askep reumatik
DESCRIPTION
askep reumatikTRANSCRIPT
ASKEP KOMUNITAS KELUARGA
TENTANG HIPERTENSI
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 4
Deffy M.P
Edo Prima
Eka Budi
Imron Aji
Putri Dita
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA
MEDIKA
JOMBANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Salah satu
dampak yang perlu diperhatikan yaitu semakin bertambahnya usia seseorang
dapat mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, yang mana organ-organ
tubuh baik struktur maupun fungsinya mengalami penurunan, sehingga lansia
mudah terserang penyakit. Hasil pengkajian pada keluarga didapatkan masalah
pada dengan keluhan lutut terasa sakit, kaku dan pegal linu dan belum pernah
diperiksakan ke tenaga kesehatan dan diobati sendiri dengan membeli obat atau
jamu diwarung.
Penyakit reumatik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok
penyakit dengan manifestasi klinis berupa nyeri menahun pada sistem
muskuloskeletal, kekakuan sendi serta pembengkakan jaringan sekitar sendi dan
tendo. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi tetapi penyakit reumatik
dapat pula mengenai jaringan ekstra-artikuler. Masyarakat umumnya
menganggap rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan
kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota
tubuh berfungsi tidak normal. Mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit
berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Artritis reumatoid merupakan
inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar
3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur
20-30 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1.
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan
sendi-sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
Penyakit Reumatik harus diwaspadai oleh masyarakat. Oleh karena itu,
penting sekali membekali pengetahuan bagi masyarakat untuk memahami
tentang ruang lingkup bahkan informasi lainnya mengenai Reumatik. Oleh
sebab itu maka akan di adakannya promosi kesehatan ataupun pendidikan
kesehatan bagi masyarakat untuk mengembangkan pola pikir mengenai
kesehatan khususnya mengenai penyakit Reumatik agar Reumatik bisa dicegah
ataupun diatasi.
1.2 Tujuan.
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman PKMD mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas
dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan PKMD mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tahap Perkembangan
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-
turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam
Friedman (1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika
anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama
enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di
rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir
dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh
tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman
(1998) yaitu :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
2.2 Konsep Masalah Kesehatan
2.2.1 Definisi
Penyakit Rematik atau biasa dikenal dengan penyakit sendi. Penyakit
rematik dalam bahasa dokter disebut Rheumatoid Arthritis ( RA ) yaitu
peradangan pada sendi-sendi tulang pada tiap bagian tubuh yang
memungkinkan terkena rematik yang disebabkan oleh gangguan autoimun
2.2.2 Etiologi
a. Karena keturunan
b. Kegemukan
c. Stress
d. Merokok
e. Alkohol
f. Lingkungan
g. Konsumsi garam yang tinggi
2.2.3 Tanda dan Gejala
a. Pusing
b. Mudah lelah
c. Cemas
d. Takut
e. Rasa berat ditengkuk
f. Kesemutan
2.2.4 Cara mengatasi penyakit reumatik
a. Makanan rendah garam dan lemak
b. Olah raga teratur
c. Hindari rokok, alkohol, stress, kegemukan
d. Kontrol secara teratur
2.2.5 Makanan yang boleh di konsumsi
a. Buah : mentimun, melon, apel, nenas, semangka, jeruk
b. Lauk : ikan, tempe, tahu
c. Sayuran : Wortel, kangkung, kacang-kacangan, jagung
d. Boleh tapi terbatas : daging ayam dan telur
2.2.6 Makanan yang harus dihindari
a. Daging berlemak
b. Makanan yang diawetkan seperti : sarden, kornet, asinan, manisan
dalam kaleng,
c. Jerohan, udang, telur asin,
d. Kopi,
e. duren
2.2.7 Upaya pencegahan
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Menghindari kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olah raga teratur
e. Makan banyak bauh dan sayuran segar
f. Tidak boleh merokok dan minum alkohol
g. Latihan relaksasi
h. Berusaha dan membina hidup yang positif
2.3 Konsep Proses Keperawatan Keluarga
2.3.1 Definisi keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
a. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
b. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
c. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu.
d. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
e. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
f. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
f. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan
tuga s.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan;
a. menciptakan dan mempertahankan budaya
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau
semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut.anggota keluarga
saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat
dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu masyarakat dan
sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat
mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya
peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota
masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika
keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan . Diyakini bahwa
keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan
masyarakat yang sehat.
2.3.2 Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga.
A. Tipe keluarga tradisional
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-
lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti
dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang dewasa.
B. Tipe keluarga non tradisional
1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
yang hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan
anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh
norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang
yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan saudara untuk waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah ibu dan
anak. Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga
yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut disebut sebagai
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn antar anggota dan dengan
masyarakat.
2.3.3 Fungsi keluarga
Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan
demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan
modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar
keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku
yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman, 1986)
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhansemua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.
2.3.4 Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998
a. Mengenal masalah
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga
mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga yaitu :
- mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal fakta –
fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
- mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat: sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut
akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap
masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
- merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
- memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana mengetahui
sumber – sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan / manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
- menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
b. Stres dan Koping Keluarga
Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor .
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
2.3.5 Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:
A. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1. Bersifat terbuka dan jujur
2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3. Berpikiran positif
4. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi
Karakteristik pengirim:
1. Yakin dalam mengemukakan pendapat
2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
3. Selalu minta maaf dan menerima umpan balik
Karakteristik penerima
1. Siap mendengar
2. Memberikan umpan balik
3. Melakukan validasi
B. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami/istri atau anak.
C. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
Tipe struktur kekuatan
1. Legitimate power/authority yaitu hak untuk mengatur seperti orang tua
kepada anak.
2. Referent power yaitu seseorang yang ditiru
3. Reword Power yaitu pendapat ahli
4. Coercive power yaitu dipaksakan sesuai keinginan
5. Informational power yaitu pengaruh melalui persuasif
6. Affectif power yaitu pengaruh melalui manipulasi cinta kasih
D. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dubagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.3.6 Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive
dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visiteyang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang
disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat
sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
2.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
2.5 Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada
2.6 Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.
b. Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas.
2.7 Perencanaan Keperawatan Keluarga.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan Kriteria
dan Standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus
yang ditetapkan.
2.8 Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber – sumber yang
dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
2.9 Tahap Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat
dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir.
BAB 3TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGAPADA KELUARGA BP NAGIP
DI RT.01 RW.02 DUSUN PLAMPANG DESA BULUSARIKEL. KALIPURO KEC. BANYUWANGI
Pengkajian (Tanggal. 03 April 2012)
A. Data Umum
Nama KK : Tn . Nagip
Umur : 40 tahun
Pendidikan : -
Pekerjaan : kernet
Alamat : RT ; 01, RW : 02. Dusun plampang Desa Bulusari
Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi,
BANYUWANGI.
Daftar anggota keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Pend. Pekerjaan Status kesehatan
1
2
Nagip
Rahmah
L
L
30 th
15 th
Suami
Ank
-
SMP
Kernet
Kernet
Sakit
Sehat
Genogram
Keterangan :
: laki-laki : meninggal laki-laki
: Perempuan : meninggal perempuan
: anggota keluarga yang sakit
1. Tipe keluarga : Nuklear family
Yang terdiri dari ayah dan 1 anak.
2. Kewargaan negara / suku bangsa : Indonesia / Madura.
3. Agama : Islam.
4. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga tidak dapat dipastikan : antara Rp. 300.000,-
sampai Rp. 500.000,- perbulan karena Bp.Nagip bekerja sebagai kernet
yang tergantung dengan hasil milik orang yang dekerjakanya, Dalam
memenuhi keperluan sehari-hari dikatakan ya dicukup-cukupkan.
5. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga tidak pernah pergi berekreasi
dikarenakan anknya tidak pernah mau di ajak jalan2.
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Pada saat ini keluarga bp Nagip sedang berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja, karena anak laki-lakinya
berumur 15 tahun.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: adalah Keluarga
telah memenuhi tahap perkembangannya, hanya adanya keterbatasan
untuk memberikan fasilitas moril / dukungan pengembangan daya
intelektual dengan memenuhi tahapan pendidikan karena merasa sudah
sekolah sudah cukup.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. Nagip mengatakan bahwa kurang lebih kakinya linu-linu, sudah
berobat ke puskesmas terdekat, mendapatkan terapi TB Control dan
sudah menjalani pemeriksaan dahak di laboratorium depan RSUD
Blambangan Banyuwangi.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa anggota keluarga yang
lainya tidak ada yang sakit-sakitan / tidak pernah mempunyai riwayat
penyakit menular atau penyakit kronis yang berat, biasanya hanya batuk
pilek atau kecapaian saja.
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati sekitar 30 m2 (5 m x 6 m), terdiri dari 1 ruang tamu,
1 kamar tidur,1 ruang dapur dan tanpa kamar mandi. Tembok rumah hanya
berupa anyaman bambu. Lantai rumah terbuat dari tanah dengan keadaan kotor,
penerangan dan ventilasi cukup. Sumber air minum menggunakan perpipaan
dari mata air, jamban cemplung ikut dengan tetangga.
Denah Rumah Keluarga Bp Nagip
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Bp Nagip hidup dilingkungan tempat tinggal yang cukup padat
penghuni dan sebagian besar dari tetangga di lingkungan tempat tinggal
keluarga Bp Nagip adalah penduduk pendatang dari madura yang
merupakan buruh tani. Mereka tinggal dalam rumah yang cukup
berjauhan, keadaan lingkungan kurang mendukung . Interaksi antar
warga banyak dilakukan pada waktu sore dan malam hari dikarena pada
siang hari umumnya pada bekerja.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bp Nagip msudah menempati rumah yang ditempatinya sejak
berumah tangga sampai sekarang, tempat tinggalnya berdampingan
dengan saudara lainya.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
kegiatan masyarakat, walau kesibukanya bekerja pada pagi hari, tetapi
dengan keluarga di lingkungannya tampak saling berinteraksi dengan
baik, melakukan aktifitas keluarga..
S
B
U
Ruang
tamu
Kamar
tidur
dapur
T
jamban
5. Sistem pendukung keluarga.
Keluarga Bp Nagip 2 orang, terdiri dari suami dan satu anak laki-laki.
Karena berdekatan dengan kaaknya sehingga bila mana ada anggota
keluarga yang sakit semua saling memperhatikan dan membantu untuk
penyembuhan.
Fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki keluarga masih kurang,
seperti tidak ada dana khusus untuk anggaran pemeliharaan kesehatan,
tidak tersedia obat P3K dalam rumah.
Bp.Nagip bila sakit atau kambuh, beliau berobat ke Puskesmas pembantu
Pesucen atau ke Puskesmas Kelir tersebut, sedangkan anggota keluarga
yang lainya juga ke Puskesmas Kelir.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk minta
pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Antar
anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi
suatu permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga
sebelum memutuskan suatu permasalahan..
2. Struktur Kekuatan Keluarga:
Didalam aktivitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan merasakan
bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab bersama dalam
keluarga
3. Struktur Peran Keluarga
a. Bp Nagip ( anggota yang sakit ) sebagai kepala keluarga
bertanggung jawab dalam membimbing dan mendidik anak serta
mengatur rumah tangganya. Rutin berobat dan ambil obat ke
puskesmas Kelir setiap 2 minggu.
b. Putra Bp Nagip melaksanakan perannya sebagai anak remaja yang
membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Nilai dan norma keluarga.
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan
nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma masyarakat
disekitarnya. Keluarga ini menganggap bahwa reumatik yang diderita
Bp.Nagip adalah penyakitnya orang tua yang biasa terjadi. Upaya untuk
mengendalikan dilakukan dengan periksa ke puskesmas bila dirasakan
ada gangguan kesehatannya. Tetapi selama ini bila sakit juga membeli
obat di toko dan mengkomsumsi obat tradisional.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afeksi
Menurut keterangan keluarga, dalam kehidupan sehari-harinya mereka
selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama.
Keluarga Bp.Nagip memahami keadaan penyakit yang diderita dan anak
dari Bp.Nagip dan saudara juga membantu dengan sering
mengingatkan tentang obat yang harus diminum, Mereka saling
menyayangi dan memberi perhatian.
2. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik. Seperti memenuhi kebutuhan pendidikan, kalau ada kegiatan
kemasyarakatan, keluarga ikut didalamnya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan.
Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit
reumatik hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak
masalah kesehatan akibat penyakit reumatik.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas
karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang
terjadi pada penyakit reumatik.
Keluarga mempunyai kesadaran tentang terciptanya lingkungan yang
sehat, hal ini di buktikan dengan aktivitas keluarga bila ada waktu luang
membersihkan ruangan, lingkungan sekitar rumah tampak bersih.
Selama ini keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
berupa Puskesmas dan dokter praktek swasta selain juga membeli obat
bebas di toko atau mengkonsumsi obat tradisional.
4. Fungsi Reproduksi
Bp. Nagip saat ini sudah berusia 30 tahun dan sudah bercerai dari
istrinya. Memiliki 2 anak, anak pertama laki-laki berumur 15 tahun dan
anak kedua berumur 9 tahun. Anak pertama ikt dgn Bp.Nagip dan anak
kedua ikut dengan istrinya.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Bp. Nagip menggunakan penghasilannya untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan setiap hari. Menurut pengakuan
keluarga penghasilan tiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari saja. Jika ada sisa keuangan, maka disimpan untuk keadaan
yang mendadak bagi keluarga, termasuk persiapan berobat anaknya.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor yang dimiliki
Stressor jangka panjang yang dirasakan oleh keluarga Bp.Nagip adalah
penyakit reumatik yang diderita oleh Bp.Nagip itu sendri.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh
Bp.Nagip karena sakit yang dideritanya sudah semenjak dahulu dan
keluarga yakin bahwa penyakitnya akan sembuh .
3. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya keluarga Bp.Nagip
mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum mengambil suatu
keputusan. Bp.Nagip memberikan pengertian kepada anggota
keluarganya tentang masalah yang dihadapinya. Khusus kepada
Bp.Nagip juga diberikan pengertian sesuai saran dari petugas
kesehatan,.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Bp.Nagip diberi persiapan uang untuk ke RSUD walaupun dengan
keluhan besarnya biaya kalau terjadi kekambuhan penyakitnya yaitu
reumatik.
G. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.
1) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Bp.Nagip nampak masih tampak sehat, makan dan
minum masih dalam batas normal,
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg.
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 0C
TB : 160 cm
2) Pemeriksaan fisik khusus:
Kepala dan leher
Pada pemeriksaan kepala, tidak terdapat adanya benjolan, bentuk
kepala normal.
Leher : Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena
jugularis dan arteri carotis, nyeri saat dilakukan penekanan pada
daerah oksipital. Juga tidak teraba / terlihat adanya pembesar
kelenjar tiroid (strauma).
Mata : Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak
terdapat udema, kornea tampak warna putih, penglihatan masih
baik.
Hidung : tidak ada kelaianan yang ditemukan.
Mulut : bibir kering dan tidak terlihat tanda – tanda sianosis atau
stomatitis..
Dada : Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1
dan S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi, suara mur – mur, tidak ada
ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
Abdomen : Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus baik,
tidak ada bekas luka operasi.
Ektrimitas :Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema,
tidak terjadi kelumpuhan, trasa linu-linu pada ektrimitas bawah, dari
ke-4 ektrimitas mampu menggerakan persendian, mampu
mengangkat dan melipat persendian secara sempurna otot sudah
tipis, tampak pembuluh darah mengambang dan kulit keriput.
H. Huarapan Keluarga
Keluarga Bp.Nagip berharap anggota keluarga dapat berperan masing-
masing tanpa ada yang mengalami gangguan kesehatan. Sehingga semua
bisa berjalan lancar tanpa hambatan. Penyakit reumatik dapat sembuh total
dan tidakkambuh lagi.
Analisa Data
NO
DATA ETIOLOGI MASALAH
1.
.
Tahap I
DS :
- Bp. N, air limbah dibiarkan
mengalir di tegalan di belakang
rumah.
- Menurut keluarga,jamban
sebaiknya di miliki sendiri.
- putra tidur dengan Bp.N
- Bp. N kalau meludah kadang
didalam rumah
DO:
- Lingkungan tidak layak ( dapur
jadi satu dengan ruang tamu).
- air kotor di buang di tegalan.
- Sanitasi rumah cukup
- ventilasi cukup, tembok dari
26bambu.
Tahap II
Keluarga tidak mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang sehat.
Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah
Kurang pengetahuan ( kurangnya informasi)
2. Tahap I
DS :
- Bp.Nagip menyatakan bahwa
rumahnya masih butuh perbaikan
DO :
- Rumah berdebu
- Lantai dari tanah
- rumah hanya berdinding bambu
Tahap II
Ketidak mampuan keluarga dalam
mengambil keputusan (salah
Ketidaksanggupan mengambil keputusan
Kerusakan penatalaksanaan
pemeliharaan rumah
mengambil keputusan)
Bp.N tidak mengerti mengenai sifat,
berat
Rumusan diagnosa keperawatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi keluarga
memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang
bersih).
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk
menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga
Skoring perioritas masalah
1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita penyakit reumatik.
NO KRITERIASKAL
ABOBOT SKORING PEMBENARAN
1. a. Sifat masalah : Tidak/kurang sehat
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : Hanya sebagian
c. Potensial masalah untuk dicegah : tinggi
d. Menonjolnya masalah : Masalah berat, harus segera ditangani
3
1
2
2
1
2
1
1
Total
3/3x1=1
1/2x2= 1
2/3x1=2/3
2/2x1=1
3 2/3
Ketidak tahuan keluarga tentang masalah penyakit reumatik merupakan bahaya terhadap kondisi klien.
a. Kondisi klien pada usia lansia.
b. Adanya konflik peran anak.
c. Berdasarkan prognosa masalah reumatik bisa sembuh, tetapi Bp.N menolakberobat ke puskesmas.
a. Penyakit reumatik memungkinkan untuk dicegah dengan menghindari faktor resiko.
b. Keluarga mau diajak kerjasama (kooperatif)
Bila tidak segera ditangani maka akan timbul terus penyakitnya.
2. Nyeri berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit reumatik.
NO KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN
1. a. Sifat masalah : Ancaman kesehatan
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
c. Potensial masalah untuk dicegah : cukup
d. Menonjolnya masalah : Masalah berat, harus segera ditangani
2
2
2
2
1
2
1
1
Total
2/3x1=2/3
1/2x2= 1
2/3x1=2/3
2/2x1=0
3 1/3
penyakit reumatik, bila dalam melakukan tindakan pengobatan yang salah akan kambuh kembali
a. Respon keluarga mau menerima masukan berupa pendidikan kesehatan
b. Pasien tidak percaya dengan obat yang diberikan,
Penyakit reumatik dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menghindari faktor resiko.
Bila tidak segera ditangani maka akan kambuh reumatiknya.
3.
4. Resiko cedera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
NO KRITERIA SKALA BOBOT SKORING PEMBENARAN
1 a. Sifat masalah : Ancaman kesehatan
b. Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
c. Potensial masalah untuk dicegah : Cukup
d. Menonjolnya masalah : Masalah ada, tapi tak perlu penanganan segera.
2
2
2
1
1
2
1
1
Total
2/3x1=2/3
1/2x2= 1
2/3x1=2/3
1/2x1=1/2
2 5/6
Dengan kondisi fisik yang sudah menurun akan memudahkan untuk terjadinya kecelakaan baik didalam rumah maupun diluar rumah.
Dengan penataan lingkungan perubahan yang teratur akan dapat menghindari kecelakaan, klien memaklumi hal tsb.Kecelakaan dapat dicegah dengan membatasi bepergian keluar rumah dan menata halaman rumah dengan baik.Bila tidak segera ditangani maka akan penyakit tersebut akan sering kambuh.
Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas
permasalahan pada Keluarga Bp. Nagip adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
penyakit reumatik
2. Nyeri berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit tuberculosa.
3. Resiko cedera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No
Dx
Tujuan Kriteria evaluasiIntervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatangangguan mobilisasi pada Tn. N tidak terjadi.
- Menyebutkan pengertian reumatik
- Menyebutkan tanda dan gejala reumatik
- Menyebutkan faktor resiko yang menyebabkan reumatik
Verbal pengetahuan
Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakitreumatik.
Keluarga dapat mengidentifikasi gejala reumatik.
Keluarga dapat memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis.
1. Diskusikan bersama keluarga pengertian reumatik dengan menggunakan leaflet
2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang pengertian reumatik.
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga
4. Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab reumatik dengan menggunakan leaflet.
5. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab reumatik
6. Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
7. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda reumatik
8. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda-tanda reumatik
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami kondisi yang lebih buruk.
- Dapat menyebutkan akibat lanjut tidak di obatinya reumatik
- Memutuskan untuk merawat.
Verbal - Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat reumatik
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi reumatik
1. Kaji pengetahuan keluarga.2. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan
pada Bp.Nagip3. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila
Bp.Nagip mengalami rasa tidak enak.4. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
penyakit reumatik terhadap diri dan keluarganya.5. Diskusikan dengan keluarga tentang bagian
tubuh yang rawan terjadi .6. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah timbulnya reumatik.
mencegah terjadinya kekambuhan.7. Berikan kesempatan keluarga menanyakan
penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi.
8. Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum dimengerti.
9. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan keluarga.
10.Berikan pujian terhadap kemampuan yang diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.
Implementasi dan evaluasi.
No DK Diagnosa Keperawatan Tanggal IMplementasi Evaluasi
1 Resiko penularan penyakit
tuberculosa berhubungan dengan
Ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita
penyakit tuberculosa.
10 Februari 2003
- Penyuluhan tentang :- pengertian reumatik- Penyebab reumatik- Tanda dan gejala reumatik- Faktor resiko reumatik- Akibat reumatik- Upaya pencegahan reumatik
S :- Mengatakan mengerti maksud dan
tujuan kunjungan hari ini. - Menyebutkan tanda dan gejala
reumatik.- Menyebutkan faktor resiko yang
menyebabkan reumatik- Menyebutkan akibat reumatik bila tidak
dirawat - Menyebutkan cara mencegah
timbulnya reumatikO :- Keluarga dapat terlihat aktif dalam
diskusi - Keluarga menunjukkan minat terhadap
kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan- Keluarga dapat memberikan respon
verbal dan non verbal yang baik- Keluarga kooperatif selama kegiatan
berlangsung- Keluarga dapat menyebutkan
pengertian tubercul osaA :- Masalah teratasi sebagianP :- Lanjutkan intervensi
2 Resiko terjadinya komplikasi penyakit tuberculosa berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
13
Februari
2003
Memeberi penyuluhan tentang akibat
tuberculosa terhadap diri dan orang
lainnya
S :- keluarga dapat menjelaskan akibat
tuberculosa bagi diri dan keluarga lainya- menyebutkan bagian tubuh yang
rawan terjadi tuberculosa.- menyebutkan upaya untuk
mencegah terjadinya penularan.O :- keluarga dapat menjelaskan akibat
tuberculosa bagi diri dan keluarga lainya- menyebutkan bagian tubuh yang
rawan terjadi tuberculosa.- menyebutkan upaya untuk
mencegah terjadinya penularan.A :- Masalah teratasi sebagianP :Lanjutkan intervensi
Implemantasi.
Tanggal: 18-04-2012.
Dalam rangka Supervisi Desak Ayu Putu Ratih Chindrawati S.Kep Untuk
kunjungan yang ke empat dengan tujuan evaluasi Program, didapatkan data pada
Bp.Nagip :
Subjective :
Bp.N Mengatakan sudah periksa lagi ke bidan swasta.
Terasa linu-linu di kaki bagian bawah.
.
Objective :
Tekanan darah 140 / 8-0 mm Hg.
Nadi 92 X/ menit.
Respirasi : 24 x / menit, sedikit retraksi dada.
Ronky (-), Craklest (-),
Murmur pada lien (-), tidak teraba pembesaran, Icterus (-)
Anjuran ke Puskesmas/kembali Control belum dilaksanakan.
Analisis : Kekambuhan linu-linu, berhubungan dengan ketidak efektifan
menjalankan program terapi.
Tindakan yang dilaksanakan :
Menjelaskan permasalahan penyakitnya ( pasienTn.Nagip).
Meminta pasien untuk tidak makan makanan kacang-kacangan
Meminta pasien dan keluarganya untuk mengurangi linu-linu:
o Kompres dengan air hangat bila tidak ada bengkak/ nyeri.
o Istirahat yang cukup.
o Konsumsi vit.C, zat besi.
o Hindari kerja berat
o Makan-makanan rendah protein nabati
Segera konsultasi apabila linu-linu kambuh kembali
Meminta Bp untuk melakukan rujukan ke Puskesmas tentang penyakitnya.
Membuat kontrak untuk besuk pagi ke Puskesmas
Pada tanggal : 7 maret 2003.
Konsultasi ke dokter Puskesmas, dokter meminta pasien diajak ke
Puskesmas.
Mengajak pasien ke Puskesmas,
Setelah dilakukan pemeriksaan mendapatkan advis;
o melanjutkan obat batuk yang didapatkan, obat sesak.
o Pemeriksaa rontgen
o Pemeriksaan dahak.
Dan hasilnya dilaporkan senin (10 –Maret 2003) ke Puskesmas.
Meminta kelaurga untuk melanjutkan pemeriksaan.
Evaluasi sementara (respon)
Keluarga melaksanakan dengan baik.
Pasien menangis terharu.
Sore Hasil Lab BTA ( -) negatif.
Hasil rontgen belum dibaca dokter / diambil Sabtu pagi.
Pada Bu Nehrawi ( Rumiyati).
Perkembangan terhadap batuk / pilek / flu dari minggu yang lalu belum sembu,
obat dari puskesmas dan dokter sudah dimnum termasuk obat bebas.
Intervensi tambahan ;
Untuk menggunakan obat tradisional dengan memberikan resep :
Untuk obat kemungkinan bronkitis.:Sebatang kunyit yang diparut dicampur
dengan madu dan diminum selama tiga hari.
Untulk mengatasi batuk : Jeruk nipis dipotong diberikan kecap, dengan
menggunakan kapur dipanaskan sebentar dan diminum selama tiga hari.
Untuk memperbaiki Fungsi liver : Dengan menyedu serbu temu lawak, atau
merebusnya diminum tiap saat. Ini Juga untuk Ibu Saniah.
Meminta kepada ibu Rumiyati untuk mencoba obat tradisional ini dulu, sebelum
melangkah ke Antibiotika yang lebih tinggi,
Sayangnya sampai (Evaluasi) sore hari, advis tersebut juga belum dicoba,
sebenarnya juga sudah dianjurkan dari dulu. Untuik perbaikan keadaan umum.
Istirahat dan makan, / tidak main antibiotika.
Implemantasi.
Tanggal: 25 Maret 2003.
Dalam rangka Evaluasi / terminasi, didapatkan data pada BU Saniah :
Subjective :
Ibu Mengatakan sudah periksa ke puskesmas, dan ke dokter umum.
Batuk berkurang.
Dilipat paha benjolan yang membesar sudah mengecil.
Mengatakan kata dokter perlu periksa laboratorium lagi, foto.
Setelah makan obat dari Pusekesmas terasa lemas, tidak mau makan dan
ngantuk terus.
Nggak mau makan obat tersebut, mendingan mati dari pada minum obat ini,
bawa saja ke dokter umum..
Menyatakan laporan dokter puskesmas dan dimarahi lagi karena obat
mahal.
Menyatakan susah tentang ibunya.
Objective :
Terdapat obat program TB y6ang tidak diminum.
Surat pengantar dari dokter umum untuk pemeriksaan; Laboratotium (PA),
Foto thorak lateral, dicurigai adanya masa.
Terdapat sputum pot dari kaleng. ( Riak +),
Tekanan darah 140 / 8-0 mm Hg.
Nadi 92 X/ menit.
Respirasi : 24 x / menit, sedikit retraksi dada.
Ronky (+), Craklest (+),
Analisis : Hernia sementara teratasi.
Masalah terulangsebgian / kemungkinan drop out lagi.
Tindakan yang dilaksanakan :
Menjelaskan kembali permaslahan penyakitnya bersama anak dan ibunya
(pasien bu Saniah), tentang program terapi.
Meminta ibu untuk melakukan rujukan ke Puskesmas tentang penyakitnya.
Menyerahkan sepenuhnya kepada pasien / keluarga tentang dampak
penyakit / penularan.
Meminta keluarga / pasien untuk tetap mencegah penularan; dengan
pengaturan ruangan, tempat tidur, makan minum, dan pengelolaan dahak.
Minta pamit / perpisahan.