askep pioderma (utik)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan gangguan integumen piodermaTRANSCRIPT
SISTEM INTEGUMEN
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PIODERMA
Oleh
Kelompok 12
A5-C
1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136
2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137
3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PRODI ILMU KEPERAWATAN
2013
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat
rahmat-NYA, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Pasien Dengan Pioderma”.
Kami menyadari bahwa tulisan dari laporan ini jauh dari kesan sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Kami juga
tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada laporan ini
ada kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 10 Oktober 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori Penyakit..........................................................................................3
1. Pengertian Pioderma....................................................................................................3
2. Epidemiologi...............................................................................................................3
3. Etiologi........................................................................................................................3
4. Faktor Predisposisi......................................................................................................4
5. Klasifikasi....................................................................................................................4
6. Patofisiologi.................................................................................................................7
7. Tanda dan Gejala.........................................................................................................8
8. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................8
9. Pengobatan..................................................................................................................8
10. Tindakan Perawatan...............................................................................................10
11. Prognosis................................................................................................................10
12. Komplikasi.............................................................................................................11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................................12
1. Pengkajian.................................................................................................................12
2. Diagnosa....................................................................................................................12
3. Rencana Tindakan.....................................................................................................12
4. Implementasi.............................................................................................................15
5. Evaluasi.....................................................................................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................18
Lampiran Pathway...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen, khususnya kulit, merupakan organ terluas permukaannya yang
membungkus seluruh bagian luar tubuh. Kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, bahaya fisik, maupun oleh bakteri, dan yang lain-lainnya. Cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.
Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan
melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit, misalnya menjadi pucat, kekuning-
kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan
yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Mengingat posisina yang paling luar dan yang paling luas, maka kulit sangat rentan
sekali menderita penyakit. Gangguan biologis, fisik, maupun psikis juga dapat
menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit, misalnya karena stres, ketakutan atau
dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Salah satu penyakit pada
kulit adalah pioderma atau orang awam mengatakan bisul.
Pioderma (bisul) pada umunya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga terjadi pada
orang dewasa,yang menjadi penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit dan bisa juga
disebabkan karena menderita penyakit infeksi disaluran pernafasan. Gejala klinik bisul
sangat bervariasi. Gejala ini biasanya disertai nyeri pada daerah pembengkakan dan
demam seluruh tubuh.
Walupun dianggap sebagai penyakit yang ringan, namun bisul dapat menyebabkan
demam dan radang yang parah hingga infeksi. Untuk itu, kita perlu mengetahui
bagaimana teori dari pioderma sehingga nantinya dapat melakukan asuhan keperawatan
yang tepat pada pasien dengan pioderma.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar teori dari penyakit pioderma?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dngan
pioderma?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah dibebankan
kepada kami dalam mata kuliah Sistem Integumen. Selain itu, tugas ini juga bertuuan
untuk membuat kami paham tentang bagaimana konsep teori dan konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan pioderma.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar penyakit pioderma yang meliputi
pengertian, penyebab, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
diagnostik, dan penanganan.
2. Mengetahui tentang bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien dengan pioderma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Penyakit
1. Pengertian Pioderma
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus
atau streptococcus beta hemoliticus. Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma.
Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.
Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.
Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat
superficial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai
dermis).
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel
(akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus.
Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi
kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta
hemolyticus atau Staphylococcus aureus.
2. Epidemiologi
Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah
penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326
responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi
mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan sendirinya.
Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan
keadaan sosial ekonomi.
3. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut
di kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang
merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan
berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase
positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama
bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal
manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan
streptococcus.
4. Faktor Predisposisi
a. Higiene yang Buruk
Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung
bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat
kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja
masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.
tentu dengan sabun yang tepat
b. Daya Tahan Tubuh yang Lemah
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan
dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan
merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang
HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan
lebih mudah terserang infeksi kulit.
c. Penyakit Lain di Kulit
Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu
fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy
rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya.
d. Luka pada Kulit
Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan
masuk kuman.
5. Klasifikasi
a. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau
kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis.
Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti
demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan
gelembung yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau
dirinya sendiri. Impetigo ada 2, yaitu :
1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan
kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu
kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan
keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat
luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik
eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering
terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit
dan gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal
dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah
menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada
bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.
pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi salep
antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan
b. Folikuitis
Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa
bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya.
Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat
topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan.
c. Furunkel
Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel
rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata
di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di
daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak,
bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila
kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis.
5
d. Karbunkel
Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
e. Erisipelas
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau
trauma, baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar.
Ciri-cirinya, yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala
berupa demam dan kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal:
tungkai di elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1:
10000 (larutkan dalam air sampai warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
f. Selulitis
Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang meluas
sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat erisipelas.
g. Flegmon
Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan
selulitis hanya ditambah insisi.
h. Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh
Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai bawah.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal : kompres ulkus dengan kalikus
permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai
warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal eritromisin 1% atau
mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
i. Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus
dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan antiseptik
topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya
pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-
500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku.
j. Abses multiple kelenjar keringat
Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan
tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti
kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala
bagian belakang, bokong, dan lainnya, banyak terjadi pada anak. Pengobatan
dapat diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
k. Staphylococcal scalded skin syndrome
Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri
yang khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai
infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang
timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat
paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan dapat dilakukan
dengan obat: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500
mg sebelum makan
6. Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma
antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas
dimana adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus
mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan
substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer
polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan
eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau
lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini
juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,
mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat
lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut
menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin
disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan
dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan
kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan
7
nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah
yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga
secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis
dan perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan
yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses
supurasi dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada
bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik,
dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan
keluar. Perawatan khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul
pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata,
oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi
penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi
selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes
militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada
daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan
ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan.
(Pathway terlampir)
7. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:
a. Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari
dan akan pecah dengan sendirinya.
b. Nyeri yang berdenyut-denyut
Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan
penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi
hanya bersifat menyokong.
9. Pengobatan
Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai obat yang dapat
digunakan, meliputi:
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
1) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar
perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi
karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi
syok anafilaktik.
2) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak
50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
3) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga
cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma
lebih tinggi.
4) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin.
Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk
anak anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
b. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-
penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan
diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
9
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.
c. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa
tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3-4 dosis.
d. Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
Selain obat sistemik, obat-obatan topikal (salep) juga sering diberikan. Bermacam-
macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti
mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin.
Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat
dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan
kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-
obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres
terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan
yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya
pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
10. Tindakan Perawatan
Selain penanganan dengan menggunakan obat, tindakan perawatan pada pioderma
(bisul) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari
b. Setelah bisul pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi
d. Periksa dokter bila gejala tidak berkurang
11. Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat
dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila
terjadi komplikasi.
12. Komplikasi
a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit,
terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b. Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius (pada kasus berat), ekspresi
wajah meringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup
diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-
muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
2. Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
11
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
kulit dan cara menangani kelainan kulit
3. Rencana Tindakan
Dx. : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan panas px turun,
dengan KH; suhu tubuh px normal (36,50-37,50C), pasien tidak menggigil, akral teraba
hangat.
Intervensi Rasional
Pantau suhu pasien (derajat dan pola) Suhu diatas 37,50C menunjukkan proses
infeksius.
Berikan kompres hangat Membantu mengurangi demam
Anjurkan pasien untuk banyak minum Membantu mengurangi demam
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
Dx. : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan pasien dapat
mempertahankan integritas kulit, dengan KH; lesi pada kulit pasien hilang
Intervensi Rasional
Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman
luka dan kondisi sekitar bisul/luka.
Memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi .
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan
kulit dengan cara mandi sehari 2 kali.
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah
komplikasi.
Lindungi kulit yang sehat terhadap
kemungkinan maserasi.
Maserasi pada kulit yang sehat dapat
menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan
kelainan primer.
Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga
agar kulit tetap lembab dan fleksibel
dengan pengolesan cream atau lotion.
Pengolesan cream atau lotion untuk
mencegah agar kulit tidak menjadi kasar,
retak dan bersisik.
Kolaborasi dalam pemberian obat
topical/sistemik.
Mencegah atau mengontrol infeksi.
Dx. : Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan nyeri px
hilang/terkendali, dengan KH; pasien tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1, pasien
tampak lebih rileks, ukuran pioderma mengecil
Intervensi Rasional
Kaji nyeri pasien. Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri
dapt mengindikasikan komplikasi.
Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri. Pernyataan memungkinkan pengungkapan
emosi dan apat meningkatkan mekanisme
koping.
Ajarkan teknik relaksasi. Memfokuskan kembali pehatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
rasa control yang dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis.
Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai
dengan kondisi dan usia pasien.
Membantu mengurangi konsentrasi nyeri
yang dialami dan memfokuskan kembali
perhatian.
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai
indikasi.
Perubahan metode untuk penghilangan
nyeri .
Dx. : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan gangguan citra
diri teratasi, dengan KH; Px mampu mengembangkan peningkatan kemauan untuk
menerima keadaan diri, mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan
mandiri, melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi, menguatkan kembali
dukungan positif dari diri sendiri, mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang
lebih sehat, nampak tidak begitu memprihatinkan kondisi, menggunakan tekhnik
menyembunyikan kekurangan dan menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi Rasional
Kaji adanya gangguan pada citra diri
pasien.
Gangguan citra diri akan menyertai setiap
penyakit atau keadaan yang tampak nyata
bagi pasien. Kesan seseorang terhadap
13
dirinya sendiri akan berpengaruh pada
konsep diri.
Berikan kesempatan untuk pengungkapan,
dengarkan dengan cara terbuka dan tidak
menghakimi untuk mengekspresikan
perasaan.
Berikan kesempatan untuk pengungkapan,
dengarkan dengan cara terbuka dan tidak
menghakimi untuk mengekspresikan
perasaan.
Bantu pasien yang cemas dalam
mengembangkan kemampuan untuk
menilai diri dan mengenali diri serta
mengatasi masalah.
Menetralkan kecemasan yang tidak perlu
terjadi dan memulihkan realitas situasi .
Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan
orang lain dan Bantu pasien kea rah
penerimaan diri.
Membantu dalam meningkatkan sosialisasi
dan penerimaan diri.
Dx. : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
kulit dan cara menangani kelainan kulit
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... diharapkan kebutuhan
pendidikan pasien tentang penyakitnya terpenuhi, dengan KH; pasien memiliki
pemahaman terhadap perawatan kulit, pasien mengikuti terapi seperti yang
diprogramkan, pasien menunjukkan peningkatan perilaku hygiene, pasien mampu
menggunakan obat topikal dengan tepat, pasien memahami pentingnya nutrisi untuk
kesehatan kulit.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien. Memberikan data dasar untuk mengetahi
tingkat pemahaman pasien.
Jaga agar pasien mendapat informasi yang
benar, memperbaiki kesalahan informasi.
Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang
mereka perbuat dan merasakan
manfaatnya.
Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga
agar kulit tetap lembab dan fleksibel
dengan pengolesan cream atau lotion.
Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas
kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau
lotion untuk mencegah agar kulit tidak
menjadi kasar, retak dan bersisik
Peragakan penerapan terapi yang Memungkinkan pasien untukmemperoleh
diprogramkan : obat topikal. kesempatan untuk menunjukkan cara yang
tepat untuk melakukan terapi.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat sebelumnya.
5. Evaluasi
a. Dx. : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
1) panas px turun
2) suhu tubuh px normal (36,50-37,50C)
3) pasien tidak menggigil
4) akral teraba hangat
b. Dx. : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
1) pasien dapat mempertahankan integritas kulit
2) lesi, bula pada kulit pasien hilang
c. Dx. : Nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit.
1) nyeri px hilang/terkendali
2) pasien tidak tampak meringis
3) skala nyeri 0-1
4) pasien tampak lebih rileks
5) ukuran pioderma mengecil
d. Dx. : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
1) gangguan citra diri teratasi
2) pasien mampu mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan
diri
3) pasien mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri
4) pasien melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
5) menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
6) pasien dapat mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
7) pasien dapat menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan
menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan
e. Dx. : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit.
1) kebutuhan pendidikan pasien tentang penyakitnya terpenuhi
15
2) pasien memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit
3) pasien mengikuti terapi seperti yang diprogramkan
4) pasien menunjukkan peningkatan perilaku hygiene
5) pasien mampu menggunakan obat topikal dengan tepat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau
Staphylococcus aureus. Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat
bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai
dermis). pioderma memang kebanyakan menyerang anak-anak namun orang dewasa juga
dapat mengalaminya.
Ada beberapa jenis pioderma, dimana tiap jenisna memiliki ciri-ciri dan juga
pengobatan yang berbeda.
seseorang dapat terkena pioderma jika ia memiliki hygiene yang buruk, kondisi
kesehatan yang menurun, dan juga tinggal di lingkungan yang kotor.
Tanda dan gejala pioderma meliputi gatal, nyeri, kulit kemerahan, dan juga terdapat
benjolan yang didalamnya berisi nanah. pada tahap yang sudah parah, penderitanya dapat
mengalami demam, nyeri, dan malaise. Prognosis penyakit ini umumnya baik, namun
dapat memburuk jika perawatan hygiene kurang baik.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien dengan pioderma meliputi
pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan terakhir dievaluasi.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa perawat agar lebih memahami konsep dasar penyakit
Pioderma dan konsep dasar asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa serta mempersiapkan mahasiswa dalam
menghadapi pasien dengan pioderma.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta :
EGC
Djuanda A. 2008.Pioderma Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Guyton, Arthur C.2002.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit Edisi 3.Jakarta:EGC
Price, SA, Wilson,LM.2006. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta. EGC
Lampiran Pathway
19
Furunkel oleh staphylococcus dan streptococcus
PIODERMA
Bakteri masuk
Folikulitis dan Perifolikulitis
Nyeri
S,Aureus tinggal dalam folikel
Nekrosis jaringan
Koagulasi fibrin sekitar lesi dan getah bening
Kelainan pada Kulit
Abses Pecah
Ulkus
Kurang pengetahuan
Penumpukan sel radang
Kerusakan integritas kulit
Gangguan Citra Tubuh
Ketidakseimbangan host,agent,lingkungan
Radang bertambah parah
Reaksi inflamasi oleh tubuh
Suhu meningkat
Hipertermi
Informasi tidak adekuat, pengungkapan
tidak mengetahui penyakit dan
penanganannya