askep masa nifas

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (Ramli, Ahmad, 1989). Masa nifas juga erat kaitannya dengan kematian maternal. WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 1997; 4). Sedangkan kematian maternal menurut WHO itu sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut kematian seorang wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.” (Sarwono, 1996).

Upload: yuggie-chandra-el-hamdi

Post on 28-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

MATERNITY DEPT

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP MASA NIFAS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun

psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu.

Selain itu pengertian nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-

alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan

(Ramli, Ahmad, 1989). Masa nifas juga erat kaitannya dengan kematian maternal.

WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. Pada

tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000

kelahiran hidup). Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di

dalam rumah sakit 26,7 %. Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 /

100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 1997; 4). Sedangkan kematian maternal

menurut WHO itu sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut kematian seorang

wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk

mengakhiri kehamilan.” (Sarwono, 1996).

Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat menyebabkan kematian maternal,

diantaranya adalah masalah yang terjadi pada masa nifas seperti perdarahan post

partum, infeksi masa nifas , kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dalam

rangka pemeliharaan kesehatan masa nifas.

Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu

menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara

penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang

gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan

tambahan selama tiga bulan pertama.

Page 2: ASKEP MASA NIFAS

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM

Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan

satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu

47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun

1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada

bayinya mencapai 47%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr.

Kariadi Semarang tahun 2006 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan

31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya

yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol,

dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar.

Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang

tahun 2006 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada

ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%.

Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan

tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada

bayi.

Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan

ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang,

kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang,

ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi

pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang

sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .

Berdasarkan studi pendahuluan wawancara penulis di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi

Jember menyebutkan bahwa 6 dari 10 ibu yang melahirkan secara normal tidak dapat

Page 3: ASKEP MASA NIFAS

memberikan asinya karena berbagai macam alasan yaitu asinya tidak keluar, putting

susu tidak keluar dan tidak dirawat jadi satu dengan bayinya.

Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang turut bertanggungjawab untuk mencegah masalah diatas. Salah

satunya adalah meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap ibu nifas. Agar

pelayanan keperawatan menjadi optimal tentunya dibutuhkan suatu standar

praktek keperawatan.

Dengan pendekatan ini penyusunan standar praktek asuhan keperawatan nifas

digunakan pendekatan proses keperawatan meliputi ; Pengkajian, Diagnosa

keperawatan, Identifikasi hasil yang diharapkan, Perencanaan, Implementasi, dan

Evaluasi (ANA, 1991)

Teori keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang

dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada

dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud

dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong

dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori

keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan

nifas. Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan

keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai

bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara

perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam

memenuhi kebutuhan klien ibu nifas.

Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan

meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan

kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah

pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan

kesejahteraannya.

Page 4: ASKEP MASA NIFAS

Melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul laporan ini “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Post Partum dengan Persalinan normal di Ruang Nifas RSD

dr. Soebandi Jember”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah

dalam memberikan asuhan keperawatan klien post partum dengan masalah

proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr.

Soebandi Jember sesuai dengan standart keperawatan melalui pendekatan

proses keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menganalisis pengkajian data keperawatan klien post

partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di

Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

b. Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan keperawatan klien post

partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di

Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

c. Mahasiswa mampu melaksanakan tidakan keperawatan klien post partum

dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang

Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan

klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan

normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

e. Mahasiswa mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan

klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan

normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

BAB II

Page 5: ASKEP MASA NIFAS

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR NIFAS

1. Definisi

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran

yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi

kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. ( F.Gary cunningham,Mac

Donald,1995 )

2. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang

dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari

rumah sakit.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

b. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi

dan perawatan bayi sehat.

d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi( Bari Abdul,2000 )

3. Perubahan Masa Nifas

Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat

fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:

a. Perubahan fisik

Page 6: ASKEP MASA NIFAS

1 ) Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat

kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga

mencapai keadaan seperti sebelum hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya:

Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh

karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi

lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari

sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.

Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian

dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser

kencing setelah melahirkan.

Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot

setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah

yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk

mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan

retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang

mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga

ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.

2 ) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan

atropi pada jaringan otot uterus.

3 ) Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena

kontraksi dan retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Page 7: ASKEP MASA NIFAS

Involusi TFU Berat

Uterus

Diameter

Bekas Melekat

Plasenta

Keadaan

Cervix

Setealh

pladsenta lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Sepusat

Pertengahan pusat

symphisis

Tak teraba

Sebesar hamil 2

minggu

Normal

1000 gr

500 gr

350 gr

50 gr

30 gr

12,5

7,5 cm

5 cm

2,5 cm

Lembik

Dapat dilalui 2

jari

Dapat

dimasuki 1 jari

Sumber: Rustam muchtar, 1998

4 ) Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh

darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi

plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya

dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.

Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar

pada dasar luka.

5 ) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang

besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran

darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

6 ) Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2

jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena

hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix

jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat

Page 8: ASKEP MASA NIFAS

laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum

ruggae mulai nampak kembali.

Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules)

disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan

bila terlalu mengganggu analgesik.

7 ) Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina

dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari

darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal,

tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,

verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar

mulai hari pertama sampai hari ketiga.

a ) Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari

ketiga sampai hari ketujuh.

b ) Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari

keempat belas.

c ) Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.( Manuaba,

1998)

8 ) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan

diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir

berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus

jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum

jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-

latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998 )

Page 9: ASKEP MASA NIFAS

9 ) Sistim Kardiovasculer

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk

mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh

placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen

mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma

menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada

24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien

mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu

mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan

vaskularisasi jaringan selama kehamilan ( V Ruth B, 1996)

10 ) Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari

volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak

dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum ( V Ruth B,

1996 )

11 ) Sistim Hormonal

a ) Oxytoxin

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi

pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga

persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.

Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,

memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah

perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,

isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini

membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.

Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan

hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini

menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

Page 10: ASKEP MASA NIFAS

b ) Prolaktin

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh

glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar

prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.

Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari

ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan

FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada

ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan

progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel

de graaf, ovulasi dan menstruasi.

12 ) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air

susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan

yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh

ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi

bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang

pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang

pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.

Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang

laktasi.

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang

pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang

ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.

Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang

menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.

Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan

nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola

mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.

Page 11: ASKEP MASA NIFAS

Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5

%, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.

Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.

Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta

makanan yang dikonsumsi ibu.

13 ) Tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90

mmHg, mungkin bisa naik dari

tingkat disaat persalinan 1 – 3

hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C

Denyut nadi: 60-100 X / menit

Tekanan darah > 140 / 90

mmHg

Suhu > 380 C

Denyut nadi: > 100 X / menit

b. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam

3 tahap yaitu:

1 ) Periode Taking In

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini

terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal

ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan

hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya

dan menciptakan hubungan yang baru.

2 ) Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha

bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk

menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu

Page 12: ASKEP MASA NIFAS

berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air

kecil atau buang air besar.

3 ) Periode Letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil

tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995 )

Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang

dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung

dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.

Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada

hari ke 3-5 post partum.

4. Perawatan Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk

pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.

Dimana perawatan post partum meliputi:

a. Mobilisasi Dini

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama

8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua

diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima

sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung

pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,

mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,

melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,

meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi

ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998 )

Page 13: ASKEP MASA NIFAS

b. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga

ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI

sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998 )

c. Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah

kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

d. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu

Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,

lochia alba

Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-

tanda infeksi. ( Manuaba, 1998 )

e. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

1 ) Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada

pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus

mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran

dan buah-buahan.

2 ) Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak

tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak

akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,

sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa

pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat

buang air kecil ataupun setiap buang air besar.

Page 14: ASKEP MASA NIFAS

3 ) Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun

didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari

sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila

klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa

nyeri.

4 ) Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post

partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra

mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus

spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita

sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.

5 ) Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum

terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans

per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.

6 ) Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu

lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena

sangat berguna untuk kesehatan bayi.

7 ) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan

bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6

bulan.

8 ) Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk

membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan

kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum

Page 15: ASKEP MASA NIFAS

haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya

metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan ( Bari Abdul,

2000).

Page 16: ASKEP MASA NIFAS

BAB III

STUDI KASUS

KASUS I

Ny. R, Umur 43 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama

Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. S umur 45 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,

pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Sumber Jambe Jember

Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat saat bergerak dan

tidak hilang dengan diam, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut

bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (5-6), nyeri

dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai

tanggal 19 Februari 2011 jam 10.00 WIB setelah bersih-bersih rumah klien

merasakan keluar cairan pervaginam bening bau anyir, dan klien merasakan kenceng-

kenceng kemudian klien periksa ke puskesmas sumber jambe kemudian dirujuk ke

RSD Dr. Soebandi Jember. Klien MRS di RSD dr. Soebandi Jember tanggal 19

Februari 2011 jam 15.00 WIB, dan MRS di Ruang VK jam 18.45 WIB. Bayi lahir

jenis kelamin perempuan, PB 52 cm, BB 3.300 gr, linkar kepala 36 cm, lingkar dada

35 cm, lingkar perut 33 cm, AS 7-8 tidak ada kecacatan, bayi dirawat di ruang

perinatologi. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit sesak

yang sering kambuh, tidak mempunyai penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung.

Riwayat kesehatan keluarga: Nenek klien mempunyai penyakit DM, ibu klien

mempunyai penyakit jantung dan sesak. Riwayat psikososial: Klien mengatakan

pada awal kehamilannya klien berusaha menggugurkan kehamilannya dengan minum

jamu, karena klien sudah tidak menghendaki mempunyai anak lagi, klien takut

keguguran lagi seperti kehamilan yang ke 3, tetapi karena tidak berhasil dan oleh

suaminya tidak boleh digugurkan kemudian dibatalkan. Saat ini klien dapat menerima

kehadiran anaknya dan merasa lega karena anak dan dirinya selamat. Pola persepsi

dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama kehamilannya selalu

memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu. Pola nutrisi dan

metabolism: Selama hamil klien tidak ada gangguan pada nafsu makan maupun pola

Page 17: ASKEP MASA NIFAS

makan, Menurut klien dan suaminya setelah melahirkan klien tidak boleh makan ikan

laut, daging ayam, dan telur karena dapat menyebabkan gatal. Pola aktivitas: Selama

hamil aktifitas klien tidak terganggu, dan setelahmelahirkan seluruh kebutuhan

sehari-harinya dibantu oleh keluarga. Pola eliminasi: Selama hamil dan setelah

melahirkan tidak ada gangguan pada eliminasi urine dan alvi. Pola persepsi sensori:

Selama hamil dan setelah melahirkan tidak mengalami gangguan persepsi dan

sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa malu dengan perubahan yang terjadi

setelah melahirkan. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga

harmonis, ayah ibu dan suami hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola

reproduksi dan seksual:Klien mempunyai 3 orang anak, tidak pernah menderita

penyakit seksual menular, selama hamil tetap melakukan hubungan seksual dengan

pasangan, menurut klien hubungan seksual setelah melahirkan dapat dilakukan

setelah 40 hari pasca melahirkan. Pola penanggulangan stres/koping – Toleransi

stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-jalan. Riwayat

penggunaan kontrasepsi: Klien selama ini menggunakan kontrasepsi KB. Riwayat

menstruasi: Menarche 12 tahun, lama 6 hari, siklus 28-30 hari, HPHT lupa, saat haid

nyeri, kadang-kadang mengalami fluor albus terutama bila kepayahan, tetapi tidak

gatal. Riwayat kehamilan terdahulu: Selama hamil ke 1-3 klien periksa secara

teratur ke bidan dan Posyandu, tidak pernah ada gangguan, tetapi saat melahirkan ke

dukun. Riwayat kehamilan sekarang: Kehamilan saat ini yang ke-4, selama hamil

ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke bidan/Posyandu. Riwayat persalinan

terdahulu: Klien mengatakan anak pertama lahir normal di tolong dukun, usia

kehamilan 10 bulan, anak ke-2 lahir normal didukun dengan usia kehamilan 9 bulan,

lahir, anak ke-3 keguguran dengan usia kehamilan 6 bulan. Riwayat persalinan

sekarang: P3 0013 lahir dengan normal

Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak

tegang terutama saat bergerak, meringis, dan klien tampak berhati-hati saat bergerak.

Tanda-tanda vital; suhu 360c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 110/60 mmHg,

Respirasi 22x/mnt, TB/BB 156cm /58 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal,

5555 5555 555 555

Page 18: ASKEP MASA NIFAS

warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak

terdapat edema palpebra, muka; ada kloasma, tidak sembab, tidak berjerawat,

terlinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip,

tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak

ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda

peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena

jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus

kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid

klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara

napas vesikuler, ronki +/+, wheezing -/-, S1-S2 tunggal. Payudara; buah dada

lembek, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI tidak keluar. Abdomen;

bentuk cembung, , bising usus 10x/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak

teraba, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simpisis, timpani. Genetalia;

perdarahan pervaginam tidak ada, lochea serosa. Punggung; struktur sesuai anatomis.

Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5, Integumen: tidak

ada jejas, elastisitas kulit baik.

Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum

2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. Proses laktasi tidak efektif b/d konflik tentang bayinya, kurangnya

pengetahuan tentang cara merawat bayi.

Rencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik

distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital

sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka

perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih

dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali

pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien

Page 19: ASKEP MASA NIFAS

(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu

untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan

bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu

untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera

mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi

Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 5/ sedang). Mengkaji kontraksi

uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU pertengahan pusat dan

simpisis). mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bisa menerapkan tehnik

distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang

pemberian analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda

infeksi (T: 110/60mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor

-, dolor -). Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah (lochea serora,

warna keputihan, bau anyir dan jumlah ± 20cc). Menganjurkan pasien membasuh

vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali

perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak (pasien bisa melaksanakan

pembersihan vulva dari depan kebelakang). Memberi kesempatan ibu untuk

melakuakn perawatan bayi secara mandiri (ibu mencoba menyusui bayi 4 kali setiap

hari diruang perinatologi). Melibatkan suami dalam perawatan bayi (suami ikut

melihat bayinya di ruang perinatologi). Melatih ibu untuk perawatan payudara secara

mandiri dan teratur (pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak

keluar). Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP (pasien

makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan).

Melakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu

atau bayi (pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung, takut kalau ada

komplikasi pada bayinya)

Page 20: ASKEP MASA NIFAS

Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien menginginkan bayinya dirawat

jadi satu diruang rawat gabung tetapi pasien takut terjadi komplikasi pada bayinya

O: Kontraksi uterus +, TFU pertengahan pusat dan simpisis, pasien bisa menerapkan

tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 110/60mmHg, N:

84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -, lochea serora,

warna keputihan, bau anyir dan jumlah ± 20cc, pasien bisa melaksanakan

pembersihan vulva dari depan kebelakang, ibu mencoba menyusui bayi 4 kali

setiap hari diruang perinatologi, pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi

ASInya tidak keluar, pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur

dan ikan tidak dimakan, pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung,

takut kalau ada komplikasi pada bayinya

A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi

Infeksi tidak terjadi

Proses laktasi tidak efektif belum teratasi

P: Rencana tindakan dilanjutkan

KASUS II

Ny. H, Umur 20 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SMP, Agama

Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. S umur22 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,

pendidikan SMA, Agama Islam, Pekerjaan Swasta, Alamat situbondo

Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri pada perut, nyeri bertambah berat saat

bergerak, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian bawah, skala

nyeri sedang (5-6), nyeri dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: pada

tanggal 19-02-2011 pasien kejang kemudia pasien dibawa ke puskesmas besuki dan

di rujuk ke RSD . Situbondo dan setelag pasien tidak kejang lagi pasien pulang paksa,

dan pada hari mimggu, 20-02-2011 pasien kejang lagi lalu di bawa ke RSD

Situbondo kemudian dirujuk ke RSD Dr. Soebandi Jember dan MRS di Ruang VK

jam 18.45 WIB. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki, PB 46 cm, BB 2.000 gr, linkar

Page 21: ASKEP MASA NIFAS

kepala 29 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar perut 30 cm, AS 3-5 tidak ada kecacatan,

bayi dirawat di ruang perinatologi. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan

mempunyai hipertensi. Riwayat kesehatan keluarga: Ibu klien mempunyai penyakit

Hipertensi. Riwayat psikososial: Klien mengatakan ini adalah kehamilan yang

diharapkan dan merasa lega karena anak dan dirinya selamat. Pola persepsi dan

tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama kehamilannya selalu

memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu. Pola nutrisi dan

metabolism: Selama hamil dan setelah melahirkan klien tidak ada gangguan pada

nafsu makan maupun pola makan. Pola aktivitas: Selama hamil aktifitas klien tidak

terganggu, dan setelah melahirkan sebagian kebutuhan sehari-harinya dibantu oleh

keluarga. Pola eliminasi: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak ada gangguan

pada eliminasi urine dan alvi. Pola persepsi sensori: Selama hamil dan setelah

melahirkan tidak mengalami gangguan persepsi dan sensori. Pola konsep diri: Klien

tidak merasa malu dengan perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Pola

hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, ayah ibu dan suami

hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual: Selama

hamil tetap melakukan hubungan seksual dengan pasangan, menurut klien hubungan

seksual setelah melahirkan dapat dilakukan setelah 40 hari pasca melahirkan. Pola

penanggulangan stres/koping – Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah

klien membicarakan dengan suami. Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien tidak

memnggunakan kontrasepsi. Riwayat menstruasi: Menarche 13 tahun, lama 7 hari,

siklus 28 hari, HPHT lupa.

Riwayat kehamilan terdahulu: kehamilan ke-1. Riwayat kehamilan sekarang:

Kehamilan saat ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke bidan/Posyandu. Riwayat

persalinan terdahulu:-. Riwayat persalinan sekarang: P1 0000 lahir dengan

normal

Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6. Tanda-tanda vital;

suhu 36,50c, denyut nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, Respirasi 20x/mnt,

TB/BB 160cm /55 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal, warna hitam, tidak

Page 22: ASKEP MASA NIFAS

mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak terdapat edema palpebra,

muka, terlinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada

polip, tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat

sariawan, tidak ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada

tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan

tekanan vena jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak

terlihat iktus kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis

di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran

jantung, suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, S1-S2 tunggal.

Payudara; buah dada lembek, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI keluar.

Abdomen; bentuk cembung, , bising usus 12x/mnt, dinding abdomen supel, hepar

dan lien tidak teraba, tinggi fundus uteri 2 Jari dibawah pusat, timpani. Genetalia;

perdarahan pervaginam sedikit, lochea rubra, luka episotomi +, Punggung; struktur

sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5,

Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit baik.

Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;

involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. Proses laktasi tidak efektif b/d konflik tentang bayinya, kurangnya

pengetahuan tentang cara merawat bayi.

Rencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik

distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital

sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka

perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih

dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali

pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien

Page 23: ASKEP MASA NIFAS

(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu

untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan

bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu

untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera

mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi

Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 4/ sedang). Mengkaji kontraksi

uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU 2 Jari dibawah pusat).

Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bisa menerapkan tehnik distraksi

nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang pemberian

analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda infeksi (T:

110/70mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,7°C, readnes +, edema +, ekhimosis -,

dischart +, aproksimation +). Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah

(lochea lubra, warna kemerahan, bau amis dan jumlah ± 20cc). Mengkaji luka

perineum, keadaan jahitan (luka perineum kemerahan, jahitan wound dihinsen -).

Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum,

merawat payudara, merawat bayi) (pasien membersihkan lukanya dengan betadin).

Menganjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar

dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak

(pasien bisa melaksanakan pembersihan vulva dari depan kebelakang dan terakhir

diberi betadin). Memberi kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara

mandiri (pasien belum melihat bayinya di perinatologi). Melibatkan suami dalam

perawatan bayi (suami melihat bayinya di ruang perinatologi). Melatih ibu untuk

perawatan payudara secara mandiri dan teratur (pasien bisa melakukan perawatan

payudara dan ASInya keluar). Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan

diet TKTP (pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis). Melakukan rawat

gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi (bayi

pasien masih dalam observasi di perinatologi).

Page 24: ASKEP MASA NIFAS

Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien menginginkan melihat bayinya

yang dirawat di ruang perinatologi dan ingin menyusuinya

O: Kontraksi uterus +, TFU 2 Jari dibawah pusat, pasien bisa menerapkan tehnik

distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 110/70mmHg, N: 84x/mnt,

RR: 20x/mnt, t: 36,7°C, readnes +, edema +, ekhimosis -, dischart +,

aproksimation +, lochea lubra, warna kemerahan, bau amis dan jumlah ± 20cc,

pasien bisa melaksanakan pembersihan vulva dari depan kebelakang, pasien belum

melihat bayinya di perinatologi, pasien bisa melakukan perawatan payudara dan

ASInya keluar, pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis, bayi pasien masih

dalam observasi di perinatologi

A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi

Infeksi tidak terjadi

Proses laktasi tidak efektif belum teratasi

P: Rencana tindakan dilanjutkan

KASUS III

Ny. P, Umur 34 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama

Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. R umur 35 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,

pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Kalisat

Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat saat bergerak dan

tidak hilang dengan diam, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut

bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (4-5), nyeri

dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai

tanggal 23 Februari 2011 jam 09.00 WIB klien merasakan kenceng-kenceng

kemudian klien periksa ke RS Kalisat kemudian dirujuk ke RSD Dr. Soebandi

Jember. Klien MRS di RSD dr. Soebandi Jember tanggal 23 Februari 2011 jam 10.00

WIB, dan MRS di Ruang VK jam 11.55 WIB. Bayi lahir jenis kelamin perempuan,

Page 25: ASKEP MASA NIFAS

PB 52 cm, BB 3.750 gr, linkar kepala 36 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 33

cm, AS 5-6 tidak ada kecacatan, bayi dirawat bersama ibu diruang rawat gabung.

Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit sesak. Riwayat

kesehatan keluarga: Bapak klien mempunyai penyakit asma. Riwayat psikososial:

Klien merasa takut dengan kehamilan saat ini karena pasien mempunyai penyakit

sesak dan takut berdampak pada bayinya. Saat ini klien merasa lega karena anak dan

dirinya selamat. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan

selama kehamilannya selalu memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu.

Pola nutrisi dan metabolism: Selama hamil klien tidak ada gangguan pada nafsu

makan maupun pola makan, Menurut klien dan suaminya sebelum dan setelah

melahirkan klien tidak boleh makan ikan laut, daging ayam, dan telur karena dapat

menyebabkan gatal. Pola aktivitas: Selama hamil aktifitas klien tidak terganggu, dan

setelah melahirkan seluruh kebutuhan sehari-harinya dibantu oleh keluarga. Pola

eliminasi: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak ada gangguan pada eliminasi

urine dan alvi. Pola persepsi sensori: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak

mengalami gangguan persepsi dan sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa

malu dengan perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Pola hubungan dan peran:

Hubungan dengan keluarga harmonis, ayah ibu dan suami hadir bergantian selama

pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual: Klien mempunyai 3 orang

anak, tidak pernah menderita penyakit seksual menular, selama hamil tetap

melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Pola penanggulangan stres/koping

– Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-

jalan dan membicarakan dengan suami, Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien

selama ini menggunakan kontrasepsi KB suntik. Riwayat menstruasi: Menarche 13

tahun, lama hari, siklus 28 hari, HPHT lupa, saat haid nyeri, kadang-kadang

mengalami fluor albus terutama bila kepayahan, tetapi tidak gatal. Riwayat

kehamilan terdahulu: Selama hamil ke 1-3 klien periksa secara teratur ke bidan dan

Posyandu, tidak pernah ada gangguan. Riwayat kehamilan sekarang: Kehamilan

saat ini yang ke-4, selama hamil ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke

bidan/Posyandu. Riwayat persalinan terdahulu: Klien mengatakan anak pertama

Page 26: ASKEP MASA NIFAS

lahir normal di tolong dukun, usia kehamilan 9 bulan, anak ke-2 lahir normal didukun

dengan usia kehamilan 9 bulan, lahir, anak ke-3 lahir normal di bidan dengan usia

kehamilan 9 bulan. Riwayat persalinan sekarang: P3 0003 lahir dengan normal

Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak.

Tanda-tanda vital; suhu 36,70c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 120/60 mmHg,

Respirasi 22x/mnt, TB/BB 157cm /57 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal,

warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak

terdapat edema palpebra, muka tidak berjerawat, terlinga; simetris, tidak keluar

cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip, tidak keluar cairan, mulut;

bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak ada karies, gigi utuh,

leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena jugularis. Thorak/dada;

bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus kordis, ekspansi dada

optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor

diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara napas vesikuler,

ronki -/-, wheezing +/+, S1-S2 tunggal. Payudara; buah dada lembek,

hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI tidak keluar. Abdomen; bentuk

cembung, , bising usus 15/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba,

tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, timpani. Genetalia; perdarahan pervaginam

tidak ada, lochea rubra. Punggung; struktur sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2

detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5, Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit

baik.

Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum

2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. Proses laktasi tidak efektif b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat

bayi.

Page 27: ASKEP MASA NIFAS

Rencana tindakan

Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik

distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital

sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka

perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih

dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali

pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien

(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu

untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan

bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu

untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera

mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi

Pelaksanaan

Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 4/ sedang). Mengkaji kontraksi

uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU satu jari dibawah pusat).

mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bias menerapkan tehnik distraksi

nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang pemberian

analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda infeksi (T:

120/70mmHg, N: 84x/mnt, RR: 18x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -).

Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah (lochea rubra, warna

kemerahan, bau amis dan jumlah ± 30cc). Menganjurkan pasien membasuh vulva

setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali

perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak (pasien bisa melaksanakan

pembersihan vulva dari depan kebelakang). Memberi kesempatan ibu untuk

melakuakn perawatan bayi secara mandiri (pasien dan bayi jadi satu diruang rawat

gabung). Melibatkan suami dalam perawatan bayi (suami ikut merawat bayinya

diruang rawat gabung). Melatih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan

teratur (pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak keluar).

Page 28: ASKEP MASA NIFAS

Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP (pasien makan diit

dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan). Melakukan rawat

gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi

(pasiendan bayi jadi satu diruang rawat gabung)

Evaluasi

S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien senang bayinya dirawat jadi satu

diruang rawat gabung.

O: Kontraksi uterus +, TFU satu jari dibawah pusat, pasien bisa menerapkan tehnik

distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 120/70mmHg, N: 84x/mnt,

RR: 18x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -, lochea rubra, warna

kemerahan, bau amis dan jumlah ± 30cc, pasien bisa melaksanakan pembersihan

vulva dari depan kebelakang, pasien dan bayi jadi satu diruang rawat gabung,

pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak keluar, pasien

makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan,

pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung, takut kalau ada

komplikasi pada bayinya

A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi

Infeksi tidak terjadi

Proses laktasi tidak efektif belum teratasi

P: Rencana tindakan dilanjutkan

Page 29: ASKEP MASA NIFAS

BAB IV

PEMBAHASAN

KASUS I

Aspek psikologis antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-

mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini mempunyai

pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena

kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan

produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera

dan sesering mungkin. Pada hari-hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang

jumlahnya sedikit. Tetapi hal itu tak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi

masih sedikit (Soetjiningsih, 2000).

Pada Ny. R, asi tidak dapat keluar dan sudah dicoba untuk memberikan pada bayinya,

perawatan payudara dilakukan setiap hari pagi dan sore, setiap 3 jam sekali Ny. R

datang keruang perinatologiditemani suami dan mencoba untuk menyusui bayinya

tetapi asinya tidak keluar pada saat menyusui posisinya sudah benar dagu bayi

menyentuh payudara, putimg susu keluar aerola mama bersih.

Depresi dapat juga dialami setelah sang ibu melahirkan bayinya, amat penting

menjaga sampai si ibu yang sedang mengandung mengalami depresi anak yang

dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki

kadar hormon stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan

sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur,

untuk produksi asi ibu diupayakan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi

karena adanya pantang dari keluarga supaya si ibu tidak mengkonsumsi telur dan ikan

ayam, dengan alasan jika mengkonsumsi telur dan ikan ayam akan terjadi gatal pada

kandungan.

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu

dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

Page 30: ASKEP MASA NIFAS

ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya, ibu harus

dalam keadaan santai saat menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, faktor

psikologis ibu menyusuiharus rileks. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika

ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dengan berbagai cara mulai

dari menyemangati istri hingga hal lain seperti menyendawakan bayi setelah

menyusu, menggendong bayi untuk disusukan ke ibunya.

KASUS II

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI

yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI

tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan

sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber

protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan

yang tertumpu pada beras. Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya

untuk menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bila menyusui,

hendaknya ditingkatkan pada masyarakat, pengertian tersebut harus ditanamkan pada

anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian

dari tugas biologis seorang ibu

Pada Ny. H, yang melahirkan anak pertama berkemauan untuk menyusui anaknya

tetapi tidak bisa memberikan asinya pada bayinya karena bayinya ada diruang

perinatologi dan dari kondisi bayi tidak memungkinkan untuk dilakukan

rawatgabung, bayinya lahir dengan berat 2000 gram dan apgar skore 3-5.

Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern

dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit

sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan

rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti

tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui

bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam

jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.

Page 31: ASKEP MASA NIFAS

Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya

(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin

masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam

keadaan sakit

KASUS III

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut

bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior

untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan

pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down

Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk

menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam

dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air

susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang

tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting

semakin mengecil.

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar

menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai

setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap

selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli

berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang

mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam

aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen)

adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk

kedalam) mulut bayi.

Page 32: ASKEP MASA NIFAS

Pada Ny. P yang melahirkan anak ke-empat, tidak dapat menyusui bayinya karena

asinya tidak keluar padahal bayinya sudah jadi satu dengan ibu diruang rawatgabung

dan dapat selalu kontak dengan bayinya. Dalam keluarga Ny. P masih menganut

budaya pantang makan pada ibu yang sedang hamil dan setelah melahirkan yaitu

tidak boleh makan telur, ikan ayam dan ikan laut.

Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa

hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan

anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan

berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati. Sejak

terjadinya pembuahan terhadap sel telur dalam rahim ibu.

Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat

membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai

merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu. Menyusui adalah cara

makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi

kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama.

Bahkan setelah diperkenankan bahan makanan tambahan yang utama, ASI masih

tetap merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi, apabila ibu yang sedang

menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi

kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada masa kehamilan ibu juga

mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang

sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh

jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan

sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber

vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini ASI

saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan

terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

Page 33: ASKEP MASA NIFAS

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Faktor yang menyebabkan proses laktasi tidak efektif adalah ibu tidak

menyusui bayinya karena terpaksa (faktor psikis), baik karena faktor

intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu

merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang

sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu. Disamping

itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya

(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang

mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya,

serta bayi yang dalam keadaan sakit.

2. Rencana keperawatan pada pasien post patum fisiologis dengan masalah

proses laktasi tidak efektif adalah perawtan payudara, pemberian nutrisi

yang adekuat dan support system dari keluarga dan petugas kesehatan.

3. Perawatan fisik payudara masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan

mengurut payudara. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat

penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada

waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Terapi lainnya, seperti pijat,

juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu.

Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter, serta pemberian diit

TKTP untuk peningkatan produksi asi.

4. Setalah dilakukan tidakan keperawatan pada ketiga pasien, motifasi untuk

memberikan asi pada bayinya meningkat dan akan melaksanakan saran yang

diberiakan petugas.

5. Dokumentasi palaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tinjauan pustaka,

pengakajian sampai dengan evaluasi serta kesimpulan dan saran.

B. SARAN

Page 34: ASKEP MASA NIFAS

1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang

ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil

tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga

produksi ASI cukup.

2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik

bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk

kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan

menyusui.

Page 35: ASKEP MASA NIFAS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST PARTUM

DENGAN MASALAH PROSES LAKTASI TIDAK EFEKTIF

PADA PERSALINAN NORMAL DI RUANG NIFAS

RSD DR. SOEBANDI JEMBER

OLEH :

SUGITO, S. Kep

0811012010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2011

Page 36: ASKEP MASA NIFAS

PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Klien Post Partum Dengan Masalah Proses Laktasi Tidak Efektif

Pada Persalinan Normal Di Ruang Nifas RSD Dr. Soebandi Jember

Jember , Maret 2011

Pembimbing akademik

Nikmatur Rohmah, S. Kep.,Ns

Page 37: ASKEP MASA NIFAS

PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Klien Post Partum Dengan Masalah Proses Laktasi Tidak Efektif

Pada Persalinan Normal Di Ruang Nifas RSD Dr. Soebandi Jember

Jember , Maret 2011

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Aulia Darma Susanti. SST Nikmatur Rohmah, S. Kep.,Ns

Kepala Ruangan

Aulia Darma Susanti. SST