aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi

13
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI PEMBAHASAN A. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk 1. Konsumsi makanan Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. 2. Pengaruh budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan. 3. Sikap terhadap makanan Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makananan menjadi rendah. 4. Penyakit Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan. Namun tidak hanya infeksi pada saluran pencernaan saja. Biasanya kondisi sakit juga mempengaruhi nafsu makan. Dalam kondisi sakit seseorang cenderung merasa lemas dan nafsu makannya berkurang. 5. Jarak kelahiran anak Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi anak dalam keluarga. 6. Produksi pangan

Upload: arum-titania-hardianti

Post on 14-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

diet

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI

PEMBAHASAN

A. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk

1. Konsumsi makanan

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang di

makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan

factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

2. Pengaruh budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,

penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan.

3. Sikap terhadap makanan

Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam

masyarakat yang menyebabkan konsumsi makananan menjadi rendah.

4. Penyakit

Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit

infeksi pada saluran pencernaan. Namun tidak hanya infeksi pada saluran pencernaan saja.

Biasanya kondisi sakit juga mempengaruhi nafsu makan. Dalam kondisi sakit seseorang

cenderung merasa lemas dan nafsu makannya berkurang.

5. Jarak kelahiran anak

Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan

mempengaruhi asupan zat gizi anak dalam keluarga.

6. Produksi pangan

Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan.

Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi

yang bersifat tradisional.

Data yang relevan untuk produksi pangan :

1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli atau barter)

2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan

serangga, penyuluhan pertanian)

3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga kecocokan tanah, tanah yang digunakan,

jumlah tenaga kerja)

4. Peternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti, kambing, bebek) dan alat

penangakap ikan

Page 2: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

5. Keuangan (keuangan yang tersedia, fasilitas untuk kredit)

7. Faktor sosial Ekonomi

1. Data Sosial

Data sosial yang perlu dipertimbangkan adalah :

1. Keadaan penduduk di masyarakat ( jumlah, umur, distribusi gender dan geografis )

2. Keadaan keluarga ( besarnya, hubungan dan jarak kelahiran )

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu bapak

Keberadaan buku-buku

Usia anak sekolah

4. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah kamar,

pemilika dan lain-lain )

5. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan baker, alat masak, pembuangan sampah )

6. Penyimpanan makanan ( ukuran, isi, penutup serangga )

7. Air ( sumber, jarak dari rumah )

8. Kakus ( tipe yang ada, keberadaannya )

2. Data Ekonomi

Data ekonomi meliputi :

1. Pekerjaan ( pekerjaan utama misalnya pertanian dan pekerjaan tambahan misalnya

pekerjaan musiman )

2. Pendapatan keluarga ( gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan / non pangan,

utang )

3. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan, radio,

TV

4. Pengeluaran /anggaran ( Pengeluaran untuk makan, menyewa, pakaian, bahan bakar,

listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan )

5. Harga pangan bergantung pada pasar dan variasi musim

8. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data

tentang pelayanan kesehatan dan pendidikan antara lain :

1. Rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan (Puskesmas), jumlah rumah sakit, tempat

tidur, staf.

Page 3: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

2. Fasilitas dan pendidikan yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan

gizi/kurikulum). Remaja meliputi organisasi yang ada di lingkungannya. Orang

dewasa meliputi jumlah warga yang buta huruf. Media masa seperti radio, televisi, dll.

B. Masalah Pangan dan Gizi di Indonesia

Pengolahan bertujuan untuk:

a. menghindarkan kerusakan atau pembusukan yang berlebihan.

b. menghasilkan produk yang tahan lama, terutama untuk pangan yang akan disimpan atau

diangkut dalam jarak jauh;

c. menghasilkan produk yang sesuai untuk pengerjaan lebih lanjut; dan

d. menghasilkan produk yang memenuhi kualitas dan persyaratan yang diminta pasar.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan

suatu pangan, tergantung dari jenis pangan itu sendiri. Beberapa di antaranya, yaitu:

a. pengawetan dengan suhu tinggi;

b. pengawetan dengan suhu rendah;

c. pengeringan;

d. pengawetan dengan radiasi;

e. pengawetan dengan menggunakan bahan kimia.

C. CONTOH KASUS

Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi

masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang

gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A.

Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena,

status gizi memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi,

kematian ibu, dan produktivitas kerja.

Indonesia harus menelan ”pil pahit” karena hanya sebagian kecil dari penduduknya yang

kebutuhan gizinya tercukupi. National Socio-Economic Survey (Susenas) mencatat, pada

tahun 1989 saja ada lebih dari empat juta penderita gizi buruk adalah anak-anak di bawah

usia dua tahun. Padahal menurut ahli gizi, 80 persen proses pembentukan otak

berlangsung pada usia 0-2 tahun.

Dalam hal angka kematian bayi, Indonesia (31/1.000 kelahiran) hanya lebih

baik dibandingkan dengan Kamboja (97/1.000) dan Laos (82/1.000). Jika dibandingkan

dengan negara-negara lain, kita masih tertinggal. Singapura dan Malaysia memiliki angka

Page 4: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

kematian bayi amat rendah, masing-masing 3 dan 7 per 1.000 kelahiran. Ini menunjukkan

besarnya perhatian negara itu terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi anak-

anak.

Ada sekitar 7,6 juta anak balita mengalami kekurangan gizi akibat kekurangan kalori

protein. Itu data yang dihimpun Susenas empat tahun lalu. Bukan tidak mungkin saat ini

jumlahnya meningkat tajam karena krisis ekonomi yang berkepanjangan ditambah

dengan masalah pangan yang sulit didapat. Bahkan menurut United Nations Children’s

Fund (Unicef) saat ini ada sekitar 40 persen anak Indonesia di bawah usia lima tahun

(balita) menderita gizi buruk.

Seorang anak yang pada usia balita kekurangan gizi akan mempunyai Intellegent

Quotient (IQ) lebih rendah 13-15 poin dari anak lain pada saat memasuki sekolah.

Perkembangan otak anak usia balita sangat ditentukan oleh faktor makanan yang

dikonsumsi. Zat gizi seperti protein, zat besi, berbagai vitamin, termasuk asam lemak

omega 3 adalah pendukung kecerdasan otak anak. Zat-zat itu bisa didapat dari makanan

sehari-hari seperti ikan, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya.

Singkatnya, pola makan seorang anak haruslah bervariasi, tidak hanya satu atau dua jenis

saja.

D. Dampak dari Ketidakseimbangan Status Gizi

Kira-kira dampak apa yang akan terjadi apabila jumlah konsumsi makanan yang

kurang dan asupan zat gizi yang tidak seimbang terus terjadi seperti pada temuan di atas?

Berikut ini beberapa analisa risiko yang bisa terjadi:

1. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir

Asupan zat gizi anak-anak sekolah masih sangat memprihatinkan. Padahal asupan gizi

yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki kemampuan intelektual yang

baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia

muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir.

Karena organ otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila

kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh

karena itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi menurun.

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena mereka adalah generasi

penerus bangsa. Sehingga kewajiban kita sebagai orang tua harus selalu

memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak. Kualitas bangsa di masa

depan ditentukan anak-anak saat ini.

Page 5: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

2. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan

Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan

gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa “yang

penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat

dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau

stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah

terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa

berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh kembangnya anak usia

sekolah yang optimal juga tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas

yang baik dan benar. Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau

asupan makanan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna

sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan

pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan

perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman

berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa

diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau

kretinisme.

3. Ancaman malnutrisi dan penyakit

Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat menyebabkan

ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau dalam kandungan ibu.

Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditanggani sedini mungkin.

Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan makanan atau jajanan

anak sekolah. Jajanan yang mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti

zat pengawet (formalin, borax), pewarna sintetik, perasa (MSG) dapat terakumulasi

pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor.

Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka ancamannya

berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan vitamin A (KVA),

bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu komunitas terutama daerah

endemik.

E. Langkah-langkah yang Harus Dilakukan Agar Masyarakat Mempunyai Gizi

Seimbang

Page 6: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksnya

permasalahan dan keterbatasan sumber daya. Karena itu harus melibatkan multi sektor dan

lintas stakeholder terkait. Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah rumah tangga sangat

miskin (RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta

menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya di bangku

sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu orang tuanya mencari nafkah

untuk keluarga dan sebagian lagi.

Pemerintah SBY-JK dalam program kerjanya mengatasi masalah gizi, meluncurkan

beberapa paket kebijakan. Di antaranya meningkatkan Sistem Kewaspadaan Gizi melalui

Pemantauan Status Gizi. Dengan target, teridentifikasinya kasus gizi buruk pada balita

dan tertanggulanginya kasus gizi buruk. Juga Program Revitalisasi Posyandu dan

Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), yaitu suatu keluarga yang berperilaku gizi

seimbang, mampu mengenali masalah gizi setiap anggota keluarga dan mengambil langkah

mengatasi masalah gizi anggota keluarga. Hal ini dijadikan alat untuk menanggulangi

masalah gizi guna mencapai Gizi Baik untuk Semua Tahun 2020.

Memang, pemerintah sesuai amanat UUD 1945 berkewajiban untuk dapat

menyejahterakan rakyatnya. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, upaya menuntaskan

masalah gizi harus dipahami, disadari dan dimulai dari diri kita sendiri. Bukankah Allah

SWT dalam firman Nya mengatakan: "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali

kaum itu itu berusaha mengubah nasibnya sendiri." Untuk itulah penting kiranya langkah

sederhana dan mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah

gizi agar tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara:

1. Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi tiap

minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu cara untuk

mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. Kenaikan atau

penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita

makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau

makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu.

Hipertiroid, misalnya. Meski kita sudah makan banyak tetapi berat malah turun atau

juga gejala kencing manis, makan banyak tetapi berat secara drastis merosot. Berat

badan jika digabung dengan parameter lain, misalnya: tinggi badan, dapat digunakan

untuk mengetahui massa tubuh kita dengan menggunakan Rumus IMT yaitu berat

badan (kg): tinggi badan (m)2 jika hasilnya 18,5 sampai 25, maka IMT kita tergolong

Page 7: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

normal. Tetapi jika nilainya lebih 25, berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5

maka termasuk kurang.

2. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari --lebih baik tiga hari--dapat

dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah dimakan food

recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita makan memenuhi

gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangunatau zat pengatur. Jika

ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat

diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui

zat gizi apakah yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat

semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di

masa mendatang.

3. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang,

makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan porsi

banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan siklus

asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita.

Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun menjadi lemak.

Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan mengakibatkan produksi radikal

bebas yang banyak. Padahal kita tahu, radikal bebas adalah salah satupenyebab terjadinya

kanker.

Agar masalah gizi dapat dituntaskan, sudah saatnya tenaga gizi dan tenaga

kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, perawat serta seluruh pejabat pemerintah tidak

malu-malu lagi membuat laporan adanya masalah gizi di suatu wilayah.

Jangan sampai hanya karena mengejar laporan 'Asal Atasan Senang', dibuatlah laporan

yang dimanipulasi seolah-olah tidak ada masalah. Hingga suatu saat muncul kasus gizi

buruk, seakan-akan kejadiannya mendadak. Sebenarnya kita tahu, masalah gizi

memerlukan proses yang cukup panjang. Sebab, meski kekurangan gizi setiap hari, tubuh

secara otomatis dapat beradaptasi dengan mengefisienkan penggunaan zat gizi dengan

cara menurunkan basal metabolismenya.

Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan

berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru. Sebagai contoh, program

mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan pemberian suplementasi zat besi.

Program tersebut telah berjalan puluhan tahun, tetap tidak menghasilkan hasil yang

memuaskan. Sampai saat ini, prevalensi nasional masih di atas 40 persen.

Page 8: Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status Gizi

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status

gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

2. Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan.

3. Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit

infeksi pada saluran pencernaan.

4. Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan.

5. Rendahnya status gizi berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

6. Banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang

dikonsumsi oleh anak-anaknya.

B. SARAN

Status gizi masyarakat Indonesia yang buruk harus segera ditemukan jalan keluarnya.

Tidak hanya pemerintah saja tetapi seluruh elemen masyarakat berkewajiban membantu

sesama manusia yang mengalami gizi buruk. Agar permasalahan ini tidak menimbulkan

gangguan dalam tatanan kehidupan bernegara.