askep stroke hemoragik

38
ASKEP DAN HE PADA KLIEN DENGAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA HEMORAGIK) Kelompok SGD 4 Putu Ari Anggareni (1002105002) Ni Luh Gede Prabayati (1002105007) Ni Luh Gd Seruni Lestari (1002105011) Ni Nyoman Sri Wahyuni (1002105021) Asri Ardiani Saputri (1002105023) Lia Dwi Jayanti (1002105036) Kadek Gunantari Ariani (1002105042) I Gusti Bagus Jelantik Darma Putra (1002105050) Putu Weda Suari (1002105062) Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070) Ni Putu Diah Prabandari (1002105085)

Upload: indah-hermayoni

Post on 01-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Stroke Hemoragik

ASKEP DAN HE PADA KLIEN DENGAN

CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA

HEMORAGIK)

Kelompok SGD 4

Putu Ari Anggareni (1002105002)

Ni Luh Gede Prabayati (1002105007)

Ni Luh Gd Seruni Lestari (1002105011)

Ni Nyoman Sri Wahyuni (1002105021)

Asri Ardiani Saputri (1002105023)

Lia Dwi Jayanti (1002105036)

Kadek Gunantari Ariani (1002105042)

I Gusti Bagus Jelantik Darma Putra (1002105050)

Putu Weda Suari (1002105062)

Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070)

Ni Putu Diah Prabandari (1002105085)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2011

Page 2: Askep Stroke Hemoragik

Learning Task

Cerebro Vascular Accident (CVA)

Jelaskan arti dari istilah-istilah berikut:

Agnosia

Aneurysm

Aphasia

Apraxsia

Ataxsia

Dysarthria

Expressive aphasia

Hemianopsia

Hemiplegia/hemiparesis

Infraction

Korsaff’s syndrome

Penumbra region

Perseveration

Receptive apahasia

Kelompok 1-4

CVA Hemoragik

1. Apa definisi dari stroke?

2. Bagaimana epidemiologi dari stroke hemoragik?

3. Apa etiologi dari stroke hemoragik?

4. Bagaimana patofisiologi dari stroke hemoragik?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari stroke hemoragik?

6. Apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada

stroke hemoragik?

7. Bagaimana medical manajement stroke hemoragik?

8. Bagaiamana cara pencegahan stroke hemoragik?

9. Apa saja komplikasi dari stroke hemoragik?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada stroke hemoragik?

Page 3: Askep Stroke Hemoragik

Pembahasan:

1. Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengorganisasikan informasi sensorik agar

bisa mengenal benda – benda / hilangnya daya untuk mengenali arti stimuli sensoris

macamnya sesuai indranya.

Agnosia adalah ketidakmampuan menginterpretasikan / mengenal benda yang dilihat

dengan menggunakan perasaan spesial. (KMB Vol 3 : 2090)

Agnosia adalah hilangnya kemampuan untuk mengenali benda – benda, orang,

suara, bentuk / bau sementara arti tertentu tidak cacat juga tidak ada kerugian

memori yang signifikan. Hal ini biasanya berhubungan dengan cedera otak / penyakit

syaraf, khususnya setelah kerusakan pada lobus temporal.

Ketidak mampuan untuk mengenali benda karena stimulus sensoriknya tidak bisa

diinterpretasi kendati terdapat alat indera yang normal (Weller, 2005; 20).

Adalah keadaan ketika kemampuan terganggu untuk mengenali bentuk atau sifat

berbagai benda. Biasanya agnosia hanya meliputi satu indera – pendengaran,

penglihatan, atau sentuhan (Kowalak, 2011; 271).

2. Aneurisma (aneurysm) adalah pelebaran/penggelembungan lokal pada pembuluh

darah atau jantung. Bagian tersebut menjadi lebih tipis sehingga mudah pecah dan

menimbulkan kebocoran pada pembuluh darah. Akibat kebocoran itu, terjadilah

pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.

Dilatasi local pembuluh darah, biasanya pembuluh arteri. Aterosklerosis merupakan

penyebab sebagian besar aneurisma arteri; setiap cedera pada dinding pembuluh

darah dapat menjadi predisposisi terbentuknya sebuah kantong (sakus aneurisma).

Penyakit lain yang dapat menyebabakan aneurisma adalah sifilis, inflamasi

nonspesifik tertentu, dan defek congenital pembuluh arteri. Tekanan darah membuat

ukuran aneurisma bertambah dan mungkin menimbulkan rupture. Kadang-kadang

keadaan ini dapat diatasi dengan tindakan eksisi aneurisma atau ligasi pembuluh

arteri tersebut (Weller, 2005; 39)

Aneurisma adalah kantong yang terbentuk oleh dilatasi local pembuluh darah,

biasanya pada arteri, karena kesalahan lokan di dinding pembuluh darah akibat

defek, penyakit atau cedera, yang menghasilkan pembengkakan, sering kali

berdenyut, dengan suara bising dapat didengar di atas pembuluh darah tersebut

(Brooker, 2009; 500).

3. Aphasia, Afasia adalah kehilangan daya pengutaraan melalui bicara, menulis atau

penggunaan tanda- tanda , dan kehilangan pengertian bahasa yang didengar atau

Page 4: Askep Stroke Hemoragik

dibaca.Afasia terbagi dua yaitu : Afasia motorik dan afasia sensorik. Afasia motorik

adalah kesulitan berkata- kata tetapi dapat mengerti pembicaraan, sedangkan afasia

sensorik dimana pasien sukar mengerti komprehensi pembicaraan orang , tetapi

mudah mengucapkan kata, tanpa adanya gangguan pendengaran.

Gangguan komunikasi akibat kerusakan otak yang ditandai oleh gangguan total atau

parsial dalam pemahaman, perumusan, atau pengungkapan bahasa (Weller, 2005;

45).

Hilangnya kemampuan mengekspresikan diri sendiri atau mengerti bahasa (Brunner,

2002; 2144).

4. Apraxsia adalah gangguan dalam merencanakan dan memposisikan urutan kata

dengan tepat karena adanya gangguan pada otot bicara yang berkaitan dengan

artikulasi kata. Rangkaian bahasa yang diungkapkan terganggu. Klien berusaha

untuk membentuk satu kalimat namun yang terjadi adalah susunan kata yang kacau.

Ketidakmampuan melaksanakan gerakan yang benar karena adanya lesi otak dan

bukan karena gangguan sensorik atau kehilangan kekuatan otot pada extremitas

(Weller, 2005; 51).

Ketidakmampuan melakukan aktivitas motorik yang sudah dipelajari sebelumnya

pada dasar gerakan disadari (Brunner, 2002; 2144).

5. Kegagalan koordinasi otot yang mengakibatkan gerakan yang ireguler dan tersentak-

sentak (Weller, 2005; 61).

Gerakan yang tidak tepat waktu dan tidak terkoordinasi (Brooker, 2009; 399).

Istilah Ataxia berasal dari bahasa Yunani, artinya kegagalan mengerjakan segala

sesuatu sesuai urutan. Gerakan dari tubuh dan anggota gerak tidak stabil, canggung

karena hilangnya koordinasi semua otot-otot tubuh merupakan gejala-gejala penyakit

tersebut. Ataxia berarti ketidakmampuan koordinasi tubuh yang tidak disebabkan

kelemahan otot. Kata ataxia digunakan untuk mengartikan koordinasi yang buruk

atau secara spesifik untuk menunjukkan sebuah penyakit yang menyerang system

saraf. Ataxia menyerang (memberi efek pada) jari tangan serta tangan, kaki, tubuh,

vocal berbicara, dan juga pergerakan mata. Sistem koordinasi yang buruk ini

disebabkan oleh sejumlah perbedaan kesehatan atau kondisi saraf.

6. Dysarthria adalah gangguan berbicara yang terjadi karena gangguan control otot

mekanisme bicara akibat kerusakan susunan saraf pusat dan/ perifer (Brooker, 2009;

44).

Kerusakan pengucapan akibat kasus neurologic (Brunner, 2002; 2144).

Page 5: Askep Stroke Hemoragik

Dysarthria adalah kelainan berbicara dimana mekanisme mekanisme bicara

terganggu oleh lesi di jaras corticobulbar di satu atau lebih nervus cranialis atau

nervus V,VII, IX, X, dan XII, di cerebellum atau di otot-otot yang berperan dalam

memproduksi suara. Dysarthria dikarakterisasikan dalam disfungsi fonasi

(phonathion), artikulasi, resonansi, atau aspek respirasi dari berbicara. Dysarthria

merupakan gangguan yang ditandai dengan kesulitan berbicara dengan benar

karena terjadi kelumpuhan otot-otot yang digunakan untuk berbicara. Dysarthria

sering ditandai dengan bicara tak teratur atau justru sebaliknya susah berbicara. 

7. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan diri; dihubungkan dengan daerah lobus

frontal kiri (Brunner, 2002; 2144)

Afasia ekspresif (non-fasih afasia), juga dikenal sebagai Broca afasia secara klinis

neuropsikologi dan afasia agrammatic di kognitif neuropsikologi , disebabkan oleh

kerusakan atau masalah perkembangan di daerah anterior dari otak , termasuk

(namun tidak terbatas pada) posterior kiri lebih rendah gyrus frontal dikenal sebagai

area Broca ( daerah Brodmann 44 dan daerah Brodmann 45 ). Hal ini ditandai

dengan hilangnya kemampuan untuk menghasilkan bahasa (lisan atau tertulis).

afasia ekspresif berbeda dari dysarthria , yang dicirikan oleh ketidakmampuan pasien

untuk menggerakkan otot-otot lidah dan mulut dengan benar untuk menghasilkan

suara. Afasia ekspresif kontras dengan afasia reseptif , yang dicirikan oleh

ketidakmampuan pasien untuk memahami bahasa atau berbicara dengan kata-kata

tepat dengan makna yang tepat.

8. Kebutaan setengan lapang pandang pada satu atau kedua mata (Brunner, 2002;

2144).

Hemianopsia adalah defek penglihatan atau kebutaan pada separuh lapang pandang

pada satu atau kedua mata; secara bebas, skotoma pada kurang dari separuh

lapang pandang pada satu atau kedua mata. Hemianopsia homonim (monocular

hemianopsia) adalah hemianopsia pada sisi temporal lapang pandang salah satu

mata akibat lesi pada jalur visual dibelakang kiasma. Hemianopia, atau

hemianopsie, adalah jenis anopsia mana visi menurun atau kebutaan terjadi di

setengah bidang visual dari salah satu atau kedua mata. Dalam kebanyakan kasus,

kerugian bidang visual menghormati garis tengah vertikal. Penyebab paling umum

dari kerusakan ini termasuk stroke, tumor otak dan trauma.

9. Paralis atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang biasanya disebabkan oleh cidera

atau penyakit pada otak (Weller, 2005; 311).

Page 6: Askep Stroke Hemoragik

Hemiplegia atau hemiparesis adalah paralisis atau kelemahan di salah satu sisi

tubuh, biasanya terjadi akibat cerebrovascular accident yang mengenai sisi otak

yang bersebrangan (Brooker, 2009; 446).

Hemiplegia (hemiparesis) adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi

menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh sisi

kontralateral.

10. Infarction adalah kematian sebagian jaringan karena suplai darahnya terputus.

Pembentukan infark (daerah nekrosis berbentuk baji pada suatu organ akibat

penyumbatan pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh embolus) (Weller,

2005; 351)

11. Suatu keadaan kronis dengan terjadinya gangguan daya ingat khususnya terhadap

kejadian yang baru saja terjadi; pasien sindrom ini juga mengalami disorientasi waktu

dan tempat (Weller, 2005; 382).

Sindroma Wernicke-Korsakoff (WKS) adalah spektrum penyakit yang dihasilkan dari

defisiensi tiamin, biasanya terkait dengan penyalahgunaan alkohol . Ensefalopati

Wernicke awalnya dijelaskan oleh ahli saraf Jerman Karl Wernicke pada tahun 1881

sebagai tiga serangkai gejala klasik (kebingungan mental, ataksia dan

ophthalmoplegia). Psikosis Korsakoff adalah manifestasi akhir dari kondisi tersebut,

di mana ensefalopati Wernicke tidak diobati secara memadai.

12. Penumbra region adalah daerah disekitar core yang mengalami infark.

13. Timbulnya kembali secara terus menerus sebuah gagasan atau kecenderungan

untuk mengulangi kata-kata atau perbuatan yang sama (Weller, 2005; 517).

Perseveration adalah pengulangan secara terus menerus suatu kata atau kalimat

yang tidak bermakna.

14. Ketidakmampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain; sering dihubungkan

denga kerusakan daerah lobus temporal (Brunner, 2002; 2144).

Receptive aphasia adalah mempunyai kesulitan yang parah dalam mengerti kata-

kata dan mengerti percakapan. Anak dengan Executive Aphasia dapat mengerti

dengan cukup baik tetapi mempunyai kesulitan membuat kata-kata untuk dirinya

sendiri.

Page 7: Askep Stroke Hemoragik

Pembahasan CVA Hemoragik:

1. Definisi dari stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi,1999).

Stroke juga dapat diartikan sebagai defisit neurologist akut yang disebabkan oleh

gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai

dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke

dapat terjadi akibat pembentukkan thrombus di suatu arteri cerebrum, akibat emboli

yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh, atau akibat perdarahan otak.pada

stroke. Terjadi hipoksia cerebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel

neuron.

Adapun gejala-gejala yang timbul :

Secara tiba-tiba dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam, atau setengah hari.

Serentak dengan hilang kesadaran ( pingsan = koma )

Secara berangsur–angsur dan disertai kesdaran yang menurun

Serentak tanpa gangguan kesadaran

Langsung setelah mendapatkan kejang fokal pada lengan atau tungkai ataupun

sebelah / seluruh tubuh, dengan hilangnya kesadaran sewaktu kejang umum.

Beberapa waktu setelah mendapatkan serangan vertigo atau sakit kepala.

Beberapa waktu setelah mengidap buta mutlak menetap pada sisi yang

berlawanan dengan sisi tubuh tumpuh

Beberapa waktu setelah mengidap buta sementara, sekali atau beberapa kali (buta

puganya )

Serentak atau tidak lama setelah mengidap infark jantung atau berada dalam

keadaan hipotensi.

Gejala-gejala trersebut di atas merupakan manifestasi infark regional dari otak, daerah

subkortikal atupun dengan bantuan otak. Sehingga stroke dapat didefinisikan sebagai

suatu sindroma akibat lesi vaskuler regional dibatang otak,

daerah subkortikal atau kortikal.

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng

disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan

Page 8: Askep Stroke Hemoragik

aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun

dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.

Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi

perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena

hipoksia jaringan otak.

2. Epidemiologi dari stroke hemoragik, yakni insiden stroke bervariasi di berbagai negara

di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per

tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden

stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan

4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk, 2006). Rasio insiden pria

dan wanita adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-

74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85

tahun (Lloyd dkk, 2009).

3. Etiologi dari stroke hemoragik, antara lain:

Ateroskierosis (trombosis)

40 % kaitannya dengan kerusakan local dinding pada akibat anterosklerosis. Proses

aterosklerosis ditandai dengan piak berlemak pada lapisan intima arteri besar.

Bagian intima arteri serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya

menghilang. Lumina elastika interna robek dan berjumbal, sehingga lumen pembuluh

sebagian berisi oleh materi sklerotik tersebut.

Embolisme

Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari penyebab utama stroke. Kebanyakan

emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang

dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung, jarang terjadi

berasal dari plak ateromatosa sinus carotikus (carotisintema). Setiap batang otak

dapat mengalami embolisme tetapi biasanya embolus akan menyumbat bagian-

bagian yang sempit.

Hipertensi yang menimbulkan perdarahan interserebral rupture aneurisme

Sakular.

Trombosis (penyakit tromboklusif)

Pendarahan serebri

Page 9: Askep Stroke Hemoragik

Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh subtura arteri serebri extrapasasi

darah.

Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).

- Trombosis sinus dura

- Diseksi arteri karotis atau vertebralis

- Vaskulitis sistem saraf pusat

- Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)

- Migran

- Kondisi hyperkoagulasi

- Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)

- Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)

- Miksoma atrium.

Faktor Resiko:

- Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA

atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot

untuk homosistinuria.

- Yang dapat diubah : hypertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan obat

dan alcohol, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hyperurisemia dan

dislidemia.

4. Patofisiologi Stroke Hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang

seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat

dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) yang

bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.

Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid

dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada

daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi

nekrosis jaringan otak.

Dari sumber lain, patofisiologi stroke hemoragik adalah perdarahan intrakranial

meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens

perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masing-

masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan,

2000).

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry

aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal,

Page 10: Askep Stroke Hemoragik

serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola

berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding

pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya

aneurisma tipe Bouchard.

Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan

rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil

membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat

pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar

(Caplan, 2000).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat

menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena

darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi

darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).

Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan

otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan

subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan

dari arteriovenous malformation (AVM).

5. Manifestasi klinis dari stroke hemoragik:

Adapun manifestasi “Stroke” adalah deficit neurogik yaitu dapat berupa:

Hemiparesis

Dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh dari tungkai atau sebaliknya.

Hemihipertensi atau kemiparestesia

Dimana lengan dan tungkai sesisi hipestetik sama beratnya, atau lengan sesisi lebih

hipestetik daripada tungkai atau sebaliknya

Hemiparesis dan hemihipestasia

Diplegia

Yaitu kedua sisi tubuh mempertahankan tanda-tanda kelumpuhan

“uppermotoneurone” (UMN).

Afasi atau disfasia sensorik atau motorik.

Hemiparesis dengan apasia / dispasia sensorik / motorik

Hemiparesis dengan hemianopia

Hemiparesis alternans

Hemihipestasia

Page 11: Askep Stroke Hemoragik

6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada stroke

hemoragik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

Pemeriksaan Fisik:

a. Keadaan umum

Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran

Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak

bisa bicara.

Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

b. Pemeriksaan integument

Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan

maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus

terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke harus bed rest 2-3

minggu

Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Rambut: umumnya tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala: bentuk normocephalik

Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi

Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

d. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk

dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

g. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi:

Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

Page 12: Askep Stroke Hemoragik

Pemeriksaan reflex

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah

beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks

patologis.

Pemeriksaan Penunjang:

a. Pemeriksaan laboratorium

Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat

Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.

Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid

Pungsi Lumbal

Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukan hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra

kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan

adanya proses inflamasi.

b. Pemeriksaan Radiologi

CT Scan

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark

Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau

obstruksi arteri

MRI

Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik ( masalah sistem arteri

karotis ( aliran darah / muncul plak ) arteriosklerotik ).

EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah

yang berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis interna terdapat

pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan

subarakhnoid. (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

7. Penatalaksanaan Medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh

dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan

oksigen sesuai kebutuhan.

Page 13: Askep Stroke Hemoragik

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil.

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi.

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan

glukosa murni atau cairan hipotonik.

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat

meningkatkan Tekanan Intrakranial (TIK).

10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun

atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat

hemoragik.

Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan

pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

Untuk penatalaksanaan medik penyakit Hemorogik Stroke adalah obat-obatan.

8. Cara pencegahan stroke hemoragik, antara lain:

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan

mengatasi berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat

maupunkelompok risiko tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa

pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

Mengatur pola makan yang sehat, misalnya pembatasan makan garam dimulai dari

masa muda, membiasakan memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi

rendah garam.

Melakukan olah raga yang teratur, misalnya jalan setiap hari sebagai bagian dari

program kebugaran.

Menghentikan rokok

Page 14: Askep Stroke Hemoragik

Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat

Penurunan berat badan apabila kegemukan.

Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi, misalnya

penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena resiko

timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral

meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak

menelan pil kontrasepsi.

Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk mempertahankan tekanan

darah selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai penderita diberi obat

penenang berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.

Penanganan stres dan beristirahat yang cukup.

Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat.

Pemakaian antiplatelet.

Pada pencegahan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian

faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat

dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan

sebagainya.

9. Komplikasi dari stroke hemoragik:

a. Tekanan Intrakranial (TIK) meningkat

b. Aspirasi

c. Atelektasis

d. Kontraktur

e. Disritmia jantung

f. Malnutrisi

Menurut Sjaifoellah Noer, (2002), komplikasi dari stroke yaitu :

1. Depresi

Dampak yang menyulitkan penderita dan orang di sekitarnya. Oleh karena itu

keterbatasan akibat kelumpuhan, sulit berkomunikasi sehingga penderita stroke

dapat mengalami depresi.

2. Darah beku

Terbentuk pada jaringan yang lumpuh (kaki) dapat mengakibatkan pembengkakan.

3. Radang paru-paru / pneumonia

Dampak stroke dapat memungkinkan penderita kesulitan menelan, batuk-batuk

sehingga cairan terkumpul di paru-paru.

Page 15: Askep Stroke Hemoragik

4. Dekubitus

Saat mengalami stroke usahakan untuk selalu berpindah dan bergerak secara

teratur. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan

tumit. Bila memar ini tidak dirawat bisa menjadi infeksi, keadaan ini dapat menjadi

parah bila berbaring di tempat tidur yang basah.

Komplikasi lain yang terjadi antara lain disuse atrofi pada otot, misuse (nyeri sendi

bahu dan genu), luka pada kulit yang tertekan (decubitus), hipotensi orthastatic,

gangguan psychologic, pneumonia (infeksi saluran pernafasan) dan Infeksi saluran

kemih (UTI).

Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah: (1) kejang pada

pasien pasca stroke sekitar 4-8 %, (2) Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 %

dan Embboli Pulmonum sekitar 3-10 %, (3) perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %,

(4) dekubitus, (5) pneumonia, (6) stress, (7) bekuan darah, (8) nyeri pundak dan

subluxation (Junaidei, 2006).

Page 16: Askep Stroke Hemoragik

Pathway:

Stres Makanan Banyak Garam Kurang Aktivitas

Hipertensi

Aneurisma

Pembuluh Darah Tidak Mampu Lagi Menahan Tekanan Darah

Pembuluh darah pecah

↓ perfusi jaringan otak

Iskemia

Metabolisme Anaerob

↑Asam Laktat

Aktivitas Elektrolit Terganggu

Pompa Na dan K gagal

1

2

Edema Otak

Perfusi Otak MenurunNekrosis Jaringan Otak

STROKE

Page 17: Askep Stroke Hemoragik

Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral

1

Asidosis Metabolik

Vasodilatasi pembuluh darah

Tekanan Intrakranial meningkat

Jaringan mengalami reaksi

dan pergeseran sensasi nyeri

Nyeri Kepala

Nyeri Akut

2

↓ Fungsi Saraf

Kerusakan sel neuron

Saraf Motorik Saraf Motorik

Imobilisasi

Hambatan Mobilitas Fisik

Konfusi Kronik

Page 18: Askep Stroke Hemoragik

10. Asuhan Keperawatan pada stroke hemoragik:

Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan data yang sengaja dilakukan secara sistematik

untuk menentukan keadaan kesehatan klien sekarang dan masa lalu serta untuk

mengevaluasi pola koping klien sekarang dan masa lalu. Data dapat diperoleh dengan 5

(lima) cara yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, menelaah catatan dan

laporan diagnostik serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Untuk mewujudkan

pengkajian yang akurat, perawat harus dapat berkomunikasi secara efektif,

mengobservasi secara sistematik dan menginterprestasikan data yang akurat

(Carpenito, 2000).

Data dasar yang ada pada saat pengkajian pasien stroke menurut Doenges,

Moorhouse, Geissler (1999) adalah :

1. Aktifitas/istirahat

Adanya kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis, terdapat gangguan tonus otot

dan gangguan tingkat kesadaran.

2. Sirkulasi

Adanya hipertensi arterial, disritmia, desiran pada karotis, femoralis dan aorta yang

abnormal.

3. Integritas Ego

Ditemukan adanya emosi yang labil dan kesulitan untuk mengekspresikan diri,

perasaan tidak berdaya dan putus asa.

4. Eliminasi

Ditemukan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine maupun anuria,

distensi abdomen (pada perabaan kandung kemih berlebihan).

5. Status Nutrisi

Didapatkan anoreksia, mual dan muntah selama fase peningkatan TIK, kehilangan

sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan dan disfagia (kesulitan menelan).

6. Neurosensori

Adanya sakit kepala (yang bertambah berat dengan adanya perdarahan intraserebral),

kelemahan, kesemutan, penglihatan menurun (total), kehilangan daya lihat sebagian

(kebutaan monokuler), penglihatan ganda (diplopia) serta hilangnya rangsang sensorik

kontralateral (pada sisi tubuh yang berlawanan) pada ekstremitas. Dapat juga

ditemukan adanya gangguan tingkat kesadaran seperti koma, kelemahan atau paralisis,

Page 19: Askep Stroke Hemoragik

pada ekstermitas (kontralateral pada semua jenis stroke), parase pada wajah, afasia,

miosis/midriasis pada pupil disertai dengan ukuran yang tidak sama.

7. Nyeri/kenyamanan

Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-bada, adanya tingkah laku yang tidak

stabil dan gelisah

8. Pernafasan

Ditandai dengan ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas.

9. Keamanan

Ditemukan perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh, kesulitan untuk melihat

objek dari sisi kiri atau kanan, gangguan berespon terhadap panas atau dingin.

10. Interaksi sosial

Masalah dalam berbicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

11. Penyuluhan atau pembelajaran

Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke dan pecandu alcohol.

12. Pemeriksaan Diagnostik

a. CT Scan memperlihatkan edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.

b. Sinar X menggambarkan klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan

subarakhnoid.

c. EEG mengidentifikasi masalah berdasarkan pada gelombang otak dan mungkin

memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

d. Angiografi serebral memperlihatkan adanya perdarahan arteri atau adanya oklusi

atau ruptur.

e. MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena

(AVM).

f. Pungsi lumbal memperlihatkan adanya peningkatan dan cairan yang mengandung

darah menunjukan adanya perdarahan intrakranial.

Page 20: Askep Stroke Hemoragik

Rencana Keperawatan:

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan agen cidera

fisik (meningkatnya

tekanan intrakranial)

yang ditandai

dengan perubahan

tekanan darah,

masker wajah

(meringis), laporan

isyarat

- Pain Level

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama ….x 24

jam diharapkan

nyeri klien

berkurang dengan

kriteri hasil:

a. Ekspresi wajah

klien tampak

tenang

b. Tanda-tanda

vital dalam

batas normal

- Tekanan

darah

dewasa

Sistolik: 95-

140,

diastolic:

60-90

- Nadi

dewasa 60-

100x/menit

- Temperatur

tubuh

dewasa 36-

37,5oC

- Pain

Management

a. Lakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

meliputi lokasi,

kareteristik,

onset/durasi,

frekuensi,

kualitas,

kuantitas atau

tingkat

keparahan

nyeri, dan factor

pencetusnya.

b. Observasi

isyarat

ketidaknyamana

n nonverbal,

khususnya pada

klien yang tidak

mampu

mengkomunikas

ikannya secara

efektif.

c. Kurangi atau

obati factor

pencetus nyeri

d. Memeriksa

- Pain

Management

a. untuk

mengetahui

kondisi klien

dan untuk

menetapkan

intervensi yang

akan diberikan.

b. untuk

mengetahui

tingkat nyeri

yang dirasakan

klien.

c. mengeliminir

faktor

presipitasi

dapat

menghilangkan

nyeri yang

dirasakan klien.

d. mengetahui

ada tidaknya

perubahan

kondisi klien

untuk

mengetahui

ada tidaknya

nyeri.

Page 21: Askep Stroke Hemoragik

- Pernafasan

dewasa 12-

20x/menit

tingkat

ketidaknyamana

n dengan klien,

perhatikan

perubahan

dalam catatan

medis, memberi

tahu profesional

kesehatan lain

yang bekerja

dengan klien.

- Analgesic

administration

a. Kolaborasi

pemberian

analgesic jika

perlu dan awasi

penggunaannya

serta efek

sampingnya

b. Perhatikan

prinsip 6B

dalam

pemberian obat

- Vital Signs

Monitoring

a. Monitor tekanan

darah, nadi,

suhu, dan

status

pernafasan,

sebagaimana

mestinya.

b. Perhatikan

kecenderungan

dan fluktuasi

yang luas di

- Analgesic

administration

a. untuk

mengurangi

nyeri yang

dirasakan.

b. mencegah

terjadinya

kesalahan

dalam

pemberian

obat. Berfungsi

sebagai

legalitas dalam

pemberian

obat.

- Vital Signs

Monitoring

a. mengetaui

tekanan darah,

nadi, suhu, dan

status

pernafasan

klien.

b. mengetahui

ada tidaknya

fluktuasi yang

luas di tekanan

darah.

c. mengetahui

ada tidaknya

perubahan

tekanan darah

setelah klien

melakukan

pengobatan.

d. mencari

Page 22: Askep Stroke Hemoragik

tekanan darah

c. Memonitor

tekanan darah

setelah klien

telah melakukan

pengobatan,

jika mungkin

d. Mengidentifikasi

kemungkinan

penyebab

perubahan

tanda vital

e. Memeriksa

secara berkala

akurasi

instrumen yang

digunakan

untuk akuisisi

data pasien

penyebab

perubahan

tanda vital.

e. mencegah agar

tidak terjadi

kesalahan

dalam

pengukuran

tanda-tanda

vital.

2. Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan kerusakan

neuro muskular

yang ditandai

dengan

keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan

keterampilan

motorik kasar,

keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan

keterampilan

motorik halus,

- Mobility

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama ….x24

jam diharapkan

mobilitas klien

sudah ada

peningkatan

dengan kriteria

hasil:

a. Gerakan otot

mulai ada

peningkatan

dari level 1 ke

level 2

- Mobility

a. kaji tingkat

ambulasi klien

- Exercise

Therapy:

Ambulation

a. Kenakan klien

pakaian yang

tidak bersifat

membatasi.

b. Bantu klien

untuk

menggunakan

- Mobility

a. untuk

mengetahui

tingkat

ambulasi klien.

- Exercise

Therapy:

Ambulation

a. mempermudah

pergerakan

klien

b. memudahkan

dalam latihan

Page 23: Askep Stroke Hemoragik

pergerakan tidak

terkoordinasi

(rentang skala

1-5)

alas kaki yang

memudahkan

berjalan dan

mencegah

cedera.

c. Kolaborasi

dengan ahli

terapi fisik

mengenai

rencana

ambulasi sesuai

kebutuhan.

d. Bantu klien

ambulasi awal

dan jika

diperlukan.

e. Dorong

ambulasi

mandiri dalam

batas aman

ambulasi

c. untuk

mempercepat

proses

ambulasi

sesuai yang

diharapkan.

d. mempercepat

proses

kemandirian

klien dalam

ambulasi

e. memandirikan

klien dalam

melakukan

ambulasi.

3. Konfusi kronik

berhubungan

dengan serangan

stroke yang ditandai

dengan gangguan

respon terhadap

stimulus, gangguan

memori jangka

panjang, gangguan

memori jangka

pendek

- Memory

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama ….x 24

jam diharapkan

klien mengalami

peningkatan daya

ingat dengan

kriteria hasil:

a. Kemampuan

mengingat

informasi

secara akurat

- Memory

a. Kaji

kemampuan

mengingat

informasi klien,

baik yang baru

saja terjadi

maupun yang

sudah jauh

terjadi

sebelumnya.

- Dementia

- Memory

a. mengetahui

tingkat

mengingat

informasi klien.

- Dementia

Management

a. agar keluarga

mengetahui

rencara

keperawatan

yang akan

diberikan dan

Page 24: Askep Stroke Hemoragik

naik satu level

(rentang skala

1-5)

b. Mampu

mengingat

informasi yang

baru saja

terjadi naik

satu level

(rentang skala

1-5)

c. Mampu

mengingat

informasi yang

jauh sudah

terjadi naik

satu level

(rentang skala

1-5)

Management

a. Ikutkan anggota

keluarga dalam

perencanaan,

penyediaan,

dan

mengevaluasi

perawatan,

sejauh yang

diinginkan

b. Identifikasi Pola

umum perilaku

untuk kegiatan

seperti tidur,

penggunaan

obat, eliminasi,

asupan

makanan, dan

perawatan diri

c. Tentukan

riwayat fisik,

sosial,

psikologis klien,

kebiasaan, dan

rutinitasnya

d. Siapkan diri

untuk interaksi

dengan kontak

mata dan

sentuhan yang

sesuai.

e. Perkenalkan diri

saat memulai

kontak.

agar bisa

mendukung

rencana

keperawatan

tersebut

sehingga

rencana

keperawatan

berjalan

dengan baik.

b. untuk

mengetahui

pola umum

perillaku sehari-

hari klien guna

membantu

tindakan

keperawatan

yang akan

diberikan

c. mengetahui

riwayat klien

d. meningkatkan

rasa percaya

klien dan

hubungan

dekat

e. untuk

mendekatkan

diri dengan

klien

f. meningkatkan

rasa percaya

Page 25: Askep Stroke Hemoragik

f. Bicara dengan

jelas, nada

rendah, hangat,

suara penuh

hormat.

g. Pilih program

televisi atau

radio

berdasarkan

kemampuan

proses kognitif

dan minat.

h. Gunakan

simbol, selain

tanda-tanda

tertulis, untuk

membantu

pasien untuk

menemukan,

kamar mandi,

atau daerah lain

i. Monitor dengan

hati-hati untuk

penyebab

kebingungan

fisiologis yang

meningkat yang

mungkin akut

dan reversible.

j. Diskusikan isu-

isu keamanan

rumah dan

intervensi.

klien

g. membantu

dalam proses

tindakan

keperawatan

h. agar klien tidak

tersesat dan

menemukan

dengan mudah

ruangan yang

ia cari

i. mengetahui

penyebab

kebingungan

fisiologis klien

j. mempercepat

penyesuaian

ketika

perawatan akan

dilanjutkan di

rumah

Page 26: Askep Stroke Hemoragik

4. Gangguan perfusi

jaringan cerebral

berhubungan

dengan gangguan

aliran darah ditandai

dengan

ketidaknormalan

dalam berbicara,

kelumpuhan,

edema.

- Tissue

Perfusion:

Cerebral

- Intracranial

Pressure (ICP)

Monitoring

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama ….x 24

jam diharapkan

perfusi jaringan

cerebaral klien

sudah mulai

adekuat dengan

kriteria hasil:

a. MABP (mean

arterial blood

pressure)

dalam rentang

normal (120-

140 mmHg)

b. Klien tidak

mengalami

pusing

c. Klien tidak

muntah

- Tissue

Perfusion:

Cerebral

a. Kaji MABP

klien

- Intracranial

Pressure (ICP)

Monitoring

a. Bantu dengan

penyisipan

perangkat

pemantauan

ICP

b. Berikan

informasi

kepada

keluarga /

orang penting

lainnya

c. Catat

pembacaan

tekanan ICP

dan

menganalisis

bentuk

gelombang

d. Monitor

tekanan

perfusi

serebral

e. posisikan klien

dengan kepala

ditinggikan 30

- Tissue

Perfusion:

Cerebral

a. mengetahui

MABP klien

- Intracranial

Pressure (ICP)

Monitoring

a. memabantu

pemantauan

ICP

b. mengurangi

kecemasan

keluarga

c. mengetahui

tekanan ICP

d. memantau

tekanan perfusi

serebral

e. posisi yang

membantu

dalam proses

peningkatan

perfusi serebral

f. mempertahank

an tekanan

intracranial

g. agar segera

dilakukan

tindakan yang

tepat dan

Page 27: Askep Stroke Hemoragik

sampai 45

derajat dan

dengan leher

pada posisi

netral

f. Jaga tekanan

arteri sistemik

dalam kisaran

tertentu

g. Beritahu

dokter ICP

tinggi yang

tidak

merespon

terhadap

protokol

pengobatan

menghindari

hal-hal yang

tidak diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner., and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC

Wilkinson., Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Nanda Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Guyton, and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Volume 11. Jakarta: EGC

Wilson, Price. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku II. Jakarta:

EGC