askep pioderma (utik)

36
SISTEM INTEGUMEN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PIODERMA Oleh Kelompok 12 A5-C 1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136 2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137 3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

Upload: utikdesy

Post on 01-Jan-2016

671 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan gangguan integumen pioderma

TRANSCRIPT

Page 1: askep PIODERMA (utik)

SISTEM INTEGUMEN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PIODERMA

Oleh

Kelompok 12

A5-C

1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136

2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137

3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PRODI ILMU KEPERAWATAN

2013

Page 2: askep PIODERMA (utik)

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat

rahmat-NYA, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan

Keperawatan pada Pasien Dengan Pioderma”.

Kami menyadari bahwa tulisan dari laporan ini jauh dari kesan sempurna, karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Kami juga

tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada laporan ini

ada kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami

berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 10 Oktober 2013

Penulis

i

Page 3: askep PIODERMA (utik)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................2

D. Manfaat........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Konsep Dasar Teori Penyakit..........................................................................................3

1. Pengertian Pioderma....................................................................................................3

2. Epidemiologi...............................................................................................................3

3. Etiologi........................................................................................................................3

4. Faktor Predisposisi......................................................................................................4

5. Klasifikasi....................................................................................................................4

6. Patofisiologi.................................................................................................................7

7. Tanda dan Gejala.........................................................................................................8

8. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................8

9. Pengobatan..................................................................................................................8

10. Tindakan Perawatan...............................................................................................10

11. Prognosis................................................................................................................10

12. Komplikasi.............................................................................................................11

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................................12

1. Pengkajian.................................................................................................................12

2. Diagnosa....................................................................................................................12

3. Rencana Tindakan.....................................................................................................12

4. Implementasi.............................................................................................................15

5. Evaluasi.....................................................................................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................................17

Daftar Pustaka..........................................................................................................................18

Lampiran Pathway...................................................................................................................19

Page 4: askep PIODERMA (utik)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integumen, khususnya kulit, merupakan organ terluas permukaannya yang

membungkus seluruh bagian luar tubuh. Kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya

bahan kimia, bahaya fisik, maupun oleh bakteri, dan yang lain-lainnya. Cahaya matahari

mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga

keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.

Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan

melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit, misalnya menjadi pucat, kekuning-

kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan

yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.

Mengingat posisina yang paling luar dan yang paling luas, maka kulit sangat rentan

sekali menderita penyakit. Gangguan biologis, fisik, maupun psikis juga dapat

menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit, misalnya karena stres, ketakutan atau

dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Salah satu penyakit pada

kulit adalah pioderma atau orang awam mengatakan bisul.

Pioderma (bisul) pada umunya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga terjadi pada

orang dewasa,yang menjadi penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit dan bisa juga

disebabkan karena menderita penyakit infeksi disaluran pernafasan. Gejala klinik bisul

sangat bervariasi. Gejala ini biasanya disertai nyeri pada daerah pembengkakan dan

demam seluruh tubuh.

Walupun dianggap sebagai penyakit yang ringan, namun bisul dapat menyebabkan

demam dan radang yang parah hingga infeksi. Untuk itu, kita perlu mengetahui

bagaimana teori dari pioderma sehingga nantinya dapat melakukan asuhan keperawatan

yang tepat pada pasien dengan pioderma.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan kami sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep dasar teori dari penyakit pioderma?

Page 5: askep PIODERMA (utik)

2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dngan

pioderma?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah dibebankan

kepada kami dalam mata kuliah Sistem Integumen. Selain itu, tugas ini juga bertuuan

untuk membuat kami paham tentang bagaimana konsep teori dan konsep dasar asuhan

keperawatan pada pasien dengan pioderma.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar penyakit pioderma yang meliputi

pengertian, penyebab, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan

diagnostik, dan penanganan.

2. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat

diberikan kepada pasien dengan pioderma.

Page 6: askep PIODERMA (utik)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Penyakit

1. Pengertian Pioderma

Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus

atau streptococcus beta hemoliticus. Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma.

Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.

Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.

Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat

superficial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai

dermis).

Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel

(akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus.

Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi

kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta

hemolyticus atau Staphylococcus aureus.

2. Epidemiologi

Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah

penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326

responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi

mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan sendirinya.

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan

keadaan sosial ekonomi.

3. Etiologi

Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B

hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut

di kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang

merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan

berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase

Page 7: askep PIODERMA (utik)

positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama

bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal

manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan

streptococcus.

4. Faktor Predisposisi

a. Higiene yang Buruk

Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung

bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat

kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja

masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.

tentu dengan sabun yang tepat

b. Daya Tahan Tubuh yang Lemah

Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah.  Semua infeksi akan dilawan

dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan

merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang

HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan

lebih mudah terserang infeksi kulit. 

c. Penyakit Lain di Kulit

Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu

fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy

rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya.

d. Luka pada Kulit

Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan

masuk kuman.  

5. Klasifikasi

a. Impetigo

Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau

kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis.

Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti

demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan

gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau

dirinya sendiri. Impetigo ada 2, yaitu :

Page 8: askep PIODERMA (utik)

1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan

kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu

kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan

keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat

luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik

eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50

mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering

terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit

dan gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal

dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah

menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada

bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.

pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi salep

antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat

sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg

sebelum makan

b. Folikuitis

Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa

bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya.

Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat

topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat

sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg

sebelum makan.

c. Furunkel

Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel

rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata

di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di

daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak,

bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila

kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.

Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis.

5

Page 9: askep PIODERMA (utik)

d. Karbunkel

Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh

Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.

e. Erisipelas

Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau

trauma, baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar.

Ciri-cirinya, yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala

berupa demam dan kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal:

tungkai di elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1:

10000 (larutkan dalam air sampai warnanya pink),  obat sistemik: Klosasilin (50

mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

f. Selulitis

Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang meluas

sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat erisipelas.

g. Flegmon

Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan

selulitis hanya ditambah insisi.

h. Ektima

Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh

Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai bawah.

Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal : kompres ulkus dengan kalikus

permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai

warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal  eritromisin 1% atau

mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi

dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

i. Pionika

Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus

dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.

Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan antiseptik

topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya

pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-

500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku.

Page 10: askep PIODERMA (utik)

j. Abses multiple kelenjar keringat

Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan

tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti

kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala

bagian belakang, bokong, dan lainnya, banyak terjadi pada anak. Pengobatan

dapat diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi

dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.

k. Staphylococcal scalded skin syndrome

Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri

yang khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai

infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang

timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat

paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan dapat dilakukan

dengan obat:  Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500

mg sebelum makan

6. Patofisiologi

Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma

antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas

dimana adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus

mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan

substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer

polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan

eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau

lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini

juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,

mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.

Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat

lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut

menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin

disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan

dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan

kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan

7

Page 11: askep PIODERMA (utik)

nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah

yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga

secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.

Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis

dan perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan

yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses

supurasi dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada

bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik,

dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan

keluar. Perawatan khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul

pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata,

oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi

penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi

selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes

militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada

daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan

ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan.

(Pathway terlampir)

7. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:

a. Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari

dan akan pecah dengan sendirinya.

b. Nyeri yang berdenyut-denyut

Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :

a. Demam

b. Malaise

c. Nyeri

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang

kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan

penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi

hanya bersifat menyokong.

Page 12: askep PIODERMA (utik)

9. Pengobatan

Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan lingkungan

harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai obat yang dapat

digunakan, meliputi:

a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya

1) Penisilin G prokain,

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin

merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar

perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi

karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi

syok anafilaktik.

2) Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak

50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

3) Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3

dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga

cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma

lebih tinggi.

4) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,

flukloksasilin.

Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk

anak anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

b. Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu

dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak

yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16

mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4

dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-

penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis

pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan

diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek

9

Page 13: askep PIODERMA (utik)

sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya

makanan dalam lambung.

c. Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan

linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa

tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi

dalam 3-4 dosis.

d. Sefalosporin

Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan

tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk

kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari

generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg

sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis.

Selain obat sistemik, obat-obatan topikal (salep) juga sering diberikan. Bermacam-

macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti

mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi

resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin.

Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat

dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan

kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-

obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres

terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan

yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya

pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai

kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

10. Tindakan Perawatan

Selain penanganan dengan menggunakan obat, tindakan perawatan pada pioderma

(bisul) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari

b. Setelah bisul pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh

c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi

d. Periksa dokter bila gejala tidak berkurang

Page 14: askep PIODERMA (utik)

11. Prognosis

Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat

dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila

terjadi komplikasi.

12. Komplikasi

a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi

oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam

intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena

tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang

nantinya bisa menjadi meningitis.

b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.

c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup

jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.

d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data subyektif :

Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit,

terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi

sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.

b. Data obyektif :

Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius (pada kasus berat), ekspresi

wajah meringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup

diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-

muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya

2. Diagnosa

a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit

11

Page 15: askep PIODERMA (utik)

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan

kulit dan cara menangani kelainan kulit

3. Rencana Tindakan

Dx. : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan panas px turun,

dengan KH; suhu tubuh px normal (36,50-37,50C), pasien tidak menggigil, akral teraba

hangat.

Intervensi Rasional

Pantau suhu pasien (derajat dan pola) Suhu diatas 37,50C menunjukkan proses

infeksius.

Berikan kompres hangat Membantu mengurangi demam

Anjurkan pasien untuk banyak minum Membantu mengurangi demam

Kolaborasi dalam pemberian antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

Dx. : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan pasien dapat

mempertahankan integritas kulit, dengan KH; lesi pada kulit pasien hilang

Intervensi Rasional

Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman

luka dan kondisi sekitar bisul/luka.

Memberikan informasi dasar tentang

kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi .

Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan

kulit dengan cara mandi sehari 2 kali.

Menjaga kebersihan kulit dan mencegah

komplikasi.

Lindungi kulit yang sehat terhadap

kemungkinan maserasi.

Maserasi pada kulit yang sehat dapat

menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan

kelainan primer.

Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga

agar kulit tetap lembab dan fleksibel

dengan pengolesan cream atau lotion.

Pengolesan cream atau lotion untuk

mencegah agar kulit tidak menjadi kasar,

retak dan bersisik.

Kolaborasi dalam pemberian obat

topical/sistemik.

Mencegah atau mengontrol infeksi.

Page 16: askep PIODERMA (utik)

Dx. : Nyeri berhubungan dengan lesi kulit

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan nyeri px

hilang/terkendali, dengan KH; pasien tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1, pasien

tampak lebih rileks, ukuran pioderma mengecil

Intervensi Rasional

Kaji nyeri pasien. Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri

dapt mengindikasikan komplikasi.

Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri. Pernyataan memungkinkan pengungkapan

emosi dan apat meningkatkan mekanisme

koping.

Ajarkan teknik relaksasi. Memfokuskan kembali pehatian,

meningkatkan relaksasi dan meningkatkan

rasa control yang dapat menurunkan

ketergantungan farmakologis.

Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai

dengan kondisi dan usia pasien.

Membantu mengurangi konsentrasi nyeri

yang dialami dan memfokuskan kembali

perhatian.

Kolaborasi pemberian analgesik sesuai

indikasi.

Perubahan metode untuk penghilangan

nyeri .

Dx. : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan gangguan citra

diri teratasi, dengan KH; Px mampu mengembangkan peningkatan kemauan untuk

menerima keadaan diri, mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan

mandiri, melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi, menguatkan kembali

dukungan positif dari diri sendiri, mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang

lebih sehat, nampak tidak begitu memprihatinkan kondisi, menggunakan tekhnik

menyembunyikan kekurangan dan menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan

Intervensi Rasional

Kaji adanya gangguan pada citra diri

pasien.

Gangguan citra diri akan menyertai setiap

penyakit atau keadaan yang tampak nyata

bagi pasien. Kesan seseorang terhadap

13

Page 17: askep PIODERMA (utik)

dirinya sendiri akan berpengaruh pada

konsep diri.

Berikan kesempatan untuk pengungkapan,

dengarkan dengan cara terbuka dan tidak

menghakimi untuk mengekspresikan

perasaan.

Berikan kesempatan untuk pengungkapan,

dengarkan dengan cara terbuka dan tidak

menghakimi untuk mengekspresikan

perasaan.

Bantu pasien yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan untuk

menilai diri dan mengenali diri serta

mengatasi masalah.

Menetralkan kecemasan yang tidak perlu

terjadi dan memulihkan realitas situasi .

Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan

orang lain dan Bantu pasien kea rah

penerimaan diri.

Membantu dalam meningkatkan sosialisasi

dan penerimaan diri.

Dx. : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan

kulit dan cara menangani kelainan kulit

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan kebutuhan

pendidikan pasien tentang penyakitnya terpenuhi, dengan KH; pasien memiliki

pemahaman terhadap perawatan kulit, pasien mengikuti terapi seperti yang

diprogramkan, pasien menunjukkan peningkatan perilaku hygiene, pasien mampu

menggunakan obat topikal dengan tepat, pasien memahami pentingnya nutrisi untuk

kesehatan kulit.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan pasien. Memberikan data dasar untuk mengetahi

tingkat pemahaman pasien.

Jaga agar pasien mendapat informasi yang

benar, memperbaiki kesalahan informasi.

Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang

mereka perbuat dan merasakan

manfaatnya.

Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga

agar kulit tetap lembab dan fleksibel

dengan pengolesan cream atau lotion.

Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas

kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau

lotion untuk mencegah agar kulit tidak

menjadi kasar, retak dan bersisik

Peragakan penerapan terapi yang Memungkinkan pasien untukmemperoleh

Page 18: askep PIODERMA (utik)

diprogramkan : obat topikal. kesempatan untuk menunjukkan cara yang

tepat untuk melakukan terapi.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat sebelumnya.

5. Evaluasi

a. Dx. : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

1) panas px turun

2) suhu tubuh px normal (36,50-37,50C)

3) pasien tidak menggigil

4) akral teraba hangat

b. Dx. : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.

1) pasien dapat mempertahankan integritas kulit

2) lesi, bula pada kulit pasien hilang

c. Dx. : Nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit.

1) nyeri px hilang/terkendali

2) pasien tidak tampak meringis

3) skala nyeri 0-1

4) pasien tampak lebih rileks

5) ukuran pioderma mengecil

d. Dx. : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

1) gangguan citra diri teratasi

2) pasien mampu mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan

diri

3) pasien mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri

4) pasien melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi

5) menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

6) pasien dapat mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat

7) pasien dapat menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan

menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan

e. Dx. : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit.

1) kebutuhan pendidikan pasien tentang penyakitnya terpenuhi

15

Page 19: askep PIODERMA (utik)

2) pasien memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit

3) pasien mengikuti terapi seperti yang diprogramkan

4) pasien menunjukkan peningkatan perilaku hygiene

5) pasien mampu menggunakan obat topikal dengan tepat

Page 20: askep PIODERMA (utik)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang

disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau

Staphylococcus aureus. Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat

bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai

dermis). pioderma memang kebanyakan menyerang anak-anak namun orang dewasa juga

dapat mengalaminya.

Ada beberapa jenis pioderma, dimana tiap jenisna memiliki ciri-ciri dan juga

pengobatan yang berbeda.

seseorang dapat terkena pioderma jika ia memiliki hygiene yang buruk, kondisi

kesehatan yang menurun, dan juga tinggal di lingkungan yang kotor.

Tanda dan gejala pioderma meliputi gatal, nyeri, kulit kemerahan, dan juga terdapat

benjolan yang didalamnya berisi nanah. pada tahap yang sudah parah, penderitanya dapat

mengalami demam, nyeri, dan malaise. Prognosis penyakit ini umumnya baik, namun

dapat memburuk jika perawatan hygiene kurang baik.

Asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan pioderma meliputi

pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan terakhir dievaluasi.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa perawat agar lebih memahami konsep dasar penyakit

Pioderma dan konsep dasar asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan mahasiswa serta mempersiapkan mahasiswa dalam

menghadapi pasien dengan pioderma.

Page 21: askep PIODERMA (utik)

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta :

EGC

Djuanda A. 2008.Pioderma Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI

Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

Guyton, Arthur C.2002.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit Edisi 3.Jakarta:EGC

Price, SA, Wilson,LM.2006. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta. EGC

Page 22: askep PIODERMA (utik)

Lampiran Pathway

19

Furunkel oleh staphylococcus dan streptococcus

PIODERMA

Bakteri masuk

Folikulitis dan Perifolikulitis

Nyeri

S,Aureus tinggal dalam folikel

Nekrosis jaringan

Koagulasi fibrin sekitar lesi dan getah bening

Kelainan pada Kulit

Abses Pecah

Ulkus

Kurang pengetahuan

Penumpukan sel radang

Kerusakan integritas kulit

Gangguan Citra Tubuh

Ketidakseimbangan host,agent,lingkungan

Radang bertambah parah

Reaksi inflamasi oleh tubuh

Suhu meningkat

Hipertermi

Informasi tidak adekuat, pengungkapan

tidak mengetahui penyakit dan

penanganannya