askep osteoporosis

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sudoyo, 2009 ) Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4% tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ). 1

Upload: rizkiseptiawan

Post on 26-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep osteoporosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit

degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem

muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara

berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk

yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan

survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai

akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sudoyo, 2009 )

Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa

tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca

menopause adalah 1,4% tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi

RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi umur, lamanya

menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah

kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan lebih/obesitas dan latihan yang

teratur ( Sudoyo, 2009 ).

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umumnya adalah agar pembaca mengetahui,

mengerti dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien

dengan “Osteoporosis”

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan mampu melaksanakan:

a. Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami osteoporosis.

1

Page 2: askep osteoporosis

b. Diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami osteoporosis.

c. Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami osteoporosis

d. Implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami osteoporosis

e. Evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami osteoporosis

1.3. Manfaat

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien

dengan osteoporosis.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

osteoporosis.

c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan

osteoporosis.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien

dengan osteoporosis.

e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

osteoporosis.

2

Page 3: askep osteoporosis

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. Pengertian

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa

tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan

hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang.

Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang

dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang.

Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas tulang

belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah. (WHO).

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan

penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan

mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan

menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner & Suddarth, 2000)

Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan

rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang,

menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur.

Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila terjadi fraktur.

Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan

tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita

osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur. Lokasi kejadian patah

tulang osteoporosis yang paling sering adalah pada tulang vertebra (tulang

punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan (patah tulang colles).

Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah

tulang osteoporosis. (Zairin Noor Helmi, 2012)

3

Page 4: askep osteoporosis

Di antara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan

masalah di bidang morbidilitas, moralitas, sosioekonomik, dan kualitas hidup

adalah patah tulang leher femur. Bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi

osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di

seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia.

Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause pada wanita adalah pada usia 50-

70 tahun.

4

Page 5: askep osteoporosis

1.2. Klasifikasi

a. Osteoporosis primer

Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause.

Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun

wanita.

b. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit

tulang erosif misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme

dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya : glukokortikoid).

c. Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :

Usia kanak-kanak (juvenile)

Usia remaja (adolesen).

Wanita pra-menopause.

Pria usia pertengahan

1.3. Etiologi

Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan

perubahan yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab sekundernya

terdapat beberapa predisposisi, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada

seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko

fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak

ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.

Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya

serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang

yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)

sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih

5

Page 6: askep osteoporosis

mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang

kecil pada usia yang sama

b. Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang

terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan

lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi

penting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada

umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan

karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut

pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

c. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses

penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama

pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat

penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan

kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan

keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan

kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan

kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause

ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan

kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan

kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta

eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan / kehilangan

estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium

yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

d. Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan

6

Page 7: askep osteoporosis

ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan

meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi

bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka

fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya

fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil

akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan

mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang

negatif

e. Estrogen

Berkurangnya / hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan

mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini

disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan

dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

f. Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan

mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan

kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan

massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak

ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

g. Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering

ditemukan. Individu  dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan

masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang

meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

7

Page 8: askep osteoporosis

1.4. Patofisiologi

Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang dimana

resopsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa tulang.

Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan dengan

keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhanterhenti,

remodeling tulang tetap berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resopsi pada satu

permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat yang

berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan dan gravitasi, sama

halnya dengan masalah penyakit sistemik. Proses selular dilaksanakan oleh sel

tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon lokal dan sistemik, serta peptida.

Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.

Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks

menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat

dalam interaksi ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan tulang yang

lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan yang baru. Kondisi ini

memberikan manifestasi penurunan massa total. Kondisi osteoporosis yang tidak

mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi penting, dimana

tulang menjadi rapuh dan terjadi kolaps tulang.

8

Page 9: askep osteoporosis

1.5. Pathway

9

Hasil interaksi kompleks yg menahun antara factor generic

dan lingkungan

Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuh dan tidak

pernah melahirkan

Melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Peningkatan pengeluaran kalsium bersama urine. Tidak tercapainya massa tulang yang maksilmal.

Resopsi tulang menjadi lebih cepat

Merokok, alcohol, kopi, defisiensi vitamin dan

gizi, gaya hidup (imobilitas), anoreksia

nervosa dan penggunaan obat-obatan

Penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru

Penurunan massa tulang total

Osteoporosis

Tulang menjadi rapuh dan mudah patah

Kolaps bertahap tulang vertebra

Fraktur colles

Fraktur femur

Fraktur kompresi vertebra torakalis

Fraktur kompresi vertebra lumbalis

Kifosis progresif

Penurunan tinggi badan

Hambatan mobilitas fisik

Perubahan postural

Perubahan postural

Deformitas skelet

Kompresi saraf pencernaan ileus

paralis

Konstipasi

Resiko cedera

Nyeri

Page 10: askep osteoporosis

1.6. Manifestasi klinik

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

a) Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

b) Nyeri timbul mendadak.

c) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

d) Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

e) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan

aktivitas.

f) Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

1.7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase

alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED).

Pemeriksaan ini untuk menilai kecepatan bone turnover. Penilaian bone

turnover rate dilakukan dengan membandingkan aktivitas formasi tulang

dengan aktivitas resorpsi tulang. Apabila aktivitas pembentukan/formasi

tulang lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas resorpsi tulang maka pasien

ini memiliki risiko tinggi terhadap osteoporosis. Evaluasi biokimia ini

dilakukan  melalui pemeriksaan darah dan urine pagi hari.

b. Pemeriksaan non-invasif yaitu :

Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa

kalsium total dan massa tulang.

Pemeriksaan absorpsiometri.

Pemeriksaan komputer tomografi (CT).

Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk

memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas,

ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan

pada tulang sternum atau krista iliaka.

10

Page 11: askep osteoporosis

c. Radiologi

Pemeriksaan radiologi vertebra torakalis dan lumbalis AP dan lateral

dilakukan untuk mencari adanya fraktur. Nilai diagnostik pemeriksaan

radiologi biasa untuk mendeteksi osteoporosis secara dini kurang

memuaskan karena pemeriksaan ini baru dapat mendeteksi osteoporosis

setelah terjadi penurunan densitas massa tulang lebih dari 30%.

1.8. Penatalaksanaan

1.8.1. Konservatif

Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat

atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang,

dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40 % dari

perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama

hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah

terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal

dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya

(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),

berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan

normal.

b. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau

pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk

manajemen selanjutnya.

c. Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan.

Orang yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis.

Olahraga yang direkomendasikan termasuk di antaranya adalah jalan

kaki, bersepeda, dan jogging.

11

Page 12: askep osteoporosis

1.8.2. Medikamentosa

Selain dari tatalaksana diatas, obat-obat juga dapat diberikan,

sebagai berikut:

a. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian

estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis.

Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan

tulang. Apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause,

maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.

Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada

kulit.

b. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan

kepadatan tulang. Konsumsi kalsium perhari sebanyak 1.200-1.500 mg

(melalui makanan dansuplemen). Dan konsumsi vitamin D sebanyak

600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang.

c. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,

risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan

jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang.

Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2

tahun. Sebelum mengkonsumsi obat, tenaga medis akan memeriksa

kadar kalsium dan fungsi ginjal.

d. Hormone lain: hormone-hormon ini akan membantu meregulasi

kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan

tulang.

e. Calcitonin

f. Teriparatide

1.8.3. Intervensi bedah

Intervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis

dengan fraktur melalui immobilisasi ketat dan pengembalian fungsi dan

aktivitas.

12

Page 13: askep osteoporosis

1.9. Komplikasi

Komplikasi utama osteoporosis adalah:

Deformitas skelet

Nyeri tulang

Fraktur

13

Page 14: askep osteoporosis

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. Pengkajian

1.1.1. Identitas

a. Identitas pasien

Sering terjadi pada wanita, ras putih, usia > 40 tahun, pekerja berat

b. Identitas penanggungjawab

1.1.2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Adanya nyeri yang timbul secara mendadak dan hebat pada daerah yang

terkena dan akan bertambah nyeri bila dipergunakan untuk beraktivitas

atau bergerak. Nyeri berkurang apabila dberistirahat

b. Riwayat kesehatan sekarang

Nyeri yang timbul secara mendadak dan hebat saat beraktivitas dan

berkurang saaat beristirahat, deformitas vertebra torakalis hingga

menyebabkan penurunan tinggi badan.

c. Riwayat kesehatan terdahulu

Obat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti

kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung

aluminium, sodium florida, dan bifosfonat etidronat, alkohol dan

merokok juga merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis.Penyakti

lain yang harus ditanyakan juga berhubungan dengan osteoporosis

adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi

pankreas.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena

ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.

14

Page 15: askep osteoporosis

1.1.3. Kebutuhan Bio-psiko-sosial

1) Pernafasan :

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena

penekanan pada fungsional paru.

2) Kebutuhan nutrisi

Adanya riwayat defisit intake kalsium dan protein

adanya riwayat perokok, peminum alcohol dan kopi

3) Kebutuhan eliminasi

Adanya keluhan konstipasi

4) Kebutuhan istirahat tidur

Pasien biasanya mengalami insomnia

5) Kebutuhan aktifitas latihan

Adanya keterbatasan pergerakan dan kelemahan.

6) Kebutuhan aman nyaman

Adanya nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan timbul

secara mendadak dan hebat

7) Kebutuhan seksual dan reproduksi

Sering terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause karena

penurunan hormone estrogen.

8) Kebutuhan psikologi

Adanya perasaan cemas dan takut untuk beraktivitas.

9) Integritas ego

Mengalami stress.

10) Kebutuhan interaksi social

Gangguan body image karena keterbatasan pergerakan fisik dan

perubahan fisik.

11) Kebutuhan spiritual

Rutinitas dalam beribadah, kebutuhan akan rohaniawan.

1.1.4. Pemeriksaan fisik

15

Page 16: askep osteoporosis

1) Keadaan umum : lemah dan kelelahan

Kesadaran dan ekspresi wajah

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu, nadi, RR, tekanan darah, berat badan.

3) Head to toes

Pemeriksaan kepala dan leher: leher, kepala, mata, telinga, hidung dan

mulut.

Pemeriksaan integumen: rambut, kulit (turgor kulit), dan kuku.

4) Dada

Bentuk dada, jantung dan paru.

5) Abdomen

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan

konstipasi, abdominal distance.

6) Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)

Inspeksi: penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis

atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat

badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang.

Palpasi: nyeri tekan pada daerah yang mengalami deformitas.

1.2. Diagnosa keperawatan

16

Page 17: askep osteoporosis

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,

deformitas tulang.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi

usus)

1.3. Intervensi

Dx 1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,

deformitas tulang.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

Pantau tingkat nyeri pada punggung,

nyeri terlokalisasi atau menyebar

pada abdomen atau pinggang.

Ajarkan pada klien tentang

alternative lain untuk mengatasi dan

mengurangi rasa nyerinya.

Kaji obat-obatan untuk mengatasi

nyeri.

Rencanakan pada klien tentang

periode istirahat adekuat dengan

berbaring dalam posisi telentang

selama kurang lebih 15 menit

tulang dalam peningkatan

jumlah trabekular, pembatasan

gerak spinal.

Alternatif lain untuk mengatasi

nyeri, pengaturan posisi,

kompres hangat dan sebagainya.

Keyakinan klien tidak dapat

menoleransi obat yang adekuat

atau tidak adekuat untuk

mengatasi nyerinya.

Kelelahan dan keletihan dapat

menurunkan minat untuk

aktivitas sehari-hari.

17

Page 18: askep osteoporosis

Dx 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

Kaji tingkat kemampuan klien yang

masih ada.

Rencanakan tentang pemberian

program latihan:

- Bantu klien jika diperlukan

latihan

- Ajarkan klien tentang aktivitas

hidup sehari hari yang dapat

dikerjakan

- Ajarkan pentingnya latihan.

Bantu kebutuhan untuk beradaptasi

dan melakukan aktivitas hidup sehari

hari, rencana okupasi .

Peningkatan latihan fisik secara

adekuat:

- dorong latihan dan hindari tekanan

pada tulang seperti berjalan.

- instruksikan klien untuk latihan

selama kurang lebih 30menit dan

selingi dengan istirahat dengan

berbaring selama 15 menit

Dasar untuk memberikan

alternative dan latihan gerak

yang sesuai dengan

kemapuannya.

Latihan akan meningkatkan

pergerakan otot dan stimulasi

sirkulasi darah

Aktifitas hidup sehari-hari

secara mandiri

Dengan latihan fisik:

- Masa otot lebih besar sehingga

memberikan perlindungan

pada osteoporosis

- Program latihan merangsang

pembentukan tulang

- Gerakan menimbulkan

18

Page 19: askep osteoporosis

- hindari latihan fleksi, membungkuk

tiba– tiba,dan penangkatan beban

berat

kompresi vertical dan fraktur

vertebra.

Dx 3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal

dan ketidakseimbangan tubuh.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

Ciptakan lingkungan yang bebas dari

bahaya:

- Tempatkan klien pada tempat tidur

rendah.

- Amati lantai yang membahayakan

klien.

- Berikan penerangan yang cukup

- Tempatkan klien pada ruangan

yang tertutup dan mudah untuk

diobservasi.

-  Ajarkan klien tentang pentingnya

menggunakan alat pengaman di

ruangan.

Berikan dukungan ambulasi sesuai

dengan kebutuhan:

- Kaji kebutuhan untuk berjalan.

- Konsultasi dengan ahli therapist.

- Ajarkan klien untuk meminta

bantuan bila diperlukan.

- Ajarkan klien untuk berjalan dan

keluar ruangan.

Menciptakan lingkungan yang

aman dan mengurangi risiko

terjadinya kecelakaan.

Ambulasi yang dilakukan

tergesa-gesa dapat

menyebabkan mudah jatuh.

19

Page 20: askep osteoporosis

- Bantu klien untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari secara

hati-hati.

Ajarkan pada klien untuk berhenti

secara perlahan, tidak naik tanggga,

dan mengangkat beban berat.

Ajarkan pentingnya diet untuk

mencegah osteoporosis:

- Rujuk klien pada ahli gizi

- Ajarkan diet yang mengandung

banyak kalsium

- Ajarkan klien untuk mengurangi

atau berhenti menggunakan rokok

atau kopi

Ajarkan tentang efek rokok terhadap

pemulihan tulang

Observasi efek samping obat-obatan

yang digunakan

Penarikan yang terlalu keras

akan menyebabkan terjadinya

fraktur.

Pergerakan yang cepat akan

lebih memudahkan terjadinya

fraktur kompresi vertebra pada

klien osteoporosis.

Diet kalsium dibutuhkan untuk

mempertahankan kalsium

serum, mencegah bertambahnya

kehilangan tulang. Kelebihan

kafein akan meningkatkan

kalsium dalam urine. Alcohol

akan meningkatkan asidosis

yang meningkatkan resorpsi

tulang

Rokok dapat meningkatkan

terjadinya asidosis.

Obat-obatan seperti diuretic,

fenotiazin dapat menyebabkan

pusing, megantuk, dan lemah

yang merupakan predisposisi

klien untuk jatuh.

1.4. Implementasi

20

Page 21: askep osteoporosis

Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana

tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.

1.5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap

tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,

direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek

tergantung respon dalam keefektifan intervensi.

Adapun hasil dari asuhan keperawatan yang bisa dicapai adalah:

a) Tidak terjadi komplikasi

b) Aktifitas dan mobilitas terpenuhi

c) Perilaku yang adaptasi

d) Memahami cara perawatan dirumah

21

Page 22: askep osteoporosis

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh

penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah

patah. Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang

menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga

meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal

pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan

perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar

tulang

4.2. Saran

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat

kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam

berkomunikasi dengan klien.

2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan

diagnosa keperawatan

22

Page 23: askep osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

Lukman & Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta : Salemba Medika.

Noor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuluskletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Sudoyo, Aru dkk. (2009). Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :

Internal Publishing.

23