askep stroke

55
Anatomi dan Fisiologi Saraf Sistem Saraf Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf. Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan sistem saraf pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan antar bagian sistem saraf dengan lainnya. Saraf membawa impuls dari dan ke otak atau pusat saraf. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf, meski istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak membentuk saraf. Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau disebut potensial akson. ISTILAH PENTING IMPULS yaitu rangsangan atau pesan. Disampaikan melalui senyawa kimia dalam tubuh yaitu asetilkolin. RESEPTOR yaitu struktur yang dapat menerima impuls. Dapat berupa sel, jaringan atau organ, alat gerak, otot.

Upload: rianardian46

Post on 22-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

intiip yuuk

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Stroke

Anatomi dan Fisiologi Saraf

Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon

rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf.

Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan sistem saraf

pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan antar bagian sistem saraf dengan lainnya.

Saraf membawa impuls dari dan ke otak atau pusat saraf. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel

saraf, meski istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak

membentuk saraf. Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa sinyal

sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke

otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau disebut

potensial akson.

ISTILAH PENTING

IMPULS yaitu rangsangan atau pesan. Disampaikan melalui senyawa kimia

dalam tubuh yaitu asetilkolin.

RESEPTOR yaitu struktur yang dapat menerima impuls. Dapat berupa sel,

jaringan atau organ, alat gerak, otot.

EFEKTOR yaitu struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel,

jaringan atau organ, alat gerak, otot.

Neruon atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh

tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke

tempat yang dituju.

Organel penyusun sel Neuron

1. Dendrite merupakan penjuluran pnedek yang keluar dari badan sel. Berfungsi untuk

menghantarkan impuls dari luar sel neuron ke dalam badan sel.

2. Badans sel merupakan bagian neuron yang banyak mengandung cairan sel (sitoplasma)

dan terdapatnya nucleus (inti sel). Berfungsi sebagai penerima impuls dari dendrti dan

menghantarkannya menuju axon dengan perantaraan sitoplasma.

Page 2: Askep Stroke

3. Sitoplasma merupakan cairan pengisi badan sel. Berfungsi untuk mempercepat

penyampaian/penghantaran impuls dalam sel.

4. Nucleus merupakan bagian terpenting dari sel.benetuknya akan menyesuaikan bentuk sel.

Berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel.

5. Axon/neurit merupakan poenjukluran yang panjang yang keluar dari badan sel.

Berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan menghantarkannya ke percabangan

axon.

6. Percabangan axon merupakan bagian dari axon yang bercabang-cabang. Berfungsi

menerima impuls dari axon.

7. Selubung neurolema/neurilema merupakan selaput tipis yang berda paling luar dari axon.

Berfungsi untuk melindungi axon serta memberikan nutrisi pada axon serta regenrasi

pada selubung mielin.

8. Selubung myelin merupakan selaput tipis yang berhubungan langsung dengan axon dan

terletak setelah selubung neurilema. Berfungsi untuk melindungi axon dan memberikan

nutrisi pada axon.

9. Sel Schwann merupakan sel-sel yangterdapat di dalam selubung myelin. Berfungsi untuk

memperbaiki sel axon yang rusak/regenerasi.

10. Nodus Ranvier merupakan celah diantara axonyang tidak tertutup oleh selubung

neurilema. Berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls ke neuron.

Pembagian sel neuron

a. Berdasarkan fungsinya :

1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls

dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).

2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls

dari SSP ke efektor.

3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan saraf sensorik

dengan saraf motorik di dalam SSP.

b. Berdasarkan strukturnya :

1. Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang bercabang.

2. Neuron bipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite.

Page 3: Askep Stroke

3. Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah dendrite.

Sinapsis

Merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain.

biasanya terjadi dari ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain.

Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di

dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion,baik ion

positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls

yang satu dengan yang lain, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan

asetilkolin pembawa impuls yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian

impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim

(transmitter).

Muatan listrik dalam neuron

Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda

antara lapisan luar dan lapisan dalam axon.

Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik

positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam.

Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik

positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar.

Gerakan berdasarkan tanggapan impuls

1. Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari dan impuls akan diolah oleh SSP (otak dan

medulla spinalis) terbeih dahulu sebelum terjadi gerakan.

Skema/bagan gerakan biasa

Impuls reseptor neuron sensorik medulla spinalis otak Medulla spinalis

interneuron neuron motorik Efektor gerakan

2. Gerak refleks merupakan gerakan yang tanpa disadari karena menanggapi impuls secara

langsung. Sehingga sifat gerakan ini tidak diolah terlebih dahulu oleh otak. Jarak

terpendek efektor dalam menanggapi impuls disebut dengan lengkung refleks.

Page 4: Askep Stroke

Skema/bagan gerak refleks

Impuls reseptor neuron sensorik medulla spinalis interneuron

Neuron motorik efektor gerakan.

3. Macam gerakan refleks tergantung dari tanggapan efektor terhadap impuls yang ada. Bila

tanggapan terhadap impuls melibatkan satu efektor saja, maka disebut dengan refleks

tunggal. Jika tanggapan terhadap impuls melibatkan lebih dari 1 efektor maka disebut

dengan refleks kompleks.

Sistem saraf merupakan salah satu dari dua sistem utama kontrol tubuh, selain sistem

endokrin. Secara umum sistem saraf dibagi dua, yaitu :

1) sistem saraf pusat. Pengorganisasian sistem saraf pusat meliputi otak dan korda

spinalis.

2) sistem saraf tepi ( Perifer ) meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan saraf otonom

A. Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang

belakang (bahasa Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat

lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1) Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)

2) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

3) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam

sistem saraf pusat.

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya

berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih

terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk

kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

1) Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah

(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan

jembatan varol.

Page 5: Askep Stroke

a) Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,

yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),

kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua

kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa

gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu

terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang

area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.

Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.

Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat

kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah

bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian

depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,

kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.

Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi mengatur

kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi

mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.

Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf.

Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang bayak mengandung dendrite dan neurit.

Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan impuls

menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi

kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan,

memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.

Mempunyai 4 macam lobus yaitu :

Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.

Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran

Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.

Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori, kemauan,

nalar, sikap.

b) Otak tengah (mesensefalon)

Page 6: Askep Stroke

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak

tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-

kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang

mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat

pendengaran.

Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.

Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan

pendengaran.

a. Diencephalaon

Merupakan bagia otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan

mesencephalon.

Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls yang sampai di

otak dan medulla spinalis.

Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu

tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.

c) Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang

terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang

merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin

dilaksanakan.

Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi sebagai

pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi

tubuh.

Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum

bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi untuk

menghantarkan impuls dari otot-otot belahan kiri dan kanan.

d) Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula

spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks

fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,

gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum

Page 7: Askep Stroke

sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan

berkedip.

e) Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil

bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang

belakang.

Meninges

Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput

meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Meninges

Meninges pada sistem saraf pusat

Meninges adalah sistem membran yang melapisi sistem saraf pusat. Meningen tersusun

atas unsur kolagen dan fibril yang elastis serta cairan serebrospinal. Meninges terbagi menjadi

tiga lapisan, yaitu durameter, arachnoid dan piameter. Fungsi utama meninges dan kelenjar

serebrospinal adalah untuk melindungi sistem saraf pusat.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Page 8: Askep Stroke

1) Durameter ; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai

endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala.

Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural. Dura mater

kadangkala disebut pachimeningen atau meningen fibrosa karena tebal, kuat, dan

mengandung serabut kolagen. Pada dura mater dapat diamati adanya serabut elastis,

fibrosit, saraf, pembuluh darah, dan limfe. Lapisan dalam dura mater terdiri dari beberapa

lapis fibrosit pipih dan sel-sel luar dari lapisan arachnoid

2) Arachnoidea mater ; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di

dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang

mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan

untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. Lapisan arachnoid terdiri atas

fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Lapisan arachnoid mempunyai dua

komponen, yaitu suatu lapisan yang berhubungan dengan dura mater dan suatu sistem

trabekula yang menghubungkan lapisan tersebut dengan pia mater. Ruangan di antara

trabekula membentuk ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal dan sama

sekali dipisahkan dari ruang subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid melubangi dura

mater, dengan membentuk penonjolan yang membentuk trabekula di dalam sinus venous

dura mater. Bagian ini dikenal dengan vilus arachnoidalis yang berfungsi memindahkan

cairan serebrospinal ke darah sinus venous. Arachnoid merupakan selaput yang tipis dan

transparan. Arachnoid berbentuk seperti jaring laba-laba. Antara Arachnoid dan piameter

terdapat ruangan berisi cairan yang berfungsi untuk melindungi otak bila terjadi benturan.

Baik arachnoid dan piameter kadang-kadang disebut sebagai leptomeninges.

3) Piameter . Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan

permukaan otak. Piameter adalah membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini

melekat pada otak. Pia mater mengandung sedikit serabut kolagen dan membungkus

seluruh permukaan sistem saraf pusat dan vaskula besar yang menembus otak.

1. Sumsum Tulang Belakang (Medula)

Page 9: Askep Stroke

Sumsum tulang belakang.

Sumsum tulang belakang adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari

sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang. Fungsi

utama sumsum tulang belakang adalah transmisi pemasukan rangsangan antara periferi dan otak.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,

sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang

sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk

dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke

sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang

belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf

penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan

menghantarkannya ke saraf motor.

A. Medulla oblongata

Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.

Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di

depan cerebellum.

Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian

medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.

Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan

pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk,

bersin,sendawa.

B. Medulla spinalis

Disebut denga sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang

belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang kedua.

Page 10: Askep Stroke

Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak

dan dari otak ke organ tubuh.

C. Sistem Saraf Perifer ( Sistem saraf Tepi )

Neuroanatomi sistem saraf perifer

Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ

tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya

rentan terhadap racun dan luka mekanis. Sistem saraf tepi meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan

saraf otonom. Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar.

Sistem saraf

Struktur Neuron · Sel glia

Susunan Sistem

saraf

pusat

Otak · Medulla

spinalis · Medulla

oblongata

Sistem

saraf

tepi

Sistem

saraf

sadar

Saraf kranial ·

Saraf spinal

Sistem Saraf

Page 11: Askep Stroke

saraf

tak

sadar

simpatetik ·

Saraf

parasimpatetik

Neurotransmiter

Asetilkolin · Adrenalin ·

Noradrenalin · Dopamin ·

Serotonin

1. Sistem saraf sadar/somatik

Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh

otak. Bedakan menjadi dua yaitu :

a. Sistem saraf pada otak

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12

pasang saraf yaitu :

1) Saraf kranial

Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari

saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian

dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II,

VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan

(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan

hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi.

Saraf-saraf kranial

Page 12: Askep Stroke

Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti

mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara

yang lainnya mencuat dari batang otak.Saraf-saraf kranial merupakan saraf yang datang dari

batang otak. Jumlah saraf ini ada dua belas, sepuluh di antaranya (saraf III-X) berasal langsung

dari batang otak. Saraf-saraf ini terdiri dari N. olfaktori (I), N. optikus (II), N. okulomotoris (III),

N. troklearis (IV), N. trigeminus (V), N. abducens (VI), N. facialis (VII), N. vestibulokoklearis

(VIII), N. glosofaringeus (IX), N. vagus (X), N. asesorius (XI), dan N. hipoglosus (XII).

Digolongkan secara arah penghantaran impulsnya, saraf I, II, dan VIII merupakan berkas saraf

sensoris, saraf III, IV, VI, XII merupakan saraf motoris, sedangkan saraf V, VII, IX, X, dan XI

merupakan saraf sensoris-motoris.

No Saraf Sensoris/motoris Nuklei Fungsi

I Olfaktori Sensoris Nuklei olfaktori

anterior

Mentransmisikan

informasi penciuman

II Optikus Sensoris Nuklei geniculate Mentransmisikan

Page 13: Askep Stroke

lateral informasi pendengaran

III Okulomotoris Motoris Nuklei

okulomotor,

nuklei Edinge-

Westphal

Mengatur pergerakan bola

mata

IV Troklearis Motoris Nuklei troklear Depresi dan rotasi lateral

bola mata

V Trigeminus Sensoris-motoris Nuklei trigeminal Menerima sensasi bagian

wajah

VI Abducens Motoris Nuklei abducens Mempersarafi rektus

larteral yang menjauhi

mata

VII Facialis Sensoris-motoris Nuklei facialis Menerima sensasi 2/3

bagian lidah dan

mempersarafi kelenjar

saliva

VIII Akustikus Sensoris Nuklei vestibular,

nuklei koklear

Sensitif terhadap bunyi,

rotasi dan gravitasi

IX Glosofaringeus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,

nuklei saliva

inferior, nuklei

solitari

Menerima sensasi 1/3

bagian lidah, mempersarafi

kelenjar parotis

X Vagus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,

nuklei motor

vagal dorsal,

nuklei solitari

Mempersarafi laringeal

dan faringeal,

mempersarafi secara

parasimpatis visera toraks

Page 14: Askep Stroke

dan abdominal

XI Asesorius Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,

nuklei asesoris

spinal

Mengontrol pergerakan

leher

XII Hipoglosus Motoris Nuklei

hipoglossal

Mempersarafi lidah,

penting untuk mengunyah

dan artikulasi

1. Saraf spinal

Saraf-saraf spinal merupakan saraf yang datang dari korda spinalis. Saraf spinal

secara umum terdiri dari saraf aferen dan eferen, di mana serabut untuk saraf

aferen berupa dua serabut dorsal yang keluar dari substansi grisea, dan saraf

eferen berupa empat serabut ventral yang keluar dari substansi alba. Saraf spinal

terdiri dari 8 pasang saraf bagian servikal, 12 pasang saraf bagian torakal, 5

pasang saraf bagian lumbal, 5 pasang saraf bagian sakral, dan 1 pasang saraf

bagian koksigeal.

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang)

yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis.

31 pasang saraf medula spinalis yaitu :

Jumlah Medula spinalis daerah Menuju

8 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot

tangan

12 pasang Punggung Organ-organ dalam

5 pasang Lumbal/pinggang Paha

5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki

Page 15: Askep Stroke

1 pasang Koksigeal Sekitar tulang ekor

2. Saraf otonom

Saraf otonom terdiri atas neuron yang terdapat pada susunan saraf pusat dan

berhubungan dengan ganglion otonom. Jalur saraf otonom yang berjalan dari

susunan saraf pusat terdiri dari dua neuron, yaitu neuron praganglion dan neuron

pascaganglion. Saraf otonom dibagi menjadi saraf simpatis (terletak di daerah

torakolumbal) dan saraf parasimpatis (terletak di daerah kranial dan sakral). Saraf

simpatis ditujukan untuk situasi darurat dan aktifitas yang memerlukan tenaga

besar, sedangkan saraf parasimpatis ditujukan untuk situasi yang tenang/rileks serta

aktifitas umum seperti mencerna.

Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa

perintah oleh otak.

Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan

kelenjar eksokrin.

Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya

bekerja secara antagonis/berlawanan.

a) Sistem saraf simpatik

Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal

spinalis.

Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari

vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai

dengan ke-3.

Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :

1) Mempercepat denyut jantung

2) Memperlebar pembuluh darah

Page 16: Askep Stroke

3) Menghambat pengeluaran air mata

4) Memperluas/memperlebar pupil

5) Menghambat sekresi air ludah

6) Memperbesar bronkus

7) Mengurangi aktivitas kerja usus

8) Menghambat pembentukan urine

b) Sistem saraf parasimpatik

Merupakan sistemsaraf yang keluar dari daerah otak.

Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor

VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).

Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar

dari daerah cranial dan juga dearah sakral.

Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :

1) Memperlambat denyut jantung

2) Mempersempit pembuluh darah

3) Memperlancar pengeluaran air mata

4) Memperkecil pupil

5) Memperlancar sekresi air ludah

6) Menyempitkan bronkus

7) Menambah aktivitas kerja usus

8) Merangsang pembentukan urine

Page 17: Askep Stroke

ASKEP STROKE

 A.  Pengertian

Stroke/CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan gangguan suplai oksigen ke sel-sel syaraf

yang dapat disebabkan oleh pecahnya atau lebih pembuluh darah yang memperdarai otak dengan

tiba-tiba. (Brunner dan Sudart, 2002)

Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat menjadi

akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke

otak dari tempat lain ke tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin, 2001)

Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani secara tepat dan

cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena

terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.

(Muttaqin, 2008)

 B.   Etiologi

1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan

iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis

biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi

serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.

Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Atherosklerosis

Atherosklerosis  adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau

elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.

Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

Page 18: Askep Stroke

- Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi thrombosis.

-.Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus

(embolus)

- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan

aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan

udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat

sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30

detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)

b. Myokard infark

c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga

darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan

embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan

pada endocardium.

3. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau

kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.

Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak

yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang

Page 19: Askep Stroke

berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark

otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.

b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.

c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga

darah arteri langsung masuk vena.

e.Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi

pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum

a. Hipertensi yang parah.

b. Cardiac Pulmonary Arrest

c. Cardiac output turun akibat aritmia

5. Hipoksia setempat

a.Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

 C.  FAKTOR RESIKO

Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.

2.Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.

3. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.

Page 20: Askep Stroke

4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan

faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan )

5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan  pembuluh darah arteri sebelumnya :

penyakit jantung angina, TIA., suplai darah menurun  pada ektremitas.

Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan

prevalensi  stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah:

1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya

itu.

2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun

dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan  secara

langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan MCI.

3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan

stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.

4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada

bukti secara medis yang menyatakan hal ini.

5. Riwayat keluarga.

 

Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1.     Hipertensi

dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya

pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.

2.     Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh

penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan

perdarahan.

Page 21: Askep Stroke

3.    Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja

jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu

dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.

4.    Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan

viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan

microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah

serebral.

5.    Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.

6.    Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi

otak menurun.

7.    Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari

lemak.

8.    Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9.     Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis.

10.  kurang aktivitas fisik

Page 22: Askep Stroke

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh

darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

(Sumber : Brunner and Suddarth)

 

D.  Klasifikasi

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :

1.     stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan

pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga

dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling

banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2.    stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya

terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran

umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

·         TIA’S (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang

sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

·         Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan

maksimal 3 minggu..

·         stroke in Evolution

Page 23: Askep Stroke

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan

bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

·         Complete Stroke

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

(Sumber : Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta)

 

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a.TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa

menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna

dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis

terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen .

Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

E.   Patofisiologi

Aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan

oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun

(karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan

pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan). (Sumber : Hudak

dan Gallo). Perdarahan intraksional biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi

darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan

tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada

arteri di sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah

yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat bekuan

dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Infark regional kortikal, sub kortikal ataupun infark

regional di batang otak terjadi karena daerah perdarahan suatu arteri tidak/ kurang mendapat

Page 24: Askep Stroke

aliran darah. Aliran/ suplai darah tidak disampaikan ke daerah tersebut oleh karena arteri yang

bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai akibat keadaan tersebut bias terjadinya anoksia atau

hypoksia. Bila aliran darah ke otak berkurang sampai 24-30 ml/100 gr jaringan akan terjadi

ischemia untuk jangka waktu yang lama dan bila otak hanya mendapat suplai darah kurang dari

16 ml/100 gr jaringan otak, maka akan terjadi infark jaringan otak yang permanen.(Sumber :

DepKes 1993)

Page 25: Askep Stroke

Pathway Stroke

 

F.  Manifestasi Klinis

·         Kehilangan motorik

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer

terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunter

pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang

berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu

sisi) karena lesi pada satu sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi

tubuh.

Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan hilang atau

menurunnya reflex tendon dalam. Apabila reflek tendon dala ini muncul kembali (biasanya

dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal)

pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat.

·         Kehilangan komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah

penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai

berikut:

a.    Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dan dimengerti

disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk mneghasilkan bicara.

b.    Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau

reseptif

c.     Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).

·         Gangguan persepsi

Page 26: Askep Stroke

Ketidakmampuan untuk meninterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi

persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.

·         Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi

intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam

lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lipa dan kurang motivasi, yang

menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

Depresi umum terjadi dan mungkin akan diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap

penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain yang umum terjadi yaitu labilitas emosional,

bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.

·         Disfungsi kandung kemih

Setelah stroke mungkin pasien mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi,

ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan

urinal/bedpan karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang setelah stroke kandung

kemih menjadi atonik. Dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung

kemih.

(Sumber : Brunner and Suddarth)

 

G.   Prosedur Diagnostik

1.     Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.

2.    CT Scan : memperlihatkan adanya oedem

3.    MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark

4.    Penilaian kekuatan otot

5.    EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak.

Page 27: Askep Stroke

(Sumber : Doenges)

 

H.  Penatalaksanaan Keperawatan

Penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer

dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan

penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip.

Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah

1)     Penanganan suportif imun

a.  Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.

b.  Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.

c.   Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.

2)    Meningkatkan darah cerebral

a.    Elevasi tekanan darah

b.    Intervensi bedah

c.     Ekspansi volume intra vaskuler

d.    Anti koagulan

e.     Pengontrolan tekanan intrakranial

f.     Obat anti edema serebri steroid

g.    Proteksi cerebral (barbitura)

macam-macam obat yang digunakan ( Sumber : Lumban Tobing )

1.     Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)

2.    Obat anti koagulasi : heparin

Page 28: Askep Stroke

3.    Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)

4.    Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)

 

I.  Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi :

·         Hipoksia serebral, diminimalkan dengan member oksigenasi darah adekuat ke otak.

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian

oksigen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit dalam mebantu mempertahankan

oksigenasi jaringan.

·         Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan

integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin viskositas

darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari

untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

·         Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrasi atrium atau dapat

berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak

selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Sumber : Brunner and Suddarth)

 

J.   Asuhan Keperawatan

1.   Pengkajian

·         Anamnesis

Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai macam gejala, diantaranya:

o   Nyeri kepala

o   Kejang, pingsan, gerakan aneh

o   Pening atau vertigo

Page 29: Askep Stroke

o   Masalah penglihatan

o   Kelainan pengdiuman atau penglihatan

o   Kesulitan berbicara

o   Kesulitan menelan

o   Kesulitan berjalan

o   Ekstremitas lemah

o   Gangguan sensori

o   Gerakan involunter dan tremor

o   Masalaha pengendalian sfinkter (buang air besar atau kecil)

o   Gangguan fungsi mental luhur, seperti bingung atau perubahan kepribadian

·         Riwayat penyakit dahulu

o   Adakah penyakit gangguan neurolohis lainnya ?

o   Adakah riwayat penyakit sistemik, khususnya kelainan kardiovaskuler ?

·         Obat obatan

·         Riwayat keluarga

Adakah riwayat penyakit neurologis dalam keluarga?

·         Riwayat sosial

·         Pemeriksaan fisik

o   Bagaimana tingkat kesadaran pasien, tentukan dengan skor koma Glasgow

o   Pandanglah pasien, apakah ada kelainan postur yang jelas, pengecilan otot atau tremor?

o   Periksa ekstremitas atas

Page 30: Askep Stroke

a.    Lakukan inspeksi untuk mencari pengecilan otot yang jelas, tremor, fasikulasi, deformitas,

dan perubahan warna kulit.

b.    Periksa kekuatan, bandingkan kedua lengan. Gunakan skala MRC :

0 lumpuh sempurna

1 masih terlihat kontraksi

2 gerak aktif tanpa gravitasi

3 bergerak melawan arah

4 bergerak melawan tahanan

5 kekuatan normal

c.     Periksa koordinasi dengan tes telunjuk-hidung, gerak cepat jari-jari, gerak cepat bergantian

(jika ada kesulitan = disdiadokokinesis pada gangguan serebelum)

d.    Periksa reflek dengan ketukan biseps, triseps dan supinator

e.     Periksa sensasi. Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan reaksi

panas/dingin.

o   Periksa ekstremitas bawah

a.    Lakukan inspkesi

b.    Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi.

c.     Periksa koordinasi

d.    Periksa sensasi

o   Periksa saraf kranial

a.    Olfaktorius, periksa sensasi penghidu di kedua lubang hidung

Page 31: Askep Stroke

b.    Optikus, periksa ketajaman penglihatan, periksa lapang pandang, periksa reaksi cahaya

langsung dan tak langsung serta akomodasi

c.     Okulomotorius, troklearis, dan abdusen, Cari adanya ptosis (sebelah atau kedua kelopak

mata menutup)

Periksa adanya nigtagmus, tanyakan adanya penglihatan ganda .

d.    Trigeminus, Periksa sensasi wajah terhada raba halus dan tusuk jarum.

Periksa kekuatan otot pengunyah dna temporalis

Tes reflek kornea

Tes ketuk rahang

e.     Fasialis, Periksa oto otot ekspresi wajah (angkat alis, tutup mata kuat kuat, tunjukan gigi)

f.     Vesibulokoklearis, Tes pendengaran, lakukan tes rine dan tes weber

Tes keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan sepanjang garis lurus)

g.    Vagus dan glosofaringeus, Periksa gerak palatum

Periks reflek muntah dan batuk

h.    Aksesorius, Periksa kekuatan otot sternomastoideus dan mengangkat bahu

i.      Hipoglosus, Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot, fasikulasi dan uji kekuatan

j.      Tes fungsi mental luhur

Nilailah kemampuan berbicara

Periksa ingatan

Nilailah kemampuan pemahaman (Sumber : jonathan Gleadle)

 

2.   Diagnosa

Page 32: Askep Stroke

a.    Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan

oklusif, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.

§  Tujuan :

Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan motorik /sensorik.

§  Intervensi :

o   Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan

normalnya atau standar.

o   Pantau tanda-tanda vital.

o   Catat perubahan data penglihatan seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang atau ke

dalam persepsi.

o   Kaji fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara.

o   Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).

o   Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung atau

aktivitas pasien sesuai indikasi.

o   Cegah terjadinya mengejan saat terjadinya defekasi dan pernafasan yang memaksa (batuk

terus menerus).

o   Kolaborasi dalam pembarian oksigen dan obat sesuai indikasi

(Doenges, 2000).

 

b.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi neurologis.

§  Tujuan :

Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau

kompensasi

Page 33: Askep Stroke

§  Intervensi :

o   Kaji kemampuan fungsional dan beratnya kelainan.

o   Pertahankan kesejajaran tubuh (gunakan papan tempat tidur, matras udara atau papan baku

sesuai indikasi.

o   Balikkan dan ubah posisi tiap 2 jam.

o   Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan bantal.

o   Lakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif untuk semua ekstremitas setiap 2 jam sampai 4

jam.

o   Berikan dorongan tangan, jari-jari dan latihan kaki.

o   Bantu pasien dengan menggunakan alat penyokong sesuai indikasi.

o   Berikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari.

o   Mulai ambulasi progresif sesuai pesanan bantu untuk duduk dalam posisi seimbang mulai dari

prosedur pindah dari tempat tidur ke kursi untuk mencapai keseimbangan.

 

c.     Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada hemisfer bahasa

atau wicara (kiri atau kanan)

§  Tujuan :

o   pasien dapat mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi

o   pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan

§  Intervensi :

o   Bedakan antara gangguan bahasa dan gangguan wicara.

o   Kolaborasikan dengan praktis bicara untuk mengevaluasi pasien dan merancang rencana.

Page 34: Askep Stroke

o   Ciptakan suatu atmosfir penerimaan dan privasi.

o   Buat semua upaya untuk memahami komunikasi pasien, mendengar dengan penuh perhatian,

ulangi pesan pasien kembali pada pasien untuk memastikan pengertian, abaikan ketidaktepatan

penggunaan kata, jangan memperbaiki kesalahan, jangan pura-pura mengerti bila tidak mengerti,

minta pasien untuk mengulang.

o   Ajarkan pasien tehnik untuk memperbaiki wicara, instruksikan bicara lambat dan dalam

kalimat pendek pada awalnya, tanyakan pertanyaan yang dapat dijawabnya ya atau tidak.

o   Gunakan strategi untuk memperbaiki pemahaman pasien, dapatkan pengetahuan pasien

sebelum bicara padanya, panggil dengan menyebutkan nama pasien, lakukan pola bicara yang

konsisten, gunakan sentuhan dan perilaku untuk berkomunikasi dengan tenang

 

d.    Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik dan gangguan proses

kognitif.

§  Tujuan :

Pasien dapat menolong diri sendiri sesuai kondisinya, dan dapat mengungkapkan kebutuhannya.

§  Intervensi :

o   Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toile

training).

o   Lakukan perawatan kulit selama 4-5 jam, gunakan loiton yang mengandung minyak, inspeksi

bagian di atas tulang yang menonjol setiap hari untuk mengetahui adanya kerusakan.

o   Berikan hygiene fisik total, sesuai indikasi, sisi rambut setiap hari, kerams setiap minggu

sesuai indikasi.

o   Lakukan oral hygiene setiap 4-8 jam, sikat gigi, bersihkan membran mukosa dengan pembilas

mulut, jaga agar kuku tetap terpotong rapi dan bersih.

o   Kaji dan pantau status nutrisi.

Page 35: Askep Stroke

o   Perbanyak masukan cairan sampai 2000 ml/hari kecuali terhadap kontra indikasi.

o   Pastikan eliminasi yang teratur.

o   Berikan pelunak feses enema sesuai pesanan.

 

e.     Perubahan persepsi sensori berhubugnan dengan stres psikologis (penyempitan lapang

perseptual yang disebabkan oleh ansietas)

§  Tujuan :

o   Pasien dapat memulai dan mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perceptual

o   Pasien dapat mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual

§  Intervensi :

o   Evaluasi terhadap adanya gangguan penglihatan. Catat adanya penurunan lapang pandang,

perubahan ketajaman persepsi, adanya diplobia.

o   Dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal, biarkan lampu menyala, letakkan benda

dalam jangkauan lapang penglihatan yang normal, tutup mata yang sakit jika perlu.

o   Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.

o   Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas atau dingin, tajam atau tumpul, posisi

bagian tubuh atau otot, rasa persendian.

o   Berikan stimulus terhadap rasa atau sentuhan

o   Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan

o   Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh

tertentu.

o   Observasi respon perilaku pasien seperti rasa permusuhan, menangis, efek tidak sesuai,

agitasi, halusinasi.

Page 36: Askep Stroke

o   Hilangkan kebisingan atau stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan.

o   Bicara dengan tenang, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek, pertahankan

kontak mata (Sumber : Doenges).

 

f.     Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang motorik

atau persepsi.

§  Tujuan :

pasien dapat terhindar dari resiko cedera atau terjatuh

§  Intervensi :

o   Lakukan tindakan yang mengurangi bahaya lingkungan : orientasi pasien dengan lingkungan

sekitarnya, instruksikan pasien untuk menggunakan bel pemanggil untuk meminta bantuan,

pertahankan tempat tidur dan posisi rendah dengan atau semua bagian pengaman tempat tidur

terpasang.

o   Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan dengan menggunakan

termometer bila ada.

o   Kaji ekstremitas setiap hari terhadai cidera yang tidak terdeteksi.

o   Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion

o   Konsul dengan ahli terapi dengan pelatihan postur.

o   Ajarkan pasien dengan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah (Sumber :

Carpenito).

 

g.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi, keterbatasan kognitif, kurang mengingat, tidak mengenal sumber dan informasi.

§  Tujuan :

Page 37: Askep Stroke

o   Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar

o   Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang prognosis/kondisi serta aturan terapeutik

o   Pasien dapat memulai gaya hidup yang diperlukan

§  Intervensi :

o   Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada pasien.

o   Diskusikan rencana untuk memenuhi perawatan diri.

o   Identifikasi faktor resiko (seperti hipertensi, merokok, aterosklerosis, dan lain-lain) dan

perubahan pola hidup yang penting.

o   Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara menerus (Doenges, 2000)

3.   Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

a.    Mencapai peningkatan mobilisasi

Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop

Berpartisipasi dalam program latihan

Mencapai keseimbangan saat duduk

Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi pada sisi yang

hemiplegia

b.    Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan adaptasi

terhadap alat-alat

c.     Pembuangan kandung kemih dapat diatur

d.    Berpatisipasi dalam program meningkatkan kognisi

e.     Adanya peningkatan komunikasi

Page 38: Askep Stroke

o   Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya kerusakan; memperlihatkan turgor kulit tetap

normal dan berpartisipasi dalam aktivitas membalikkan badan dan posisi

f.     Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan menggunakan mekanisme

koping

o   Mendukung program latihan

o   Turut aktif dalam proses rehabilitasi

g.    Tidak terjasi komplikasi

o   Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien

o   As darah arteri dalam batas normal

 

Page 39: Askep Stroke

Daftar Pustaka :

Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.

Brunner, I, S dan Suddarnth, Drs (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Vol2 Jakarta:

EGC

Carwin, J, E (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Gleadle, Jonathan., 2005, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, EMS, Jakarta.

Mardjono Mahar, Sidharta Priguna., 2006, Neurologi Klinis Dasar , P.T Dian Rakyat, Jakarta.

Muttaqin. A (2008), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:

Salemba Medika

Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,

Jakarta