askep masa nifas
DESCRIPTION
MATERNITY DEPTTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu.
Selain itu pengertian nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-
alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan
(Ramli, Ahmad, 1989). Masa nifas juga erat kaitannya dengan kematian maternal.
WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. Pada
tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000
kelahiran hidup). Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di
dalam rumah sakit 26,7 %. Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 /
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 1997; 4). Sedangkan kematian maternal
menurut WHO itu sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut kematian seorang
wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan.” (Sarwono, 1996).
Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat menyebabkan kematian maternal,
diantaranya adalah masalah yang terjadi pada masa nifas seperti perdarahan post
partum, infeksi masa nifas , kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
rangka pemeliharaan kesehatan masa nifas.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu
menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM
Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan
satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu
47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun
1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada
bayinya mencapai 47%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr.
Kariadi Semarang tahun 2006 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan
31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya
yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol,
dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar.
Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang
tahun 2006 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada
ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%.
Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan
tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada
bayi.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan
ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang,
kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang,
ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi
pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang
sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .
Berdasarkan studi pendahuluan wawancara penulis di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi
Jember menyebutkan bahwa 6 dari 10 ibu yang melahirkan secara normal tidak dapat
memberikan asinya karena berbagai macam alasan yaitu asinya tidak keluar, putting
susu tidak keluar dan tidak dirawat jadi satu dengan bayinya.
Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang turut bertanggungjawab untuk mencegah masalah diatas. Salah
satunya adalah meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap ibu nifas. Agar
pelayanan keperawatan menjadi optimal tentunya dibutuhkan suatu standar
praktek keperawatan.
Dengan pendekatan ini penyusunan standar praktek asuhan keperawatan nifas
digunakan pendekatan proses keperawatan meliputi ; Pengkajian, Diagnosa
keperawatan, Identifikasi hasil yang diharapkan, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi (ANA, 1991)
Teori keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang
dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada
dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud
dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong
dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori
keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan
nifas. Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan
keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai
bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara
perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam
memenuhi kebutuhan klien ibu nifas.
Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan
meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan
kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah
pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraannya.
Melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul laporan ini “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Post Partum dengan Persalinan normal di Ruang Nifas RSD
dr. Soebandi Jember”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah
dalam memberikan asuhan keperawatan klien post partum dengan masalah
proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang Nifas RSD dr.
Soebandi Jember sesuai dengan standart keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisis pengkajian data keperawatan klien post
partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di
Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
b. Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan keperawatan klien post
partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di
Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan tidakan keperawatan klien post partum
dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan normal di Ruang
Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan
normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
e. Mahasiswa mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan
klien post partum dengan masalah proses laktasi tidak efektif pada persalinan
normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR NIFAS
1. Definisi
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. ( F.Gary cunningham,Mac
Donald,1995 )
2. Tujuan Perawatan Masa Nifas
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi
dan perawatan bayi sehat.
d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi( Bari Abdul,2000 )
3. Perubahan Masa Nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
1 ) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
2 ) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
3 ) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi TFU Berat
Uterus
Diameter
Bekas Melekat
Plasenta
Keadaan
Cervix
Setealh
pladsenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Sepusat
Pertengahan pusat
symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2
minggu
Normal
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
12,5
7,5 cm
5 cm
2,5 cm
Lembik
Dapat dilalui 2
jari
Dapat
dimasuki 1 jari
Sumber: Rustam muchtar, 1998
4 ) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi
plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
5 ) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
6 ) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix
jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat
laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu mengganggu analgesik.
7 ) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari
darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal,
tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar
mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a ) Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari
ketiga sampai hari ketujuh.
b ) Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari
keempat belas.
c ) Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.( Manuaba,
1998)
8 ) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998 )
9 ) Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan ( V Ruth B, 1996)
10 ) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum ( V Ruth B,
1996 )
11 ) Sistim Hormonal
a ) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b ) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel
de graaf, ovulasi dan menstruasi.
12 ) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh
ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5
%, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu.
13 ) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Tekanan darah > 140 / 90
mmHg
Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam
3 tahap yaitu:
1 ) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
2 ) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
3 ) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995 )
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang
dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum.
4. Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
a. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama
8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998 )
b. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga
ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998 )
c. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi. ( Manuaba, 1998 )
e. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
1 ) Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
2 ) Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa
pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
3 ) Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri.
4 ) Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
5 ) Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans
per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
6 ) Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi.
7 ) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.
8 ) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan ( Bari Abdul,
2000).
BAB III
STUDI KASUS
KASUS I
Ny. R, Umur 43 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama
Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. S umur 45 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,
pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Sumber Jambe Jember
Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat saat bergerak dan
tidak hilang dengan diam, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut
bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (5-6), nyeri
dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai
tanggal 19 Februari 2011 jam 10.00 WIB setelah bersih-bersih rumah klien
merasakan keluar cairan pervaginam bening bau anyir, dan klien merasakan kenceng-
kenceng kemudian klien periksa ke puskesmas sumber jambe kemudian dirujuk ke
RSD Dr. Soebandi Jember. Klien MRS di RSD dr. Soebandi Jember tanggal 19
Februari 2011 jam 15.00 WIB, dan MRS di Ruang VK jam 18.45 WIB. Bayi lahir
jenis kelamin perempuan, PB 52 cm, BB 3.300 gr, linkar kepala 36 cm, lingkar dada
35 cm, lingkar perut 33 cm, AS 7-8 tidak ada kecacatan, bayi dirawat di ruang
perinatologi. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit sesak
yang sering kambuh, tidak mempunyai penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung.
Riwayat kesehatan keluarga: Nenek klien mempunyai penyakit DM, ibu klien
mempunyai penyakit jantung dan sesak. Riwayat psikososial: Klien mengatakan
pada awal kehamilannya klien berusaha menggugurkan kehamilannya dengan minum
jamu, karena klien sudah tidak menghendaki mempunyai anak lagi, klien takut
keguguran lagi seperti kehamilan yang ke 3, tetapi karena tidak berhasil dan oleh
suaminya tidak boleh digugurkan kemudian dibatalkan. Saat ini klien dapat menerima
kehadiran anaknya dan merasa lega karena anak dan dirinya selamat. Pola persepsi
dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama kehamilannya selalu
memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu. Pola nutrisi dan
metabolism: Selama hamil klien tidak ada gangguan pada nafsu makan maupun pola
makan, Menurut klien dan suaminya setelah melahirkan klien tidak boleh makan ikan
laut, daging ayam, dan telur karena dapat menyebabkan gatal. Pola aktivitas: Selama
hamil aktifitas klien tidak terganggu, dan setelahmelahirkan seluruh kebutuhan
sehari-harinya dibantu oleh keluarga. Pola eliminasi: Selama hamil dan setelah
melahirkan tidak ada gangguan pada eliminasi urine dan alvi. Pola persepsi sensori:
Selama hamil dan setelah melahirkan tidak mengalami gangguan persepsi dan
sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa malu dengan perubahan yang terjadi
setelah melahirkan. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga
harmonis, ayah ibu dan suami hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola
reproduksi dan seksual:Klien mempunyai 3 orang anak, tidak pernah menderita
penyakit seksual menular, selama hamil tetap melakukan hubungan seksual dengan
pasangan, menurut klien hubungan seksual setelah melahirkan dapat dilakukan
setelah 40 hari pasca melahirkan. Pola penanggulangan stres/koping – Toleransi
stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-jalan. Riwayat
penggunaan kontrasepsi: Klien selama ini menggunakan kontrasepsi KB. Riwayat
menstruasi: Menarche 12 tahun, lama 6 hari, siklus 28-30 hari, HPHT lupa, saat haid
nyeri, kadang-kadang mengalami fluor albus terutama bila kepayahan, tetapi tidak
gatal. Riwayat kehamilan terdahulu: Selama hamil ke 1-3 klien periksa secara
teratur ke bidan dan Posyandu, tidak pernah ada gangguan, tetapi saat melahirkan ke
dukun. Riwayat kehamilan sekarang: Kehamilan saat ini yang ke-4, selama hamil
ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke bidan/Posyandu. Riwayat persalinan
terdahulu: Klien mengatakan anak pertama lahir normal di tolong dukun, usia
kehamilan 10 bulan, anak ke-2 lahir normal didukun dengan usia kehamilan 9 bulan,
lahir, anak ke-3 keguguran dengan usia kehamilan 6 bulan. Riwayat persalinan
sekarang: P3 0013 lahir dengan normal
Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak
tegang terutama saat bergerak, meringis, dan klien tampak berhati-hati saat bergerak.
Tanda-tanda vital; suhu 360c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 110/60 mmHg,
Respirasi 22x/mnt, TB/BB 156cm /58 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal,
5555 5555 555 555
warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak
terdapat edema palpebra, muka; ada kloasma, tidak sembab, tidak berjerawat,
terlinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip,
tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak
ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda
peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena
jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus
kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid
klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara
napas vesikuler, ronki +/+, wheezing -/-, S1-S2 tunggal. Payudara; buah dada
lembek, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI tidak keluar. Abdomen;
bentuk cembung, , bising usus 10x/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak
teraba, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simpisis, timpani. Genetalia;
perdarahan pervaginam tidak ada, lochea serosa. Punggung; struktur sesuai anatomis.
Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5, Integumen: tidak
ada jejas, elastisitas kulit baik.
Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum
2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Proses laktasi tidak efektif b/d konflik tentang bayinya, kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Rencana tindakan
Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik
distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital
sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka
perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu
untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan
bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu
untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera
mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi
Pelaksanaan
Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 5/ sedang). Mengkaji kontraksi
uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU pertengahan pusat dan
simpisis). mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bisa menerapkan tehnik
distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang
pemberian analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda
infeksi (T: 110/60mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor
-, dolor -). Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah (lochea serora,
warna keputihan, bau anyir dan jumlah ± 20cc). Menganjurkan pasien membasuh
vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak (pasien bisa melaksanakan
pembersihan vulva dari depan kebelakang). Memberi kesempatan ibu untuk
melakuakn perawatan bayi secara mandiri (ibu mencoba menyusui bayi 4 kali setiap
hari diruang perinatologi). Melibatkan suami dalam perawatan bayi (suami ikut
melihat bayinya di ruang perinatologi). Melatih ibu untuk perawatan payudara secara
mandiri dan teratur (pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak
keluar). Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP (pasien
makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan).
Melakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu
atau bayi (pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung, takut kalau ada
komplikasi pada bayinya)
Evaluasi
S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien menginginkan bayinya dirawat
jadi satu diruang rawat gabung tetapi pasien takut terjadi komplikasi pada bayinya
O: Kontraksi uterus +, TFU pertengahan pusat dan simpisis, pasien bisa menerapkan
tehnik distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 110/60mmHg, N:
84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -, lochea serora,
warna keputihan, bau anyir dan jumlah ± 20cc, pasien bisa melaksanakan
pembersihan vulva dari depan kebelakang, ibu mencoba menyusui bayi 4 kali
setiap hari diruang perinatologi, pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi
ASInya tidak keluar, pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur
dan ikan tidak dimakan, pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung,
takut kalau ada komplikasi pada bayinya
A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi
Infeksi tidak terjadi
Proses laktasi tidak efektif belum teratasi
P: Rencana tindakan dilanjutkan
KASUS II
Ny. H, Umur 20 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SMP, Agama
Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. S umur22 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,
pendidikan SMA, Agama Islam, Pekerjaan Swasta, Alamat situbondo
Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri pada perut, nyeri bertambah berat saat
bergerak, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian bawah, skala
nyeri sedang (5-6), nyeri dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: pada
tanggal 19-02-2011 pasien kejang kemudia pasien dibawa ke puskesmas besuki dan
di rujuk ke RSD . Situbondo dan setelag pasien tidak kejang lagi pasien pulang paksa,
dan pada hari mimggu, 20-02-2011 pasien kejang lagi lalu di bawa ke RSD
Situbondo kemudian dirujuk ke RSD Dr. Soebandi Jember dan MRS di Ruang VK
jam 18.45 WIB. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki, PB 46 cm, BB 2.000 gr, linkar
kepala 29 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar perut 30 cm, AS 3-5 tidak ada kecacatan,
bayi dirawat di ruang perinatologi. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan
mempunyai hipertensi. Riwayat kesehatan keluarga: Ibu klien mempunyai penyakit
Hipertensi. Riwayat psikososial: Klien mengatakan ini adalah kehamilan yang
diharapkan dan merasa lega karena anak dan dirinya selamat. Pola persepsi dan
tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan selama kehamilannya selalu
memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu. Pola nutrisi dan
metabolism: Selama hamil dan setelah melahirkan klien tidak ada gangguan pada
nafsu makan maupun pola makan. Pola aktivitas: Selama hamil aktifitas klien tidak
terganggu, dan setelah melahirkan sebagian kebutuhan sehari-harinya dibantu oleh
keluarga. Pola eliminasi: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak ada gangguan
pada eliminasi urine dan alvi. Pola persepsi sensori: Selama hamil dan setelah
melahirkan tidak mengalami gangguan persepsi dan sensori. Pola konsep diri: Klien
tidak merasa malu dengan perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Pola
hubungan dan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, ayah ibu dan suami
hadir bergantian selama pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual: Selama
hamil tetap melakukan hubungan seksual dengan pasangan, menurut klien hubungan
seksual setelah melahirkan dapat dilakukan setelah 40 hari pasca melahirkan. Pola
penanggulangan stres/koping – Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah
klien membicarakan dengan suami. Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien tidak
memnggunakan kontrasepsi. Riwayat menstruasi: Menarche 13 tahun, lama 7 hari,
siklus 28 hari, HPHT lupa.
Riwayat kehamilan terdahulu: kehamilan ke-1. Riwayat kehamilan sekarang:
Kehamilan saat ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke bidan/Posyandu. Riwayat
persalinan terdahulu:-. Riwayat persalinan sekarang: P1 0000 lahir dengan
normal
Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6. Tanda-tanda vital;
suhu 36,50c, denyut nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, Respirasi 20x/mnt,
TB/BB 160cm /55 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal, warna hitam, tidak
mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak terdapat edema palpebra,
muka, terlinga; simetris, tidak keluar cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada
polip, tidak keluar cairan, mulut; bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat
sariawan, tidak ada karies, gigi utuh, leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan
tekanan vena jugularis. Thorak/dada; bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak
terlihat iktus kordis, ekspansi dada optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis
di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran
jantung, suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-, S1-S2 tunggal.
Payudara; buah dada lembek, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI keluar.
Abdomen; bentuk cembung, , bising usus 12x/mnt, dinding abdomen supel, hepar
dan lien tidak teraba, tinggi fundus uteri 2 Jari dibawah pusat, timpani. Genetalia;
perdarahan pervaginam sedikit, lochea rubra, luka episotomi +, Punggung; struktur
sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2 detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5,
Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit baik.
Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Proses laktasi tidak efektif b/d konflik tentang bayinya, kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Rencana tindakan
Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik
distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital
sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka
perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu
untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan
bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu
untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera
mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi
Pelaksanaan
Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 4/ sedang). Mengkaji kontraksi
uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU 2 Jari dibawah pusat).
Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bisa menerapkan tehnik distraksi
nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang pemberian
analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda infeksi (T:
110/70mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, t: 36,7°C, readnes +, edema +, ekhimosis -,
dischart +, aproksimation +). Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah
(lochea lubra, warna kemerahan, bau amis dan jumlah ± 20cc). Mengkaji luka
perineum, keadaan jahitan (luka perineum kemerahan, jahitan wound dihinsen -).
Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum,
merawat payudara, merawat bayi) (pasien membersihkan lukanya dengan betadin).
Menganjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar
dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak
(pasien bisa melaksanakan pembersihan vulva dari depan kebelakang dan terakhir
diberi betadin). Memberi kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara
mandiri (pasien belum melihat bayinya di perinatologi). Melibatkan suami dalam
perawatan bayi (suami melihat bayinya di ruang perinatologi). Melatih ibu untuk
perawatan payudara secara mandiri dan teratur (pasien bisa melakukan perawatan
payudara dan ASInya keluar). Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan
diet TKTP (pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis). Melakukan rawat
gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi (bayi
pasien masih dalam observasi di perinatologi).
Evaluasi
S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien menginginkan melihat bayinya
yang dirawat di ruang perinatologi dan ingin menyusuinya
O: Kontraksi uterus +, TFU 2 Jari dibawah pusat, pasien bisa menerapkan tehnik
distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 110/70mmHg, N: 84x/mnt,
RR: 20x/mnt, t: 36,7°C, readnes +, edema +, ekhimosis -, dischart +,
aproksimation +, lochea lubra, warna kemerahan, bau amis dan jumlah ± 20cc,
pasien bisa melaksanakan pembersihan vulva dari depan kebelakang, pasien belum
melihat bayinya di perinatologi, pasien bisa melakukan perawatan payudara dan
ASInya keluar, pasien makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis, bayi pasien masih
dalam observasi di perinatologi
A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi
Infeksi tidak terjadi
Proses laktasi tidak efektif belum teratasi
P: Rencana tindakan dilanjutkan
KASUS III
Ny. P, Umur 34 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia, pendidikan SD, Agama
Islam, Pekerjaan IRT, Suami Tn. R umur 35 tahun, suku/bangsa Madura/Indonesia,
pendidikan SD, Agama Islam, Pekerjaan Tani, Alamat Kalisat
Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri, nyeri bertambah berat saat bergerak dan
tidak hilang dengan diam, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut
bagian bawah menjalar ke seluruh dinding perut, skala nyeri sedang (4-5), nyeri
dirasakan hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengatakan mulai
tanggal 23 Februari 2011 jam 09.00 WIB klien merasakan kenceng-kenceng
kemudian klien periksa ke RS Kalisat kemudian dirujuk ke RSD Dr. Soebandi
Jember. Klien MRS di RSD dr. Soebandi Jember tanggal 23 Februari 2011 jam 10.00
WIB, dan MRS di Ruang VK jam 11.55 WIB. Bayi lahir jenis kelamin perempuan,
PB 52 cm, BB 3.750 gr, linkar kepala 36 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 33
cm, AS 5-6 tidak ada kecacatan, bayi dirawat bersama ibu diruang rawat gabung.
Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan mempunyai sakit sesak. Riwayat
kesehatan keluarga: Bapak klien mempunyai penyakit asma. Riwayat psikososial:
Klien merasa takut dengan kehamilan saat ini karena pasien mempunyai penyakit
sesak dan takut berdampak pada bayinya. Saat ini klien merasa lega karena anak dan
dirinya selamat. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan: Klien mengatakan
selama kehamilannya selalu memeriksakan diri secara rutin ke bidan dan Posyandu.
Pola nutrisi dan metabolism: Selama hamil klien tidak ada gangguan pada nafsu
makan maupun pola makan, Menurut klien dan suaminya sebelum dan setelah
melahirkan klien tidak boleh makan ikan laut, daging ayam, dan telur karena dapat
menyebabkan gatal. Pola aktivitas: Selama hamil aktifitas klien tidak terganggu, dan
setelah melahirkan seluruh kebutuhan sehari-harinya dibantu oleh keluarga. Pola
eliminasi: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak ada gangguan pada eliminasi
urine dan alvi. Pola persepsi sensori: Selama hamil dan setelah melahirkan tidak
mengalami gangguan persepsi dan sensori. Pola konsep diri: Klien tidak merasa
malu dengan perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Pola hubungan dan peran:
Hubungan dengan keluarga harmonis, ayah ibu dan suami hadir bergantian selama
pasien di rumah sakit. Pola reproduksi dan seksual: Klien mempunyai 3 orang
anak, tidak pernah menderita penyakit seksual menular, selama hamil tetap
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Pola penanggulangan stres/koping
– Toleransi stress: Jika ada stess atau ada masalah klien keluar rumah untuk jalan-
jalan dan membicarakan dengan suami, Riwayat penggunaan kontrasepsi: Klien
selama ini menggunakan kontrasepsi KB suntik. Riwayat menstruasi: Menarche 13
tahun, lama hari, siklus 28 hari, HPHT lupa, saat haid nyeri, kadang-kadang
mengalami fluor albus terutama bila kepayahan, tetapi tidak gatal. Riwayat
kehamilan terdahulu: Selama hamil ke 1-3 klien periksa secara teratur ke bidan dan
Posyandu, tidak pernah ada gangguan. Riwayat kehamilan sekarang: Kehamilan
saat ini yang ke-4, selama hamil ini tidak ada gangguan, periksa teratur ke
bidan/Posyandu. Riwayat persalinan terdahulu: Klien mengatakan anak pertama
lahir normal di tolong dukun, usia kehamilan 9 bulan, anak ke-2 lahir normal didukun
dengan usia kehamilan 9 bulan, lahir, anak ke-3 lahir normal di bidan dengan usia
kehamilan 9 bulan. Riwayat persalinan sekarang: P3 0003 lahir dengan normal
Keadaan umum; lemah, kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6, wajah tampak.
Tanda-tanda vital; suhu 36,70c, denyut nadi 88 x/mnt, tekanan darah 120/60 mmHg,
Respirasi 22x/mnt, TB/BB 157cm /57 kg. Kepala dan leher; rambut bersih, tebal,
warna hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, tidak
terdapat edema palpebra, muka tidak berjerawat, terlinga; simetris, tidak keluar
cairan, dan tidak ada keluhan, hidung; tidak ada polip, tidak keluar cairan, mulut;
bersih mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, tidak ada karies, gigi utuh,
leher; tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan tekanan vena jugularis. Thorak/dada;
bentuk normal, gerakan nafas simetris, tidak terlihat iktus kordis, ekspansi dada
optimal, fremitus raba normal, teraba iktus kordis di ICS 5 mid klavikula kiri, sonor
diseluruh lapang paru, tidak ada pembesaran jantung, suara napas vesikuler,
ronki -/-, wheezing +/+, S1-S2 tunggal. Payudara; buah dada lembek,
hiperpigmentasi areola, puting menonjol, ASI tidak keluar. Abdomen; bentuk
cembung, , bising usus 15/mnt, dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba,
tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, timpani. Genetalia; perdarahan pervaginam
tidak ada, lochea rubra. Punggung; struktur sesuai anatomis. Ekstremitas; CRT < 2
detik, tidak ada varises, kekuatan otot 5, Integumen: tidak ada jejas, elastisitas kulit
baik.
Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum
2. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Proses laktasi tidak efektif b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
Rencana tindakan
Kaji tingkat nyeri pasien. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Ajar tehnik
distraksi dan relaksasi. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesic. Pantau: vital
sign, tanda infeksi. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. Kaji luka
perineum, keadaan jahitan. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). Beri kesempatan ibu
untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. Libatkan suami dalam perawatan
bayi. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. Motivasi ibu
untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. Lakukan rawat gabung sesegera
mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi
Pelaksanaan
Mengkaji tingkat nyeri pasien (skala nyeri pasien 4/ sedang). Mengkaji kontraksi
uterus proses involusi uteri ( kontraksi uterus +, TFU satu jari dibawah pusat).
mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi (pasien bias menerapkan tehnik distraksi
nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri). Kolaborasi dokter tentang pemberian
analgesic (diberikan asam mefenamat 3x500mg) . Pantau: vital sign, tanda infeksi (T:
120/70mmHg, N: 84x/mnt, RR: 18x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -).
Mengkaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah (lochea rubra, warna
kemerahan, bau amis dan jumlah ± 30cc). Menganjurkan pasien membasuh vulva
setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak (pasien bisa melaksanakan
pembersihan vulva dari depan kebelakang). Memberi kesempatan ibu untuk
melakuakn perawatan bayi secara mandiri (pasien dan bayi jadi satu diruang rawat
gabung). Melibatkan suami dalam perawatan bayi (suami ikut merawat bayinya
diruang rawat gabung). Melatih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan
teratur (pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak keluar).
Memotivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP (pasien makan diit
dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan). Melakukan rawat
gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi
(pasiendan bayi jadi satu diruang rawat gabung)
Evaluasi
S: Pasien mengatakan perutnya masih nyeri, pasien senang bayinya dirawat jadi satu
diruang rawat gabung.
O: Kontraksi uterus +, TFU satu jari dibawah pusat, pasien bisa menerapkan tehnik
distraksi nafas dalam dan mempraktekan saat nyeri, T: 120/70mmHg, N: 84x/mnt,
RR: 18x/mnt, t: 36,5°C rubor -, kalor-, tomor -, dolor -, lochea rubra, warna
kemerahan, bau amis dan jumlah ± 30cc, pasien bisa melaksanakan pembersihan
vulva dari depan kebelakang, pasien dan bayi jadi satu diruang rawat gabung,
pasien bisa melakukan perawatan payudara tetapi ASInya tidak keluar, pasien
makan diit dari rumah sakit 1 porsi habis tetapi telur dan ikan tidak dimakan,
pasien takut kalau anaknya dijadika satu dirawat gabung, takut kalau ada
komplikasi pada bayinya
A: Gangguan rasa nyaman (nyeri) belum teratasi
Infeksi tidak terjadi
Proses laktasi tidak efektif belum teratasi
P: Rencana tindakan dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS I
Aspek psikologis antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-
mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan
produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera
dan sesering mungkin. Pada hari-hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang
jumlahnya sedikit. Tetapi hal itu tak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi
masih sedikit (Soetjiningsih, 2000).
Pada Ny. R, asi tidak dapat keluar dan sudah dicoba untuk memberikan pada bayinya,
perawatan payudara dilakukan setiap hari pagi dan sore, setiap 3 jam sekali Ny. R
datang keruang perinatologiditemani suami dan mencoba untuk menyusui bayinya
tetapi asinya tidak keluar pada saat menyusui posisinya sudah benar dagu bayi
menyentuh payudara, putimg susu keluar aerola mama bersih.
Depresi dapat juga dialami setelah sang ibu melahirkan bayinya, amat penting
menjaga sampai si ibu yang sedang mengandung mengalami depresi anak yang
dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki
kadar hormon stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan
sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur,
untuk produksi asi ibu diupayakan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
karena adanya pantang dari keluarga supaya si ibu tidak mengkonsumsi telur dan ikan
ayam, dengan alasan jika mengkonsumsi telur dan ikan ayam akan terjadi gatal pada
kandungan.
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya, ibu harus
dalam keadaan santai saat menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, faktor
psikologis ibu menyusuiharus rileks. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika
ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dengan berbagai cara mulai
dari menyemangati istri hingga hal lain seperti menyendawakan bayi setelah
menyusu, menggendong bayi untuk disusukan ke ibunya.
KASUS II
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI
yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI
tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber
protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan
yang tertumpu pada beras. Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya
untuk menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bila menyusui,
hendaknya ditingkatkan pada masyarakat, pengertian tersebut harus ditanamkan pada
anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian
dari tugas biologis seorang ibu
Pada Ny. H, yang melahirkan anak pertama berkemauan untuk menyusui anaknya
tetapi tidak bisa memberikan asinya pada bayinya karena bayinya ada diruang
perinatologi dan dari kondisi bayi tidak memungkinkan untuk dilakukan
rawatgabung, bayinya lahir dengan berat 2000 gram dan apgar skore 3-5.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern
dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit
sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan
rasa nyeri, kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti
tuberkolose, malaria yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui
bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam
jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.
Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya
(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin
masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam
keadaan sakit
KASUS III
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam
dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air
susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang
tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting
semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap
selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang
mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam
aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen)
adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk
kedalam) mulut bayi.
Pada Ny. P yang melahirkan anak ke-empat, tidak dapat menyusui bayinya karena
asinya tidak keluar padahal bayinya sudah jadi satu dengan ibu diruang rawatgabung
dan dapat selalu kontak dengan bayinya. Dalam keluarga Ny. P masih menganut
budaya pantang makan pada ibu yang sedang hamil dan setelah melahirkan yaitu
tidak boleh makan telur, ikan ayam dan ikan laut.
Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa
hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan
anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan
berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati. Sejak
terjadinya pembuahan terhadap sel telur dalam rahim ibu.
Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat
membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai
merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu. Menyusui adalah cara
makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi
kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama.
Bahkan setelah diperkenankan bahan makanan tambahan yang utama, ASI masih
tetap merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi, apabila ibu yang sedang
menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada masa kehamilan ibu juga
mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang
sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh
jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan
sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber
vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini ASI
saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Faktor yang menyebabkan proses laktasi tidak efektif adalah ibu tidak
menyusui bayinya karena terpaksa (faktor psikis), baik karena faktor
intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu
merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang
sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada putting susu. Disamping
itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya
(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang
mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya,
serta bayi yang dalam keadaan sakit.
2. Rencana keperawatan pada pasien post patum fisiologis dengan masalah
proses laktasi tidak efektif adalah perawtan payudara, pemberian nutrisi
yang adekuat dan support system dari keluarga dan petugas kesehatan.
3. Perawatan fisik payudara masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
mengurut payudara. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat
penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada
waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Terapi lainnya, seperti pijat,
juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu.
Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter, serta pemberian diit
TKTP untuk peningkatan produksi asi.
4. Setalah dilakukan tidakan keperawatan pada ketiga pasien, motifasi untuk
memberikan asi pada bayinya meningkat dan akan melaksanakan saran yang
diberiakan petugas.
5. Dokumentasi palaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tinjauan pustaka,
pengakajian sampai dengan evaluasi serta kesimpulan dan saran.
B. SARAN
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil
tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga
produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik
bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk
kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan
menyusui.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST PARTUM
DENGAN MASALAH PROSES LAKTASI TIDAK EFEKTIF
PADA PERSALINAN NORMAL DI RUANG NIFAS
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
OLEH :
SUGITO, S. Kep
0811012010
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2011
PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan Klien Post Partum Dengan Masalah Proses Laktasi Tidak Efektif
Pada Persalinan Normal Di Ruang Nifas RSD Dr. Soebandi Jember
Jember , Maret 2011
Pembimbing akademik
Nikmatur Rohmah, S. Kep.,Ns
PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan Klien Post Partum Dengan Masalah Proses Laktasi Tidak Efektif
Pada Persalinan Normal Di Ruang Nifas RSD Dr. Soebandi Jember
Jember , Maret 2011
Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik
Aulia Darma Susanti. SST Nikmatur Rohmah, S. Kep.,Ns
Kepala Ruangan
Aulia Darma Susanti. SST