ass asetat.docx

Upload: luki-wahyudi

Post on 30-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis

TRANSCRIPT

TUJUANPraktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa.

DASAR TEORI

Titrasi asam basa adalah titrasi dimana reaksi antara titrat dan titranya merupakan reaksi asam basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar senyawa basa. Reaksi antara senyawa asam dan basa pada dasarnya adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara donor proton (asam) dengan resipien/aseptor proton (basa). Jika asam dan salah satu lemah maka garam akan terhidrolisa dan larutan sedikit asam/basa.Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya.Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan. Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).

Selama proses titrasi asam basa, pH larutan terus menerus berubah dengan aturan yang khas. pH tersebut akan berubah secara drastis pada saat volume titran mendekati titik ekivalen.Karakteristik dari kurva ini sangat penting, karena menentukan pemilihan indicator yang sesuai (paling mendekati titik ekivalen) untuk meminimalkan kesalahan titrasi. Indicator adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluorescent pada suatu trayek pH tertentu. Perubahan ini terjadi karena karena adanya perubahan struktrur dari indicator tersebut.Gambar diatas adalah contoh titrasi alkalimetri, terlihat bahwa pH naik perlahan terhadap penambahan NaOH. Pada saat mendekati titik ekivalen, pH menaik secara drastis. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator yang sesuai adalah phenol phtalein yang bekerja pada trayek pH 8,3 -10. Phenol phtalein merupakan bentuk asam lemah yang lain. Asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya - mengubah indikator menjadi ungu.Selain dengan menggunakan indikator, titik ekivalen dapat dicari dengan bantuan pH meter. Kurva titrasi diperoleh dengan memplotkan data jumlah titran yang ditambahkan versus pH larutan. Titik ekivalen jelas terlihat dengan menggunakan perhitungan turunan kedua, dimana titik ekivalen merupakan perpotongan antara garis mendatar (volume titran).

PROSEDUR KERJAAlat dan Bahan yang Dipergunakan

Alat-alat yang digunakan adalah:

Neraca analitikGelas arloji 1 buahPipet gondok 10 ml 1 buahBuret 25 ml 1 buahStatif dan klem 1 buahCorong gelas 2 buah (besar dan kecil)Labu ukur 3 buah (50 ml, 100 ml, 250 ml)Propipet 1 buahBeker glass 200ml 1 buahPengaduk kaca 1 buahPipet tetes 1 buahBotol semprot 1 buahErlenmeyer 250 ml 2 buah

Bahan-bahan yang digunakan adalah:

Aquades secukupnyaSampel CH3COOH (asam asetat)Sampel H2C2O4.2H2O (asam oksalat)Sampel asam cukaSampel NaOH (natrium hidroksida)Indicator PP (phenol phtalein)Prosedur kerjaStandarisasi larutan NaOHSemua alat yang akan di gunakan harus dibersihkan terlebih dahuluMembuat larutan NaOH 0,1 N yang mana di fungsikan untuk bahan titrasiAdapun cara membuat larutan NaOH 0,1 N dengan cara : menimbang 1 gr NaOH dan larutkan dengan aquades dalam beker glas (diaduk-aduk sampai homogeny). Larutan kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 250ml, tambahkan aquades sampai batas dan dikocok sampai homogen.Larutan NaOH 0,1 N tersebut dimasukan ke dalam buret 25 ml sampai titik nol. Menimbang 0,315 gr asam oksalat (H2C2O4.H2O).Asam oksalat dimasukkan ke dalam gelas beker, tambahkan aquades dan diaduk sampai homogen, pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml dan tambahkan aquades sampai batas lalu di kocok supaya homogen.Memipet sebanyak 10 ml larutan asam oksalat, masukan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan indicator pp 3 tetes dan dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi peerubahan warna.Mengulangi langkah 7 sebanyak 3 kaliMencatat informasi yang di dapat.Penetapan kadar asam asetat dan cuka makanMemipet sampel Asam asetat dan cuka makan sebanyak 10 mlDiencerkan dengan penambahhan aquades,di dalam labu ukur 100ml sampai batas.Kocok sampai homogen.Memipet larutan sebanyak 10 ml dan tabahkan 3 tetes indicator pp di dalam Erlenmeyer.Titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.Mengulang langkah ke 4 sebanyak 3 kaliMencatat volume NaOH dan informasi lain yang diperoleh.

Skema Kerja

Pembuatan larutan NaOH Standarisasi larutan NaOHPenetapan kadar asam asetat (CH3COOH)Penetapan kadar asam cuka

HASIL ANALISISData Hasi AnalisisTabel standarisasi larutan NaOHKeterangan: Berat NaOH :1,0048 gramBerat H2C204 . 2H2O :0,3155 gram

titrasi Volume asam oksalat (ml) Volume NaOH (ml) Perubahan warna1 10 9,5 Tak berwarna-ungu muda2 10 10,3 Tak berwarna-ungu muda

Tabel penetapan kadar asam asetat (CH3COOH)

titrasi Volume asam asetat (ml) Volume NaOH (ml) Perubahan warna1 10 15,7 Tak berwarna-merah muda2 10 14,6 Tak berwarna-merah muda

Table penetapan kadar asam cuka makan

titrasi Volume asam cuka (ml) Volume NaOH (ml) Perubahan warna1 10 10,5 Tak berwarna-ungu tua2 10 11,0 Tak berwarna-ungu tua

Rumus Penetapan Kadar

Normalitas NaOH hasil standarisasi :N titran .V titran = N titrat .V titratN NaOH x V NaOH = N H2C2O4.2H2O x V H2C2O4.2H2ON NaOH= (N H2C2O4.2H2O x V H2C2O4.2H2O)/(V NaOH)Normalitas asam asetatN titran .V titran = N titrat .V titratN CH3COOH x V CH3COOH = N NaOH x V NaOHN CH3COOH=(N NaOH x V NaOH)/(V CH3COOH)

Kadar asam asetat :Kadar CH_3 COOH (%b/v)= (N CH_3 COOH .V CH_3 COOH.BE CH_3 COOH)/(Volume sampel (L))

Perhitungan Kadar

Normalitas Asam oksalatN = n x M= gr/(BE x V (liter))=0,315/(126/2 x 0,05)=(0,315 )/(63 x 0,05)=0,1 N Normalitas NaOH

N NaOH= (N H2C2O4.2H2O x V H2C2O4.2H2O)/(V NaOH)N NaOH=(0,1 x 10)/9,9=0,101 N

Normalitas asam asetat (CH3COOH)Grek CH3COOH = grek NaOH(N x V) CH3COOH = (N x V) NaOHN CH3COOH=(N NaOH x V NaOH)/(V CH3COOH)N CH3COOH = (0,101 x 15,15)/10=0,153 N

Normalitas Asam Cuka dengan bantuan IndikatorGrek Asam cuka = grek NaOH(N x V) Asam cuka = (N x V) NaOHN asam cuka=(N NaOH x V NaOH)/(V asam cuka) =(0,101 x 10,75)/10=1,0857/10=0,1086 N

Kadar asam asetat

Kadar CH_3 COOH (%b/v)= (N CH_3 COOH .V CH_3 COOH.BE CH_3 COOH)/(Volume sampel (L) )

Kadar CH_3 COOH (%b/v)=(0,153 x 0,010 x 60)/0,010

Kadar CH_3 COOH (%b/v)=9,18 %

Kadar asam cuka

Kadar asam cuka = N CH_3 COOH. V CH_3 COOH . BE CH_3 COOH / V Sampel=(N.asam cuka x V asam cuka X BE asam cuka)/(volume sampel)=(0,1086 x 0,010 x 60)/0,010 =6,516 %

PEMBAHASAN Dalam praktikum ini dipilih asam oksalat sebagai larutan standar karena asam oksalat memiliki berat ekuivalen (BE) yang besar (126) sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya (asam oksalat tidak begitu higroskopis).Larutan NaOH perlu distandarisasi terlebih dahulu untuk mengetahui normalitas NaOH yang sesungguhnya yang akan digunakan sebagai titran sehingga perhitungan yang didapat akan lebih akurat. Di samping itu, larutan NaOH bersifat higoskopis sehingga standarisasi menjadi proses yang harus di lakukan (dmi meminimalisir kesalahan analisis).Titrasi dilakukan berulang-ulang (2 kali) untuk mendapatkan perbandingan hasil yang lebih akurat digunakan perhitungan rata-rata (lebih banyak dilakukan titrasi data yang dihasilkan akan semakin akurat).Digunakan indicator Fenolphtalein karena Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah, dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981). Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga metil (Day, 1981).Standarisasi larutan NaOHLangkah ini dilakukan untuk mengetahui normalitas larutan NaOH yang akan digunakan untuk analisa kuantitatif pada titrimetri yang akan dilakukan. Penjelasan langkah kerjanya sebagai berikut : Membuat larutan NaOH 0,1 N yang mana di fungsikan untuk bahan titrasiAdapun cara membuat larutan NaOH 0,1 N dengan cara : menimbang 1 gr NaOH dan larutkan dengan aquades dalam beker glas (diaduk-aduk sampai homogeny). Larutan kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 250ml, tambahkan aquades sampai batas dan dikocok sampai homogen.Larutan NaOH 0,1 N tersebut dimasukan ke dalam buret 25 ml sampai titik nol. Menimbang 0,315 gr asam oksalat (H2C2O4.H2O) dengan menggunakan neraca analitik. Pada saat penimbangan neraca harus ditutup rapat karena bila terbuka akan terpengaruh oleh udara ataupun angin yang berhembus sehingga data yeng dihasilkan tidak sesuai. Neraca Memasukan asam oksalat ke dalam gelas beker, aquades ditambahkan dan diaduk sampai homogen lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 50 m, tambahkan aquades sampai batas kemudian larutan dikocok-kocok beberapa saat supaya benar-benar tercampur dengan aquades secara sempurna.Asam oksalat dipipet 10 ml dengan pipet volume dan masukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan indicator pp 2-3 tetes dan titrasi segera dilakukan supaya larutan benar-benar belum mengalami perubahan.Lakukan titrasi dengan tetesan pelan pada buret, karena setelah trjadi ekivalen penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang besar. Titrasi dilakukan 2 kali, ambil volume NaOH rata-rata dan catat semua informasi yang diperoleh.Data yang diperoleh bisa berbeda beda karena:Ketelitian dan keterampilan yang terbatas dan berbeda beda dari masing-masing praktikan.Praktikan selalu bergantian dalam melakukan percobaan.Pembuatan larutan yang kurang baikKebersihan alat dan lain-lain

Penetapan kadar asam asetat dan cuka makanMemipet sampel Asam asetat dan cuka makan sebanyak 10 ml dengan pipet gondok.Diencerkan dengan penambahhan aquades di dalam labu ukur 100ml sampai batas.Sesuai dengan judul pratikum yaitu alkalimetri bahasanya untuk penetapan kadar asam dibutuhkan standar senyawa basa.Asam asetat merupakan asam lemah dan NaOH basa kuat jadi pada saat titik ekuvalen larutan menjadi netral (reaksi ini tergolog reaksi netralisasi).Saat titik ekuivalen titrasi harus segare dihentikan karena penambahan sedikt saja NaOH akan menyebabkan perubahan pH yang besar.Data yang diperoleh bisa berbeda-beda karena :Ketelitian dan keterampilan yang terbatas dan berbeda beda,Praktikan selalu bergantian dalam percobaanPembuatan larutan yang kurang baikKebersihan alat dan lain-lain

Penjelasan Mekanisme Reaksi yang TerjadiReaksi antara asam asetat(CH3COOH) dengan NaOHCH3COOH+ NaOH CH3COONa+H2OReaksi antara Asam oksalat dengan NaOHH2C2O4.2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O

KESIMPULANKesimpulan dari kegiatan praktikm alkalimetri ini adalah :Alkalimetri merupakan metode penetapan kadar secara kuantitatif suatu senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan senyawa basa standar. Pemilihan indicator harus sesuai dengan titrasi yang dilakukan.Penambahan sedikit titran pada saat titik ekivalen mengakibatkan perubahan pH secara drastis.Pada titrasi asam basa n yang harus di hitung adalah jumlah H+ atau OH- yang dilepas atau diterima.Dari hasil perhitungan, normalitas NaOH adalah 0,101 N, normalitas CH3COOH adalah 0,153 N dan normalitas asam cuka makan adalah 0,1086 NKadar CH3COOH adalah 9,18 % dan Kadar asam cuka makan adalah 6,516 %

DAFTAR PUSTAKADay,RA.,Uderwood A.L1980.analisa kimia kuntitatif edisi keempat. erlangga: Jakarta.Syabani,M.W.2009.Buku Petunjuk Pratikum Kimia Analisis. Akademi Teknoloi Kulit: Yogyakarta.Titrasi.www.google.com diakses tanggal 13 maret 2010

Tujuan : Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.Dasar TeoriSuatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti.aA + tT produkdimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar, 1984)Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.Misalanya:HCl + NaOH NaCl + H2OReaksi ionnya:H3O+ + OH- H2OPada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organic yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu.(Astin Lukum, 2005)Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OHA- + H2O Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ B+ = H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH - H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.(Underwood, 1986)Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa. Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N), Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atauV1 + N1 = V2 + N 2Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.2. Berdasarkan koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah molMisalnya untuk reaksi :2 NaOH + (COOH)2(COONa) + H2O(COOH)2 = 2 NaOHJika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :V1 M1 2------- = --- V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2 1Oleh sebab itu : V Na Oh x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2 xhttp://arifqbio.multiply.comLarutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.http://farmasi.site88.netTitrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu satu molekul ke molekul yang lain.Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi, sehinggaJumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikato

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda(Keenan, 2002).Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981). Suatu indikator dapat berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:Metal jingga : merah pH 3,1 pH 4,4 kuningBrom timol biru : kuning pH 6,0 pH 7,6 biruFenolftalein : bening pH 6,0 pH 9,6 merahUntuk menentukan konsentrasi suatu larutan asm atau basa diperlukan suatu larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan samapai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui. Larutan semacam ini disebut larytan baku primer, contohnya larutan asam oksalat. Larutan baku yang konsentrasinya ditentukan melalu titrasi dengan larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya didapatkan dengan mentitrasinya dengan larutan baku primer. (Team teaching, 2005)

Alat dan Bahana.Alat Alat-alat yang digunakan pada oksidimetri diantaranya:Pipet tetes labu Erlenmeyer kertas lakmus Gelas kimiaGelas ukur Labu takar Statif dan klem7.Buret 8.Pipet Volume

Buret Pipet Bahan1. Asam Oksalat(H2C2O4) 6. Boraks2. NaOH 0,1 N 7. HCl 0,1 N3. Indikator Fenoftalin (PP) 8. Soda Api4. Asam Cuka 9. Na2CO35. Aquadest 10. Indikator metil orange (MO)

Prosedur Kerjaa.Alkalimetri1.Membuat larutan baku primer asam oksalat 0,1 MDitimbangDilarutkan dalam aquades hingga mencapai 100 ml dalam labu takar

2. Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalatDimasukkan kedalam labu erlenmeyer (duplo)Ditambahkan 4 tetes indikator PP(fenoftalein)Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warnaDicatat volume NaOH yang terpakai

3. Penentuan asam asetat dalam cuka

DitimbangDituangkan kedalam labu ukur 100 mlDiecerkan dengan aquadesDikocokDipipet 25ml larutanDitambahkan 3 tetes indikator PP(fenoftalein)Ditirai dengan larutan baku NaOH dari buret sampai timbul warna merah jinggaTitrasi dilakukan duploDihitung % berat CH3COOH dalam cuplikan (asam cuka)b. Asidimetri Pembakuan asam klorida1. Dengan Na2B4O7 . 10H2O gr

DitimbangDilarutkan dalam aquades hingga volume 1L pada labu takarLarutan ini dipakai untuk membakukan HCl 0,1 N

2.Pembakuan HCl 0,1 NDiambil larutan yang tersedia dengan pipet kedalam erlenmeyerDitambahkan indikator metil orangeDitirasi dengan HCl hingga indikator mengalami perubahan warnaDiulangi sampai 2 atau 3 kaliDirata-ratakan volume HCl yang dipakaiDihitung konsentrasi dari HCl

3. Penentuan NaOH dan Na2CO3 dalam soda causticDitimbang 2gr dan dilarutkan dengan aquadesDiencerkan hingga volume 250 ml dan dikocok

Diambil sebanyak 25ml dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 25ml aquades + indikator PP( fenoftalein )beberapa tetesDitirasi dengan HCl hingga indikator berubah warnaDicacat volume HCl yang digunakan (catat sebagai nilai a) indikator Mo (metil jingga)Dititrasi kembali hingga indikator berubah warnaDicatat volume HCl yang digunakan(catat sebagai nilai b)

Hasil Pengamatan dan Perhitungan1.AlkalimetriPenentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku H2 No V H2C2O4 0,1 N N H2C2O4 V NaOH Vrata-rata NaOH 1 25 mL 0,1 N 23,5 mL ( 23,5 + 24 ) mL2 25 mL 0,1 N 24 mL 2= 23,75 mLPenyelesaian :Dik : V H2C2O4 = 25 mLN H2C2O4 = 0,1 NVrata-rata = 23,75 mLDit : N NaOH .........?Penye : V1. N1 = V2 . N2 V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH25 mL . 0,1 N = 23,75 mL . N NaOHN NaOH = 25 mL . 0,1 N23,75 mL= 0,1053 Nb.Penentuan Asam Asetat dalam Cukaa.Berat gelas kimia kosong 100 mL = 30,4650 gr (a)b.Berat gelas kimia + 5 mL cuka = 35,2148 gr (b)c.Berat = ( b-a )= ( 35,2148 30,4650 ) = 4,7498 gr

No V CH3COOH V NaOH N NaOH Vrata-rata NaOH 1 25 mL 26,8 mL 0,1 N ( 26,8 + 26,6 ) mL2 25 mL 26,6 mL 0,1 N 2= 26,7 mLPenyelesaian : Dik : V CH3COOH = 25 mLV NaOH = 26,7 mLN NaOH = 0,1 NDit : N CH3COOH = ..........?Penye : V1. N1 = V2 . N2 V CH3COOH . N CH3COOH = V NaOH . N NaOH25 mL . N CH3COOH = 26,7 mL . 0,1 NN CH3COOH = 26,7 mL . 0,1 N25 mL= 0,1068 NJadi, konsentrasi asam cuka adalah 0,1068 NCH3COOH CH3COO- + H+BE CH3COO = Mr CH3COOH Mol = 60 g/mol 1 mol= 60 g/ekGram CH3COOH = V x N x BE= 25 mL x 0,1068 N x 60 g/ek= 0,025 L x 0,1068 ek/L x 60 g/ek= 0,1602 gr% CH3COOH dalam asam cuka = gram CH3COOH x 100%Gram cuka= 0,1602 gr x 100%4,9475 gr= 3,238 %2.AsidimetriPembakuan HCl 0,1 N

No V Na2B4O7.10H2O N Na2B4O7. 10H2O V HCl Vrata-rata HCl 1 25 mL 0,1 N 27,5 mL ( 27,5 + 26,4 ) mL2 25 mL 0,1 N 26,4 mL 2= 26,95mL

Penyelesaian : Dik : V Na2B4O7.10H2O = 25 mLN Na2B4O7.10H2O = 0,1 NV HCl = 26,95 mLDit : N HCl = ..........?Penye : V1. N1 = V2 . N2 V Na2B4O7.10H2O . N Na2B4O7.10H2O = V HCl . N HCl25 mL . 0,1 N = 26,95 mL . N HClN HCl = 25mL . 0,1 N26,95 mL= 0,093 NAnalisis kadar NaOH dan Na2CO3 Labu IHCl yang dipakai dengan indicator PP = 3,9 mL (a)Merah -beningHCl yang dipakai dengan indicator Mo = 20,4 mL (b) Kuning - orange HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 (b-a) mL= 2 (20,4 mL - 3,9 mL)= 33 mL (c)HCl yang bereaksi dengan NaOH = b-c = 20,4 mL 33 mL= - 12,6 mL (b-c)

NaOH Na+ + OH-

% NaOH dalam contoh = (b-c) x NHCl x BE NaOH x fp x 100%Berat contoh= -12,6 mL x 0,093 N x 40 g/ek x 3 x 100%2 gr= - 0,0126 L x 0,093ek/L x 40 g/ek x 3 / 2 g x 100%= - 7,0308 %% Na2CO3 = c x NHCl x BE Na2CO3 x fp x 100%Berat contoh

= 33 mL x 0,093 N x 53 g/ek x 3 x 100%2 gr= 0,033 L x 0,093 ek/L x 53 g/ek x 3 x 100%2 gr= 24,39 %

Labu IIHCl yang dipakai dengan indicator PP = 2,8 mL (a)HCl yang dipakai dengan indicator MO = 22,2 mL (b)HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 (b-a) mL= 2 (22,2 mL 2,8 mL)= 38,8 mL (c)HCl yang bereaksi dengan NaOH = b-c = 22,2 mL 38,8 mL = 16,6 mL (b-c)NaOH Na+ + OH-

% NaOH dalam contoh = (b-c) x NHCl x BE NaOH x fp x 100%Berat contoh = 16,6 mL x 0,093 N x 40 g/ek x 3 x 100%2 gr= 0,0166 L x 0,093 ek/L x 40 g/ek x 3 x 100%2 gr= 9,26 %

% Na2CO3 = c x NHCl x BE Na2CO3 x fp x 100%Berat contoh= 38,8 mL x 0,093 N x 53 g/ek x 3 x 100%2 gr= 0,0388 L x 0,093 ek/L x 53 g/ek x 3 x 100%2 gr= 28,68 % E. Hasil pengamatan dan perhitunganNo V FeSO4 V KmnO4 Vrata-rata HCl Perubahan warna1 - 4,1 mL ( 4,1+ 3,3 ) mL Bening merah jingga2 250 mL 3,3 mL 2 bening merah jingga= 3,7 mL

a.Pembuatan larutan H2SO4 4 N 97 %Dik : H2SO4 = 1,84 kg/L = 1840 gr/L% H2SO4 = 0,97 %Mr H2SO4 = 98,08 gr/mol V2 H2SO4 = 250 mLDit : V1 H2SO4 = ..........?Penye : M = / Mr x 0,97 %= 1840 gr/L x 0,97 %98,08 gr/mol= 18, 198 Mol/LN = 2 M= 2 x 18,198= 36,396 NM1 . V1 = M2 .V2V1 = 4 N x 250 mL36,396 N= 27,5 mLb . Pembuatan larutan KMnO4 0,1 NReaksinya : MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O1 Mol = 3 ek1 ek = 1/3 MolBE = Mr = 158, 042 2= 70,02 gr/ekgr = N x V x BE= 0,1 N x 1L x 79,2 gr/ek= 0,1 ek/L x 1L x 79,2 gr/ek= 7,902 grSehingga, kadar Fe = N x VKMnO4 x BE Fe x 100%mg contoh= 0,1 N x 3,7 mL x 56 gr/ek x 100%600 mg= 0,1 ek/L x 3,7 mL x 56 gr/ek x 100%600 mg= 0,1 ek/L x 3,7x10 -3L x 56 gr/ek x 100%600x10 -3 gr= 3,45%

D. Prosedur kerja - Ditimbang dengan teliti 600 mg- Dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 100 ml aquade- Diambil masing-masing 25 mL- Dimasukka kedalam dua labu erlenmeyer- Masingmasing ditambahkan12,5 mL H2SO4 4N- Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N- Titrasi dilakukan duplo

Keterangan pembuatan larutana.pembuatan larutan besi(II) sulfat- Ditimbang sebanyak 0,6 gr- Dilarutkan kedalam labu takar 100 mL dengan air suling- Dikocok

b.Pembuatan larutan H2SO4 4 N- Diukur sebanyak 25 mL- Dilarutkan kedalam labu takar 100 mL dengan air suling- Dikocok

c.Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N- Ditimbang sebanyak 7,752 gr- Dilarutkan kedalam labu takar 100 mL dengan air suling- Dikocok

c.Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku H2C2O4Labu I Dik : V1 NaOH = 24,5 mL N2 H2C2O4 = 0,1 N V2 H2C2O4= 25 mL Dit : N NaOH =......... ?Penye : V NaOH x N NaOH = V H2C2O4 x N H2C2O424,5 ml x N NaOH = 25 ml x 0,1 N N NaOH = 25 mL x 0.1 N / 24,5 ml= 0.1020 NLabu IIDik : V H2C2O4 = 25 mL N H2C2O4= 0.1 N; V NaOH = 23 mL Dit : N NaOH = .........?Penye : V NaOH x N NaOH = V H2C2O4 x N H2C2O423 ml x N NaOH = 25 ml x 0,1 N N NaOH = 25 mL x 0.1 N / 23 ml= 0.1086 NJadi, konsentrasi rata- rata N NaOH = N1 + N2 / 2 = 0.1020 N +0.1086 N / 2= 0.1053 NHarga N2 rata-rata yang diperloleh melebihi sedikit 0.1 N, artinya harga N2 rata-rata yang diperoleh cukup baik. Setelah N2 rata-rata diketahui, kita dapat menentukan kadar asam cuka. d.Penentuan Asam Asetat dalam Cukad.Berat gelas kimia kosong 100 mL = 55,2579 g (a)e.Berat gelas kimia + 5 mL cuka = 57,7240 g (b)f.Berat =( b-a)= 57,7240 gr 55,2579 gr= 2,4661 grLabu IV H2C2O4 = 25 mL N1 = ?VNaOH= 29 mL N NaOHrata-rata = 0.1053 NV1 x N1 = V2 x N2maka N1 = (V2 x N2)/ V1 = (29mL x 0.1053 N)/25 mL= 0,1221 NLabu IIV H2C2O4 = 25 mL N1 = ? VNaOH= 29 mL N NaOHrata-rata = 0.1053 N N1 = (V2x N2)/ V1= (29 mL x 0.1053N)/25 mL= 0,1221 NN1 = N2/2= (0,1221 N + 0,1221 N)/2= 0,1221 NJadi, konsentrasi asam cuka adalah 0,1221 N.CH3COOH CH3COO- + H+BE CH3COOH = Mr CH3COOH/mol= 60 g/mol / 1mol= 60 g/ekGram CH3COOH = V x N x BE= 25 mL x 0,1221 N x 60 g/ek= 0,025 L x 0,1221 ek/L x 60 g/ek= 0,18315 g% CH3COOH dalam asam cuka = gram CH3COOH/gram cuka x 100%= 0,18315 g/4,9475 g x 100%= 3,7018 %e.Pembakuan HClLabu IV1 = 25 mL N1 = 0,1 NV2= 27,5 mL N2 = ?V1 x N1 = V2 x N2maka N2 = (V1 x N1)/ V2= (25 mL x 0.1 N)/27,5 mL= 0,091 NLabu IIV1 = 25 mL N1 = 0,1 NV2= 26,9mL N2 = ? N2 = (V1x N1)/ V2= (25 mL x 0.1 N)/26,9 mL= 0,092 NN2 = N2/2 = (0,091 N + 0,092 N)/2= 0,0915 NHarga N2 rata-rata yang diperloleh mendekati 0.1 N, artinya harga N2 rata-rata yang diperoleh cukup baikf.Penggunaan HCl yang telah dibakukan untuk menganalisis kadar NaOH dan Na2CO3Labu IHCl yang dipakai dengan indicator PP = 3,9 mL (a)HCl yang dipakai dengan indicator MO = 20,4 mL (b)HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 (b-a) mL= 2 (20,4 mL - 3,9 mL)= 33 mL (c)HCl yang bereaksi dengan NaOH = b-c = 20,4 mL 3 mL= - 12,6 mL (b-c)NaOH Na+ + OH-

% NaOH dalam contoh = (b-c) x NHCl x BE NaOH x fp / berat contoh x 100%= -12,6 mL x 0,0915 N x 40 g/ek x 3 / 2 g x 100%= - 0,0126 L x 0,0915 ek/L x 40 g/ek x 3 / 2 g x 100%= - 6,9174 %% Na2CO3 = c x NHCl x BE Na2CO3 x fp / berat contoh x 100%= 33 mL x 0,0915 N x 53 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 0,033 L x 0,0915 ek/L x 53 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 24,005 %

Labu IIHCl yang dipakai dengan indicator PP = 2,8 mL (a)HCl yang dipakai dengan indicator MO = 22,2 mL (b)HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 (b-a) mL= 2 (22,2 mL 2,8 mL)= 38,8 mL (c)HCl yang bereaksi dengan NaOH = b-c = 22,2 mL 38,8 mL = 16,6 mL (b-c)NaOH Na+ + OH-

% NaOH dalam contoh = (b-c) x NHCl x BE NaOH x fp / berat contoh x 100%= 16,6 mL x 0,0915N x 40 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 0,0166 L x 0,0915 ek/L x 40 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 9,11 %% Na2CO3 = c x NHCl x BE Na2CO3 x fp / berat contoh x 100%= 38,8 mL x 0,0915 N x 53 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 0,0388 L x 0,0915ek/L x 53 g/ek x 3 / 2 g x 100%= 28,22 %

Pembahasan1. alkalimetriAlkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi.Dalam percobaan ini diperlukan larutan standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi NaOH dan asam asetat dalam cuka dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4) sebagai larutan standar primernya.a.Cara membuat larutan primer asam oksalat(H2C2O4)Pertama tama siapkan asam oksalat padat kemudian timbang asam oksalat tersebut dalam neraca analitik sebanyak 6,3035 gr kemudian larutkan dalam aquadest hingga mencapai 100 ml hingga didapat larutan asam oksalat. Larutan ini yang disebut sebagai larutan standar primer yang akan disimpan dan digunakan dalam penentuan konsentrasi NaOH dan asam asetat dalam cuka.b.Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalatPenentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat berdasarkan atas reaksi :2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + H2O Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah buret yang sudah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang dipakai dan disi kembali dengan larutan NaOH kemudian labu titrasi 2 buah dipipet 25 ml larutan baku asam oksalat dan ditambahkan 4 tetes indikator fenoftalin (PP) kemudian dititrasi

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OHA- + H2O Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ B+ = H2ODari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH - H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.(Underwood, 1986)Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri. Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari..Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator(Basset, J, 1994).Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya(Day, 1981).Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga metil (Day, 1981).Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat sebagai titran, dalam hal mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang berpadanan dengan reaksi :http://farmasi.site88.net

Kesimpulan Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar konsentrasi NH4OH (basa lemah) dengan HCl sebagai basa kuat. Reaksi netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi abu-abu dengan menggunakan indikator MO dan ME (3:1) sebagai indikator visualnya. Reaksi netralisasinya adalah NH4OH+HCl NH4Cl+H2O.Kemungkinan Kesalahan1. Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung2. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan 3. Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum

DAFTAR PUSTAKAKhopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.Teaching,Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.http://arifqbio.multiply.comhttp://id.answers.yahoo.comhttp://farmasi.site88.net