asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny. … · asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny....
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY. R UMUR 34
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P1A0 DENGAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Alviani Antika Navitarisa
NIM B13002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
DENGAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P1A0 DENGAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Disusun Oleh :
Alviani Antika Navitarisa
NIM B13002
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal 8 Juni 2016
Pembimbing
Kartika Dian Listyaningsih, SST., M.Sc
NIK. 200884032
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P1A0 DENGAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Alviani Antika Navitarisa
NIM B13002
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Pada tanggal 30 Juni 2016
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
Penguji II
Kartika Dian Listyaningsih, SST., M.Sc
NIK. 200884032
Penguji I
Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes
NIK. 201188075
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi
pada Ny. R Umur 34 tahun P1A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU
Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes, selaku Penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Kartika Dian L, SST., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
5. Ibu dr. Wiwiek Irawati., M.Kes, selaku direktur RSU Assalam Gemolong
Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ny. R yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Seluruh Dosen dan Staff Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Alviani Antika Navitarisa
B13002
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY.R UMUR
34 TAHUN P1A0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
xi + 77 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar Belakang Angka kejadian perdarahan uterus disfungsional (PUD) cukup
tinggi tetapi karena PUD pulih sendiri tanpa pengobatan, yang tercatat hanya PUD
berat yang sering kali mencapai keadaan kegawatdaruratan hal ini disebabkan
keengganan pada wanita usia perimenarche untuk menjalani pemeriksaan. Hasil
studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 9 November 2015 data
bulan Oktober 2014 hingga Oktober 2015 di RSU Assalam Gemolong Sragen
didapatkan 120 kasus gangguan reproduksi yang meliputi perdarahan uterus
disfungsional sebanyak 32,5 %.
Tujuan Studi Kasus Melaksanan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan
perdarahan uterus disfungsional dengan menggunakan pendekatan 7 langkah
manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.
Metodologi Penelitian Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu deskriptif yang berlokasi di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan
menggunakan format manajemen kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan selama 4 hari dan
sudah dilakukan tindakan operatif keadaan ibu baik, ibu sudah tidak cemas dan
gelisah, serta perdarahan sudah berhenti.
Kesimpulan Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu gangguan
reproduksi dengan peradarahan uterus disfungsional perawatan selama 4 hari
pasien sudah dalam keadaan baik. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
pelaksanaan studi kasus.
Kata Kunci Asuhan kebidanan, gangguan reproduksi, perdarahan uterus
disfungsional
Kepustakaan 31 literatur (tahun 2005 s/d 2015)
vii
MOTTO
1. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah : 7-8)
2. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan,
istiqomah dalam menghadapi cobaan (Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)
3. Ikhlas menerima kesalahan dan belajar dari setiap kesalahan, karena itu
yang akan menjadikanmu kuat dalam menjalani kehidupan.
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini
penulis persembahkan untuk :
1. Ayah ibu tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu
mendoakan dan menyayangiku.
2. Adikku tersayang dan keluarga lain terima kasih atas dukungan dan
doanya.
3. Ibu Riadini Wahyu Utami, SST., MPH dan Ibu Kartika Dian L, SST.,
M.Sc selaku pembimbing Proposal dan Karya Tulis Ilmiah terima kasih telah
membimbingku dengan sabar dan selalu memberikan semangat.
4. Dosen-dosen yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tak
bisa ku sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi, selalu peduli
dan perhatian, ucapan terima kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah
kalian berikan.
5. Teman-teman seperjuangan, mari kita lanjutkan perjuangan kita, be
professional midwife, mengabdi kepada masyarakat.
6. Almamater tercinta
.
Nama
Tempat / Tanggal Lahir
Agama
Jenis Kelamin
Alamat
Riwayat Pendidikan
1. SD N Kleco 1 Surakarta
2. SMP Regina Pacis Surakarta
3. SMA Murni Surakarta
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
viii
CURICULUM VITAE
: Alviani Antika Navitarisa
Tempat / Tanggal Lahir : Klaten / 2 Maret 1995
: Islam
: Perempuan
: Mangurejo 2/1 Ngesrep, Ngemplak, Boyolali
SD N Kleco 1 Surakarta LULUS TAHUN 2007
SMP Regina Pacis Surakarta LULUS TAHUN 2010
SMA Murni Surakarta LULUS TAHUN 2013
D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2013
: Mangurejo 2/1 Ngesrep, Ngemplak, Boyolali
LULUS TAHUN 2007
LULUS TAHUN 2010
LULUS TAHUN 2013
ANGKATAN TAHUN 2013
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
INTISARI .............................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ vii
CURICULUM VITAE .......................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................. 3
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................... 5
E. Keaslian Studi Kasus .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................ 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 20
C. Data Perkembangan ................................................................ 34
D. Landasan Hukum .................................................................... 35
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus .................................................................... 37
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 37
C. Subjek Studi Kasus ................................................................. 37
D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 38
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................ 38
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
x
G. Alat yang Dibutuhkan ............................................................. 41
H. Jadwal Penelitian .................................................................... 42
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TinjauanKasus ........................................................................ 43
B. Pembahasan ............................................................................ 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas ........................................ 45
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tata laksana penanganan dysfunctional uterine bleeding ........... 15
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Studi Kasus
Lampiran 1. Jadwal Penelitian (dalam bentuk tabel)
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 10. Dokumentasi Studi Kasus (foto)
Lampiran 11. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsinya serta prosesnya. Pemeliharaan kesehatan reproduksi dilakukan
melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi
(Nugroho, 2012). Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid
selama hidupnya. Gangguan haid ini dapat berupa siklus haid yang
memanjang atau memendek, maupun perdarahan yang abnormal.
(Baradero dkk, 2006; Baziad, 2008). Di antara jenis gangguan haid atau
perdarahan yang paling membutuhkan kecermatan penanganan ialah
perdarahan uterus disfungsional karena pada keadaan ini tidak dijumpai
kelainan organik. Data di beberapa negara industri (Amerika dan Inggris)
menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah
mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17%
mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pasca
senggama (Baziad, 2008; Prawirohardjo, 2011).
Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan mengenai
kejadian perdarahan uterus disfungsional (Wiknjosastro, 2009).
Sebenarnya angka kejadian perdarahan uterus disfungsional (PUD) cukup
tinggi karena terjadi hampir pada semua wanita. Tetapi karena sebagian
2
PUD pulih sendiri tanpa pengobatan, yang tercatat hanya PUD berat yang
sering kali mencapai keadaan kegawatdaruratan. Hal ini terjadi 10% dari
seluruh kunjungan ginekologik. Sekitar 4% berusia kurang dari 20 tahun,
39% berusia diatas 40 tahun dan sisanya berada pada usia reproduksi.
Kejadian PUD pada usia kurang dari 20 tahun sesungguhnya jauh lebih
besar daripada yang dilaporkan. Hal ini disebabkan oleh adanya
keengganan pada wanita usia perimenarche untuk menjalani pemeriksaan
(Baziad, 2008).
Salah satu kewenangan bidan adalah melakukan asuhan pada
gangguan sistem reproduksi wanita dengan perdarahan uterus
disfungsional. Berdasarkan Permenkes Nomor 1464 tahun 2010 mengenai
izin dan penyelenggaraan praktik bidan, disebutkan bahwa bidan
mempunyai kewenangan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi sehingga bidan perlu memiliki pengetahuan mengenai tanda
gejala serta penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi dalam hal ini
perdarahan uterus disfungsional.
Penatalaksanaan kasus perdarahan uterus disfungsional sebaiknya
dilakukan di rumah sakit. RSU Assalam sebagai salah satu rumah sakit di
Kabupaten Sragen melayani berbagai macam pelayanan, salah satunya
adalah permasalahan kesehatan reproduksi yaitu perdarahan uterus
disfungsional. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada
tanggal 9 November 2015 data bulan Oktober 2014 hingga Oktober 2015
didapatkan 120 kasus gangguan reproduksi yang meliputi perdarahan
3
uterus disfungsional sebanyak 39 (32,5 %), amenorhea sebanyak 31 kasus
(25,8%), mioma uteri sebanyak 20 kasus (16,7%), menoragia sebanyak 15
kasus (12,5%), oligomenorhea sebanyak 8 kasus (6,67%), metroragia
sebanyak 7 kasus (5,83%).
Berdasarkan data di atas perdarahan uterus disfungsional
menempati urutan pertama penyakit gangguan reproduksi, maka penulis
tertarik untuk menyusun studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Gangguan Reproduksi pada Ny. R Umur 34 tahun P1A0 dengan
Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen”
sehingga bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif
untuk meminimalkan komplikasi bila menemui kasus serupa.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan
reproduksi pada Ny. R umur 34 tahun P1A0 dengan Perdarahan Uterus
Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dengan menggunakan pedekatan proses manajemen
kebidanan pada pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di
RSU Assalam Gemolong Sragen.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian dengan menyimpulkan semua data
yang diperlukan pada pasien dengan perdarahan uterus
disfungsional
2) Melakukan interpretasi data dasar pada pasien dengan
perdarahan uterus disfungsional
3) Merumuskan diagnosa potensial pada pasien dengan
perdarahan uterus disfungsional
4) Melakukan antisipasi segera pada pasien dengan perdarahan
uterus disfungsional
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada pasien dengan
perdarahan uterus disfungsional
6) Melaksanakan perencanaan secara efisiensi pada pasien dengan
perdarahan uterus disfungsional
7) Melakukan evaluasi pada pasien dengan perdarahan uterus
disfungsional
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan
kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional.
5
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus
disfungsional melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney.
2. Bagi Profesi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam
pemberian pelayanan kebidanan khususnya pada asuhan kebidanan
gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
3. Bagi Institusi
Dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam pemberian materi
perkuliahan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan
perdarahan uterus disfungsional.
4. Bagi Instansi
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian
pelayanan kebidanan khususnya pada asuhan kebidanan gangguan
reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
E. Keaslian
Studi kasus mengenai perdarahan uterus disfungsional sudah
pernah dilakukan oleh:
Nuaryalstonia (2014) Program DIII Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan
Sistem Reproduksi Wanita pada Ny.S P3A0 dengan Perdarahan Uterus
6
Disfungsional di RSUD Sukoharjo”. Keluhan utama ibu mengatakan
perdarahan selama 14 hari. Pemeriksaan dalam didapatkan pengeluaran
darah dengan sedikit stolsel USG menunjukkan tidak ada kelainan
ginekologis. Dilakukan curretase pada hari ke – 3 pasien datang.
Diberikan terapi precurretase (antifibrinotik, antibiotik dan anestesi) dan
postcurretase (antibiotik, analgesik dan roborantia).
Perbedaan studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian studi
kasus terletak pada lokasi, waktu dan subjek. Sedangkan persamaan studi
kasus terletak pada asuhan yang diberikan. Memberikan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan
fungsi-fungsinya serta prosesnya (Nugroho, 2012). Menurut
Prawirohardjo (2011) salah satu bentuk gangguan reproduksi pada
wanita adalah gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi dalam
masa reproduksi digolongkan menjadi gangguan jumlah darah dan
lamanya haid, gangguan siklus haid, gangguan perdarahan di luar
siklus haid, serta gangguan lain yang berhubungan dengan haid.
2. Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan endometrium (Maryanti dan Majestika, 2009;
Nugroho, 2012). Menurut Prawirohardjo (2011) haid merupakan hasil
kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sumbu hipotalamus-
hipofisis-ovarium (sumbu H-H-O).
8
8
Menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus menstruasi
tidak kurang dari 24 hari dan tidak melebihi 35 hari, lama menstruasi
3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak
melebihi 80 ml, serta ganti pembalut 2-6 per hari (Prawirohardjo,
2011). Siklus menstruasi dibagi dalam 3 fase, yaitu:
a. Fase Folikuler
Fase folikuler dimulai dari hari ke-1 sampai sesaat sebelum
kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Pada
pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 fokikel yang masing-masing
mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh
(folikel de Graaf) dan yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan.
Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru
untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata 5 hari
(Yanti, 2011).
b. Fase Ovulatoir
Fase ovulatoir dimulai ketika kadar LH meningkat dan
pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan
dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
9
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium,
akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini
beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian
bawahnya, yang berlangsung selama beberapa menit sampai
beberapa jam (Yanti, 2011).
c. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama
sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah
kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang
menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron
menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan
tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu bisa
digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14
hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai,
kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum
akan menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin) untuk
menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri (Yanti, 2011).
3. Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)
a. Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus
abnormal (jumlah, frekuensi dan lamanya) yang terjadi baik di
dalam maupun di luar siklus haid dan merupakan gejala klinis
10
yang semata-mata karena suatu gangguan fungsional mekanisme
kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa
adanya kelainan organik alat reproduksi (Baziad, 2008; Mansjoer
dkk, 2007).
Dysfungtional uterine bleeding merupakan gangguan
perdarahan yang terjadi tanpa adanya kelainan organis dan
semata-mata berhubungan dengan psycho-hypothalamo-pytuitary
ovarial axis (Manuaba, 2008). Perdarahan uterus disfungsional
adalah perdarahan dari uterus yang banyak atau tidak teratur tanpa
penyebab yang jelas (Baradero dkk, 2007).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang terjadi baik di dalam maupun di luar
siklus haid yang disebabkan oleh gangguan fungsional
mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium.
b. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus
ovulasi maupun anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh
gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus – hipofisis –
ovarium – endometrium (Prawirohardjo, 2011). Perdarahan uterus
disfungsional disebabkan oleh adanya kelainan hormon yang
mempengaruhi pengendalian sistem reproduksi oleh hipotalamus
dan kelenjar hipofisis (Nugroho dan Bobby, 2014).
11
c. Patofisiologi
Menurut Baziad dkk (2008) perdarahan uterus
disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik
maupun pada keadaan dengan folikel persisten.
1) PUD pada siklus ovulatorik
Perdarahan yang terjadi pada siklus ovulatorik
berbeda dari perdarahan pada suatu haid yang normal.
Dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a) Perdarahan pada pertengahan siklus
Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit, singkat
dan dijumpai pada pertengahan siklus. Penyebabnya
adalah rendahnya kadar estrogen.
b) Perdarahan akibat gangguan penglepasan endometrium
Perdarahan yang terjadi biasanya banyak dan
memanjang. Keadaan ini disebabkan oleh adanya korpus
luteum persisten dan kadar estrogen rendah, sedangkan
progesteron terus terbentuk.
c) Perdarahan bercak (spotting) prahaid dan pascahaid
Pada masa prahaid perdarahan ini disebabkan
oleh insufisiensi korpus luteum sedangkan pada masa
pascahaid disebabkan oleh defisiensi estrogen, sehingga
regenerasi endometrium terganggu.
12
2) PUD pada siklus anovulatorik
Perdarahan jenis ini sering dijumpai pada masa
reproduksi dan pada masa perimenopause. Dasar perdarahan
pada keadaan ini adalah tidak adanya ovulasi karena tidak
terbentuk korpus luteum. Dengan demikian siklus ini
dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesteron dan
kelebihan estrogen.
Penyebabnya diduga adanya gangguan regulasi
sentral akibat adanya faktor psikis. Tetapi pada umumnya
sekresi gonadotropin tidak terganggu. Perdarahan yang
terjadi dapat normal, sedikit atau banyak dengan siklus yang
teratur atau tidak teratur.
3) PUD pada keadaan folikel persisten
Keadaan ini sering dijumpai pada masa
perimenopause dan jarang pada masa reproduksi.
Endometrium secara menetap dipengaruhi oleh estrogen,
sehingga terjadi hiperplasia endometrium, baik jenis
adenomatosa maupun atipik. Jenis ini sering menjadi
pembakal keganasan endometrium, sehingga memerlukan
penanganan yang seksama. Setelah folikel tidak mampu lagi
membentuk estrogen, maka akan terjadi perdarahan lucut
estrogen.
13
d. Faktor risiko
Perdarahan uterus disfungsional paling banyak dijumpai
pada usia perimenarche, usia reproduksi dan usia perimenopause
(Baziad, 2008). Selain itu, stress yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari, baik di dalam maupun di luar pekerjaan, kejadian-
kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti
kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang
terlalu lama dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar
(Wiknjosastro, 2009).
e. Keluhan subjektif
Keluhan dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan
tidak jarang menyebabkan frustasi bagi penderita (Prawirohardjo,
2011). Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita
perdarahan uterus disfungsional adalah mengalami perdarahan di
luar atau sewaktu mestruasi dalam jumlah yang banyak dan dalam
jangka waktu yang lama (Wiknjosastro, 2009).
f. Tanda Klinis
Perdarahan uterus disfungsional menggambarkan
spektrum pola perdarahan uterus abnormal yang dapat terjadi
setiap saat dan tidak terduga seperti perdarahan akut dan banyak,
serta perdarahan irreguler (Prawirohardjo, 2011).
14
g. Diagnosis
Langkah pertama adalah menyingkirkan kelainan organik.
Pada anamnesis, perlu diketahui usia menarche, siklus haid
setelah menarche, lama dan jumlah darah haid, serta latar
belakang kehidupan keluarga dan latar belakang emosionalnya.
Pada pemeriksaan fisik umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan
gangguan hemostatis seperti petekie. Pemeriksaan ginekologi
dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelaian organik seperti
perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip serviks, maupun
mioma uteri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengukuran suhu
basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH (Mansjoer,
dkk, 2007). Selain itu untuk mengkaji masalah struktur dan
keganasan, dapat dilakukan USG (Baziad, 2008).
h. Prognosis
Bila perdarahan yang terjadi benar-benar disfungsional,
bukan karena kelainan organik, maka dalam masa 48-72 jam
pengobatan perdarahan akan berhenti. Dalam 2-3 hari kemudian
akan terjadi perdarahan lucut selama 4-6 hari (Baziad, 2008).
Pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus
haid menjadi ovulatoar, namun pada wanita dewasa terutama
dalam masa premenopause dengan perdarahan tidak teratur,
15
mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas (Wiknjosastro, 2009).
i. Penatalaksanaan
Gambar 2.1 Tata laksana penanganan dysfunctional uterine bleeding menurut
Manuaba (2008)
Dysfunctional Uterine Bleeding
Ovulatoir :
→ Korpus luteum persisten
→ Korpus luteum
insufisiensi
Anovulatoir:
→ Graaf folikel tanpa ovulasi
Laboratorium
penunjang:
→ Lab. Dasar
→ L.F. test
→ Faal ginjal
→ Faal hemostatis
Diagnosis :
→ Anamnesis
→ Pemeriksaan fisik
→ D & C - PA
Pengobatan umum :
→ Infus-transfusi
→ Suportif vit
→ Preparat Fe
Virgin :
→ Rectal toucher
spekulum hidung
Sudah kawin
Dilatasi-kuretase
→ Pemeriksaan PA
→ Suportif vit.
→ Hormonal / 3-6 bulan
Hormonal :
→ Estrogen, progesteron
→ Oral pil 3-6 bulan
→ Testosteron
Hiperterektomi :
→ Pertimbangan :
• Umur, paritas
• Hasil PA
• DUB berulang
Gagal Berhasil :
→ Oral pil 3-6 bulan
Laparoskopi :
→ Polikistik ovarii
→ Wedge reseksi
16
j. Terapi atau pengobatan
Terdapat beberapa macam pengobatan atau terapi
perdarahan uterus disfungsional yaitu dengan medikamentosa dan
dilatasi kuret.
1) Pengobatan medikamentosa hormonal
a) Kombinasi estrogen-progesteron
Perdarahan akut dan banyak akan membaik bila
diobati dengan kombinasi estrogen dan progesteron
dalam bentuk pilkontrasepsi. Dosis dimulai dengan 2x1
tablet selama 5-7 hari dan setelah terjadi perdarahan
lucut dilanjutkan 1x1 tablet selama 3-6 siklus. Dapat pula
diberikan dengan dosis tapering 4x1 tablet selama 4 hari,
diturunkan dosis menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1
tablet selama 2 hari, 1x1 tablet selama 3 minggu
kemudian berhenti tanpa obat selama 1 minggu,
dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus
(Prawirohardjo, 2011).
b) Estrogen
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk,
intravena atau oral, tetapi sediaan intravena sulit
didapatkan di Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis
tinggi cukup efektif untuk mengatasi PUD, yaitu
estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17 β
17
estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam. Setelah
perdarahan berhenti dilanjutkan dengan pemberian pil
kontrasepsi kombinasi. Rasa mual bisa terjadi pada
pemberian terapi estrogen (Prawirohardjo, 2011).
c) Progestin
Pertimbangan di sini bahwa sebagian besar
perdarahan fungsional bersifat anovulator sehingga
pemberian progesteron dapat menyeimbangkan pengaruh
estrogen terhadap endometrium (Wiknjosastro, 2009).
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti
tanpa obat selama 14 hari, diulang selama 3 bulan.
Progestin biasanya diberikan bila ada kontraindikasi
terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan
progestin oral yang biasa digunakan yaitu medroksi
progesteron asetat (MPA) dengan dosis 2x10 mg,
noretisteron asetat dosis 2x5 mg, didrogesteron dosis
2x10 mg dan normegestrol asetat dosis 2x5 mg
(Prawirohardjo, 2011).
d) Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tidak
cocok dengan estrogen dan progesteron. Sediaan yang
dapat dipakai antara lain adalah proprionas
testoterondan metil testoteron. Androgen mempunyai
18
efek baik terhadap perdarahan yang disebabkan
hiperplasia endometrium. Namun terapi ini tidak dapat
digunakan terlalu lama mengingat bahaya virilisasi.
Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg
intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian dan
metil testoteron 5 mg sehari (Wiknjosastro, 2009).
2) Pengobatan dengan senyawa antiprostaglandin
Antiprostaglandin seperti asam mefenamat dapat
mengurangi jumlah perdarahan pada penderita dengan
perdarahan uterus disfungsional. Asam mefenamat sangat
dianjurkan terutama pada penderita yang memiliki
kontraindikasi terhadap pemakaian hormon estrogen maupun
progesteron. Pemberian asam mefenamat adalah per oral
dengan dosis 3x500 mg per hari. Selain asam mefenamat,
ibuprofen dapat diberikan dengan dosis 600-1200 mg per hari.
Ibuprofen dan asam mefenamat termasuk dalam kelompok obat
antiinflamasi non steroid (NSAID) yang dapat memperbaiki
hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah
darah haid 20 – 50 % (Baziad, 2008 ; Prawirohardjo. 2011).
3) Pengobatan dengan senyawa antifibrinolitik
Endometrium merupakan salah satu organ dengan
aktivitas fibrinolisis yang tinggi. Proses ini terjadi akibat
adanya aktivitas enzimatik dari plasmin atau plasmonogen
19
sehingga terjadi degradasi fibrin, fibriogen dan beberapa
protein lainnya. Kadar plasminogen pada endometrium yang
lebih tinggi dari normal dapat dihambat oleh asam traneksamat
dan asam aminokaproat. Dosis yang diberikan adalah 4 gram
per hari, dibagi dalam 4 kali pemberian selama 4-7 hari dan
dapat diulang pada setiap siklus. Asam traneksamat
menghambat plasminogenn secara reversibel dan bila diberikan
saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50 %
(Baziad, 2008 ; Prawirohardjo, 2011).
4) Pengobatan operatif
Untuk tujuan menghentikan perdarahan, tindakan curretase
ternyata berhasil mengatasi keadaan 40-60% kasus PUD.
Tetapi tindakan curretase bukan merupakan pilihan utama
dalam penatalaksanaan PUD karena tindakan ini
menyelesaikan proses pada organ sasaran tanpa melihat
patofisiologinya. Dipihak lain, pada penderita yang belum
menikah, apabila tidak terpaksa, tindakan curretase tidak
dianjurkan. Sebaliknya pada usia perimenopause tindakan
curretase ini masih mempunyai tempat apabila selain untuk
maksud diagnostik juga untuk keperluan terapetik dan terapi
hormonal tak berhasil. Histerektomi hanya dilakukan atas
indikasi kegagalan curretase terapetik maupun keganasan
(Baziad, 2008).
20
B. Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney. Dalam penerapannya,
manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan perdarahan
utterus disfungsional menurut 7 langkah Varney meliputi :
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien (Ambarwati, 2010).
A. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Anggraini, 2010).
1. Identitas pasien dan suami
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati, 2010).
b. Umur
Umur klien perlu dikaji untuk mengetahui faktor
resiko dari penyakit yang diderita. Perdarahan uterus
disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause. Kelainan ini lebih sering
dijumpai pada masa permulaan dan masa akhir fungsi
21
ovarium (masa pubertas dan masa pramenopause)
(Wiknjosastro, 2009).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati, 2010).
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Ambarwati, 2010).
e. Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari (Ambarwati, 2010).
f. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Dapat pula dihubungkan dengan keadaan
ekonomi yang mempengaruhi tingkat stress seseorang.
Stress karena pekerjaan atau penghasilan yang kurang dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoar (Wiknjosastro,
2009).
22
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan (Ambarwati, 2010).
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke
tempat bidan (Walyani, 2015). Keluhan yang biasa
dikemukakan oleh penderita perdarahan uterus disfungsional
adalah mengalami perdarahan di luar atau sewaktu mestruasi
dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama
(Wiknjosastro, 2009).
3. Riwayat menstruasi
Data yang diperlukan antara lain kapan pertama kali
menstruasi, lamanya menstruasi, siklus menstruasi, banyaknya
ganti pembalut per hari, jenis dan warna darah menstruasi,
serta keluhan atau rasa sakit pada saat menstruasi. Pada pasien
perdarahan uterus disfungsional terjadi perdarahan tidak teratur
di luar siklus menstruasinya, darah berlebihan (lebih dari
80 ml) dan dengan durasi yang panjang (lebih dari 7 hari)
(Prawirohardjo, 2011).
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan yang lalu, untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti: jantung, hipertensi, asma (Ambarwati, 2010).
23
b. Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita saat ini
(Ambarwati, 2010).
c. Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien (Ambarwati, 2010).
5. Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan yang perlu dikaji berupa status
perkawinan, usia pertama saat menikah, serta lamanya
perkawinan. Hal ini perlu dikaji karena akan mempengaruhi
dalam pengobatan perdarahan uterus disfungsional. Pada
wanita dewasa muda yang belum menikah pengobatan yang
dapat dilakukan dengan terapi hormonal. Sedangkan untuk
wanita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual,
kemungkinan terjadi abortus inkomplet yang mengakibatkan
perdarahan berkepanjangan sehingga diperlukan tindakan
curretase (Prawiroharjo, 2011).
6. Riwayat kontrasepsi
Hal ini perlu ditanyakan antara lain apakah pasien
pernah menjadi akseptor KB, jenis kontrasepsi yang digunakan
dan lama penggunaan, keluhan selama menggunakan
kontrasepsi. Hal tersebut untuk mengetahui apakah perdarahan
24
yang diderita pasien sebagai akibat penggunaan alat
kontrasepsi hormonal atau bukan (Manuaba, 2008).
7. Data Psikososial
Data psikologi perlu dikaji karena dalam ini stress yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam maupun luar
pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan
emosional seperti kecelakaan maupun kematian dalam
keluarga dapat mempengaruhi wanita dengan perdarahan
disfungsional (Wiknjosastro, 2009).
B. Data Objektif
Data objektif yang bisa digunakan dalam mendukung data
dasar dalam kasus perdarahan uterus disfungsional antara lain :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus perdarahan
uterus disfungsional untuk mengetahui keadaan umum dan
kesadaran pasien, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi
tekanan darah, serta pemeriksaan mulai dari kepala sampai
ekstremitas dan berat badan (Baziad, 2008). Pemeriksaan fisik
yang dilakukan oleh dokter dapat berupa pemeriksaan panggul
dan kemaluan menggunakan alat yang disebut spekulum yang
digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya trauma
atau benda asing (Mumpuni dan Tantiri, 2013). Meliputi :
a. Status Generalis:
25
1) Keadaan umum : baik
2) Keasadaran : composmentis
3) TTV : TD : ..... mmHg, S : .....0C,
R : ...... x/menit, N : ......
x/menit , normal
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Kepala
a) Rambut : meliputi warna, mudah rontok atau
tidak dan kebersihannya.
b) Muka : keadaan muka pucat atau tidak,
adakah kelainan, adakah oedema.
c) Mata : adakah oedema atau tidak,
conjungtiva anemis atau tidak, untuk mengetahui
adakah kuning pada sklera.
d) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada
pengeluaran sekret atau tidak.
e) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada
serumen atau tidak
f) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan
gigi, gusi berdarah atau tidak.
2) Leher : adakah pembersaran kelenjar
thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran
kelenjar limfe (Sulistyawati, 2013).
26
3) Dada dan axilla : untuk mengetahui keadaan
payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak,
ada nyeri atau tidak (Sulistyawati, 2013).
4) Abdomen : apakah ada luka bekas operasi, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Varney,
2007). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
adanya nyeri tekan pada sympisis (Prawirohardjo,
2011).
5) Genetalia : untuk mengetahui keadaan vulva
adakah tanda-tanda infeksi, varices dan perdarahan
(sulistyawati, 2013). Kasus perdarahan uterus
disfungsional terdapat pengeluaran darah dari vagina
yaitu > 80 cc (Prawirohardjo, 2011).
6) Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah
ada cacat atau tidak, oedema atau tidak terdapat varices
atau tidak.
c. Pemeriksaan khusus pada kasus perdarahan uterus
disfungsional adalah :
1) Inspeksi : inspeksi merupakan proses observasi
yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi
dilakukan dengan menggunakan indera pengelihatan,
pendengaran dan penciuman (Priharjo, 2006).
Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari
27
kepala sampai kaki. Pada kasus perdarahan uterus
disfungsional dilakukan inspeksi untuk mengetahui
berapa banyak jumlah darah yang keluar,
biasanya > 80 cc (Prawirohardjo, 2011).
2) Palpasi : Palpasi adalah teknik pemeriksaan
dengan menggunakan sentuhan atau rabaan (Priharjo,
2006). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
adanya nyeri tekan pada sympisis (Prawirohardjo,
2011).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah data atau fakta yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan rontgen, USG,
pemeriksaan laboratorium seperti cek darah dan urine
(Varney, 2007). Pada kasus perdarahan uterus
disfungsional pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan
darah lengkap). Selain itu untuk mengkaji masalah
struktur dan keganasan, dapat dilakukan USG (Baziad,
2008).
II. Interpretasi data dasar
A. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus
pasien gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus
28
disfungsional adalah Ny. X umur X tahun PxAx dengan
perdarahan uterus disfungsional.Dengan dasar data subjektif dan
objektif :
1. Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan
ibu tentang keluhannya (Ambarwati, 2010). Keluhan yang
biasa dikemukakan oleh penderita perdarahan uterus
disfungsional adalah mengalami perdarahan di luar atau
sewaktu mestruasi dalam jumlah yang banyak dan dalam
jangka waktu yang lama (Wiknjosastro, 2009).
2. Data objektif
Hasil pemeriksaan tentang tanda-tanda vital, inspeksi
pengeluaran pervaginam (Ambarwati, 2010). Menurut
Varney (2007), yaitu:
a. Keadaan umum : baik
b. Keasadaran : composmentis
c. TTV : TD : ..... mmHg, S : .....0C
R : ...... x/menit, N : ......
x/menit,
normal.
d. Muka : terlihat pucat karena perdarahan
e. Mata :conjungtiva pucat karena
perdarahan
29
f. Genetalia : terdapat pengeluaran darah dari
vagina > 80 cc.
g. Pemeriksaan dalam : terlihat pengeluaran darah
h. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada sympisis
i. Pemeriksaan penunjang :
1) Hasil USG, digunakan untuk mengkaji masalah
struktur dan keganasan.
2) Hasil Hb, digunakan untuk mengetahui kadar Hb
apakah ibu anemi atau tidak.
B. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pemyataan pasien
dan hasil pemeriksaan (Ambarwati, 2010). Masalah yang sering
muncul pada klien perdarahan banyak yang berdampak pada
psikologi berupa kecemasan dan ketidaknyamanan pada
perdarahan uterus disfungsional yaitu mengeluarkan perdarahan
haid dengan jumlah darah lebih banyak (Prawirohardjo, 2011).
C. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2013). Pada
kasus perdarahan uterus disfungsional kebutuhan yang diberikan
adalah kebutuhan Konseling Informasi dan Edukasi (KIE) seperti:
kebutuhan gizi, pola istirahat, personal hygiene (Hidayat, 2011).
30
III. Diagnosa potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasian masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini (Ambarwati, 2010). Diagnosis potensial pada kasus perdarahan
uterus disfungsional yaitu pada keadaan akut, dimana Hb < 8 gr/dl
yang menyebabkan klien mengalami anemia (Baziad, 2008).
IV. Antisipasi atau tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati, 2010). Pada langkah ini dalam kasus perdarahan
uterus disfungsional membutuhkan konsultasi dengan dokter spesialis
obstetri ginekologi untuk pemeriksaan penunjang seperti USG dan
pemeriksaan patologi – anatomi, konsultasi untuk pemberian terapi
yaitu hormonal maupun dilatasi dan kuret, serta kolaborasi
laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap, konsentrasi zat besi
darah untuk pemeriksaan penunjang (Baziad, 2008; Manuaba, 2008).
31
V. Perencanaan
Langkah – langkah ini ditentukan oleh langkah – langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010). Perencanaan pada
klien dengan kasus perdarahan uterus disfungsional:
1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang keluhan yang
dialami klien.
2. Pemberian cairan infus.
3. Observasi keadaan umum dan vital sign pasien.
4. Observasi perdarahan pasien.
5. Pemberian informed consent sebelum tindakan.
6. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi
hormonal atau tindakan operatif (Baziad, 2008 ; Baradero dkk,
2006).
7. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan dan
pemantauan kadar Hb (Baziad, 2008).
8. Pemberian motivasi dan support mental kepada klien (Mumpuni
dan Tantrini, 2013).
32
9. Pemberian transfusi darah jika terjadi perdarahan akut, dimana Hb
kurang dari 8 gr % (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
VI. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati, 2010). Dalam
kasus perdarahan uterus disfungsional ini, bidan dapat melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG yaitu dengan melakukan konsultasi
dan melakukan tindakan rujukan sehingga mendapatkan pengobatan
yang tepat dan terbaik (Varnney, 2007). Penanganan tindakan pada
perdarahan uterus disfungsional :
1. Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang keluhan yang
dialami klien.
2. Memberikan cairan infus.
3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pasien.
4. Mengbservasi perdarahan pasien.
5. Melakukan pemberian informed consent sebelum tindakan.
6. Melakukan konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi hormonal atau tindakan operatif (Baziad, 2008 ; Baradero
dkk, 2006).
7. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan
dan pemantauan kadar Hb (Baziad, 2008).
33
8. Memberi motivasi dan support mental kepada klien (Mumpuni
dan Tantrini, 2013).
9. Melakukan transfusi darah jika terjadi perdarahan akut, dimana
Hb kurang dari 8 gr % (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
VII. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2010).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus
perdarahan uterus disfungsional adalah :
1. Klien mengerti tentang penyakitnya setelah diberikan penjelasan
oleh bidan.
2. Klien mendapat asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhannya.
3. Klien mendapatkan terapi dan tindakan untuk mengatasi keluhan
yang dideritanya yaitu perdarahan uterus disfungsional.
4. Perdarahan yang dialami dapat berhenti dan tidak terjadi
perdarahan berulang atau pada pasien pubertas siklus menstruasi
dapat kembali normal.
C. Data Perkembangan
Dari Tujuh Langkah Varney kemudian disarikan menjadi 4
langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning) sesuai
34
dengan SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan
sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien (Walyani,2014).
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
pada kasus perdarahan uterus disfungsional melalui anamnesis sebagai
langkah I Varney. Pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
data subjektif dari data perkembangan yaitu ibu merasa lebih baik,
perdarahan sudah berkurang maupun berhenti.
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain berupa keadaan umum ibu baik,
sadar, tanda – tanda vital ibu normal, dalam pemeriksaan inspeksi terlihat
perdarahan menstruasi sudah tidak ada dan pemeriksaan laboratorium
tidak menunjukkan komplikasi penyakit sistemik.
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah
potensial serta perlunya tindakan segera pada kasus perdarahan uterus
disfungsional. Diagnosa kebidanan pada data perkembangan yang dapat
ditegakkan dari kasus perdarahan uterus disfungsional adalah Ny.X PxAx
umur x tahun dengan riwayat perdarahan uterus disfungsional.
35
P = Planning
Menggambarkan pendokumentasian seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan pada kasus perdarahan uterus
disfungsional seperti tindakan antisipasi meliputi: observasi keadaan
umum, tanda – tanda vital dan perdarahan pervaginam. Tindakan segera
yaitu pemberian cairan IV untuk memulihkan kondisi umum pasien.
Tindakan secara komprehensif yaitu memberikan terapi anastesi umum,
antibiotik, antifibrinolitik dan roborantia (Manuaba, 2010). Pemberian
dukungan serta evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4,
5, 6 dan 7 Varney (KepMenKes RI No: 938/Menkes/SK/VII/2007).
D. Landasan Hukum (yang melandasi praktek kebidanan)
Kewenangan bidan sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia
dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan perdarahan uterus
disfungsional, bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya
dalam Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaaan Praktik Bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan
sesuai yang isinya :
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
36
Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
point 3, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi
Studi kasus menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan atau membuat gambaran
tentang studi keadaan secara objektif. Studi kasus adalah studi yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses
yang terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk
yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini
akan memberikan gambaran tentang asuhan kebidanan gangguan
reproduksi pada Ny.R dengan perdarahan uterus disfungsional di RSU
Assalam Gemolong Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Tempat atau lokasi pengambilan studi kasus ini
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum (RSU) Assalam Gemolong, Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan orang yang
dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2010).
Subjek dalam penyusunan kasus ini adalah Ny. R umur 34 tahun P1A0
dengan perdarahan uterus disfungsional di RSU Assalam Gemolong,
Sragen.
38
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan
studi kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini
dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2015 – 30 Januari 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrumen
yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan menggunakan
format asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan 7 langkah Varney
dan data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara
mengambil data primer dan sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil
dari responden yang menjadi objek dalam penelitian (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indera pengelihatan, pendengaran dan penciuman (Priharjo,
39
2006). Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari
kepala sampai kaki. Pada kasus perdarahan uterus
disfungsional dilakukan inspeksi dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan menggunakan
sentuhan atau rabaan (Priharjo, 2006). Pada kasus perdarahan
uterus disfungsional dilakukan pemeriksaan palpasi
abdomen.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk
(Priharjo, 2006). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
untuk pemeriksaan perkusi tidak akan dilakukan karena
pasien sedang dalam observasi perdarahan dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan reflek patella.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2006).
Pada kasus perdarahan uterus disfungsional dilakukan
pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui tekanan darah ibu.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan
secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
40
bercakap-cakap berhadaan muka dengan orang tersebut (face to
face) (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini wawancara akan
dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga kesehatan dengan
menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi dan
SOAP.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal – hal yang akan
diteliti (Hidayat, 2010). Pada studi kasus ini observasi yang
dilakukan meliputi: pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik yaitu
keluhan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan USG dan laboratorium
(pemeriksaan Hb).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan
sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk
mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan
tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan
(Notoatmodjo, 2012).
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
41
majalah, prasasti, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
(Arikunto, 2010). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien
di RSU Assalam Gemolong Sragen.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan – bahan pustaka yang
sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam
suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus pada penelitian
ini mengambil dari buku – buku kesehatan tahun 2005 – 2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Studi kasus ini akan dilakukan dengan menggunakan alat dan
bahan sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi
b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi :
a. Tensi
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Timbangan berat badan
e. Pengukur tinggi badan
f. Handscoon
g. Spekulum
42
h. Bak instrument
i. Spuit
j. Bengkok
k. Jam tangan
l. Hammer
3. Alat dan bahan dalam pengambilan data :
a. Format pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi
b. Buku tulis
c. Bolpoin
H. Jadwal
Bagian ini menguraikan langkah – langkah kegiatan dari mulai
menyusum proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalannya atau berlangsungnya setiap kegiatan
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.
43
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Ruang : Multazam 2
No. Registrasi : 055518
Tanggal masuk: 21 Desember 2015
A. TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Desember 2015 Pukul : 09.00 WIB
1. Identitas pasien: Identitas suami:
a. Nama : Ny. R Nama : Tn. P
b. Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa:Jawa, Indonesia
e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Ngeseng 2/X Kwangen, Gemolong, Sragen
2. Anamnesa (Data Subyektif)
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mengalami
perdarahan di luar siklus haid sejak tanggal 11 Desember 2015
hingga sekarang banyaknya 4 kali ganti pembalut setiap hari, ibu
44
merasa lemas, terasa nyeri perut, pusing dan cemas dengan
keadaannya.
b. Riwayat Menstruasi :
1) Menarche :Ibu mengatakan pertama kali
menstruasi umur 12 tahun.
2) Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya
± 27 hari.
3) Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan mentruasinya tidak
teratur tiap bulannya.
4) Lama : Ibu mengatakan lamanya haid ± 7
hari.
5) Banyaknya : Ibu mengatakan dulu ganti pembalut
2 kali sehari. Ibu mengatakan
sekarang ganti pembalut 4 kali
sehari.
6) Sifat Darah : Ibu mengatakan darahnya encer
berwarna merah tua kadang ada
gumpalan.
7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan merasa nyeri saat
haid tetapi tidak sampai
mengganggu aktivitas saat
menstruasi
45
c. Riwayat Perkawinan :
1) Umur menikah : 23 tahun dengan suami umur 25 tahun.
2) Lama menikah : 11 tahun
3) Menikah : 1 kali
4) Suami Ke : 1
5) Usia pernikahan dengan suami sekarang : 11 tahun
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
N
o
Tgl/th
partus
UK
(bln)
Jenis
Part
us
Tem
pat
part
us
Peno
long
Anak Nifas
Kead
anak
skrng
JK
(P/
L)
BB
(gram)
PB
(cm)
Kead Lakt
asi
1 2005 9 bln
Spo
ntan
BPS
Bida
n
L 3800 49 Baik
Lanc
ar
Hidup
e. Riwayat KB
1) Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan
memakai kontrasepsi kondom setelah kelahiran anak pertama
sampai sekarang.
2) Lama penggunaan : 10 tahun
3) Keluhan selama pemakaian kotrasepsi : ibu mengatakan tidak
ada keluhan apapun.
f. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan sedang
mengalami perdarahan di luar siklus haid sejak
46
tanggal 11 Desember 2015 hingga sekarang banyaknya 4 kali
ganti pembalut setiap hari, ibu merasa lemas, terasa nyeri
perut, pusing dan cemas dengan keadaanya.
2) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa
berdebar-debar di dada bagian kiri
kemudian tidak pernah muncul keringat
dingin saat beraktivitas.
b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
sakit pada bagian pinggang kanan dan
kiri bawah.
c) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak
napas.
d) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih
dari 2 minggu, batuk mengeluarkan
darah, demam lebih dari 1 bulan, sesak
dan nyeri dada, berkeringat malam hari,
badan lemah.
e) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah sakit
kuning dengan ciri pada mata, kuku,
kulit tidak pernah berwarna kuning.
f) DM : Ibu mengatakan tidak sering haus, sering
lapar dan sering kencing di malam hari.
47
g) Hipertensi : Ibu mengatakan hasil tekanan darahnya
tidak pernah lebih dari 140/100 mmHg
dan tidak pernah mengalami sakit kepala
yang menetap.
h) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulut.
i) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah memiliki
penyakit lain seperti HIV/AIDS.
3) Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari
keluarganya maupun suami tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menurun (asma, DM, jantung) dan menular (TBC,
hepatitis, HIV/AIDS).
4) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari
keluarganya maupun suami tidak mempunyai riwayat
keturunan kembar.
5) Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah
operasi apapun.
g. Data Psikologis : Ibu mengatakan sedikit khawatir dan cemas
dengan keadaannya saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
a. Status Generalis
1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
48
3) TTV :
TD : 130/90mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 370C
4) TB : 157 cm
5) BB : 54 kg
b. Pemeriksaan Sistemis
1) Kepala
a) Rambut : Berwarna hitam, bersih, tidak
berketombe
b) Muka : Simetris, tidak oedema dan tidak
pucat
c) Mata
(1) Oedema : Tidak oedema
(2) Conjungtiva : Merah muda
(3) Sklera : Putih
d) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret dan
tidak ada benjolan
e) Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada serumen
f) Mulut/gigi/gusi : Tidak stomatitis dan lembab/ tidak
caries/ tidak berdarah
2) Leher
a) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok
b) Tumor : tidak ada benjolan
49
c) Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
3) Dada dan Axilla
a) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding
dada
b) Mammae
(1) Membesar : Normal
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Simetris : Simetris
(4) Puting susu : Menonjol
(5) Kolustrum : Tidak ada
c) Axilla
(1) Benjolan : Tidak ada benjolan
(2) Nyeri : Tidak nyeri tekan
4) Abdomen
a) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati
b) Benjolan / tumor : Tidak ada benjolan
c) Nyeri tekan : Ada nyeri tekan sympisis
d) Luka bekas operasi : Tidak ada bekas operasi
5) Anogenital
a) Vulva vagina
(1) Varices : Tidak ada varices
(2) Luka : Tidak ada luka
(3) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
50
(4) Kemerahan : Tidak ada kemerahan
(5) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
b) Pengeluaran pervaginam
a. Keputihan : Tidak ada keputihan
b. Keluhan lain : Tidak ada oedema, tidak ada varices,
pengeluaran pervaginam berupa
darah stolsel dan berwarna merah
tua.
6) Inspeculo
Servik / portio : Vagina dalam batas normal, dinding
vagina dalam batas normal, portio
utuh, OUE tertutup, pengeluaran
berupa darah.
7) Pemeriksaan dalam
a) Portio / servik
- Keras / lunak : Lunak
b) Tumor / benjolan : Tidak ada benjolan
c) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
8) Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
9) Ekstremitas
a) Varices : Tidak ada varices pada kaki
b) Oedema : Sedikit ada pembengkakan
51
c) Reflek patella : Positif kanan dan kiri
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang lain:
Pemeriksaan USG pada tanggal 21 Desember 2015
pukul 09.15 WIB yaitu uterus berukuran 10,5 cm x 6,05 cm,
perdarahan intra uteri.
b. Pemeriksaann Laboratorium:
Tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.25 WIB dengan hasil :
Hb : 11,1 gr%
Golongan darah : O
Trombosit : 273 103/ UL
Leukosit : 7,4 103/ UL
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 21 Desember 2015 pukul : 09.30 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional
Data Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 34 tahun.
2. Ibu mengatakan pernah melahirkan 1 kali dan belum pernah
keguguran.
52
3. Ibu mengatakan mengalami perdarahan sejak
tanggal 11 Desember 2015 hingga sekarang. Banyaknya 4 kali
ganti pembalut setiap hari.
4. Ibu mengatakan merasa sedikit lemas dan pusing.
5. Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya.
DO :
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 370C
4. Muka : Simetris, tidak oedema dan tidak pucat
5. Mata
a. Oedema : Tidak oedema
b. Conjungtiva : Merah muda
c. Sklera : Putih
6. Abdomen : Ada nyeri tekan sympisis
7. Pengeluaran pervaginam
a. Keputihan : Tidak ada keputihan
b. Keluhan lain : Tidak ada oedema, tidak ada varices,
pengeluaran pervaginam berupa darah
stolsel dan berwarna merah tua.
53
8. Inspeculo
Servik / portio : Vagina dalam batas normal, dinding
vagina dalam batas normal, portio utuh,
OUE tertutup, pengeluaran berupa darah.
9. Pemeriksaan dalam
a. Portio / servik
- Keras / lunak : Lunak
b. Tumor / benjolan : Tidak ada benjolan
c. Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
10. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang lain :
Pemeriksaan USG pada tanggal 21 Desember 2015
pukul 09.15 WIB yaitu uterus berukuran 10,5 cm x 6,05 cm,
perdarahan intra uteri.
b. Pemeriksaann Laboratorium :
Tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.25 WIB dengan hasil :
Hb : 11,1 gr%
Golongan darah : O
Trombosit : 273 103/ UL
Leukosit : 7,4 103/ UL
B. Masalah
Ibu mengatakan tidak nyaman, merasa cemas dan gelisah karena
mengeluarkan perdarahan dengan jumlah yang banyak.
54
C. Kebutuhan
1. Memberi informasi tentang kondisi dan perdarahan yang sedang
dialami ibu.
2. Memberikan support mental pada ibu untuk mengurangi rasa
cemas.
3. Memberikan informasi tentang kebutuhan gizi, pola istirahat dan
personal hygiene.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak Ada
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Tidak Ada
V. PERENCANAAN
Tanggal : 21 Desember 2015 Pukul : 09.40 WIB
1. Informasikan mengenai penyakit yang diderita pasien.
2. Berikan informed consent pada pasien dan keluarga untuk tindakan
curretase.
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemasangan infus,
skin test ceftriaxone, pemberian terapi dan tindakan lebih lanjut.
Injeksi ceftriaxone 1 gr per 8 jam (10.30 WIB, 18.30 WIB, 02.30
WIB), asam traneksamat 1 gr per 6 jam (10.30 WIB, 16.30 WIB,
22.30 WIB, 4.30 WIB), Noprostol 1 tablet/PO (10.30 WIB), rencana
curretase (12.30 WIB).
55
4. Berikan support mental dan motivasi pada klien untuk mengurangi
rasa cemas.
5. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan
pervaginam setiap 4 jam.
6. Persiapan curretase.
7. Observasi post curretase.
8. Dokumentasikan hasil tindakan.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 21 Desember 2015 Pukul : 09.45 WIB
1. Pukul : 09.45 WIB. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga
mengenai penyakit yang sedang diderita pasien, bahwa pasien
mengalami perdarahan uterus disfungsional, yaitu perdarahan
pervaginam yang terjadi di dalam maupun di luar siklus haid dengan
jumlah yang banyak dan waktu yang lama tanpa disertai kelainan
organik. Perdarahan ini dapat diobati dengan memberikan terapi
untuk menghentikan perdarahan serta dilakukan curretase.
Perdarahan uterus disfungsional juga dapat berulang, yaitu dengan
ciri-ciri mengalami perdarahan kembali dengan jumlah banyak dan
waktu yang lama setelah dilakukan pengobatan.
2. Pukul 09.55 WIB. Memberikan lembar persetujuan (informed
consent) kepada keluarga untuk ditandatangani sebagai bentuk
persetujuan pemberian terapi dan penatalaksanaan curretase kepada
pasien.
56
3. Pukul 10.20 WIB. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pemberian terapi lanjut, hasil advise dokter yaitu :
a. Rawat inap di rumah sakit
b. Pasang infus RL 20 tpm, dipasang pukul 10.10 WIB
c. Skin test terhadap antibiotik ceftriaxone (IC) tangan sebelah
kanan pukul 10.12 WIB
d. Advise dokter dalam pemberian terapi dan tindak lanjut :
1) Antibiotik : Injeksi ceftriaxone 1 gr/8 jam (IV)
2) Antifibrinolitik : Injeksi asam traneksamat 1 gr/6jam (IV)
3) Untuk dilatasi serviks : Noprostol 1 tablet dosis 0,2 mg
(oral)
4) Rencana curretase pukul 12.30 WIB
4. Pukul 10.35 WIB. Memberikan dukungan mental dan spiritual
kepada pasien dengan cara menjelaskan bahwa setelah dilakukan
tindakan curretase pasien dapat sehat kembali seperti semula serta
menganjurkan kepada pasien untuk berdoa kepada Allah agar
diberikan keselamatan dan kesehatan. Mengikutsertakan peran
keluarga dalam pemberian motivasi.
5. Pukul 10.45 WIB. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital
meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan serta pengeluaran
pervaginam dilakukan secara teratur setiap 4 jam.
6. Pukul 11.30 WIB. Melakukan scaren (pemotongan rambut pubis).
57
7. Pukul 12.00 WIB. Menyiapkan alat curretase dan menyiapkan obat
anestesi umum berupa ketamine 1 mg/kg BB.
8. Pukul 12.30 WIB. Membantu dr.SpOG melakukan tindakan
curretase, berupa:
a. Memasukkan obat anestesi, ketamin 1 mg/kg BB melalui IV
b. Membantu melakukan curretase
9. Pukul 13.10 WIB. Melakukan observasi pada pasien post curretase.
10. Pukul 14.00 WIB. Mendokumentasikan hasil tindakan.
VII. EVALUASI
Tanggal : 21 Desember 2015 Pukul : 14.30 WIB
1. Pukul 09.52 WIB. Pasien dan keluarga mengerti dan paham
mengenai penyakit yang sedang di derita, bagaimana cara
pengobatan dan tanda-tanda terjadi perdarahan uterus disfungsional
yang berulang.
2. Pukul 10. 10 WIB. Ibu dan keluarga bersedia mengisi informed
consent
3. Pukul 10.25 WIB. Terapi sesuai advise dokter SpOG telah diberikan,
hasil :
a. Pasien rawat inap di bangsal Multazam 2
b. Pukul 10.20 WIB. Telah terpasang infus RL 20 tpm pada tangan
sebelah kiri
c. Pukul 10.22 WIB. Telah diinjeksikan ceftriaxone secara intra
cutan dan hasilnya pasien tidak alergi
58
d. Pukul 10.23 WIB. Telah diinjeksikan ceftriaxone 1 gr per 8 jam
intra vena
e. Pukul 10.25 WIB. Telah diinjeksikan asam traneksamat 1 gr
intra vena per 6 jam
f. Pukul 10.27 WIB. Telah diberikan noprostrol 1 tablet
dosis 0,2 mg (oral)
g. Pukul 10.30 WIB. Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa
akan dilakukan curretase pada pukul 12.30 WIB
4. Pukul 10.40 WIB. Pasien sudah tidak cemas karena akan dilakukan
curretase untuk kesembuhannya. Keluarga juga sudah turut andil
dalam memotivasi pasien agar mau dicurretase.
5. Pukul 10.50 WIB. Hasil observasi KU, TTV, PPV pada pasien
pukul 09.30 WIB
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 37 0
C
d. PPV : darah stolsel, berwarna merah tua
6. Pukul 11.45 WIB. Telah dilakukan scaren (pemotongan rambut
pubis).
7. Pukul 12.10 WIB. Alat curretase dan obat anestesi umum berupa
ketamine 1 mg/kg BB telah disiapkan.
59
8. Pukul 12.50 WIB. Telah dilakukan tindakan curretase dengan hasil
didapatkan kerokan endometrium 1cc berwarna coklat dan kenyal.
Hasil kerokan dikirim ke laboratorium patologi anatomi (PA).
9. Pukul 13.30 WIB. Hasil observasi pasien post curretase :
a. KU : lemah
b. Kesadaran : apatis
c. TTV :
TD :120/70 mmHg
N : 80 x/mnt
R : 24 x/mnt
S : 370C
d. PPV : ± 20 cc, merah tua
10. Pukul 14.20 WIB. Semua hasil sudah didokumentasikan.
60
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 22 Desember 2015 Pukul : 10.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan badannya sudah enakan dan tidak pusing.
2. Ibu mengatakan sudah duduk di tempat tidur dan sudah mandi.
3. Ibu mengatakan sudah makan dan minum yang disediakan dari rumah
sakit dengan porsi 1 piring bubur nasi, 1 mangkok sayur bayam, 1 tempe,
1 buah pisang.
4. Ibu mengatakan mengeluarkan darah berupa bercak atau flek-flek.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,50C
4. PPV : bercak ± 10 cc, merah tua
5. Ekstremitas atas : terpasang infus RL ke-3 (20 tpm)
A :
Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional hari
ke-1.
61
P :
Tanggal : 22 Desember 2015 Pukul : 10.10 WIB
1. Pukul 10.10 WIB. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
perdarahan sudah berhenti dan keadaan ibu sudah normal kembali.
2. Pukul 10.15 WIB. Melanjutkan advise dokter SpOG dalam pemberian
tindakan dan terapi serta menganjurkan ibu untuk meminumnya di rumah.
a. Pasien boleh pulang
b. Lepas infus RL
c. Pemberian obat oral:
1) Obat anti perdarahan (asam traneksamat) 500 mg 3 x 1 (per
oral) / XX
2) Obat antibiotik (cefadroxyl) 500 mg 2 x 1 (per oral) / XV
3. Pukul 10.20 WIB. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya dengan cara mengganti pembalut jika penuh dan
membersihkan genetalianya setiap selesai BAK / BAB dengan mengusap
dari depan ke belakang dan keringkan dengan handuk.
4. Pukul 11.00 WIB. Memperbolehkan anggota keluarga untuk mengurus
administrasi pasien.
5. Pukul 11.10 WIB. Memperbolehkan pasien untuk berkemas pulang.
6. Pukul 11.15 WIB. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
tanggal 29 Desember 2015 atau setelah ibu mengalami haid.
7. Pukul 11.35 WIB. Mendokumentasikan hasil tindakan.
62
Evaluasi
Tanggal: 22 Desember 2015 Pukul: 12.40 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Infus sudah dilepas pukul 10.17 WIB. Ibu sudah menerima obat yang
diberikan dan bersedia untuk meminumnya di rumah.
a. Obat anti perdarahan (asam traneksamat) 500 mg 3 x 1 (per oral) / XX
b. Obat antibiotik (cefradroxyl) 500 mg 2 x 1 (per oral) / XV
3. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.
4. Keluarga telah melunasi semua administrasi pasien.
5. Pasien sudah berkemas-kemas untuk pulang.
6. Pasien bersedia untuk kembali 1 minggu lagi tanggal 29 Desember 2015
atau setelah ibu mengalami haid.
7. Semua hasil sudah di dokumentasikan.
8. Pasien pulang pukul 12.30 WIB.
63
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal: 2 Januari 2016 Pukul : 07.50 WIB
S :
1. Ibu mengatakan hari ini jadwalnya kontrol.
2. Ibu mengatakan haid pada tanggal 25 Desember 2015 dan selesai
tanggal 1 Januari 2016.
3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun dan tidak mengalami
perdarahan.
4. Ibu mengatakan obatnya sudah habis tanggal 29 Desember 2015.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,80C
4. PPV : darah (-) / tidak ada
A :
Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan riwayat perdarahan uterus
disfungsional.
64
P :
Tanggal : 2 Januari 2016 Pukul : 08.00 WIB
1. Pukul 08.00 WIB.Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
sudah dalam keadaan normal dan memberitahu hasil pemeriksaan
laboratorium patologi anatomi, bahwa menurut hasil pemeriksaan mikros
di dapat kerokan cavum uteri menunjukkan keping-keping jaringan
endometrium dengan gambaran simple hyperplasia dan tidak tampak tanda
ganas.
2. Pukul 08.10 WIB. Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan
bergizi.
3. Pukul 08.20 WIB. Memberi ibu terapi obat multivitamin (biosan) 1 x 1
(oral) / XX
4. Pukul 08.30 WIB. Menganjurkan ibu untuk periksa apabila terjadi
perdarahan kembali atau jika ada keluhan.
Evaluasi
Tanggal: 2 Januari 2016 Pukul: 08.35 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengerti bahwa pemeriksaan
laboratoriumnya tidak mengarah pada keganasan.
2. Ibu bersedia mengonsumsi makanan bergizi.
3. Ibu telah diberi terapi obat dan bersedia meminumnya.
4. Ibu bersedia untuk periksa apabila terjadi perdarahan kembali atau jika ada
keluhan.
65
DATA PERKEMBANGAN III
( KUNJUNGAN RUMAH )
Tanggal: 30 Januari 2016 Pukul : 09.50 WIB
S :
1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun dan tidak mengalami
perdarahan lagi.
2. Ibu mengatakan merasa nyaman dan beraktivitas seperti biasa.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 37,30C
4. PPV : darah (-) / tidak ada
A :
Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan riwayat perdarahan uterus
disfungsional.
P :
1. Pukul 10.00 WIB. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
sudah dalam keadaan normal.
2. Pukul 10.10 WIB. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya dengan cara membersihkan genetalianya setiap selesai BAK /
66
BAB dengan mengusap dari depan ke belakang dan keringkan dengan
handuk.
Evaluasi
Tanggal: 30 Januari 2016 Pukul: 10.40 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.
74
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
a. Subjektif
1) Berdasarkan hasil anamnesa terdapat tanda-tanda terjadinya
perdarahan uterus disfungsional yaitu Ny. R umur 34 tahun
mengeluh mengalami perdarahan yang banyak selama 10 hari
dengan 4 kali ganti pembalut per hari.
Hal ini sudah sesuai dengan teori Baziad (2008) dan
Wiknjosastro (2009) yang menjelaskan bahwa perdarahan uterus
disfungsional paling banyak dijumpai pada usia perimenarche,
usia reproduksi dan usia perimenopause. Keluhan yang sering
muncul dalam perdarahan uterus disfungsional adalah mengalami
perdarahan di luar atau sewaktu menstruasi dalam jumlah banyak
dan dalam jangka waktu lama.
2) Status perkawinan pada kasus ini yaitu Ny.R telah menikah
selama 11tahun, Ny.R menikah di usia 23 tahun dan ini
merupakan pernikahan pertama pasien. Dalam kasus ini akan
dilakukan tindakan curretase.
Keadaan ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
riwayat perkawinan akan mempengaruhi pengobatan perdarahan
uterus disfungsional. Pada wanita dewasa muda yang belum
menikah pengobatan yang dapat dilakukan dengan terapi
hormonal. Sedangakan untuk wanita yang sudah menikah dan
75
melakukan hubungan seksual diperlukan tindakan curretase
(Manuaba, 2008).
3) Hasil anamnesa data psikososial pada kasus ini, hubungan Ny.R
dengan keluarga dan lingkungan baik dan harmonis. Pasien juga
rajin melaksanakan sholat 5 waktu.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wiknjosastro (2009),
data psikososial perlu dikaji untuk mengetahui respon pasien
terhadap gangguan menstruasi, hubungan sosial antara pasien
dan keluarga. Dukungan keluarga akan meningkatkan rasa
nyaman pada pasien, sehingga mengurangi kecemasan pasien.
Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktik dalam pengumpulan data dasar pada data subjektif.
b. Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Ny.R melalui
inspeksi didapatkan bahwa keadaan umum baik, tanda-tanda
vital dalam batas normal, pada pemeriksaan kepala sampai
ekstremitas tidak terdapat kelainan, tidak tampak adanya
pembesaran abdomen, pada pemeriksaan genital terdapat
pengeluaran darah berwarna merah tua dengan sedikit stolsel.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Baziad (2008) yaitu
dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan umum
dan kesadaran pasien, pengukuran tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi, serta
76
pemeriksan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah dan
berat badan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny.R
dalam menegakkan kasus ini adalah USG dan pemeriksaan
darah lengkap. Pemeriksaan USG (21 Desember 2015)
menunjukkan tidak terdapat kelainan ginekologis. Dari
pemeriksaan darah lengkap diperoleh kadar Hb 11,1 gr%.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
perdarahan uterus disfungsional adalah pemeriksaan
laboratorium (pemeriksaan darah lengkap). Selain itu untuk
mengkaji masalah struktur dan keganasan, dapat dilakukan USG
(Baziad, 2008).
Pada tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus nyata yang penulis kaji.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Dari pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis
kebidanan yaitu Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus
disfungsional. Dasar untuk menegakkan diagnosis pada Ny. R diperoleh
dari data subjektif dan data objektif. Pada data objektif didapatkan hasil
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya hipo/hipertiroid dan
pengukuran suhu basal badan tidak dilakukan.
77
Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Mansjoer, 2007 yaitu
pada pemeriksaan fisik dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan
haemostatis seperti petekie. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pengukuran suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH.
Masalah pada kasus perdarahan uterus disfungsional adalah
timbulnya rasa cemas akibat perdarahan akut dan banyak. Dalam kasus
ini, Ny. R mengeluh merasa cemas dan tidak nyaman karena perdarahan
yang dialaminya. Kebutuhan pasien dalam hal ini yaitu memberi
informasi kesehatan tentang kondisi dan perdarahan yang sedang dialami
pasien serta memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi
rasa cemas.
Hal ini telah sesuai dengan teori Prawirohardjo, 2011 yaitu
masalah yang muncul pada pasien dengan perdarahan uterus
disfungsional yang berdampak pada psikologi berupa kecemasan dan
ketidaknyamanan pada perdarahan uterus disfungsional yaitu
mengeluarkan perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak.
Kebutuhan untuk menangani diagnosis kebidanan dan masalah yang
timbul dalam kasus ini adalah memberikan informasi pada pasien tentang
kondisinya, memberikan KIE pada ibu tentang kebutuhan gizi, pola
istirahat, personal hygiene serta memberikan support mental agar cemas
pada pasien berkurang (Hidayat, 2011). Dalam tahap ini terdapat
kesenjangan antara teori dengan kasus nyata.
78
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial untuk Ny. R dengan perdarahan uterus
disfingsional adalah tidak ada atau tidak terjadi diagnosa potensial
dikarenakan hasil pemeriksaan inspeksi pada mata dan pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.25 WIB untuk
cek kadar Hb dengan hasil 11, 1 gr/dl. Hal ini sesuai teori yang
dinyatakan oleh Baziad (2008) bahwa pada keadaan akut, dimana
Hb < 8 gr/dl yang menyebabkan klien mengalami anemia. Dalam tahap
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
4. Antisipasi / Tindakan Segera
Pada kasus perdarahan uterus disfungsional antisipasi atau tindakan
segera yang diberikan yaitu tidak ada, dikarenakan hasil pemeriksaan
USG pada tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.15 WIB yaitu uterus
berukuran 10,5 cm x 6,05 cm, perdarahan intra uteri dan pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.25 WIB untuk
cek kadar Hb dengan hasil 11, 1 gr/dl dalam batas normal.
Hal ini sesuai teori menurut Ambarwati, 2010. Langkah ini
memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik dalam penetapan kebutuhan terhadap tindakan segera.
79
5. Perencanaan
Perencanaan dalam kasus perdarahan uterus disfungsional pada
Ny. R yaitu:
a. Informasikan mengenai penyakit yang diderita pasien.
b. Berikan informed consent pada pasien dan keluarga untuk tindakan
curretase.
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemasangan infus,
skin test ceftriaxone, pemberian terapi dan tindakan lebih lanjut.
Injeksi ceftriaxone 1 gr per 8 jam (10.30 WIB), asam traneksamat
1 gr per 6 jam (10.30 WIB), Noprostol 1 tablet/PO (10.30 WIB),
rencana curretase (12.30 WIB).
d. Berikan support mental dan motivasi pada klien untuk mengurangi
rasa cemas.
e. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan
pervaginam.
f. Persiapan curretase.
g. Observasi post curretase.
h. Dokumentasikan hasil tindakan.
Dari uraian di atas penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktik dalam perencanaan asuhan.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus ini disesuaikan dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Semua tindakan telah
80
dilaksanakan sesuai rencana. Dalam tahap ini, penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan praktik di lahan.
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi wanita
pada Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional
adalah pasien mengerti tentang penyakitnya, keadaan umum baik.
Diagnosa potensial dan antisipasi tidak ada. Berdasarkan data terakhir,
tidak ada perdarahan post curretase. Hasil dari curretase diagnostik tidak
menunjukkan tanda ganas dan kelainan anatomis.
Keadaan tersebut sesuai dengan teori yaitu pasien diharapkan
mengerti tentang penyakitnya setelah diberikan penjelasan oleh bidan,
mendapat asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhannya, mendapatkan
terapi dan tindakan untuk mengatasi keluhan yang dideritanya serta
perdarahan berulang atau pada pasien pubertas siklus menstruasi dapat
kembali normal (Ambarwati, 2010). Penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktik pada langkah evaluasi.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang
berjudul Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. R P1A0 umur 34
tahun dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong
Sragen, yaitu :
1. Pengkajian diperoleh data Ny. R mengalami perdarahan sejak 10 hari
yang lalu dengan mengeluarkan darah banyak dan bergumpal serta
merasakan nyeri pada sympisis, lemas, pusing dan cemas terhadap
keadaannya. Data objektif didapati perdarahan pervaginam darah
berwarna merah gelap dengan sedikit stolsel. Sedangkan pada data
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan USG yang
menunjukkan tidak ada kelainan ginekologis dan data pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar haemoglobin 11, 1 gr/dl.
2. Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan yaitu Ny. R P1A0
umur 34 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional. Masalah yang
dihadapi adalah cemas dengan keadaan yang dialaminya. Kebutuhan
Ny. R adalah pemberian informasi mengenai kondisi ibu, memberikan
support mental pada ibu untuk mengurangi rasa cemas serta
memberikan KIE tentang kebutuhan gizi, polai stirahat, personal
hygiene.
75
3. Diagnosa potensial yaitu tidak ada karena berdasarkan observasi
keadaan umum, pemeriksaan laboratorium, vital sign dan perdarahan
pervaginam serta Kadar Hb menunjukkan batasan normal.
4. Tindakan segera yaitu tidak ada karena dalam diagnosa potensial tidak
ditemukan masalah yang membahayakan dan semua dalam batasan
normal.
5. Rencana asuhan meliputi informasikan hasil pemeriksaan, observasi
KU, TTV dan perdarahan pervaginam, kolaborasi dengan dokter SpOG
berupa pemberian terapi (antibiotik, antifibrinolitik, roboratia), berikan
informed consent, berikan support mental dan motivasi.
6. Pelaksanaan asuhan mengacu pada perencanaan yang telah ditetapkan.
Hasil akhir dari asuhan yang telah diberikan dapat tercapai sesuai
dengan harapan, yaitu ibu mendapat asuhan, terapi, serta tindakan
curretase untuk mengatasi keluhannya. Perdarahan post curretase
berupa spotting, diagnosa potensial tidak terjadi, sehingga pasien
pulang dalam kondisi baik. Ibu telah mendapatkan informasi mengenai
perdarahan yang terjadi padanya dan bersedia untuk kembali apabila
terjadi perdarahan berulang.
7. Evaluasi yang didapat setelah diberikan asuhan kebidanan selama 4 hari
pada Ny.R adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
perdarahan berhenti, vital sign: TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit,
R : 22 x/menit, S : 36,50C.
76
8. Pada kasus Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus
disfungsional penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktik.
9. Dari kesenjangan tersebut maka alternatif pemecahan masalahnya
adalah sebagai tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan fisik
seharusnya dilakukan secara menyeluruh termasuk dalam pengukuran
suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH sebagai
penunjang penegakkan diagnosis.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran
bagi:
1. Instansi pelayanan kesehatan
RSU Assalam Gemolong Sragen diharapkan lebih
meningkatkan pemberian asuhan secara komprehensif, tepat dan
profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan sehingga pasien
merasa aman dan nyaman.
2. Profesi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan sebagai masukan dalam meningkatkan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
77
3. Pendidikan
Diharapkan agar isntitusi pendidikan lebih meningkatkan
atau menambah referensi, sehingga dapat membantu Mahasiswa
yang akan mengambil kasus yang sama.
4. Klien dan masyarakat
Klien dan masyarakat diharapkan mengerti mengenai
perdarahan uterus disfungsional dan segera memeriksakan diri
pada tenaga kesehatan jika mengalami perdarahan pervaginam
yang lama dan banyak, sehingga segera mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal sesuai dengan kasus yang dialami.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Anwar, dkk. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baradero, M, dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.
Jakarta: EGC.
Baziad, dkk. Endokrinologi – Ginekologi. Jakarta: KSERI.
Dewi, M.U.K. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: TIM.
Hestiantoro, A, Ed. 2007. Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus
Disfungsional. Jakarta: HIFERI – POGI.
Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
.. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika.
Janiwarti, B, Herri, Z.P. 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan. Edisi 1.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Kumalasari, I, Iwan, A. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:
Mediaa Aesculapius.
Manuaba. 2008. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta: EGC.
79
. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi. 2014. Kesehatan Reproduksi. Cetakan kedua. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Maryanti, D, Majestika, S. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan
Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mumpuni, Y, dkk. 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuaryalstonia, C. 2014. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi wanita pada
ny. S P3A0 umur 44 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional
fakultas kedokteran Uns. Karya ilmiah.
Nugroho, T, Bobby, I.U. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. 2012. Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S.A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Priharjo R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Saryono, Ari, S. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Soepardan, S. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru.
Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
80