala Janin, Tunggal,
Hidup, dengan kehamilan normal.
III. Identifikasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
112
V. Intervensi
1. Jelaskan pada ibu keadaan bayi dan dirinya
R/ pengetahuan membuat ibu lebih kooperatif.
2. KIE kebutuhan aktifitas ibu selama hamil
R/ membantu ibu lebih nyaman menjalani kehamilan dan tetap
beraktifitas.
3. Kenalkan tanda-tanda persalinan
R/ deteksi dini tanda gejala persalinan dan untuk mencegah
keterlambatan.
4. Konseling tentang persalinan pada ibu dan suami
R/ pengetahuan membuat ibu siap menerima kelahiran bayi.
5. Anjurkan suami untuk siap siaga mendampingi ibu
R/ suami selalu siap jika ada tanda persalinan dan dukungan suami
membuat ibu nyaman.
6. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang I minggu atau jika ada keluhan
R/ deteksi adanya penyimpangan.
VI. Implementasi
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Paraf
25/01/2016 09.00 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin
letak kepala.
09.16 WIB 2. Memberitahu ibu untuk tidak bekerja
yang berat-berat
- mengurangi pekerjaan yang berat
karena bisa berdampak buruk pada
ibu dan janin.
- Lakukan olahraga ringan seperti
jalan kaki ringan seperti jalan kaki
karena memperlancar peredaran
darah, membuat otot lebih kuat dan
menghilangkan stres
113
09.18 WIB 3. Membicarakan mengenai tanda-tanda
persalinan
- Terjadinya HIS persalinan
- Pengeluaran lendir dengan darah
- Pengeluaran cairan
09.19 WIB 4. Membicarakan mengenai persiapan
persalinan
- yang akan membantu pada waktu
kelahiran dan tempat melahirkan
- Persediaan yang di butuhkan oleh
ibu dan bayi misalnya pakaian ibu
dan bayi
09.20 WIB 5. Menganjurkan suami untuk siap siaga
mendampingi ibu
- Mengantar ibu memeriksa
kehamilannya kepada tenaga
kesehatan
- Mendampingi ibu di rumah
- Mendampingi ibu pada saat
persalinan
09.21 WIB 6. Menyarankan pada ibu agar
memeriksakan kehamilannya 1
minggu lagi dan memberikan
penyuluhan tentang
- Cara relaksasi untuk mengurangi
ketegangan menjelang hari
persalinan
- Persalinan oleh tenaga kesehatan
dan kegawat daruratan BULIN
114
VII. Evaluasi
Tanggal : 25/1/2017 Jam : 09.22 WIB
S : Ibu memutuskan untuk melahirkan di bidan BPM Tjatur di
dampingi suami
O : Kondisi ibu dan janin baik
A : Ny ”I” GII P10001 37 minggu Presentasi Kepala Janin, Tunggal,
Hidup, dengan kehamilan normal.
P : - Ingatkan ibu mengkonsumsi tablet Fe secara baik dan
benar
- Ingatkan ibu untuk kontrol ulang tanggal 1/2/2017
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny."I" GII P10001 38-39 Minggu Presentasi Kepala
Janin, Tunggal, Hidup, Dengan Kehamilan Normal
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 6/2/2017/18.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan Utama
Ibu datang ke BPM untuk memeriksakan kehamilannya.
115
B. Objektif
K/U baik, BB 50 kg, TD 105/80 mmHg, S 36,6oC, N 86 x/menit, RR 20
x/menit, TB 149 cm, LILA 24 cm, sklera putih, konjungtiva merah muda,
kedua payudara tidak ada benjolan, kolostrum sudah keluar, pembesaran
abdomen memanjang, abdomen tidak ada bekas uka SC, TFU 2 jari di bawah
px (30 cm), PUKA, presentasi kepala, belum masuk PAP, DJJ 134 x/menit,
TBJ 2790 gram, ekstremitas bawah tidak odema, HPL 12-1-2017.
C. Analisa
Ny ”I” GII P10001 38-39 minggu Presentasi Kepala Janin, Tunggal, Hidup,
dengan kehamilan normal.
D. Penatalaksanaan
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Minggu,
06-02-2017
18.15
WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik, TD 105/80 mmHg, DJJ 134 x/menit. Ibu mengerti dan merasa senang.
18.16
WIB
2. Menganjurkan kepada ibu untuk segera memeriksakan kehamilan ke bidan apabila terjadi pengeluaran lendir dengan darah, pengeluaran cairan, terjadinya kenceng-kenceng persalinan Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan.
18.17
WIB
3. Menganjurkan suami untuk siap siaga mendampingi ibu di rumah dan pada saat persalinan Suami mengerti dan akan melakukan anjuran bidan.
18.18
WIB
4. Menganjurkan ibu untuk menyiapkan perlengkapan persalinan seperti perlengkapan bayi, kendaraan untuk menuju tempat persalinan, biaya persalinan atau jamkesmas beserta persyaratannya. Ibu mengerti dan akan menyiapkan kebutuhannya.
116
4.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” GII P10001 39 Minggu
Inpartu Kala I Fase Aktif Dilatasi Maksimal
Janin, Tunggal, Hidup, dengan Persalinan Normal
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 07-02-2017/04.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
1. Biodata Pasien:
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh perutnya terasa kenceng-kenceng sejak jam 22.00 Wib pada
tanggal 6/2/2017. serta mengeluarkan lendir bercampur darah. HPHT 13-
05-2016.
B. Objektif
K/U baik, TD 110/70 mmHg, S 36,5oC, N 88 x/menit, RR 20 x/menit, sklera
putih, konjungtiva merah muda, kedua puting payudara menonjol, kedua
payudara tidak ada benjolan, kolostrum sudah keluar, pembesaran abdomen
memanjang, TFU 2 jari di bawah px (30 cm), PUKA, presentasi kepala,
masuk PAP (2/5 bagian), DJJ 140 x/menit, TBJ 2945 gram, HIS 3x.10’.40”,
ekstremitas bawah tidak odema, VT: vulva-vagina tidak ada condiloma
akuminata, tidak ada varises, ada blodslow, porsio lunak, eff 50 %, Ø 4 cm,
ket (+), presentasi kepala, HII. HPL 20-2-2017
117
C. Analisa
Ny ”I” GII P10001 39 minggu inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal Janin,
Tunggal, Hidup.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal
Jam Kegiatan Paraf
Selasa, 7/2/2017
04.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik, TD 110/70 mmHg, pembukaan 4 cm, DJJ 140 x/menit, posisi janin normal/letak kepala. Ibu mengerti keadaan diri dan janinnya.
04.15 WIB
2. Menganjurkan ibu berjalan bila kuat, berjongkok atau tidur miring ke kiri. Ibu mengerti dan memilih tidur miring ke kiri.
04.16 WIB
3. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan memberi semangat. Suami dan keluarga mendampingi ibu serta memijat pinggang dan mengipasi ibu.
04.18 WIB
4. Menganjurkan ibu makan dan minum-minuman yang manis. Ibu minum air gula 1 gelas.
04.20 WIB
5. Menganjurkan ibu berkemih jika kandung kemih penuh atau merasa ingin berkemih. Ibu tidak ingin berkemih dan kandung kemih kosong.
04.22 WIB
6. Memeriksa nadi ibu, kontraksi dan DJJ setiap 30 menit atau bila ada indikasi. Hasil terlampir pada partograf.
04.23 WIB
7. Memantau pembukaan dan penurunan kepala setiap 4 jam atau bila ada indikasi. Pemeriksaan akan dilakukan 4 jam lagi atau bila ada indikasi.
04.25 WIB
8. Menyiapkan persiapan pertolongan persalinan ibu, bayi dan petugas. persiapan pertolongan persalinan ibu, bayi dan petugas sudah siap
04.26 WIB
9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada partograf. Hasil terlampir.
118
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” GII P10001 39 Minggu Inpartu Kala II
Janin, Tunggal, Hidup, dengan Persalinan Normal
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 07/02/2017/05.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya semakin kencang-kencang, merasa ingin meneran
seperti ingin BAB.
B. Objektif
K/U baik, TD 100/70 mmHg, S 36,7oC, N 90 x/menit, RR 24 x/menit, DJJ
146 x/menit, HIS 4x.10’.45”, setiap ada HIS ibu ada dorongan meneran,
perineum tampak menonjol, vulva dan anus membuka dan tampak mengalir
air ketuban jernih, VT: v/v taa, porsio tidak teraba, eff 100 %, Ø 10 cm,
ket (-), presentasi kepala, hodge III, UUK jam 12, mollage 0, tidak ada bagian
terkecil di samping kepala janin, tidak ada tali pusat menumbung.
C. Analisa
Ny” I” GII P10001 39 minggu inpartu kala II dengan persalinan normal, Janin
Tunggal Hidup.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal
Jam Kegiatan Paraf
Selasa, 7/2/2017
05.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap (10 cm), keadaan janin baik (DJJ 150 x/menit) dan waktunya ibu untuk meneran. Ibu mengerti keadaan diri dan janinnya.
05.03 WIB
2. Memastikan dan mengawasi tanda gejala kala II (doran, teknus, perjol, vulka). Sudah muncul tanda gejala kala II.
119
05.03 WIB
3. Memastikan kelengkapan alat dan bahan di dalam partus set. Alat dan bahan sudah lengkap, oksitosin sudah dimasukkan ke dalam spuit.
05.07 WIB
4. Memakai alat pelindung diri. Skort telah dipakai beserta alas kaki, tangan sudah dicuci.
05.07 WIB
5. Memberitahu ibu dan meminta keluarga untuk membantu mengatur posisi ibu yaitu posisi setengah duduk atau litotomi dengan memasukkan lengan ibu diperlipatan paha kemudian menariknyake arah perut saat meneran. Ibu mengerti dan sudah dalam posisi litotomi.
05.08 WIB
6. Membimbing ibu meneran saat ada kontraksi. Ibu kooperatif saat diminta meneran.
05.30 WIB
7. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Handuk dan kain sudah dipasang.
05.31 WIB
8. Membuka partus set dan memakai sarung tangan. Partus set sudah dibuka dan sarung tangan sudah terpasang.
05.45 WIB
9. Menolong kelahiran bayi: a. Kepala
Saat kepala muncul di introitus vagina dengan diameter5-6 cm, tangan kanan menahan/melindungi perinium dengan dilapisi kain bersih, tangan kiri menahan kepala bayi agar defleksi perlahan-lahan sampai kepala lahir seluruhnya mulai dari dahi, hidung, mulut dan dagu. kemudian mengecek kemungkinan lilitan tali pusat.Tidak ada lilitan.
b. Bahu depan Setelah kepala putar paksi luar secara spontan,memegang kepala bayi secara biparietal (tangan kanan diatas dan tangan kiri di bawah pada masing-masing kepala bayi),
120
kemudian mengayunkan kepala ke arah bawah hingga bahu depan lahir di bawah arkus pubis
c. Bahu belakang Kemudian mengayunkan kepala bayi ke atas sesuai jalan lahir sehingga bahu belakang lahir
d. Badan Tangan kanan menyanggah kepala, leher dan bahu janin,tangan kiri menelusuri punggung, bokong, tungkai dan kaki (sanggah susur), bayi lahir spontan jam 18.15 WIB, langsung menangis, warna kemerahan, gerak aktif, jenis kelamin laki-laki. kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
05.46 WIB
10. Mengeringkan bayi dengan handuk. Bayi telah dikeringkan kecuali tangan dengan handuk yang berada di atas perut ibu dan dihangatkan.
05.46 WIB
11. Memeriksa TFU untuk memastikan tidak ada bayi kedua. TFU setinggi pusat, janin tunggal.
05.47 WIB
12. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin. Ibu tahu akan disuntik oksitosin.
05.47 WIB
13. Menyuntikkan oksitosin 10 UI secara IM di 1/3 paha atas lateral ibu. Oksitosin sudah masuk 10 UI.
05.47 WIB
14. Menjepit tali pusat dengan klem ± 3 cm dari pusat bayi, mengurut isi tali pusat dan menjepit kembali ± 2 cm dari klem yang pertama. kemudian memotong dan mengikatnya dengan benang steril/DTT. Tali pusat sudah dipotong dan diikat.
05.49 WIB
15. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan IMD, serta menyelimuti bayi dan ibu dan memasang topi bayi. Bayi telah hangat dan ibu kooperatif
121
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Kala III
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 07/2/2017 /05.55WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir dengan selamat, dan masih
merasa mulas sedikit.
B. Objektif
K/U baik, muka tidak pucat, bayi tengkurap di atas perut ibu untuk IMD,
TFU setinggi pusat, tidak ada janin kedua, kontraksi baik, ada semburan
darah ± 20 cc, tali pusat semakin memanjang, uterus globuler.
C. Analisa
Ny ”I” P20002 kala III.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Selasa, 7/2/2017
05.55 WIB
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva sambil mengurut isi tali pusat. Klem tali pusat sudah di dekat vulva.
05.56 WIB
2. Melakukan tekanan dorsokranial saat kontraksi dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Tali pusat bertambah panjang dan plasenta terlepas.
05.57 WIB
3. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan dengan cara memutar hingga selaput ketuban terpilin.Plasenta lahir spontan jam 05.57 WIB.
05.58 WIB
4. Segera melakukan masase uterus 15 kali selama 15 detik. Uterus berkontraksi baik.
05.58 WIB
5. Memeriksa kelengkapan plasenta di bagian maternal dan fetal. Plasenta dan selaput ketuban utuh, kotiledon utuh (18 buah), diameter ± 18 cm, tebal ± 2,5 cm, insersi tali pusat lateralis,
122
panjang tali pusat ±50 cm, berat ± 500 gram.
05.59 WIB
6. Memeriksa kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium. Terjadi laserasi derajat II.
05.59 WIB
7. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik
06.00 WIB
8. memberitahu ibu bahwa ada robekan dan akan di lakukan penjahitan ibu menyetujuinya
06.00 WIB
9. Melakukan penjahitan perineum dengan anastesi Luka sudah di jahit dengan jelujur dan subcutis.
06.10 WIB
10. Menilai perdarahan ± 100 cc
06.12 WIB
11. Membiarkan bayi tetap IMD selama 1 jam Bayi tetap di dada ibu
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Kala IV
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 07/2/2017 /06.17 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Merasa lega bayinya lahir dengan selamat dan ari-arinya lahir lengkap. dan
masih merasa lelah dan mulas sedikit.
B. Objektif
K/U baik, TD 100/70 mmHg, N 86 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,7oC,
muka tidak pucat, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong, perdarahan normal, lokhea rubra, perdarahan pervaginam ±100 cc.
C. Analisa
Ny ”I” P20002 kala IV.
123
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Selasa, 7/2/2017
06.17 WIB
1. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan pervaginam. UC baik.
06.19 WIB
2. Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus dan menilai kontraksi. Ibu dan keluarga dapat melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
06.20 WIB
3. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah. ± 100 cc.
06.21 WIB
4. Menempatkan semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5 %. Peralatan di dekontaminasi selama 10 menit.
06.23 WIB
5. Membuang sampah atau bahan-bahan terkontaminasi pada tempat sampah yang sesuai. Bahan terkontaminasi dibuang ke tempat sampah medis dan non medis.
06.24 WIB
6. Membersihkan ibu menggunakan air DTT dan membantu menggunakan pakaian bersih. Ibu merasa bersih dan nyaman.
06.27 WIB
7. Membersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %. Tempat bersalin bersih dan ibu lebih nyaman.
06.30 WIB
8. Mencuci peralatan dan handscoon dengan sabun dan air mengalir. Peralatan bersih dan akan dikeringkan.
06.40 WIB
9. Melakukan observasi kala IV dan mendeteksi tanda bahaya nifas. Hasil observasi tercantum pada partograf.
06.45 WIB
10. Melakukan perawatan BBL setelah 1 jam IMD. BB 3200 gram, PB 49 cm, LIKA (CSB 30 cm, CFO 31 cm, CMO 32 cm), LIDA 33 cm, S 36,9oC, RR 44 x/menit. Tali pusat sudah dirawat dan dibungkus dengan kassa steril, Salep mata oxytetracyclin 1 % dan Vit K 1 mg sudah diberikan, Bayi sudah dipakaikan pakaian bayi dan bedong.
124
06.50 WIB
11. Membantu ibu memberikan ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Bayi dapat menyusu dengan benar.
06.55 WIB
12. Menganjurkan keluarga memberi makanan atau minuman yang diinginkan ibu. Keluarga memberi roti pada ibu.
4.3 Asuhan Kebidanan pada Nifas
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 6 Jam Post Partum Dengan Nifas Normal
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 07-2-2017 Jam : 09.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Desa pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan Utama
Ibu merasa kondisinya sudah lebih baik, masih belum bisa BAB.
B. Objektif
K/U baik, TD 100/60 mmHg, N 88 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 37oC, muka
tidak pucat, sklera putih, konjungtiva merah muda, kedua puting susu
menonjol, ASI keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik / keras,
lochea rubra, perdarahan ± 20 cc, ada jahitan perineum, ekstermitas tidak
oedema.
C. Analisa
Ny ”I” P20002 6 jam post partum dengan nifas normal.
125
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Kamis, 07/02/2017
08.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, TD 100/60 mmHg. Ibu mengerti dan merasa senang.
08.12 WIB
2. Mengajari ibu vulva hygiene yang benar yaitu menyekannya dangan air mengalir dari arah depan ke belakang Ibu mengerti dan tahu car vulva hygiene yang benar.
08.13 WIB
3. Menganjurkan ibu untuk makan yang mengandung protein seperti telur, serta mengkonsumsi sayuran untuk memperlancar produksi ASI Ibu mengerti dan akan makan-makanan yang dianjurkan.
08.15 WIB
4. Memberi KIE tentang mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran darah sisa persalinan (lochea), mempercepat kembalinya rahim kesemula, mengurangi infeksi, memperlancar peredaran darah. Ibu mengerti tentang manfaat mobilisasi.
08.18 WIB
5. Memberi KIE tentang pentingnya BAK dan BAB setelah melahirkan untuk mencegah infeksi pada saluran perkemihan dan mencegah terjadinya sembelit. Ibu harus BAK minimal 2 jam setelah melahirkan dan bisa BAB minimal 3 hari setelah melahirkan. Ibu mengerti pentingnya BAK dan BAB setelah melahirkan.
08.20 WIB
6. KIE ibu cara menyusui yang benar yaitu setiap 2 jam sekali atau jika bayi menangis secara bergantian antara payudara kiri dan kanan dan tidak memberi makanan tambahan pada bayi sampai berusia 6 bulan. Ibu mengerti menyusui bayinya dan mencoba.
08.24 WIB
7. Memberi KIE mengenai tanda bahaya pada ibu nifas dan bayi baru lahir dan cara mencari pertolongan seperti perdarahan dari jalan lahir, pusing hebat, kaki bengkak,demam tinggi. Pada bayi warna kulit kuning, bayi kebiruan, tali pusat kemerahan atau bernanah, bayi
126
merintih, kejang, dan lain-lain. Segera periksa ke bidan jika mengalami hal tersebut. Ibu mengerti tentang tanda bahaya pada ibu nifas dan BBL serta akan segera periksa jika mengalaminya.
08.27 WIB
8. Konseling cara minum tablet tambah darah untuk mencegah anemia 1x1 tablet/hari, Amoxicillin untuk mencegah infeksi 3x1 dan juga vitamin A 1x1 untuk meningkatkan kualitas ASI dan meningkatkan daya tahan tubuh. Ibu telah meminumnya dan akan rutin untuk meminumnya.
08.30 WIB
9. Konseling ASI eksklusif Ibu akan memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan.
08.31 WIB
10. Konseling jadwal kunjungan ulang 1 minggu lagi untuk memantau keadaan ibu atau jika ada keluhan.
08.32 WIB
11. Konseling tentang alat kontrasepsi pasca salin. Ibu merencanakan menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan.
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Post Partum Hari Ke-6 Dengan Nifas Normal
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien Desa Pengarang RT 05 RW 02
Tanggal/Waktu Pengkajian : 12/2/2017 09.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Ibu merasa lebih sehat, tidak ada keluhan apapun, dan sudah bisa BAB dan
menyusui bayinya.
B. Objektif
K/U baik, TD 100/80 mmHg, N 86 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,9oC,
muka tidak pucat, sklera putih, konjungtiva merah muda, kedua puting susu
menonjol, ASI keluar lancar, TFU 2 jari diatas sympisis, kontraksi baik/
127
keras, kandung kemih kosong, lokhea sanguinolenta, perdarhan ± 5 cc, ada
jahitan perineum, ekstermitas tidak oedema.
C. Analisa
P20002 post partum hari ke-6 dengan nifas normal.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Jumat , 12/2/2017
09.05 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, serta jahitan perineum kering dan baik, TD 100/80 mmHg. Ibu mengerti dengan keadaannya.
09.06 WIB
2. Menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya selama 6 bulan Ibu akan tetap menyusui bayinya selama 6 bulan.
09.07 WIB
3. Memberi konseling pada ibu tentang ASI on demand yaitu menyusui bayinya setiap 2 jam setiap hari agar produksi ASI semakin lancar serta menyusui secara bergantian antara payudara yang kiri dan kanan dengan mengosongkan payudara yang satu terlebih dahulu agar bayi mendapat nutrisi penuh dari ASI Ibu mengerti dan akan menyusui bayinya setiap 2 jam secara bergantian antara payudara kanan dan kiri.
09.08 WIB
4. Memberi KIE tentang perawatan tali pusat bayi dengan kassa kering tanpa dibubuhi apapun dan diganti setiap bayi selesai mandi Ibu mengerti tentang perawatan tali pusat bayi.
09.09 WIB
5. Memberi KIE tentang pentingnya nutrisi, kebersihan dan istirahat pada ibu nifas guna mempercepat pemulihan kesehatan ibu nifas. Ibu mengerti tentang pentingnya nutrisi, kebersihan, dan istirahat.
09.10 WIB
6. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 18-02-2017 atau bila ada keluhan. Ibu mengerti dan tahu kapan harus periksa.
09.12 WIB
7. Mengingatkan kembali untuk menggunakan KB pasca melahirkan Ibu berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.
128
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Post Partum Hari Ke-14 Dengan Nifas Normal
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien Desa Pengarang RT 05 RW 02
Tanggal/Waktu Pengkajian : 21/2/2017/09.35 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Keadaan ibu lebih sehat dan merasa sudah lebih baik
B. Objektif
K/U baik, TD 90/60 mmHg, N 80 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 37oC, muka
tidak pucat, sklera putih, konjungtiva merah muda, kedua puting susu
menonjol, ASI keluar lancar, TFU tidak teraba, kandung kemih kosong,
lokhea alba, jahitan perineum kering dan baik, ekstermitas tidak oedema.
C. Analisa
P20002 post partum hari ke-14 dengan nifas normal.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Selasa , 21/2/2016
09.50 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, TD 90/60 mmHg. Ibu mengerti dengan keadaannya.
09.55 WIB
2. KIE kembali cara menyusui bayi dengan benar Ibu mengeti dan akan melaksanakannya
09.57 WIB
3. Mengingatkan kembali untuk menggunakan KB pasca melahirkan Ibu berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.
10.00 WIB
4. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan. Ibu mengerti dan tahu kapan harus periksa tanggal 27-2-2017
129
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Post Partum Hari Ke-28 Dengan Nifas Normal
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien Desa Pengarang RT 05 RW 02
Tanggal/Waktu Pengkajian : 7/3/2017 /09.30 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Ibu mengatakan keadaannya sehat dan tidak ada keluhan apapun.
B. Objektif
K/U baik, TD 100/80 mmHg, N 80 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,5oC,
muka tidak pucat, sklera putih, konjungtiva merah muda, kedua puting susu
menonjol, ASI keluar lancar, TFU tidak teraba, kandung kemih kosong,
lochea alba,, ekstermitas tidak oedema.
C. Analisa
P20002 post partum hari ke-28 dengan nifas normal.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Selasa, 7/3/2017
09.40 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, TD 100/80 mmHg. Ibu mengerti dan mengetahui keadaannya..
09.45 WIB
2. Memastikan ibu mendapat nutrisi cukup dan bergizi untuk kesehatan ibu karena sedang menyusui. Ibu mendapat nutrisi cukup, makan 3 kali/hari dengan menu variasi atau seimbang.
09.47 WIB
3. KIE pada ibu tentang batasan hubungan seksual sebelum menggunakan alat kontrasepsi Ibu mengerti tentang anjuran bidan
09.50 WIB
4. KIE alat kontrasepsi KB yang cocok untuk ibu menyusui dan kapan menggunakannya. Ibu mengerti dan memilih KB suntik 3 bulan pada hari ke-42.
09.55 WIB
5. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu minggu ke-6 untuk melakukan penggunaan KB, maksimal tanggal 22/3/2017 Ibu mengerti dan tahu kapan harus berKB yaitu tanggal 22/3/2017
130
4.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Ny.”I” Usia 6 Jam Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan Dengan Berat Badan Lahir Normal
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 7/2/2017/ 05:45 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
1. Biodata
Nama Anak : Bayi Ny.”I”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 07/02/2017
Waktu Lahir : 05.45 WIB
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 301tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Desa pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya di BPM pada tanggal
07/02/2017 jam 05.45 WIB, ditolong oleh bidan. Keadaan bayi langsung
menangis, gerak aktif, warna kemerahan, jenis kelamin laki-laki dan
belum menyusu.
B. Objektif
K/U baik, RR 44x/menit, suhu 36,80c, menangis kuat, warna kulit kemerahan,
gerak aktif, jenis kelamin laki-laki, tidak ada cacat.
C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 6 Jam
131
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Kamis, 07/02/2017
05.45 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa bayi lahir normal dan sehat, jenis kelamin laki-laki dan tidak ada cacat. Ibu dan keluarga mengetahui keadaan bayinya dan merasa senang.
05.46 WIB
2. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali pada tangan tanpa menghilangkan verniks. Bayi tampak kering dari cairan ketuban.
05.47 WIB
3. Mengganti handuk basah dengan handuk/kain bersih dan kering untuk mencegah hipotermia. Bayi terselimuti.
05.48 WIB
4. Setelah menyuntikkan oksitosin, menjepit tali pusat dengan klem kemudian memotong dan mengikatnya dengan benang steril. Tali pusat terpotong dan sudah diikat.
05.50 WIB
5. Melakukan IMD pada bayi selama minimal 1 jam atau sampai bayi berhasil menyusu. Bayi berada di atas dada ibu dalam keadaan tengkurap dan IMD.
05.51 WIB
6. Menyelimuti bayi dan ibu dengan satu selimut serta memakaikan topi bayi. Bayi dan ibu terselimuti.
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Ny.”I” Usia 3 Hari Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan dengan Berat Badan Normal
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien Desa Pengarang RT 05 RW 02
Tanggal/Waktu Pengkajian : 9/2/2017 /07.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Bayi sehat dan semakin aktif menyusu, tidak rewel dan tidak ada keluhan.
132
B. Objektif
K/U baik, suhu 36,90C, RR 50 x/menit, N 120 x/menit. BB 3200 gram, PB 49
cm, LIKA (CSB 33 cm, CFO 34 cm, CMO 36 cm), LIDA 35 cm.
Pada mata sklera putih, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi (pus),
konjungtiva merahmuda, pada hidung tidak ada retraksi cuping hidung, tidak
ada secret, pada abdomen tidak membuncit, tali pusat kering dan belum lepas,
bergerak aktif, warna kulit kemerahan, daya isap kuat, warna tinja kuning.
C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 3 hari
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal
Jam Kegiatan Paraf
Kamis, 09/2/2017
09.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayinya normal, BB 3000 gram, PB 49 cm. Ibu dan keluarga mengerti dan merasa senang.
09.03 WIB
2. Mengingatkan ibu cara merawat bayi agar bayi tetap sehat dan terhindar dari infeksi, seperti cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, memberi ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, menjaga kehangatan bayi, menghindari asap dari bayi, dan lain-lain. Ibu mengerti dan akan merawat bayinya dengan benar.
09.05 WIB
3. KIE pada ibu tentang perawatan tali pusat bayi dengan kassa kering tanpa dibubuhi apapun dan diganti setiap bayi selesai mandi. Ibu mengerti dan melaksanakannya
09.07 WIB
4. Konseling kepada ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau ke puskesmas 1 bulan lg untuk melakukan imunisasi Ibu mengerti dan melaksanakannya
133
Catatan Perkembangan
Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Ny.”I” Usia 16 Hari Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan dengan Berat Badan Normal
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien Desa Pengarang RT 05 RW 02
Tanggal/Waktu Pengkajian : 22/2/2017 /09.00 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat.
B. Objektif
K/U baik, suhu 36,50C, RR 49 x/menit, N 120 x/menit. BB 3400 gram, PB 51
cm, LIKA (CSB 33 cm, CFO 34 cm, CMO 36 cm), LIDA 35 cm.
Pada mata sklera putih, tidak ada perdarahan, tidak ada tanda infeksi (pus),
konjungtiva merahmuda, pada hidung tidak ada retraksi cuping hidung, tidak
ada secret, pada abdomen tidak membuncit, tali pusat sudah lepas, bergerak
aktif, warna kulit kemerahan, daya isap kuat, warna tinja kuning.
C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 16 hari
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal Jam Kegiatan Paraf
Rabu, 22/2/2017
09.50 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayinya normal, BB 3400 gram, PB 52 cm.
Ibu dan keluarga mengerti dan merasa senang.
09.51 WIB
2. Mengingatkan ibu cara merawat bayi agar bayi tetap sehat dan terhindar dari infeksi, seperti cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, memberi ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, menjaga kehangatan bayi, menghindari asap dari bayi, dan lain-lain. Ibu mengerti dan akan merawat bayinya dengan benar.
09.52 WIB
3. Menjelaskan tentang tanda bayi sakit atau tanda bahaya pada bayi seperti warna kulit
134
tampak kuning, bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semuanya, bayi sesak nafas, warna kulit kebiruan, bayi kejang, mata bernanah, dan lain-lain. menganjurkan ibu untuk segera membawa bayi periksa jika mengalami hal tersebut. Ibu mengerti dan akan segera membawa bayi periksa jika sakit.
09.55 WIB
4. Mengingatkan ibu tentang macam-macam imunisasi dasar pada bayi beserta waktu imunisasi. Jenis imunisasi BCG + Polio1 (1 bulan), DPT/Hb 1 + Polio 2 (2 bulan), DPT/Hb 2 + Polio 3 (3 bulan), DPT/Hb 3 + Polio 4 (4 bulan), dan campak (9 bulan). Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayinya saat bayi berusia 1 bulan. Ibu mengerti tentang jenis dan jadwal imunisasi pada bayi dan akan membawa bayinya imunisasi.
10.00 WIB
5. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya untuk periksa kebidan atau pelayanan kesehatan terdekat jika ada keluhan. Ibu mengerti dan bersedia membawa bayinya periksa jika ada keluhan.
4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
Asuhan Kebidanan
Pada Ny.”I” P20002 Akseptor Baru
Keluarga Berencana Suntik 3 bulan
Tempat Pengkajian : BPM Ny “T”
Tanggal/Waktu Pengkajian : 19/3/2017 /16.25 WIB
Nama Pengkaji : Ayu Amalia
A. Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 27 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Bangsa
135
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang beras
Alamat : Desa pengarang RT 05 RW 02
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin suntik Kb 3 bulan, ibu melahirkan anak keduanya
pada tanggal 07/02/2017.
B. Objektif
K/U baik, BB 49 kg, TD 140/90 mmHg, N 80 x/menit, RR 18 x/menit, suhu
36,5oC, muka tidak pucat, sklera putih, konjungtiva merahmuda, kedua puting
susu menonjol, payudara tidak ada benjolan, ASI keluar, abdomen tidak ada
pembesaran, ekstremitas tidak varises, tidak oedema.
C. Analisa
P20002 calon akseptor Keluarga Berencana suntik 3 bulan.
D. Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal
Jam Kegiatan Paraf
Minggu, 19/3/201
16:30 WIB
1. Tersenyum, menyapa pasien dan yang menemamani pasien dan memperkenalkan diri kepada pasien. Untuk menjaga privacy pasien
16:31 WIB
2. Menanyakan tujuan kunjungan ibu Ibu mengerti
16:32 WIB
3. Memberikan informasi umum tentang Kelu arga Berencana (KB) dan konseling macam-macam KB setelah melahirkan seperti pil mini, implant, IUD, dan KB suntik 3 bulan, menjelaskan tentang pengertian, cara pemasangan, kerugian dan keuntungan. Ibu mengerti dan ibu memilih kb suntik 3 bulan
16:40 WIB
4. Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya Ibu mengerti
16:42 WIB
5. Menanyakan kepada ibu tentang tujuan pemakaian alat kontrasepsi (ingin mengatur jarak kehamilan/inginmembatasi anak). Ibu mengerti dan dapat menjelaskan hal tersebut
16:45 WIB
6. Menanyakan sikap/agama yang dianutnya yang dapat mendukung /menolak salah satu / lebih dari kontrasepsi yang ada
136
Ibu mengerti dan didalam agama ibu boleh menggunnakan kontrasepsi apapun.
METODE KONSELING 16:47 WIB
7. Memberikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan ibu. Ibu bersedia
16:48 WIB
8. Mengumpulkan data-data pribadi pasien (nama, alamat, dll) Ibu bersedia
16;49 WIB
9. Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko, serta keuntungan masing-masing kontrasepsi. Ibu mengerti
16:50 WIB
10. Mendiskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran pasien dengan simpatik. Ibu mengerti dan ibu berkomitmen untuk menggunakan kb suntik 3 bulan
16:52 WIB
11. Membantu ibu untuk memilih metode yang tepat Ibu bersedia
BILA KLIEN MEMILIH KB SUNTIK 3 BULAN 16:54 WIB
12. Menjelaskan kemungkinan efek samping, sampai benar-benar dimengerti oleh pasien Ibu mengerti tentang penjelasan bidan
16.59 WIB
13. Melakukan penapisan KB Hormonal
17:00 WIB
14. Menjelaskan tentang prosedur Kb suntik 3 bulan Ibu mengerti
17:05 WIB
15. Memberikan kesempatan bertanya kepada klien dan suaminya dan berikan jawaban sesuai kebutuhan. Ibu mengerti
17:08 WIB
16. Mempersilahkan pasien dan suaminya untuk membaca informed consent dan mintalah tanda tangan pasien dan suaminya. Ibu dan suami setuju mantap memilih KB suntik 3 bulan
PENATALAKSANAAN KB SUNTIK 3 BULAN 17.10 WIB
17. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu baik, TD 100/80 mmHg dan dapat menggunakan KB suntik. Ibu mengerti.
17.15 WIB
18. Menyiapkan alat dan bahan seperti spuit, obat, kapas, alkohol Alat dan bahan tersedia dan siap digunakan.
17.17 WIB
19. Melaksanakan KB suntik 3 bulan secara IM KB suntik 3 bulan sudah masuk dan tidak
137
ada reaksi. 17.18 WIB
20. Memberitahu ibu bahwa tindakan sudah selesai dan memberitahu ibu untuk tidak menggosok bekas suntikan KB Ibu mengerti.
17.24 WIB
21. Merapikan alat dan pasien Sampah medis sudah dibuang dan alat sudah dirapikan.
17.25 WIB
22. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik. Hasil terlampir.
17.28 WIB
23. Menjelaskan pada ibu masa efektif KB yaitu 7 hari setelah suntik dan menganjurkan ibu tidak berhubungan seksual atau memakai kontrasepsi yang lain sampai 7 hari Ibu mengerti masa efektif KB yaitu 7 hari setelah suntik.
17.29 WIB
24. Menjadwalkan kunjungan ulang tanggal 10-06-2017. Ibu mengerti kapan harus suntik kembali
138
s
138
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan di uraikan tentang asuhan kebidanan yang
telah dilaksanakan secara berkesinambungan (Continuity of care) yang membahas
ada tidaknya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan pelaksanaan.
Pembahasan yang dilakukan sesuai manajemen kebidanan dengan metode Varney
dan SOAP yaitu mengidentifikasi data subjektif dan objektif, menganalisa dari
data subjektif dan objektif serta menetapkan tindakan atau penatalaksanaan
asuhan kebidanan.
Pembahasan dilakukan agar dapat diambil kesi pulan serta solusi dari
kesenjangan teori yang ada dengan praktik, sehingga dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien
khususnya pada pasien Ny."I" GII P10001 dengan manajemen asuhan kebidanan
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan ibu keluarga berencana (KB).
Berdasrkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny."I" sejak
tanggal 25 Januari 2017 sampai 7 Maret 2017 atau sejak masa kehamilan Ny."I"
berusia 37 minggu (masa hamil), bersalin, sampai 6 minggu post partum, asuhan
neonatus (bayi baru lahir) 0-28 hari, dan pelayanan KB didapatkan hasil sbb:
5.1. Kehamilan
Pada laporan studi kasus Ny “I” pemeriksaan dilakukan sebanyak 12 kali
selama kehamilan. Pada Trimester I melakukan pemeriksaan sebanyak 3 kali,
trimester II sebanyak 2 kali dan pada trimester III melakukan pemeriksaan
sebanyak 7 kali di BPM Ny “T”. Dalam pemeriksaan kehamilan peneliti
melakukan pemeriksaan sebanyak 2 kali yaitu pada usia kehamilan 37 minggu
dan pada usia 38-39 minggu
Kebijakan pemerintah tentang kunjungan Antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu sebagai berikut: 1x pada trimester I (usia kehamilan
sebelum 16 minggu), 1x pada trimester II (antara minggu ke 24-28), dan 2x pada
trimester III (antara minggu 30-32 dan antara minggu 36-38) (WHO, 2013).
139
Berdasarkan teori dan kasus Ny "I" tidak mengalami kesenjangan karena ibu
melakukan pemeriksaan secara rutin, usia ibu termasuk dalam usia reproduktif,
dan sebelumnya ibu sudah pernah melahirkan dan mengetahui apa saja yang
dibutuhkan dalam kehamilan.
Selama kehamilan Ny ”I” dilakukan penilaian resiko kehamilan dengan
kartu skor Poedji Rochjati (KSPR) dan didapati jumlah skor 2 dengan warna
hijau, selama hamil tanpa faktor resiko. Termasuk kehamilan resiko rendah
(KRR). Saat peneliti melakukan pemeriksaan pertama kali yaitu usia kehamilan
37 minggu ibu tidak ada keluhan dan saat pemeriksaan ke dua, pada usia
kehamilan 38-39 minggu ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Petugas telah
memberikan pengertian dan asuhan pada ibu untuk mengatasi keluhan yang
dialaminya.
KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati) adalah kartu skrining untuk menentukan
tingkat resiko pada ibu hamil (Prawirohardjo, 2008). Ukuran resiko dapat
dituangkan dalam bentuk angka dan skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari
berat atau ringannya resiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian
tingkat resiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kehamilan resiko rendah (KRR), dengan jumlah
skor 2, kehamilan resiko tinggi (KRT), dengan jumlah skor 6-10, kehamilan
resiko sangat tinggi (KRST), dengan skor ≥ 12 (Prawirohardjo, 2008).
Hal ini tidak mengalami kesenjangan dengan teori karena Ny "I" memiliki
skor 2 dan boleh melakukan persalinan di bidan praktik mandiri (BPM). Dengan
demikian kehamilan Ny "I" temasuk dalam kehamilan resiko rendah (KRR),
Ny "I" berencana melakukan persalinan di BPM.
Selama pemeriksaan Ny ”I” telah mendapatkan standar minimal pelayanan
kehamilan yang terdiri dari 10 T, yang diantaranya: pertama ialah Menimbang
Berat badan dan Tinggi badan, berat badan Ny ”I” sebelum kehamilan 49 kg saat
usia kehamilan 37-38 minggu menjadi 58 kg, sehingga mengalami kenaikan berat
badan Ny ”I” sebanyak 9 kg dan tinggi badan Ny ”I” 150 cm. Kedua melakukan
Pengukuran tekanan darah, dimana tekanan darah rata-rata Ny ”I” selama
kehamilan yaitu 100/60 hingga 130/80 mmHg. Ketiga mengukur lingkar lengan
atas Ny "I" yaitu 24 cm. Keempat mengukur tinggi fundus uteri (TFU) Ny ”I”
140
sesuai dengan usia kehamilan yaitu 2 jari dibawah proxesus xipoideus (PX).
Kelima presentasi janin yaitu kepala dan denyut jantung janin dalam batas normal.
Keenam Pemberian imunisasi TT, dimana status imunisasi TT Ny ”I” yaitu TT 5
dimana Ny ”I” mendapatkan imunisasi disaat bayi, kelas 1 SD, kelas 2 SD, suntik
calon pengantin 1 kali, dan pada saat kehamilan pertama 1 kali. Ketujuh
Pemberian tablet zat besi (Fe) Ny "I" mendapat tablet Fe setiap periksa kebidan
dan mengkonsumsinya secara rutin setiap hari. Kedelapan Ny "I" pernah
melakukan pemeriksaan Hb pada TM I yaitu 13,3 gr/dl dan pada TM III yaitu
11,8 gr/dl. Kesembilan Tatalaksana kasus kemudian terakhir Temuwicara
(konseling) perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
Menurut Sulistiawati (2009), dalam proses kehamilan terjadi perubahan
sistem dalam tubuh yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi fisik. Dalam
prosesadaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidak nyamanan, hal
ini adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan.
Menurut Depkes RI (2009), standart asuhan minimal kehamilan termasuk
dalam 10 T antara lain: BB minimal pada kehamilan naik 9 kg dan tinggi badan ≥
145 cm, ukur tekanan darah normal 110/80-120/80 mmHg, ukuran LILA minimal
23,5 cm untuk skrining ibu hamil beresiko kekurangan energi kronik (KEK) atau
tidak, pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri) berguna untuk melihat
pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan, tentukan presentasi
janin dan DJJ normalnya 120-160 kali per menit, pemberian imunisasi TT,
pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan, tes laboratorium
diantaranya; tes golongan darah, tes hemoglobin, tes pemeriksaan urine, tes HIV
dan Sifilis, dan tes Malaria dilakukan didaerah endemis, tata laksana kasus, dan
temu wicara (konseling) dalam rangka rujukan.
Berdasarkan teori dan kasus Ny "I" tidak ada kesenjangan dari teori maupun
kasus pada masa kehamilan karena pada saat pemeriksaan kehamilan dilakukan
dengan 10T setiap kali kunjungan, serta pola nutrisi ibu dan pengetahuan ibu
tentang kehamilan sangat baik.
Pada saat peneliti melakukan pemeriksaan kedua, ibu mengeluh nyeri perut
bagian bawah. Keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang fisiologis dan
normal, petugas telah memberikan pngertian dan asuhan yaitu untuk istirahat yang
141
cukup serta tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat. Dalam teori dan kasus
Ny "I" tidak terdapat kesenjangan.
5.2. Persalinan
Pada laporan studi kasus Ny ”I” GII P10001 37-39 minggu datang ke BPM
pukul 04.00 WIB (7 Februari 2017) dengan keluhan kenceng-kenceng sejak
kumpul 22.00 WIB (7 Februari 2017), nyeri perut bagian bawah tembus
kepinggang. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) dalam batas normal. Pada
pukul 04.00 WIB (7 januari 2016) melakukan pemeriksaan dalam Vaginal Touch
(VT) dengan hasil: vulva-vagina tidak ada condiloma akuminata, tidak ada
varises, ada blodslow, porsio lunak, eff 50 %, Ø 4 cm, ket (+), presentasi kepala,
HII. Pada pukul 05.00 WIB (7 Februari 2017) dilakukan VT ulang dengan
indikasi ketuban pecah didapatkan hasil : v/v taa, porsio tidak teraba, eff 100 %, Ø
10 cm, ket (-) , presentasi kepala, hodge III, UUK jam 12, mollage 0, tidak ada
bagian terkecil di samping kepala janin, tidak ada tali pusat menumbung.
Kala I Ny "I" sejak terdapat tanda-tanda persalinan yaitu keluhan perutnya
terasa kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan
lahir. Sejak dilakukan pemeriksaan dalam pertama dengan pembukaan 4 cm
sampai pembukaan lengkap berlangsung selama 1 jam. Selama kala I bidan
memberikan asuhan kebutuhan aktivitas sebelum persalinan, yaitu menganjurkan
ibu berjalan-jalan bila kuat atau tidur posisi miring kiri, pemenuhan nutrisi
sebelum persalinan dengan makan dan minum-minuman yang manis seperti air
gula, teh, susu, nasi/roti sebagai sumber tenaga, mengajarkan ibu teknik relaksasi
pernafasan saat perut berkontraksi yaitu dengan mengambil nafas panjang dari
hidung dan mengeluarkannya dari mulut untuk mengurangi rasa nyeri saat
kontraksi, menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecill (BAK) karena
akan menghalanhi penurunan kepala janin. Kala II Ny "I" diawali sejak
pembukaan lengkap dan ditandai dorongan untuk meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka. Bidan memberikan asuhan
kebutuhan posisi pada ibu dan ibu memilih posisi setengah duduk. Ibu dipimpin
meneran didampingi suami. Pada pukul 05.45 WIB (7 februari 2017) bayi lahir
spontan, letak belakang kepala, dan telah dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
142
Proses persalinan dilakukan dengan asuhan persalinan normal (APN) 58 langkah.
Kala III Ny "I" berlangsung saat bayi lahir sampai dengan plasenta lahir, yang
diawali dengan tanda-tanda kelahiran plasenta yaitu uterus menjadi bundar, tinggi
fundus uteri setinggi pusat, tali pusat bertambah panjang, ada semburan darah
tiba-tiba. Dengan penengangan tali pusat terkendali (PTT), plasenta lahir spontan
dan lengkap pukul 05.57 WIB, kontraksi uterus baik, tidak terjadi perdarahan
akibat robekan atau sisa plasenta. Selama kala IV dipantau kontraksi rahim,
perdarahan, kandung kemih, keadaan bayi dan tanda-tanda vital (TTV) yaitu
(tekanan darah, nadi, dan suhu) setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada jam ke 2 dan didokumentasikan dalam partograf.
Menurut Jenny sondakh (2013) Tanda dimulainya proses persalinan antara
lain: terjadinya HIS persalinan yang bersifat teratur, pinggang terasa sakit dan
menjalar kedepan, interval semakin pendek dan kekuatan semakin besar, semakin
beraktifitas (jalan), kekuatan akan semakin bertambah, pengeluaran lendir dengan
darah, pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah
ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap.
Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung
kurang dari 24 jam. Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala, yaitu: kala I (kala
pembukaan) dibagi atas 2 fase; fase laten terjadi pembukaan serviks yang
berlansung 3 cm, lamanya 8 jam, fase aktif berlangsung selama 7 jam sejak
pembukaan serviks 4-10 cm; kala 2 berlangsung selama 1,5-2 jam pada
primigravida dan 1,5-1 jam pada multigravida; kala 3 berlangsung selama tidak
lebih dari 30 menit; kala 4 dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post
partum.
Berdasarkan teori dan kasus pada Ny "I" tidak mengalami kesenjangan
karena selama inpartu berlangsung Ny "I" sangat kooperatif selalu mengikuti
saran dan anjuran bidan seperti posisi miring kiri agar penurunan kepala janin
berlangsung cepat dan bayi tidak kekurangan oksigen, mengatur pernafasan jika
mulai ada HIS kontraksi, setelah selesai kontraksi ibu meminum air gula sebagai
cadangan energi.
143
5.3. Nifas
Pemeriksaan nifas yang dilakukan pada Ny ”I” sebanyak 4 kali yaitu 6 jam
post partum, 6 hari post partum, 14 hari post partum, 28 hari post partum. TTV
Ny ”I” dalam batas normal. Pengeluaran ASI lancar dan tidak ditemukan adanya
bendungan ASI. Pada pemeriksaan pertama yaitu 6 jam post partum, TFU teraba
2 jari dibawah pusat, pengeluaran pervaginam lochea berwarna merah segar
(lochea rubra) jumlah pengeluaran darah ±20 cc, tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, pernafasan, suhu) dalam batas normal. Terapi yang diberikan pada ibu yaitu
vitamin A 2 kapsul (1x/hari) dan amoxicilin (3x/hari). Asuhan yang diberikan
yaitu menjelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan genetalia, memberiakn
konseling mengenai pentingnya dan manfaat ASI pertama/kolostrum bagi bayi,
membaritahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas, menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup, dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif.
Pemeriksan selanjutnya dilakukan dengan kunjugan rumah pasien dan
pemeriksaan berjalan dengan lancar, Ny "I" tetap dalam keadaan baik, tidak
terdapat tanda-tanda bahaya, ASI keluar lancar, penurunan TFU sesuai, lochea
tidak terdapat kelainan. Ny "I" mendapatkan dukungan baik dari suami, keluarga
dan masyarakat tentang cara merawat bayinya. Asuhan yang diberikan pada
kunjungan yaitu mengajari ibu untuk melakukan perawatan payudara,
menganjurkan ibu makan-makanan bergizi seimbang dan berprotein tinggi,
mengajari ibu untuk melakukan perawatan tali pusat.
Menurut Midwefery Update (2016), kunjungan masa nifas paling sedikit
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah
persalinan; Kunjungan kedua waktu 6 hari setelah persalinan; Kunjungan ketiga,
waktu 2 minggu setelah persalinan; Kunjungan keempat waktu 6 minggu setelah
persalinan. Pada ibu nifas terjadi pengerutan rahim (involusi uterus) atau
kembalinya rahim kebentuk semula seperti sebelum hamil, yaitu bayi lahir
setinggi pusat, plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu pertengahan pusat
dan symphisis, 2 minggu tidak teraba diatas symphisis, 6 minggu bertambah kecil,
8 minggu sebesar normal.
Menurut Suherni (2009), masa nifas mengeluarkan ekskresi cairan
rahim/lochea yang terjadi selama ± 2 minggu. Lochea terdiri dari: Lochea rubra:
144
lochea rubra keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum dengan
warna merah segar; Lochea sanguilenta: lochea ini berwarna merah kecoklatan
dan berlendir serta berlangsung dari hari ke4 sampai hari ke-7 post partum;
Lochea serosa: lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, robekan atau laserasi plasenta, keluar pada hari ke-7 sampai hari
ke-14; Lochea alba: lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit, sel
desidua, sel epitel, selaput lendir, serabut jaringan yang mati, dan berlangsung
selama 2-6 minggu post partum; Lochea purulenta: lochea yang keluar cairan
nanah berbau busuk; Lochiotosis: Tidak lancar keluarnya.
Berdasarkan paparan kasus dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Masa nifas Ny "I" berjalan
dengan lancar dan tidak ada penyulit yang menyertai karena Ny "I" selalu
mengikuti saran yang sudah diberikan agar setelah melahirkan tidak
diperbolehkan untuk mutih, melakukan mobilisasi segera, menjaga kebersihan
genetalianya, meminum obat maupun vitamin yang diberikan bidan secara rutin
serta suami maupun mertua selalu mendukung dan memperhatikan Ny "I".
5.4. Bayi Baru Lahir (BBL)
Hasil pengkajian pada bayi Ny ”I” lahir pukul 05.45 WIB (7 Februari
2017)menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, berat badan 3.000
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 32 cm. Tanda-tanda vital dalam
batas normal. Bayi sudah melakukan inisiasi menyusu dini atau IMD berhasil 1
jam pertama, pemberian salep mata antibiotic, pemberian vitamin K yang
diinjeksikan pada paha kiri secara intamuskular (IM) dengan dosis 0,1 mg, dan
imunisasi Hb0 dipaha kanan secara IM 1 jam setelah pemberian Vitamin K
sampai dengan bayi dibawa pulang kerumah tidak terjadi masalah apapun.
Pada pemeriksaan pertama neonatus atau 6 jam bayi baru lahir didapati
keadaan umum baik, tanda-tanda vital (nadi, pernafasan dan suhu) dalam batas
normal, bayi sudah menyusu dengan baik, tidak rewel dan tidak ada keluhan
apapun. Asuhan kebidanan yang diberikan antara lain cara menyusui yang benar
yaitu menyusui bayinya minimal 2 jam sekali, berikan ASI selama 6 bulan tanpa
makanan lain, jelaskan tanda-tanda bahaya pada ibu dan bagaimana cara
145
menanganinya. Kunjungan neonatal ke 2 dan ke 3 dilakukan pada hari ke 3 dan ke
16 dengan kunjungan rumah pasien dan pemeriksaan berjalan lancar, tidak
terdapat tanda infeksi dan tanda bahaya, tanda-tanda vital (nadi, pernafasan dan
suhu) dalam batas normalm bayi menyusu dengan baik, bayi mendapat ASI
ekslusif, reflek bayi baik, pergerakan aktif dan tidak rewel. Asuhan yang
diberikan antara lain: membimbing ibu cara merawat bayi agar bayi tetap sehat
dan terhindar dari infeksi, seperti cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi, memberiakan ASI secara ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan, menjelaskan
tentang cara perawatan tali pusat bayi yaitu dengan kassa dan tanpa dibubuhi
apapun dan diganti setiap bayi selesai mandi, menganjurkan ibu untuk rutin
memeriksakan bayinya setiap bulan ke posyandu untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan bayinya serta menganjurkan ibu untuk selalu membawa bayi
untuk diimunisasi sesuai tahap usianya.
Menurut Jenny Sondakh (2013), Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir cukup bulan pada usia kehamilan 37-42 minggu, dengan berat lahir antara
2.500-4000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm, lingkar kepala 32-35 cm,
bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun 120-140
kali/menit, pernafasan 40-6- kali/menit, reflek isap, menelan dan moro telah
terbentuk. Demua bayi baru lahir harus melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
atau kontak kulit ibu kekulit bayi dibiarkan setidaknya selama 1 jam setelah lahir,
keuntungan dari IMD yaitu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila
diletakkan di dada ibunya segera setelah lahir dapat menurunkan resiko hipotermi,
bayi mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu ekslusif, sentuhan dan
isapan bayi pada puting ibu akan merangsang oksitosin yang penting untuk
membuat rahim berkontraksi dan merangsang pengaliran ASI dan payudara.
Menurut kemenkes RI (2016) pencegahan infeksi mata dengan cara
pemberian salep mata setelah 1 jam IMD, salep antibiotika harus tepat diberikan
pada waktu 1 jam setelah kelahiran dan upaya pencegahan infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Diberikan vitamin K
injeksi 1 mg intramuskular (IM) setelah 1 jam IMD untuk mencegah perdarahan.
Imunisasi hepatitis B (Hb0) diberikan setelah 1 jam pemberian vitamin K.
Menurut depkes RI (2015) setelah bayi lahir, petugas wajib melakukan kunjungan
146
neonatal pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1), pada usia 3-7 hari
(kunjungan neonatal 2), pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3).
Berdasarkan paparan kasus dan teori diatas tampak tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bayi sudah melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) berhasil pada 1 jam pertama, dan diberikan salep mata, telah diberikan
suntik vitamin K setelah 1 jam bayi lahir, imunisasi HB0 1 jam setelah pemberian
Vitamin K dan kunjungan neonatus telah lengkap, tidak ada tanda bahaya dan
bayi diberikan ASI ekslusif.
5.5. KB
Pada study kasus setelah 41 hari pasca melahirkan Ny ”I” sudah mantap dan
tetap memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulan. Pada tanggal 19 maret
2017 ibu datang ke BPM untuk mendapatkan suntikan KB 3 bulan, saat ini ibu
masih aktif menyusui bayinya, ibu belum mendapat haid, HPHT 13-05-2016 tidak
memiliki darah tinggi dan kencing manis. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernafasan) dalam batas normal.
Menurut Affandi (2012) suntikan progestin sangat efektif, aman dapat
dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan
lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi air susu ibu (ASI). Yang tidak boleh menggunakan suntikan progestin
yaitu : hamil atau dicurigai hamil karena resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat
menerima gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, diabetes millitus disertai komplikasi.
Berdasarkan paparan kasus dan teori diatas tampak tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus bahwa Ny ”I” menggunakan KB suntik 3
bulan pada hari ke 41 persalinan dan ibu memilih alat kontrasepsi yang cocok
untuk ibu menyusui dan tidak mengganggu produksi ASI serta tidak ada masalah
pada ibu untuk menggunakan KB suntik 3 bulan
147
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan selama kehamilan,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB pada Ny ”I” yang dimulai pada
Waktu penelitian dimulai pada tanggal 25 Januari 2017 sampai 19 maret
2017 dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.1. Asuhan kebidanan ibu hamil trimester III
Pada masa kehamilan Ny ”I” adalah fisiologis. Antenatal care (ANC)
secara teratur sesuai dengan referensi. Pada masa kehamilan Ny ”I”
berjalan dengan baik, tidak ada keluhan. Jadi tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus.
6.1.2. Asuhan kebidanan ibu bersalin
Pada proses persalinan pada Ny” I” dari kala 1 sampai kala 4
berlangsung dengan normal dan lancar, tidak komplikasi. Maka tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
6.1.3. Asuhan kebidanan ibu nifas
Pada masa nifas terdiri dari 4 kali kunjungan yaitu, 6 jam post partum,
4 hari post partum, 14 hari post partum, dan 28 hari post partum. Selama
masa nifas Ny ”I” berjalan dengan normal dan tidak ada komplikasi. Maka
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
6.1.4. Asuhan kebidanan bayi baru lahir
Bayi lahir pukul 05.45 WIB, spontan, langsung menangis, gerak aktif,
warna kemerahan, jenis kelamin laki-laki, bayi dalam keadaan sehat. Pada
bayi baru lahir terdapat 3 kunjungan yaitu pada usia 1 hari (Kunjungan
neonatal 1), usia 3 hari (kunjungan neonatal 2), pada usia 14 hari
(kunjungan neonatal 3). Selama melakukan kunjungan pada bayi Ny ”I”
berlangsung berjalan dengan normal dan tidak ada komplikasi. Maka tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus.
148
6.1.5. Asuhan kebidanan KB
Melakukan konseling kembali tentang keluarga berencana (KB) Ny
”I” memilih menggunakan KB suntik 3 bulan, karena tidak mengganggu
produksi ASI. Pada saat ibu ber-KB tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kenyataan dilahan praktek. Setelah dilakukan penapisan tidak ada
kontra indikasi, sehinnga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi penulis
Diharapkan bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan dan mengatasi apabila ada
kesenjangan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana (KB), serta dapat mengaplikasikan teori-teori dilapangan
praktek.
6.2.2. Bagi lahan praktek
Diharapkan bagi bidan maupun tenaga medis dilapangan dapat
memberikan asuhan secara menyeluruh sehingga dapat mendeteksi dan
mencegah komplikasi terutama saat masa kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).
6.2.3. Bagi instusi
Diharapkan bagi instusi pendidikan, laporan tugas akhir ini dapat
menjdi bahan referensi bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses
pembelajaran dan data dasar untuk asuhan komprehensif selanjutnya.
149
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, dkk. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Amru, Sofian. Rustam mochtar (2013). Sinopsis obstetri jilid III. Jakarta: EGC Andarmoyo, sulistyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta:
Ar-rusmedia Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha
Ilmu Bahiyatun. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:EGC. Departemen Kesehatan RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes
RI Departemen Kesehatan RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
DEPKES RI Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. (2015-2016). Data PWS KIA Kabupaten
Bondowoso. Bondowoso:DINKES Kabupaten Bondowoso. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso. (2016). Data PWS-KIA Kabupaten
Bondowoso. Bondowoso: DINKES Kabupaten Bondowoso Hartanto (2002). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV Muliasari. Hutahaean, Serri. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI JNPK-KR. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI Manuaba, I, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC Muslihatun dkk. (2009). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Muslihatun dkk. (2010). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Nany, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta:Salemba Medika.
150
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Rochjati, Poedji. (2012). Tangga Menuju Persalinan Aman-Rujukan Terencana
KIE: Pemberdayaan Ibu Hamil Suami Keluarga. Surabaya: Pusat Safe Motherhood-Dep./SMF ObGin RSU Dr. Soetomo/Fak. Kedokteran UNAIR
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta:Salemba
Medika. Rukiyah, Ai yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV
Trans Info Medika Saifuddin, A., Rachimhadi T (eds).(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga. Sujiyatini (2011). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Yogyakarta: Rohima Press. Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.. Jakarta:
Salemba Medika. Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta:EGC. Wahyuni, sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktik
Klinik.. Jakarta:EGC.
151
JADWAL KEGIATAN
No KEGIATAN Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Informasi Penyelenggara
2 Bimbingan Penyusunan Proposal
3 Pelaksanaan Ujian Proposal
4 Penyusunan LTA
5 Proses Bimbingan
6 Pendaftaran Ujian LTA
7 Pelaksanaan Ujian LTA
8 Revisi dan Persetujuan Sidang
9 Pendaftaran Sidang LTA
10 Pelaksanaan Sidang LTA
Lam
piran 1
152
CURRICULUM VITAE
Nama : Ayu Amalia
TempatTanggal Lahir : Bondowoso, 25 Juli 1995
Alamat : Jalan Pancur-Angkrek Dusun Sundang,
Kecamatan Botolinggo Kabupaten Bondowoso
Riwayat Pendidikan : 1. TK PGRI 01 Kecamatan Botolinggo
2. SD Negeri Botolinggo 1
3. SMP Negeri 1 Prajekan
4. SMA Negeri 1 Prajekan
5. DIII Akademi Kebidanan Dharma Praja
Bondowoso
Yang Menyatakan,
Ayu Amalia NIM. 14.01.0260
Lampiran 2
153
PERNYATAAN
KESEDIAAN MEMBIMBING I
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama dan Gelar : Fany Yanuarti, SST.,M.Keb.
2. NIK : 074115180789
3. Jabatan : Ketua Program Studi
4. Asal Institusi : Akbid Dharma Praja-Bondowoso
5. Pendidikan Terakhir : S-2 Kebidanan
6. Alamat & Nomor yang bisa dihubungi
a. Rumah : Jalan Santawi III Bondowoso
b. Telepon/HP : 0853-3061-3510
c. Alamat Kantor : Jl. MT Haryono No.30 A - Bondowoso
d. Telepon Kantor : (0332) 560520
Dengan ini menyatakan bersedia/tidak bersedia *) menjadi pembimbing I / II *)
bagi mahasiswa:
Nama : Ayu Amalia
NIM : 14.01.0260
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC) pada Ny
“I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Tahun 2017.
*) Coret yang tidak dipilih
Bondowoso, 13 September 2017 Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Lampiran 3
154
PERNYATAAN
KESEDIAAN MEMBIMBING II
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama dan Gelar : Tjatur Kartika Ningsih, SST.
2. NIP : 19670325 198801 2 001
3. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I / III-d
4. Jabatan : Bidan Koordinator
5. Tempat Kerja : Puskesmas Tenggarang
6. Pendidikan Terakhir : D-IV Kebidanan
7. Alamat & Nomor yang bisa dihubungi
a. Rumah : Desa Lojajar RT.03/RW.02-Kecamatan Tenggarang
b. Telepon/HP : 0813-3650-1206
c. Alamat Kantor : Jl. Situbondo 158 Tenggarang-Bondowoso
d. Telepon Kantor : 0332 425528
Dengan ini menyatakan bersedia/tidak bersedia *) menjadi pembimbing I / II *)
bagi mahasiswa:
Nama : Ayu Amalia
NIM : 14.01.0260
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC) pada Ny
“I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Tahun 2017.
*) Coret yang tidak dipilih
Bondowoso, 13 September 2017 Pembimbing II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP. 19670325198801 2 001
Lampiran 4
155
PERMOHONAN IJIN/ETHICAL CLEARANCE PENELITIAN
Penelitian dengan judul:
Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC) pada Ny “I”
di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso
Tahun 2017
Oleh: Ayu Amalia NIM: 14.01.0260
Telah dinyatakan layak untuk ditindaklanjuti dengan penelitian, selanjutnya
mohon diterbitkan Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada institusi tempat
dilaksanakan penelitian.
Bondowoso, 13 September 2017
Pemohon,
Ayu Amalia NIM. 14.01.0260
Mengetahui,
Pembimbing I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Pembimbing II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP..19670325 198801 2 001
Lampiran 5
156
BAKESBANG
Lampiran 6
157
SURAT IJIN DARI DINKES
Lampiran 7
158
PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya Mahasiswa D-III Akademi Kebidanan Dharma Praja Bondowoso
bermaksud akan mengadakan pengkajian Asuhan Kebidanan Komprehensif
(Continuity of Care/CoC) pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso. Sehubungan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan
anda untuk memberikan waktu untuk dilakukan pengkajian oleh saya.
Kami akan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan dan hasilnya
dapat digunakan sebagai masukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.
Jika anda bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan anda
menandatangani pernyataan dibawah ini. Atas ketersediaan anda menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.
Bondowoso, 13 September 2017
Hormat saya,
Ayu Amalia
NIM. 14.01.0260
Lampiran 8
159
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH MENDAPAT PENJELASAN
(INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini merasa tidak keberatan bila saya
menjadi responden dalam pengkajian yang dilakukan Mahasiswa D-III Akademi
Kebidanan Dharma Praja Bondowoso yaitu:
Nama : Ayu Amalia
NIM : 14.01.0260
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of
Care/CoC) pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan
Tenggarang Kabupaten Bondowoso.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Bondowoso, 13 September 2017
Responden,
Istifadatul H.
Lampiran 9
160
BUKU KIA
Lampiran 10
161
DATA DIRI PASIEN
Lampiran 11
162
LEMBAR ANTENATAL CARE (ANC)
Lampiran 12
163
164
165
166
KSPR
Lampiran 13
167
LEMBAR PENAPISAN
Lampiran 14
168
PARTOGRAF (DEPAN)
Lampiran 15
169
PARTOGRAF (BELAKANG)
170
LEMBAR INTRANATAL CARE (INC)
Lampiran 16
171
BAYI BARU LAHIR (BBL)
Lampiran 17
172
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
USIA 1 HARI
Lampiran 18
173
174
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
USIA 3 HARI
√
175
176
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)
USIA 14 HARI
√
177
178
JADWAL KUNJUNGAN IMUNISASI
Lampiran 19
179
KMS (KARTU MENUJU SEHAT)
Lampiran 20
180
POSTNATAL CARE (PNC)
Lampiran 21
181
182
DAFTAR TILIK PENAPISAN
SUNTIK DAN PIL
Daftar Tilik Penapisan Klien Suntik dan Pil. Metode nonoperatif
Metode hormonal (pil kombinasi progestin,
suntikan dan susuk) YA TIDAK
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
√
Apakah anda menyusui kurang dari 6 minggu pasca persalinan √
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
setelah senggama √
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
√
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
√
Apakah pernah nyeri hebat pada betis,paha atau dada,atau
tungkai bengkak (edema) √
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmhg (sistolik)atau 90
mmhg (diastolik) √
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
√
Apakah anda sering mengkonsumsi obat obatan anti
kejang(epilepsy) √
AKDR(semua jenis pelapas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual(ims)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang membutuhkan anlgetik dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan bercak antara haid aatau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vaskular atau congenital
Lampiran 22
183
ABPK
(ALAT BANTU PENGAMBIL KEPUTUSAN BER-KB)
Lampiran 23
184
KARTU KB
Lampiran 24
185
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY "T" KEC.
TENGGARANG KAB. BONDOWOSO.
PEMBIMBING I : Fany Yanuarti, SST.,M.Keb..
NO HARI/TGL SARAN / MASUKAN PARAF
1
2
3
4
Senin, 13 Februari
2017
Selasa, 21 Februari
2017
Kamis, 16 Maret
2017
Kamis, 23 Maret
2017
- Revisi Bab I
- Mencari data SDKI, AKI, & AKB
- Menyusun kembali Bab I
- Revisi Bab I dan II
- Sistematika penulisan
- Revisi sistematika penulisan
- ACC Ujian Proposal
Lampiran 25
186
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY "T" KEC.
TENGGARANG KAB. BONDOWOSO.
PEMBIMBING I : Fany Yanuarti, SST.,M.Keb..
NO HARI/TGL SARAN / MASUKAN PARAF
1
2
3
Senin, 7 Agustus
2017
Jumat, 11 Agustus
2017
Senin, 21Agustus
2017
- Revisi Bab II
- Perbaiki sistematika penulisan
- Penyusunan Bab 4,5, & 6
- Kerangka operasional disesuaikan
dengan konsep teori
- Revisi Bab 4, 5, & 6
- Sistematika penulisan
- ACC Ujian LTA
Lampiran 26
187
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (CONTINUITY
OF CARE/COC) PADA NY “I” DI BPM NY "T" KEC.
TENGGARANG KAB. BONDOWOSO.
PEMBIMBING II : Tjatur Kartika Ningsih, SST.
NO HARI/TGL SARAN / MASUKAN PARAF
1
2
3
Selasa, 18/08/ 2017
Jumat, 21/8/ 2017
Senin 24/08/ 2017
- APN 5 langkah
- Cek kontraksi uterus 3x
- Pengkajian data BBL, daya hisap
perlu dikaji
- Penapisan KB hormonal
- Bab 5 pada asuhan ANC serta P4K
- Bab IV, V, dan VI
- ACC Ujian LTA
Lampiran 27
188
PENGAJUAN UJIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Penguji dalam
Ujian Sidang / Laporan Hasil (*) bagi mahasiswa:
Nama : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC)
pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso.
Yang dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 13 September - 2017
Tempat : Ruang kelas tingkat III
Media : Proyektor, LCD, Laptop
Bondowoso, 13 September 2017
Penguji Utama,
Miftahus Saadah, SST.MPH NIK. 0727018801
Lampiran 28
189
LEMBAR REVISI KETUA PENGUJI
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC)
pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso.
NO BAB/HALAMAN REVISI KETUA PENGUJI
1
2
3
4
5
6
Lampiran depan
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
- Penulisan judul harus konsisten
- Data terbaru 2016
- Penambahan teori skrining
imunisasi
- Kunjungan masa nifas sesuai MU
- Kerangka operasional
- Askeb kasus TBJ, Golda
- Sistematika penulisan
- Penambahan teori penjahitan
derajat robekan
- Pembahasan tidak ada poin-poin
berupa narasi
Bondowoso, Sebelum Perevisian
Ketua Penguji
Miftahus Saadah, SST.MPH NIK. 0727018801
Bondowoso, Sesudah Perevisian
Ketua Penguji
Miftahus Saadah, SST.MPH NIK. 0727018801
Lampiran 29
190
LEMBAR REVISI ANGGOTA PENGUJI I
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC)
pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso.
NO BAB/HALAMAN REVISI PENGUJI I
1
2
3
4
5
6
Lampiran depan
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
- Penulisan judul harus
konsisten
- Sistematika penulisan
- Data terbaru 2016
- Penambahan teori skrining
imunisasi
- Kunjungan masa nifas sesuai
MU
- Askeb teori J/T/H
- Kerangka operasional
- Askeb kasus NCB SMK
- Pembahasan tidak ada poin-
poin berupa narasi
Bondowoso, Sebelum Perevisian
Penguji I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Bondowoso, Sesudah Perevisian
Penguji I
Fany Yanuarti, SST.,M.Keb. NIK. 074115180789
Lampiran 30
191
LEMBAR REVISI ANGGOTA PENGUJI II
NAMA : AYU AMALIA
NIM : 14.01.0260
JUDUL LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care/CoC)
pada Ny “I” di BPM Ny “T” Kecamatan Tenggarang
Kabupaten Bondowoso.
NO BAB/HALAMAN REVISI PENGUJI II
1
2
Bab II
Bab IV
- Sistematika penulisan
- Teori pertolongan kelahiran
bayi harus sesuai APN
- Kunjungan masa nifas sesuai
MU
- Askeb teori J/T/H
Bondowoso, Sebelum Perevisian
Penguji II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP. 19670325 198801 2 001
Bondowoso, Sesudah Perevisian
Penguji II
Tjatur Kartika Ningsih, SST. NIP. 19670325 198801 2 001
Lampiran 31
192
DOKUMENTASI
Lampiran 32