askep stroke
DESCRIPTION
intiip yuukTRANSCRIPT
Anatomi dan Fisiologi Saraf
Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon
rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf.
Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan sistem saraf
pusat (yakni otak dan sumsum tulang belakang) dan antar bagian sistem saraf dengan lainnya.
Saraf membawa impuls dari dan ke otak atau pusat saraf. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel
saraf, meski istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak
membentuk saraf. Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa sinyal
sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke
otot-otot dan kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau disebut
potensial akson.
ISTILAH PENTING
IMPULS yaitu rangsangan atau pesan. Disampaikan melalui senyawa kimia
dalam tubuh yaitu asetilkolin.
RESEPTOR yaitu struktur yang dapat menerima impuls. Dapat berupa sel,
jaringan atau organ, alat gerak, otot.
EFEKTOR yaitu struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel,
jaringan atau organ, alat gerak, otot.
Neruon atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh
tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke
tempat yang dituju.
Organel penyusun sel Neuron
1. Dendrite merupakan penjuluran pnedek yang keluar dari badan sel. Berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari luar sel neuron ke dalam badan sel.
2. Badans sel merupakan bagian neuron yang banyak mengandung cairan sel (sitoplasma)
dan terdapatnya nucleus (inti sel). Berfungsi sebagai penerima impuls dari dendrti dan
menghantarkannya menuju axon dengan perantaraan sitoplasma.
3. Sitoplasma merupakan cairan pengisi badan sel. Berfungsi untuk mempercepat
penyampaian/penghantaran impuls dalam sel.
4. Nucleus merupakan bagian terpenting dari sel.benetuknya akan menyesuaikan bentuk sel.
Berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan pembelahan sel.
5. Axon/neurit merupakan poenjukluran yang panjang yang keluar dari badan sel.
Berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan menghantarkannya ke percabangan
axon.
6. Percabangan axon merupakan bagian dari axon yang bercabang-cabang. Berfungsi
menerima impuls dari axon.
7. Selubung neurolema/neurilema merupakan selaput tipis yang berda paling luar dari axon.
Berfungsi untuk melindungi axon serta memberikan nutrisi pada axon serta regenrasi
pada selubung mielin.
8. Selubung myelin merupakan selaput tipis yang berhubungan langsung dengan axon dan
terletak setelah selubung neurilema. Berfungsi untuk melindungi axon dan memberikan
nutrisi pada axon.
9. Sel Schwann merupakan sel-sel yangterdapat di dalam selubung myelin. Berfungsi untuk
memperbaiki sel axon yang rusak/regenerasi.
10. Nodus Ranvier merupakan celah diantara axonyang tidak tertutup oleh selubung
neurilema. Berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls ke neuron.
Pembagian sel neuron
a. Berdasarkan fungsinya :
1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls
dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).
2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls
dari SSP ke efektor.
3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan saraf sensorik
dengan saraf motorik di dalam SSP.
b. Berdasarkan strukturnya :
1. Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang bercabang.
2. Neuron bipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite.
3. Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah dendrite.
Sinapsis
Merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain.
biasanya terjadi dari ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain.
Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di
dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion,baik ion
positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls
yang satu dengan yang lain, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan
asetilkolin pembawa impuls yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian
impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim
(transmitter).
Muatan listrik dalam neuron
Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda
antara lapisan luar dan lapisan dalam axon.
Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik
positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam.
Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik
positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar.
Gerakan berdasarkan tanggapan impuls
1. Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari dan impuls akan diolah oleh SSP (otak dan
medulla spinalis) terbeih dahulu sebelum terjadi gerakan.
Skema/bagan gerakan biasa
Impuls reseptor neuron sensorik medulla spinalis otak Medulla spinalis
interneuron neuron motorik Efektor gerakan
2. Gerak refleks merupakan gerakan yang tanpa disadari karena menanggapi impuls secara
langsung. Sehingga sifat gerakan ini tidak diolah terlebih dahulu oleh otak. Jarak
terpendek efektor dalam menanggapi impuls disebut dengan lengkung refleks.
Skema/bagan gerak refleks
Impuls reseptor neuron sensorik medulla spinalis interneuron
Neuron motorik efektor gerakan.
3. Macam gerakan refleks tergantung dari tanggapan efektor terhadap impuls yang ada. Bila
tanggapan terhadap impuls melibatkan satu efektor saja, maka disebut dengan refleks
tunggal. Jika tanggapan terhadap impuls melibatkan lebih dari 1 efektor maka disebut
dengan refleks kompleks.
Sistem saraf merupakan salah satu dari dua sistem utama kontrol tubuh, selain sistem
endokrin. Secara umum sistem saraf dibagi dua, yaitu :
1) sistem saraf pusat. Pengorganisasian sistem saraf pusat meliputi otak dan korda
spinalis.
2) sistem saraf tepi ( Perifer ) meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan saraf otonom
A. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang
belakang (bahasa Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1) Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
1) Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan
jembatan varol.
a) Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.
Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi mengatur
kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi
mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.
Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf.
Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang bayak mengandung dendrite dan neurit.
Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan impuls
menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi
kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan,
memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.
Mempunyai 4 macam lobus yaitu :
Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.
Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran
Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.
Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori, kemauan,
nalar, sikap.
b) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.
Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan
pendengaran.
a. Diencephalaon
Merupakan bagia otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan
mesencephalon.
Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls yang sampai di
otak dan medulla spinalis.
Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu
tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.
c) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi sebagai
pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi
tubuh.
Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum
bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari otot-otot belahan kiri dan kanan.
d) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks
fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
e) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
Meninges
Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput
meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Meninges
Meninges pada sistem saraf pusat
Meninges adalah sistem membran yang melapisi sistem saraf pusat. Meningen tersusun
atas unsur kolagen dan fibril yang elastis serta cairan serebrospinal. Meninges terbagi menjadi
tiga lapisan, yaitu durameter, arachnoid dan piameter. Fungsi utama meninges dan kelenjar
serebrospinal adalah untuk melindungi sistem saraf pusat.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1) Durameter ; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai
endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala.
Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural. Dura mater
kadangkala disebut pachimeningen atau meningen fibrosa karena tebal, kuat, dan
mengandung serabut kolagen. Pada dura mater dapat diamati adanya serabut elastis,
fibrosit, saraf, pembuluh darah, dan limfe. Lapisan dalam dura mater terdiri dari beberapa
lapis fibrosit pipih dan sel-sel luar dari lapisan arachnoid
2) Arachnoidea mater ; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan
untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. Lapisan arachnoid terdiri atas
fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Lapisan arachnoid mempunyai dua
komponen, yaitu suatu lapisan yang berhubungan dengan dura mater dan suatu sistem
trabekula yang menghubungkan lapisan tersebut dengan pia mater. Ruangan di antara
trabekula membentuk ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal dan sama
sekali dipisahkan dari ruang subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid melubangi dura
mater, dengan membentuk penonjolan yang membentuk trabekula di dalam sinus venous
dura mater. Bagian ini dikenal dengan vilus arachnoidalis yang berfungsi memindahkan
cairan serebrospinal ke darah sinus venous. Arachnoid merupakan selaput yang tipis dan
transparan. Arachnoid berbentuk seperti jaring laba-laba. Antara Arachnoid dan piameter
terdapat ruangan berisi cairan yang berfungsi untuk melindungi otak bila terjadi benturan.
Baik arachnoid dan piameter kadang-kadang disebut sebagai leptomeninges.
3) Piameter . Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan
permukaan otak. Piameter adalah membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini
melekat pada otak. Pia mater mengandung sedikit serabut kolagen dan membungkus
seluruh permukaan sistem saraf pusat dan vaskula besar yang menembus otak.
1. Sumsum Tulang Belakang (Medula)
Sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari
sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang. Fungsi
utama sumsum tulang belakang adalah transmisi pemasukan rangsangan antara periferi dan otak.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang
sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk
dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke
sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf
penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
A. Medulla oblongata
Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.
Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di
depan cerebellum.
Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian
medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.
Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk,
bersin,sendawa.
B. Medulla spinalis
Disebut denga sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang
belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang kedua.
Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak
dan dari otak ke organ tubuh.
C. Sistem Saraf Perifer ( Sistem saraf Tepi )
Neuroanatomi sistem saraf perifer
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ
tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya
rentan terhadap racun dan luka mekanis. Sistem saraf tepi meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan
saraf otonom. Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar.
Sistem saraf
Struktur Neuron · Sel glia
Susunan Sistem
saraf
pusat
Otak · Medulla
spinalis · Medulla
oblongata
Sistem
saraf
tepi
Sistem
saraf
sadar
Saraf kranial ·
Saraf spinal
Sistem Saraf
saraf
tak
sadar
simpatetik ·
Saraf
parasimpatetik
Neurotransmiter
Asetilkolin · Adrenalin ·
Noradrenalin · Dopamin ·
Serotonin
1. Sistem saraf sadar/somatik
Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh
otak. Bedakan menjadi dua yaitu :
a. Sistem saraf pada otak
Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12
pasang saraf yaitu :
1) Saraf kranial
Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari
saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian
dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II,
VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan
(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan
hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi.
Saraf-saraf kranial
Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti
mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara
yang lainnya mencuat dari batang otak.Saraf-saraf kranial merupakan saraf yang datang dari
batang otak. Jumlah saraf ini ada dua belas, sepuluh di antaranya (saraf III-X) berasal langsung
dari batang otak. Saraf-saraf ini terdiri dari N. olfaktori (I), N. optikus (II), N. okulomotoris (III),
N. troklearis (IV), N. trigeminus (V), N. abducens (VI), N. facialis (VII), N. vestibulokoklearis
(VIII), N. glosofaringeus (IX), N. vagus (X), N. asesorius (XI), dan N. hipoglosus (XII).
Digolongkan secara arah penghantaran impulsnya, saraf I, II, dan VIII merupakan berkas saraf
sensoris, saraf III, IV, VI, XII merupakan saraf motoris, sedangkan saraf V, VII, IX, X, dan XI
merupakan saraf sensoris-motoris.
No Saraf Sensoris/motoris Nuklei Fungsi
I Olfaktori Sensoris Nuklei olfaktori
anterior
Mentransmisikan
informasi penciuman
II Optikus Sensoris Nuklei geniculate Mentransmisikan
lateral informasi pendengaran
III Okulomotoris Motoris Nuklei
okulomotor,
nuklei Edinge-
Westphal
Mengatur pergerakan bola
mata
IV Troklearis Motoris Nuklei troklear Depresi dan rotasi lateral
bola mata
V Trigeminus Sensoris-motoris Nuklei trigeminal Menerima sensasi bagian
wajah
VI Abducens Motoris Nuklei abducens Mempersarafi rektus
larteral yang menjauhi
mata
VII Facialis Sensoris-motoris Nuklei facialis Menerima sensasi 2/3
bagian lidah dan
mempersarafi kelenjar
saliva
VIII Akustikus Sensoris Nuklei vestibular,
nuklei koklear
Sensitif terhadap bunyi,
rotasi dan gravitasi
IX Glosofaringeus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,
nuklei saliva
inferior, nuklei
solitari
Menerima sensasi 1/3
bagian lidah, mempersarafi
kelenjar parotis
X Vagus Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,
nuklei motor
vagal dorsal,
nuklei solitari
Mempersarafi laringeal
dan faringeal,
mempersarafi secara
parasimpatis visera toraks
dan abdominal
XI Asesorius Sensoris-motoris Nuklei ambiguus,
nuklei asesoris
spinal
Mengontrol pergerakan
leher
XII Hipoglosus Motoris Nuklei
hipoglossal
Mempersarafi lidah,
penting untuk mengunyah
dan artikulasi
1. Saraf spinal
Saraf-saraf spinal merupakan saraf yang datang dari korda spinalis. Saraf spinal
secara umum terdiri dari saraf aferen dan eferen, di mana serabut untuk saraf
aferen berupa dua serabut dorsal yang keluar dari substansi grisea, dan saraf
eferen berupa empat serabut ventral yang keluar dari substansi alba. Saraf spinal
terdiri dari 8 pasang saraf bagian servikal, 12 pasang saraf bagian torakal, 5
pasang saraf bagian lumbal, 5 pasang saraf bagian sakral, dan 1 pasang saraf
bagian koksigeal.
Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang)
yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis.
31 pasang saraf medula spinalis yaitu :
Jumlah Medula spinalis daerah Menuju
8 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot
tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam
5 pasang Lumbal/pinggang Paha
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang Koksigeal Sekitar tulang ekor
2. Saraf otonom
Saraf otonom terdiri atas neuron yang terdapat pada susunan saraf pusat dan
berhubungan dengan ganglion otonom. Jalur saraf otonom yang berjalan dari
susunan saraf pusat terdiri dari dua neuron, yaitu neuron praganglion dan neuron
pascaganglion. Saraf otonom dibagi menjadi saraf simpatis (terletak di daerah
torakolumbal) dan saraf parasimpatis (terletak di daerah kranial dan sakral). Saraf
simpatis ditujukan untuk situasi darurat dan aktifitas yang memerlukan tenaga
besar, sedangkan saraf parasimpatis ditujukan untuk situasi yang tenang/rileks serta
aktifitas umum seperti mencerna.
Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa
perintah oleh otak.
Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin.
Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya
bekerja secara antagonis/berlawanan.
a) Sistem saraf simpatik
Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal
spinalis.
Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari
vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai
dengan ke-3.
Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :
1) Mempercepat denyut jantung
2) Memperlebar pembuluh darah
3) Menghambat pengeluaran air mata
4) Memperluas/memperlebar pupil
5) Menghambat sekresi air ludah
6) Memperbesar bronkus
7) Mengurangi aktivitas kerja usus
8) Menghambat pembentukan urine
b) Sistem saraf parasimpatik
Merupakan sistemsaraf yang keluar dari daerah otak.
Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor
VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).
Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar
dari daerah cranial dan juga dearah sakral.
Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
1) Memperlambat denyut jantung
2) Mempersempit pembuluh darah
3) Memperlancar pengeluaran air mata
4) Memperkecil pupil
5) Memperlancar sekresi air ludah
6) Menyempitkan bronkus
7) Menambah aktivitas kerja usus
8) Merangsang pembentukan urine
ASKEP STROKE
A. Pengertian
Stroke/CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan gangguan suplai oksigen ke sel-sel syaraf
yang dapat disebabkan oleh pecahnya atau lebih pembuluh darah yang memperdarai otak dengan
tiba-tiba. (Brunner dan Sudart, 2002)
Stroke merupakan cedera otak yang berkaitan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat menjadi
akibat pembentukan trombus ke otak/di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke
otak dari tempat lain ke tubuh atau akibat perdarahan otak. (Corwin, 2001)
Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani secara tepat dan
cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
(Muttaqin, 2008)
B. Etiologi
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
-.Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga
darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan
pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena.
e.Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a.Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.
2.Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.
3. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.
4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan
faktor pembekuan darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan )
5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya :
penyakit jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada ektremitas.
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan
prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah:
1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya
itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun
dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara
langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan
stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada
bukti secara medis yang menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi
dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya
pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan
perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja
jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu
dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan
microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah
serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi
otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari
lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh
darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
(Sumber : Brunner and Suddarth)
D. Klasifikasi
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
1. stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling
banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
· TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
· Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan
maksimal 3 minggu..
· stroke in Evolution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan
bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
· Complete Stroke
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
(Sumber : Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta)
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a.TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen .
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
E. Patofisiologi
Aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan
oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun
(karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan
pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan). (Sumber : Hudak
dan Gallo). Perdarahan intraksional biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi
darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan
tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada
arteri di sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah
yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat bekuan
dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Infark regional kortikal, sub kortikal ataupun infark
regional di batang otak terjadi karena daerah perdarahan suatu arteri tidak/ kurang mendapat
aliran darah. Aliran/ suplai darah tidak disampaikan ke daerah tersebut oleh karena arteri yang
bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai akibat keadaan tersebut bias terjadinya anoksia atau
hypoksia. Bila aliran darah ke otak berkurang sampai 24-30 ml/100 gr jaringan akan terjadi
ischemia untuk jangka waktu yang lama dan bila otak hanya mendapat suplai darah kurang dari
16 ml/100 gr jaringan otak, maka akan terjadi infark jaringan otak yang permanen.(Sumber :
DepKes 1993)
Pathway Stroke
F. Manifestasi Klinis
· Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer
terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunter
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada satu sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi
tubuh.
Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan hilang atau
menurunnya reflex tendon dalam. Apabila reflek tendon dala ini muncul kembali (biasanya
dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal)
pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat.
· Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah
penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dan dimengerti
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk mneghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
· Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk meninterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi
persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.
· Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam
lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lipa dan kurang motivasi, yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
Depresi umum terjadi dan mungkin akan diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap
penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain yang umum terjadi yaitu labilitas emosional,
bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
· Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke mungkin pasien mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal/bedpan karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang setelah stroke kandung
kemih menjadi atonik. Dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung
kemih.
(Sumber : Brunner and Suddarth)
G. Prosedur Diagnostik
1. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
2. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem
3. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark
4. Penilaian kekuatan otot
5. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak.
(Sumber : Doenges)
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer
dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan
penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip.
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah
1) Penanganan suportif imun
a. Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
b. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
c. Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2) Meningkatkan darah cerebral
a. Elevasi tekanan darah
b. Intervensi bedah
c. Ekspansi volume intra vaskuler
d. Anti koagulan
e. Pengontrolan tekanan intrakranial
f. Obat anti edema serebri steroid
g. Proteksi cerebral (barbitura)
macam-macam obat yang digunakan ( Sumber : Lumban Tobing )
1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2. Obat anti koagulasi : heparin
3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)
4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
I. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi :
· Hipoksia serebral, diminimalkan dengan member oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian
oksigen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit dalam mebantu mempertahankan
oksigenasi jaringan.
· Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin viskositas
darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
· Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Sumber : Brunner and Suddarth)
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
· Anamnesis
Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai macam gejala, diantaranya:
o Nyeri kepala
o Kejang, pingsan, gerakan aneh
o Pening atau vertigo
o Masalah penglihatan
o Kelainan pengdiuman atau penglihatan
o Kesulitan berbicara
o Kesulitan menelan
o Kesulitan berjalan
o Ekstremitas lemah
o Gangguan sensori
o Gerakan involunter dan tremor
o Masalaha pengendalian sfinkter (buang air besar atau kecil)
o Gangguan fungsi mental luhur, seperti bingung atau perubahan kepribadian
· Riwayat penyakit dahulu
o Adakah penyakit gangguan neurolohis lainnya ?
o Adakah riwayat penyakit sistemik, khususnya kelainan kardiovaskuler ?
· Obat obatan
· Riwayat keluarga
Adakah riwayat penyakit neurologis dalam keluarga?
· Riwayat sosial
· Pemeriksaan fisik
o Bagaimana tingkat kesadaran pasien, tentukan dengan skor koma Glasgow
o Pandanglah pasien, apakah ada kelainan postur yang jelas, pengecilan otot atau tremor?
o Periksa ekstremitas atas
a. Lakukan inspeksi untuk mencari pengecilan otot yang jelas, tremor, fasikulasi, deformitas,
dan perubahan warna kulit.
b. Periksa kekuatan, bandingkan kedua lengan. Gunakan skala MRC :
0 lumpuh sempurna
1 masih terlihat kontraksi
2 gerak aktif tanpa gravitasi
3 bergerak melawan arah
4 bergerak melawan tahanan
5 kekuatan normal
c. Periksa koordinasi dengan tes telunjuk-hidung, gerak cepat jari-jari, gerak cepat bergantian
(jika ada kesulitan = disdiadokokinesis pada gangguan serebelum)
d. Periksa reflek dengan ketukan biseps, triseps dan supinator
e. Periksa sensasi. Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan reaksi
panas/dingin.
o Periksa ekstremitas bawah
a. Lakukan inspkesi
b. Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi.
c. Periksa koordinasi
d. Periksa sensasi
o Periksa saraf kranial
a. Olfaktorius, periksa sensasi penghidu di kedua lubang hidung
b. Optikus, periksa ketajaman penglihatan, periksa lapang pandang, periksa reaksi cahaya
langsung dan tak langsung serta akomodasi
c. Okulomotorius, troklearis, dan abdusen, Cari adanya ptosis (sebelah atau kedua kelopak
mata menutup)
Periksa adanya nigtagmus, tanyakan adanya penglihatan ganda .
d. Trigeminus, Periksa sensasi wajah terhada raba halus dan tusuk jarum.
Periksa kekuatan otot pengunyah dna temporalis
Tes reflek kornea
Tes ketuk rahang
e. Fasialis, Periksa oto otot ekspresi wajah (angkat alis, tutup mata kuat kuat, tunjukan gigi)
f. Vesibulokoklearis, Tes pendengaran, lakukan tes rine dan tes weber
Tes keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan sepanjang garis lurus)
g. Vagus dan glosofaringeus, Periksa gerak palatum
Periks reflek muntah dan batuk
h. Aksesorius, Periksa kekuatan otot sternomastoideus dan mengangkat bahu
i. Hipoglosus, Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot, fasikulasi dan uji kekuatan
j. Tes fungsi mental luhur
Nilailah kemampuan berbicara
Periksa ingatan
Nilailah kemampuan pemahaman (Sumber : jonathan Gleadle)
2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, gangguan
oklusif, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.
§ Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan motorik /sensorik.
§ Intervensi :
o Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya atau standar.
o Pantau tanda-tanda vital.
o Catat perubahan data penglihatan seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang atau ke
dalam persepsi.
o Kaji fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara.
o Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).
o Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung atau
aktivitas pasien sesuai indikasi.
o Cegah terjadinya mengejan saat terjadinya defekasi dan pernafasan yang memaksa (batuk
terus menerus).
o Kolaborasi dalam pembarian oksigen dan obat sesuai indikasi
(Doenges, 2000).
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi neurologis.
§ Tujuan :
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau
kompensasi
§ Intervensi :
o Kaji kemampuan fungsional dan beratnya kelainan.
o Pertahankan kesejajaran tubuh (gunakan papan tempat tidur, matras udara atau papan baku
sesuai indikasi.
o Balikkan dan ubah posisi tiap 2 jam.
o Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan bantal.
o Lakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif untuk semua ekstremitas setiap 2 jam sampai 4
jam.
o Berikan dorongan tangan, jari-jari dan latihan kaki.
o Bantu pasien dengan menggunakan alat penyokong sesuai indikasi.
o Berikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas kebutuhan sehari-hari.
o Mulai ambulasi progresif sesuai pesanan bantu untuk duduk dalam posisi seimbang mulai dari
prosedur pindah dari tempat tidur ke kursi untuk mencapai keseimbangan.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada hemisfer bahasa
atau wicara (kiri atau kanan)
§ Tujuan :
o pasien dapat mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
o pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
§ Intervensi :
o Bedakan antara gangguan bahasa dan gangguan wicara.
o Kolaborasikan dengan praktis bicara untuk mengevaluasi pasien dan merancang rencana.
o Ciptakan suatu atmosfir penerimaan dan privasi.
o Buat semua upaya untuk memahami komunikasi pasien, mendengar dengan penuh perhatian,
ulangi pesan pasien kembali pada pasien untuk memastikan pengertian, abaikan ketidaktepatan
penggunaan kata, jangan memperbaiki kesalahan, jangan pura-pura mengerti bila tidak mengerti,
minta pasien untuk mengulang.
o Ajarkan pasien tehnik untuk memperbaiki wicara, instruksikan bicara lambat dan dalam
kalimat pendek pada awalnya, tanyakan pertanyaan yang dapat dijawabnya ya atau tidak.
o Gunakan strategi untuk memperbaiki pemahaman pasien, dapatkan pengetahuan pasien
sebelum bicara padanya, panggil dengan menyebutkan nama pasien, lakukan pola bicara yang
konsisten, gunakan sentuhan dan perilaku untuk berkomunikasi dengan tenang
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik dan gangguan proses
kognitif.
§ Tujuan :
Pasien dapat menolong diri sendiri sesuai kondisinya, dan dapat mengungkapkan kebutuhannya.
§ Intervensi :
o Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, makan, toile
training).
o Lakukan perawatan kulit selama 4-5 jam, gunakan loiton yang mengandung minyak, inspeksi
bagian di atas tulang yang menonjol setiap hari untuk mengetahui adanya kerusakan.
o Berikan hygiene fisik total, sesuai indikasi, sisi rambut setiap hari, kerams setiap minggu
sesuai indikasi.
o Lakukan oral hygiene setiap 4-8 jam, sikat gigi, bersihkan membran mukosa dengan pembilas
mulut, jaga agar kuku tetap terpotong rapi dan bersih.
o Kaji dan pantau status nutrisi.
o Perbanyak masukan cairan sampai 2000 ml/hari kecuali terhadap kontra indikasi.
o Pastikan eliminasi yang teratur.
o Berikan pelunak feses enema sesuai pesanan.
e. Perubahan persepsi sensori berhubugnan dengan stres psikologis (penyempitan lapang
perseptual yang disebabkan oleh ansietas)
§ Tujuan :
o Pasien dapat memulai dan mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perceptual
o Pasien dapat mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual
§ Intervensi :
o Evaluasi terhadap adanya gangguan penglihatan. Catat adanya penurunan lapang pandang,
perubahan ketajaman persepsi, adanya diplobia.
o Dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal, biarkan lampu menyala, letakkan benda
dalam jangkauan lapang penglihatan yang normal, tutup mata yang sakit jika perlu.
o Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.
o Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas atau dingin, tajam atau tumpul, posisi
bagian tubuh atau otot, rasa persendian.
o Berikan stimulus terhadap rasa atau sentuhan
o Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan
o Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh
tertentu.
o Observasi respon perilaku pasien seperti rasa permusuhan, menangis, efek tidak sesuai,
agitasi, halusinasi.
o Hilangkan kebisingan atau stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan.
o Bicara dengan tenang, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek, pertahankan
kontak mata (Sumber : Doenges).
f. Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang motorik
atau persepsi.
§ Tujuan :
pasien dapat terhindar dari resiko cedera atau terjatuh
§ Intervensi :
o Lakukan tindakan yang mengurangi bahaya lingkungan : orientasi pasien dengan lingkungan
sekitarnya, instruksikan pasien untuk menggunakan bel pemanggil untuk meminta bantuan,
pertahankan tempat tidur dan posisi rendah dengan atau semua bagian pengaman tempat tidur
terpasang.
o Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan dengan menggunakan
termometer bila ada.
o Kaji ekstremitas setiap hari terhadai cidera yang tidak terdeteksi.
o Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
o Konsul dengan ahli terapi dengan pelatihan postur.
o Ajarkan pasien dengan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah (Sumber :
Carpenito).
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi, keterbatasan kognitif, kurang mengingat, tidak mengenal sumber dan informasi.
§ Tujuan :
o Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar
o Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang prognosis/kondisi serta aturan terapeutik
o Pasien dapat memulai gaya hidup yang diperlukan
§ Intervensi :
o Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada pasien.
o Diskusikan rencana untuk memenuhi perawatan diri.
o Identifikasi faktor resiko (seperti hipertensi, merokok, aterosklerosis, dan lain-lain) dan
perubahan pola hidup yang penting.
o Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara menerus (Doenges, 2000)
3. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Mencapai peningkatan mobilisasi
Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
Berpartisipasi dalam program latihan
Mencapai keseimbangan saat duduk
Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi pada sisi yang
hemiplegia
b. Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan adaptasi
terhadap alat-alat
c. Pembuangan kandung kemih dapat diatur
d. Berpatisipasi dalam program meningkatkan kognisi
e. Adanya peningkatan komunikasi
o Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya kerusakan; memperlihatkan turgor kulit tetap
normal dan berpartisipasi dalam aktivitas membalikkan badan dan posisi
f. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan menggunakan mekanisme
koping
o Mendukung program latihan
o Turut aktif dalam proses rehabilitasi
g. Tidak terjasi komplikasi
o Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien
o As darah arteri dalam batas normal
Daftar Pustaka :
Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.
Brunner, I, S dan Suddarnth, Drs (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Vol2 Jakarta:
EGC
Carwin, J, E (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Gleadle, Jonathan., 2005, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, EMS, Jakarta.
Mardjono Mahar, Sidharta Priguna., 2006, Neurologi Klinis Dasar , P.T Dian Rakyat, Jakarta.
Muttaqin. A (2008), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,
Jakarta