aspek pengelolaan program...untuk sosialisasi awal disampaikan informasi meliputi regulasi, hak dan...

423
ASPEK PENGELOLAAN PROGRAM

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ASPEK PENGELOLAAN PROGRAM

  • REALISASI RENCANA KERJA PROGRAM

    PERKEMBANGAN KEPESERTAANPenyelenggaraan program kegiatan BPJS Kesehatan tahun 2017 dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) Tahun 2017. Sampai dengan 31 Desember 2017, realisasi dari program kerja terkait perkembangan kepesertaan sebagai berikut:

    Perluasan KepesertaanPerluasan kepesertaan merupakan program atau kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi tentang implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) BPJS Kesehatan untuk mengubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat sehingga bersedia ikut menjadi peserta JKN-KIS dengan membayar iuran. Kegiatan perluasan kepesertaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:1. Sosialisasi dan edukasi untuk membangun

    pemahaman masyarakat akan pentingnya jaminan kesehatan bagi diri dan keluarganya sehingga timbul kesadaran untuk bergotong royong membantu sesama dengan menjadi Peserta Program JKN-KIS.

    2. Membangun tingkat pemahamanan masyarakat terhadap Program JKN-KIS dari berbagai aspek.

    Pelaksanaan program kegiatan perluasan kepesertaan meliputi sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung antara lain sosialisasi kepada komunitas, pekerja/pemberi kerja, tokoh masyarakat/tokoh agama/masyarakat umum, dan forum komunikasi para pemangku kepentingan utama. Sosialisasi secara tidak langsung dilakukan melalui berbagai media. Kegiatan perluasan kepesertaan yang telah dilakukan sampai dengan 31 Desember 2017 diuraikan sebagai berikut:1. Promosi.

    Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan informasi dan sosialisasi tentang adanya implementasi JKN-KIS kepada peserta dan masyarakat melalui

    kegiatan promosi melalui berbagai media, baik above the line, below the line maupun through the line. Media above the line merupakan media pemasaran produk/jasa melalui media massa dan menyasar khalayak umum, seperti media televisi, radio, media cetak (koran, majalah, dan lain-lain). Sedangkan media below the line adalah media pemasaran, dimana promosi dilakukan langsung dengan calon peserta/peserta melalui leaflet, banner, poster, brosur, pameran, dsb. Adapun through the line merupakan pemasaran melalui media online.

    Kegiatan yang telah dilakukan s.d. 31 Desember 2017 dalam rangka promosi di berbagai media yaitu:a. Pemberian informasi dilakukan melalui

    televisi sebanyak 13.098 spot dan radio sebanyak 139.394 spot.

    b. Pemberian informasi melalui media cetak, yaitu surat kabar/majalah sebanyak 2.244 tayang.

    c. Promosi melalui media luar ruang, yaitu dengan pemasangan baliho di 301 titik lokasi dan spanduk sebanyak 3.022 unit.

    d. Promosi JKN-KIS juga dilakukan melalui media online, leaflet, banner, poster, souvenir dan media lainnya, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

    2. Kegiatan Sosialisasi dan AdvokasiKegiatan ini meliputi sosialisasi kepada komunitas, pekerja/pemberi kerja, tokoh masyarakat dan melalui forum komunikasi para pemangku kepentingan utama. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan rekrutmen peserta dengan lebih mengedepankan edukasi tentang sanksi, kepatuhan membayar iuran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat agar membiasakan hidup bergotong royong dengan sesama dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya jaminan kesehatan sebelum jatuh sakit.

    82 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • a. Sosialisasi kepada Komunitas.Kegiatan sosialisasi kepada komunitas diselenggarakan melalui kegiatan “BPJS Goes To Campus” dengan melibatkan 9 Universitas. Kegiatan sosialisasi kepada mahasiswa tersebut diharapkan dapat menjadi saluran informasi efektif sehingga mahasiswa dapat membantu menyebarkan informasi tentang Program JKN-KIS melalui media sosia lnya, komunitasnya, lingkungannya maupun kepada masyarakat di sekitarnya pada saat Kuliah Kerja Nyata. Sampai dengan 31 Desember 2017, kegiatan tersebut telah dilaksanakan di Universitas

    Sebelas Maret, Universitas Sumatera Utara, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga, dan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada.

    Kegiatan sosialisasi kepada komunitas di daerah dilaksanakan melalui pemberian informasi langsung kepada komunitas. Sampai dengan 31 Desember 2017 telah dilaksanakan 3.630 kali sosialisasi kepada komunitas di daerah. Secara rinci dijelaskan pada tabel berikut:

    Tabel Sosialisasi kepada Komunitas di DaerahRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah

    Peserta Mandiri Bukan Pekerja

    Jamkesda Jumlah Asosiasi Komunitas Pensiunan Lainnya

    1 2 3 4 5 6 7 8=3+…+7

    1 Sumut dan DI Aceh 4 312 5 27 19 367

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi - 103 1 15 - 119

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 17 97 3 26 2 145

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi 19 146 4 57 12 238

    5 Jabar 7 83 4 77 1 172

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 33 869 - 11 - 913

    7 Jatim 5 136 1 11 4 157

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 18 309 5 9 66 407

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 2 283 1 3 4 293

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 2 44 - 29 - 75

    11 Bali, NTT dan NTB 2 49 3 5 2 61

    12 Papua dan Papua Barat 6 80 4 31 3 124

    13 Banten, Kalbar dan Lampung - 306 237 16 - 559

    Jumlah 115 2.817 268 317 113 3.630

    83LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • b. Sosialiasi kepada Pekerja/Pemberi Kerja.Kegiatan ini ditujukan pada pemberi kerja dan pekerja penerima upah. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi kepada satu Badan Usaha bisa dilakukan lebih dari satu kali. Untuk sosialisasi awal disampaikan informasi meliputi regulasi, hak dan kewajiban peserta, serta manfaat pelayanan. Sosialisasi berikutnya disampaikan informasi meliputi teknis proses entry data dengan menggunakan aplikasi New e-Dabu.Sampai dengan 31 Desember 2017 telah dilaksanakan kegiatan di tingkat pusat yaitu sosialisasi kepesertaan PPNPN kepada

    Satuan Kerja Badan Layanan Umum dan Lembaga Non Struktural, BUMN Gathering dan BPJS Kesehatan “Goes to Market”. Sedangkan di tingkat daerah, telah dilaksanakan 1.412 kali kegiatan sosialisasi kepada 26.321 Badan Usaha yang dihadiri oleh 69.745 peserta/perwakilan dari BU, antara lain Kementerian/Lembaga, Disnakertrans/Disperindag/ Instansi, BUMN, HRD Perusahaan, Serikat Pekerja dan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kegiatan sosialisasi di daerah disajikan pada tabel berikut:

    Tabel Sosialisasi Kepada Pekerja Penerima UpahRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Jumlah KegiatanJumlah BU/

    InstansiJumlah Peserta

    1 2 3 4 5

    1 Sumut dan DI Aceh 31 215 1.516

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 69 1.053 4.352

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 57 447 1.695

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi 298 5.473 9.750

    5 Jabar 284 3.091 9.523

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 230 6.136 13.397

    7 Jatim 144 4.946 13.691

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 35 528 1.916

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 104 1.993 4.725

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 18 312 1.533

    11 Bali, NTT dan NTB 78 1.136 4.628

    12 Papua dan Papua Barat 47 740 2.497

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 17 251 522

    Jumlah 1.412 26.321 69.745

    84 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • c. Sosialisasi kepada Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/Masyarakat Umum.Sasaran kegiatan Sosialisasi kepada Tokoh Agama/Masyarakat pada tahun 2017 difokuskan kepada akademisi. Sebagai akademisi dan intelektual, diharapkan para dosen dan lingkungan kampus dapat menjadi kanal informasi yang tepat tentang Program JKN-KIS baik melalui pemberian informasi secara formal di kalangan mahasiswa, maupun di luar lingkungan kampus kepada masyarakat umum. Sampai dengan 31 Desember 2017, sosialisasi kepada akademisi telah dilaksanakan melalui kegiatan “BPJS

    Kesehatan Goes to Campus” sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

    Kegiatan sosialisasi kepada Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/ Masyarakat Umum di daerah dilakukan baik atas inisiatif Kantor Cabang maupun dengan adanya permintaan sebagai narasumber pada berbagai kegiatan yang diadakan komunitas. Sampai dengan 31 Desember 2017 telah dilakukan 4.362 kali sosialisasi kepada tokoh masyarakat/tokoh agama/masyarakat umum di seluruh Kedeputian Wilayah. Secara rinci disajikan pada tabel berikut:

    Tabel Sosialisasi kepadaTokoh Masyarakat/Tokoh Agama/Masyarakat Umum

    Perbandingan Target dan Realisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 168 477 283,93

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 147 169 114,97

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 102 187 183,33

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi 42 281 669,05

    5 Jabar 66 112 169,70

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 120 693 577,50

    7 Jatim 114 240 210,53

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 126 548 434,92

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 174 589 338,51

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 132 173 131,06

    11 Bali, NTT dan NTB 123 147 119,51

    12 Papua dan Papua Barat 126 163 129,37

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 102 583 571,57

    Jumlah 1.542 4.362 282,88

    85LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • d. Forum Komunikasi Para Pemangku Kepentingan Utama.Kegiatan ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah dapat segera mengintegrasikan Jamkesda yang dikelolanya ke dalam skema JKN-KIS, mendorong regulasi/kebijakan terkait peningkatan kepatuhan Badan Usaha dalam mendaftarkan pekerjanya, serta menghimbau masyarakat umum untuk mendaftar sebagai peserta JKN-KIS. Kegiatan direncanakan untuk dilakukan sebanyak 1.644 kali atau 3 kali per tahun (setiap caturwulan) untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sampai dengan 31 Desember 2017, telah dilaksanakan 1.570 kali forum komunikasi para pemangku kepentingan utama, khususnya Pemda, di beberapa Kedeputian Wilayah. Secara rinci disajikan pada tabel berikut:

    Tabel Forum Komunikasi Para Pemangku Kepentingan UtamaRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Realisasi

    1 2 3

    1 Sumut dan DI Aceh 287

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 128

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 87

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi 60

    5 Jabar 37

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 84

    7 Jatim 154

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 111

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 181

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 123

    11 Bali, NTT dan NTB 118

    12 Papua dan Papua Barat 86

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 114

    Jumlah 1.570

    Manajemen KepesertaanBPJS Kesehatan melaksanakan program administrasi kepesertaan agar masyarakat calon peserta maupun peserta mendapat pelayanan administrasi yang cepat dan mudah sebelum peserta menggunakan haknya mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara rinci program-program tersebut diuraikan sebagai berikut:1. Pengembangan Kebijakan.

    a. Hasil Penyusunan/Perubahan/Review Kebijakan.1) Surat Edaran Direktur Kepesertaan dan

    Pemasaran BPJS Kesehatan Nomor 02 Tahun 2017 tentang Mekanisme Pendaftaran, Perubahan Status Kepesertaan dan Perubahan Kelas Perawatan.

    2) Surat Edaran Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Nomor 10 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Distribusi Kartu Indonesia Sehat Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tambahan Tahun 2017.

    3) Keputusan Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Nomor 73 Tahun 2017 tentang Uji Coba Implementasi Pendaftaran Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Care Center 1500400.

    4) Peraturan Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Nomor 03 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Perubahan Status Kepesertaan Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja.

    5) Surat Edaran Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta Nomor 42 Tahun 2017 tentang Penggantian Kartu Jamkesmas Bagi Peserta Aktif Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

    86 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 6) Surat Edaran Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta Nomor 44 Tahun 2017 tentang Supervisi Distribusi Kartu Indonesia Sehat bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

    7) Peraturan Direksi BPJS Kesehatan Nomor 39 Tahun 2017 tentang Tata Laksana Verifikasi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dengan Surat Rekomendasi Dinas Sosial.

    8) Surat Edaran Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Nomor 52 Tahun 2017 tentang Penonaktifan Anggota Keluarga PPU Berusia Diatas 21 tahun sampai dengan 25 Tahun yang Tidak Melanjutkan Pendidikan Formal, Peserta/Keluarga Peserta Usia Diatas 90 Tahun serta PPNPN yang Telah Habis Masa Kontraknya.

    9) Peraturan Direksi Nomor 05 Tahun 2017 tentang Pedoman Tata Laksana Administrasi Kepesertaan.

    b. Laporan Sosialisasi Kebijakan.Sampai dengan 31 Desember 2017, telah dilaksanakan sosialisasi kebijakan terkait kepesertaan, yaitu:1) Sosialisasi Pedoman Tata Laksana

    Administrasi Kepesertaan dan Pelayanan Prima pada tanggal 21-25 Mei 2017 di Surabaya.

    2) Sosialisasi Pedoman Tata Laksana Administrasi Kepesertaan di Bali tanggal 15-18 November 2017 dan di Palembang tanggal 22-25 November 2017.

    2. Manajemen Administrasi Kepesertaan.a. Pengelolaan Tempat Pendaftaran Peserta

    Pendaftaran peserta dapat dilakukan melalui:1) Kantor BPJS Kesehatan, yaitu Kantor

    Cabang dan Kantor Kabupaten/Kota.

    2) Pihak ketiga yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, antara lain Channel Bank (Bank Mandiri, BNI, BRI), Point of Service di pusat perbelanjaan, serta Kecamatan/Kelurahan.

    3) Website BPJS Kesehatan.4) Aplikasi mobile JKN (android dan iOS).5) BPJS Kesehatan Care Center 1500400.6) Mobile Customer Service.7) Portal pendaftaran Badan Usaha bersama

    BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (www.bpjs.go.id).

    8) Stand/booth BPJS Kesehatan.9) Kader JKN-KIS.

    Untuk mengantisipasi tingginya animo masyarakat untuk mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan, terutama calon peserta dari segmen peserta PBPU dan BP, yang mengakibatkan antrian pendaftaran yang cukup panjang di beberapa tempat pendaftaran, BPJS Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, salah satunya dengan mengurangi waktu antrian untuk meningkatkan kenyamanan saat pendaftaran, antara lain yaitu:1) Setiap Kantor Cabang disediakan

    beberapa sistem antrian untuk calon peserta yang mengacu pada:a) Pelayanan Pendaftaran Baru.b) Pelayanan Mutasi Data Peserta

    (penggantian fasilitas kesehatan, kelas rawat, tambah/kurang, dan lain-lain).

    c) Pelayanan Cetak Kartu.d) Pelayanan Informasi/Pengaduan.e) Pelayanan Pendaftaran Kolektif

    (Badan Usaha).2) Pendaftaran peserta melalui Bank dan

    website, mengacu pada Nomor Kartu Keluarga, dimana peserta yang

    87LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • mendaftar d iwaj ibkan untuk mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada pada Kartu Keluarga tersebut.

    3) Mengembangkan aplikasi bantu untuk mempercepat pendaftaran peserta khususnya bagi peserta dari Badan Usaha dan yang didaftarkan oleh Pemda. Aplikasi yang digunakan untuk membantu percepatan pendaftaran peserta Badan Usaha adalah Aplikasi Kepesertaan, Aplikasi Migrasi, dan Aplikasi New e-Dabu. Sedangkan untuk penduduk yang didaftarkan oleh Pemda menggunakan Aplikasi Kepesertaan, Aplikasi Migrasi, dan Aplikasi New e-Dabu (bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah DKI Jakarta).

    b. Pengelolaan Identitas Peserta.Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan identitas peserta. Identitas peserta memuat informasi mengenai nomor peserta, nama peserta, tanggal lahir peserta, NIK peserta dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

    Dalam mengelola identitas peserta, BPJS Kesehatan mengembangkan Aplikasi Kepesertaan agar dapat melakukan perubahan data peserta untuk mengisi struktur data NIK, perbaikan nama, jenis kelamin dan tanggal lahir. Sampai dengan 31 Desember 2017, identitas peserta yang berlaku di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan yaitu:1) Kartu Askes, yaitu kartu yang dimiliki

    oleh peserta eks Askes Sosial dan anggota keluarganya.

    2) Kartu Jakarta Sehat (KJS), yaitu kartu Jaminan Kesehatan yang dimiliki oleh penduduk Propinsi DKI Jakarta yang dikeluarkan oleh Pemda DKI Jakarta.

    3) Kartu JKN BPJS Kesehatan, yaitu identitas yang diberikan kepada setiap peserta dan anggota keluarganya, sebagai bukti peserta yang sah dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku. Kartu peserta ini dicetak pada blanko kartu dengan security printing.

    4) Electronic Identity yang selanjutnya disebut e-ID, yaitu identitas yang diberikan kepada setiap peserta dan anggota keluarganya sebagai bukti peserta yang sah dalam memperoleh pelayanan kesehatan. e-ID dapat dicetak sendiri di atas kertas biasa oleh peserta baru yang mendaftar.

    5) Kartu Indonesia Sehat (KIS), yaitu tanda kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS) sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.

    c. Service Level Agreement (SLA) Pelayanan Kepesertaan di KC.Kantor Cabang dan Kantor Kabupaten Kota memberikan pelayanan pada peserta yang datang berdasarkan jenis layanan. Sesuai Peraturan Direksi BPJS Kesehatan Nomor 47 tahun 2017 tentang Pedoman Standar Pelayanan Peserta, untuk waktu layanan setiap fungsi pelayanan loket adalah sebagai berikut:1) Pelayanan Cepat (Fast Track): 3 menit.2) Pelayanan Perubahan Data dan Cetak

    Kartu: 7 menit.3) Pelayanan Korporasi: 15 menit.4) Pelayanan Informasi dan Pengaduan:

    15 menit.

    88 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Tabel Mekanisme Entri dan Mutasi Data Per Segmen Peserta

    No. Segmen PesertaMekanisme Entri dan Mutasi Data

    Migrasi Database oleh Kantor Pusat

    Aplikasi Kepesertaan

    Aplikasie-Dabu

    Aplikasi Migrasi

    1 Peserta PBI-JK.

    a. Penambahan peserta untuk pemenuhan kuota PBI-JK √

    b. Penonaktifan peserta karena meninggal dan validasi Kementerian Sosial

    √ √

    c. Pendaftaran bayi yang lahir tahun 2017 √

    d. Perubahan segmen peserta PBI-JK menjadi segmen peserta lainnya yang disebabkan karena peserta menjadi PPU/PBPU

    2 Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

    a. Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta

    √ √ √

    b. Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah selain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    √ √

    3 PNS, TNI, Polri √

    4 PPU Badan Usaha √ √ √

    5 Peserta PBPU dan BP

    a. PBPU dan BP Kolektif berbadan hukum √ √

    b. PBPU dan BP non kolektif √

    3. Manajemen Data Kepesertaan.a. Pengelolaan Master File.

    Pembentukan master file kepesertaan BPJS Kesehatan bersumber dari beberapa proses, antara lain melalui migrasi data dan entry data melalui aplikasi Kepesertaan. Adapun matriks mekanisme entry dan mutasi data per segmen peserta sebagaimana tabel berikut:

    Proses input data peserta dilakukan melalui aplikasi kepesertaan berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang terintegrasi dengan data Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Adminduk) Kementerian Dalam Negeri RI melalui web service. Apabila proses input data tidak ditemukan di dalam server Adminduk, maka proses input data dilakukan secara manual.

    b. Pemutakhiran Data Peserta Melalui Kerja sama dengan Institusi Terkait.1) Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan

    Kesehatan (PBI JK).Proses pemutakhiran data peserta khususnya peserta PBI JK dilakukan paling lama setiap 6 bulan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012

    89LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Pemutakhiran Peserta PBI JK dirinci sebagai berikut:a) Per tanggal 31 Agustus 2017

    terdapat peserta PBI JK sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 76/HUK/2017 tentang Penetapan Perubahan Data Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 dan Surat Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Nomor JP.02.01/3/1129/2017 tanggal 18 Juli 2017 perihal Penghapusan dan Penambahan Peserta PBI JK tahun 2017, peserta PBI sebagaimana dimaksud terdiri dari 92.300.000 jiwa by name by address.

    b) Keputusan Menteri Sosial Nomor 94/HUK/2017 tentang Penetapan Penonaktifan Data Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 Tahap Kedua dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 95/HUK/2017 tentang Penetapan Perubahan Data Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 Tahap Kedua serta surat Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan nomor JP.02.01/3/1387/2017 tanggal 7 September 2017 hal Penghapusan dan Penambahan Peserta PBI JK Tahun 2017 Tahap Kedua. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran Tahun 2017 yang diubah sebanyak 92.400.000.

    c) Keputusan Menteri Sosial Nomor 126/HUK/2017 tentang Penetapan Penonaktifan Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

    Tahun 2017 Tahap Ketiga dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 127/HUK/2017 hal Penetapan Perubahan Peserta PBI JK Tahun 2017 Tahap Ketiga. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran Tahun 2017 yang diubah sebanyak 92.400.000.

    d) Surat Kepala Pusat Pembiayaan Dan Jaminan Kesehatan Nomor JP.02.01/3/1904/2017 tanggal 21 Desember 2017, Hal Penghapusan dan Penambahan Peserta PBI JK Tahun 2017 Tahap Keempat. Keputusan Menteri Sosial Nomor 148/HUK/2017 tentang Penetapan Penonaktifan Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 Tahap Keempat sebanyak 291.200 jiwa, dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 149/HUK/2017 tentang Penetapan Perubahan Data Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 Tahap Keempat.

    2) Peserta Non PBI.Proses pemutakhiran data peserta Non PBI meliputi pemutakhiran NIK, anggota keluarga dan akurasi gaji, dilakukan melalui kerja sama dengan instansi peserta antara lain Badan Kepegawaian Negara (BKN), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Pemutakhiran data personil TNI, PNS TNI dan anggota Polri dilakukan oleh masing-masing Kantor Cabang dengan cara melakukan kegiatan rekonsiliasi data dengan masing-masing Satker

    90 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • TNI dan Polri, sedangkan di Kantor Pusat pemutakhiran data TNI bekerja sama dengan Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan.

    c. Penonaktifan Peserta.Penonaktifan peserta dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 17 A.1 bahwa keterlambatan pembayaran iuran jaminan kesehatan lebih dari 1 bulan sejak tanggal 10, penjaminan peserta diberhentikan sementara. Sebagai tindak lanjut atas pemberhentian penjaminan, maka:1) Tidak diperhitungkan dalam pembayaran

    kapitasi.2) Dilakukan penghentian sementara atas

    pemberian pelayanan kesehatannya. 3) Bila peserta tersebut hendak

    mendapatkan pelayanan kembali maka peserta:a) Membayar iuran tertunggak paling

    banyak untuk waktu 12 bulan dan,b) Membayar iuran pada bulan saat

    peserta ingin mengakhir i penghentian sementara jaminan.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2016, untuk peserta PBI JK yang meninggal dan pindah segmen dapat dilakukan Kantor Cabang. Sedangkan untuk segmen peserta non PBI JK, per tanggal 31 Agustus 2017, telah dilakukan penonaktifan antara lain:1) Anak peserta PPU usia di atas 25 tahun.2) Peserta usia di atas 90 tahun yang tidak

    melakukan update data kepesertaan.3) Kepesertaan PPNPN karena berakhirnya

    masa kontrak.

    d. Purifikasi Master File Kepesertaan.Tujuan dari purifikasi data adalah untuk meningkatakan akurasi dan kelengkapan data master file kepesertaan. Tindak lanjut hasil purifikasi dilakukan dengan penyampaian umpan balik data bermasalah oleh Kantor Pusat ke Kantor Cabang. Untuk selanjutnya Kantor Cabang melakukan rekonsiliasi dengan BKD, Badan Usaha dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka peningkatan akurasi data gaji PNS Pusat, juga dilakukan kegiatan pertukaran data dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN).

    MANAJEMEN PENGADUANPengembangan KebijakanBPJS Kesehatan telah menyusun beberapa kebijakan yang mengatur tentang pelayanan peserta yang ditujukan kepada Kantor Kabupaten/Kota, Kantor Cabang dan Kedeputian Wilayah sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan peserta, di antaranya adalah:1. Peraturan Direksi Nomor 44 Tahun 2017 tentang

    Transformasi BPJS Kesehatan Center menjadi Layanan Informasi dan Penanganan Pengaduan JKN Terintegrasi dengan Pengelolaan Informasi dan Penanganan Pengaduan Rumah Sakit.

    2. Peraturan Direksi Nomor 47 Tahun 2017 tentang Pedoman Standar Pelayanan Peserta.

    3. Keputusan Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan Nomor 166 tahun 2017 tentang Layanan BPJS Kesehatan Care Center (Virtual Service) 1500400.

    4. Surat Edaran Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta Nomor 57 Tahun 2017 tentang Unit Pengendali Mutu Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta.

    5. Surat Edaran Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta Nomor 60 tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Penanganan Pengaduan di Rumah Sakit.

    91LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Kanal Komunikasi bagi peserta BPJS KesehatanUntuk meningkatkan aksesibilitas peserta terhadap informasi dan pengaduan atas program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, telah dikembangkan beberapa sarana sebagai kanal komunikasi bagi peserta BPJS Kesehatan, yaitu:1. Kantor BPJS Kesehatan.

    Pemberian informasi dan penanganan pengaduan bagi peserta yang datang langsung, dapat dilakukan di setiap unit kerja BPJS Kesehatan yaitu 388 Kantor Kabupaten/Kota, 127 Kantor Cabang, 13 Kantor Kedeputian Wilayah dan Kantor Pusat melalui Unit Penanganan Pengaduan Peserta.

    2. BPJS Kesehatan Care Center 1500400.Merupakan media layanan pemberian informasi dan penanganan pengaduan peserta yang dapat diakses selama 7 hari/24 jam di seluruh Indonesia melalui telepon regular maupun telepon selular. Pengaduan yang disampaikan melalui BPJS Kesehatan Care Center 1500400 untuk dapat dijawab dan diselesaikan, juga dapat dieskalasi ke unit kerja BPJS Kesehatan (Kantor Cabang-Kantor Pusat) jika membutuhkan koordinasi lebih lanjut.

    3. Mobile JKN.Merupakan aplikasi yang dapat diunduh melalui play store (android) maupun app store (iOS) yang memberikan kemudahan bagi peserta antara lain:a. Kemudahan mendaftar dan mengubah data

    kepesertaan.b. Kemudahan mengetahui informasi data

    peserta dan keluarga.c. Kemudahan mengetahui informasi tagihan

    dan pembayaran iuran.d. Kemudahan mendapatkan pelayanan di

    fasilitas kesehatan (KIS digital).e. Kemudahan menyampaikan pengaduan dan

    permintaan informasi seputar JKN-KIS.Jumlah peserta yang telah melakukan registrasi pada aplikasi Mobile JKN pada tahun 2017 telah mencapai 1.108.417 jiwa.

    4. Website BPJS Kesehatan (www.bpjs-kesehatan.go.id)Merupakan halaman informasi BPJS Kesehatan yang disediakan melalui jalur internet yang menyediakan konten pemberian informasi seputar program JKN-KIS dan BPJS Kesehatan, pendaftaran peserta PBPU, penanganan pengaduan serta saran.

    5. Media Sosial.Merupakan sarana komunikasi berupa pemberian informasi, saran dan masukan terhadap pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan, baik mengenai kebijakan pelayanan kesehatan maupun kebijakan lainnya. Saat ini media sosial yang dikelola dapat menerima pengaduan adalah twitter dan facebook yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan Care Center 1500400.

    6. LAPOR! SP4N.LAPOR! SP4N merupakan sebuah aplikasi terintegrasi milik Kantor Staf Kepresidenan yang digunakan oleh masyarakat dalam menyampaikan aspirasi atau pengaduan terkait pelayanan publik. Sebagai badan pelayanan publik, BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Kantor Staf Kepresidenan dalam pemanfaatan Aplikasi LAPOR! SP4N, dalam upaya memperluas akses pengaduan peserta terhadap layanan BPJS Kesehatan, yang dapat diakses oleh seluruh Kantor Cabang dan dimonitor secara nasional.

    Pemberian InformasiPemberian Informasi kepada peserta dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:1. Langsung.

    Metode pemberian informasi secara langsung terbagi menjadi dua, yaitu:a. Personal, terdiri dari:

    1) Tatap muka, yaitu melalui kanal Unit Penanganan Pengaduan Peserta, BPJS Kesehatan Center, Mobile Customer Service dan Kader JKN-KIS.

    2) Suara, yaitu melalui kanal BPJS Kesehatan Care Center 1500400 dan telepon reguler.

    92 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • b. Kolektif, terdiri dari:1) Gathering, yaitu dengan mengumpulkan

    peserta berdasarkan segmen yang telah terlaksana sebanyak 5.967 kali.

    2) Sosialisasi/Pemberian Informasi Langsung, yaitu dengan sasaran peserta seluruh segmen, yang telah terlaksana sebanyak 799 kali. Sampai dengan 31 Desember 2017, telah dilaksanakan antara lain kegiatan Goes to Customer yaitu sosialisasi secara serentak oleh Kantor Cabang selama 2 pekan yang dihadiri 97.563 peserta.

    3) Customer Visit, kepada peserta yang ada di Rumah Sakit yang bertujuan untuk pemberian informasi dan edukasi. Sampai dengan 31 Desember 2017 telah dilaksanakan sebanyak 1.589 kali.

    2. Tidak langsung.Metode pemberian informasi secara tidak langsung terbagi menjadi dua, yaitu:a. Media Cetak, berupa poster, leaflet, spanduk/

    banner, buku panduan layanan dan surat kabar.

    b. Media Elektronik, yang disampaikan melalui TV dan Radio.

    c. Media Sosial, berupa twitter, facebook dan instagram.

    Penanganan Pengaduan1. Laporan Pengelolaan Pengaduan dan Umpan

    Balik Peserta.Pengaduan dari peserta atas layanan BPJS Kesehatan masuk melalui kanal pengaduan, yaitu Kantor Cabang, BPJS Kesehatan Center di rumah sakit, Care Center 1500400, website, media sosial dan LAPOR! SP4N.

    2. SLA Penanganan Pengaduan.Sesuai dengan Peraturan Direksi Nomor 47 Tahun 2017 tentang Pedoman Standar Pelayanan Peserta bahwa SLA Penanganan Pengaduan peserta, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:a. Pengaduan yang disampaikan secara langsung

    1) Pengaduan yang tidak memerlukan masukan dari unit kerja lain (level pengaduan hijau) paling lambat diselesaikan pada hari yang sama.

    2) Pengaduan yang memerlukan masukan dari unit kerja lain:a) Level pengaduan kuning: respon

    awal paling lambat pada hari yang sama, penyelesaian paling lambat 3 hari kerja.

    b) Level pengaduan merah: respon awal paling lambat pada hari yang sama sampai dengan 3 hari kerja, penyelesaian paling lambat 30 hari kerja.

    b. Pengaduan yang disampaikan secara tidak langsung1) Pengaduan yang tidak memerlukan

    masukan dari unit kerja lain (level pengaduan hijau) paling lambat diselesaikan dalam 3 hari kerja.

    2) Pengaduan yang memerlukan konfirmasi dari unit kerja lain:a) Level pengaduan kuning

    diselesaikan paling lambat dalam 3 hari kerja.

    b) Level pengaduan merah: respon awal paling lambat pada hari yang sama sampai dengan 3 hari kerja, penyelesaian paling lambat 30 hari kerja.

    93LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • PENERIMAAN IURANPengembangan Sistem Moda dan Sentra Pembayaran1. Kerja sama Pengumpulan Iuran dengan Instansi

    Terkait, Pemberi Kerja dan Pemungut Iuran.a. Iuran PBI JK.

    Proses pencairan iuran PBI JK setiap bulannya dilakukan melalui koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Sosial, yang secara diatur dalam:1) Peraturan Pemerintah RI Nomor 76

    Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

    2) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 39/PMK.02/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana Iuran Jaminan Kesehatan Penerima Bantuan Iuran.

    b. Iuran Non PBI.1) Pengumpulan iuran Pekerja Penerima

    Upah Pemerintah (PPU P) yang terdiri dari PNS, Anggota TNI/Polri, Pejabat Negara dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri, baik yang menjadi kewajiban peserta sebesar 2% maupun kewajiban pemerintah sebesar 3% serta iuran Veteran dan Perintis Kemerdekaan dilakukan melalui kerja sama dengan Kementerian Keuangan sebagaimana diatur dalam:a) PMK Nomor 226/PMK.05/2016

    tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2014 tentang Dana Perhitungan Fihak Ketiga.

    b) PMK Nomor 205/PMK.05/2013 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana Iuran Jaminan Kesehatan Penerima Penghasilan dari Pemerintah.

    2) Pengumpulan iuran Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU BU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dilakukan melalui kerja sama dengan 4 bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN beserta seluruh channel pembayaran yang ada dibawahnya yang meliputi lebih dari 70.000 titik pembayaran, termasuk Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di seluruh Indonesia.

    3) Pengumpulan iuran Bukan Pekerja (BP) khusus untuk Penerima Pensiun PNS/TNI/Polri dilakukan melalui kerja sama dengan PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero), sebagaimana diatur dalam:a) PMK Nomor 226/PMK.05/2016

    tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2014 tentang Dana Perhitungan Fihak Ketiga.

    b) PMK Nomor 82/PMK.02/2015 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana Belanja Pensiun yang Dilaksanakan oleh PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero).

    2. Jenis dan Jumlah Sentra Penerima Iuran.Sampai dengan akhir tahun 2017, BPJS Kesehatan telah menjalin kerja sama pengumpulan iuran dengan berbagai jenis saluran yaitu:a. Channel Perbankan.

    Telah bekerja sama dengan 4 Bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN. Untuk peserta PPU BU, PBPU dan Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dapat melakukan pembayaran iuran melalui channel perbankan, yaitu:1) Teller bank penerima setoran, di kantor

    cabang (termasuk Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas, dan Kantor Unit) 4 Bank mitra yaitu 2.505 Kantor Cabang Bank Mandiri, 7.426 Kantor Cabang

    94 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • BRI, 1.908 Kantor Cabang BNI, dan 767 Kantor Cabang BTN.

    2) Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di 17.461 ATM Bank Mandiri, 23.695 ATM BRI, 16.951 ATM BNI dan 1.830 ATM BTN.

    3) Internet Banking Bank Mandiri, BNI, BRI dan BCA.

    4) SMS Banking Bank Mandiri dan BRI.5) Lalu Lintas Giro (LLG)/Real Time Gross

    Settlement (RTGS).6) Mesin Electronic Data Capture (EDC)

    dan ATM Kartu Kasir yang tersedia di Kantor Cabang dan Kantor Kabupaten/Kota.

    7) Auto Debit Rekening Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA.

    8) Kartu Kredit BNI dan BCA.9) Mobile Banking Bank Mandiri dan BRI.10) Agen 46 Bank BNI dan Agen BRILink

    Bank BRI.

    b. Payment Point Online Bank (PPOB).Peserta PBPU dan BP juga dapat melakukan pembayaran iuran melalui channel non Bank yaitu PPOB, baik pada agen tradisional maupun agen modern, serta Bank Swasta dengan 4 Bank BUMN sebagai aggregator. Sampai dengan 31 Desember 2017, jumlah channel pembayaran telah mencapai lebih dari 600.000 titik pembayaran, termasuk media e-commerce dan virtual money.

    Sebagai gambaran, selama bulan Desember 2017, jumlah transaksi pembayaran iuran melalui mitra-mitra PPOB, khususnya yang diatas 1.000 transaksi, sebagaimana pada tabel berikut:

    Tabel Transaksi Pembayaran Iuran Melalui PPOBRealisasi Bulan Desember 2017

    No. Mitra PPOBJumlah

    TransaksiNo. Mitra PPOB

    Jumlah Transaksi

    1 2 3 1 2 3

    1 Indomaret 1.206.484 20 BPRKS 11.572

    2 PT Pos Indonesia 1.174.360 21 Bakoel 10.592

    3 PT Alfamart 731.118 22 Garena 7.465

    4 IDS 103.197 23 Jawara Multi Pembayaran 5.185

    5 Arindo 94.760 24 Indopratama Net 4.143

    6 PT Tokopedia 77.843 25 Venus 3.233

    7 PT Raharja Sinergi Komunikasi 44.657 26 Delima Point 3.062

    8 BCA 43.955 27 PT Lion Superindo 2.742

    9 VSI 41.260 28 Muamalat 2.450

    10 MBA 38.946 29 PT Artaguna Berkah Karya 2.125

    11 Pegadaian 33.910 30 BNI Syariah 1.987

    12 BUEP 28.165 31 Indosat 1.610

    13 PT Rura Energi 26.489 32 Permata 1.596

    14 Teleanjar 22.231 33 DJI/BUEP 1.535

    15 PT OCBC NISP 18.173 34 PT Mandala Maya Mitra Sejahtera 1.526

    16 Tektaya 14.170 35 HDI 1.382

    17 Duta Pulsa 13.206 36 BTPN 1.351

    18 Axes Network 12.408 37 PT Smart Technologies/Circle K 1.077

    19 PT Multi Sarana Fasindo 11.918

    95LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Selama tahun 2017 BPJS Kesehatan juga melakukan upaya perluasan channel pembayaran, antara lain:a. Implementasi Kader JKN-KIS.

    Sejak bulan April 2017, BPJS Kesehatan telah mengimplementasikan Kader JKN-KIS, yaitu orang yang memiliki kapasitas sesuai dengan kriteria dan direkrut sebagai mitra oleh BPJS Kesehatan untuk melaksanakan sebagian fungsi, yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjadi peserta JKN-KIS, mengedukasi untuk membayar iuran secara rutin dan tepat waktu, membantu melakukan pendaftaran menjadi peserta JKN-KIS serta pemberi Informasi dan menerima keluhan peserta. Hingga akhir tahun 2017, telah tersedia 1.635 orang Kader JKN-KIS yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.457 orang (89%) sekaligus telah menjadi agen PPOB.

    b. Penyediaan fasilitas pembayaran iuran melalui Program Menabung Sehat bersama Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI.

    c. Penyediaan fasilitas pembayaran tunggakan iuran peserta PBPU melalui mekanisme angsuran bekerja sama dengan Koperasi Nusantara.

    d. Perluasan ke channel pembayaran berbasis financial technology yaitu OY!, OVO, Tokopedia dan GO JEK.

    Verifikasi dan RekonsiliasiUntuk memastikan akurasi data penerimaan iuran, telah dilakukan verifikasi dan rekonsiliasi secara periodik yang dibagi kedalam 2 kelompok:1. Verifikasi dan rekonsiliasi penerimaan iuran untuk

    peserta PPU BU, PBPU dan Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah setiap bulan dengan 4 bank BUMN.

    2. Verifikasi dan rekonsiliasi penerimaan iuran untuk selain peserta di atas dilakukan setiap triwulan dengan Kementerian/Lembaga terkait.

    Kegiatan rekonsiliasi telah dilaksanakan selama tahun 2017 antara lain:1. Rekonsiliasi penerimaan iuran peserta Penerima

    Pensiunan PNS/TNI/Polri Triwulan IV/2016, Triwulan I, II dan III/2017 bersama PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero) dan Kementerian Keuangan RI.

    2. Rekonsiliasi penerimaan iuran Veteran dan Perintis Kemerdekaan Triwulan IV/2016 dengan Kementerian Keuangan RI.

    3. Rekonsiliasi penerimaan iuran PBI JK Triwulan IV/2016, Triwulan I, II, III dan IV/2017 dengan Kementerian Kesehatan.

    4. Rekonsiliasi penerimaan iuran Pemerintah Pusat yang bersumber dari DIPA untuk Triwulan I, II dan III/2017 bersama Kementerian Keuangan.

    PenagihanKegiatan penagihan yang dilakukan sampai dengan 31 Desember 2017 antara lain yaitu:1. Iuran PBI JK.

    Penagihan iuran bulanan tahun 2017 dan kekurangan hasil rekonsiliasi Triwulan IV/2017 kepada Kementerian Kesehatan.

    2. Iuran Non PBI.a. Iuran Penyelenggara Negara.

    1) Iuran Pekerja.Penagihan iuran peserta PNS, TNI/Polri dan Pejabat Negara kepada Kementerian Keuangan RI melalui mekanisme PFK.

    2) Iuran Pemberi Kerja.a) Pemerintah Pusat.

    Penagihan iuran Pemerintah Pusat sebagai Pemberi Kerja PNS, TNI/Polri, Pejabat Negara dan Veteran bulan Desember 2017 kepada Kementerian Keuangan.

    b) Pemerintah Daerah.Penagihan iuran wajib Pemerintah Daerah selaku pemberi kerja PNS Daerah oleh Kantor Cabang BPJS Kesehatan kepada masing-masing Pemerintah Daerah. Sebagai dasar monitoring pembayaran iuran wajib

    96 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Pemda yang disetor ke Kas Negara, Kantor Cabang berkoordinasi dengan KPPN setempat secara periodik.

    b. Iuran Bukan Penyelenggara Negara.1) Peserta PPU Badan Usaha.

    Penagihan iuran kepada peserta PPU BU dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:a) Penyampaian tagihan melalui email

    blast setiap awal bulan secara terpusat.

    b) Pengiriman pengingat pembayaran iuran melalui SMS Blast kepada contact person BU.

    c) Penagihan melalui telepon (telecollecting) oleh Staf Penagihan Kantor Cabang.

    d) Penagihan melalui kunjungan langsung oleh Staf Penagihan Kantor Cabang kepada BU dengan tunggakan ≥Rp100 Juta.

    2) Peserta PBPU.a) Penyampaian tagihan melalui SMS

    Blast.b) Penyampaian tagihan melalui email

    blast.

    c) Penagihan melalui telepon (telecollecting) oleh Staf Penagihan Kantor Cabang.

    d) Penagihan melalui kunjungan langsung oleh 1.635 Kader JKN-KIS khususnya kepada peserta PBPU menunggak.

    Selain upaya penagihan tersebut, BPJS Kesehatan juga melakukan edukasi kepada peserta untuk rutin membayar iuran sebelum tanggal 10 setiap bulan melalui:a) Campaign peningkatan kesadaran

    membayar iuran melalui media elektronik, luar ruang, cetak, radio dan digital.

    b) Menyebarkan leaflet tentang informasi besaran iuran, waktu pembayaran iuran, tatacara membayar iuran dan sanksi atas keterlambatan pembayaran iuran.

    c) Membuka counter edukasi dan penerimaan pembayaran iuran di pusat keramaian pada waktu-waktu tertentu.

    d) Bekerja sama dengan mitra untuk menyelenggarakan reward program.

    97LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • PEMBAYARAN MANFAAT PROGRAMManfaat berupa pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah meliputi manfaat pelayanan primer dan manfaat pelayanan rujukan. Selain penerapan sistem rujukan berjenjang, penguatan fungsi dan optimalisasi pelayanan primer merupakan kunci dari kesuksesan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan pembayaran manfaat program, sebagai berikut:

    Manajemen Fasilitas Kesehatan 1. Manajemen Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    (FKTP).a. Perencanaan Faskes Tingkat Pertama.

    1) Mapping Faskes .Pada tahun 2017, telah dilaksanakan mapping faskes tingkat pertama dengan

    melihat kebutuhan faskes, jumlah Peserta terdaftar dan rasio Peserta terhadap jumlah faskes tingkat pertama yang bekerja sama. Sebagai tindak lanjut, BPJS Kesehatan telah menyampaikan informasi kebutuhan faskes tingkat pertama (Dokter Praktik Klinik dan Klinik Pratama) melalui Dinas Kesehatan, Asosiasi Fasilitas Kesehatan, Media Informasi baik cetak maupun elektronik.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, jumlah faskes tingkat pertama yang bekerja sama sebanyak 20.575 FKTP (di luar FKTP Gigi), dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Data Jumlah Faskes Tingkat Pertama yang Bekerja samaRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian WilayahTarget FKTP yang

    Bekerja samaFKTP yang

    Bekerja samaDokter Umum yang

    Bekerja sama%

    1 2 3 4 5 6=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 1.234 1.763 3.789 142,87

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 1.847 1.551 2.961 83,97

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 1.014 1.154 1.736 113,81

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi 1.306 1.690 5.001 129,40

    5 Jabar 1.869 1.994 3.597 106,69

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 2.870 2.889 5.169 100,66

    7 Jatim 2.480 2.302 4.268 92,82

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 989 1.317 2.145 133,16

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 1.151 1.611 2.024 139,97

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 749 997 1.598 133,11

    11 Bali, NTT dan NTB 1.027 1.368 2.081 133,20

    12 Papua dan Papua Barat 493 725 659 147,06

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 972 1.214 2.086 124,90

    Total 18.001 20.575 37.114 114,30

    98 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 2) Profiling Faskes.Profiling faskes telah dilakukan pada masing-masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan dalam rangka analisa kebutuhan faskes sebagai dasar proses credentialing dan recredentialing FKTP.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, telah dilakukan credentialing terhadap 2.751 FKTP dan recredentialing terhadap 12.201 FKTP. Perkembangan hasil Credentialing dan Recredentialing per Kedeputian Wilayah untuk FKTP, yaitu:

    Tabel Hasil Credentialing dan Recredentialing FKTP per Kedeputian Wilayah

    Realisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah

    Realisasi Kegiatan

    Credentialing Recredentialing

    DPP Drg PKMFaskes

    TNI/Polri

    KlinikRS Tipe

    D Pratama

    Total DPP Drg PKMFaskes

    TNI/Polri

    KlinikRS Tipe

    D Pratama

    Total

    1 2 3 4 5 6 7 8 9=3+..+8 10 11 12 13 14 15 16=10+..+15

    1 Sumut dan DI Aceh 59 17 - - 99 - 175 118 5 634 42 407 - 1.206

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    107 18 3 3 182 - 313 273 75 650 65 538 - 1.601

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    44 12 - - 36 - 92 145 17 281 17 59 - 519

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    73 19 - 6 544 - 642 100 2 179 21 757 - 1.059

    5 Jabar 29 7 - 2 96 - 134 37 2 67 6 104 - 216

    6 Jateng dan DI Yogyakarta

    131 17 1 - 135 - 284 684 295 520 29 286 - 1.814

    7 Jatim 96 28 - - 76 - 200 428 118 760 23 358 - 1.687

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    90 7 1 - 42 - 140 145 8 10 16 39 - 218

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    69 29 8 1 34 1 142 95 14 341 28 33 - 511

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    125 32 13 - 91 6 267 213 59 689 40 74 1 1.076

    11 Bali, NTT dan NTB 134 17 - - 50 4 205 557 105 816 73 155 2 1.708

    12 Papua dan Papua Barat

    17 - 5 - 6 - 28 56 6 105 9 30 - 206

    13 Banten, Kalbar dan Lampung

    45 1 5 - 78 - 129 123 14 99 1 143 - 380

    Total 1.019 204 36 12 1.469 11 2.751 2.974 720 5.151 370 2.983 3 12.201

    99LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • b. Faskes Tingkat Pertama.Proses seleksi faskes yang meliputi credentialing dan recredentialing senantiasa dilaksanakan pada saat melakukan kerja sama maupun perpanjangan kerja sama antara BPJS Kesehatan dengan FKTP. Sampai dengan 31 Desember 2017, jumlah FKTP yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sesuai hasil credentialing dan recredentialing adalah 21.763 faskes, yang terdiri dari 20.575 FKTP dan 1.188 FKTP Gigi.

    c. Manajemen Kemitraan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).Kegiatan hubungan kemitraan dengan FKTP yang telah dilaksanakan yaitu: 1) Supervisi dan Pelaksanaan Walk Through

    Audit (WTA) Pelayanan Primer.Sampai dengan 31 Desember 2017, kegiatan supervisi dan pelaksanaan WTA pelayanan primer telah dilaksanakan sebanyak 240 kali. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran riil tentang kondisi pelayanan pada FKTP, membangun komunikasi yang lebih baik dengan FKTP dan untuk melakukan penilaian terhadap FKTP terbaik di daerah.

    Informasi yang diberikan pada kegiatan supervisi dan pelaksanaan WTA pelayanan primer, antara lain:a) Penyampaian kebijakan/regulasi

    terbaru terkait Pelayanan Primer.b) Penyampaian evaluasi pemanfaatan

    pelayanan kesehatan di FKTP.

    c) Penyampaian feedback kepada FKTP terkait pemenuhan komitmen kerja sama Pelaksanaan WTA di beberapa FKTP.

    d) Supervisi ke FKTP yang memiliki rasio RNS tinggi.

    Rincian kegiatan supervisi dan pelaksanaan WTA pelayanan primer sebagai berikut:

    Tabel Kegiatan Supervisi dan Pelaksanaan WTA Pelayanan Primer

    Realisasi Tahnu 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 13 30 230,77

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    11 21 190,91

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    6 16 266,67

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    12 14 116,67

    5 Jabar 9 18 200,00

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 13 25 192,31

    7 Jatim 13 16 123,08

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    8 18 225,00

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    11 20 181,82

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    6 17 283,33

    11 Bali, NTT dan NTB 11 13 118,18

    12 Papua dan Papua Barat 6 19 316,67

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 7 13 185,71

    Total 126 240 190,48

    100 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 2) Pertemuan Koordinasi Pelayanan Primer Pertemuan koordinasi pelayanan primer

    dilakukan bersama dengan stakeholder terkait (Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Asosiasi Faskes, TKMKB, dan FKTP) guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, telah dilaksanakan sebanyak 1.154 kali pertemuan koordinasi pelayanan primer dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Pertemuan Koordinasi Pelayanan Primer Realisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 184 121 65,76

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    158 82 51,90

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    87 85 97,70

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    127 101 79,53

    5 Jabar 127 83 65,35

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 184 117 63,59

    7 Jatim 183 76 41,53

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    116 98 84,48

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    158 117 74,05

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    88 68 77,27

    11 Bali, NTT dan NTB 157 51 32,48

    12 Papua dan Papua Barat 86 77 89,53

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 101 78 77,23

    Total 1.756 1.154 65,72

    Hasil kegiatan pertemuan koordinasi pelayanan primer antara lain:a) Tersampaikannya hasil evaluasi

    pemanfaatan pelayanan kesehatan primer.

    b) Tersosialisasinya kebijakan terbaru mengenai pelayanan primer di era JKN.

    c) Terpahamkannya para pemangku ke p e n t i n g a n m e n g e n a i permasalahan pelaksanaan program di pelayanan kesehatan primer.

    d) Terjalinnya koordinasi yang stakeholder terkait (Dinas Kesehatan, Asosiasi Faskes, Organisasi Profesi).

    e) Terjalinnya sinergi program dengan Dinas Kesehatan.

    f) Pertemuan dengan Faskes pemberi pelayanan obat rujuk balik.

    g) Pertemuan dengan Asosiasi Faskes.

    2. Manajemen Fasilitas Kesehatan Rujukan.a. Perencanaan Fasilitas Kesehatan Rujukan

    Tingkat Lanjutan (FKRTL).1) Proses Pemetaan Fasilitas Kesehatan

    Pemetaan faskes rujukan tingkat lanjutan bertujuan untuk mendapatkan sebaran fasilitas kesehatan pada setiap Kabupaten/Kota. Proses ini sejalan dengan perhitungan kebutuhan fasilitas kesehatan pada setiap daerah sesuai dengan pertumbuhan peserta. Data FKRTL terus diperbaharui dengan melakukan validasi hasil pemetaan FKRTL melalui pengecekan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan referensi PPK online yang selanjutnya memastikan FKRTL tersebut aktif pada database pelayanan BPJS Kesehatan.

    101LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Sedangkan bagi FKRTL yang tidak bekerja sama lagi maka FKRTL tersebut dinonaktifkan. Proses ini dilakukan rutin melalui koordinasi Kedeputian Wilayah dengan Kantor Pusat.

    2) Profiling Faskes.Profiling Faskes bertujuan untuk mendapatkan informasi profil dan kapasitas pelayanan dari masing-masing faskes rujukan tingkat lanjutan. Data profiling digunakan sebagai dasar perhitungan kapasitas FKRTL dalam melayani peserta dan sumber data perhitungan kebutuhan fasilitas kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan. Selain itu data profiling sangat bermanfaat dalam menata sistem rujukan berjenjang berbasis kompetensi. Sistem ini memberikan kemudahan bagi peserta untuk mendapatkan pilihan fasilitas kesehatan rujukan sesuai dengan kebutuhan, disisi lain sistem ini mendukung efisiensi dalam pembiayaan yang tidak diperlukan.

    Profiling faskes dilakukan secara periodik per triwulan oleh Kantor Cabang, divalidasi dan direkapitulasi oleh Kedeputian Wilayah dan selanjutnya digabung menjadi data profil faskes nasional oleh Kantor Pusat. Informasi ketersediaan FKRTL yang bekerja sama dapat diakses secara mandiri melalui website BPJS Kesehatan. Berdasarkan hasil rekapitulasi sampai dengan 31 Desember 2017, jumlah tempat tidur rawat inap dari seluruh rumah sakit yang bekerja sama adalah 200.192 tempat tidur meliputi 36.690 TT untuk Kelas I, 51.752 TT untuk Kelas II dan 111.750 TT untuk Kelas III. Selain kapasitas tempat tidur, profiling juga memberikan gambaran fasilitas pemeriksaan penunjang FKRTL,tenaga

    medis, jam praktik dokter, dan informasi sarana prasarana FKRTL lainnya.

    3) Analisa Kebutuhan Faskes.Rasio peserta BPJS Kesehatan terhadap faskes merupakan aspek penting yang akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan kebutuhan faskes. Referensi yang dapat digunakan dalam menghitung kebutuhan faskes adalah berdasarkan National Health Service (NHS) bahwa rasio faskes tingkat lanjutan terhadap peserta adalah 1:50.000 sampai dengan 500.000 jiwa, untuk peserta BPJS Kesehatan digunakan angka standar rasio kecukupan Faskes Rujukan yaitu 1:100.000. Perhitungan rasio faskes terhadap peserta dan rasio sebaran faskes dilakukan sebagai pertimbangan terhadap pengajuan kerja sama baru dari FKRTL. Pendekatan rasio peserta terhadap jumlah TT Rawat Inap digunakan untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat yaitu lebih mendekati kebutuhan peserta.

    Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menambah FKRTL adalah sebagai berikut:a) Melakukan koordinasi dengan

    Pemerintah Daerah di tingkat Kedeputian Wilayah/Kantor Cabang dan dengan Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) di tingkat pusat untuk pemenuhan FKRTL di daerah yang kekurangan FKRTL termasuk ketersediaan tenaga dokter spesialis/sub spesialis, kebutuhan terhadap pemeriksaan penunjang dan fasilitas lainnya juga menjadi hal yang selalu disampaikan kepada Pemerintah Daerah untuk dipenuhi, terutama pada daerah terbatas FKRTL.

    102 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • b) Melakukan koordinasi dengan Asosiasi FKRTL (PERSI).

    c) Melakukan penambahan Klinik Utama.

    d) Mengimplementasikan ketentuan masa transisi untuk persyaratan sertifikat akreditasi dalam waktu 5 tahun sejak tanggal 1 Januari 2016 sesuai ketentuan di Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.

    e) Menambah FKRTL dengan jumlah tempat tidur perawatan kelas I, II dan III yang lebih banyak dibandingkan kelas rawat VIP/VVIP.

    4) Kesepakatan Tarif dengan Asosiasi Faskes.Sesuai Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 pada pasal 24 ayat 1 bahwa besarnya besarnya pembayaran kepada faskes untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Asosiasi Faskes di wilayah tersebut. Asosiasi Faskes yang akan melakukan negosiasi dengan BPJS Kesehatan dalam rangka Sistem JKN adalah Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN) dan Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) di bawah koordinasi PERSI. Hasil kegiatan tersebut berupa kesepakatan regionalisasi tarif tingkat provinsi yang telah dilaksanakan sebanyak 34 provinsi. Kesepakatan tarif ini mengacu pada standar tarif yang telah ditetapkan oleh

    Menteri. Sampai saat ini belum terdapat kesepakatan tarif di bawah ketetapan Menteri karena belum diberikannya kewenangan kepada BPJS Kesehatan untuk melakukan negosiasi dan pembayaran sesuai dengan kapasitas FKRTL.

    5) Seleksi Faskes.Seleksi faskes dilakukan untuk mendapatkan faskes yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas kepada peserta yang terdiri dari credentialing dan recredentialing. Credentialing adalah proses seleksi/penilaian awal melalui penilaian terhadap pemenuhan beberapa persyaratan bagi faskes yang akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

    Sedangkan recredentialing adalah proses seleksi/penilaian ulang terhadap pemenuhan persyaratan dan kinerja pelayanan bagi faskes yang telah dan akan melanjutkan kerja sama dengan BPJS Kesehatan. Sasaran credentialing/ recredentialing adalah seluruh faskes yang akan dan masih bekerja sama. Credentialing dan recredentialing dilaksanakan di seluruh Kantor Cabang BPJS Kesehatan oleh Tim Seleksi FKRTL. Untuk memastikan obyektivitas dalam melaksanakan proses seleksi maka BPJS Kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan untuk melakukan seleksi dan memberikan rekomendasi kerja sama dengan FKRTL.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, realisasi kegiatan credentialing dan recredentialing sebagai berikut:

    103LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Tabel Kegiatan Credentialing dan Recredentialing FKRTLTahun 2017

    No. FaskesRealisasi

    Credentialing Recredentialing

    1 2 3 4

    1 RS Pemerintah 69 558

    2 RS BUMN 6 36

    3 RS Swasta 268 934

    4 RS Milik TNI 5 19

    5 RS Milik Polri 8 13

    6 Klinik Utama 101 33

    Jumlah 457 1.593

    b. Manajemen Kemitraan Faskes Rujukan .1) Supervisi dan Pelaksanaan Walk Through

    Audit (WTA) FKRTL.Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 tahun 2015, pembinaan fasilitas kesehatan dilaksanakan melalui supervisi JKN. Sasaran program tersebut adalah seluruh faskes tingkat lanjutan yang ada di wilayah Kantor Cabang. Melalui program ini Kantor Cabang melakukan sosialisasi mengenai kebijakan dan prosedur pelayanan kesehatan kepada Faskes, sedangkan WTA dilakukan kepada peserta yang mendapatkan pelayanan di FKRTL dengan waktu pelaksanaan setiap semester.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, program supervisi dan pelaksanaan WTA telah dilaksanakan sebanyak 2.302 kali dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Program Supervisi dan Pelaksanaan WTA Faskes RujukanRealisasi Tahun 2017

    No.Kedeputian

    WilayahTarget Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh

    200 210 105,00

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    150 164 109,33

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    100 126 126,00

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    250 260 104,00

    5 Jabar 170 189 111,18

    6 Jateng dan DI Yogyakarta

    300 328 109,33

    7 Jatim 250 270 108,00

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    110 133 120,91

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    140 158 112,86

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    90 114 126,67

    11 Bali, NTT dan NTB

    120 144 120,00

    12 Papua dan Papua Barat

    50 60 120,00

    13 Banten, Kalbar dan Lampung

    120 146 121,67

    Total 2.050 2.302 112,29

    104 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Kegiatan supervisi program faskes rujukan dilaksanakan antara lain untuk:a) Supervisi dalam rangka penegasan

    komitmen PKS FKRTL Tahun 2017.b) Koordinasi dengan FKRTL tentang

    rencana perluasan jenis pelayanan FKRTL.

    c) Sosial isasi dalam rangka implementasi Permenkes baru tentang standar tarif pelayanan kesehatan.

    d) Supervisi dalam rangka pemenuhan ketersediaan dokter spesialis dalam rangka kerja sama faskes baru.

    e) Supervisi dalam rangka mengecek kesiapan rumah sakit yang siap melaksanakan Vedika.

    f) Supervisi dalam rangka sosialisasi tambahan biaya pada pelayanan rawat inap peserta yang menginginkan naik ke kelas perawatan VIP.

    g) Sosialisasi persyaratan rawat jalan eksekutif bagi peserta JKN.

    h) Melaksanakan WTA.i) Supervisi dalam rangka memonitor

    pelayanan fasilitas kesehatan khususnya apakah ada iur biaya.

    j) Supervisi dalam rangka pemintaan data profiling rumah sakit.

    k) Super v is i da lam rangka mensosialisasikan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Permenkes Nomor 64 Tahun 2016.

    l) Supervisi dalam rangka persiapan pelaksanaan Aplikasi Aplicares.

    m) Supervisi dalam rangka monitoring informasi ketersediaan tempat tidur perawatan.

    n) Super v is i da lam rangka melaksanakan customer visite pasien rawat inap.

    o) Supervisi dalam rangka memastikan standardisasi pemasangan provider sign di FKRTL.

    p) Super v is i da lam rangka mensosialisasikan pentingnya kerapihan berkas pengajuan klaim.

    q) Supervisi dalam rangka koordinasi kepada manajemen rumah sakit terkait masa berlaku SIP tenaga medis.

    r) Supervisi dalam rangka memastikan kesiapan software INA-CBG ke rumah sakit yang mendapatkan kenaikan kelas.

    Sosialisasi kepada faskes, peserta dan stakeholder lainnya tentang penyelenggaraan JKN juga dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti menjadi narasumber sosialisasi, workshop, pertemuan koordinasi, kunjungan lapangan dan lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2017, kegiatan yang telah dilaksanakan,yaitu:1. Narasumber seminar Penerapan Survei Demografi

    dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Era JKN yang diselenggarakan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta pada Bulan Januari 2017.

    2. Narasumber rapat kerja nasional tahun 2017 tentang "Peranan BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan” merupakan acara Kementerian Kesehatan pada bulan Februari 2017.

    3. Pembicara ASM (Annual Scientific Meeting) degan topik "Pengaturan Obat Antimikroba dalam Formularium Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba" diselenggarakan oleh FK UGM di Yogyakarta pada bulan Februari 2017.

    4. Narasumber Plenary Lecture Acara Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Ilmu Penyakit Dalam dengan topik "The Role of Healthcare Stages in BPJS to Optimize Health Services” di Padang pada bulan Februari 2017.

    105LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 5. Narasumber Seminar Perumahsakitan, Lokakarya dan Medan Hospital Expo VII PERSI Daerah Sumatera Utara dengan topik paparan "Perjalanan BPJS Kesehatan Menuju Universal Health Coverage 2019" pada bulan Februari 2017.

    6. Narasumber pada rakernas Kemenkes RI Tahun 2017 tentang "Peranan BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan pada bulan Maret 2017 di Jakarta.

    7. Narasumber Plenary Lecture Acara Pertemuan Ilmiah Berkala XVII Ilmu Penyakit Dalam dengan topik "The Role of Healthcare Stages in BPJS to Optimize Health Services” pada bulan Maret 2017 di Padang.

    8. Pembicara ASM (Annual Scientific Meeting) degan topik "Pengaturan Obat Antimikroba dalam Formularium Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba" di FK UGM Yogyakarta pada bulan Maret 2017.

    9. Narasumber workshop Coding, Verifikator, Administrasi Klaim dan Pemahaman Vedika, diselenggarakan oleh PERSI Sumatera Utara di Medan pada bulan April 2017.

    10. Narasumber Strategi Manajemen RS dalam Upaya Menjadikan Mutu dan Keselamatan Pasien Menjadi Budaya di Era Total Coverage diselenggarakan oleh PERSI Jawa Timur di Surabaya pada bulan April 2017.

    11. Narasumber dalam seminar Apetna (Asian Pacific Enterostomal Therapy Nurse Association) 2017 dengan tema "How Indonesian Community can Access Wound Ostomy and Continence Nurse Services through Indonesian Health National Coverage” di IPB Bogor pada bulan April 2017.

    12. Narasumber Pertemuan Peningkatan Kemampuan Penggunaan Strategic Purchasing dalam Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional bagi Kelompok Provider dan Asosiasi Faskes/Profesi diselenggarakan oleh DJSN di Jakarta pada bulan Mei 2017.

    13. Narasumber Peningkatan Kompetensi Tim NHA Pusat dalam rangka penyusunan NHA diselenggarakan oleh Kemenkes RI di Bogor pada bulan Mei 2017.

    14. Narasumber Pertemuan Konsultasi Penyusunan Peta Jalan Sistem Layanan Kesehatan Inklusi bagi orang dengan disabilitas diselenggarakan oleh Kemenkes RI di Jakarta pada bulan Mei 2017.

    15. Narasumber Pelatihan Teknis Petugas RS dalam Implementasi Sistem Casemix INA-CBG pada Program JKN” yang diselenggarakan oleh Kemenkes di Malang pada bulan Mei 2017.

    16. Narasumber Pertemuan Pokja Belanja Strategi JKN yang diselenggarakan oleh DJSN di Jakarta pada bulan Mei 2017.

    17. Narasumber seminar pelayanan darah yang berkualitas dengan tema "Biaya Pengganti Pengolahan Darah" diselenggarakan oleh PMI di Jakarta pada bulan Mei 2017.

    18. Narasumber Persamaan Persepsi dengan St.Carolus terkait kegiatan Peran dan Mutu Tenaga Keperawatan dalam implementasi JKN KIS yang diselenggarakan oleh RS St.Carolus di Jakarta pada bulan Juni 2017.

    19. Narasumber Peningkatan Kemampuan Penggunaan Belanja Strategis dalam implementasi JKN yang diselenggarakan oleh DJSN di Jakarta pada bulan Juni 2017.

    20. Narasumber Penyusunan Pengelolaan Rujukan yang diselenggarakan oleh Kemenkes RI di Jakarta pada bulan Juni 2017.

    21. Pembicara Seminar dengan tema Peran dan Mutu Tenaga Keperawatan dalam Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RS St.Carolus Jakarta pada bulan Juli 2017.

    22. Narasumber FGD kajian tentang Metode Pembayaran Berbasis Kinerja Berdasarkan Indikator Kualitas Layanan FKRTL yang diselenggarakan oleh PPEK UI di Jakarta pada bulan Agustus 2017.

    23. Narasumber kegiatan Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) dengan tema "Smart Hospital, Tantangan bagi RS di Era Universal Health Coverage" di Jakarta pada bulan Agustus 2017.

    24. Kegiatan Monitoring & Evaluasi Sinergitas Program Kecelakaan Lalu Lintas di Balikpapan dan Makassar pada bulan September 2017.

    106 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 25. Narasumber Pertemuan Nasional VII Pergemi (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia) & Temu Ilmiah PPG I (Padang Psiko Geriatri) di Padang pada bulan September 2017.

    26. Narasumber Pelatihan teknis costing RS dan Kodifikasi Diagnosis untuk kendali mutu kendali biaya pada program JKN dengan topik "Pendeteksian Potensi Fraud” yang diselenggarakan oleh Asosiasi Praktisi Casemix Indonesia (APCI) di Yogyakarta pada bulan September 2017.

    27. Pembicara dalam workshop Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT PAMKI/Annual Scientific Meeting of Indonesian Society for Clinical Microbiology) di Padang pada bulan Oktober 2017.

    28. Narasumber dalam Rakor Baku Mabes TNI AU tentang Mekanisme Klaim BPJS di Bandung pada bulan November 2017.

    29. Narasumber kegiatan The 3rd International Scientific Meeting Of Hematology, Oncology, Thrombosis, and Transplantation in Indonesia (ISMI HOTTI) 2017 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) di Jakarta pada bulan November 2017.

    30. Narasumber "Peluang & Tantangan Pelayanan Mata di Era MEA yang diselenggarakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Mata Indonesia (ARSAMI) di Bandung pada bulan November 2017.

    31. Narasumber Seminar Nasional Kebijakan Kesehatan dengan tema "Strategi Kendali Mutu & Biaya Fasilitas Kesehatan di Era JKN" yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga di Surabaya pada bulan November 2017.

    32. Narasumber Seminar Nasional Keperawatan dengan Tema "Penguatan Profesi Keperawatan dalam Peningkatan Pelayanan Keperawatan, Continuum Care: dari Ketergantungan Menuju Kemandirian Hidup yang Berkualitas" yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran di Bandung pada bulan November 2017.

    33. Narasumber kegiatan sharing session tentang Kaidah Koding sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016 pada bulan Desember 2017 di Bali.

    2) Pertemuan Kemitraan.Sasaran Pertemuan Kemitraan dengan Stakeholders adalah seluruh faskes tingkat lanjutan di wilayah kerja Kedeputian Wilayah/Kantor Cabang. Tujuan program ini antara lain agar tercapainya hubungan kemitraan dengan FKRTL sebagai mitra kerja dalam peningkatan pelayanan kepada peserta dan tercapainya pemahaman yang sama atas program-program yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, realisasi kegiatan pertemuan kemitraan dengan stakeholders sudah dilaksanakan sebanyak 1.778 kali, dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Kegiatan Pertemuan Kemitraan dengan StakeholdersRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 150 160 106,67

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    100 117 117,00

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    70 95 135,71

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    165 185 112,12

    5 Jabar 100 114 114,00

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 280 297 106,07

    7 Jatim 170 188 110,59

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    80 98 122,50

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    120 138 115,00

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    60 80 133,33

    11 Bali, NTT dan NTB 100 135 135,00

    12 Papua dan Papua Barat 45 60 133,33

    13 Banten, Kalbar dan Lampung

    90 111 123,33

    Total 1.530 1.778 116,21

    107LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Topik pembahasan Pertemuan Kemitraan dengan Stakeholders antara lain:a) Pembahasan ketersediaan

    informasi ruang perawatan bagi Peserta JKN di rumah sakit.

    b) Pembahasan alur pelayanan bagi pasien fisioterapi.

    c) Pembahasan pelayanan obat.d) Pembahasan pelayanan pada

    peserta JKN yang mengalami kecelakaan lalu lintas.

    e) Pembahasan evaluasi pelaksanaan rujukan berjenjang pelayanan kesehatan berbasis kompetensi tahun 2016.

    f) Umpan balik dan pembahasan hasil luaran aplikasi Defrada.

    g) Pembahasan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK 03.03/MENKES/ 518/ 2016 mengenai kasus rawat jalan dengan diagnosa Severe Mental Retardation dan Moderate Mental Retardation serta kriteria penjaminan pelayanan rehabilitasi psikososial rawat jalan.

    h) Pembahasan kriteria pelayanan Ambulan.

    i) Pembahasan kewenangan dokter yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dalam memberikan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan di FKRTL.

    j) Pembahasan alur koordinasi pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

    k) Pembahasan ketentuan pembayaran INA-CBG bagi RS Khusus.

    l) Pembahasan bersama tentang koordinasi manfaat dan koordinasi pelayanan penjaminan Kecelakaan Kerja dan Kecelakaan Lalulintas oleh Fasilitas Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, PT Taspen, Jasa Raharja dengan mengundang Dinas Kesehatan.

    3) Pertemuan Forum Kemitraan dengan Faskes, Dinkes dan Instansi TerkaitKegiatan ini sebagai bentuk koordinasi dengan lintas sektor/organisasi/lembaga terkait. Unsur-unsur yang diikutsertakan di dalam kegiatan tersebut adalah dari unsur pemerintah maupun instansi terkait antara lain Dinas Kesehatan, BAKP, BKD, Kepala Kesehatan Daerah Militer, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda, Direktur RS, PWRI, LVRI, Pepabri dan instansi lain sesuai kebutuhan. Bahkan, apabila ada rumah sakit swasta daerah non provider yang potensial untuk menjadi faskes BPJS Kesehatan dapat diikutsertakan di dalam kegiatan tersebut karena merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mensosialisasikan program JKN dan melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam hal menyediakan faskes.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, realisasi kegiatan Forum Kemitraan Tingkat Provinsi sudah dilaksanakan sebanyak 56 kali, dengan rincian sebagai berikut:

    108 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Tabel Kegiatan Forum Kemitraan Tingkat ProvinsiRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 4 4 100,00

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 8 7 87,50

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 6 6 100,00

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    2 3 150,00

    5 Jabar 2 1 50,00

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 4 4 100,00

    7 Jatim 2 1 50,00

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    8 8 100,00

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 8 9 112,50

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    8 4 50,00

    11 Bali, NTT dan NTB 6 4 66,67

    12 Papua dan Papua Barat 4 1 25,00

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 6 4 66,67

    Total 68 56 82,35

    Kegiatan Forum Kemitraan Tingkat Kabupaten/Kota, sampai dengan 31 Desember 2017 sudah dilaksanakan sebanyak 862 kali, dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Kegiatan Forum Kemitraan Tingkat Kabupaten/KotaRealisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 100 97 97,00

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 98 87 88,78

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 68 64 94,12

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    30 25 83,33

    5 Jabar 42 34 80,95

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 70 76 108,57

    7 Jatim 76 72 94,74

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    84 77 91,67

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 100 91 91,00

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    88 83 94,32

    11 Bali, NTT dan NTB 84 77 91,67

    12 Papua dan Papua Barat 54 44 81,48

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 66 35 53,03

    Total 960 862 89,79

    Hasil pembahasan forum kemitraan antara lain:a) Umpan bal ik pencapaian

    kepesertaan dan iuran peserta serta evaluasi terkait pendaftaran peserta di kelurahan.

    b) Sosialisasi terkait regulasi terbaru BPJS Kesehatan.

    c) Dukungan pemerintah daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan melalui pemenuhan sarana prasarana dan ketersediaan dokter.

    d) Sosialisasi tentang pencegahan kecurangan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2015.

    e) Dukungan pemerintah daerah untuk perluasan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

    f) Komitmen bersama pelaksanaan rujukan bagi peserta JKN.

    g) Komitmen stakeholders untuk mengatasi 4 permasalahan utama pelayanan peserta JKN-KIS, yaitu antrian, iur biaya, ketersediaan ruang perawatan, dan ketersediaan obat.

    h) Koordinasi integrasi kepesertaan Jamkesda

    4) Pertemuan Nasional dengan Manajemen Rumah Sakit.Sasaran dari kegiatan Kegiatan Pertemuan Nasional Manajemen Rumah Sakit Tahun 2017 adalah Kepala/Direktur Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dalam rangka dukungan dan optimalisasi pelayanan kesehatan kepada Peserta.

    109LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Pertemuan Nasional Manajemen RS Tahun 2017 telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 16 sampai dengan 19 Mei 2017 dengan tema “Meningkatkan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Menuju Cakupan Semesta Tahun 2019”. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk seminar, diskusi, metaplan dan kunjungan lapangan dihadiri oleh 276 peserta yang terdiri dari Direktur RS, Kemenkes, IDI, PERSI dan internal BPJS Kesehatan.

    Materi yang disampaikan dalam Pertemuan Nasional Manajemen RS Tahun 2017, yaitu:a) Dirjen Pelayanan Kesehatan

    Kemenkes RI: keynote speech sambutan Menteri Kesehatan.

    b) Rhenald Kasali tentang “Pentingnya Perubahan Paradigma Pikir Pimpinan Fasilitas Kesehatan untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)”.

    (c) Prof Budi Hidayat, SKM., M.PPM., Ph.D. sebagai pemandu metaplan dengan tema peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pesertaJKN.

    d) Direktur Mutu dan Akreditasi Kemenkes RI tentang “Dukungan Regulasi Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan dalam Program JKN-KIS”

    e) Ketua PERSI tentang “Upaya Fasilitas Kesehatan untuk Tetap Menjamin Kualitas Pelayanan bagi Peserta JKN-KIS Dalam Perubahan Regulasi”

    f) Best Practice Sharing Direktur RS Pelni, Direktur RSU Annisa Tangerang, Direktur RS William Booth Surabaya dan Direktur RS Dr Sardjito tentang “Upaya Fasilitas

    Kesehatan dalam Peningkatan Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan” dan “Pengelolaan Dana JKN Secara Efektif & Efisien Oleh Rumah Sakit Swasta untuk Menjamin Mutu Pelayanan Kesehatan”.

    5) Pengelolaan Jejaring Komunikasi Antar Faskes.Dalam rangka melaksanakan pelayanan administrasi dan pelayanan kepada peserta yang terkoordinasi serta membangun komunikasi antar FKRTL, petugas BPJS Kesehatan ditempatkan di FKRTL sebagai petugas BPJS Center. BPJS Center adalah pusat pelayanan BPJS Kesehatan yang dilaksanakan di RS dengan tujuan untuk memudahkan dan mempercepat pelayanan kepada peserta di RS melalui pelayanan kepada peserta di RS. Fungsi pokok BPJS Center adalah memberikan informasi dan penanganan keluhan, pelayanan administrasi, fungsi pengendalian (memastikan eligibilitas peserta, verifikasi) dan fungsi kemitraan.

    Untuk terlaksananya tata cara administrasi pelayanan kesehatan dan membangun komunikasi dengan fasilitas kesehatan dalam rangka percepatan pengajuan klaim dilakukan pula kegiatan pertemuan Tim Pengendali Rumah Sakit dan petugas BPJS Center melalui program Pembinaan Petugas BPJS Center .

    Sampai dengan 31 Desember 2017, program pembinaan petugas BPJS Center telah dilaksanakan sebanyak 3.409 kali dengan rincian sebagai berikut:

    110 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • Tabel Kegiatan Pembinaan Petugas BPJS CenterRealisasi Tahun 2017

    No.Kedeputian

    WilayahTarget Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 300 295 98,33

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    275 272 98,91

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    175 186 106,29

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    350 349 99,71

    5 Jabar 315 316 100,32

    6 Jateng dan DI Yogyakarta

    450 448 99,56

    7 Jatim 410 412 100,49

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    175 195 111,43

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    255 255 100,00

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    140 157 112,14

    11 Bali, NTT dan NTB 230 235 102,17

    12 Papua dan Papua Barat

    85 93 109,41

    13 Banten, Kalbar dan Lampung

    190 196 103,16

    Total 3.350 3.409 101,76

    Materi pembahasan dalam kegiatan pembinaan petugas BPJS Center antara lain: a) Pembahasan Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor 76 tahun 2016 tentang Pedoman INA-CBG dalam pelaksanaan JKN.

    b) Pembahasan mekanisme audit klaim internal.

    c) Pembahasan mekanisme pelayanan rujukan parsial.

    d) Koordinasi pembahasan persiapan implementasi Vedika.

    e) Pemahaman tentang Audit Klaim pelayanan kesehatan.

    Manajemen Manfaat dan Utilisasi Pelayanan 1. Manajemen Manfaat dan Utilisasi Pelayanan

    Primer.Dalam mengelola manfaat pelayanan primer dilakukan pengembangan kebijakan, penguatan sistem gate keeper, dan pengelolaan mutu pelayanan primer yang bertujuan memberikan pelayanan primer berkualitas bagi seluruh peserta.a. Pengembangan Kebijakan.

    1) Surat Edaran Direktur Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 04 Tahun 2017 tentang Penjelasan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016.

    2) Surat Edaran Direktur Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 14 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peer Review Diagnosa Non Spesialistik pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

    3) Surat Nomor 4568/III.1/0417 tanggal 12 April 2017 tentang Penyampaian Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Nomor HK.01.08/III/980/2017 Tahun 2017 dan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran KBK pada FKTP.

    b. Penguatan Sistem Gate Keeper.Penguatan pelayanan primer masih menjadi fokus BPJS Kesehatan tahun 2017. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai Gate Keeper adalah faktor penting tercapainya kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan. Penguatan sistem Gate Keeper di FKTP dilaksanakan melalui kegiatan:

    111LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 1) Peningkatan Komitmen Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat PertamaProgram peningkatan komitmen pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan kegiatan yang melibatkan tenaga kesehatan di Faskes Tingkat Pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan komitmen pelayanan, misalnya melalui pelatihan Prolanis, Mentoring Spesialis dan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan. Bentuk kegiatannya dapat berupa pelatihan/seminar/workshop yang diselenggarakan oleh pihak eksternal maupun BPJS Kesehatan.

    Tujuan kegiatan ini antara lain untuk meningkatkan komitmen pelayanan FKTP dalam memberikan pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan. Sampai dengan 31 Desember 2017, kegiatan peningkatan komitmen pelayanan FKTP telah dilaksanakan sebanyak 486 kali dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Kegiatan Peningkatan Komitmen Pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    Realisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 54 40 74,07

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi 46 35 76,09

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu 26 29 111,54

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    50 45 90,00

    5 Jabar 38 30 78,95

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 54 50 92,59

    7 Jatim 54 40 74,07

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara 34 40 117,65

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku 46 52 113,04

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut 26 31 119,23

    11 Bali, NTT dan NTB 46 33 71,74

    12 Papua dan Papua Barat 26 25 96,15

    13 Banten, Kalbar dan Lampung 30 36 120,00

    Total 530 486 91,70

    Peningkatan komitmen pelayanan Fasilitas Kesehatan Primer dilaksanakan melalui:- Kegiatan berupa pemantapan

    penatalaksanaan Hipertensi, diharapkan FKTP mendapatkan i l m u t e r k i n i t e n t a n g penatalaksanaan Hipertensi.

    - Kegiatan berupa pemantapan penatalaksanaan DM, diharapkan FKTP mendapatkan ilmu terkini tentang penatalaksanaan DM.

    - Pelatihan Proteksi Kardiovaskuler, diharapkan FKTP memahami tentang pencegahan atau pengobatan kardiovaskuler.

    - Pelatihan Manajemen Terapi Asma, d iha rapkan FKTP dapat meningkatkan kemampuan dalam menangani terapi asma.

    - Workshop dan symposium tentang penatalaksanaan bedah di kesehatan Masyarakat. Materi berupa: Suturi Like a Pro dan Wound Dressing (Balutan Luka).

    - Simposium membahas terkait patofisiologi, Lung Cancer dan penatalaksanaannya.

    - Seminar, workshop dan symposium berupa materi: Penyakit Dalam, Obgyn, Hukum Kesehatan, Paru, THT, Bedah Psikiatri, Anak, Mata.

    - Symposium, Workshop dengan tema Respiratory Life Support In Daily Clinical Practices.

    - Mentoring spesialis oleh Dokter Spesialis pada Peserta Program Rujuk Balik.

    - Peningkatan kompetensi dalam rangka Simposium PAPDI Lampung dengan tema Cardiometbolik Hipertensi II-17 Tahun 2017.

    - Mentoring Dokter Spesialis kulit dan kelamin dengan diagnosa hasil rekomendasi Tim TKMKB dan IDI

    112 LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • yaitu Exanthematous drug eruption, Veruka vulgaris, Skrofuloderma dan Cutaneus larva migran.

    - Peningkatan kompetensi untuk dokter di FKTP.

    - Meningkatkan pemahaman mengenai formularium nasional dan pemanfaatan e-catalogue.

    - Pelatihan entri P-Care bagi FKTP- Simposium Perhimpunan Dokter

    Spesialis Kesehatan Olahraga (PDSKO).

    - Peningkatan kompetensi tentang Penatalaksanaan TB Paru di Pelayanan Primer.

    - Mentoring Spesialis Dokter Spesialis.

    - Simposium dan Workshop IDI “Menjawab Tantangan Trend Penyakit Tidak Menular”.

    - Kegiatan Mentoring Spesialis m e m b a h a s m e n g e n a i penatalaksanaan Diabetes Mellitus di FKTP.

    - Peningkatan kompetensi dokter gigi dalam penatalaksanaan kasus di FKTP.

    - Tata laksana Hipertensi di FKTP.- Mentoring tentang penanganan

    serumen propia.- Pengendalian rujukan diagnosa

    Hipertensi dan Diabetes Mellitus oleh FKTP.

    - Mentoring spesialis terkait insiasi awal insulin bagi penderita Diabetes Mellitus dan Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan.

    - Mentoring spesialis dengan tema seminar Diabetes and Insulin Mentorship Program (DIMER) di Pangkalan Bun.

    - Simposium Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

    - Pelatihan PIC Prolanis.- Mentoring Spesialing tentang

    Diabetes Melitus.- Studi Kasus Penatalaksanaan

    Hipertensi di FKTP.- Seminar Perhimpunan Ahli Penyakit

    Telinga, Hidung dan Tenggorok-Bedah Kepala Leher (PERHATI-KL) dalam rangka peningkatan kompetensi dokter di FKTP upaya menurunkan Rasio Rujukan Non Spesialistik (RRNS).

    - Seminar Kesehatan Strategi Peningkatan Mutu Puskesmas “Menuju Pelayanan Bermutu dan Paripurna, Refleksi Tahun Kedua dan Lanjutan Akreditasi , Redistribusi Pekerja JKN”.

    - Keikutsertaan FKTP dalam Seminar SMART 2017 “Obstructive Lung Disease and Pulmonar y Intervention As a Respiratory Problem Challange“.

    - Mentoring spesialis tentang penanganan penyakit kronis yang dapat tuntas di FKTP.

    - Kegiatan peningkatan kompetensi bekerja sama dengan IDI wilayah setempat.

    - Jejaring Komunikasi Spesialis Penyakit Dalam dengan FKTP.

    - Pencegahan Stroke Kepada Mitra BPJS Kesehatan Tahun 2017.

    113LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2017

  • 2) Peer Review Kasus Non SpesialistikPeer Review merupakan kegiatan untuk menyepakati kasus non spesialistik yang tuntas dilaksanakan oleh FKTP dengan melibatkan FKTP, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi dan Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan akan terlaksana pemetaan kemampuan FKTP untuk menuntaskan kasus non spesialistik, serta adanya koordinasi antar Faskes baik antar FKTP maupun antara FKTP dengan FKRTL.

    Sampai dengan 31 Desember 2017, kegiatan peer review kasus non spesialistik telah dilaksanakan sebanyak 323 kali dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel Kegiatan Peer Review Kasus Non Spesialistik Realisasi Tahun 2017

    No. Kedeputian Wilayah Target Realisasi %

    1 2 3 4 5=4/3

    1 Sumut dan DI Aceh 26 29 111,54

    2 Riau, Kepri, Sumbar dan Jambi

    22 28 127,27

    3 Sumsel, Kep. Babel dan Bengkulu

    12 21 175,00

    4 DKI Jkt, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

    24 37 154,17

    5 Jabar 18 22 122,22

    6 Jateng dan DI Yogyakarta 26 28 107,69

    7 Jatim 26 28 107,69

    8 Kaltim, Kalsel, Kalteng, dan Kaltara

    16 21 131,25

    9 Sulsel, Sulbar, Sultra dan Maluku

    22 24 109,09

    10 Sulut, Sulteng, Gorontalo dan Malut

    12 21 175,00

    11 Bali, NTT dan NTB 22 25 113,64

    12 Papua dan Papua Barat 12 22 183,33

    13 Banten, Kalbar dan Lampung

    14 17 121,43

    Total 252 323 128,17

    Hasil kegiatan peer review kasus non spesialistik antara lain:a) Tersosialisasinya juknis Peer Review

    Kasus Non Spesialistik pada seluruh stakeholder terkait (Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi dan FKTP).

    b) Terlaksananya mapping kemampuan FKTP untuk penanganan Kasus Non Spesialistik.

    c) Terpahamkannya FKTP mengenai self assessment peer review Diagnosa Non Spesialistik.

    d) Terlaksananya Focus Group Discussion hasil peer review.

    e) Terlaksananya monitoring dan evaluasi hasil peer review.

    f) Kesepakatan peer review dengan Dinas Kesehatan dan FKTP.

    g) Melakukan evaluasi KBK