aspek geomorfologi sebagai data awal pengembangan wilayah...

9
Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan KebencanaanASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAERAH CINIRU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT Faizal Muhamadsyah, M. Nursiyam Barkah, Bombom Rachmat Suganda, Nanda Natasia. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Abstrak Secara umum, daerah penelitian memiliki luas 251,97 km2 dengan panjang 22,20 km dan lebar 11,35 km. Daerah penelitian memiliki ketinggian atau elevasi berkisar antara 37,5 962,5 meter dari permukaan laut. Daerah yang memiliki nilai elevasi rendah terletak di bagian timurlaut daerah penelitian sedangkan daerah yang memiliki nilai elevasi tinggi terletak di bagian baratdaya daerah penelitian. Kisaran nilai ketinggian ini diperoleh dari peta topografi daerah penelitian. Berdasarkan aspek morfometri, daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 klasifikasi kemiringan lereng. Daerah penelitian yang dibagi menjadi tiga klasifikasi kemiringan lereng dapat dibagi menjadi 3 satuan unsur morfografi. Pada Daerah I (lereng sangat landai), elevasi berkisar antara 37,5 - 162,5 meter dari permukaan laut. Kisaran nilai elevasi ini menunjukkan bahwa Daerah I termasuk dalam bentuk lahan dataran rendah, dataran rendah pedalaman, hingga perbukitan rendah. Pada Daerah II (lereng agak curam), elevasi berkisar antara 162,5 300 meter dari permukaan laut. Kisaran nilai elevasi ini menunjukkan bahwa Daerah II termasuk dalam bentuk lahan perbukitan. Pada Daerah III (lereng curam), elevasi berkisar antara 300 962,5 meter dari permukaan laut. Kisaran nilai elevasi ini menunjukkan bahwa Daerah III termasuk dalam bentuk lahan perbukitan tinggi.Daerah penelitian memiliki beberapa jenis pola aliran sungai. Pola aliran sungai tersebut terdiri dari berbagai macam sungai beserta anak sungainya, mulai dari sungai utama yang mengalir sepanjang tahun yang disebut sebagai sungai perennial hingga anak sungai yang mengalir deras pada musim penghujan atau disebut sungai intermittent. Selama kurun waktu geologi, daerah penelitian dan sekitarnya telah banyak mengalami berbagai macam proses geomorfologi, baik proses endogen maupun proses eksogen. Proses endogen yaitu ditandai dengan adanya aktivitas tektonik berupa perlipatan dan patahan di sekitar daerah penelitian yang dapat dilihat dari Digital Elevation Modelmaupun Peta Geologi Regional Lembar Majenang. Kata Kunci : Geomorfologi, Ciniru Pendahuluan Secara geografis daerah penelitian terletak antara 7° 00' 0,2736" LS s.d. 7° 5' 24.0288" LS dan 108° 27' 33.2352" BT s.d. 108° 32' 59.4636" BT. Daerah penelitian merupakan penggabungan dari Peta Bakosurtanal lembar Kadugede no. 1308-444 skala 1 : 25.000 edisi I-2001 dan Peta Bakosurtanal lembar Lebakwangi no. 1308- 533 skala 1 : 25.000 edisi I-2000. Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam Daerah Ciniru dan sekitarnya, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Lokasi Kompleks gunungan lumpur Ciuyah sendiri terletak di Desa Ciniru Kecamatan Ciniru, berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi pusat pemerintahan desa ke arah timur mengikuti jalan menuju Desa Cipedes. Untuk mencapai lokasi penelitian diperlukan waktu kurang lebih 4 s.d. 5 jam dari Bandung. Lokasi penelitian sudah memiliki infrastuktur yang cukup baik dan cukup maju seperti jalan

Upload: vudiep

Post on 06-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWALPENGEMBANGAN WILAYAH DAERAH CINIRU DAN

SEKITARNYA, KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT

Faizal Muhamadsyah, M. Nursiyam Barkah, Bombom Rachmat Suganda, Nanda Natasia.Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Abstrak

Secara umum, daerah penelitian memiliki luas 251,97 km2 dengan panjang 22,20 km dan lebar11,35 km. Daerah penelitian memiliki ketinggian atau elevasi berkisar antara 37,5 – 962,5meter dari permukaan laut. Daerah yang memiliki nilai elevasi rendah terletak di bagiantimurlaut daerah penelitian sedangkan daerah yang memiliki nilai elevasi tinggi terletak dibagian baratdaya daerah penelitian. Kisaran nilai ketinggian ini diperoleh dari peta topografidaerah penelitian. Berdasarkan aspek morfometri, daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3klasifikasi kemiringan lereng. Daerah penelitian yang dibagi menjadi tiga klasifikasikemiringan lereng dapat dibagi menjadi 3 satuan unsur morfografi. Pada Daerah I (lerengsangat landai), elevasi berkisar antara 37,5 - 162,5 meter dari permukaan laut. Kisaran nilaielevasi ini menunjukkan bahwa Daerah I termasuk dalam bentuk lahan dataran rendah, dataranrendah pedalaman, hingga perbukitan rendah. Pada Daerah II (lereng agak curam), elevasiberkisar antara 162,5 – 300 meter dari permukaan laut. Kisaran nilai elevasi ini menunjukkanbahwa Daerah II termasuk dalam bentuk lahan perbukitan. Pada Daerah III (lereng curam),elevasi berkisar antara 300 – 962,5 meter dari permukaan laut. Kisaran nilai elevasi inimenunjukkan bahwa Daerah III termasuk dalam bentuk lahan perbukitan tinggi.Daerahpenelitian memiliki beberapa jenis pola aliran sungai. Pola aliran sungai tersebut terdiri dariberbagai macam sungai beserta anak sungainya, mulai dari sungai utama yang mengalirsepanjang tahun yang disebut sebagai sungai perennial hingga anak sungai yang mengalir deraspada musim penghujan atau disebut sungai intermittent. Selama kurun waktu geologi, daerahpenelitian dan sekitarnya telah banyak mengalami berbagai macam proses geomorfologi, baikproses endogen maupun proses eksogen. Proses endogen yaitu ditandai dengan adanyaaktivitas tektonik berupa perlipatan dan patahan di sekitar daerah penelitian yang dapat dilihatdari Digital Elevation Modelmaupun Peta Geologi Regional Lembar Majenang.

Kata Kunci : Geomorfologi, Ciniru

Pendahuluan

Secara geografis daerah penelitianterletak antara 7° 00' 0,2736" LS s.d. 7° 5'24.0288" LS dan 108° 27' 33.2352" BT s.d.108° 32' 59.4636" BT. Daerah penelitianmerupakan penggabungan dari PetaBakosurtanal lembar Kadugede no. 1308-444skala 1 : 25.000 edisi I-2001 dan PetaBakosurtanal lembar Lebakwangi no. 1308-533 skala 1 : 25.000 edisi I-2000. Daerahpenelitian secara administratif termasuk ke

dalam Daerah Ciniru dan sekitarnya,Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat(Gambar 1). Lokasi Kompleks gununganlumpur Ciuyah sendiri terletak di Desa CiniruKecamatan Ciniru, berjarak sekitar 2 kilometerdari lokasi pusat pemerintahan desa ke arahtimur mengikuti jalan menuju Desa Cipedes.Untuk mencapai lokasi penelitian diperlukanwaktu kurang lebih 4 s.d. 5 jam dari Bandung.Lokasi penelitian sudah memiliki infrastukturyang cukup baik dan cukup maju seperti jalan

Page 2: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

raya yang cukup baik, tetapi untuk jalan kedaerah dan pelosok belum begitu baik.

Gambar 1.Peta lokasi daerah Ciuyah

Berdasarkan pembagian fisiografi vanBemmelen, daerah Ciniru dan sekitarnyatermasuk Zona Bogor. Sungai-sungai utamatidak jarang berbentuk aliran antiseden (SungaiCimanuk terhadap struktur Baribis) dansebagian lagi superpos (Sungai Ciliwung)terhadap struktur sedimen yang ada. Terletak diselatan dataran pantai Jakarta, menyebar mulaidari Rangkasbitung di sebelah Barat kemudianmelalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedangdan berakhir di Bumiayu, Jawa Tengah, denganlebar 40 km. Zona ini membentuk morfologiperbukitan dan pegunungan dan merupakanjalur antiklinorium lapisan-lapisan berumurNeogen yang terlipat kuat serta terintrusi secaraintensif. Zona ini banyak dipengaruhi olehaktivitas tektonik dengan arah tegasan relatifberarah utara-selatan dan sumbu lipatan yangberarah relatif barat-timur. Endapannya terdirioleh akumulasi endapan Neogen yang tebaldengan dicirikan oleh endapan laut dalam,umumnya terdiri dari endapan batulempung,batupasir, dan breksi yang merupakan endapanturbidit disertai beberapa intrusi hipabisal(gambar 2).

Menurut Kastowo (1975) dan Budhitrisna(1987) satuan-satuan batuan yang tersingkap didaerah penelitian adalah: Formasi Pemali,Formasi Halang, dan endapan Kuarter hasilgunungapi Ciremai. Formasi Pemali tersusundari napal Globigerina bersisipan batupasirdan batugamping pasiran. Umur satuan iniberkisar dari Miosen Awal hingga MiosenTengah. Secara selaras di atas satuan inidiendapkan Formasi Halang yang berumurMiosen Tengah hingga Pliosen. Satuan initersusun dari perselingan batupasir danbatulempung dalam sisipan batupasirgampingan, batupgamping pasiran, breksi dankonglomerat. Berikut ini secara tidak selarasdiendapkan hasil gunungapi tua Ciremai, yangterdiri atas perselingan lava, tufa dan lahar,kemudian diendapkan pula hasil gunungapimuda Ciremai, hasil kegiatan gunungapi stratoKuarter. Endapan permukaan juga ditemukansebagai aluvial. Selain itu terdapat retasAndesit dan Andesit Hornblenda yangmenerobos Formasi Halang

Page 3: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 2. Perbandingan kerangka stratigrafi regional menurut beberapa peneliti terdahulu

Situmorang dkk (1976) dalam Nainggolan(2009) (gambar 3) telah menyimpulkan me-ngenai terjadinya sesar-sesar di Pulau Jawa.berdasarkan konsep tektonik sesar ulir (wrenchfault tectonic concept), dimana arah sesar danlipatan membentuk suatu pola yang khas.penyusun pola struktur tersebut didasarkanpada pengukuran geologi permukaan danbawah permukaan sehingga menghasilkankesimpulan sebagai berikut:

”Sistem rekahan meriditional atau polastruktur yang berorientasi barat baratlaut –timurtenggara, disebabkan oleh gayakompresiutara – selatan (U 14° T) yang terbentuk akibatpergerakan lempeng Benua Asia ke

selatanyang bertumbukan dengan lempengSamudra Indonesia yang bergerak ke utarapada Zaman Kapur Tengah. Disamping itu,terjadi pula sesar mendatar (wrench fault) dibagian kanan dan kirinya yang membentuksudut 45° terhadap gaya kompresi. Olehkarenanya, Pulau Jawa dapat dibagi menjaditiga blok. Blok I memiliki kedudukan relatiftinggi dibandingkan dengan Blok II dan III.Masing – masing blok dibatasi oleh pasangansesar mendatar yang berarah baratlaut –tenggara antara blok I dan III. Struktur –struktur yang terjadi akibat gaya kompresiutama ini digolongkan kedalam golongan ordeII dan selanjutnya.”

U

Dr agfold Orde I I

Se sa r Pe lengka p Ord e I I

SUM

ATE

RA AR AH TEK A N AN U TA M A

Sesa r Utam aD r agfold Ord e

Se sar Orde I I

Se sar O rde II

AR A H SU M BU LIP ATAN UTA M A

D r agfold Orde I IISe s ar Ord e I I

Se sa r Orde I II

S es ar Or de I I

= 14

= 35

= 10

I

III

II

D UU

D

Gambar 3. Sistem sesar mendatar di Pulau Jawa berdasarkan konsep sesar ulir (Wrenching Tectonic Conceps) dariSitumorang (1976)

Page 4: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Morfometri

Secara umum, daerah penelitianmemiliki luas 251,97 km2 dengan panjang22,20 km dan lebar 11,35 km. Daerahpenelitian memiliki ketinggian atau elevasiberkisar antara 37,5 – 962,5 meter daripermukaan laut. Daerah yang memiliki nilaielevasi rendah terletak di bagian timurlautdaerah penelitian sedangkan daerah yangmemiliki nilai elevasi tinggi terletak di bagianbaratdaya daerah penelitian. Kisaran nilaiketinggian ini diperoleh dari peta topografidaerah penelitian. Berdasarkan aspekmorfometri, daerah penelitian dapat dibagimenjadi 3 (gambar 4) klasifikasi kemiringanlereng. Adapun persentase nilai kemiringanlereng daerah penelitian dapat dihitung sebagaiberikut:

A) Kelas Lereng Daerah I

spdx

100Ic1ns

.

%).(

=ܛ(− ) ܕ܋ܠ %ܠ

.s = 2,12 %

Berdasarkan perhitungan persentasenilai kemiringan lereng di atas, kelas lerengdaerah I memiliki nilai persentase nilaikemiringan lereng sebesar 2,12 % sehinggadapat dikategorikan daerah I memiliki jenislereng sangat landai. Selain itu, persentasenilai kemiringan lereng sebesar 2,12 %menunjukkan bahwa daerah I merupakan lahanyang memiliki pergerakan tanah rendah,pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekasyang sangat dalam. Berdasarkan simbol warnayang disarankan Van Zuidam (1985), daerah Idapat diberi warna hijau muda.

B) Kelas Lereng Daerah II

spdx

100Ic1ns

.

%).(

=ܛ(− ) ܕ܋ܠ %ܠ

,ૡ .s = 19,02 %

Berdasarkan perhitungan persentasenilai kemiringan lereng di atas, kelas lerengdaerah II memiliki nilai persentase nilaikemiringan lereng sebesar 19,02 % sehinggadapat dikategorikan daerah II memiliki jenislereng agak curam. Selain itu, persentase nilaikemiringan lereng sebesar 19,02 %menunjukkan bahwa daerah II merupakanlahan yang rawan terhadap bahaya longsor,erosi permukaan, dan erosi alur. Berdasarkansimbol warna yang disarankan Van Zuidam(1985), daerah II dapat diberi warna kuningtua.

C) Kelas Lereng Daerah III

spdx

100Ic1ns

.

%).(

=ܛ(− ) ܕ܋ܠ %ܠ

, .s = 30,45 %

Berdasarkan perhitungan persentasenilai kemiringan lereng di atas, kelas lerengdaerah III memiliki nilai persentase nilaikemiringan lereng sebesar 30,45 % sehinggadapat dikategorikan daerah III memiliki jenislereng curam. Selain itu, persentase nilaikemiringan lereng sebesar 30,45 %menunjukkan bahwa daerah III merupakanlahan yang rawan terjadi erosi dan gerakantanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan.Daerah rawan erosi dan longsor. Berdasarkansimbol warna yang disarankan Van Zuidam(1985), daerah III dapat diberi warna merahmuda.

Page 5: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 4. Peta kemiringan lereng daerah penelitian (Daerah I : hijau muda; Daerah II : kuning tua; Daerah III : merahmuda)

Morfografi

Daerah penelitian yang dibagi menjaditiga klasifikasi kemiringan lereng dapat dibagimenjadi 3 satuan unsur morfografi. PadaDaerah I (lereng sangat landai), elevasiberkisar antara 37,5 - 162,5 meter daripermukaan laut. Kisaran nilai elevasi inimenunjukkan bahwa Daerah I termasuk dalambentuk lahan dataran rendah, dataran rendahpedalaman, hingga perbukitan rendah. PadaDaerah II (lereng agak curam), elevasi berkisarantara 162,5 – 300 meter dari permukaan laut.Kisaran nilai elevasi ini menunjukkan bahwaDaerah II termasuk dalam bentuk lahanperbukitan. Pada Daerah III (lereng curam),elevasi berkisar antara 300 – 962,5 meter daripermukaan laut. Kisaran nilai elevasi inimenunjukkan bahwa Daerah III termasukdalam bentuk lahan perbukitan tinggi.

Digital Elevation Model (DEM)

Bentuk lahan (morfografi) daerahpenelitian yang berkisar antara dataran rendah,dataran rendah pedalaman, perbukitan rendah,perbukitan, hingga perbukitan tinggi dapatdianalisis dengan mengidentifikasi petatopografi dan DEM (Digital Elevation Model)(gambar 5 dan 6). Bentuk lahan di daerahpenelitian ini ini dicirikan dari berbagaimacam material batuan bersifat lunak, keras,hingga material batuan lepas.

Selain bentuk lahan dataran rendahhingga perbukitan tinggi, daerah penelitianmemiliki banyak perbukitan memanjang danperbukitan berbelok yang dapat dilihat dariDEM. Kelurusan perbukitan memanjang danberbelok ini mengindikasikan bahwa daerahpenelitian merupakan daerah tektonik aktif,terutama di bagian baratdaya daerah penelitianyang mengalami proses perlipatan danpatahan.

Page 6: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 5. Bentuk lahan di sekitar daerah penelitian (garis merah) berupa perbukitan memanjang dan berbelokmengindikasikan daerah tektonik aktif

Gambar 6. Bentuk lahan daerah penelitian (DEM) dilihat dari arah tenggara

Pola Aliran Sungai

Daerah penelitian memiliki beberapajenis pola aliran sungai. Pola aliran sungaitersebut terdiri dari berbagai macam sungaibeserta anak sungainya, mulai dari sungaiutama yang mengalir sepanjang tahun yangdisebut sebagai sungai perennial hingga anaksungai yang mengalir deras pada musimpenghujan atau disebut sungai intermittent.Beberapa pola aliran sungai yang dapatditemukan dan diidentifikasi di daerahpenelitian, yaitu (gambar 7):

1. Pola aliran dendritik (A)2. Pola aliran subdendritik (A1)3. Pola aliran parallel (B)4. Pola aliran subparallel (B1)

5. Pola aliran radial (C)6. Pola aliran trellis (D)7. Pola aliran rektangular (E)8. Pola aliran anastomotik (F)

Pola aliran sungai dendritik (A) dapatditemukan di bagian timurlaut daerahpenelitian. Pola aliran ini dicirikan daribentuknya yang menyerupai daun,berkembang pada batuan dengan kekerasanrelatif sama, perlapisan batuan sedimen relatifdatar serta tahan pelapukan dengan kemiringanlandai.

Pola aliran sungai subdendritik (A1)dapat ditemukan di bagian tenggara daerahpenelitian. Pola aliran ini merupakanmodifikasi dari pola aliran dendritik. Bentuk

Page 7: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

dasar pola aliran ini menyerupai pola alirandendritik yang mendaun namun sudah tidaksesempurna bentuk dasarnya.Ketidaksempurnaan bentuk mendaun inidiakibatkan oleh adanya pengaruh dari kontrolstruktur minor regional daerah penelitian.

Pola aliran sungai parallel (B) dapatditemukan di bagian utara dan baratlaut daerahpenelitian. Pola aliran sungai ini dicirikan daribentuknya yang relatif sejajar antara satu anaksungai dengan anak sungai lainnya. Pola aliransungai ini mencirikan kondisi lereng sedangsampai agak curam, terdapat pada perbukitanmemanjang, dan dapat dipengaruhi lipatan.

Pola aliran sungai subparallel (B1)dapat ditemukan di bagian tengah daerahpenelitian. Pola aliran sungai ini merupakanmodifikasi dari pola aliran parallel yangmemiliki bentuk relatif memanjang padabentuk lahan memanjang. Namun demikian,pola aliran sungai ini sudah menunjukkanpengurangan tingkat kesejajaran (paralelisme)dibandingkan dengan pola aliran parallel itusendiri.

Pola aliran sungai radial (C) dapatditemukan di bagian barat daerah penelitian.Pola aliran sungai ini cukup jelas terlihat darikenampakannya yang menyebar dari satupusat, biasanya terjadi pada kubah intrusi,kerucut volkanik dan bukit yang berbentukkerucut serta sisa-sisa erosi. Pola aliran sungairadial di daerah penelitian ini memiliki sistem

sentrifugal dengan arah penyebaran keluar daripusat (berbentuk kubah).

Pola aliran sungai trellis (D) dapatditemukan di bagian selatan dan tenggaradaerah penelitian. Pola aliran sungai ini dapatdikenali dari bentuknya yang memanjangdengan induk sungainya seringkalimembentuk lengkungan menganan memotongkepanjangan dari alur jalur punggungannya.Jenis batuannya diperkirakan berupa batuansedimen dengan kemiringan atau terlipat,batuan vulkanik serta batuan metasedimenberderajat rendah dengan perbedaan pelapukanyang jelas.

Pola aliran sungai rektangular (E) dapatditemukan di bagian baratdaya daerahpenelitian. Pola aliran sungai ini dicirikan dariadanya anak sungai yang memperlihatkan arahlengkungan menganan. Pola aliran sungai inimencirikan kondisi daerah tektonik aktifberupa kontrol struktur sesar atau patahan.

Pola aliran sungai anastomotik (F)dapat ditemukan memanjang di bagian tengahdaerah penelitian. Pola aliran sungai inidicirikan dari bentuknya berupa suatu jaringansungai yang terdiri dari satu atau lebih saluran(channel) sungai yang saling berkaitan, dapatpula ditemukan adanya danau tapal kuda(oxbow lake). Pola aliran sungai ini umumnyaditemukan pada daerah dataran limpah banjir,delta, dan rawa.

Page 8: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 7. Pola aliran sungai di daerah penelitian

Morfogenetik

Selama kurun waktu geologi, daerahpenelitian dan sekitarnya telah banyakmengalami berbagai macam prosesgeomorfologi, baik proses endogen maupunproses eksogen. Proses endogen yaitu ditandai

dengan adanya aktivitas tektonik berupaperlipatan dan patahan di sekitar daerahpenelitian yang dapat dilihat dari DigitalElevation Model (Gambar 6) maupun PetaGeologi Regional Lembar Majenang (Kastowodan Suwarna, 1996) serta Lembar Tasikmalaya(T.Budhitrisna, 1986) (Gambar 8).

Gambar 8. Peta Geologi daerah penelitian

Dari proses geomorfologi yangdiperkirakan terjadi di daerah penelitian,proses endogen nampaknya merupakan prosesgeomorfologi yang relatif lebih dominanterjadi dibandingkan dengan proses eksogen.Hal tersebut dapat dilihat dari peta geologiregional daerah penelitian yang didominasioleh batuan sedimen berumur Tersier yangtelah mengalami proses endogen berupaperlipatan dan patahan di bagian timur, selatan,dan barat daerah penelitian serta produk hasilgunungapi Ciremai berumur Kuarter di bagianutara dan baratlaut daerah penelitian. Adapunbagian tengah daerah penelitian merupakanmaterial lepas batuan berupa endapanpermukaan (aluvium) berumur Kuarter yangterbentuk akibat adanya proses eksogen sepertiproses pelapukan dan erosi.

Menurut Van Zuidam (1985), prosesendogen dan eksogen masa lalu hinggasekarang merupakan faktor perkembanganyang paling menonjol dari suatu bentuk lahan

dan berkaitan erat dengan aspek morfogenetik.Oleh karena itu, daerah penelitian secararegional dapat diklasifikasikan ke dalambeberapa kelas genetik bentuk lahan. Bentuklahan tersebut yaitu bentuk lahan asalstruktural yang disimbolkan dengan warnaungu, bentuk lahan asal gunungapi yangdisimbolkan dengan warna merah, dan bentuklahan asal fluvial yang disimbolkan denganwarna biru tua.

Pustaka

Howard, Arthur David., 1967. DrainageAnalysis in Geologic Interpretation : ASummation. The American AssociationPetroleum Geologist Bulletin, Vol.51,No.11, November 1967: 2246-2259.(http://xa.yimg.com/kq/groups/24793691/1667756832/name/Howard_AAPGBulletin_1967.pdf, diunduh April2012)

Page 9: ASPEK GEOMORFOLOGI SEBAGAI DATA AWAL PENGEMBANGAN WILAYAH ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/1.40.pdf · Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi

Seminar Nasional Ke – IIIFakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Hugget, Richard John. 2007. Fundamentals ofGeomorphology, Second Edition.Routledge. New York.

Kastowo dan Suwarna. 1996. Peta GeologiLembar Majenang, Jawa. Skala1:100.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.

T. Budhitrisna. 1986. Peta Geologi Lembartasikmalaya, Jawa Barat. Skala 1:100.000.Pusat Penelitian dan PengembanganGeologi, Bandung.

Noor, Djauhari. 2010. Geomorfologi. PakuanUniversity Press. Bogor.

Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis andGeomorphologic Mapping, SmithPublisher, The Hague, Amsterdam.